Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMBUH KEMBANG

PADA An. L USIA 42 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SRONDOL SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners pada Stase Manajemen Keperawatan Anak

Pembimbing Akademik : Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep.An.


Pembimbing Klinik : Ns. Sugiyarto, S.Km., S.Kep

Disusun oleh:

Sri Lestari
22020119210081

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,
pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial
serta kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin
tahunya, dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan
cara yang digunakan anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya
dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2011).
Usia prasekolah merupakan periode yang optimal bagi anak untuk mulai
menunjukkan minat dalam kesehatan, anak mengalami perkembangan bahasa
dan berinteraksi terhadap lingkungan sosial, mengeksplorasi pemisahan
emosional, bergantian antara keras kepala dan keceriaan, antara eksplorasi
berani dan ketergantungan. Anak usia prasekolah mereka tahu bahwa dapat
melakukan sesuatu yang lebih, tetapi mereka juga sangat menyadari hambatan
pada diri mereka dengan orang dewasa serta kemampuan mereka sendiri yang
terbatas (Septiani, Widyaningsih, & Igomah. 2016).
Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years yaitu masa
dimana seorang anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap
sesuatu, sangat dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari amukan ke
pelukan. Anak usia prasekolah adalah penjelajah, ilmuwan, seniman, dan
peneliti. Mereka suka belajar dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi
teman, bagaimana terlibat dengan dunia, dan bagaimana mengendalikan tubuh,
emosi, dan pikiran mereka. Dengan sedikit bantuan dari Anda, periode ini akan
membangun fondasi yang aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil
putra atau putri Anda (Markham, 2019).
Setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang sehat, cerdas,
berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia.. Kualitas seorang anak dapat
dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil
interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Anak dapat mengalami
keterlambatan perkembangan bisa lebih pada satu aspek. Keterlambatan
perkembangan bisa terjadi pada keterlambatan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa atau bicara dan personal sosial atau kemandirian.
Penyebab keterlambatan perkembangan antara lain yaitu gangguan pada
genetik atau kromosom seperti sindrom down, gangguan atau infeksi susunan
saraf, spina bifida, bayi berat lahir rendah, dan bayi yang mengalami sakit
berat, faktor lingkungan/didiknan orang tua (Mansurt, 2019).
Maka dari itu, peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
lebih memperhatikan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya, sehingga
dapat meminimalkan resiko atau komplikasi yang ditimbulkan dari
keterlambatan tumbuh kembang anak. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan tumbuh kembang pada
An usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas Srondol Kota Semarang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan tumbuh kembang anak sesuai
usianya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dan orangtua anak terkait
tumbuh kembang
b. Mampu menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan yang
tepat pada anak dan orangtua anak terkait tumbuh kembang
c. Mampu menyusun rencana keperawatan yang tepat pada anak serta
orangtua terkait tumbuh kembang
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai masalah keperawatan
yang muncul pada anak dan orangtua anak terkait tumbuh kembang
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada anak dan orangtua anak terkait tumbuh kembang
f. Mampu mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada anak dan orangtua anak terkait tumbuh kembang
BAB II
TINJAUAN TEORI

Mind Maps terlampir


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian tumbuh kembang pada An. L (42 bulan) didapatkan


satu masalah keperawatan yaitu isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan (personal sosial). Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. L
didapatkan data bahwa ditahap tumbuh kembanganya, An. L sudah mampu
melompat melewati kertas dengan menggunakan 2 kakinya, mampu menggunakan
baju serta celana panjang secara mandiri tanpa mengancingkan baju tersebut, dapat
mengayuh sepeda roda 3 sejauh 3 meter, namun tidak ada keinginan untuk bermain
kelompok misalnya petak umpet atau ular naga. Setelah dilakukan pengkajian lebih
lanjut mengenai perkembangan personal sosial An. L, didapatkan hasil bahwa An.
L sejak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar rumah karena orang tua An. L
khawatir An. L akan berada dalam bahaya karena rumah yang bertepatan langsung
dengan jalan raya. Sehari-hari An. L hanya berada di dalam rumah dan berinteraksi
hanya sebatas dengan orang tua saja. An. L terlihat murung saat berada di
keramaian. An. L cenderung menyendiri dan bersembunyi/menolak ketika ada
teman sebayanya yang mengajak bermain bersama.
Berdasarkan kasus diatas, maka intervensi yang diberikan untuk mengatasi
masalah resiko keterlambatan perkembangan pada An. L adalah mengajak An. L
berpartisipasi dalam permainan kelompok sesuai dengan usia tumbuh kembangnya
yaitu permainan petak umpet (Agustin, Jaya, & Surahman, 2016) dan ular naga
(Setiawan, 2016), memberikan pendkes kepada orangtua mengenai tingkat
perkembangan normal sesuai usia anak, memotivasi orangtua untuk mengajarkan
hubungan sosial pada anak, dan mendemonstrasikan kepada orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak. Setelah An. L diberikan terapi
bermain permaina petak umpet dan ular naga, An. A awalnya masih menolak
namun setelah dibujuk An. L merasa senang dan mampu tertawa bebas bersama
teman-temannya yang lain. Anak memerlukan kegiatan berupa bermain baik secara
individu ataupun kelompok (Astini, 2017). Bermain dapat menggunakan alat
maupun tidak. Fungsi bermain adalah menciptakan situasi menyenangkan bagi
anak dalam proses menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak
yang positif, memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar, dan memberikan kesempatan anak
bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan pada An. L dan Ny. M dengan masalah keperawatan isolasi sosial
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan : personal sosial,
didapatkan hasil bahwa tingkat partisipasi anak dalam sesi permainan
meningkat dan anak tidak lagi murung/menyendiri ketika berada di keramaian
bersama teman-temannya. Rencana tindak lanjut yang diperlukan kedepannya
untuk tetap memantau keaktifan anak dalam bermain atau peningkatan
perkembangan berupa memberikan terapi bermain kelompok baik dengan atau
tidak menggunakan alat bermain secara berkala pada An. L dan juga tetap
memotivasi orangtua An. L untuk rutin memberi stimulasi agar tumbuh
kembang klien sesuai dengan usianya.
B. SARAN
1. Bagi Orangtua
Sebaiknya tidak khawatir berlebihan terutama jika hal tersebut merugikan
anak dan mempengarhi personal sosialnya. Diharapkan agar orang tua lebih
bijak lagi dalam membuat aturan dalam bersosialisasi dengan orang lain
atau teman sebayanya dengan tetap memberikan pemantuan dan solusi-
solusi alternatif terkait masalah penyebab orang tua membatasi anak untuk
keluar rumah, diharapkan orang tua sering membawa anak ke posyandu
demi memantau dan mendukung tumbuh kembang anak.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dari puskesmas atau dari wilayah terdekat
dapat mengadakan acara atau minimal dalam kegiatan posyandu untuk
memberikan penyuluhan pada warga tentang pentingnya mengetahui
perkembangan anak sedini mungkin sesuai dengan usia anak agar
mengetahui penyimpangan secara dini sehingga upaya pencegahan, upaya
stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, V., Jaya T.B.S., & Surahman, M. (2016). Aktivitas Permainan Petak
Umpet Kata Meningkatkan Perkembangan Keaksaraan Anak Usia Dini.
Jurnal FKIP Unila, 2(2), 1-9.

Astini BN, Nurhasanah, Rachmayani dan Suarta. 2017. Identifikasi pemanfaatan


alat permainan edukatif (APE) dalam mengembangkan motorik halus anak
usia dini. Jurnal Pendidikan Anak. Volume 6 Ed 1; 31-40

DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2011). Nursing Fundamentals: Standards


Practice. Cengage Learning.

Dochtermen, J. M dan Bulechek, G.M. 2015. Nursing Interventions Classifications


(NIC). Philadelphia: Mosby Elsevier.

Heather, Herdman. 2018. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions


and Classification 2018-2020. Cetakan II. Jakarta: EGC.

Mansur, A.R. (2019). Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang: Andalas
University Press.

Markham, L. (2019). Learn what your preschooler needs to thrive. Diakses tanggal
15 Januari 2020 dari https://www.ahaparenting. com/Ages-
stages/preschoolers/wonder-years MedlinePlus. (2019). Preschooler
development: MedlinePlus Medical

Markham, L. (2019). Learn what your preschooler needs to thrive. Diakses tanggal
15 Januari 2020 dari https://www.ahaparenting. com/Ages-
stages/preschoolers/wonder-years MedlinePlus. (2019). Preschooler
development: MedlinePlus Medical.

Morehead, sue dkk. 2015. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Philadelphia:


Mosby Elsevier.

Septiani R, Widyaningsih S, Igomah MKB. 2016. Tingkat perkembangan anak pra


sekolah usia 3-5 tahun yang mengikuti dan tidak mengikuti pendidikan anak
usia dini (paud). Jurnal Keperawatan. Vol 4 No 2; 114-125.

Setiawan. M.H.Y. (2016). Melatih Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui
Permainan Tradisional. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran,
Volume 5, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai