Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT PADA An.

B
DENGAN MASALAH RISIKO KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN &
PERKEMBANGAN TAHAP USIA PRA-SEKOLAH

Oleh :
Kelompok 3
3B/S.Tr Keperawatan

I Made Gede Krisna Dwipayana (P07120219064)


Luh Putu Sukmawati (P07120219066)
Maria Sholasticha Putu Erlina S (P07120219068)
Putu Inggita Wahyu Utami (P07120219093)
Ni Made Cahyaning Upadani (P07120219096)
Pande Gede Angga Gustina Aryanto (P07120219097)
Ni Made Arisasmita Candra Dewi (P07120219103)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah(Usia 5 Tahun)
1. Perkembangan Fisik
Saat berusia 3-5 tahun, anak terlihat lebih tinggi dan lebih kurus. Dari usia
toddler anak cenderung bertambah tinggi bukan bertambah berat. Saat
berusia 5 tahun, ukuran otak anak prasekolah hampir menyamai ukuran
otak individu dewasa. Ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada batang
tubuh, menyebabkan tubuh anak tampak tidak proporsional.
a) Berat badan
Anak prasekolah hanya mengalami kenaikan sebanyak 3-5 kg dari berat
badan saat mereka berusia 3 tahun, sehingga berat badan mereka hanya
mencapai kurang lebih 18-20 kg.
b) Tinggi badan
Anak prasekolah tumbuh sekitar 25 cm setiap tahunnya. Dengan demikian,
setelah usia 5 tahun, tinggi badan mereka menjadi dua kali panjang badan
lahir, yaitu sekitar 100 cm.
c) Kemampuan motorik
Anak prasekolah mampu mencuci tangan dan wajah, serta menyikat gigi
mereka. Mereka merasa malu untuk memperlihatkan tubuh mereka.
Biasanya, anak prasekolah berlari dengan keterampilan yang meningkat
setiap tahunnya. Setelah usia 5 tahun, anak berlari dengan sangat terampil
dan dapat melompat tiga langkah. Anak prasekolah dapat berdiri seimbang
di atas jari-jari kaki dan dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan (Kozier,
2010).
2. Perkembangan psikososial
Menurut Erikson dalam Kozier (2010) krisis perkembangan anak usia
prasekolah adalah inisiatif versus rasa bersalah. Anak prasekolah harus
memecahkan masalah sesuai hati nurani mereka. Kepribadian mereka
berkembang. Erikson memandang krisis pada masa ini sebagai sesuatu yang
penting bagi perkembangan konsep diri. Anak prasekolah harus belajar
dengan apa yang dapat mereka lakukan. Akibatnya anak prasekolah meniru
perilaku, dan imajinasi serta kreativitasnya menjadi hidup.
3. Perkembangan kognitif
Menurut Pieget dalam Kozier (2010) perkembangan kognitif anak
prasekolah merupakan fase pemikiran intuitif. Anak masih egosentrik,
tetapi egosentrisme perlahan-lahan berkurang saat anak menjalani dunia
mereka yang semakin berkembang. Anak prasekolah belajar melalui trial
and error dan hanya memikirkan 1 ide pada satu waktu. Sebagian besar
anak yang berusia 5 tahun dapat menghitung uang koin. Kemampuan
membaca juga mulai berkembang pada usia ini. Anak menyukai dongeng
dan buku-buku mengenai binatang dan lainnya.
4. Perkembangan moral
Anak prasekolah mampu berperilaku prososial, yakni setiap tindakan yang
dilakukan individu agar bermanfaat bagi orang lain. Perilaku moral
biasanya dipelajari melalui upaya meniru, mula-mula orang tua dan
kemudian orang terdekat lainnya. Anak parsekolah mengontrol perilaku
mereka karena mereka menginginkan cinta dan persetujuan dari orang tua.
Biasanya mereka berperilaku baik di tatanan sosial (Kozier, 2010).
5. Perkembangan spiritual
Menurut Fowler dalam Kozier (2010) anak yang berusia 4-6 tahun berada
pada tahap perkambangan intuitif-proyektif. Pada tahap ini, kepercayaan
merupakan hasil didikan orang-orang terdekat, seperti orang tua atau guru.
Anak mulai belajar meniru perilaku religius, contohnya, menundukkan
kepala saat berdoa, meskipun mereka tidak memahami makna perilaku
tersebut. Anak prasekolah membutuhkan penjelasan sederhana mengenai
masalaah spiritual seperti yang terdapat dalam buku bergambar, anak seusia
ini menggunakan imajinasi mereka untuk mewujudkan berbagai gagasan,
seperti malaikat atau setan.
6. Perkembangan bahasa
Desiningsih (2012) mengemukakan bahwa anak usia 2-5 tahun dalam
perkembangan bahasanya berada pada fase diferensiasi. Pada fase ini
keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk
menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak,
awalan, akhiran, dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan.
Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, dan
memberitahu.
7. Perkembangan emosi
Menurut Susanto (2011) yang dikutip oleh Esti (2015) Anak prasekolah
berada dalam masa perkembangan kepribadian yang unik, anak sering
tampak keras kepala, menjengkelkan, dan melawan orang tua. Anak mulai
berkenalan serta belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki
tidak terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih merupakan suatu yang wajar
dan natural. Pada masa prasekolah berkembang juga perasaan harga diri
yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (orang
tua) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara
keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang
sikap-sikap antara lain keras kepala atau menentang, menyerah menjadi
penurut, harga diri kurang, serta pemalu.
Emosi adalah reaksi internal atau perasaan, bersifat positif dan negatif, dan
menyiapkan individu untuk bertindak. Afek adalah ekspresi keluar dari
emosi melalui raut muka, gerakan tubuh, intonasi, dan vokalisasi. Emosi
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik
pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Anak memiliki
kebutuhan emosional, yaitu:
a. Dicintai
b. Dihargai
c. Merasa aman
d. Merasa kompeten
e. Mengoptimalkan kompetensi
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.
Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali
dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh, kita dapat
memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh
yang dapat diamati antara lain :
a. Ekspresi wajah
b. Napas
c. Ruang gerak
d. Pergerakan tangan dan lengan
Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan
emosi. Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih
kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan,
tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi
orang lain. Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan
emosi, yang mencakup:
a. Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional
b. Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi
yang kuat dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menurut
Desiningrum (2012) yaitu:
1) Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan
pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosiaonal anak,
bahkan akan berdampak pada lebih jauh pada kepribadian anak. misalnya
rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2) Jenis kelamin anak
Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perkembangan emosi
terutama karena perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran
jenis kelamin dan tuntutan sosial sesuai jenis kelamin juga akan
mempengaruhi perkembangan emosi anak.
3) Faktor belajar
Pengalam belajar anak dari lingkungan akan menentukan reaksi potensial
mana yang akan digunakan anak untuk marah.
4) Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan baik. Namun, jika
anak tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami
gangguan-gangguan emosi.
5) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak.
berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan keluarga maka akan
menentukan pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya.
Dalam pembentukan kepribadaian anak, keluarga mempunyai pengaruh
yang besar dalam perkembangan emosi anak. Banyak faktor dalam keluarga
yang ikut berpengaruh dalam perkembangan emosi seorang anak, antaranya
yaitu pola asuh orang tua, pola komunikasi dalam keluarga, dan tingkat
pendidikan orang tua.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya.
Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan,
hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara
orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap perilaku anaknya
(Desiningrum, 2012).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
terhadap anak menurut Hurlock (2010) yang dikutip oleh Kirana
(2013) adalah :
1. Kesamaan dengan disiplin yang digunakan oleh orang tua
Jika orang tua mereka memberikan pola asuh yang baik maka akan mereka
terapkan juga pada anak mereka.
2. Penyesuaian dengan cara yang disetujui oleh kelompok
Semua orang tua lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota keluarga katakan
sebagai cara terbaik, daripada oleh pendirian mereka sendiri mengenai apa
yang terbaik.
3. Usia orang tua
Orang tua yang lebih muda cenderung demokratis dan permisif
dibandingkan dengan mereka yang tua. Mereka cenderung kurang kendali
kendali terhadap anaknya. Kesiapan orang tua dalam menjalankan pola
pengasuhan dapat dilakukan dengan pendidikan yang baik, selain itu
rentang usia orang tua terlalu muda atau muda maka tidak dapat
menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik
dan psikologis
4. Pendidikan untuk menjadi orang tua
Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuhan anak
akan lebih menggunakan pola asuh yang demokratis daripada orang tua
yang tidak mengerti cara pengasuhana anak.
5. Jenis kelamin
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibanding
pria, dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua
maupun pengasuh lainnya.
6. Status sosial ekonomi
Orang tua dari kalangan menengah ke bawah akan lebih otoriter dan
memaksa daripada mereka yang dari menengah ke atas.
Kebutuhan ekonomi sering sekali menuntut kedua orang tua terpaksa harus
bekerja dan meninggalkan anaknya untuk bisa mencukupi semua kebutuhan
keluarga, sehingga pengasuhan dan interaksi dengan anak lebih sedikit
Kaakinen, (2010) dalam Livana (2019).
7. Konsep mengenai peran orang dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang
tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut
konsep modern.
8. Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuan
daripada terhadap anak laki-lakinya.
9. Usia anak
Pola asuh yang lebih sering digunakan oleh orang tua terhadap anak yaitu
pola asuh otoriter, karena anak-anak tidak mengerti penjelasan sehingga
mereka memusatkan perhatian pada pengendalian otoriter
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT PADA An.B
DENGAN MASALAH RISIKO KETERLAMBATAN PERTUMBUHAN &
PERKEMBANGAN TAHAP USIA PRA-SEKOLAH

1. Pengkajian

I. Biodata
A. Identitas klien

Nama : An. B

Tempat Tanggal lahir : Denpasar, 19 Mei 2016

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Hindu

Pendidikan : Belum Sekolah

Alamat : Jln. Ratna no. 08, Sesetan, Denpasar Selatan

Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2021

B. Data biografis orang tua


Ayah
Nama : Putu Bagia

Tanggal lahir : 03 September 1986


Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Ratna no. 08, Sesetan, Denpasar Selatan

Ibu
Nama : Ayu Dewi
Tanggal lahir : 03 November 1986
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Ratna no. 08, Sesetan, Denpasar Selatan
II. Keluhan Utama
Ny. A mengatakan berat badan anak tidak bertambah sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu, badan An. B pendek dan kurus. anaknya kurang nafsu makan dan
tidak menyukai sayur dan susu formula. Klien selalu menolak jika diberikan
sayur.
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan ini di alami sejak ± satu tahun yang lalu klien (anak dari Tn.B
dan Ny. A) tidak menunjukkan bertambahnya berat badan anak. Ny. A
mengatakan anak menolak saat diberikan sayuran. BB : 11 kg, TB : 88
cm, usia 4,4 tahun. Keadaan TTV normal ; T : 36, 8 0C, RR : 24 x/menit,
HR : 97 x/menit.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal
Pemerikasaan kehamilan : jarang (tidak tentu)
Keluhan saat hamil : tidak nafsu makan, lebih sering
mengkomsumsi gorengan sebagai
penggantinya (kebutuhan gizi ibu
hamil tidak terpenuhi hanya
memakan gorengan saja).
Riwayat : Pada usia kehamilan 7 bulan Ny. A pernah mengalami
perdarahan (perdarahan dialami pada saat Ny.A sedang
mecuci pakaian dengan posisi jongkok).
2. Natal
Tempat melahirkan : di poliklinik Dharma
Lama dan jenis persalinan : empat jam dan melahirkan spontan
(normal)
Penolong persalinan : Dokter
Tidak ada komplikasi saat melahirkan
3. Postnatal
Kondisi bayi : BB : 2,6 kg
TB : 43 cm
Keadaan bayi sehat
(kondisi BB dan TB lahir anak rendah, dibawah rata-rata pada
umumnya).
Masalah menyusui : hanya minum ASI sampai usia 4 Bulan setelah
itu dilanjutkan minum susu formula sampai
usia 3 tahun.
Penyakit yang pernah dialami : batuk dan demam

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga tidak ada penyakit keturunan

Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: laki-laki telah meninggal
: perempuan
: perempuan telah meninggal
: klien
: tinggal serumah

IV. Riwayat Imunisasi


Catatan pemberian imunisasi An.FN
No Jenis imunisasi Waktu pemberian Keterangan
1 Hepatitis B - -
2 BCG 18 Februari 2012
3 DPT-HB 23 Maret 2012 Imunisasi ke 3 tidak
19 April 2012 diberikan karena An.
- FN demam
23 Juni 2012
4 Polio 18 Februari 2012 -
24 Maret 2012
19 April 2012
23 Juni 2012
5 Campak 20 Oktober 2012 -

V. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
BB : 11 Kg
TB : 88 cm
(pertumbuhan anak dibawah persenti ke 3).
Waktu tumbuh gigi : Ny. A mengatakan usia ±8 bulan gigi seri An.B
mulai tumbuh pada usia > 1 tahun gigi An. B mulai
bertumbuhan.
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia Anak saat :
1. Berguling : Ny. A mengatakan Lupa
2. Duduk : Ny. A mengatakan Lupa
3. Merangkap : usia 7 bulan
4. Berdiri : usia 11 bulan
5. Berjalan : usia 1 tahun
6. Bicara : usia 1 tahun
c. Perkembangan Motoric
 Motoric Halus : Ny. A mengatakan An.B bisa melakukan hal-hal
sederhana seperti menggambar, mewarnai, memakai pakaian sendiri
dll

 Motoric Kasar : Ny.A mengatakan An. B dapat bermain bersama


temannya seperti berlari, melompat, dll
d. Perkembangan Kognitif/Bahasa
Ny.A mengatakan bahwa An.B mampu mengekspresikan perasaannya
melalui kemampuan berbicaranya

e. Perkembangan Sosial
Ny.A mengatakan bahwa An.B senang bertemu keluarga besarnya dan
teman-temanannya serta memiliki interaksi yang baik

VI. Riwayat Nutrisi


a. Pemberian ASI
Pertama kali disusui : bayi sejak lahir
Cara pemberian : setiap kali menangis
Lama pemberian : sampai bayi tidak mau

ASI diberikan : sampai usia 4 bulan

b. Pemberian susu formula


Ny. A mengatakan karena putranya (An. B) tidak mau minum ASI maka
Ny. A mengganti dengan susu formula sampai usia 3 tahun. Cara
pemberian : (usia 5 bulan – 1 tahun) pada saat anak menangis. Usia 2-3
tahun pada saat anak meminta.

Jumlah : susu formula diberikan ± 180-300 ml.


c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
No Usia Jenis nutrisi
1 0-4 bulan ASI
2 5-12 bulan Susu formula + bubur (terkadang
dicampur wortel/kentang)
3 12 bulan - saat Nasi + sayur (jarang) + lauk pauk
+ susu formula (jarang)
ini
NB :Ny. A mengatakan anak tidak mau minum susu formula dan tidak
menyukai sayuran

VII. Riwayat Psikososial


Anak tinggal di rumah orang tuanya, lingkungan berada di kota, rumah
dekat dengan lingkungan sekolah, rumah memilki tempah ibadah, tidak
punya tempat tidur sendiri (tidur bersama orang tua), hubungan dengan
anggota keluarga harmonis, pengasuh anak orang tua.
VIII. Riwayat Spiritual
Orang tua dan keluarga klien rajin sembahyang sehari-hari di rumah

IX. Pola Aktivitas/Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola makan dan minum
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Nafsu/ selera makan : selera makan kurang, meningkat sedikit ketika
memiliki teman untuk makan bersama, tidak
menyukai sayuran.
Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan
Waktu pemberian makan : Pagi sekitar jam 07. 00 WIB
Siang sekitar jam 12.30 WIB
Sore sekitar jam 18.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : jumlah dalam porsi satu sendok nasi , jenis
nasi,telur puyuh, sayur (jarang), dan air
mineral
Waktu pemberian minum : tidak tentu, frekuensi ˃ 4 gelas.
b. Perawatan Diri
Kebersihan tubuh : keadaan tubuh kulit lembab dan berdaki.
Kebersihan gigi dan mulut : gigi cukup bersih, mulut bersih, bibir
tampak kering.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih, tidak
ada kehitaman di kuku.

c. Pola Kegiatan/ Aktivitas


Klien dibantu orang tuanya untuk mandi dan makan, eliminasi,
mengganti pakaian secara sebagian.
X. Pola Eliminasi
a. BAB
Pola BAB : satu kali sehari pada pagi/sore hari
Karakter feses : lembek
Riwayat perdarahan : Tidak ada
b. BAK
Pola Bak :> 4 kali sehari
Karakter urine : kuning jernih
Tidak ada nyeri saat BAK

XI. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum klien
Badan kecil dan kurus, pergerakan anak aktif
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,80C
Nadi : 97 kali/menit
Respirasi : 24 kali/ menit

Tekanan darah : -
c. Antropometri
TB : 88 cm
BB : 11 kg
LK : 47 cm
LLA :14 cm
d. Sistem pernapasan
Hidung : simetris kanan dan kiri, tidak ada secret, lubang hidung
lengkap (dua)
Leher : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar, tidak teraba
kelenjar tiroid
Dada : Inspeksi ; bentuk dada simetris kanan kiri (barrel shest),
pergerakan dada simetris, tidak ada bunyi tambahan.
e. Sistem Cardio Vaskuler
Conjungtiva : pucat, bibir : tidak pucat/sianosis, tekanan vena jugularis
tidak tinggi
Suara jantung : tidak ada bunyi abnormal (resonan)
Capillary refilling time : 2 detik
f. Sistem Pencernaan
Sklera : ikterus
Bibir : kering dan pecah-pecah
Mulut : stomatitis tidak ada, gusi merah/tidak pucat, gigi lengkap
g. Sistem indra
1) Mata
Tidak ada oedem pada kelopakmata alis merata
Visus (tidak dilakukan)
Tidak ada belek/secret mata

2) Hidung
Bersih/tidak ada secret pada llubang hidung, simetris kiri dan
kanan, lubang hidung lengkap.

3) Telinga
Bentuk telinga : normal/tidak ada kelainan
Ukuran telinga : normal/ tidak ada kelainan, sejajar dengan mata
Lubang hidung : normal, tidak ada serumen pada lubang hidung
h. Sistem integumen
Kebersihan : kulit lembab dan berdaki
Kehangatan : temperatur hangat
Warna : sawo matang,
Turgor : turgor kembali kurang dari 2 detik
Kelainan kulit : tidak ada kelainan kulit.
2.Analisa data

Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS : Resiko keterlambatan
- Ny.A Orang tua kurang pertumbuhan dan
mengatakan anak pengetahuan perkembangan
tidak selera
makan dan tidak
menyukai
sayuran Nutrisi pada saat
- Saat hamil ibu prenatal kurang
klien (Ny.A)
tidak nafsu Nutrisi tidak
makan, lebih adekuat
sering
mengkomsumsi Malnutrisi
gorengan c
DO : Resiko
- Klien menolak keterlambatan
saat diberikan pertumbuhan dan
makan terutama perkembangan
3. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d orang tua


kurang pengetahuan

4. Intervensi Keperawatan
Hari/tanggal No.Dx Intervensi keperawatan
selasa/ 1 Tujuan dan kriteria hasil :
10 Agustus (1). Anak akan mencapai normal
2021
pertumbuhan yang diharapkan
(misal : BB, lingkar kepala, usia
tulang,dan masa tumbuh tanpa
lemak) yakni: tidak diatas persentil
ke 97 atau dibawah persentil ke 3
usianya.
(2). Anak mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan sosial
dalam membangun kelompok sebaya
Intervensi tindakan Rasional
1. Skrining kesehatan : mendeteksi 1. Mengetahui apakah ada
masalah atau resiko kesehatan masalah tumbuh-kembang
melalui riwayat, pemeriksaan, dan pada klien
prosedur lain.
2. Manajemen nutrisi : membantu dan 2. Memperbaiki nutrisi kurang
memberikan asupan diet makanan
3. Membantu merencanakan
dan minuman yang seimbang
untuk asupan makanan
3. Penyuluhan nutrisi : prasekolah,
seimbang
anjuran tentang nutrisi dan praktik
pemberian makan atau
4. Menginformasikan orangtua
meminimalkan nutrisi.
mengenai tumbuh-kembang
4. Promosi kesehatan: Pendidikan
sesuai usianya
kesehatan tumbuh kembang anak
5. Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal No.Dx Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)
Senin/ 1 1. Melakukan pengkajian S : orang tua klien
26 Mei untuk mendeteksi mengatakan
2016 masalah atau resiko memahami informasi
kesehatan melalui yang diberikan dan
riwayat, pemeriksaan, berusaha
dan prosedur lain. memberikan menu
2. Membantu dan seimbang untuk
memberikan asupan diet putrinya.
makanan dan minuman O : respon orang tua
yang seimbang klien cukup baik
3. Melakukan penyuluhan terhadap intervensi
nutrisi pada usia pra- yang diberikan,
sekolah orangtua klien juga
4. Memberikan pendidikan dapat menjelaskan
kesehatan tentang kembali tumbuh-
tumbuh kembang anak kembang dan
kebutuhan nutrisi
usia 5 tahun
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai