Anda di halaman 1dari 34

Pengaruh Pemberian Aloevera Terhadap

Penurunan Demam Anak Di Puskesmas Pekauman

Disusun Oleh

SAHRIL SIDIK

(1714201110056)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KESEHATAN ILMU KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2019/2020
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Anak Usia Sekolah


2.1.1. Definisi Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah
dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-
tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).
Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah,
dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai
mengenal suasana baru di lingkungannya. Anak-anak akan
merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di
sekolah, dan menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari
kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Yusuf , S. 2011).

Freud mengatakan kelompok usia sekolah ada pada usia (6-12


tahun) masuk dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, anak-anak
berfokus pada perkembangan aktivitas fisik dan intelektual, dan
sementara kecenderungan seksual seolah ditekan (Kozier et al,.
2011).

Periode usia sekolah berakhir dengan usia kurang lebih 12 tahun,


pada priode ini terdapat priode pra-remaja dan priode pra-pubertas
dan priode ini diakhiri dengan tanda awitan pubertas. Anak usia
sekolah berada pada pola perkembangan yang rawan yaitu usia 10-
12 tahun atau tahap usia sekolah dasar. Pada usia 10-12 tahun anak
sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik
maupun psikologis, pada masa ini anak sedang menyongsong
pubertas. Anak usia sekolah masih dalam perkembangan aspek
fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial, sehingga dibutuhkan
cara-cara tentang penyampaian tentang pengetahuan seks dan
kesehatan reproduksi (Kozier et al., 2011).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia


sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang ada dalam masa
perkembangan aspek intelektual, fisik, kognitif, emosional, mental,
dan sosial anak.

2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah


2.1.2.1. Pengertian Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan pertambahan ukuran, jumlah
sel, serta pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks. Menurut (Soetjiningsih, 2013)
adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan (grow) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi
pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga bertambahnya
ukuran dan struktur organ tubuh dan otak. Jadi anak
tumbuh baik secara fisik maupun mental.

Perkembangan (development) adalah perubahan yang


bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah
pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan dapat juga diartikan sebagai
perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau
kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perkembangan
bersifat Kualitatif sehingga sulit diukur. Perkembangan
merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan
terpadu. Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang
terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke
depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara
perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan
berikutnya (Soetjiningsih, 2013).

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Menurut (Sulistiyawati, A. 2014) menyatakan bahwa secara umum
ada faktor utama yang berpengaruhi terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu:
2.1.3.1. Faktor Herediter
Faktor Herediter atau keturunan merupakan faktor yang
tidak dapat dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan
modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses
tumbuh kembang pada anak usia sekolah. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah
jenis kelamin dan suku bangsa atau ras. Misalnya, anak
keturunan bangsa Eropa akan lebih tinggi dan lebih besar
jika dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk
Indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda
dengan laki-laki (Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.3.2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan
emosi. Ada 4 hormon yang mempengaruhi pertumbuhan
anak (Sulistiyawati, A. 2014).
1. Hormon somatotropin merupakan hormon yang
mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel
otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya
hormon ini dapat menyebabkan gigantisme.
2. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan
tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme.
3. Hormon gonadotropin yang berfungsi untuk
merangsang perkembangan seks laki-laki dan
memproduksi spermatozoa.
4. Hormon estrogen merangsang perkembangan seks
sekunder wanita dan produksi sel telur, jika
kekurangan hormon gonadotropin ini akan
menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang
lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya, guru
dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak.
Cara seorang anak dalam perkembangan emosi,
sosial dan intelektual anak. Cara seorang anak
dalam berinteraksi dengan orang tua akan
mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada
umumnya anak yang tahap perkembangannya baik
akan mempunyai intelegensi yang tinggi
dibandingkan dengan anak yang tahap
perkembanganya terhambat.
b. Lingkungan Eksternal
Dalam Lingkungan eksternal ini ada 5 pengaruh
(Sulistiyawati, A. 2014) .
1. Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi
kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku dalam
bagaimana orang tua mendidik anaknya.
2. Status sosial ekonomi keluarga
Orang tua yang ekonomi menengah ke atas dapat
dengan mudah menyekolahkan anaknya di sekolah-
sekolah yang berkualitas, sehingga mereka dapat
menerima atau mendapat cara-cara baru, bagaimana
cara merawat anak dengan baik.
3. Status nutrisi
Orang tua dengan status ekonomi lemah bahkan
yang tidak mampu memberikan makanan tambahan
untuk anaknya, bisa mengakibatkan anak
kekurangan asupan nutrisi, yang berdampak pada
daya tahan tubuh anak dan akhirnya anak akan
mudah jatuh sakit.
4. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam
tubuh, meningkatkan aktifitas fisiologi dan
meningkatkan stimulasi terhadap perkembangan
otot baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
5. Posisi anak dalam keluarga
Anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang
tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi dengan
baik maupun itu kebutuhan fisik, emosi maupun
social.
2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan anak usia sekolah menurut (Kozier et al., 2011) dan
Perkembangan anak usia sekolah menurut (Sulistiyawati, A. 2014)
2.1.4.1. Pertumbuhan Fisik
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan
sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak
perempuan. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan
berat badan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang
lebih 115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang
lebih 150 cm. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah
terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi)
merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar
usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama.
Pergantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan
sekitar 4/tahun. Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan
tubuh meningkat secara terus-menerus. Kemampuan
menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti
menari, melempar bola, atau bermain alat musik.
Kemampuan perintah motorik yang lebih tinggi adalah hasil
dari kedewasaan maupun latihan.
2.1.4.2. Perkembangan Biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm/tahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2-3 kg/tahun untuk berat badan.
Selama usia tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus
dan tinggi sedangkan anak perempuan cenderung gemuk.
Pada usia 6-12 tahun, pembentukan jaringan lemak lebih
cepat perkembangannya dari pada otot.
2.1.4.3. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu
dicapai antara usia 6 tahun dan masa remaja. Anak-anak usia
sekolah ingin sekali mengembangkan keterampilan dan
berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna
secara sosial. Mereka mendapatkan rasa kompetensi
personal dan interpersonal, menerima instruksi sistematik
yang digambarkan oleh budaya individual mereka, dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menjadi orang yang berguna, yang mereka konstribusikan
dalam komunikasi sosial mereka.
2.1.4.4. Perkembangan Kognitif
Ketika anak mampu menggunkana proses berfikir untuk
mengalami peristiwa dan tindakan muncullah pemikiran
egosentrik yang kaku pada tahun-tahun prasekolah yang
digantikan dengan proses berpikir, yang memungkinkan
anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada
tahapan ini anak mampu memahami hubungan antara ide
dan suatu hal. Anak mengalami kemajuan dari membuat
penilaian berdasarkan apa yang dia lihat, kemampuan anak
meningkat dalam menggunakan simpanan memori mengenai
pengalaman masa lalu mereka untuk mengevaluasi dan
menginterprestasikan masa kini.
2.1.4.5. Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada anak usia sekolah adalah bahwa
anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari
orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini (usia
11 atau 12 tahun), anak sudah dapat memahami alasan yang
mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak sudah dapat
mengasosialisasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep
benar salah atau baik buruk (Ahmad Susanto, 2013). Anak
usia sekolah yang lebih besar lebih mampu menilai suatu
tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang
dihasilkannya.
2.1.4.6. Perkembangan spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi
merupakan pelajaran yang baik dan memiliki kemampuan
besar untuk mempelajari tuhan. Anak usia sekolah
menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata,
mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga
cenderung melakukan atau mematuhi peraturan karena takut
masuk neraka. Pada perkembangan spiritual anak mulai
belajar tentang alam nyata sehingga konsep religius perlu
disajikan secara konkret atau nyata dan juga mencoba
menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika. Oleh
karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada anak
dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan
berdoa atau melakukan ritual agama dan jika aktivitas ini
merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari anak, hal ini
dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi
situasi sehari-hari.
2.1.4.7. Perkembangan Sosial
Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia
sekolah adalah kelompok teman sebaya. Akhir masa kanak-
kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan
meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang
menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya
dengan geng remaja. Tujuan dari geng anak-anak
diantaranya memperoleh kesenangan dengan bermain.
2.1.4.8. Perkembangan Konsep Diri
Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari
mengenai berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik,
kemampuan, nilai, ideal diri dan pengharapan serta ide-ide
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain,
konsep diri juga termasuk citra tubuh, seksualitas dan harga
diri seseorang. Konsep diri yang positif membuat anak
merasa senang, berhagra dan mampu memberikan kontribusi
dengan baik.

2.1.5. Masalah Pada Anak Usia Sekolah


2.1.5.1. Masalah Kesehatan
a. Diare
Diare adalah keadaan dimana tubuh kehilangan
banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Diare dapat
juga didefinisikan sebagai buang air besar cair lebih
dari 3 kali dalam sehari (24 jam). Penyebab diare
secara klinis dapat dikelompokan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus),
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lainnya. Jenis diare ada dua yaitu diare
akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14
hari (Widoyono, 2011).
b. Cacingan
Cacingan umumnya disebabkan oleh tanah, iklim atau
suhu, kelembaban, dan angin. Cacing dapat masuk ke
tubuh manusia karena anak-anak seringkali bermain
di tanah dengan tidak memperhatikan kebersihan diri
seperti mencuci tangan setelah bermain di tanah
sehingga cacing yang terdapat di kuku jari dapat
masuk ke tubuh, selain itu juga anak yang sering
bermain tanpa menggunakan alas kaki yang dapat
menyebabkan cacingan. Anak-anak seringkali tidak
mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan bisa
menyebabkan cacingan karena cacing juga terdapat
pada feses manusia. Cacingan dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktivitas penderita sehingga secara ekonomi
dapat menyebabkan banyak kerugian yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia (Wintoko 2014).
c. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica
khususnya turunannya, Salmonella typhi (Alba et al.,
2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan oral
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mogasale et al,. 2016). Umur penderita penyakit ini
di indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun. Angka
kejadian pada penyakit ini tidak berbeda antara anak
laki-laki dan anak prempuan (Rampengan T.H.,
2010).
d. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah suatu
kelompok penyakit yang menyerang saluran
pernapasan. Penyebab utama ISPA adalah virus atau
infeksi gabungan virus dan bakteri (Depkes RI.,
2012). ISPA dibagi menjadi 2 bagian yaitu, ISPA
bagian bawah dan ISPA bagian atas. Infeks saluran
pernapasan yang menyerang bagian bawah adalah
influenza brochitis dan pneumonia, sedangkan yang
menyerang bagian atas adalah influenza, sakit telinga,
radang tenggorokan, dan sinusitis (Sinsyeba et al.,
2018).
e. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala
batuk, sesak nafas, ronki, dan infiltrat pada foto
rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut
disebut bronkopneumonia (Sugihartono & Nurjazuli,
2012).
f. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit
menular yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Data dari seluruh dunia menunjukkan
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Di Indonesia pada
tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak
204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak
1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016
meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015
yaitu 129.650 kasus (Depkes RI., 2016).
g. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan
pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat
yang di konsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin
terjadi:
1. Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain
sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai
keterampilan yang penting untuk keberhasilan
social.
2. Teman-temannya sering mengganggu dan
mengejek dengan sebutan-sebutan gendut atau
sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
3. Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan keterampilan tertentu.
Orang tua perlu memperhatikan bahaya dari
kecelakaan yang bisa berdampak pada psikologis
anak dan menyebabkan anak merasa takut
terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat
berkembang menjadi rasa malu yang
mempengaruhi hubungan sosial pada anak.
4. Kecanggungan
Pada keadaan ini anak sering membandingkan
kemampuan dirinya dengan teman sebayanya.
Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi
dasar untuk rendah diri (Health Secret, 2013)

2.2. Konsep Suhu Tubuh


2.2.1. Definisi Suhu Tubuh
Suhu adalah pengukuran keseimbangan antara panas yang
dihasilkan oleh tubuh dan panas yang hilang dari tubuh. Suhu tubuh
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat
(Kozier et al., 2011).

S uhu tubuh merupakan tanda atau suatu ukuran penting yang dapat
memberi petunjuk mengenai keadaan tubuh seseorang, Untuk
menentukan suhu tidak dapat menggunakan panca indera (perabaan
tangan), alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh
adalah termometer (Hidayat, 2011).

Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan


menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh
bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ± 1
̊F (± 0,6 ̊C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami
demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik
dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas yang
berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat. Sebaliknya,
apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang besar maka suhu
kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh


ialah keadaan tubuh merasakan panas dan dingin yang
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas.

2.2.2. Suhu Tubuh Normal


Suhu tubuh normal manusia dikenal sebagai normothermia adalah
sebuah konsep yang tergantung pada tempat di bagian tubuh mana
pengukuran dilakukan. Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh
lingkungan, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan suhu udara,
tergantung pada tempat di bagian tubuh mana pengukuran
dilakukan, bagian tubuh yang berbeda memiliki temperatur yang
berbeda. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5°C dari rata-rata pada
pagi hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak ada
nilai mutlak suhu tubuh. Bagian tubuh yang berbeda memiliki
temperatur yang berbeda, sama halnya dengan usia, untuk usia 6-15
tahun 36,7-37,20C (Sodikin, 2012).

Anak diartikan demam jika suhu badannya >37,20C disertai tanda


dan gejala penyerta. Pemberian obat penurun panas diindikasikan
untuk anak demam dengan suhu 380C, banyak orang tua
memberikan obat penurun panas untuk membuat anak merasa
nyaman dan mengurangi kecemasan orang tua (Hidayat 2011).
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal untuk
bisa dilakukkan tindakan non farmakologi berkisar antara >37,2-
37,8 ̊C. Pada demam tinggi 38 ̊C dianjurkan langsung membawa ke
dokter atau rumah sakit karena dapat mengakibatkan alkalosis
respiratorik, asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan EKG, dan
berkurangnya aliran darah otak. Dampak lain yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani dapat menyebabkan
kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,
epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar (Setiawati,
2009).

2.2.3. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh


Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik
(feelback) yang berada dipusat pengaturan suhu (hipotalamus).
Pengaturan suhu suatu mekanisme pada saat pusat temperatur di
hipotalamus mendeteksi adanya suhu tubuh yang terlalu panas,
maka tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini akan terjadi bila suhu tubuh inti sudah melewati
ambang batas toleransi tubuh yang mempertahankan suhu atau yang
disebut titik tetap (setpoint). Set point (titik tetap) tubuh akan
dipertahankan supaya suhu inti tubuh tetap konstan pada kisaran 37
0
C. Pada saat suhu meningkat melebihi titik tetap (setpoint), maka
keadaan ini akan merangsang hipotalamus untuk melakukan
berbagai mekanisme agar suhu mampu dipertahankan dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas
sehingga suhu kembali pada titik tetap (Sodikin, 2012).

2.2.4. Proses Kehilangan Panas Pada Tubuh


Menurut (Kozier et al., 2011) kehilangan panas pada tubuh dapat
terjadi dengan 4 cara yaitu :
2.2.4.1. Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan salah satu benda ke
permukaan benda ke permukaan benda yang lain tanpa
kontak langsung antar kedua benda tersebut, sebagian besar
dalam bentuk sinar inframerah.
2.2.4.2. Konduksi
Proses perpindahan panas dari satu molekul ke molekul
yang lain yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas
secara konduksi tidak dapat terjadi tanpa adanya kontak
langsung antara molekul tersebut dan biasanya
menyebabkan kehilangan panas yang sangat sedikit, kecuali
misalnya ketika tubuh direndam dalam air yang dingin.
Jumlah perpindahan panas bergantung pada perbedaan suhu
dan jumlah serta lama kontak antara molekul.
2.2.4.3. Konveksi
Merupakan penyebaran panas melalui aliran udara. Tubuh
biasanya memiliki sedikit udara hangat di sekelilingnya.
Udara hangat ini naik dan diganti oleh udara yang lebih
dingin, sehingga individu akan selalu kehilangan sedikit
panas lewat konveksi.
2.2.4.4. Vaporasi
Proses vaporasi kelembaban yang kontinu dari saluran
pernafasan, mukosa mulut, dan kulit. Kehilangan air yang
terusmenerus dan tidak terdeteksi ini disebut kehilangan air
yang tidak disadari (insensible water loss), dan kehilangan
panas yang terjadi bersamaan dengan proses itu disebut
sebagai kehilangan panas yang tidak disadari (insensible
heat loss). Sepuluh persen dari kehilangan panas basal
adalah insensible heat loss. Ketika suhu tubuh meningkat,
vaporasi menyebabkan kehilangan panas yang lebih besar.

2.2.5. Alat Pengukur Suhu Tubuh


Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan bahwa termometer sering
digunakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang, termasuk
anak. Jenis termometer yang sering digunakan diantaranya
termometer kaca atau raksa, termometer digital.
2.2.5.1. Termometer air raksa-kaca
Termometer ini terdiri dari atas tabung gelas tertutup
yang berisi cairan air raksa atau merkuri. Di tepi ujung
terlihat garis-garis yang menunjukkan skala temperatur.
Bila suhu meningkat, air raksa dalam tabung sempit akan
naik. Titik dimana air raksa tersebut berhenti naik
menunjukkan berapa suhu pengguna saat itu (Sodikin,
2012).

Gambar 2.1
2.2.5.2. Termometer infra merah (Infraced Sensing ear
Thermometer) Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan
termometer jenis ini digunakan untuk mengukur radiasi
termal dari aksila, saluran telinga (membran timpani). Suhu
tubuh hasil pengukuran akan terlihat ±1 detik. Hal
mendasar dari termometer inframerah adalah semua objek
akan memancarkan energi inframerah. Semakin panas suatu
benda, maka molekul-molekul yang ada didalamnya
semakin aktif serta semakin banyak inframerah yang
dipancarkan.

Gambar 2.2

2.2.5.3. Termometer temporal


Termometer ini termometer jenis menggunakan
pemindai infra merah untuk mengukur suhu dari arteri
temporal yang ada di dahi. Termometer ini merekam
temperatur waktu ± 6 detik. (Sodikin, 2012).
Gambar 2.3

2.2.5.4. Termometer strip plastik (termograf)


Perubahan warna yang terjadi merupakan respon untuk
menunjukkan perubahan suhu. Cara penggunaan
termometer strip plastik adalah dengan menempatkan
strip pada dahi sampai terjadi perubahan warna, biasanya
memerlukan waktu ± 15 detik beberapa strip dapat
digunakan seperti termometer air raksa oral. Meskipun
penggunaanya mudah, tapi tingkat keakuratannya agak
rendah khususnya pada bayi dan anak kecil (Sodikin,
2012).
Gambar 2.4

2.2.5.5. Termometer Digital


Termometer digital prinsip kerjanya sama dengan
termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer
digital terdapat logam yang berfungsi sebagai sensor suhu ,
yang kemudian akan memuai dan pemuaian ini diartikan
oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk
angka yang tertera pada termometer digital. Cara kerja
kedua jenis termometer antara termometer klinik dengan
menggunakan air raksa dan termometer digital adalah sama.
Kedua jenis alat ini tentunya juga sudah memenuhi
persyaratan dimana sebelum dijual di pasaran akan melalui
kalibrasi untuk menentukan keakuratan hasil dari kedua alat
tersebut. Hasil penelitian Dolkar, Kapoor, Singh, dan Suri
(2013) yang meneliti dengan judul a comparative study on
the recording of temperature by the clinical mercury
thermometer and digital thermometer, menemukan bahwa
hasil dari kedua jenis termometer tersebut secara klinik
tidak ada perbedaan yang signifikan. Artinya bahwa kedua
termometer tersebut memiliki keakuratan yang sama dan
dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Keunggulan
dari termometer jenis ini adalah praktis, mudah dibaca dan
hasil pengukuran sangat cepat. Seperti termometer air raksa
pengukuran suhu digital bisa dilakukan dibeberapa tempat
yaitu mulut, ketiak dan anus. Cara pengukurannya sama
dengan cara pengukuran dengan memakai termometer air
raksa. (Sodikin, 2012).

Gambar 2.5

2.2.6. Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh


Ada beberapa macam lokasi pengukuran suhu tubuh yaitu :
2.2.6.1. Pengukuran di aksila (ketiak)
Pengukuran suhu aksila (ketiak) merupakan pengukuran
suhu yang paling aman untuk memeriksa apakah anak
menderita demam. Keuntungan dari pemeriksaan suhu di
aksila ini aman dan mudah dilakukan bagi orang tua atau
pengasuh, nayamn bagi anak, dapat dilakukan pada semua
usia termasuk bayi baru lahir. Kerugiannya korelasi antara
suhu aksila dengan suhu pusat tubuh (core temperature)
rendah (Fransisca Handy, 2016).
2.2.6.2. Pengukuran suhu di anus (rektal)
Perhatikan bahwa suhu rektal tidak boleh diukur jika anak
mengalami diare atau kurang dari 1 tahun. Keuntungan dari
pemeriksaan suhu di anus tidak dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Kerugiannya tidak nyaman bagi anak, kadang
menimbulkan keraguan bagi orang tua atau pengasuh untuk
melakukannya, khawatir akan menyakiti anak, hasil
pengukuran tergantung seberapa dalam termometer
dimasukkan ke dalam anus (Fransisca Handy, 2016).
2.2.6.3. Pengukuran di telinga
Menurut (Sodikin, 2012) mengemukakan secara teori
membran timpani merupakan tempat untuk pengukuran
suhu inti, hal ini karena adanya arteri yang berhubungan
dengan pusat termoregulasi. Termometer membran timpani
yang dikembangkan saat ini menggunakan metode infared
radiationemitted detectors (IRED). Walaupun dari segi
kenyamanan cukup baik, pengukuran suhu membran
timpani sehingga saat ini jarang dipergunakan karena
variasi nilai suhu yang berkorelasi dengan suhu oral atau
rektal cukup besar.Pengukuran suhu tubuh dengan lokasi
membran timpani memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
a. Tempat mudah dicapai.
b. Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
c. Waktu pengukuran cepat hanya 2-5 detik.
d. Dapat dilakukan tanpa membangunkan klien.
Kekurangan
a. Alat bantu dengar harus dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pengukuran.
b. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami
bedah telinga (membran timpani).
c. Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu
pengukuran suhu. Ke akuratan pada bayi baru lahir dan
anak-anak masih diragukan.
2.2.6.4. Pengukuran di arteri pulmonalis
Diantara berbagai tempat pengukuran suhu tubuh, tempat
yang paling dianggap mendekati suhu yang terukur oleh
thermostat di hipotalamus adalah suhu darah arteri
pulmonalis. Tetapi cara ini memilik berbagai keterbatasan,
seperti pengukuran tersebut merupakan cara invasif,
menggunakan arteri pulmonalis sehingga cara ini hanya
sesuai untuk perawatan invasif (Sodikin, 2012).
2.2.6.5. Pengukuran di esophagus
Suhu pada esopagus juga dianggap sebagai suhu yang
mendekati suhu inti, karena dekat dengan arteri yang
membawa dari jantung ke otak. Tetapi kelemahannya
adalah suhu di esofagus tidak sama di sepanjang esopagus.
Dimana esopagus dibagian atas akan dipengaruhi udara
trakea (Sodikin, 2012).

2.3. Konsep Demam


2.3.1. Definisi Demam
Anak dikatakan demam apabila suhu tubuhnyaa diatas normal dan
ada tanda atau gejala penyerta. Batasan suhu normal pada anak
tergantung dari cara tempat pengukuran suhu. Secara umum, kita
dapat menggunakan acuan demam suhu pada pengukuran diketiak
diatas 37,2 ̊C (Sodikin, 2012). Anak diartikan demam jika suhu
badannya diatas 37,2 0C disertai tanda dan gejala penyerta (Hidayat
2011).

Demam didefinisikan sebagai respon fisiologis tubuh terhadap


penyakit yang diperantarai oleh kuman atau bakteri dan ditandai
dengan peningkatan suhu pusat tubuh (Tamsuri, 2010). Suhu tubuh
yang mencapai 41°C berada pada angka kematian 17%, suhu tubuh
yang mencapai 43°C akan mengalami keadaan koma dengan angka
kematian 70%, dan suhu tubuh 45°C akan meninggal dalam
beberapa jam (Said, 2014).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan


titik ambang regulasi hipotalamus. Pusat pengatur panas yaitu
hipotalamus, hipotalamus berfungsi sebagai pusat pengatur suhu
tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor
neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengaturan lainnya adalah
suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal-
sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada
titik ambang 37,0°C (98,0°F) dan sedikit berkisar antara 1-1,5°C.
Suhu aksila mungkin 1,0°C lebih rendah dari dalam tubuh (Nelson,
2012).

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan anak dikatakan demam


ketika suhu tubuh lebih dari 37,2°C, sebagai respon fisiologis tubuh
terhadap penyakit yang diperantarai oleh kuman/bakteri dan
ditandai dengan peningkat an suhu tubuh.
2.3.2. Etiologi Demam
Menurut (Febry dan Marendra, 2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan
demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau
adanya penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan system
imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi),
suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang
hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak
adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry &
Marendra, 2010).

2.3.3. Manifestasi klinis Demam


Tanda dan gejala terjadinya demam (suhu >37,2°C) (Sodikin, 2012)
adalah:
a. Anak rewel
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi

2.3.4. Patofisiologi Demam


Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan. Sebagai
respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan infeksi juga bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat
yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh.
Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan
menjadi 38,9oC (102oF), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu
normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu
mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu
menjadi 38,9oC. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil
agar produksi panas segera meningkat dan mendorong suhu naik
dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan
demam. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai
normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan
patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai respon
terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Selama demam, pirogen
endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu
pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang
bekerja langsung pada hipotalamus. Aspirin mengurangi demam
dengan menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa adanya pirogen
endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam
jumlah bermakna (Sherwood, 2012).

2.3.5. Mekanisme Tubuh terhadap Demam


Mekanisme tubuh terhadap demam menurut (Guyton & Hall,
2012) yaitu:
2.3.5.1. Vasodilatasi
Pembuluh darah mengalami dilatasi dengan kuat. Hal ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi.
Vasokontriksi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas kke kulit seanyak delapan kali lipat.
2.3.5.2. Berkeringat
Dari peningkatan temperatur yang menyebabkan
berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1oC
menyebabkan keringat cukup banyak untuk membuang 10
kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukan panas tubuh.
2.3.5.3. Penurunan pembentukan panas
Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia,
dihambat dengan kuat.

2.3.6. Definisi Terapi Non Farmakologis


Terapi non Farmakologi merupakan tindakan dengan
menggunakan terapi fisik, seperti penanganan pada anak demam,
menempatkan anak diruang bersuhu dan bersirkulasi baik,
mengganti pakaian anak dengan pakaian tipis dan menyerap
keringat, memberikan hidrasi yang adekuat, dan memberikan
kompres (Widodo, 2010).

Terapi non farmakologi diartikan sebagai terapi tambahan selain


hanya mengonsumsi obat-obatan. Manfaat dari terapi non
farmakologi yaitu meningkatkan efikasi obat, mengurangi efek
samping, serta memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung.
Bentuk terapi non farmakologi adalah terapi alternatif dan
komplementer. Pengobatan alternatif adalah pengobatan yang
dipilih sebagai pengganti terhadap pengobatan medis sedangkan
pengobatan komplementer adalah pengobatan yang digunakan
bersama-sama dengan pengobatan medis (Nurul, 2016).

Terapi non farmakologi adalah tindakan yang dapat dilakukan


dengan pemberian kompres air hangat, air dingin. Pemberian
kompres tidak harus selalu menggunakan air hangat atau pun air
dingin, tapi bisa juga dengan menggunakan kompres lidah buaya
(Wardiah et al., 2016).

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa terapi non


farmakologi diartikan sebagai terapi tambahan, dengan
menggunakan terapi fisik, bukan hanya dengan obat-obatan saja.

2.3.7. Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis


Terapi non farmakologi seperti pemberian kompres lidah buaya
dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan demam pada anak. Pemberian terapi lidah buaya
dipilih karena 95% kandungan yang terdapat didalam lidah buaya
adalah air dan lidah buaya mengandung senyawa lignin yang
meniliki kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga lebih cepat
menembus masuk ke dalam pori dan sel, serta berguna sebagai
media pembawa zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh kulit. Di
dalam tanaman lidah buaya juga mengandung saponin yang
bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya
ditempelkan pada dahi anak yang mengalami demam, maka
saponin yang ada didalam lidah buaya akan memvasodilatasi kulit,
sehingga akan mempercepat kerja lignin yang memiliki
kemampuan penyerapan tinggi dalam menurunkan suhu tubuh
dalam menembus masuk ke pori. Ditunjang juga oleh karakteristik
lidah buaya yang memiliki tingkat keasaman (pH) yang normal,
hampir sama dengan pH kulit manusia sehingga dapat menghindari
terjadainya alergi kulit pada manusia. Lidah buaya juga memiliki
kandungan asam amino dan enzim yang masing-masing berfungsi
untuk membantu perkembangan sel-sel baru dengan kecepatan luar
biasa dan menghilangkan sel-sel yang telah mati dari epidermis
(As Seggaf, 2017).

2.4. Kompres Aloe Vera


2.4.1. Kompres Aloe Vera
Kompres adalah salah satu tindakan non farmakologis untuk
menurunkan suhu tubuh bila anak mengalami demam. Pemberian
kompres tidak harus menggunakan air hangat, salah satu metode
kompres lain yang juga dapat diberikan pada anak yang mengalami
demam adalah metode kompres dengan lidah buaya (Aloe vera).
Lidah buaya merupakan salah satu komoditi produk pertanian yang
dijadikan komoditi unggulan di Provinsi Kalimantan Barat (Aseng,
2015).

Lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Adanya kandungan


air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari
tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian
menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu demam dapat terjadi
karena air memiliki kapasitas panas penguapan yang cukup besar
yaitu sekitar 0,6 kilokalori per gram (Fajariyah, 2016).

Pemberian kompres dengan cara lain untuk mengurangi suhu tubuh


karena infeksi (hipertermi) adalah dengan menggunakan Aloe vera.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa dengan pemberian
kompres aloe vera (lidah buaya) dapat berpengaruh yang signifikan
untuk mengurangi suhu tubuh pada penderita demam (As Assegaf,
2017).
2.4.2. Tujuan dan manfaat
2.4.2.1. Tujuan Kompres Aloe Vera
Tujuan kompres lidah buaya adalah untuk menurunkan
suhu tubuh yang meningkat, karena didalam lidah buaya
mengandung air sebanyak 95% adanya kandungan air yang
besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas
dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air
kemudian menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu demam
dapat terjadi karena air memiliki kapasitas panas
penguapan yang cukup besar yaitu sekitar 0,6 kilokalori per
gram (As Seggaf, 2017).

2.4.2.2. Manfaat Kompres Aloe Vera


Di dalam tanaman aloe vera mengandung Saponin yang
bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah
buaya ditempelkan pada dahi anak yang mengalami
demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat kerja
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori.
Lidah buaya memiliki sel cairan keasaman (pH) yang
natural, mirip dengan pH kulit manusia, hal ini dapat
menghindari terjadinya alergi kulit bagi pemakaianya,
terutama pada anak anak yang memiliki kulit sensitive (As
Aseggaf, 2017).

2.4.3. Kandungan Aloe vera


2.4.3.1. Saponin
Bermanfaat untuk penurunan suhu tubuh. Saponin bekerja
untuk memvasodilatasi kulit sehingga akan mempercepat
kerja lignin. Saponin bekerja melebarkan pembuluh darah
dapat mempercepat pengeluaran panas (As Aseggaf, 2017).
2.4.3.2. Lignin
Lignin memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori
(As Seggaf, 2017).
2.4.4. Waktu pemberian Kompres Aloe Vera
Pemberian kompres aloe vera dapat dilakukan selama 10-15 menit
(Fajariyah, 2016).
2.4.5. Cara pengukuran suhu tubuh
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian kompres
aloe vera, dengan menggunakan termometer digital pada aksila,
pengompresan dilakukan pada bagian dahi dan bagian dada.
2.4.6. Efek Kompres Aloe Vera
Lidah buaya mengandung air sebanyak 95 %. Adanya kandungan
air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari
tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian
menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu demam dapat terjadi
karena air memiliki kapasitas panas penguapan yang cukup besar
yaitu sekitar 0,6 kilokalori per gram (Fajariyah, 2016). Di dalam
tanaman aloe vera mengandung Saponin yang bermanfaat dalam
penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya ditempelkan pada dahi
anak yang mengalami demam, maka saponin yang ada didalam
lidah buaya akan memvasodilatasi kulit, sehingga akan
mempercepat kerja lignin yang memiliki kemampuan penyerapan
tinggi dalam menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke
pori. Lidah buaya memiliki sel cairan keasaman (pH) yang natural,
mirip dengan pH kulit manusia, hal ini dapat menghindari
terjadinya alergi kulit bagi pemakaianya, terutama pada anak anak
yang memiliki kulit sensitif (As Seggaf, 2017).
2.4.7. Metode Kompres Aloe Vera
Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5x15 cm, dan kemudian
dicuci dengan air mengalir dan sedikit tambahan garam untuk
menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya tersebut.
Pemberian kompres dilakukan selama 15 menit dan dilakukan
pengukuran suhu pada sebelum dan setelah pemberian kompres
lidah buaya menggunakan termometer digital yang diletakan pada
area axila (As Seggaf, 2017).
2.5. Kerangka Teori

Skema 2.2 Kerangka konsep

Anak Usia Sekolah


Suhu tubuh
(6-12 tahun)

Manifestasi Klinis Demam

Anak rewel

Kulit kemerahan
Terapi non farmakologi
Hangat pada sentuhan

Peningkatan frekuensi
pernapasan Pemberian Kompres Aloe Vera

Menggigil

Kandungan Aloe Vera

Saponin

Lignin

2.6. Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan bagan terhadap rancangan penelitian yang
akan dil akukan, meliputi siapa yang akan diteliti atau subjek penelitian.
Variabel yang akan diteliti atau subjek penelitian. Variabel yang akan
diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2015).
Skema 2.2 Kerangka konsep

Variabel Independen

Pemberian Kompres
Aloe Vera

Variabel dependen

Suhu tubuh sebelum Suhu tubuh setelah


diberikan Kompres diberikan Kompres
Aloe Vera Aloe Vera

2.7. Hipotesis
Hipotesis yang diterapkan dalam penelitian ini “Ada Pengaruh Pemberian
Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia
Sekolah Yang Mengalami Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin?”

Anda mungkin juga menyukai