Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH

Disusun Oleh :
IDA SURANINGSIH 1220006931

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
BAB I

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tumbuh kembang anak mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Peristiwa tersebut saling berkaitan dan sulit
dipisahkan. Pertumbuhan menurut Nurihsan (2013, hlm.3), “pertumbuhan dapat
diartikan sebagai perubahan alamia secara kuantitatif pada segi jasmani atau fisik.
Kematangan merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik
tolak kesiapan dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya”.
Sedangkang perkembangan lebih kepada menitikberatkan pada aspek perubahan
bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk pula perubahan
pada aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran baik
besar, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Menurut
Kemenkes RI, 2015 dalam Rivanica (2016, hlm.2),“pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat”. Sedangkan menurut Whaley dan
Wong, 2004 dalam Rivanica (2016, hlm.2),”indikator ukuran pertumbuhan
meliputi perubahan tinggi badan dan berat badan, gigi, struktur skelet dan
karakteristik seksual”.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dari proses pematangan. Menurut Kemenkes RI, 2015 dalam
Rivanica (2016, hlm.3),” perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus,
bicara, dan Bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian”. Menurut Whaley dan
Wong, 2004 dalam Rivanica (2016, hlm.3),”perkembangan berhubungan dengan
perubahan secara kualitas, di antaranya terjadi peningkatan kapasitas individu
untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan
pembelajaran”.
Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,
atau melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif seperti membaca, menulis dan menghitung. Sebelum masa
ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
beranganangan, sedangkang pada usia sekolah dasar daya pikirnya sudah
berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional. Menurut (Murti, 2018), ”Pada
usia sekolah dasar, berbeda pada usia–usia sebelumnya. Usia 6-12 tahun
perkembangan fisik relatif lebih lambat dan lebih konsisten. Laju perkembangan
seperti ini berlangsung sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada awal
masa pubertas”. Menurut Yusuf (2010 hlm 178) “priode ini ditandai dengan tiga 3
kemampuan dan kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan),
menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-
angka atau bilangan”.
Berdasarkan pengkajian yang saya lakukan di SDN 02 Bandengan
terdapat anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, seperti anak tersebut
belum bisa membaca, menulis, dan kurang memahami apa yang diperintah /
dibicarakan.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tumbuh kembang pada anak usia sekolah.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui sosialisasi pada anak usia sekolah
2) Untuk mengetahui pengetahuan anak usia sekolah
BAB II

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki
fisik lebih kuat yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung dengan orang tua. Anak usia sekolah ini merupakan masa
dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan karakteristik
dan kepribadian anak. Periode usia sekolah ini menjadi pengalaman inti
anak yang dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiri
dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan lannya. Selain itu
usia sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri
pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Diyantini,
et al. 2015).
b. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan , sehingga dapt diukur dengan satuan panjang
dan berat. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam jumlah,ukuran
dan fungsi tingkat sel,organ,maupun individu (Kemenkes RI, 2012).
Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan yang bersifat
linear dan pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada masa lampau. Ukuran
linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang
akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau.Ukuran
linear yang sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada masa sekarang atau saat pengukuran. Contoh massa
jaringan adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lemak
bawah kulit. Ukuran yang rendah atau kecil menunjukkan keadaan gizi
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu
pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang yang paling sering
digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2016).
c. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk
pula perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya. Mengukur perkembangan tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan antropometri, tetapi pada anak yang sehat
perkembangannya searah (paralel) dengan pertumbuhannya (Supariasa
dkk, 2016).
Menurut Kemenkes, 2012 perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
Aspek-aspek perkembangan yang biasanya dipantau adalah:
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya(Kemenkes, 2012).
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati seseuatu, menjimpit,
menulis dan sebagainya (Kemenkes, 2012).
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya
(Kemenkes, 2012).
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya (Kemenkes RI, 2012).

2. Etiologi
Penyebab dari gangguan tumbuh kembang menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) adalah sebagai berikut :
a. Efek ketidakmampuan fisik
b. Keterbatasan lingkungan
c. Inkonsistensi respon
d. Pengabaian
e. Terpisah dari orang tua dan/atau orang terdekat
f. Defisiensi stimulus
3. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Pada proses tumbuh kembang anak setiap individu akan mengalami siklus
yang berbeda-berbeda. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pada anak menurut (Hidayat, 2012) diantaranya :
a. Faktor Herediter
Faktor herediter adalah faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar untuk
mencapai tumbuh kembang anak jika dibandingkan dengan faktor lain.
Faktor ini terdiri dari bawaan atau kelainan genetik dan kromosom dari
ayah dan ibu, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Kelainan genetik dan
kromosom pada ayah dan ibu akan menjadi pengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Faktor herediter ditentukan dengan intensitas dan
kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam menentukan
tercapainya potensi yang sudah dimilki anak. Adapun yang termasuk
faktor lingkungan yaitu lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal.
1) Lingkungan pranatal adalah lingkungan pada saat dalam kandungan,
mulai dari konsepsi hingga lahir yang meliputi gizi sewaktu ibu hamil,
lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat-zat kimia
atau toxin seperti pengguna obat-obatan atau alkohol, kebiasaan ibu
yang mungkin merokok saat hamil, hormonal seperti adanya hormone
somatrotopin, plasenta, tiroid, insulin dan lain-lain yang
mempengaruhi pertumbuhan janin. Selain itu adanya tekanan mekanik
pada beberapa organ tubuh janin dan pemberian radiasi juga dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
2) Lingkungan postnatal ialah lingkungan setelah lahir yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti misalnya, budaya
lingkungan, status sosial ekonomi, nutirisi, iklim/cuaca,
olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, dan status
kesehatan.
c. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak
antara lain: hormon somatrotopin yang memiliki peran dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang
menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan glukokortikoid mempunyai
fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisal dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen,
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulsi seks pada laki-laki maupun
perempuan.
4. Tanda dan Gejala
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), pada gangguan tumbuh
kembang terdapat gejala dengan tanda mayor dan minor diantaranya :
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Tidak tersedia
Objektif
1) Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai
usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial).
2) Pertumbuhan fisik terganggu
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Tidak tersedia
Objektif
1) Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
2) Afek datar
3) Respon sosial lambat
4) Kontak mata terbatas
5) Nafsu makan menurun
6) Lesu
7) Mudah marah
8) Regresi
9) Pola tidur terganggu (pada bayi)

5. Pengkajian
Pengkajian berupa proses pengumpulan, pengaturan, validasi dan
dokumentasi data. Pengkajian juga berupa proses yang dilakukan pada semua fase
dalam proses keperawatan. (Kozier, Erb, Breman, & Shirlie, 2011).
Pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan informasi tetang
status kesehatan dari klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu guna
mencegah kehilangan data yang signifikan dan menggambarkan status kesehatan
klien. Adapun metode pengumpulan data yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data dengan menggunakan indera.
Observasi merupakan keterampilan yang disadari dan disengaja yang
dikembangkan melalui upaya dan dengan pendekatan yang terorganisasi.
Observasi memiliki dua aspek yitu memperhatikan data dan menyeleksi,
mengatur dan menginterpretasikan data. Observasi harus dapat dilakukan
dengan sedemikian rupa sehingga tidak ada data yang mungkin
terlewatkan.
b. Wawancara
Wawancara ialah komunikasi yang direncanakan atau perbincangan
dengan satu tujuan, misalnya untuk mendapatkan atau memberikan
informasi, mengidentifikasi masalah bersama, megevaluasi perubahan,
mengajarkan, member dukungan atau memberikan konseling dan juga
terapi.
Dalam proses pengumpulan data ada beberapa hal yang dapat diperoleh
melalui teknik observasi ataupun wawancara diantaranya :
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
2) Riwayat kesehatan dahulu
3) Riwayat Keluarga

6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosis keperawatan adalah fase kedua pada proses keperawatan. Dalam fase
ini perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menginterpretasi
data-data pengkajian dan mengidentifikasi kuatnya masalah yang dialami klien.
Perumusan diagnosis adalah fase yang sangat penting dalam proses keperawatan,
semua proses sebelum fase ini ditunjukkan untuk untuk merumuskan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan juga diartikan sebagai penilaian yang dibuat
hanya setelah pengumpulan data yang sistematis dan menyeluruh. Dalam hal ini
diagnosis yang diangkat adalah gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
efek ketidakmampuan fisik dibuktikan dengan pertumbuhan fisik terganggu, tidak
mampu melakukan perawatan sesuai usia, dan respon sosial lambat.

7. Recana Asuhan Keperawatan


Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah ditegak diagnosa
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Perencanaan
adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan dan sistematis yang
mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan
keperawatan merujuk pada data pengkajian pasien dan pernyataan diagnosis
sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan pasien dan merancang intervensi
keperawatan. Perencanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan diagnosa. (Nurarif
& Kusuma, 2015).
Intervensi yang dapat dilakukan menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018), yang berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang diantaranya :
a. Perawatan Perkembangan
Observasi
1) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
2) Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi
(misalnya lapar, tidak nyaman)
Terapeutik
1) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
2) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
3) Pertahankan kenyamanan anak
4) Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri (misalnya makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai baju)
Edukasi
1) Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang
milestoneperkembangan anak dan perilaku anak
2) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
3) Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
4) Ajarkan anak teknik asertif
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Diyantini, et al. 2015. Sekolah Dasar (Online) tersedia dalam http://eprints.umm.ac.id/41259/3/BAB


%20II.pdf

Putri. 2018. “Tumbuh Kembang”, http://repository.unimus.ac.id/1787/3/BAB%20II.pdf, diakses


pada 10 Juni 2022 pukul 13.00.
Brahmani, Milla. 2019. “Gangguan Tumbuh Kembang”, http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2327/3/BAB%20II.pdf, diakses pada 10 Juni 2022 13.15.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (Dewan Pengurus Pusat PPNI, Ed.) (1st ed.).
Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan Nanda NIC
NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Alimul, A., & Hidayat. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. (D. Sjabana, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Hardinsyah dan Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai