DISUSUN OLEH :
RATNA WIDIANINGSIH
YUNISYAH AULIA
YANTI DAMAYANTI
YULI ANZALNI
2. Perkembangan Psikomotorik
a. Motorik Halus
Motorik halus merupakan bagian dari sensomotorik yaitu golongan dari
rangsang sensori (indra) dengan reaksi yang berupa gerakan-gerakan otot
(motorik) kemampuan sensomotorik terjadi adanya pengendalian kegiatan
jasmani melalui pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi,
sedangkan motorik halus terfokus pada pengendalian gerakan halus jari-jari
tangan dan pergelangan tangan. Berpijak dari konsep tersebut Hurlock (2000:
150), menyatakan bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang
lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam,
melempar dan menangkap bola.
Menurut Lutan ( 1988: 322 ), factor yang mempengaruhi motorik halus
adalah:
b. Motorik Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi bagian
tubuh anak seperti mata, tangan dan aktivitas otot kaki, dalam
menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki pada saat berjalan di atas papan
titian. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar
melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh
tubuh anak. (Sujiono,2009) Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh
seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai
gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat,
mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya, kegiatan
itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar yaitu:
1) Gizi ibu pada saat hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadi kehamilan maupun pada waku sedang
hamil lebih sering menghasilkan bayi berat badan rendah (BBLR),
disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan otakj anin yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
2) Status gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, status gizi yang
kurang akan mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik kasar anak
3) Stimulus
Stimulus merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang terutama dalam perkembangan motorik kasar seperti
berjalan, berlari, melompat, dan naik turun tangga.
4) Pengetahuan Ibu
Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu dalam tumbuh kembang anak, dengan terbatasnya
kemampuan ibu dalam pengetahuan sehingga memungkinkan
terhambatnya perkembangan anak. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan motorik kasar anak pada periode tertentu (Nelson,
2008)
c. Bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan
menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini
perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk
menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau
menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi,
tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama
dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari
bahasa untuk komunikasi.
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang
disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk
kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku
dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat. Keterampilan dalam
berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
1) Keterampilan mendengarkan
2) Keterampilan berbicara
3) Keterampilan membaca
4) Keterampilan menulis
3. Perkembangan Psikoseksual
Freud menggambarkan anak-anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun) masuk
dalam tahapan fase laten. Selama fase ini, fokus perkembangan adalah pada
aktivitas fisik dan intelektual, sementara kecenderungan seksual seolah ditekan
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011). Teori Perkembangan Psikoseksual anak
menurut Freud terdiri atas fase oral (0–11 bulan), fase anak (1– 3 tahun), fase falik
(3–6 tahun), dan fase genital (6–12 tahun).
a. Fase Laten (6-12 tahun)
Selama periode laten, anak menggunakan energy fisik dan psikologis yang
merupakan media untuk mengkesplorasi pengetahuan dan pengalamannya
melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase laten, anak perempuan
lebih menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan, dan laki-laki dengan
laki-laki. Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak dan bervariasi,
mengarah pada sistemtem reproduksi. Orangtua harus bijaksana dalam
merespon pertanyaan-pertanyaan anak, yaitu menjawabnya dengan jujur dan
hangat. Luanya jawaban orangtua disesuaikan dengan maturitas anak. anak
mungkin dapat bertindak coba-coba dengan teman sepermainan karena
seringkali begitu penasaran dengan seks. Orangtua sebainya waspada apabila
anak tidak pernah bertanya mengenai seks. Peran ibu dan ayah sangat penting
dalam melakukan pendekatan dengan anak, termasuk mempelajari apa yang
sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan dengan seks.
4. Perkembangan Psikososial
Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai
krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan kesehatan membutuhkan
peningkatan pemisahan dari orangtua dan kemampuan menemukan penerimaan
dalam kelompok yang sepadan serta merundingkan tantangan- tantangan yang
berada diluar (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah
dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial, yaitu: percaya
versus tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa malu dan ragu (1–3 tahun),
Inisiatif versus rasa bersalah (3–6 tahun), Industry versus inferiority (6–12 tahun),
Identitas versus kerancuan peran (12–18 tahun).
5. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk
berpikir dengan cara logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang
bersifat abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominiasi oleh
persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap
sensoris-motorik (0-2 tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun); (3) Concrete
operational (7-11 tahun); dan (4) Formal operation (11-15 tahun)
Damanik, S. M., & Sitorus, E. (2020). Buku Materi Pembelajaran Keperawatan Anak.
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS KRISTEN ….
Khaulani, F., Neviyarni, S., & Irdamurni, I. (2020). Fase dan tugas perkembangan anak
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 51–59.
Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185–196.
Sabani, F. (2019). Perkembangan Anak-anak Selama Masa Sekolah Dasar (6–7 Tahun).
Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(2), 89–100.