OLEH :
Sondang Purba,
Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Status nutrisi merupakan suatu refleksi kecukupan zat nutrisi, hal ini
merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang anak dan
keadaan kesehatan anak pada umumnya (Supariasa, dkk, 2002). Khomsan (2003)
mengemukakan bahwa selain potensi genetik yang dimilikinya, pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak juga dipengaruhi oleh intake nutrisi yang dikonsumsi
dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi akan dimanifestasikan
dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar.
Menurut Nelson (2000), anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-
12 tahun, periode yang kadang-kadang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan
atau masa laten mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan
banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk
mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya (Behrman,
Kliegman, & Arvin, 2000).
Anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan oleh karena
itu diperlukan asupan makanan yang mengandung nutrisi seimbang, agar proses
tersebut tidak terganggu. Pada masa sekolah selain peran orang tua, peran dari anak
sendiri juga diperlukan karena mereka sudah mampu menentukan makanan mana
yang mereka sukai. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat nutrisi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan status
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2004).
Orang tua memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak,
namun banyak faktor yang dapat menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi terbut, diantaranya kurangnya makanan di tingkat rumah tangga,
cara pemberian makanan yang kurang baik, anak tidak mau makan, atau faktor sosial
lainnya. Keadaan ini dapat mengakibatkan kekurangan nurisi pada anak yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
kognitif anak.
Agar perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif dapat optimal
harus didukung dengan status nutrisi yang baik. Perkembangan kognitif menunjukkan
perkembangan dari cara anak berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah, dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur kecerdasan. Menurut para ahli, nutrisi merupakan
satu-satunya faktor paling penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Anak dengan status nutrisi baik memungkinkan perkembangan kognitif secara
optimal dan sebaliknya, anak dengan asupan gizi yang kurang akan mengganggu
perkembangan otak dan menyebabkan terhambatnya perkembangan kognitif dan pada
akhirnya akan menyebabkan prestasi belajar yang buruk.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh nutrisi untuk perkembangan kognitif pada anak usia sekolah?
TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh nutrisi untuk perkembangan kognitif pada anak usia
sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Anak
1. Pengertian Perkembangan dan Menurut Para Ahli
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
Semua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh
Perkembangan bersifat kualitatif yang pengukuranya lebih sulit dari pada pengukuran
pertumbuhan.
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam
artiannya biasa memang hampir sama. Kedua dapat diartikan adanya perubahan dari
keadaan sesuatu keadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan dititik beratkan
pada perubahan fisik, sedangakan istilah perkembangan digunakan lebih menekankan
pada perubahan psikis. Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat
perbedaan di dalam memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan
mengenai cara perkembangan berlangsung. Namum terdapat beberapa prinsip umum
yang didukung hampir semua ahli yaitu: Manusia berkembang dalam tingkat yang
berbeda. Perkembangan relatif orang cenderung mengembangkan kemampuan
tertentu sebelum kemampuan yang lain. Perkembangan berjalan secara gradual Sangat
jarang perubahan terjadi setiap hari jadi di dalam perkembangan manusia
membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan tidak
setiap hari berlangsung. Menurut Piaget, Perkembangan merupakan proses spontan di
mana organisme memainkan peran aktif. Proses perkembangan terdiri atas empat
faktor yaitu maturasi, pengalaman transmisisosial, dan faktor ekuilibrasi yang bersifat
menyatukan semuanya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain
dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut
fisik maupun psikis. Perkembangan manusia menurut psikologi berlangsung sejak
terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya sel bapak- ibu sampai mati
individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan.
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan dan lingkungan. Setiap
individu adalah makhluk yang unik dan setiap tahap perkembangan memiliki
karakteristik yang khas. Faktor bawaan mencakup ciri-ciri fisik, kecerdasan, bakat,
temperamen (yang akan menentukan bagaimana seseorang bertindak, bereaksi,
bersikap dari situasi satu ke situasi lain yang sifatnya relatif menetap). Perkembangan
psikis yang terjadi menurut psikologi dibagi menjadi empat stadium, yaitu Fase oral,
Fase anal, Fase falix, Fase terakhir adalah fase laten.
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mangalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk
sekolah, dunia dan minat anak tambah luas, dan dengan meluasnya minat maka
bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek sebelumnya kurang
berarti bagi anak. Dalam keadaan normal pikiran anak usia sekolah berkembang
secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifar
imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak
berkembang ke arah konkrit, rasional dan objektif. Daya ingat nya menjadi sngat kuat,
sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar. Perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam
diri individu dari mulai lahir sampai mati Pengertian lain dari perkembangan adalah
"perubahan-perubahan yang dialami individu atauorganisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah).
Istilah cognitive berasal dari dalam kata cognition berarti mengetahui, dalam
arti yang luas. Cognitive ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu
domain atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Sebagian besar psikolog terutama
kognitivis berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai
berlangsung sejak ia baru lahir.
2. Perkembangan Menurut Para Ahli
Para ahli psikologi telah mengkaji bahwa perkembangan manusia itu
kompleks, merupakan teka-teki dan tantangan untuk digali informasinya. Untuk
memahaminya terlebih dahulu harus dipahami bahwa psikologi adalah kajian ilmiah
tentang perilaku terutama perilaku manusia.
Menurut Santrok dan Yussen, perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama
siklus kehidupan. Psikologi perkembangan memusatkan perhatiannya pada
perubahan-perubahan perilaku dan kemampuan yang terjadi padasaat terjadinya
perkembangan. Para ahli psikologi perkembangan mempelajari perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi sejak masa konsepsi sampai akhir hayat manusia.
Menurut F.J Monks, Perkembangan menunjukkan pada suatu proses ke arah
yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan
menunjukkan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju
ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, dan belajar.
4. Bahasa
Aspek perkembangan bahasa, menurut para ahli, bahasa merupakan media
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan)
dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati berrsama, kemudian kata
dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti
aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.
Tarigan menjelasakan perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap
meraban (pralinguistik) pertama dan tahap meramban (pralinguistik) kedua. Pada
tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis,
mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Mereka seolah-olah meghasilkan tiap-
tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat.
Pada tahap meramban kedua, tahap ini disebut juga tahap omong kosong atau tahap
kata tanpa makna. Awal tahap meraban kedua ini biasanya dimulai pada permulaan
kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak menghasilkan suatu kata yang dapat
dikenal, tetapi mereka berbuat seolaholah mengatur ucapan mereka sesuai dengan
pola suku kata.
5. Emosi
Menurut Retno emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli
yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila
seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta
didik,sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi
emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan berarti tidak ada, reaksi tersebut
mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya system endokrin.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi
perkembangan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar
memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional.
Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan
orang lain keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa
aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada orang
sasaran.
Jadi, berdasarkan pemaparan diatas ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif anak. Yang pertama ialah faktor internal atau yang berasal
dari dalam diri anak tersebut yang terdiri dari faktor hereditas, faktor kematangan
organ tubuh, terakhir faktor bakat dan minat yang dimiliki. yang kedua merupakan
faktor eksternal yaitu sesuatu yang berasal dari luar, terdiri dari faktor lingkungan,
faktor pembentukan, dan faktor kebebasan. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi
potensi berpikir yang dimiliki maupun yang dikembangkan oleh seseorang. Semakin
mendukung faktor- faktor yang dimiliki seseorang, semakin baik pula tingkat kognitif
yang dimilikinya.
b. Pengukuran IQ
Berdasarkan banyaknya perkembangan pengukuran IQ dalam tinjauan disiplin ilmu
psikologi maka ada beberapa tes untuk mengukur intelegensi antara lain sebagai
berikut: psychoanaliysis, gestalt therapy, cognitive behavioral therapy, body oriented,
expressive therapy, interpersonal psychotherapy, narrative therapy, neurologistic
programming therapy, conditioning mental unageri, laughter therapy, self
programming therapy, spiritual therapy, transpersonal psychotherapy, relaxation
therapy, forgiveness therapy, crance psychotherapy, neuro feed back therapy,
hypnotherapy.
Program-program diatas tidak semua digunakan oleh psikologi dalam melakukan
pengukuruan tes IQ, berikut ini adalah metode yang sering digunakan:
1) Psychoanaliysis
Metode ini digunakan untuk membuat diagnosa melalui obserasi terhadap klien secara
langsung (tatap muka) untuk mengetahui persoalan dan kesulitan yang dihadapi.
Contohnya konseling terhadap klien.
2) Neuroligic Program Penindakan terhadap klien di pandang dari perkembangan dan
keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri disertai perkembangan otak tengah
(batang otak) yang di bisa diamati dari hasil tindakan klien yang bersangkutan baik
fisik maupun psikis. Contohnya perkembangan klien terhadap pertumbuhan fisik (TB)
dengan umur, tingkat kepandaian dengan kondisi umur.
3) Hpynotherapy
Penindakan dengan sistem menenangkan kondisi pasien maupun klien supaya dapat
diaktifkan sistem kerja metabolisme dengan cepat, sehingga menimbulkan hasil yang
diharapkan.Metode ini peruntukkannya kepada pasien yang mengalami ganguan pada
tingkat fokus dan konsentrasi supaya lebih mudah mendapatkan penindakan
secepatnya. Contoh dilakukan kepada pasien atau klien yang mengalami kesulitan
belajar terutama anak-anak, diberikan kepada pasien atau klien yang membutuhkan
penindakan cepat sembuh (pasien kecelakaan, anak-anak inklusi dan anak-anak yang
ingin berprestasi).
2) Faktor biologis
a) Status Gizi
Gizi telah terbukti mempengaruhi kecerdasan sebelum lahir dan postnatal. Gizi
sebagai pengaruh intrauterine paling penting yang mempengaruhi pengembangan dan
yang kurang gizi permanen bisa mengubah fisiologi dan perkembangan anak. Telah
menunjukkan bahwa kurang gizi, terutama malnutrisi protein dapat menyebabkan
pematangan otak yang tidak teratur. Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan
sel-sel otak terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak
sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa
berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu
saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Kekurangan gizi akan
menghambat atau mengganggu pertumbuhan otak, yang berakibatakan kurang
optimalnya perkembangan kecerdasan anak. Anak yang menderita kurang gizi berat
dimasa pertumbuhan otak ini akan mengalami berkurangnya jumlah sel otak sebanyak
15-20 %.
Sel-sel otak yang berhubungan dengan fungsi intelektual. Defisiensi gizi pada ibu
hamil dan anak balita, sangat besar kemungkinannya untuk memberikan hambatan
pada pertumbuhan sel-sel yang akan bersifat permanen, tidak dapat dikejar kembali
dengan perbaikan gizi pada umur yang lebih
tua. Ini akan menghasilkan kapasitas intelektualnya lebih rendah dari yang
seharusnya, akibatnya akan terjadi penerus bangsa yang memiliki kapasitas
intelektualnya lebih rendah.
b) Paparan Bahan Kimia Beracun dan Zat Lain
Paparan timbal telah terbukti memiliki efek yang signifikan pada perkembangan
intelektual anak. Di sebuah studi jangka panjang yang dilakukan oleh Baghurst et al.,
pada tahun 1992, anak-anak yang tumbuh banyak terpapar bahan kimia secara
signifikan nilai tes kecerdasan yang lebih rendah. Selanjutnya, paparan alkohol juga
mempengaruhi tes kecerdasan anak dan pertumbuhan intelektual mereka.
c) Faktor Genetik
Kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh karena itu,
orang tua yang memiliki IQ tinggi akan menghasilkan anak dengan IQ yang tinggi
pula. Dr, Bernard dari Fakultas Universitas Pittsburg memperkirakan faktor genetik
memiliki peranan 48 % dalam membentuk IQ anak. Studi korelasi nilai-nilai tes
intelegensi diantara anak dan orang tua, menunjukkan adanya pengaruh faktor
keturunan. Seorang ibu mempengaruhi 41% kecerdasan verbal anak dan IQ ayah
mempengaruhi 36% kecerdasan verbal seorang anak.
C. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Ilmu gizi mempelajari kebutuhan makanan yang diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan. Gizi yang baik mampu membangun sistem imun yang
kuat dan dapat mencegah penyakit, sehingga dapat membentuk kesehatan yang lebih
baik (Zarei, 2013). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan anak, salah satunya kemampuan intelektual yang akan berdampak
pada prestasi belajar di sekolah (Retno, 2015). Status gizi merupakan keadaan
kesehatan sekelompok atau individu yang ditentukan dengan derajat kebutuhan
fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan, yang dampak
fisiknya dapat diukur secara antropometri (Almatsier, 2011). Jadi status gizi adalah
suatu keadaan tubuh yang dapat diukur secara antropometri sebagai akibat dari
pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan.
b. Klasifikasi Status Gizi
Pengklasifikasian status gizi anak berdasarkan indeks masa tubuh menurut
umum:
Berikut ini pengklasifikasian status gizi anak berdasarkan indeks masa tubuh:
1) Sangat kurus
Sangat kurus dapat diartikan sesorang memiliki gizi yang sangat kurang. Status gizi
kurang merupakan suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu
atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang dengan
jumlah yang lebih besar daripada yang didapat. Memiliki berat badan menurut usia
berdasarkan dari standar deviasi (SD) di bawah median kurva referensi tersebut
merupakan kriteria untuk menegakkan diagnosis keadaan gizi kurang. Kelompok
orang yang kekurangan nutrisi di dalam sebuah masyarakat akan memiliki hasil kerja
yang lebih rendah, produktifitas yang lebih rendah dan kurang serta memiliki potensi
kondisi stress fisiologis. Keadaan gizi kurang menghasilkan sejumlah konsekuensi
kesehatan yang menurunkan kualitas hidup perorangan dan prospek untuk kemajuan
sosial, antara lain sebagai berikut:
1 Kerentanan terhadap mortalitas dan morbiditas akut, 2 Penurunan produktivitas
ekonomi. Defisiensi mikronutrien, kususnya anemia, akan menurunkan produktivitas
pada berbagai pekerjaan industri dan pertanian, 3 Penurunan perkembngan konitif.
Keterkaitan antara tubuh yang tinggi dan kinerja kognitif yang lebih baik, sebagai
status gizi yang lebih baik selama periode perkembangan otak yang menghasilkan
perkembangan kognitif yang lebih maju.
2) Status Gizi Kurus
Gizi kurus (under weight) terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat-zat nutrisi (Almatsier, 2011). Defisiensi nutrien tertentu juga menggangu
perkembangan kognitif, sebagai contoh keterkaitan antara defisiensi iodium dan
ganguan intelektual telah diketahui selama beberapa dasawarsa.
3) Status Gizi Normal
Status gizi baik atau status gizi normal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi secara cukup, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja memiliki risiko lebih kecil untuk menghasilkan IQ yang lebih
rendah (Almatsier, 2011).
4) Status Gizi Gemuk
Status gizi gemuk dapat diartikan sesorang tersebut kelebihan berat badan. Kelebihan
berat badan terjadi bila makanan yang dikonsumsi mengandung energi melebih
kebutuhan tubuh. Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh sebagai cadangan
dalam bentuk lemak sehingga mengakibatkan seseorang menjadi lebih gemuk.
Kegemukan merupakan suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang
terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan atau meningkatkan
masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan bila indeks massa
tubuh (IMT) >1 SD sampai dengan 2 SD.
5) Status Gizi Lebih/ Obesitas
Kelebihan gizi terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran
energi. Asupan energi yang terlalu berlebih dapat tejadi karena kelebihan asupan yang
mengandung lemak. Lemak makanan merupakan sumber yang kaya akan energi dari
makanan dan sebagai akibatnya, asupan lemak yang tinggi kemungkinan akan
mengakibatkan tubuh kita kelebihan gizi yang dapat dilihat dari pertambahan berat
badan seseorang. Kegemukan pada masa anak – anak di usia 4 sampai 12 tahun pola
pemberian makanan yang berlebih pada anaknya. Hal ini menyebabkan asupan gizi
yang berlebihan, kususnya lemak yang dapat mengakibatkan anak-anak menjadi
berstatus gizi lebih atau gemuk (Gibney, M dkk 2009).
KESIMPULAN
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih
baik karena kelompok umur sekolah ini sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya
perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah melalui berupa program suplementasi
makanan tambahan di sekolah atau Program Makan Siang Sekolah (School Lunch
Program). Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi zat gizi anak sekolah
yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi Vitamin C, dan di daerah–daerah tertentu juga defisiensi yodium. Keluhan
yang banyak disuarakan oleh kaum ibu mengenai anak sekolah ini bahwa mereka
kurang nafsu makan, sehingga sulit sekali di perintah untuk makan yang cukup dan
teratur. Anak usia sekolah yang kelaparan dan bergizi buruk memiliki kemampuan
kognitif yang lebih rendah.
SARAN
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini bisa melalui
pemantauan asupan gizi terutama energi dan protein. Selain itu, pendidikan anak usia
dini perlu diperkenalkan agar mendukung perkembangan balita serta siap memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
https://repo.itskesicme.ac.id/1099/2/SKRIPSI%20LENGKAP.pdf diakses
pada tanggal 11 November 2023; 10.31 WITA