Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE


DI RSUD ULIN BANJARMASIN

SKRIPSI

OLEH :
RIZQI FIRDAUS
NPM.1714201110053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2021
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan

OLEH
RIZQI FIRDAUS
NPM. 1714201110053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin oleh Rizqi Firdaus,
NPM. 1714201110053 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbig, dan akan
dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Hasil skripsi Program Studi
S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
Banjarmasin, Juli 2021

Pembimbing 1

Nurhikmah, SST.,MPH
NIK. 1121047101

Pembimbing 2

Dedi Hartanto, M. Sc, Apt


NIK. 1107108502
Mengetahui
Ketua Program Studi S.1
Keperawatan

Izma Daud, Ns., M. Kep


NIK. 0116071984048003010

Telah melakukan ujian skripsi pada tanggal juli 2021, dan dinyatakan berhasil
mempertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S.1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

ii
DEWAN PENGUJI:
Penguji I

Nurhikmah, SST.,MPH (Pimpinan Sidang)


NIK. 1121047101
Penguji II

Dedi Hartanto, M. Sc, Apt (Anggota)


NIK. 1107108502

Penguji III

Dewi Kartika Wulandari (Anggota)


NIP.01 23041989 119 006 014 Mengesahkan di : Banjarmasin
Tanggal : 2021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
Kesehatan

Solikin, Ns., M.Kep., Sp. Kep.,MB Izma Daud, Ns.,M.Kep


NIK. 01 29071979 018 003 002 NIK. 01 16071984048 003 010

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama mahasiswa : Rizqi Firdaus

NPM : 1714201110053

Prodi : S.1 Keperawatan

Judul skripsi :Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Stroke Di Rsud Ulin
Banjarmasin

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya cipta
saya sendiri dan bukan flagiat, begitu pula hal yang terkait di dalamnya baik
mengenai isinya, sumber yang dikutip/dirujuk, maupun teknik di dalam
pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

Pernyataan ini akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya, apabila di kemudian


hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya cipta saya atau flagiat atau
jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut berdasarkan
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 25 (2) dan Pasal

70.

Dibuat di : Banjarmasin

Pada tanggal : Juli 2021

Saya yang menyatakan

Rizqi Firdaus

Kutipan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :


Pasal 25 (2) : Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiblakan akan dicabut gelarnya.
Pasal 70 : Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 (2) terbukti
merupakan jiblakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Rizqi Firdaus
NPM : 1714201110053
Prodi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan. Hak
Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin”
Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan
secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing, megalihkan ke format/media
yang berbeda, melakukan kelolaan berupa database, serta melakukan publikasi
tugas akhir saya ini dengan pertimbangan dengan tetap mencantumkan nama
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta dengan segala perangkat yang ada
(bila diperlukan)
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 05 Juli 2021
Saya yang menyatakan,

Rizqi Firdaus

v
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
DAN ILMU KESEHATAN
Skripsi, Juli 2021
Rizqi Firdaus
1714201110053

Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan


Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin
ABSTRAK
Seiring perkembangan zaman, insiden penyakit tidak menular semakin tinggi.
Salah satu PTM yang sering diderita yaitu stroke. Stroke merupakan kerusakan
yang terjadi di bagian otak. Sehinnga timbulnya berbagai gejala seperti
kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba- tiba,
kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan serta gangguan
keseimbangan dan selain itu pasien stroke juga mengalami perubahan emosional
seperti depresi dan cemas. Cemas yaitu suatu respon dari kognitif, afektif,
fisiologis dan perilaku yang diaktifkan ketika mengantisipasi suatu kejadian.
Pengontrolan kecemasan dapat dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan
spiritualitas pada pasien. Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan semua
manusia untuk menuju derajat sehat yang mana setiap dalam komponen biologis,
psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dapat berfungsi dengan baik.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas
dengan tingkat kecemasann. Desain penelitian korelasi menggunakan pendekatan
cross sectional dengan populasi pasien stroke. Sampel penelitian adalah 21
responden. Variabel independen pemenuhan kebutuhan spiritualitas dan variabel
dependen tingkat. Pengumpulan data melalui kuesioner pemenuhan kebutuhan
spiritualitas SHALOM dan Tingkat kecemasan DASS dianalisis dengan Uji
Spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pemenuhan
kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan (p=(0,004<α=0,05). Bagi
pelayanan kesehatan diharapkan dapat membantu dalam upaya pemecahan
permasalahan yang ada di Rumah Sakit dan berlaku sebagai informasi untuk
menginformasikan kepada responden agar lebih meningkatkan kebutuhan
spiritualitas sebagai pencegah kecemasan pada pasien stroke.
Daftar Rujukan : (2010-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
Rahmat dan atas izin Nya saya dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Stroke Di Rsud Ulin”
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Selesainya proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, pada
kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Bapak Solikin, Ns., M.Kep., Sp. Kep., MB selaku Dekan Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
2. Ibu Izma Daud, Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Nurhikmah, SST., MPH selaku pembimbing 1 yang telah banyak
memberikan petunjuk, arahan serta bimbingan dalam memahami tentang
materi dan sistematika penulisan yang selalu sabar dalam membimbing
dan selalu memberikan semangat.

vii
4. Bapak Dedi Hartanto, M. Sc, Apt selaku pembimbing 2 yang telah banyak
mengarahkan tentang metode penelitian dan sistematika penulisan serta
selalu memberikan semangat dan motivasi kepada saya.
5. Ibu Dewi Kartika Wulandari selaku penguji 3.
6. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah
membantu dalam kelancaran segala urusan dalam proposal ini.
7. Ibu saya dan bapak saya terimakasih telah membesarkan saya, terimakasih
atas jasa dan dukungan nya sehingga saya mampu menggapai cita-cita
saya sehingga kata terimakasih pun tidak cukup untuk menggambarkan
besarnya perjuangan mereka.
8. Teman- teman kelas yang selalu memberikan bantuan nya dalam hal
apapun, selalu memberikan banyak saran dan masukan.

Penulis hanya dapat memanjatkan doa, semoga Allah SWT selalu


memberikan kesehatan dan senantiasa memberikan Rahmat serta
Keberkahan kepada mereka yang telah terlibat membantu saya dengan
ikhlas.
Akhirnya saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata
sempurna dengan kerendahan hati saya mengharapkan saran dan masukka
yang bersifat membangun guna perbaikan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banjarmasin, 15 April 2021

Rizqi Firdaus

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii
PENGESAHAN PROPOSAL................................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR SKEMA...................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................5
1.5 Penelitian Terkait...................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................8
2.1 Konsep Dasar Spiritual...........................................................................8
2.1.1 Definisi Spiritual..........................................................................8
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi spiritual...........................................9
2.1.3 Dimensi Spiritual.......................................................................12
2.1.4 Karakteristik Spiritual................................................................15
2.1.5 Perkembangan Spiritual.............................................................19
2.1.6 Definisi Kebutuhan Spiritual......................................................24

ix
2.1.7 Prosedur keperawatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual.....................................................................25
2.1.8 Pengukuran Spiritualitas............................................................26
2.1.9 Peran Perawat Pemenuhan Kebutuhan Spiritual........................33
2.2 Konsep Kecemasan..............................................................................34
2.2.1 Definisi Kecemasan...................................................................34
2.2.2 Tingkatan Kecemasan................................................................35
2.2.3 Faktor Kecemasan......................................................................36
2.2.4 Rentang Respon Kecemasan......................................................38
2.2.5 Pengkajian Kecemasan...............................................................39
2.3 Konsep penyakit stroke........................................................................44
2.3.1 Definisi Penyakit Stroke............................................................44
2.3.2 Etiologi.......................................................................................45
2.3.3 Manifestasi Klinis......................................................................46
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................46
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................51
3.1 Desain Penelitian..................................................................................51
3.2 Variabel Penelitian...............................................................................51
3.3 Definisi operasional..............................................................................52
3.4 Populasi, Sampel, Sampling.................................................................53
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................54
3.6 Instrumen penelitian.............................................................................55
3.6.1 Instrumen pengumpulan data.....................................................55
3.6.1.1 Kuisioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual............................55
3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas.....................................................59
3.7 Teknik pengumpulan data....................................................................60
3.7.1 Persiapan....................................................................................60
3.7.2 Pelaksanaan................................................................................60
3.8 Teknik pengolahan data.......................................................................62
3.8.1 Pengolahan Data.........................................................................62
3.8.2 Analisa Data...............................................................................64
3.9 Etik Penelitian......................................................................................65
3.9.1 Respect of pearson.....................................................................65
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................69

x
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................73

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Penelitian Terkait.................................................................................6Y


Tabel 2. 1 Spiritual Health And Life Orientation Measure (SHALOM)...............27
Tabel 2. 2 Indikator kuisioner................................................................................30
Tabel 2. 3 Alternatif jawaban dan Skor item skala penelitian spiritualitas............30
Tabel 2. 4 Skor tingkat kecemasan..........................................................................4
Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................52
Tabel 3. 2 Waktu Penelitian...................................................................................54
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuisioner Pemenuhan Kebutuhan spiritual...........................55
Tabel 3. 4 Alternatif jawaban.................................................................................56
Tabel 3. 5 Skor Pemenuhan Kebutuhan spiritual...................................................57
Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Kuisioner tingkat kecemasan................................................57
Tabel 3. 7 Skala Likert...........................................................................................57
Tabel 3. 8 Skor tingkat kecemasan 58

Tabel 4. 1 Distribusi Usia responden di RSUD Ulin Banjarmasin........................80


Tabel 4. 2 Distribusi Jenis kelamin responden di RSUD Ulin Banjarmasin........80
Tabel 4. 3 Distribusi Pendidikan responden di RSUD Ulin Banjarmasin.............80
Tabel 4. 4 Distribusi Lama sakit responden di RSUD Ulin Banjarmasin..............81
Tabel 4. 5 Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien Stroke di RSUD Ulin
Banjarmasin...........................................................................................................81
Tabel 4. 6 tingkat kecemasan pada pasien stroke di RSUD Ulin Banjarmasin.....82
Tabel 4. 7 Hasil Uji Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin...................82

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 2016)................38


Gambar 2. 2 Kerangka Teori..................................................................................48
Gambar 2. 3 Kerangka Konsep..............................................................................49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian...........................................................73


Lampiran 2 Surat Pengambilan Data.....................................................................74
Lampiran 3 Surat Balasan......................................................................................75
Lampiran 4 Penjelasan Penelitian..........................................................................76
Lampiran 5 Informed Consent...............................................................................77
Lampiran 6 Lembar Kuisioner...............................................................................78
Lampiran 7 Lembar Konsultasi..............................................................................82

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, insiden penyakit tidak menular semakin


tinggi. Tinggi nya angka kejadian tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor resiko salah satu diantaranya yaitu faktor gaya hidup yang tidak
sehat sehingga mengakibatkan terjadinya penyakit tidak menular (PTM).
PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko nya
dikendalikan dan kebanyakan (PTM) merupakan bagian dari penyakit
degeneratif serta mempunyai angka kejadian tertinggi pada orang yang
berusia lanjut (Irwan, 2016).

Salah satu PTM yang sering diderita yaitu stroke. Data prevalensi angka
kejadian stroke menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun
2016 menunjukkan, stroke menempati peringkat kedua sebagai penyakit
tidak menular penyebab kematian dan stroke menjadi peringkat ketiga
penyebab utama kecacatan diseluruh dunia. Sedangkan menurut Data
Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke (permil)
berdasarkan diagnosis dokter provinsi dengan penderita stroke tertinggi
ada pada provinsi Kalimantan Timur (14,7) dan terendah pada Provinsi
Papua (4,1). Hasil dari Data Riskesdas pada tahun 2018 , Untuk wilayah
indonesia Kalimantan selatan menempati urutan ke 6 untuk angka kejadian
penyakit stroke.

Stroke merupakan kerusakan yang terjadi di bagian otak, akibat minimnya


aliran darah ke otak. Menurunya aliran darah ke otak dapat disebabkan
oleh tersumbatnya pembuluh darah di otak, Selain itu juga dapat

1
2

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak sehingga mengakibatkan


kerusakan otak yang akan berdampak timbulnya berbagai gejala seperti
kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-
2

tiba, kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan serta


gangguan keseimbangan dan selain itu pasien stroke juga mengalami
perubahan emosional seperti depresi dan cemas yang diakibatkan dari
perubahan yang terjadi secara mendadak pada pasien yang menyebabkan
tekanan psikis yang besar bagi pasien sehingga menimbulkan rasa cemas
(Dharma, 2018).

Cemas yaitu suatu respon dari kognitif, afektif, fisiologis dan perilaku
yang diaktifkan ketika mengantisipasi suatu kejadian atau keadaan yang
dianggap tidak menyenangkan, karena merasa bahwa suatu kejadian
tersebut tidak dapat diterima dan diprediksi atau dikontrol, sehingga
individu merasa terancam (Clark & Beck, 2010). Sedangkan menurut
(Novieastari et al., 2020) Kecemasan merupakan kegelisahan atau
kekhawatiran yang menjadi akibat dari antisipasi terhadap ancaman atau
bahaya. Adanya penurunan fungsi tubuh yang mempengaruhi aktivitas
sehari-hari menimbulkan Kecemasan pada pasien stroke (Kustiawan &
Hasriani, 2014).

Kecemasan yang terjadi pada pasien stroke sejalan dengan penelitian


(Pinar et al., 2017) mengungkapkan bahwa seseorang yang didiagnosis
kecemasan, dapat mengalami resiko stroke yang lebih tinggi dibandingkan
pasien yang tidak mengalami kecemasan. Adanya hubungan antara
kecemasan dan stroke, dimana terjadi peningkatan resiko stroke sebesar
24% pada pasien yang menderita gangguan kecemasan.
3

Gambaran kecemasan pasien stroke sejalan dengan penelitian (Ketut,


2018) terkait hasil penelitian nya menunjukkan bahwa sebagian besar
responden, yaitu 17 (56.70%) responden mengalami kecemasan dalam
kategori sedang, dan 6 (20%) responden mengalami kecemasan berat, 6
(20%) responden mengalami kecemasan ringan, dan 1 (3,3%) responden
yang tidak mengalami kecemasan. Kecemasan yang terjadi khususnya
pada pasien stroke lebih baiknya diatasi sesegera mungkin agar tidak
berlanjut kearahyang merugikan pasien. Maka dari itu, diperlukan
pengontrolan terhadap kecemasan yang dialami oleh pasien stroke (Pinar
et al., 2017).

Pengontrolan kecemasan dapat dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan


spiritual pada pasien. Kebutuhan spiriual merupakan suatu kebutuhan
semua manusia untuk menuju derajat sehat yang mana setiap dalam
komponen biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dapat
berfungsi dengan baik. Berbagai macam situasi dan kondisi dalam
berbagai masalah aspek kehidupan terkadang dapat menyebabkan rasa
sakit hati, kecewa, tidak berdaya dan bahakan sampai merasa putus asa.

Semua perasaaan itu dapat dirasakan pada setiap individu manusia dalam
keadaan sehat maupun sakit.Saat salah satu komponen di tubuh terganggu
(Fisik), maka akan terjadi stressor, yang akan menuntut setiap orang untuk
beradapatasi, mencoba berbagai upaya usaha untuk sembuh, dan ketika
upaya dan usaha tersebut tidak berhasil maka disitulah kebutuhan spiritual
akan dibutuhankan dan mencari kekuatan lain diluar dirinya (kepercayaan
untuk sembuh), yaitu kekuatan spiritual (Yusuf,2017).
4

Menurut Smeltzer et al (2008) dalam Nuraeni (2015) bahwa salah satu


cara untuk mengurangi kecemasan bagi pasien yakni dengan dukungan
spiritual yang sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan pasien. kebutuhan
spiritual diperkuat (Puchalski et al., 2009 dalam Nuraeni, 2015 ) yang
menyatakan bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan tetapi selalu
ada kesempatan untuk “healing”atau penyembuhan. Pemenuhan kebutuhan
spiritual pada pasien tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi dapat
berdampak terhadap profesionalisme kerja perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan Kociszewski (2004) dalam Nuraeni (2015).

Menurut teori conservation of resources theory (CRS) tekanan psikologis


seringkali terjadi ketika sumber signifikan hilang.Salah satu sumber
signifikan atau valued resource yang dapat mempertahankan kesehatan
psikologis adalah terpenuhinya kesejahteraan spiritualitas (spirituality
wellness). Sehingga mengabaikan kebutuhan spiritual dapat memberikan
kontribusi ke tingkat stres yang lebih tinggi. Hal ini kemudian ditegaskan
juga dengan pandangan Strohl (1998) sebagaimana dikutip oleh Hardiman
dan Graets (2013) bahwa untuk memfasilitasi sebuah model efektif dalam
fungsi optimal manusia (human functioning) maka aspek spiritual harus
menjadi perhatian. Dalam perspektif Islam kecemasan yang merupakan
salah satu indikasi stres, menurut al- Ghazali muncul karena permasalahan
spiritualitas dan kecemasan merupakan salah satu penyakit hati.

Menurut hasil penelitian Darma (2017) didapatkan hasil tingkat kecemasan


dapat menurun dengan cara pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, yang
dapat di lakukan dengan bimbingan Rohani, memberikan dukungan dan
motivasi kepada pasien baik dari perawat ataupun dari keluarga pasien
serta mendatangkan pemuka agama. Maka dari itu perlu dilakukan studi
5

pendahuluan terkait hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan


tingkat kecemasan pasien stroke.

Hasil Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 mei 2021
di RSUD Ulin Banjarmasin dengan jumlah responden 3 orang pasien
stroke didapatkan hasil wawancara dan pengisian kuisioner, 1 responden
mengalami kecemasan dalam rentang ringan, 2 responden mengalami
kecemasan dalam rentang sedang. Terkait pemenuhan kebutuhan spiritual
2 orang respoden kesejahteraan spiritualnya dalam rentang sedang dan 1
orang responden kesejahteraan spiritualnya tinggi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin ”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hubungan
Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Stroke ?
6

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk menganalisis gambaran pemenuhan kebutuhan
spiritualitas pada pasien Stroke.
1.3.2.2 Untuk menganalisis gambaran tingkat kecemasan pada
pasien stroke.
1.3.2.3 Untuk menganalisis hubungan pemenuhan kebutuhan
spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien stroke.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


1.4.1.1 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan
sumber data dalam penelitian sehingga meningkatkan ilmu
pengetahuan bidang kesehatan, khususnya ilmu
keperawatan.
1.4.1.2 Sebagai pedoman dan referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Mahasiswa/ Peneliti
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan
tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat
kecemasan pada pasien stroke dan mampu menganalisa
pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat
kecemasan pada pasien stroke.
1.4.2.2 Responden dan Rumah Sakit
Dapat membantu dalam upaya pemecahan permasalahan
yang ada di Rumah Sakit dan berlaku sebagai informasi
untuk menginformasikan kepada responden agar lebih
7

meningkatkan kebutuhan spiritualitas sebagai pencegah


kecemasan pada pasien stroke.
1.4.2.3 Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan
tingkat kecemasan pada pasien stroke.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh :

Tabel 1. 1 Penelitian Terkait.


No Jurnal Peneliti Tahun Desain Hasil
Penelitian
1 Implementasi Arif, Ahmad 2020 Desain Analisa data menggunakan
Dukungan Zain Quasi- Uji t independen dengan
Spiritual Experiment tingkat kemaknaan = 0,05.
Berbasis Budaya al Berdasarkan Hasil uji t, Uji
Menurunkan menggunak t independen dengan
Kecemasan pada an didapatkan nilai P = 0.007,
Pasien Stroke pendekatan artinya ada pengaruh
pre post implementasi dukungan
test control spiritual berbasis budaya
group Terhadap tingkat
design kecemasan. Pemberian
Implementasi dukungan
spiritual berbasis budaya
dapat menurunkan tingkat
kecemasan.
2 Religious Dharma, 2020 Desain Hasil penelitian ini terdapat
Spiritual And Kelana randomized perbedaan yang signifikan
Psycososial Kusuma control trial penerimaan diri (p=0,046)
Coping Training (RCT) pre dan efikasi diri (p=0,030)
(Rs-Pct) dan post setelah perlakuan diantara
8

Meningkatkan test kontrol kelompok RS-PCT dan


Penerimaan Diri group. kontrol. Uji multi-analysis
Dan Efikasi Diri of covariance menunjukkan
Pada Pasien hanya intervensi (RS-PCT)
Paska Stroke. yang berhubungan
signifikan dengan
penerimaan diri (p=0,045)
dan efikasi diri paska stroke
(p=0.030) setelah dikontrol
oleh variabel perancu (usia,
jenis kelamin, tipe stroke,
afasia, sisi hemiparese).
Simpulan, intervensi RS-
PCT efektif meningkatkan
penerimaan diri dan efikasi
diri pada pasien paska
stroke yang menjalani
pemulihan di rumah.Hal ini
berarti semakin
meningkatnya penerimaan
diri dan efikasi diri maka
akan semakin turun pula
kecemasan pada pasien
stroke
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Spiritual

2.1.1 Definisi Spiritual


Menurut (Darmadi, 2018) spiritual berasal dari bahasa latin
“spiritus” yang artinya nafas, atau udara, memberikan hidup,
menjiwai seseorang dan spiritual adalah suatu hal yang dapat
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup
kepercayaan dan nilai kehidupan. Sedangkan menurut Tualeka
(2012) spiritual merupakan bentuk pengenalan dan pembelajaran
mengenai identitas alam dan manusia berdasarkan makna hakiki,
komitmen terhadap moral dan kemampuan untuk terikat dalam
etika.

Spiritual (spirituality) merupakan sesuatu yang diyakini oleh


seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan
terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas semua
kesalahan yang pernah dilakukan (Reed,1991 dalam Kozier et al.,
2010).

Jadi dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan hubungan yang


kompleks antara seseorang dengan kekuatan yang lebih tinggi
( Tuhan) yang menimbulkan suatu ketergantungan.
9

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi spiritual


Menurut Taylor dalam Yusuf et al (2017) beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan spiritual diantaranya :

2.1.2.1 Tahap perkembangan


Sejak berfungsinya panca indera, perkembangan bahasa,
sifat dan ciri kepribadian telah dimulai. Sejak bayi
dilahirkan apa yang didengar, dilihat dan dirasakan akan
disimpan dalam memori dan terus berkembang dalam
menjalani tahap tumbuh kembang berikutnya. Konsep
baik,buruk Sudah dipelajari pada fase ini. termasuk konsep
spiritual seseorang. Bahwa keluarga merupakan tempat
yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi anak.
peran keluarga sangat penting dalam menginisiasi
perkembangan spiritual sejak dini.
Berhubungan dengan kekuasaan non material seseorang
harus memiliki beberapa kemampuan berpikir abstrak
sebelum mulai mengerti terkait spiritual dan menggali
suatu hubungan dengan yang maha kuasa. Mahakuasa Hal
ini dapat di disimpulkan bahwa spiritual lebih menekankan
sebuah makna, arti sebuah benda tugas manusia adalah
menemukan makna dari semua ciptaan Tuhan manusia
perlu menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sia-sia dari
apa yang telah diciptakan di dunia. kerangka konsep
tersebut harus dibangun sejak diawalinya proses
pertumbuhan dan perkembangan.

2.1.2.2 Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual


individu.
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama
di mana individu mempunyai pandangan terkait
pengalaman terhadap dunia yang digambarkan oleh
10

pengalaman dengan keluarganya. setiap manusia didunia


menginginkan anak dan keturunannya menjadi lebih unggul
dari dirinya. berbagai upaya dilakukan untuk mendidik,
dengan mempertahankan dan meningkatkan konsep sukses
dalam hidup ada pun banyak yang diajarkan keluarga
tentang hubungan kepada Tuhan, kehidupan beragama,
berperilaku kepada orang lain bahkan kehidupan untuk diri
sendiri.

2.1.2.3 Latar belakang etnik dan budaya


Etnik adalah sesuatu keadaan atau kondisi spesifik yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu. kelompok akan
membangun sebuah budaya sosial sesuai dengan ide
gagasan dan hasil karya yang diperoleh dari pengalaman
belajar dan tata krama yang dikembangkan. budaya berupa
suatu bersifat lengkap, menyeluruh dari unsur pengetahuan
dan seni percayaan moral hukum serta adat istiadat. pada
umumnya seorang anak akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual dari keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk
kegiatan keagamaan. maka dari itu sikap, keyakinan dan
nilai dipengaruhi etnik dan sosial budaya.

2.1.2.4 Pengalaman hidup sebelumnya


Pengalaman merupakai guru terbaik. Pengalaman hidup
yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual
seseorang dan sebaliknya bagaimana seseorang
mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Berbagai
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang dapat
11

dianggap sebagai suatu cobaan, ujian bahkan hkuman dari


segala perbuatan yang sudah dilakukan.
Ketika seseorang sudah berbuat baik dan mejauhi segala
apa yang dilarang tetapi masih medapat penderitaan
mungkin itu bentuk sebuah ujian agar menjadi lebih baik
lagi. Karena semakin tinggi derajat sesorang maka ujian
yang diberikan semakin berat pula agar nantinya manusia
tersebut dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tetapi
beda halnya dengan seseorang yang melakukan keburukan
tetapi mendapatkan suatu penderitaan maka itu disebut
cobaan agar manusia atau seseorang tersebut agar kembali
ke jalan yang benar . Ketika seseorang sudah benar- benar
lalai ketika mendapat penderitaan baginya adalah hukuman.
Gambaran pengalaman hidup seperti itu dapat
mempengaruhi konsep spiritualitas seseorang.

2.1.2.5 Krisis dan perubahan


Dikutip dari toth dalam craven dan hirnle dalam Yusuf
(2017) Krisis dan perubahan dapat memberikan efek berupa
penguatan atau bahkan sebaliknya melemahkan keadaan
spiritual seseorang tergantung sikap positif dan negartif
yang tertanam dalam diri seseorang. Krisis sering dialami
oleh seseorang yang mengalami penyakit , penderitaan,
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Keadaan
tersebut sering terjadi pada klien dengan penyakit terminal,
kronis da prognosis buruk. Perubahan dalam kehidupan dan
krisis yang dihadapi seseorang tersebut merupakan
pengalaman spiritual.
12

2.1.2.6 Terpisah dari ikatan spiritual


Seseorang yang menderita sakit terutama bersifat akut, akan
membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan
kebebdasan pribadi serta dukungan sosialnya. Kebiasaan
hidup sehari-hari akan berubah seperti tidak dapat
menghadiri acara resmi, kegiatan keagamaan atau tidak
dapat berkumpul bersama keluarga atau teman dekat yang
biasa memberikan dukungan.

2.1.2.7 Isu moral terkait terapi


Proses penyembuhan dianggap sebagai cara tuhan untuk
menunjukkan kebesaran Nya. Tetapi ada agama tidak
mempercayai pengobatan, kepercayaan tersebut akan
membangun sebuah effikasi, keyakinan berupa apakah
penyakit ini merupakan fenomena karena sebuah kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar harian atau disebabkan
oleh faktor lain. Keyakinan tersebut akan membangun
sebuah model kepercayaan kesehatan, menentukan upaya
mencari pengobatan dan semangat dalam mengembangkan
pola hidup sehat.

2.1.3 Dimensi Spiritual


Dimensi spiritualitas berdasarkan studi literatur Elkins et al (1998)
dalam kurniawati (2016) adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Dimensi transenden


Seseorang yang memiliki spiritual maka memiliki sebuah
kepercayaan/belief berdasarkan eksperensial bahwa ada
dimensi transenden dalam hidup. Menuru KBBI transenden
ini kepercayaa terhadap diluar kesanggupan manusia.
Kepercayaan/belief disini dapat berupa perspektif
13

tradisional/agama mengenai Tuhan sampai perspektif


psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi
alamiah dari kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran
atau greater self. Seseorang yang spiritual memiliki
pengalaman transenden atau dalam istilah Maslow “peak
experience”. Individu dapat melihat apa yang terlihat secara
kasat mata tetapi jiga dunia yang tidak dapat terlihat.

2.1.3.2 Dimensi Makna dan Tujuan hidup.


Orang spiritual akan memiliki suatu makna hidup dan
tujuan hidup yang timbul dari keyakinan bahwa setiap
hidup penuh makna dan orang akan memiliki gambaran jika
memiliki tujuan hidup. Secara aktual, makna dan tujuan
hidup setiap orang berbeda‐beda atau bervariasi, tetapi
secara umum mereka mampu mengisi “exixtential vacuum”
dengan authentic sense bahwa hidup itu penuh makna dan
tujuan.

2.1.3.3 Dimensi Misi Hidup.


Orang spiritual merasa bahwa dirinya memiliki tanggung
jawab atas hidup dan tanggung jawab atas dirinya. Orang
spiritual termotivasi oleh metamotivated dan memahami
bahwa kehidupan pada diri individu hilang dan individu
harus ditemukan.

2.1.3.4 Dimensi Kesucian Hidup.


Orang spiritual percaya bahwa hidup harus diisi dengan
kesucian dan persaan hormat meskipun tidak selalu
didapatkan dalam religius. Dia tidak melakukan pembedaan
antara dua hal antara dunia dan akhirat tetapi mereka
14

percaya bahwa seluruh kehidupannya adalah akhirat dan


kesucian adalah sebuah kewajiban.

2.1.3.5 Dimensi Kepuasan Spiritual.


Orang spiritual memandang bahwa tidak semuanya bisa di
dapatkan dengan uang atau sumber material lain karena
untuk mendapatkan kepuasan bukan terletak banyak nya
uang dan tingginya jabatan tetapi bisa didapatkan dengan
cara hal yang berhubungan dengan spiritual.

2.1.3.6 Dimensi Altruisme.


Seseorang yang memiliki spiritual akan memahami bahwa
semua orang bersaudara dan terikat oleh penderitaan yang
sama dnegan orang lain. Dia memiliki perasaan/sense kuat
mengenai keadilan sosial dan komitmen terhadap cinta dan
perilaku altrusitik.

2.1.3.7 Dimensi Idealisme.


Seseorang yang spiritual dianggapkan seorang visioner atau
pemimpi, yang memiliki komitmen untuk membuat dunia
menjadi lebih baik lagi. Mereka berkomitmen pada
idealisme yang tinggi dan membuktikan potensinya untuk
seluruh aspek kehidupan.

2.1.3.8 Dimensi Kesadaran Akan Adanya Penderitaan.


Sebuah penderitaan dan kematian yang dialami seseorang
yang memiliki spiritual mereka menyadari akan hal itu
bahwa sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini
meningkatkan rasa kegembiraan, apresiasi dan penilaian
individu terhadap hidup.
15

2.1.3.9 Hasil dari spiritualitas.


Spiritualitas yang dimiliki seseorang aka memberikan
warna dalam kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan
berdampak baik antara hubungan individu dengan dirinya,
orang kain maupun dengan makhluk hidup lain.

2.1.4 Karakteristik Spiritual


Menurut Yusuf, et al (2017) karakteristik Spiritual Berupa
pengenalan faktor alam yang tidak tampak, tidak dapat diraba tetapi
akan mempengaruhi pikiran dan perilaku. karakteristik spiritual
dibangun oleh agama, keyakinan, intuisi, pengetahuan, rasa
memiliki, rasa cinta yang tulus pada kehidupan dan pemberian
kekuatan pribadi. oleh akan hubungan sendiri, orang dan hubungan
dengan Tuhan.

2.1.4.1 Hubungan dengan diri sendiri


Merupakan bentuk kekuatan dari dalam diri sendiri
seseorang yang meliputi pengetahuan dan sikap tentang diri.
sendiri adalah semua Jawaban dan tentang siapa diri dan
apa yang dapat dilakukan. yang berhubungan dengan
kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, ketenangan pikiran serta keseimbangan dengan
diri sendiri. kekuatan yang timbul dari diri seseorang
pembantunya menyadari akan makna dan tujuan hidupnya
diantaranya memandang pengalaman hidup sebagai
pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap
masa depan dengan tujuan hidup yang semakin jelas.
Beberapa terkait hubungan dengan diri sendiri seperti
kepercayaan, harapan dan makna hidup :
16

a. kepercayaan (faith)
Menurut Fowler (1995) dalam Yusuf et al (2017)
menjelaskan terkait kepercayaan bersifat umum, di
mana merupakan Suatu bentuk penerimaan individu
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan
pikiran yang logis. kepercayaan dapat memberikan arti
akan hidup dan kekuatan bagi individu ketika
mengalami kesulitan dan stres. berarti mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga
dapat memaknai kehidupan manusia dengan wawasan
yang lebih luas.

b. Harapan (hope)
Bentuk dari ketidakpastian ketidakpastian dalam hidup
dan Merupakan suatu proses interpersonal yang terjalin
hubungan saling percaya dengan orang laintermasuk
dengan Tuhan. harapan sangat penting bagi individu
untuk mempertahankan hidup, harapan sangat penting
untuk mempertahankan hidup dan jika seseorang tidak
memiliki harapan maka akan mengalami depresi dan
lebih cenderung terkena penyakit.

c. makna atau arti dalam hidup (meaning of live)


Perasaan mengetahui makna hidup yang kadang-kadang
di identifikasi dengan perasaan dekat dengan Tuhan.
merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif
seperti membicarakan tentang situasi yang nyata
membuat hidup lebih terarah penuh harapan tentang
masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang
lain.
17

2.1.4.2 Hubungan dengan orang lain


Karakteristik spiritual seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain didasari atas kepercayaan harapan dan
makna hidup yang terbangun dengan spiritualitas pribadi.
hubungan ini akan berdampak harmonis atau tidak
harmonis nya hubungan dengan orang lain. Pembagian
waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
mengasuh anak merasa orang tua dan orang yang sakit serta
meyakini kehidupan dan kematian adalah suatu proses yang
alami. Sedangkan untuk kondisi yang tidak harmonis
mencakup konflik dengan orang lain dan resolusinya
menyembuhkan bentuk ketidak harmonisan dan friksi serta
keterbatasan asosiasi ( Yusuf et al 2017).

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan


keadilan dan kebaikan yang harganya kelemahan dan
kepekaan orang lain ,rasa takut dan kesepian,keinginan
dihargai dan diperhatikan dan lain sebagainya. Beberapa 4
sikap hidup yang dapat dikembangkan hubungan dengan
orang lain adalah sikap memaafkan, mengembangkan rasa
sayang dan dukungan sosial. dengan begitu Apabila
seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres
maka orang lain dapat memberikan bantuan secara
psikologis dan sosial.

Tindakan memaafkan (forgiveness) dilakukan dengan


menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dari dalam diri sendiri seperti pemarah,
mengingkari rasa bersalah malu menyakini bahwa Tuhan
sedang menghukum cara mengembangkan arti penderitaan
dan meyakini dengan mengambil hikmah dari suatu
18

kejadian dan penderitaan. seorang individu dapat


meningkatkan koping terhadap sumber stres, cemas depresi
dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan
perilaku sehat dan perasaan damai.teman dan keluarga
dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional
untuk melawan penyakit (Yusuf et al., 2017)

2.1.4.3 Hubungan dengan alam


Karakteristik spiritualitas seseorang dalam berhubungan
dengan alam lebih menekankan pada Keharmonisan dalam
mengetahui dan berkomunikasi dengan alam. pengetahuan
kepercayaan, keyakinan tentang alam, tanah , air, udara
,warna,tanaman satuan dan makhluk hidup lain akan
menciptakan pola perilaku manusia terhadap alam. Keadaan
ini akan menciptakan keselarasan rekreasi dan kedamaian
bersama alam atau sebaliknya. Rekreasi merupakan
kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan
keyakinan, rahmat, rasa terimakasih, harapan dan cinta
kasih terhadap alam yang telah dianugerahkan tuhan.
Dengan keindahan alam seseorang dapat takjub akan
ciptaan Tuhan (Yusuf et al., 2017).

Keimanan akan bertambah, seseorang akan berupaya


menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul
perasaan kesenangan dan kepuasan dalam pemenuhan hal
yang dianggap penting dalam hidup kemudian terciptalah
kedamaian kedamaian berupa keadilan rasa kasihan dan
kesatuan antara manusia dengan semesta dengan kedamaian
seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
meningkatkan status hubungannya.
19

2.1.4.4 Hubungan dengan Tuhan


Hubungan manusia dengan Tuhan tampak pada tampak
pada perilaku agamis atau tidak agamis. ini membangun
berbagai upaya ritual keagamaan seperti bersyukur
sembahyang puasa atau berdoa. sebenarnya spiritualitas
tidak berhubungan secara langsung dengan agama tetapi
beberapa kalangan cenderung menyamakan antara
keduanya. agama (religion) lebih berkaitan dengan
spiritualitas yang menekankan pada aspek persamaan,
keyakinan dan praktik keagamaan yang dikembangkan oleh
suatu komunitas terkait kekuatan di luar dirinya.

Seseorang yang dikategorikan kebutuhan spiritual nya


terpenuhi apabila mampu merumuskan arti personal yang
positif tentang tujuan hidup, keberadaannya di dunia atau
kehidupan mengembangkan arti penderitaan serta meyakini
Hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan, menjalin
hubungan yang positif dan dinamis, Membina integritas
personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan
akan lebih terarah terlihat melalui harapan dan
mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

2.1.5 Perkembangan Spiritual


Menurut (Yusuf et al., 2017) perkembangan spiritual dapat
dikategorikan dalam beberapa kelompok diantaranya :

2.1.5.1 Masa bayi


Masa bayi perkembangan spiritual telah dimulai sejak bayi.
Haber dalam yusuf et al (2017) menjelaskan terkait
perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. keluarga yang
20

spiritualnya baik menjadi sumber terbentuknya


perkembangan spiritual yang baik pula pada bayi. pada
sebagian budaya, kepercayaan Keagamaan tertentu
misalnya dalam Islam sangat menganjurkan
mengumandangkan suara azan pada telinga bayi baru lahir.
keadaan itu digunakan untuk memberikan stimulasi pada
bayi agar suara yang pertama terdengar oleh bayi adalah
kalimat panggilan melaksanakan ibadah demikian
seterusnya simulasi untuk panca indra yang lain makanan,
dianjurkan untuk hanya memberikan ASI eksklusif sampai
umur 6 bulan bahkan dianjurkan untuk melanjutkan sampai
2 tahun. keluarga yang baik wajib hukumnya memberikan
stimulasi terbaik Ada seluruh komponen panca indra, agar
perkembangan spiritual dapat diperkenalkan sejak dini, dan
nantinya akan mengukir memori terbaik dan akan mewarnai
sikap spiritualitas manusia yang akan datang (Yusuf et al.,
2017).

2.1.5.2 Masa anak awal


Masa anak awal dikategorikan dalam umur 18 bulan sampai
3 tahun, dimensi spiritual mulai menunjukkan
perkembangan di mana anak sudah mengalami peningkatan
kemampuan kognitif, dapat belajar membandingkan hal
yang baik dan buruk untuk melanjutkan peran kemandirian
yang lebih besar. pada masa ini Perkembangan motorik
halus maupun kasar terus meningkat Oleh karena itu
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan sangat penting
untuk diperhatikan. perkembangan spiritual pada anak masa
prasekolah berhubungan erat dengan kondisi psikologis
dominannya yaitu super ego.
21

Super ego adalah segala tuntutan perkembangan yang


diperoleh dari norma dan nilai yang diajarkan dari orang
tuanya maupun lingkungan sekitarnya. anak usia prasekolah
mulai memahami kebutuhan sosial norma dan harapan serta
berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. kebutuhan
anak pada masa prasekolah adalah mengetahui terkait
filosofi yang mendasar tentang isu spiritual, kebutuhan
spiritual harus diperhatikan oleh orang tua karena anak
sudah mulai berpikiran konkrit (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.3 Usia sekolah


Usia sekolah merupakan masa paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak biasanya rentang
usianya berada 6 sampai 12 tahun. Pada tahap ini minat
anak sudah mulai ditunjukkan dalam bentuk suatu ide dan
anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan keyakinan
dan sebagai orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang
anak terhadap dimensi spiritual mereka karena pada masa
ini anak sudah mulai mengembangkan tata krama social
(Yusuf et al., 2017)

2.1.5.4 Remaja
Remaja merupakan masa dimana seseorang dikategorikan
dalam umur 12 sampai 18 tahun. pada tahap ini individu
sudah mulai mengerti akan arti tujuan hidup dan pada tahap
ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua harus
melepas otoritasnya tetapi harus tetap membimbing anak
untuk bertanggung jawab. orang tua harus mendidik anak
seperti apa yang ia inginkan tetapi tidak lupa anak akan
hidup pada zamannya bahwa tuntutan, tantangan dan
22

harapan berbeda sesuai dengan masanya (Yusuf et al.,


2017)

2.1.5.5 Dewasa muda


Pada tahap dewasa muda dikategorikan seseorang berusia
antara 18 sampai 25 tahun, Pada masa ini Masa awal
pencapaian prestasi, kemampuan mempraktikkan seluruh
potensi intelektual, bakat, minat dan keterampilan yang
telah dirancang semasa remaja. pada tahap ini individu
menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan
pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih
nilai dan kepercayaan yang akan mereka pelajari saat
kanak-kanak, remaja dan berusaha melaksanakan sistem
kepercayaan mereka sendiri.

Pada masa ini spiritual bukan merupakan perhatian utama


pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup
walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah
dewasa. Pada fase ini campur tangan orang tua masih sangat
diperlukan untuk menentukan keberhasilan anaknya, orang
tua berhasil melaksanakan peran pada masa ini dengan
sukses tidak jarang anak yang sudah mendapatkan
pekerjaan mapan tetap memilih tinggal serumah dengan
orang tuanya atau justru melanjutkan dan mengembangkan
usaha orangtuanya, untuk melanjutkan pembekalan spiritual
bagi anak (Yusuf et al., 2017).

2.1.5.6 Dewasa pertengahan


Dewasa pertengahan dikategorikan pada usia 25 sampai 38
tahun atau pada fase ini biasanya disebut sebagai masa
klimaksterium. Pada masa ini terdapat penyesuaian diri dan
23

kesadaran bahwa tidak lagi muda dan masa depannya tidak


bisa dianggap percobaan. hasilnya maka akan berdampak
keberhasilan dan kesuksesan atau bahkan krisis
kepercayaan yang mendalam.

Tahap ini seseorang akan dituntut mendapatkan


keseimbangan antara pekerjaan, keuangan, hidup
berkeluarga dan peran sosial. dewasa pertengahan
merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah
mengetahui terkait konsep yang benar dan yang salah
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik
sebagai dasar dari sistem nilai. mereka sudah merencanakan
terkait kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan
terhadap kepercayaan dan nilai spiritual yang dianutnya
(Yusuf et al., 2017)

2.1.5.7 Dewasa akhir


Dikategorikan pada umur sekitar 38 sampai 65 tahun, ini
merupakan puncak pertumbuhan fisik manusia setelah itu
dengan perlahan semua kondisi fisik akan menurun.
pengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan
lingkungan. menurut teori perkembangan psikososial masa
dewasa akhir ditandai dengan perkembangan tiga gejala
penting yaitu keintiman, generatif dan integritas.
merupakan suatu kemampuan memperhatikan orang lain
dan membagi pengalaman dengan mereka jika mereka tidak
dapat mengembangkan hubungan ini dengan orang lain
maka dia akan terisolasi. pembentukan hubungan baik ini
merupakan tantangan utama yang harus dihadapi oleh
seseorang yang memasuki masa dewasa akhir.
24

Perkembangan degeneratif seseorang mendekati usia


dewasa akhir cenderung akan mengalami perubahan dalam
hal memandang jarak kehidupan. karena mulai tahun untuk
hidup. pada masa ini, banyak mereka yang membangun
kembali kehidupan dengan prioritas apa yang paling
penting yang dapat dilakukan dalam waktu yang tersisa.
perkembangan spiritual pada masa atau pada tahap dewasa
akhir digunakan untuk introspeksi diri dan mengkaji
kembali dimensi spiritual. kemampuan introspeksi ini sama
baiknya dengan dimensi yang lain dari individu tersebut.
Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual
spiritual meningkat (Yusuf et al., 2017)

2.1.5.8 Lanjut usia


Lanjut usia merupakan kelompok umur sekitar 65 tahun
sampai kematian. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan
dalam menghadapi masa usia lanjut dikarenakan terdapat
banyak perubahan dari segi fisik misalnya berkurangnya
fungsi pancra indera, kemampuan otak, gastrointestinal,
saluran kemih dan berbagai macam sistem lain akibatnya
semua peristiwa itu akan menimbulkan gangguan kesehatan
seperti penyakit asam urat, stroke dan lainnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan beban penderita berat dan


berdampak pada gangguan psikologis. Semua keadaan ini
bertentangan dengan harapan psikologis, bahwa semakin
tua seseorang seharusnya lebih dihargai, dan dimuliakan
oleh semua orang padahal kondisi fisik, psikologis lanjut
usia sudah sangat menurun. Disinilah peran konsep
spiritualitas dapat mempengaruhi penderitaan atau
kebahagiaan pada orang lanjut usia. Penguatan penerapan
25

spiritualitas pada usia lanjut usia sangat penting , saat lanjut


usia harus lebih banyak mendekatkan diri kepada sang
pencipta, mensyukuri segala nikmat dan memperbanyak
manfaat untuk orang lain (Yusuf et al., 2017)

2.1.6 Definisi Kebutuhan Spiritual


Menurut Hamid (2000) dalam Yusuf et al., (2017) Kebutuhan
spiritual merupakan suatu hal yang dirasakan oleh individu dengan
lingkungan sekitar nya, hal tersebut berupa perasaan sikap empati
terhadap orang lain, baik, tidak sombong, menghormati dan
menghargai pendapat orang lain agar terjalin hubungan baik antar
sesama manusia. Kebutuhan spiritual penting karena memiliki
tujuan untuk mempertahankan atau membalikan keyakinan dan
untuk mendapatkan manfaat atau pengampunan, rasa cinta,
menjalani ikatan penuh rasa percaya dengan tuhan (Utama, 2019).

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan


kebutuhan untuk mencari arti sebuah tujuan hidup, kebutuhan akan
mencintai dan ketertarikan sampai pada hal kebutuhan
mendapatkan suatu maaf.

2.1.7 Prosedur keperawatan yang berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan spiritual.
Menurut (Hidayat and Uliyah, 2015) diantaranya :

2.1.7.1 Memberikan suasana ketenangan dan privasi dengan


kebutuhan melalui berdoa dan melakukan ibadah secara
rutin.
2.1.7.2 Membantu atau memfasilitasi individu yang mengalami
keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
26

2.1.7.3 Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan


berbagai konflik dan keyakinan serta alternafit pemecahan
masalah nya.
2.1.7.4 Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis
yang bertentangan dengan keyakinan pasien serta mencari
alternatif dari permasalahan tersebut.
2.1.7.5 Mendorong pasien untuk mengambil keputusan dalam
melakukan ritual yang dianutnya.
2.1.7.6 Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan kepercayaannya masing-masing

2.1.8 Pengukuran Spiritualitas.


2.1.8.1 Spiritual Health And Life Orientation Measure
(SHALOM).
Menurut Fisher (2011) kesehatan rohani adalah suatu
dimensi fundamental kesehatan dan kesejahteraan orang
secara keseluruhan, meresap dan mengintegrasikan semua
dimensi lain dari kesehatan ( yaitu fisik, mental, emosional,
sosial & vokasional).

Kesehatan rohani tersebut merupakan keadaan dinamis,


ditunjukkan oleh individu, sejauh mana individu tersebut
hidup dalam harmoni yang didalamnya di dalamnya
mencakup hubungan hingga empat domain dari
kesejahteraan rohani rohani ( pribadi, komunal, lingkungan,
transendental domain). Kesehatan Spiritual Dan Ukuran
Orientasi Kehidupan (SHALOM) Spiritualitas dapat
digambarkan sebagai apa yang ada di hati seseorang sebagai
manusia. Kesejahteraan spiritual dapat dilihat sebagai
ukuran seberapa baik perasaan pribadi tentang diri sendiri
dan seberapa baik individu berhubungan dengan aspek-
27

aspek dunia di sekitar nya, yang penting baginya (Fisher &


David, 2017)

indikator SHALOM yaitu "kelengkapan, keutuhan,


kesehatan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
kesehatan, ketenangan, kemakmuran, kepenuhan, istirahat,
harmoni, tidak adanya agitasi atau perselisihan. SHALOM
terdiri atas 20 item dengan lima item yang mencerminkan
kualitas hubungan antara seseorang dengan diri mereka
sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhan (Fisher & David,
2017).

SHALOM telah dilakukan pengujian statistik yang ketat


dalam beberapa bahasa. SHALOM telah dimanfaatkan oleh
pelajar dan mahasiswa, guru, perawat, medis dokter, gereja-
attenders, pengaturan industri dan bisnis, dengan 23
perempuan korban kekerasan, pemuda yang bermasalah
dan pecandu alkohol. SHALOM mempunyai cara yang unik
untuk menilai terkait kesejahteraan spiritual sebagai
membandingkan cita-cita setiap orang dengan pengalaman
hidup mereka, memberikan ukuran harmoni spiritual atau
disonansi di masing-masing empat domain (Fisher,2011).
28

Tabel 2. 1 Spiritual Health And Life Orientation Measure


(SHALOM).
Individu Communal

1. rasa identitas 1. cinta orang lain


2. kesadaran diri 2. pengampunan terhadap orang
3. sukacita dalam hidup lain
4. kedamaian batin 3. kepercayaan antara individu
5. sesuatu yang berarti 4. menghormati orang lain
dalam hidup 5. kebaikan terhadap orang lain

Lingkungan Transcedental

1. koneksi dengan alam 1. Hubungan pribadi dengan


2. kagum pada Tuhan /Allah
pemandangan 2. menyembah Sang Pencipta
3. kesatuan dengan alam 3. kesatuan dengan Tuhan
4. selaras dengan 4. damai dengan Allah
lingkungan 5. kehidupan doa
5. rasa 'ajaib' di
lingkungan

20 item instrumen spiritual kesejahteraan tidak bisa menjadi


acuan atau ukuran yang sempurna untuk semua orang,
Kelebihan SWBQ SHALOM telah menunjukkan bukti
valid, terpercaya sebagai pengukur spiritual yang
menyediakan indikasi spiritual kesejahteraan untuk
berbagai macam orang. SHALOM telah terbukti untuk
menjadi alat yang sah dan dapat diandalkan untuk menilai
aspek kunci dari spiritual kesejahteraan dalam beberapa
bahasa, diberbagai pengaturan dengan kelompok usia yang
berbeda. Indeks Kesejahteraan Spiritual 4 Item telah
menunjukkan validitas dan reliabilitas yang dapat diterima
menggunakan prosedur statistik standar (Rena, 2018).
29

Perbandingan temuan dari Skala yang digunakan untuk


mengukur tingkat spiritualitas pada pasien stroke adalah
diadopsi dari alat ukur yang disusun oleh Gomez dan Fisher
(2003) dalam Rena (2018) Skala ini dikonstruk dengan 20
item soal yang dikembangkan validitas dan reabilitasnya
melalui empat kali studi. Studi pertama diberikan kepada
248 siswa menengah atas di Australia dengan range usia 11
sd 16 tahun. Studi kedua dilakukan terhadap 537 siswa
menengah atas di Australia. Studi ini dilakukan dengan
analasis faktor terhadap empat dimensi kuesionair
(personal, interpersonal, environmental dan transedental
dengan hasil yang signifikan pada hubungan antara
keempat faktor (p 0,01). Sementara pada uji studi ke-3
yang melibatkan 832 mahasiswa dari enam universitas di
Australia menunjukkan hasil CFA (Confirmatory Factor
Analaysis) pada keempat faktor memiliki model yang bagus
dengan cronbach’s alfa 0,82; 0,95; 0,83; 0,82. Adapun pada
studi terakhir diberikan kepada 456 mahasiswa dari
universitas di Australia, Inggris, dan Irlandia dengan range
usia 18-24. Hasil studi terakhir menguatkan validitas dan
reabilitas dari SWBQ dengan nilai signifikan (p (p 0,01) .

Kuisioner ini terdiri dari empat dimensi dengan jumlah 20


item yakni; 1). Personal domain, 2). Communal domain, 3).
Environmental, dan 4). Transcendental. Deskripsi keempat
domain dijelaskan dengan indikator sebagaimana pada pada
tabel berikut ini :
30

Tabel 2. 2 Indikator kuisioner


No Domain Indikator Sebaran Nomor Item Jumlah
Favourable Unfavorable Item

1. Personal -meaning 5, 14, 18 9, 16 5 item


-purpose
-values in life

2. Communal -morality 1, 17 3, 8, 19 5 item


-culture
-love forgiveness
-trust and hope in humanity

3. Environmen -care for nature 4, 7, 20 10, 12 5 item


tal -sense of awe and wonder
-unity with environment

4. Transcende -faith 2, 11, 13, 15 6 5 item


ntal -adoration and worship
-connectedness with
devine/God

Jumlah Total 12 item 8 item 20 item

Tabel 2. 3 Alternatif jawaban dan Skor item skala


penelitian spiritualitas
Skor item Alternatif Jawaban
1 Sangat Tidak Sesuai
2 Tidak Sesuai
3 Agak Sesuai
4 Sesuai
5 Sangat Sesuai

2.1.8.2 WHQOL Spirituality, Religiousness And Personal Beliefs


(WHQOL-SRPB).
31

Menurut Departement of mental health and substance


dependence world health organization Geneva (2002) Test
WHOQOL-SRPB didalamnya mencakup 32 pertanyaan,
yang mencakup kualitas aspek kehidupan terkait dengan
spiritualitas, keagamaan dan keyakinan pribadi (SRPB).
Instrumen ini telah dikembangkan dan sudah diuji coba
ekstensif dari 105 pertanyaan di 18 pusat di seluruh dunia.
Menghasilkan instrumen 32-item mewakili versi selesai dari
WHOQOLSRPB yang akan digunakan untuk uji coba
lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang termuat didalamnya
menanggapi definisi Kualitas Hidup sebagai persepsi
individu dari mereka posisi dalam kehidupan dalam konteks
sistem budaya dan nilai di mana mereka hidup dan dalam
kaitannya untuk tujuan mereka, harapan, standar dan
kekhawatiran.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang agar dapat


diterapkan pada orang yang datang dari berbagai budaya
dan memegang berbagai macam keyakinan spiritual, agama
atau pribadi. Jika seseorang mengikuti agama tertentu,
seperti Yahudi, Kristen, Islam atau agama Buddha, mereka
mungkin akan menjawab pertanyaan pertanyaan berikut
dengan keyakinan agama yang dianut.

Jika seseorang tidak mengikuti agama tertentu, tetapi masih


percaya bahwa sesuatu yang lebih tinggi dan lebih kuat ada
di luar dunia fisik dan material, mereka dapat menjawab
pertanyaan pertanyaan berikut dari perspektif itu. Misalnya,
seseorang mungkin percaya dalam kekuatan spiritual yang
lebih tinggi atau kekuatan penyembuhan Nature atau, anda
mungkin tidak memiliki kepercayaan yang lebih tinggi,
32

tetapi mereka mungkin memiliki keyakinan pribadi yang


kuat seperti keyakinan dalam ilmiah teori, cara pribadi
hidup, filosofi tertentu atau kode moral etik.

2.1.8.3 Elkin et al., (1988) membuat alat ukur untuk spiritualitas


yang dinamakan dengan Spirituality Orientation Inventory.
Spirituality Orientation Inventory dibuat berdasarkan pada
model humanistik dan tidak berafiliasi pada agama. Alat
ukur ini menarik untuk dikembangkan karena berasal dari
hasil studi literatur dari pendapat para pionir di bidang
psikologi. Alat ukur pada SOI ini mengacu pada dimensi
spiritualitas.

2.1.8.4 Daily Spiritual Experience Scale (DSES)


Underwood (2006) mengemukakan terkait Pengukuran
spiritualitas menggunakan kuesioner Daily Spiritual
Experience Scale (DSES). Kuesioner DSES disusun untuk
mengukur pengalaman spiritual individu sehari- hari.
Kuesioner DSES terdiri dari 16 item pertanyaan. Indikator
dalam kuesioner DSES antara lain:
a. Kehadiran Tuhan yang menggambarkan bahwa setiap
individu tidak hidup sendiri.
b. Hubungan antar sesama yang menjelaskan bahwa setiap
individu akan berhubungan dengan semua makhluk di
dunia.
c. Kegembiraan ketika beribadah yaitu setiap individu
akan merasa gembira dan hilang rasa kekhawatiran
setelah beribadah kepada Tuhan
d. Kekuatan agama dan spiritual yaitu sumber kekuatan
individu untuk dapat menghadapi masalah yang
dialaminya.
33

e. Kenyamanan agama dan spiritualitas yaitu keadaan


dimana individu merasa aman dan nyaman serta
terbebas dari bahaya atau situasi yang mengancam.
f. Kedamaian batin yaitu kedamaian dan kerukunan.
g. Bantuan Tuhan yaitu meminta pertolongan kepada
Tuhan dalam setiap kegiatan sehari-hari.
h. Bimbingan Tuhan yaitu dimana individu merasa
diarahkan oleh Tuhan dalam setiap kegiatanya.
i. Rasa cinta Tuhan secara langsung yaitu dimana individu
merasakan cinta dari Tuhan secara nyata tanpa
perantara.
j. Rasa cinta Tuhan melalui orang lain yaitu dimana
individu merasakan cinta dari Tuhan lewat orang lain.
k. Kekaguman ciptaan Tuhan yaitu dimana individu
memiliki rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan.
l. Rasa syukur yaitu dimana individu bersyukur atas
segala yang diberikan Tuhan.
m. Rasa peduli yaitu dimana individu memiliki rasa peduli
terhadap sesama.
n. Menerima orang lain yaitu dimana individu dapat
menerima dan memiliki belas kasihan terhadap rang lain
meskipun orang itu berbuat kesalahan.
o. Rasa ingin lebih dekat dengan Tuhan yaitu dimana
individu ingin selalu dekat dengan Tuhan.
p. Seberapa dekat dengan Tuhan yaitu pengukuran
seberapa dekatnya individu tuhan.

2.1.9 Peran Perawat Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan
dari berbagai pelayanan kesehatan lainnya baik medis, gizi
34

penunjang dan lain sebagainya termasuk pelayanan kerohanian


rumah sakit. Departemen kesehatan (1997) melalui Dirjen Yanmed
telah menetapkan standart Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit,
salah satunya adalah memenuhi kebutuhan pasien dengan kriteria
standar sebagai berikut:

2.1.9.1 menyediakan sarana ibadah


2.1.9.2 membantu pasien beribadah
2.1.9.3 mendampingi pasien saat bimbingan spiritual.

Perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24


jam sehingga dia sangat berperan dalam membantu memenuhi
kebutuhan spiritual pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual
menurut Qur’ana (2012) meliputi :

a. Mengajak pasien berdoa


b. Mendampingi pasien
c. Kegiatan bimbingan rohani
d. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien
e. Mendatangkan pemuka agama

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan


Kecemasan merupakan bentuk suatu respon yang tidak terfokus,
membaur yang akan meningkatkan status kewaspadaan individu
terhadap suatu ancaman yang nyata atau hanya imajinasi
(Hammond et al, 2017). Pendapat lain Marwick dan Birrel, (2015)
menjelaskan kecemasan merupakan gambaran suasana perasaan,
kecemasan dapat diartikan sebagai suatu respon terhadap sesuatu
hal yang tidak diketahui ancaman internal atau samar dan
kecemasan merupakan bentuk kekhawatiran, gugup serta kesadaran
35

fisik terhadap kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan emosi


tanpa jelas dikarenakan objek tertentu, ini dikarenakan oleh hal
yang tidak diketahui dan menyertai pengalaman baru (Stuart,
2015).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah sebuah respon


yang tidak diketahui atau samar atau merupakan bentuk dari suatu
kekhawatiran.

2.2.2 Tingkatan Kecemasan


Tingkatan Kecemasan diklasifikasikan ke dalam empat kategori
menurut Towsend (2003) di antaramya :

2.2.2.1 Kecemasan ringan


kecemasan ringan berkaitan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan persepsinya. prestasi
yang muncul pada tingkat manifestasi kecemasan ringan ini
adalah kelelahan, iritabel, persepsi meningkat, kesadaran
tinggi .

2.2.2.2 kecemasan sedang


Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan ada masalah yang penting yang sedang dialami
dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, tetapi masih mampu
melakukan sesuatu yang terarah. gejala yang terjadi pada
tingkat kecemasan sedang ini yaitu kelelahan meningkat,
kecepatan denyut jantung, pernapasan meningkat ,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
36

tinggi,persepsi menyempit, kemampuan konsentrasi


menurun, perhatian selective dan terfokus pada rangsangan
yang tidak menambah anxietas mudah tersinggung tidak
sabar, mudah lupa,marah dan menangis.

2.2.2.3 kecemasan berat


Pada fase ini sangat mengurangi persepsi seseorang.
Seseorang yang mengalami kecemasan berat cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu itu yang terinci dan
spesifik, tidak mampu berpikir tentang hal lain. orang
tersebut akan memerlukan banyak pengarahan untuk bisa
memusatkan perhatiannya. tanda gejala yang muncul pada
tingkat ini adalah biasanya seseorang mengalami
pusing,nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering BAK,
diare, palpitasi, persepsi menyempit, hanya berfokus pada
dirinya sendiri, keinginan untuk menghilangkan kecemasan
tinggi, perasaan tidak berdaya, kebingungan dan
disorientasi.

2.2.2.4 Panik.
Panik berhubungan dengan ketakutan dan teror karena
mengalami kendali. seseorang yang mengalami kepanikan
tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. manifestasi klinis yang biasa muncul
diantaranya susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
diaphoresis, pembicaraan inkohorensi, merespon terhadap
suatu perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi serta delusi.
37

2.2.3 Faktor Kecemasan


Ada beberapa pendapat terkait fakor yang menjadi penyebab atau
mempengaruhi kecemasan

2.2.3.1 Menurut Blacburn & Davidson dalam Annisa dan Ifdil


(2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan diantara nya faktor pengetahuan
yang dimiliki seseorang dan kemampuan untuk menyikapi
suatu situasi yang mengancam serta mampu
mengendalikan diri dan menghadapii kecemasan.

2.2.3.2 Sebagaimana dijelaskan Adler dan Rodman dalam Annisa


& Ifdil (2016) mengemukakan 2 faktor yang dapat memicu
timbulnya kecemasan yaitu :
a. Pengalaman negatif pada masa lalu
Penyebab munculnya kecemasan bisa terjadi
dikarenakan suatu peristiwa yang traumatis yang
dialami pada masa kanak-kanak, yang kemudian
peristiwa tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap
masa depan yang dihadapi. Ketika seseorang mengalami
peristiwa yang sama maka akan merasakan ketegangan
sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan
berdampak kecemasan.
b. Pikiran yang tidak rasional
Pikiran tidak rasional terbagi dalam empat bentuk,
yaitu:
1) Kegagalan ketastropik, seseorang beranggapan
bahwa sesuatu yang buruh akan terjadi pada dirinya
sehingga tidak mampu mengatasi permasalahannya.
2) Kesempurnaan, seseorang mempunyai standar
tertentu yang harus dicapai sehingga menuntut
kesempurnaan dan tidak ada kecacatan ataupun
38

kesalahan dalam berperilaku. kecacatan dalam


berperilaku.
3) Persetujuan
4) Penalaran atau kesimpulan yang tidak tepat yaitu
generalisasi yang berlebihan, ini biasanyaterjadi
pada orang yang memiliki sedikit pengalaman

2.2.3.3 Menurut Iyus dalam Saifudin & Kholidin (2015) ada


beberapa faktor yang memperngaruhi kecemasanan
diantaranya :
a. Usia dan tahap perkembangan
Faktor ini menjadi hal penting karena seseorang yang
berbeda usianya maka akan berbeda pula tahap
perkembangannya, hal tersebut dapat menjadi hal yang
mempengaruhi dalam dinamika kecemasan pada
seseorang.
b. Lingkungan
Lingkungan menjadi aspek yang penting karena
lingkugan dapat memberikan pengaruh secara internal
maupun eksternal. Terciptanya lingkungan yang
kondusif maka akan berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan dan dapat menurunkan resioko kecemasan.
c. Pengetahuan dan pengalaman
pengetahuan dan pengalam seseorang dapat
mempengaruhi kecemasan, pengetahuan dan
pengalaman dapat menyelesaikan masalah terkait psikis
termasuk kecemasan karena karena seseorang yang
memiiki pengalaman akan lebih bisa memaknai hidup.
d. Peran keluarga
keluarga yang memberikan sebuah tekanan berlebih
pada anaknya maka akan berdampak terhadap
39

fsikologis. contohnya seorang anak yang belum


mendapat pekerjaan menjadikan individu tersebut
tertekan dan mengalami kecemasan selama masa
pencarian pekerjaan karena akibat tuntutan dari orang
tua yang terlalu berlebihan.

2.2.4 Rentang Respon Kecemasan.

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan sedang Berat Panik

Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan


Sundeen, 2016)
50

2.2.4.1 Respon adaptif


Hal positif didapatkan jika individu mampu menerima dan
mengatur kecemasannya. Kecemasan menjadi suatu
tantangan, motivassi yang kuat untu menyelesaikan masalah
Strategi adaptasi positi yang biasanya digunakan untuk
mengatur kecemasan antara lain menangis, tidur dan latihat
relaksasi (Stuart dan Sundeen, 2016).
2.2.4.2 Respon Maladaptif
Respon maladaptif ketika kecemasan tidak dapat diatur dan
individu menggunaan mekanisme koping yang berlawanan
atau maladaptif. Koping maladaptif mempunyai banyak
jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi
diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi dan
penyalahgunaan obat terlarang.

2.2.5 Pengkajian Kecemasan


Berbagai macam instrument untuk mengukur tingkat kecemasan di
antaranya adalah skala HARS, DASS, SRAS, dan VA.

2.2.5.1 HARS
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat
kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada
munculnya symptom pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang
nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap
item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert)
antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala
HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
51

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah


menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama
pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan
memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa
pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS
akan diperoleh hasil yang valid dan reliable (Nabila, 2017).

2.2.5.2 DASS
Instrumen pada penelitian ini menggunakan Depression
Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan
sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh
Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of
The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari
42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari
21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang
dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari
depresi, kecemasan dan stres. Tujuan utama pengukuran
dengan DASS adalah untuk menilai tingkat keparahan
(severe level) gejala inti depresi, kecemasan dan stress.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara


konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk
proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan
pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional,
secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.
DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau
individu untuk tujuan penelitian. DASS adalah kuesioner 42
item yang mencakup tiga laporan diri skala dirancang untuk
mengukur keadaan emosional negatif dari depresi,
52

kecemasan dan stres. Masing-masing tiga skala berisi 14


item, dibagi menjadi sub-skala dari 2-5 item dengan
penilaian setara konten. Skala Depresi menilai dysphoria,
putus asa, devaluasi hidup, sikap meremehkan diri,
kurangnya minat/ keterlibatan, anhedonia, dan inersia.
Skala Kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka,
kecemasan situasional, dan subjektif pengalaman
mempengaruhi cemas. Skala Stres (item) yang sensitif
terhadap tingkat kronis non-spesifik gairah. Ini menilai
kesulitan santai, gairah saraf, dan yang mudah
marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak
sabar. Dari 42 item tersebut
sebanyak 14 item berkaitan dengan gejala depresi, 14 item
berkaitan dengan gejala kecemasan dan 14 item berkaitan
dengan gejala stress. Dengan pembagian gejala seperti ini
satu item hanya dimungkinkan mempengaruhi satu jenis
gangguan saja. Padahal kenyataannya sangat
memungkinkan satu item merupakan gejala dari beberapa
gangguan walaupun dengan prioritas yang berbeda. Untuk
memberikan prioritas yang menunjukkan jenis gangguan
mana (depresi, kecemasan atau stress) yang dipengaruhi
oleh suatu item perlu pertimbangan dari beberapa psikolog.
Konsensus dari para psikolog tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan pembobotan item pada DASS (Kusumadewi,
2020)

Responden yang diminta untuk menggunakan 4-point


keparahan/skala frekuensi untuk menilai sejauh mana
mereka memiliki mengalami setiap negara selama seminggu
terakhir
(Nabila, 2017).
53

Depression Anxiety Stress Scale. Kelebihan instrumen ini


antara lain :
a. Kuesioner ini menilai perubahan emosi yang melipiuti
depresi, kecemasan, dan stres secara bersamaan.
b. Tersedia dalam berbagai bahasa.
c. Dipublikasi secara resmi oleh psychology foundation
Australia.
Sedangkan kekurangan instrumen ini yaitu pernyataan yang
dibuat cukup banyak. Berdasarkan penjelasan di atas maka
pada penelitian kali ini dipilihlah Depression Anxiety Stress
Scale 21 (DASS-21) untuk mengukur tingkat kecemasan
(Irma , 2018)

Tabel 2. 4 Skor tingkat kecemasan

No Interval skor Kriteria skor


1 14-28 Kecemasan
ringan
2 29-42 Kecemasan
sedang
3 43- 56 Kecemasan
Berat

Penilaian kuisioner Tingkat kecemasan tersebut dengan


menggunakan empat alternatif pilihan menurut skala Likert dengan
skor 1- 4. Semua hasil penilaian tersebut kemudian dikategorikan
menjadi 3 tingkat kecemasan yaitu ringan, sedang dan berat.

2.2.5.3 SRAS
54

Zung Self-Rating Axiety Scale (SAS/SRAS) adalah


penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang
oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala
kecemasan dalam diagnostic and statistical Manual of
Mental Dipordes (DMSII) terdapat 20 pertanyaan, dimana
setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-
kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu).
Terdapat 15 pertanyaan kearah peningkatan kecemasan dan
5 pertanyaan kearah penurunan kecemasan (Zung Self-
Rating Axiety Scale dalam Ian Mcdowell, 2006 dalam
Pramitaresthi, 2015).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara


lain:
Skor 20-40 : kecemasan ringan
Skor 45-59 : kecemasan sedang
Skor 60-70 : kecemasan berat
Skor 71-80 : panic (Pramitaresthi, 2015)

2.2.5.4 VAS
Visual Analogue Scale (VAS) digunakan untuk menilai
kecemasan pasien, skala ini memberikan kebebasan kepada
pasien untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan yang
dirasakan. Pengukuran dengan VAS pada nilai nol
dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-3 kecemasan ringan,
nilai 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat dan 10 dianggap
panic (Ismiyatun, 2017).

Kesimpulannya instrumen pengukuran yang digunakan


peneliti dalam mengukur tingkat kecemasan yaitu instrumen
55

DASS yang merupakan seperangkat skala subjektif yang


dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari
depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak
hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai
status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut
untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang
berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan
biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat
digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk
tujuan penelitian. Peneliti tidak mengambil semua
parameter DASS hanya mengambil prioritas parameter
yang mengukur terkait ansietas .

2.3 Konsep penyakit stroke

2.3.1 Definisi Penyakit Stroke


Stroke merupakan kerusakan yang terjadi di bagian otak, akibat
minimnya aliran darah ke otak (Dharma, 2018). Stroke merupakan
suatu bentuk kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak
karena disebabkan oleh terjadinya gangguan peredaran darah,
stroke mengakibatkan seseorangan akan mengalami kelumpuhan
anggota gerak, gangguan berbicara, proses berfikir,daya ingat dan
kecacatan lain akibat dari gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).

Kesimpulannya jadi stroke adalah gangguan yang terjadi di otak


yang disebabkan adanya sumbatan dan pecahnya pembuluh darah.

2.3.2 Etiologi
Etiologi stroke menurut Black & Hawks (2014) diantaranya

2.3.2.1 Thrombus
Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada
bagian garis edoteliat pada pembuluh darah. Aterosklerosis
56

yang terjadi disebabkan zat lemak yang tertumpuk dan


membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini
akan terus membesar dan kemudian menyebabkan
penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis yang terjadi
akan menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada
arteri.

2.3.2.2 Embolisme
Sumbatan yang terjadi pada arteri serebral yang disebabkan
oleh embolus yang kemudian menyebabkan stroke embolik.
Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas
dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus
tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat
arteri.

2.3.2.3 Perdarahan
Perdarahan intraserebral paling banyak terjadi disebabkan
oleh adanya rupture arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya
perdarahan ke jaringan otak. Stroke yang di sebabkan dari
perdarahan sering kali menyebabkan spasme pembuluh
darah serebral dan iskemik pada serebral karena darah yang
berada diluar pembuluh darah akan membuat iritasi pada
jaringan.

2.3.2.4 Penyebab Lain


Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi,
sehingga menurunkan aliran darah ke otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang menyempit. Spasme yang
57

berdurasi pendek,tidak selalu menyebabkan kerusakan otak


yang permanen.

2.3.3 Manifestasi Klinis


Menurut Gofir (2021) gejala yang timbul pada pasien stroke
tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :

2.3.3.1 Kelumpuhan wajah atau anggota badan biasanya terjadi


hemiparesis yang timbul mendadak.
2.3.3.2 Gangguan sensibilitas pada satu aau lebih anggota badan
(gangguan hemisensorik).
2.3.3.3 Perubahan secara mendadak status mental (konvusi,
delirium, letargi, stupor atau koma).
2.3.3.4 Afasia (berbicara tidak lancar, kurangnya ucapan, dan
kesulitan dalam memahami ucapan.
2.3.3.5 Disatria ( bicara pelo atau cadel).
2.3.3.6 Gangguan penglihatan (Hemianopia atau monokuler) atau
diplopia.
2.3.3.7 Ataksia (trunkal atau anggota badan).
2.3.3.8 Vertigo, mual, muntah dan biasanya mengalami nyeri
kepala.

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang


Menurut imran dan ika (2015) ada beberapa pemeriksaan yang
dapat dilakukan diantaranya :
2.3.4.1 Laboratorium darah
a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hemoglobin,
hematokri, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit dan
LED.
b. PT dan aPTT, agregasi trombosit, fibrinogen
58

2.3.4.2 EKG dan ekokardiografi untuk mencari penyebab stroke


akibat penyakit jantung
a. Foto thorax
b. CT scan/ MRI kepala
Scanning merupakan pemeriksaan yang paling umum
digunakan untuk evaluasi pasien dnegan stroke, selain
itu pemeriksaan ini juga berguna unuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip
dengan penyakit stroke seperti hematoma
c. TCD (Transcranial doppler )
Pemeriksaan TCD merupakan suatu perangkat
diagnostik non invasif yang dapat digunakan untuk
menilai perubahan hemodinamik serebral terutama
dalam deteksi dini arterosklerosis dan mprediksi pasien
yang beresiko tinggi unuk penyakit stroke
d. Pemeiksaan Carotid doppler
Alat ini memberikan gambaran sistem karotis pada
daerah leher atau bifuraksio dapat diproyeksikan pada
suatu layar. demikian pula bila suatu stenosis atau
oklusi dapat dideteksi dengan alat tersebut

2.4 Kerangka teori


Faktor yang mempengaruhi
spiritual
1. Tahap perkembangan
2. Peranan keluarga
3. Etnik dan budaya
4. Pengalaman hidup
5. Krisis dan perubahan
6. Terpisah dari ikatan
spiritual
7. Isu moral terkait
59

Tingkatan kecemasan
Pengukuran spiritual 1. Kecemasan ringan
1. Personal domain 2. Kecemasan sedang
2. Communal 3. Kecemasan berat
domain 4. Panik
3. Environmental Toswend dalam sastuti
4. Transcendental (2010)
(Fisher, 2011)

Gambar 2. 2 Kerangka Teori


60

2.5 Kerangka konsep


Kerangka konsep menurut Sugiyono (2014) adalah suatu bentuk hubungan
yang nantinya akan menghubungankan secara teoritis antara variabel-
variabel penelitian yaitu, antara variabel independen dengan variabel
dependen atau variabel bebas dan terikat yang akan di amati atau di ukur
melalui penelitian yang akan di laksanakan.
Variabel bebas Variabel terikat

Pemenuhan Tingkat kecemasan


kebutuhan spiritual

1.Kecemasan
ringan
1 Personal domain
2.Kecemasan
2. Communal domain sedang
3. Environmental 3.Kecemasan
4. Transcendental berat

(Fisher, 2011) 4. Panik

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara valid Nazir dalam Anshori and sri,
(2017). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Ada
hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas denga tingkat kecemasan
pada pasien stroke”
61
62

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian atau rancangan penelitian didalamnya berisi pola
umum penelitian yang akan digunakan peneliti (Musfah, 2016).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain atau
rancangan penelitian ini termasuk dalam jenis korelasional, yaitu untuk
mengetahui hubungan antara variabel dengan pendekatan Cross
Sectional.Cross Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan
waktu pengukuran observasi data variable independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,2008). Dalam penelitian ini
variabel yang akan diteliti yaitu Hubungan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan pada pasien Stroke di RSUD
ULIN Banjarmasin.

3.2 Variabel Penelitian


Menurut Setyosari dalam Fraenkel (2013) variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang akan menjadi objek atau subyek yang akan diamati
dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel bebas dan terikat. Variabel bebas (independent) merupakan
variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi suatu sebab yang akan
menjadi timbulnya variabel terikat sedangkan variaben terikat
(dependent) adalah variabel hasil yang merupakan variabel yang menjadi
akibat atau efek dari variabel bebas (karliner dalam Siyoto & Sodik,
2015).

1. Variabel bebas : Pemenuhan kebutuhan spiritual

2. Variabel terikat : Tingkat kecemasan.


63

3.3 Definisi operasional


Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci dari definisi operasional.
Hal tersebut dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk
melakukan pengukuran secara cermat terhadap sesuatu objek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Kategori atau
Operasional
hasil ukur

Variabel Pemenuhan 1. Personal domain Kuisioner Ordinal 1.Kesejahteraan


independe kebutuhan 2. Communal domain SHALOM ringan = 20-46
n : spiritul 3. Environmental 2.Kesejahteraan
Pemenuha merupakan suatu 4.Transcendental sedang= 47-73
n semangat atau (Fisher, 2011) 3.Kesejahteraan
kebutuhan kepercayaan tinggi= 74-100
spiritual dalam menjalani
hidup dengan
kekuatan dari
Yang Maha
Kuasa sehingga
dengan kekuatan
tersebut akhirnya
dapat
mengetahui
untuk apa hidup
dan makna untuk
hidup.
(Kuisioner
Qur’ana, 2012)

Variabel Tingkat 1. Gairah Kuisioner Ordinal 1.Kecemasan


dependen kecemasan Otonom DASS
Rendah= 14-28
: Tingkat merupakan 2. Efek- Efek
Kecemasa gambaran Otot Rangka 2.Kecemasan
n rentang respon 3. Kecemasan
Sedang=29-42
individu Situasional
terhadap suatu 4. Pengalaman 3.Kecemasan
hal. subjektif
Berat=43-56
(Kuisioner mempengar
DASS) uhi cemas

3.4 Populasi, Sampel, Sampling


3.4.1 Populasi
64

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki ciri


dan karakeristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti sebagai
sumber data dan kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan (Lubis, 2021).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke di ruang poli
saraf dan Rehabilitas medik RSUD ULIN Banjarmasin pada bulan
Mei-Juni 2021 yang berjumlah 21 orang.

3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi (Tarjo, 2019).
Sampel pada penelitian ini berjumlah 21 orang pasien stroke.

3.4.3 Sampling
Menurut (Sumargo, 2020) Sampling adalah Suatu metode dalam
pengambilan sampel dari suatu populasi dimana peluang
terpilihnya setiap unit sampel sebanding dengan ukuran. Ukuran
tersebut adalah informasi tambahan yang dimiliki oleh setiap unit
sampel yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan sampel sehingga menjadi efisien.Teknik sampling
yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling.
Menurut Sugiyono (2016) adalalah accidental sampling adalah
teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan/insendetal
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data.” Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini
adalah
Inklusi yaitu
1. Pasien yang mengalami Riwayat Stroke
2. Pasien yang mengalami Stroke lebih dari 1 tahun
Eklusi yaitu
1.Pasien yang mengalami stroke kurang dari 1 tahun
65

2.Pasien Stroke yang sedang koma


3.Pasien Stroke yang sedang di rawat inap

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD.Ulin Banjarmasin.

3.5.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan desember 2020 sampai
dengan bulan juli 2021.

Tabel 3. 2 Waktu Penelitian

No Jadwal Bulan Pelaksanaan 2020-2021


kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Menentukan
judul
penelitian
2. Studi
pendahuluan

3. Pembuatan
proposal
4. Seminar
proposal
5. Revisi
proposal
6. Masuk komie
etik
7. Pelaksanaan
penelitian
8. Penyusunan
laporan
9. Sidang hasil
skripsi
10. Revisi skripsi
11. Pengumpula
n skripsi
66

3.6 Instrumen penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan
data yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dengan kata lain instrumen
penelitian dapat disebut juga alat ukur (Kristanto, 2018)

3.6.1 Instrumen pengumpulan data


Instrumen atau pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah alat yang digunakan dalam
pengumpulan data yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Kuisioner
sering digunakan sebagai pedoman wawancara atau angket.
Kuisioner yang digunakan harus bersifat valid dan reabilitas.

3.6.1.1 Kuisioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Kuisioner pemenuhan kebutuhan spiritual yang diadopsi dari
(Fisher, 2011) dalam (Rena, 2018)
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuisioner Pemenuhan Kebutuhan spiritual

No Domain Indikator Sebaran Nomor Item Jumlah


Favourable Unfavorabl Item
e

1. Personal -meaning 5, 14, 18 9, 16 5 item


-purpose
-values in life

2. Communa -morality 1, 17 3, 8, 19 5 item


l -culture
-love forgiveness
-trust and hope in humanity

3. Environm -care for nature 4, 7, 20 10, 12 5 item


ental -sense of awe and wonder
-unity with environment

4. Transcend -faith 2, 11, 13, 15 6 5 item


ental
67

-adoration and worship


-connectedness with
devine/God

Jumlah Total 12 item 8 item 20 item

Penilaian kuisioner pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut


dengan menggunakan dua pilihan menurut skala Likert
dengan skor sebagai berikut

Tabel 3. 4 Alternatif jawaban


Skor item Alternatif Jawaban
1 Sangat Tidak Sesuai
2 Tidak Sesuai
3 Agak Sesuai
4 Sesuai
5 Sangat Sesuai

Setelah diberi bobot nilai selanjutnya diberi kategori dari


setiap instrumen untuk pertanyaan tingkat kecemasan
berdasarkan nilai skor kemudian ditetapkan kriteria nilai
sebagai berikut

Hasil dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang dan


tinggi. berdasarkan nilai skor kemudian ditetapkan kriteria
nilai sebagai berikut.
a. Menetapkan nilai tertinggi yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan skor yaitu 20 x 5 = 100
b. Menetapkan nilai terendah yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan skor 1 yaitu 20 x 1= 20
c. Range = Nilai tertinggi-nilai terendah = 100-20 = 80
d. Kemudian dibagi tiga kelas atau kategori untuk
menentukan lebar kelas (interval) dari klasifikasi nilai
yang akan dibuat = 80 : 3 = 26,6
68

Tabel 3. 5 Skor Pemenuhan Kebutuhan spiritual

No Interval skor Kriteria skor


1 20-46 Kesejahteraan Rendah
2 47-73 Kesejahteraan Sedang
3 74-100 Kesejahteraan Tinggi

3.6.1.2 Kuisioner Tingkat Kecemasan

Kuisioner Tingkat Kecemasan dalam penelitian ini


menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stres Scale 42
(DASS 42) dan telah dimodifikasi dengan kisi-kisi sebagai
berikut

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Kuisioner tingkat kecemasan

N0 Parameter Nomor pertanyaan Jumlah


1 Gairah otonom 1-5 5
2 Efek-efek otot rangka 6-7 2
3 Kecemasan situasional 8-10 3
4 Pengalaman subjektif 11-14 4
mempengaruhi cemas
Penilaian kuisioner tingkat kecemasan tersebut dengan empat
pilihan jawaban menurut Skala likert:

Tabel 3. 7 Skala Likert

Jawaban Hasil
Setiap Saat (SS) 4
69

Sering (S) 3
Kadang-kadang (KD) 2
Tidak Pernah (TP) 1

Setelah diberi bobot nilai selanjutnya diberi kategori dari


setiap instrumen untuk pertanyaan tingkat kecemasan
berdasarkan nilai skor kemudian ditetapkan kriteria nilai
sebagai berikut
a. Menetapkan nilai tertinggi yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan skor 4 yaitu 14 x 4 = 56
b. Menetapkan nilai terendah yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan skor 1 yaitu 14 x 1 = 14
c. Range = Nilai tertinggi-nilai terendah = 56-14 = 42
d. Kemudian dibagi dua kelas atau kategori untuk
menentukan lebar kelas (interval) dari klasifikasi nilai
yang akan dibuat = 42 : 3 = 14

Tabel 3. 8 Skor tingkat kecemasan

No Interval skor Kriteria skor


1 14-28 Kecemasan
rendah
2 29-42 Kecemasan
sedang
3 43- 56 Kecemasan
Berat

Penilaian kuisioner Tingkat kecemasan tersebut dengan


menggunakan empat alternatif pilihan menurut skala Likert
dengan skor 1- 4. Semua hasil penilaian tersebut kemudian
dikategorikan menjadi 3 tingkat kecemasan yaitu ringan,
70

sedang dan berat. Cara pengisiannya kuisioner diberikan


kepada responden yang bersedia terlibat dalam penelitian dan
sebelumnya sudah menyetujui dengan informed consent.
Resonden diberikan penjelasan terkait poin pertanyaan
dengan menandai dengan tanda (x) sesuai dengan perasaan
yang dialaminya. Jika responden mengalami keterbatasan
dalam anggota gerak peneliti dapat membantu dalam
pengisian kuisioner.

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji Validitas menurut Azwar dalam Payadnya and Atmaja
(2020) adalah Sejauh mana keakuratan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat spiritualitas
pada pasien stroke adalah diadopsi dari alat ukur yang disusun
oleh Gomez dan Fisher (2003) dalam Rena (2018). Skala ini
dikonstruk dengan 20 item soalan yang dikembangkan
validitas dan reabilitasnya melalui empat kali studi. Studi
pertama diberikan kepada 248 siswa menengah atas di
Australia dengan range usia 11 sd 16 tahun. Studi kedua
dilakukan terhadap 537 siswa menengah atas di Australia.
Studi ini dilakukan dengan analasis faktor terhadap empat
dimensi kuesionair (personal, interpersonal, environmental
dan transedental dengan hasil yang signifikan pada hubungan
antara keempat faktor (p 0,01).
Sementara pada uji studi ke-3 yang melibatkan 832 mahasiswa
dari enam universitas di Australia menunjukkan hasil CFA
(Confirmatory Factor Analaysis) pada keempat faktor
memiliki model yang bagus dengan cronbach’s alfa 0,82;
0,95; 0,83; 0,82. Adapun pada studi terakhir diberikan kepada
71

456 mahasiswa dari universitas di Australia, Inggris, dan


Irlandia dengan range usia 18-24. Hasil studi terakhir
menguatkan validitas dan reabilitas dari SWBQ dengan nilai
signifikan p (p 0,01).

Menurut (Yusrizal, 2016) Reliabilitas berasal dari kata rely


yang memiliki arti percaya dan reliabel yang artinya dapat
dipercaya, indeks yang menunjukan sejauh. Batasan
reliabilitas jka terdapat kesesuaian antara dua upaya yang
dilakukan untuk mengukur trait yang sama melalui metode
yang sangat serupa (Bacham dalam Yusrizal, 2016)
Suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yangdiperoleh
konsisten maka pengukur tersebut reliabel.

3.7 Teknik pengumpulan data

3.7.1 Persiapan
Tahap persiapan peneliti meminta surat izin dari Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin untuk melakukan penelitian di
RSUD Ulin Banjarmasin. Setelah itu menyerahkan surat izin
kepada pihak RSUD Ulin Banjarmasin, terkait izin
pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur
administrasi yang berlaku yaitu mendapatkan surat izin
penelitian dari RSUD Ulin Banjarmasin. Setelah
mendapatkan izin dari pihak RSUD Ulin Banjarmasin,
kemudian peneliti akan melaksanakan penelitian .
72

3.7.2 Pelaksanaan
3.7.2.1 Peneliti menentukan sampel sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi yang sudah ditetapkan kemudian
menjelaskan bagaimana penelitian akan dilakukan
dilakukan serta menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian.
3.7.2.2 Selanjutnya peneliti memberikan pernyataan surat
persetujuan informed consent sebagai bukti bahwa
responden bersedia mengikuti penelitian ini.
3.7.2.3 Pengumpulan data terkait gambaran pemenuhan
kebutuhan spiritual dengan tingkat kecemasan
dilakukan dengan pengisian kuisoner, Responden
diberikan waktu untuk mengisi kuisioner tersebut.
3.7.2.4 Pengumpulan data pribadi responden (nama, umur,
lama sakit, pendidikan dst) penting untuk diketahui
dan responden diminta mengisi terkait data
demografi yang sudah disediakan.
3.7.2.5 Setelah semua kuisioner terisi maka peneliti
mengumpulkan kuisioner tersebut untuk dilakukan
rekapitulasi.

3.7.3 Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan
ialah:
3.7.3.1 Data Primer
Menurut Hasan (2002: 82) data primer merupakan
data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang memerlukannya. Data
primer di dapat dari sumber informan yaitu individu
73

atau perseorangan seperti hasil wawancara yang


dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain;
a. Catatan hasil wawancara dengan kepala ruangan
dan pasien stroke
b. Hasil observasi lapangan.
c. Data-data mengenai informan.

3.7.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian
dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58).
Data ini digunakan untuk mendukung informasi
primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka,
literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain
sebagainya.

3.8 Teknik pengolahan data


Terkait pengolahan data dapat diolah menggunakan SPSS (Statistical
Product and Social Solutions) dengan empat tahap sebagai berikut:

3.8.1 Pengolahan Data


Langkah pertama setelah data terkumpul adalah melakukan
pengolahan dengan tahapan sebagai berikut (Notoatmodjo,
2010)
3.8.1.1 Pemeriksaan data ( Editing)
Editing adalah mengecek terkait kelengkapan suatu
data dan perbaikan data yang sudah agar menjadi data
yang benar, dan terisi secara lengkap.
Penelitian ini mencakup beberapa proses diantaranya :
74

a. Mengecek terkait kelengkapan data, apabila


terdapat kekurangan dalam pengisian maka perlu
diulangi atau dikembalikan ke responden
b. Mengecek kelengkapan identitas responden.

3.8.1.2 Memasukkan data (Entering)


Menurut (Prasetya,2016) Memasukkan data terkait hasil
penelitian dalam tabel induk (master table) dari setiap
jawaban responden yang masing-masing nya sudah diberi
nilai atau kode (Prasetya, 2016). Memasukkan data yang
telah diskor kedalam komputer seperti dalam spread sheet
program Excel atau kedalam program SPSS (Statistical
Product and social Solutions). Data juga dapat
dimasukkan kedalam format kolom menggunakan cara
manual (Suyanto, 2011).

3.8.1.3 Coding (Pengkodean)


Coding adalah pemberian kode. Pemberian isi kode
penting dalam pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer
a. Pemenuhan kebutuhan spiritual
Kuisioner pemenuhan kebutuhn spiritual terdiri dari 15
item pertanyaan. Klasifikasi koding dari masing- masing
jawaban adalah :
1) Kesejahteraan Ringan =1
2) Kesejahteraan Sedang =2
3) Kesejahteraan Tinggi =3
b. Tingkat Kecemasan
Kuisioner pemenuhan kebutuhn spiritual terdiri dari 15
item pertanyaan. Klasifikasi koding dari masing- masing
jawaban adalah :
75

1) Kecemasan rendah =1
2) Kecemasan sedang =2
3) Kecemasan berat =3

3.8.1.4 Penyusun data


Tabulasi adalah Suatu bentuk penyajian data dalam
bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan beberapa
kolom menurut Chandra (2008) dalam Astuti (2017).

3.8.2 Analisa Data


3.8.2.1 Analisa Univariat
Mengidentifikasi setiap variabel yaitu pemenuhan
kebutuhan spiritual dengan Tingkat kecemasan
3.8.2.2 Analisa Bivariat
merupakan analisa untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen,
menggunakan Spearman Rank. Rumus uji
Spearman Rank (Sugiyono, 2012) sebagai berikut :
rₛ = 1 – 6 Ʃ d²
n (n²-1)

Keterangan :
rₛ = Nilai korelasi spearman Rank ( merupakan keeratan
hubungan )
d² = Selisih setiap pasangan Rank
n = Jumlah pasangan untuk Spearman Rank

Interpretasi dari hasil analisis ini adalah


a. Ho ditolak jika probabilitas (p) sig.<α (0,05) yang
berarti terdapat hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual
76

dengan tingkat kecemasan pasien stroke di RSUD Ulin


Banjarmasin
b. Ho diterima jika probabilitas (p) sig. α > (0,05),
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pemenuhan
kebutuhan spiritual dengan tingkat kecemasan pasien
stroke di RSUD Ulin Banjarmasin
Dalam setiap analisa data, peneliti akan dibantu dengan
menggunakan program komputer. Kekuatan hubungan
dua variabel, jika terdapat hubungan yang signifikan
antara kedua variabel, maka kekuatan hubungan dua
variabel secara kuantitatif dapat dibagi menjadi 4 area
menurut colton berdasarkan nilai signifikasi atau
koefisien korelasi yang didapatkan dari perhitungan :
r = 0,00-0,25 = Sangat rendah
r = 0,26-50 = Sedang
r = 0,51-0,75 = Kuat
r = 0,76-1,00 = Sangat kuat atau sempurna

3.9 Etik Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan uji etik pada bulan Juni 2021 di
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dengan nomor sertifikat etik
120/UMB/KE/IV/2021
3.9.1 Respect of Person (menghormati harkat dan martabat
manusia )

3.9.1.1 Menghormati martabat responden dalam penelitian ini


dilakukan dengan cara pada pelaksanaan penelitian, peneliti
terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada responden
untuk mengajukan permohonan menjadi responden sambil
memberikan informasi yang sebenar-sebenarnya tujuan
penelitian, menjelaskan manfaat, setelah secara detail
menjelaskan hal-hal tersebut kemudian responden tersebut
77

diminta tanda tangan informed consent sebagai bukti bagi


yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.
3.9.1.2 Bagi responden yang tidak bersedia dalam penelitian maka
peneliti menerima keputusan para responden tersebut
dengan baik tanpa ada unsur paksaan sedikitpun.
3.9.1.3 Bagi yang bersedia menjadi responden tetapi tiba-tiba ingin
mengundurkan diri karena alasan apapun maka peneliti juga
menerima keputusan tersebut.

3.9.2 Beneficence- non maleficence (berbuat baik dan tidak


merugikan)
Prinsip etik kebaikan atau berbuat baik dalam penelitian ini
berkaitan membantu untuk mengetahui keterkaitan hubungan
pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan
sehingga responden yang ikut berpartisipasi secara tidak langsung
akan memiliki manfaat dalam meningkatkan kebutuhan
spiritualitasnya. Penelitian ini dilaksanakan karena lebih banyak
mendapatkan manfaat sebagai sumber masukan atau saran bagi
rumah sakit terkait dan penelitian ini tidak menimbulkan resiko
terhadap keselamatan responden. Manfaat tersebut tidak hanya
semata-mata untuk peneliti tetapi juga pada para responden yang
menjadi responden itu sendiri, institusi pendidikan serta wilayah
kerja RSUD.Ulin Banjarmasin.

3.9.3 Justice (keadilan).


Peneliti selama pelaksanaan penelitian berusaha sebaik mungkin
dapat berlaku adil yaitu tidak memilih responden yang akan menjadi
sampel penelitian hanya karena memiliki hubungan dekat atau kenal
dengan responden tersebut, memberikan informasi sedetail mungkin
pada setiap responden dengan porsi yang sama, semua responden
78

diberikan kebebasan yang sama jika ingin mengundurkan diri, serta


peneliti akan menjaga kerahasiaan semua responden tanpa terkecuali
dan akan diberi pertanggung jawaban yang sama jika berdampak
negatif.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah berdirinya RSUD Ulin Banjarmasin
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin adalah rumah sakit kelas A
Pendidikan yang berada di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan dan
merupakan rumah sakit rujukan di Kalimantan Selatan. RSUD Ulin
berdiri tahun 1943 di atas lahan seluas 0,3 ha dengan konstruksi utama
terdiri dari bahan kayu Ulin. Ulin adalah kayu yang kokoh, kuat tidak
lapuk oleh panas dan hujan yang mungkin hanya berada di pulau
Kalimantan. Renovasi rumah sakit ini pertama kali pada tahun 1985,
bangunan kayu ulin diganti dengan konstruksi beton. Tahun 1997
dibangun Ruang Paviliun Aster, kemudian direnovasi lagi dan
dibangun bersama Poliklinik Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Aster
tahun 2002. Sejak itu RSUD Ulin terus mengalami berbagai
4.1.2 RSUD Ulin Banjarmasin
RSUD Ulin Banjarmasin beralamat di Jalan Jendral A. Yani Km. 1 No.
43 Banjarmasin. RSUD Ulin berdiri di atas lahan seluas 63.920 m2
dan luas bangunan 55.000 m2 , dengan batas wilayah yaitu: Sebelah
Utara berbatasan dengan Jalan Veteran, Sebelah Timur berbatasan
dengan Jalan Simpang Ulin dan RSGM, sebelah barat berbatasan
dengan Komplek Veteran, dan sebelah Selatan berbatasan dengan
Jalan Jendral A. Yani.
RSUD Ulin Banjarmasin adalah Rumah Sakit Umum dengan
Klasifikasi Kelas A yang berada di Kota Banjarmasin Kalimantan
Selatan yang berfungsi : Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
spesialis dan subspesialis, sebagai Rumah Sakit Pusat Rujukan
80

Provinsi Kalimantan Selatan, juga banyak menerima rujukan dari


Provinsi Kalimantan Tengah, dan RSUD Ulin Banjarmasin merupakan
Rumah Sakit Pendidikan bagi tenaga kesehatan dan juga sebagai lahan
praktik untuk mahasiswa khususnya tenaga kesehatan.
Pada tahun 1995 sampai tahun 2002 berdasarkan Perda 06 Th 1995,
status RSUD Ulin sebagai Unit Swadana. Untuk meningkatkan
kemampuan jangkauan dan mutu pelayanan maka berdasarkan SK
Menkes No. 004/Menkes/SK/I/2013 tanggal 7 Januari 2013 tentang
Peningkatan Kelas RSUD Ulin Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan menjadi Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi Kelas A, serta
Kepmendagri No. 445.420-1279 tahun 1999 tentang penetapan RSUD
Ulin Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Pendidikan Calon Dokter dan
Calon Dokter Spesialis. Dengan demikian tugas dan fungsi RSUD Ulin
selain mengemban fungsi pelayanan juga melaksanakan fungsi
pendidikan dan penelitian. Sejalan dengan upaya desentralisasi maka
berdasarkan Perda No. 9 tahun 2002 status RSUD Ulin berubah
menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Saat ini RSUD Ulin
Banjarmasin sudah menjalani Survei Akreditasi RS: Akreditasi Penuh
Tingkat Lengkap 16 Bidang (SK Menkes 2007 YM.01.10/III/1142/07)
dan Akreditasi ulang dengan predikat lulus Penuh 16 Bidang
Pelayanan pada tahun 2010. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan
rumah sakit pusat rujukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Timur. Saat ini sebagai Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan klasifikasi Kelas A telah
ditetapkan sebagai PPK Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
bertahap melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan 65
No.188.44/0456/Kum/2007 tanggal 27 Desember Tahun 2007.
PPKBLUD Penuh melalui Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan
No.188.44/0464/Kum/2009. Sebagai RS-BLUD, RSUD Ulin
81

Banjarmasin mempunyai tugas utama melaksanakan ”Pelayanan


Medik, Pendidikan Kesehatan, Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat”. Adapun tujuannya adalah terselenggaranya pelayanan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara efektif dan efisien melalui
pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu
dengan pelayanan preventif dan promotif serta pelayanan rujukan,
pendidikan, pelatihan dan penelitian-pengembangan.

4.1.3 Visi dan Misi RSUD Ulin Banjarmasin


a. Visi
Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang professional dan mampu
bersaing di masyarakat ekonomi ASEAN.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan terakreditasi paripurna yang
berorientasi pada kebutuhan dan keselamatan pasien, bermutu
serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan sub spesialis sesuai kebutuhan pelayanan
kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan penapisan
teknologi kedokteran.
3) Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidan
bisnis yang sehat, terbuka, efisien efektif, akuntabel sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
4) Menyiapkan sumber daya manusia , sarana dan prasarana dan
peralatannya.
5) Untuk mampu bersaing dalam era pasar bebas ASEAN
Mengelola dan mengembangkan Sumber Daya Manusia sesuai
dengan kebutuhan pelayanan dan kemampuan Rumah Sakit.
82

4.2 Hasil penelitian


4.2.1 Karakteristik responden

Karakteristik penelitian di Poli syaraf dan rehabilitasi medik di RSUD


Ulin Banjarmasin meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama sakit.
4.2.1.1. Usia
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di RSUD Ulin
Banjarmasin sebagai berikut

Tabel 4. 1 Distribusi Usia responden di RSUD Ulin Banjarmasin.

No Usia (Tahun) Frekuensi Persentase %


1 40-50 7 33%
2 51-60 8 38 %
3 61-70 6 29 %
Jumlah 21 100,0 %

4.2.1.2 Jenis Kelamin


Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin adalah
sebagai berikut

Tabel 4. 2 Distribusi Jenis kelamin responden di RSUD Ulin


Banjarmasin

Persentase
No Jenis kelamin Frekuensi %
1 Laki – laki 13 61,9 %
2 Perempuan 8 38,1 %
Jumlah 40 100,0 %

4.2.1.3 Pendidikan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan adalah
sebagai berikut

Tabel 4. 3 Distribusi Pendidikan responden di RSUD Ulin Banjarmasin

No Pendidikan Frekuensi Persentase %


83

1 S1 5 24 %
D3 (Diploma) 1 5%
Sekolah
Menengah 8 38 %
2 Atas(SMA)
Sekolah
Menengah 4 19%
pertama (SMP)
3 Sekolah Dasar 3 14 %
Jumlah 21 100,0 %

4.2.1.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan


Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tingkat karakteristik
responden menunjukkan bahwa
Tabel 4. 4 Distribusi Lama sakit responden di RSUD Ulin Banjarmasin

No Lama Sakit Frekuensi Persentase %


1 1-2 Tahun 12 57,2%
2 3-4 Tahun 7 33,3 %
4 5-6 Tahun 2 9,6
Jumlah 21 100,0 %

4.3 Analisa data


4.3.1 Hasil Univariat
4.3.1.1 Pemenuhan kebutuhan spiritual
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemenuhan kebutuhan
spiritual adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 5 Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien Stroke di RSUD Ulin
Banjarmasin

No Kategori F %
84

1. Kesejahteraan Tinggi 6 28.6


2. Kesejahteraan Sedang 15 71.4
3. Kesejahteraan Ringan 0 0
Total 21 100.0
Hasil Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 21 responden sebagian besar
memiliki kesejahteraan dalam rentang sedang sebanyak 15 orang
(71,4%) dan 6 (28,6 %) responden memiliki kesejahteraan tinggi
4.3.1.2 Tingkat Kecemasan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan
adalah sebagai berikut
Tabel 4. 6 tingkat kecemasan pada pasien stroke di RSUD Ulin Banjarmasin

No Kategori F %
1. Kecemasan Berat 5 23.8
2. Kecemasan Sedang 0 0
3. Kecemasan Rendah 16 76.2
Total 21 100.0
Hasil tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 21 responden sebagian besar
mengalami kecemasan rendah sebanyak 16 responden (76,2 %) dan 5
responden (23,8%) mengalami kecemasan berat.
4.3.2 Hasil Bivariat
Hasil hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat
kecemasan pada pasien stroke dari penelitian ini maka dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 4. 7 Hasil Uji Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin

Tingkat Kecemasan Pemenuhan Spiritual (X) Total


(Y) Kesejahteraan Kesejahteraan
Sedang Tinggi
F % F % N %
Kecemasan Berat 1 20% 4 80% 5 100%
Kecemasan Rendah 14 87.5% 2 12.5% 16 100%
Total 15 71.4% 6 28.6% 21 100%
Hasil uji spearman rank maka diketahui bahwa 0,004 < 0,05
85

Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan hasil penelitian tentang hubungan


pemenuhan kebutuhan spritual dengan kesejahteraan spiritual di RSUD
Ulin Banjarmasin dapat diketahui dari 21 responden, yang memiliki tingkat
kesejahteraan sedang sebanyak 15 orang (71,4 %) dan mengalami
kecemasan berat sebanyak 1 orang ( 20 %) dan yang mengalami
kecemasan rendah ada 14 orang (87,5%). Kemudian dari pemenuhan
kebutuhan spritual pasien stroke yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi
sebanyak 6 pasien (28,6%), yang mengalami kecemasan berat sebanyak 4
orang (80%) dan mengalami kecemasan sedang ada 2 orang (12,5%).
Hasil uji spearman rank dengan hubungan pemenuhan kebutuhan
spiritualitas dengan tingkat kecemasan Pasien Stroke di RSUD Ulin
Banjarmasin hasil nilai sig 0,004 < 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, bermakna ada hubungan yang
signifikan antara hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan
tingkat kecemasan Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada pasien Stroke di RSUD Ulin
Banjarmasin
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi responden di ruang poli syaraf
dan rehabilitasi medik di RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan hasil terkait
variabel pemenuhan kebutuhan spiritual dari 21 responden, hasil
pemenuhan kebutuhan spiritual berdasarkan jawaban responden terbanyak
yaitu 15 responden (71,4%) memiliki kesejahteraan spiritual sedang dan 6
responden (28,6%) memiliki kesejahteraan spiritual yang tinggi.

Sejalan dengan asumsi Robby (2018) yang menyatakan bahwa dengan


adanya pemenuhan kebutuhan spiritual, maka diharapkan pasien akan
mencapai Spiritual Well Being (SWB) atau kesejahteraan spiritual.
86

Sehingga semakin terpenuhinya kebutuhan spiritual seseorang maka


kesejahteraan spiritual akan berbanding lurus dengan hasil tingkat
kesejahteraan spiritual seseorang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Aston
University’s Chaplaincy Team (2014) bahwa kesejahteraan spiritual ini
merupakan suatu yang kompleks meliputi dimensi fisik, emosi, mental dan
spiritual. Masih menurut Aston University’s Chaplaincy Team (2014)
bahwa meskipun seseorang sedang sakit, namun jika dia memiliki
kesejahteraan spiritual yang positif, maka akan membantunya untuk
mengatasi atau menghadapi masalah fisik yang dialaminya. Hal tersebut
diperkuat oleh (Puchalski et al., 2009 dalam Nuraeni, 2015 ) terkait
kebutuhan spiritual bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan tetapi
selalu ada kesempatan untuk “healing”atau penyembuhan.

Menurut asumsi peneliti pemenuhan kebutuhan spiritual menjadi hal yang


penting karena manusia merupakan makhluk bio fsiko sosio spiritual yang
berarti bukan hanya fisik yang perlu diintervensi melainkan ada aspek lain
sepeti aspek spirtual yang perlu diperhatikan, sehingga dengan adanya
pemenuhan kebutuhan spiritual yang baik maka diharapkan dapat
meciptakan suatu energi yang positif.
Menurut Barton et al., (2018) mengemukakan spiritual sebagai sumber
kekuatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan makna hidup.
Sehingga hal tersebut menjadikan alasan pentingnya kebutuhan spiritual
dalam perawatan kesehatan. Berdasarkan yang diungkapkan oleh Walker
et al., (2017) berkaitan kesejahteraan spiritual dan pasikologis sangat erat
dalam konteks keimanan. Hal tersebut diperkuat hasil penelitian Bai et al.,
(2016) mengatakan hubungan kesejahte raan spiritual terhadap iman dan
kualitas hidup dapat menurunkan angka depresi dan memberikan
kedamaian pada pasien.
87

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tingkat pemenuhan spiritual


seorang pasien stroke sangat penting penting karena dengan adanya
pemenuhan yang baik akan dapat membuat pasien merasa tenang dalam
menghadapi penyakit yang dihadapinya. Seorang yang mengalami masalah
stroke tersebut kurang marasa nyaman dan kurang merasa bermanfaat
hidup mereka karena kurang merasakan bahwa yang mereka derita tersebut
membuat sulit orang lain. Tingkat spritual tersebut ada hubungannya antara
manusia dengan Tuhan tampak pada sikap dan prilaku yang membangun
berbagai upaya ritual keagamaan seperti bersyukur, sembahyang, puasa
atau berdoa ( Yusuf et al, 2017).
Seseorang yang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila mampu merumuskan
arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia atau
kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari
satu kejadian atau penderitaan, menjalani hubungan, yang positif dan
dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan
kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan
hubungan antara manusia yang positif.

4.4.2 Tingkat kecemasan pada pasien stroke di RSUD Ulin


Banjarmasin
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi responden di ruang poli
syaraf dan rehabilitasi medik di RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan
hasil terkait variabel tingkat kecemasan didapatkan dari 21 responden
sebagian besar mengalami kecemasan rendah sebanyak 16 responden
(76,2 %) dan 5 responden (23,8%) mengalami kecemasan berat .
Sejalan dengan teori Harlock dalam Suryaatmaja & Wulandari (2020),
kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan
perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan.
88

Dari hasil disrtribusi resonden berdasarkan usia diperoleh usia 51-60


dengan frekuensi 8 responden (38%) hubungan usia pasien dengan
kecemasan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Pradido (2021)
Gangguan kecemasan dimulai pada awal masa dewasa, antara usia 15
dan 25 tahun, tetapi angka terus meningkat setelah usia 35 tahun,
orang dengan usia dewasa memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mengalami gangguan-gangguan kecemasan karena masalah
psikososial yang banyak terjadi seperti, kesepian, perasaan sedih,
depresi.
Menurut pernyataan Amila et al (2019) Seseorang yang telah
mengalami serangan stroke lebih mudah terkena serangan ulang
stroke dan dampaknya lebih parah dari serangan pertama dimana
angka kematian dan kecacatan lebih tinggi ,Kondisi tersebut yang
dapat menimbulkan terjadinya stres bahkan depresi setelah
terjadinya stroke, sehingga membutuhkan perawatan yang lama.
Sehingga pasien yang membutuhkan perawatan lama akan berdampak
pada respon fsikologis .

Dari hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin didapatkan


hasil frekuensi laki- laki memiliki frekuensi tertinggi sebesar 13
responden (61,9 %) dibanding responden Perempuan sebesar 8
responden (38,1 %). Sejalan dengan Penelitian Zhang S., et.al (2017)
menyebutkan bahwa individu berjenis kelamin laki-laki secara
signifikan meningkatkan risiko untuk terjadinya stroke sebesar 1,78
kali daripada perempuan. Logan dan Barksdale (2008) menjelaskan
bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki profil hormon yang
berbeda dan cenderung bervariasi dalam menghasilkan respon perilaku
terhadap stressor sehari- hari. Laki-laki cenderung lebih rentan
89

mengalami stress daripada perempuan, Hal ini disebabkan beban fisik


dan psikis yang diampu oleh laki-laki lebih besar.

Dari hasil distribusi frekuensi berdasarkan lama sakit yang beragam


dari 1-2 Tahun, 3-4 Tahun, 5-6 Tahun dan hasil frekuensi terbanyak
lama sakit 1-2 Tahun didapatkan 12 responden (57,2%). Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Morris,
Wijck, Joice, & Donaghy, 2013: 293) yang menyatakan bahwa pasien
yang menderita stroke ≥ 6 bulan lebih berpotensi merasakan
kecemasan, dikarenakan kondisi stroke ≥ 6 bulan sudah mulai
menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kondisi fisik yang semakin
memburuk, pasien juga berada pada tahapan yang belum mampu
untuk menerima kondisi fisiknya setelah stroke serta adanya
pembatasan-pembatasan aktifitas setelah stroke.

Kecemasan yang terjadi pada pasien stroke sejalan dengan penelitian


(Pinar et al., 2017) mengungkapkan bahwa seseorang yang didiagnosis
kecemasan, dapat mengalami resiko stroke yang lebih tinggi
dibandingkan pasien yang tidak mengalami kecemasan. Adanya
hubungan antara kecemasan dan stroke, dimana terjadi peningkatan
resiko stroke sebesar 24% pada pasien yang menderita gangguan
kecemasan. Kecemasan yang terjadi khususnya pada pasien stroke
lebih baiknya diatasi sesegera mungkin agar tidak berlanjut kearah
yang merugikan pasien. Maka dari itu, diperlukan pengontrolan
terhadap kecemasan yang dialami oleh pasien stroke (Pinar et al.,
2017).

Hal ini sejalan dengan pernyataan (Semium,2016) Kondisi kecemasan


tentunya bisa dipahami karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki
90

penderita menjadi terganggu dan tidak sedikit akibat menderita sakit


yang terlalu lama klien akan mengalami kecemasan bahkan sampai
depresi sebagai respon terhadap kebutuhan dasar yang terganggu.
Kecemasan yang terus meningkat dapat menyebabkan prognosis yang
buruk terhadap penyakit yang diderita, sehingga pengontrolan
kecemasan perlu dilakukan.
Dapat disimpulkan selain dampak fisik penderita stroke juga
mengalami dampak psikologis yaitu perubahan mental hal ini
disebabkan perubahan yang terjadi Setelah stroke. Hal tersebut
menimbulkan pada setiap individu berbeda-beda dalam memaknai
sebuah kejadian. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa dari
berbagai macam penelitian terkait tingkat kecemasan pada pasien
stroke semaksimal mungkin diatasi .

4.4.3 Hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat


kecemasan pada pasien stroke.

Hasil penelitian bahwa ha diterima dan Ho ditolak karena dari hasil uji
spearman rank dengan hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas
dengan tingkat kecemasan Pasien Stroke di RSUD Ulin Banjarmasin hasil
nilai sig 0,004 < 0,05.
Hasil penelitian ini didukung oleh Hidayat (2019) bahwa ada hubungan
antara pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat kecemasan pada
lansia sehingga harus memperhatikan terkait kebutuhan spiritualnya
dengan memotivasi dan memfasilitasi agar melaksanakan kegiatan agama
dengan baik dan rajin. Hal ini diperkuat hasil penelitian Darma (2017)
terdapat hubungan antara pemenuhan pemenuhan kebutuhan spiritual
dengan tingkat kecemasan pasien pra operasi, Berdasarkan hasil yang
didaptkan agar tingkat kecemasan bisa menurun dengan cara
pemenuhan kebutuhan spiritual dengan cara mendampingi pasien,
bimbingan Rohani, memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien
91

baik itu dari perawat ataupun dari keluarga pasien serta mendatangkan
pemuka agama.

Hasil penelitian ini didukung dengan Arif, Ahmad Zain (2020), artinya ada
pengaruh implementasi dukungan spiritual berbasis budaya Terhadap
tingkat kecemasan. Pemberian Implementasi dukungan spiritual berbasis
budaya dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Dharma, Kelana Kusuma (2020) Hasil penelitian ini terdapat perbedaan
yang signifikan penerimaan diri setelah perlakuan diantara kelompok RS-
PCT dan kontrol. intervensi RS-PCT efektif meningkatkan penerimaan diri
dan efikasi diri pada pasien paska stroke yang menjalani pemulihan di
rumah.Hal ini berarti semakin meningkatnya penerimaan diri dan efikasi
diri maka akan semakin turun pula kecemasan pada pasien stroke.

Menurut Smeltzer et al (2008) dalam Nuraeni (2015) bahwa salah satu cara
untuk mengurangi kecemasan bagi pasien yakni dengan dukungan spiritual
yang sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan pasien. kebutuhan spiritual
diperkuat (Puchalski et al., 2009 dalam Nuraeni, 2015 ) yang menyatakan
bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan tetapi selalu ada
kesempatan untuk “healing”atau penyembuhan. Pemenuhan kebutuhan
spiritual pada pasien tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi dapat
berdampak terhadap profesionalisme kerja perawat dalam memberikan
pelayanan kesehatan Kociszewski (2004) dalam Nuraeni (2015).

Adanya hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan


tingkat kecemasan pada pasien stroke dilihat dari kemampuan pasien dalam
mengingat tuhan saat mereka sakit. Sebab semua yang ada dalam hidup ini
adalah milik Allah swt dan tidak ada pemilik lain. Sakit yang mereka alami
tersebut bisa dikatakan pembersih dosa atau pemberian azab kepada pasien
92

sebab mereka telah banyak lupa pada sang maha pencipta. Rasa cemas
yang muncul akan hilang saat mereka bisa mengembalikan semua milik
Allah swt. Pemenuhan kebutuhan spiritul merupakan suatu semangat atau
kepercayaan dalam menjalani hidup dengan kekuatan dari Yang Maha
Kuasa sehingga dengan kekuatan tersebut akhirnya dapat mengetahui untuk
apa hidup dan makna untuk hidup (Qur’ana, 2012). Hubungannya bahwa
seorang yang mampu mengendalikan diri mereka maka akan dapat
memahami makna penyakit stroke bahwa semua tidak perlu dicemaskan
dan ditakutkan karena semua bukan masalah yang besar dalam hidup ini
sebab tak ada yang tidak mungkin terjadi karena keadaan manusia itu sama.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Keismpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
5.1.1 Tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual mereka masih termasuk dalam
kategori “kesejahteraan mereka sedang” sebanyak 15 orang (71,4%).
5.1.2 Hasil penelitian dari kecemasan pasien stroke termasuk “cemas rendah”
yaitu 16 orang (76,2%).
5.1.3 Ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan tingkat kecemasan
pasien stroke di RSUD Ulin Banjarmasin dengan uji Spearman Rank
menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) p= 0,004 dengan signifikan 0,05
dapat ditemukan hasil (0,003<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho
ditolak

5.2 Saran-saran
93

Berdasarkan dari kesimpulan maka dapat disarankan bahwa


5.2.1 Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
masukkan bagi  Rumah Sakit dalam memberikan bantuan bukan hanya
obat obatan namun juga dalam bentuk pemberian pemenuhan
spiritualitas sebagai pencegah kecemasan pada pasien stroke.
5.2.1.1 Mahasiswa/ Peneliti sebagai bahan informasi dalam menggali ilmu
pengetahuan spiritual dalam rangka memberikan kesembuhan pasien
bukan hanya dari obat obatan namun bisa berupa pemenuhan spiritualitas
dengan tingkat kecemasan pada pasien stroke.
5.2.1.2 Peneliti Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan
pada pasien stroke.
DAFTAR RUJUKAN

Annisa, D., & Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia).
Jurnal Konselor Universitas Padang, 5(2), 93-99. Diunduh Dari
ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/download/6480/5041
Arif. 2020. Implementasi Dukungan Spiritual Berbasis Budaya Menurunkan
Kecemasan pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan, 10(2),71-77
Kozier, Barbara ,Glenora Erb, Audrey Berman, Shirleee J. Snyder. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang diterapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.
Clark, D.A., & Beck, A.T. 2010. Cognitive therapy of anxiety disorders: science and
practice. New York : Guilford Press.
Darmadi. 2018. KECERDASAN SPIRITUAL. Guepedia : Lampung
Dharma. 2020. Religious Spiritual And Psycososial Coping Training (Rs-Pct)
Meningkatkan Penerimaan Diri Dan Efikasi Diri Pada Pasien Paska Stroke.
Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) 3 (2) 520-533.
Dharma, K. K. 2018. Pemberdayaan Keluarga untuk Mengoptimalkan Kualitas
Hidup Pasien Paska Stroke. Jakarta: Deepublish.
Fisher, J. (2011). The four domains Model:Connecting Spirituality, Health and Well-
being. Religions, 17-28. doi:10.3390/rel2010017
Gofir, A. 2021. Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lainnya.UGM PRESS :
YOGYAKARTA
Hamid, A.Y. 2000. Bahan kuliah Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hammond, B & Zimmermann, P. 2017. Sheehy’s Emergency and Disaster Nursing.
Singapore : Elsevier Health Service.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta

Hidayat and Uliyah. 2015. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health
books publishing
Irwan.2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Sleman: Deepublish
Ketut. 2018. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke Di Ruang Belibis
Rsud Wangaya Denpasar. Jurnal Kesehatan Medika Udayana, 4(1).
95

Kurniawati. Hubungan Antara Spiritualitas dengan Perilaku Prososial Pendonor


Darah di Unit PMI Kota Palembang, (Palembang:Skripsi
tidakditerbitkan,2016), h.33
Kustiawan, R. & Hasriani, R. 2014. Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien
Stroke Iskemik di Ruang V Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada, 12 (1), 10-21.
Marwick, K., dan Birrell, S. 2015. Psikiatri Ed 4. Jakarta: ELSEVIER.
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Nabila, (2017). Pengukuran HARS & DASS (online),
(https://kupdf.com/download/pengukuran-hars
dandass_59ae2ee4dc0d603908568edb_pdf diakses 10 Maret 2021
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Noviestari, Enie, Kusman Ibrahim, Sri Ramdaniati, Deswani. 2020. Dasar-dasar
Keperawatan. Volume 1 Edisi Indonesia ke-9. Singapore:Elsevier.
Nuraeni, Aan, Ikeu Nurhidayah, Nuroktavia Hidayati, Citra Windani Mambang Sari,
Ristina Mirwanti. 2015. Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker. Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Peterson, G.A. 1997. Nursing Perceptions of the spiritual dimension of patient care:
The Neuman system model in circular formations.
Http://proquest.umi.com/pqdweb ( diakses 20 maret 2021)
Pinar, M.P. & Ayerbe, L., Gonzalez, E., Mathur, R., Boreu, Q.F., Ayis, S. 2017.
Anxiety disorders and risk of stroke: A systematic review and meta-analysis.
European Psychiatry, 41, 102-108.
Qurana, W. 2012. Hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkat
kecemasan pasien pra operasi di Rs Daerah dr. Soebandi Jember. Skripsi.
Jember : Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Rena, Syahidah.2018.Mengatasi Stres Melalui Spiritualitas Dan Regulasi Diri. Nusa
Litera Inspirasi
Saifudin, M. & Kholidin, M. N. 2015. Pengaruh Terapi Menulis Ekspresif Terhadap
Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XII MA Ruhul Amin Yayasan SPMMA
(Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Turi di Desa Turi Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan. Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan. 7 (3) : ISSN
1979 – 9128

Stuart, G,W. 2016. Prinsip dan Praktik Kesehatan Jiwa. Singapore : Elsevier
96

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.
Sumargo, B. (2020). TEKNIK SAMPLING. Jakarta : UNJ press.
Sundeen & Stuart. 2015. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri : Rencana
Asuhan dan Medikasi Psikotropik; Alih bahasa : Devi Yulianti dan Ayura
Yosef. Jakarta : EGC
Tualeka, Basa Alim. 2012. Nilai Agung Kepemimpinan Spiritual. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Underwood, L. G. 2006. Ordinary Spiritual Experience : Qualitative research.
Interpretive guidelines, and population distribution for the daily spiritual
Experience Scale. Archive for the psychology of religion. 28(1) :181-218.
http://www.dsescale.org/OrdSpirExp.pdf. (diakses pada 22 maret 2021)
Utama & Yanti. 2019. Dukungan Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pasien Di Ruang Icu Rsud Dr.M.Yunus Bengkulu. Jurnal Vokasi
Keperawatan,2 (2).1-7.
Yusuf et al., 2017. Kebutuhan Spiritual:Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

N Jadwal Bulan Pelaksanaan 2020-2021


o kegiatan No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju
v s n b r r i n l
12. Pembagian
tema
13. Menentukan
judul
penelitian
14. Studi
pendahuluan
15. Pembuatan
proposal
16. Seminar
proposal
17. Revisi
proposal
18. Masuk
komie etik
19. Pelaksanaan
penelitian
20. Penyusunan
laporan
21. Sidang hasil
skripsi
22. Revisi
skripsi
23. Pengumpula
n skripsi
98

Lampiran 2 Surat Pengambilan Data


99

Lampiran 3 Surat Balasan


100

Lampiran 4 Penjelasan Penelitian

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)


1. Saya Rizqi Firdaus, saya adalah Peneliti berasal dari Program Studi S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dengan ini meminta
anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul
Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah penelitian ini yaitu untuk mengetahui
Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin yang dapat memberi manfaat
berupa Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan sumber data
dalam penelitian sehingga meningkatkan ilmu pengetahuan bidang
kesehatan, khususnya keperawatan. penelitian ini akan berlangsung selama
kurang lebih 2 bulan.
3. Prosedure pengambilan bahan data dengan cara kuisioner dengan
menggunakan lembar kuisioner yang pengisiannya akan berlangsung lebih
kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan
pengembangan asuhan/ pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini
adalah Anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan / tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan
penelitian silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 087840290894

PENELITI

( Rizqi Firdaus)

Lampiran 5 Informed Consent


INFORMED CONSENT
101

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan
oleh Rizqi firdaus dengan judul Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Stroke Di Rsud Ulin Banjarmasin.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri,
maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Banjarmasin, 2021
Saksi Yang Memberikan Persetujuan

( ) ( )
Banjarmasin............................2021
Peneliti

( Rizqi Firdaus )

Lampiran 6 Lembar Kuisioner


KUESIONER PEMENUHAN KEBUTUHAN
SPIRITUAL
1. Data demografi
Nama :
102

Umur :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Lama sakit :

Pada skala ini, saudara diminta untuk memberi respon terhadap tiap
pernyataan dengan memberikan tanda silang (X) pada opsi yang
saudara rasa paling benar dapat mereflesikan pengalaman pribadi
saudara selama ini.
Respon
No Pernyataan STS TS AS S SS
1 Saya mampu
mengembangkan rasa
kasing sayang antar sesama
manusia dengan mudah
2 Ketika beribadah saya
merasa seperti
berkomunikasi dan
berhubungan dengan Tuhan
3 Sulit bagi saya untuk
memaafkan kesalahan
orang lain
4 Saya melakukan kegiatan
mendekatkan diri dengan
alam seperti memanjat
gunung,pergi ke pantai atau
ke tempat wisata alam
lainnya agar dapat
merasakan energi positif
alam
5 Saya mengenal diri sendiri

6 Saya beribadah kepada Tuhan


sebagai wujud
keterpaksaan kepada-Nya
7 Saya merasa takjub akan
kejadian di alam sekitar
seperti pada luasnya langit
dan dalamnya lautan
103

8 Saya khawatir ketika


meminjamkan sesuatu kepada
orang lain
9 Saya sulit memahami
kelebihan dan kekurangan diri
sendiri
10 Saya merasa bahwa saya,
tumbuhan, hewan dan alam
memiliki hak yang berbeda
untuk dipenuhi
11 Saya merasakan bahwa Tuhan
dekat dan selalu bersama
12 Saya merasa asing ketika
berinteraksi dengan alam
13 Saya merasa tenang setiap
saat mengingat Tuhan
14 Saya merasakan kegembiraan
hampir pada setiap hari-hari
yang dijalanin
15 Saya berdoa setiap kali
memulai setiap pekerjaan
dan belajar

16 Saya sulit menangkan diri


sendiri ketika menghadapi
masalah
17 Saya menghormati orang lain
meskipun berbeda pendapat
18 Saya suka merenungi makna
dari setiap peristiwa
yang terjadi dalam hidup
19 Saya segan untuk menolong
orang lain
20 Ketika mengamati proses dan
kejadian alam saya merasakan
104

keajaiban di dalamnya

Kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS 14)


Berilah tanda ( √ ) pada salah satu jawaban yang sesuai Keterangan :
Tidak pernah (TP) :1
Kadang kadang (KD) : 2
Sering (S) :3
Setiap Saat (SS) :4

No Pertanyaan TP KD S SS
1 Mulut terasa kering
2 Merasakan gangguan dalam bernafas(napas cepat,sulit
bernapas)
3 Berkeringat (missal:tangan berkeringat) tanpa stimulus
lingkungan
4 Kesulitan dalam menelan
5 Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa
105

stimulasi oleh latihan fisik


6 Kelemahan pada anggota tubuh
7 Ada rasa tremor atau gemetar
8 Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi
panic dan mempermalukan diri sendiri
9 Cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun bisa
lega jika hal/situasi itu berakhir
10 Takut diri sendiri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak
biasa dilakukan
11 Mudah panik
12 Ketakutan
13 Ketakutan tanpa alasan yang jelas
14 Kelelahan
106

Lampiran 7 Lembar Konsultasi


107

Anda mungkin juga menyukai