Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Jiwa
Oleh :
Paskalia Olinda
2007.14901.312
MALANG
2021
A. Pengertian Sehat Jiwa dan Anak Usia Prasekolah
Kesehatan jiwa merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri
dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar. Kemampuan yang selalu berpikir
positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan
Muhith, 2011). Sedangkan menurut Undang-undang (2014) kesehatan jiwa adalah
suatu kondisi dimana sesorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial, sehingga individu tersebut dapat menyadari dari tekanan yang ada, dan
mampu berkonstribusi bagi lingkungan sekitarnya
Kesehatan jiwa mencakup setiap pertumbuhan dan perkembangan individu
sejak individu bayi sampai dewasa akhir. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua kata yang sangat berbeda. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah
atau ukuran sel pada pembelahan diri dan sintesis baru, sedangkan perkembangan
merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap
kompleksitas dari yang rendah ke yang lebih tinggi. Peningkatan dan perluasan
individu melalui pertumbuhan, maturasi, serta pembelajaran dasar teoritik untuk
perkembangan anak (Wong, 2011).
Usia Prasekolah adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana
pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, dan meniru. Perkembangan adalah
pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
Anak usia dini/prasekolah merupakan periode yang paling kritis dan cepat
pada perkembangan motorik dan kognitif yang lengkap dan sehat dalam kehidupan
manusia (UNICEF, 2017). Masa pra sekolah merupakan masa anak memiliki
perkembangan psikososial yang disebut dengan masa inisiatif. Pada masa inisiatif ini,
anak berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa ada merasa bersalah,
kemampuan ini akan dicapai jika anak mempunyai konsep diri yang positif karena
anak mulai berkhayal/kreatif serta meniru peran orang-orang disekitarnya (Keliat,
2013)
hari.
7.Amati respirasi
Lharyngeal :
untuk tanda-
Demam : serak, batuk,
tanda
tanpa ada tanda awal,
penghambatan
potensial penghambatan
jalan udara, gelisah,
cyanosis, retraksi
dyspniec.
4. Rubeola (campak) Tidak ada perawatan lain yang 1.Yakinkan
Agen pembawa : perlu kecuali antipiretik untuk orangtua bahwa
Virus demam dan analgesik untuk vesikel-vesikel
Sumber : nyeri. adalah suatu
Sekresi saluran nafas, proses panyakit
darah dan urine dari Komplikasi : yang alami pada
orang yang terinfeksi. anak-anak yang
Jarang terjadi (arthritis,
Transisi : terinfeksi.
enchepalitis, atau purpura);
Kontak langsung dengan
penyakit-panyakit menular yang 2.Gunakan
orang yang terinfeksi.
sering dijumpai pada masa anak- sentuhan lembut
Masa inkubasi :
anak; bahaya terbesar adalah jika diperlukan.
10-20 hari
efek teratogenik pada janin.
Periode penularan :
3.Jauhkan anak
Dari 4-5 hari setelah
dariwanita hamil
ruam-ruam muncul tetapi
terutama selama
tahapan awal (catharal).
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
Tidak dijumpai pada
anak-anak, namun
dijumpai pada orang
remaja dan dewasa yang
ditandai dengan demam
ringan, sakit kepala,
malaise, anorexia,
konjungtivitis ringan,
coryza, sakit
kerongkongan, batuk,
dan limfadenofaty. Paling
sedikit 1-5 hari,
menghilang 1 hari
setelah terjadinya ruam.
Ruam :
Pertama kali muncul di
wajah dan dengan
segera menyebar ke
leher, lengan batang
tubuh dan kaki. diakhiri
dari pertama ditutupi
dengan bercak-bercak
kemerahan makulo
pupalar, biasanya hilang
pada hari ketiga
Tanda dan gejala :
Demam ringan yang
muncul kadang-kadang,
sakit kepala, malaise dan
limfadenopaty.
2. Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran
anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua
sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
3. Bahaya fisik
4. Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu.
5. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya
sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik.
6. Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
7. Bahaya Psikologis
8. Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi.
Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah,
mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya
mengompol dan menghisap jempol.
9. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-
satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak.
Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan
masalah psikis.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan perkembangan anak pra-sekolah
a. Latih anak keberisihan diri
b. bantu anak mengembangkan ketrampilan motoric : bermain dengan
melibatkan aktivitas fisik, menciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri
kesempatan sukses
c. latih anak mengembangkan ketrampilan bahasa: anak anak berkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar
d. latih anak mengembangkan ketrampilan psikososial: motivasi untuk untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
e. latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: Ajari anak
mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perkembangan
jenis kelamin
f. Bantu anak mengembangkan kecerdasan:bantu anak mengenali
kreativitasnya, bimbing anak mengembangkan ketrampilan baru,, bantu anak
mengenal huruh angka, warna dan benda, serta latih anak membac,
menggambar dan berhitung
g. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral : terapkan nilai agama dan
budaya posetif pada anak,, latih kedisiplinan pada anak
h. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah,/ tugas sekolah
i. Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan, rencana/
gagasan/ide
j. Latih disiplin : waktu belaja, wktu bermain, dan lain-lain
2. Resiko ketrerlambatan pertumbuhan dan perkembangan
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi,
menggunakan alat poengkajian yang spesifik.
c. Dorong utuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju sendiri,
perawatan mulut, perawatan rambut.
d. Berikan waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan berbagai
permainan.
e. Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
f. Perintahkan untuk memberikan respon verbal dan mengajukan permintaan.
g. Beri pujian untuk perilaku yang positif
3. Defisit pengetahuan orang tua
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak.
4. Hambatan interaksi sosial
a. Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
1) Menggambarkan perilaku yang mempengaruhi sosialisasi
2) Bermain peran sesuai respon
3) Memunculkan umpan balik yang sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
b. Ajarkan orang tua untuk:
1) Menghindari ketidaksetujuan didepan anak
2) Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta anak untuk
mengulangi apa yang dikatakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta: Selemba
Medika.
Fadilah, A. (2011). Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP)Terhadap
Aktivitas Belajar Siswa SMPNEGERI 66 JAKARTA SELATAN. Jakarta.: Pendidikan
agama islam FTIK Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah. diakses tanggal 25 Mei
2014.
Friedman, M.M. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik (5th ed), terjemahan.
Jakarta: EGC.