Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA TUMBANG ANAK USIA TODDLER


STASE KEPERAWATAN JIWA

UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
KLARA MITA APRILIYANI, S.KEP
2008037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Tumbuh dan kembang anak usia toddler (1-3 tahun)

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. PENGERTIAN
Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan dua peristiwa
yang berbeda namun keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan merupakan suatu
peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dan dihasilkan oleh adanya
pembelahan sel dan sintesis protein. Pertumbuhan berhubungan dengan
perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan
ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat
seluruh bagian tubuh. Perkembangan adalah Peningkatan keterampilan dan
kapasitas untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus. Perkembangan
berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan
kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan,
pematangan, dan pembelajaran. proses tersebut terjadi secara terus-menerus dan
saling berhubungan serta ada keterkaitan anatara satu komponen dan komponen
lain. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah
suatu proses alamiah yang terjadi pada individu secara bertahap akan semakin
bertambah berat dan tinggi. Sedangkan perkembangan adalah suatu proses yang
terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas
individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses
belajar dari lingkungannya (Soetjiningsih, 2014).

Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya bekerja lebih cepat. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan
berotot, dan anak mulai belajar berjalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan
kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Anak mulai belajar berlari dan
menaiki tangga sekitar usia 16 bulan, tetapi masih terlihat kaku, oleh karena itu
anak perlu diawasi, karena dalam beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya.
Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu atau ragu-ragu
(otonomi vs doubt), hal ini terlihat dengan perkembangannya kemampuan anak
yaitu dengan belajar untuk makan, dan berpakaian sendiri. Apabila orang tua
tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, makan hal ini dapat
menimbulkan rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu
memanjakan anak dan mencela aktivitas yang dilakukan oleh anak. Pada masa
ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air
kecil pada tempatnya (toilet training). Tahap perkembangan anak pada usia 2-3
tahun, anak balita sudah mampu mengucapkan keinginan untuk buang air besar
dan buang air kecil. Ini menandakan anak balita khususnya usia 2-3 tahun sudah
mampu menunjukkan peningkatan kemandirian dalam hal toileting melalui
proses toilet training. Berikut akan dipaparkan beberapa teori perkembangan
anak usia 1-3 tahun menurut (Soetjiningsih, 2014).:
a. Teori perkembangan psikoseksual
Fase anal (1-3 tahun), selama fase kedua, yaitu menginjak tahun pertama
sampai tahun ketiga, kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu
selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya. Dengan demikian toilet training adalah
waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
b. Periode perkembangan anak periode kanak-kanak awal
Periode kanak- kanak awal (usia 1-3 tahun), toddler menunjukkan
perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak-anak menunjukkan
kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin
tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya, sehingga
bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode ini.
Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan
terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut. Pada usia ini, sudah
sampai waktunya seorang anak terlatih toileting.
c. Perkembangan mental, gerak kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, bicara
anak usia 2-3 tahun.
- Belajar meloncat
- Memanjat
- Melompat pada satu kaki
- Membuat jembatan dengan tiga kotak
- Mampu menyusun kalimat
- Menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang di
tunjukkan kepadanya
- Menggambar lingkaran
- Bermain bersama dengan anak-anak lain dan menyadari adanya lingkungan
lain diluar keluarganya.

2. FAKTOR YANG BERPENGARUH


Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh interaksi
banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2014), faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor dalam (internal)
- Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, alat seksual serta saraf, sehingga merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang.
- Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin
berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon
yang berpengaruh terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga
menghasilkan hormon tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta
maturasi tulang, gigi, dan otak.
b. Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
- Prenatal (selama kehamilan)
Meliputi: gizi, yaitu nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin selama trimester akhir kehamilan. Mekanis (posisi janin yang
abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan konginetal
misalnya club foot). Toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin,
infeksi TORCH atau penyakit menular seksual, kelainan imunologi,
psikologis ibu.
- Natal (kelahiran)
Riwayat kelahiran dengan vacum ekstraksi atau forceps dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
- Pasca natal
Seperti halnya pada masa pasca natal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis atau
kelainan konginetal, lingkunga fisik dan kimia, psikologis, endokrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.

3. TAHAPAN - TAHAPAN
Selain pertumbuhan fisik, ada empat tahap perkembangan bayi usia 1 tahun yang
tercantum di bawah ini:
a. Perkembangan kognitif. 
Anak mulai memiliki kemampuan berpikir, belajar, dan mengingat perilaku
orang atau kejadian di lingkungannya. Anak juga mulai memahami simbol,
mulai meniru, membayangkan, dan bermain pura-pura. Banyaklah
berinteraksi dengan anak dengan mengajaknya bermain, seperti role play
atau memberikan gambar-gambar yang menarik. Dengan begitu anak bisa
mempelajari banyak hal baru.
b. Perkembangan emosi. 
Bentuk perlekatan emosi yang kuat pada balita yang ditandai dengan
menangis saat dipisahkan dari orang terdekat. Namun seiring waktu, balita
biasanya ingin melakukan aktivitas seorang diri. Ini merupakan tahap awal
ia belajar tentang konflik, kebingungan, dan kadang-kadang merusak. Tak
jarang anak juga akan menunjukkan tantrum saat ia marah. Ibu pun harus
memahami situasi tersebut dengan memberinya waktu untuk meluapkan
emosinya. Tak perlu mengajaknya berbicara dulu hingga ia mulai mereda.
Setelah itu barulah berikan pengertian bahwa tak apa untuk merasa marah,
tapi tidak boleh melempar barang, menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
c. Perkembangan bahasa.
Perkembangan bayi usia 1 tahun berikutnya ditandai dengan adanya
perkembangan dalam aspek bahasa. Menginjak usia 15 hingga 18 bulan,
balita biasanya mulai memahami kosa kata yang semakin banyak, hingga 10
kali lebih banyak dari yang bisa ia katakan. Di ulang tahun kedua, anak
sudah bisa mengatakan setidaknya 50 sampai 100 kosa kata. Ibu bisa terus
mengajaknya berbicara dan bercerita banyak hal meski saat itu ia belum bisa
merespon. Namun sebenarnya anak sedang berusaha untuk menyerap dan
mengingat semua yang Ibu katakan. Samakan posisi Ibu dengan anak dan
tataplah matanya agar ia tahu bahwa Ibu sedang berbicara dengannya, bukan
dengan orang lain.
d. Perkembangan sensorik dan motorik.
Perkembangan bayi usia 1 tahun berikutnya adalah kemampuan sensorik
dan motoriknya. Keterampilan motorik terjadi saat otot dan saraf anak
bekerja bersama-sama. Balita harusnya sudah mencapai tahap kontrol dan
koordinasi sehingga bisa berjalan dengan mantap. Setelah berjalan,
keterampilan berikutnya adalah memanjat, lari, dan melompat. Pada tahap
ini ibu bisa sering mengajaknya beraktivitas di luar ruangan. Anak bisa
sangat terpacu untuk menjelajah lingkungan sekitarnya dan belajar semua
keterampilan motorik tersebut. Pastikan untuk selalu menjaga keamanan dan
keselamatannya

Tahapan pada anak usia 2 tahun :


Ketika anak memasuki usia 2 tahun, akan ada banyak kemampuan baru
yang dapat dikuasainya. Dari sisi motorik, perkembangan anak 2 tahun dapat
ditandai dengan koordinasi dan keseimbangan tubuh yang lebih baik. Hal ini
bisa terlihat dari kemampuannya untuk berlari tanpa perlu lagi berpegangan atau
bermain lempar bola tanpa kehilangan keseimbangan. 
Perkembangan kognitif dan bahasa anak juga banyak meningkat di usia 2
tahun. Anak akan menguasai semakin banyak kosakata sederhana (bisa
mencapai 50 kata) dan mulai merangkai setidaknya 2 kata menjadi kalimat
sederhana, sehingga lebih mudah untuk mengemukakan keinginannya. Pada usia
ini, anak juga sudah mulai mengetahui nama-nama anggota keluarga serta
mampu menjawab ketika ditanya.
Sementara untuk perkembangan emosi dan sosial, perkembangan anak 2
tahun ditandai dengan kemampuannya untuk mulai bisa mengungkapkan emosi
secara bertahap. Namun, keterbatasan anak untuk mengungkapkan apa yang ia
rasakan terkadang membuatnya frustasi. Akhirnya, Ibus dan Ayahs akan sering
menghadapi kondisi tantrum pada anak. Tantrum pada anak usia 2 tahun
sebaiknya segera ditangani dengan tepat. Karena jika Ibu dan Ayah
membiarkannya, fase tantrumnya dapat berjalan jauh lebih lama dan
perkembangan emosinya menjadi kurang matang.
Selain itu, anak berusia 2 tahun akan sangat suka meniru perilaku orang
yang lebih tua darinya, mulai dari gestur tubuh, cara berjalan, bahkan perkataan.
Karena itu, Ibu dan Ayah harus lebih berhati-hati ketika bersikap dan lebih
selektif memilih lingkungan bermain untuk anak. Jangan sampai anak
menirukan ucapan atau perbuatan yang tidak semestinya ia lakukan.

Tahapan pada anak usia 3 tahun :


Memasuki usia 3 tahun, pertumbuhan anak terjadi semakin pesat. Dari
segi motorik, anak usia 3 tahun sudah menunjukkan kemampuan koordinasi
yang lebih matang. Anak tidak akan lagi kesulitan menggenggam benda-benda
kecil, membuka halaman buku, dan menyusun balok mainannya. Bahkan,
perkembangan anak 3 tahun juga mulai ditunjukkan dengan kemampuan
memakai dan melepas pakaian tanpa bantuan Ibu dan Ayah.
Sementara dalam perkembangan kognitif, anak berusia 3 tahun akan
mulai memahami hukum sebab akibat. Misalnya, ketika anak menjatuhkan
mainan, maka akan terdengar suara nyaring. Dalam tahap perkembangan anak 3
tahun, anak juga akan mulai mengerti konsep waktu sederhana. Misalnya, ketika
Ibu dan Ayah mengatakan akan pergi ke kantor besok, maka anak pun mulai
mengetahui maksudnya. Dalam perkembangan bahasa, anak akan semakin
banyak menguasai kosakata baru. Ia juga mulai mengerti kapan saatnya
menggunakan kata ganti orang seperti "kamu" dan "aku".
Secara emosional, anak yang dilatih untuk mengungkapkan perasaannya
secara verbal, akan lebih mudah mengungkapkan perasaan dan keinginannya
kepada Ibu dan Ayah. Kemampuan ini akhirnya mempengaruhi sikap tantrum-
nya yang perlahan mulai berkurang. Anak dalam masa perkembangan di usia 3
tahun juga sudah bisa memahami konsep kepemilikan. Artinya, ia akan mulai
tahu apakah mainan itu miliknya atau milik temannya. Dalam masa ini, ada
baiknya Ibu dan Ayah juga mengajarkan anak tentang konsep berbagi.
Itu dia beberapa tahap tumbuh kembang anak yang akan dialami ketika
anak berusia 2 dan 3 tahun. Meskipun terdapat fase ideal dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, tapi setiap anak akan melalui proses yang
berbeda-beda. Jadi, sebaiknya Ibu dan Ayah jangan terlalu membandingkan dan
memaksakan kemampuan anak jika belum bisa melakukan hal yang sama
dengan batita lain. Apabila Ibu dan Ayah merasa ragu dengan perkembangan
anak, cobalah bertanya atau berkonsultasi dengan ahli, seperti dokter atau
psikolog anak.

4. MASALAH TERKAIT KESEHATAN


a. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahirnya
kurang 2500gr tanpa memandang masa kehamilan. Berat badan lahir adalah
berat badan yang ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir. Bayi berat lahir
rendah terjadi karena kehamilan prematur, bayi kecil masa kehamilan dan
kombinasi keduanya. Kejadian BBLR dapat berpengaruh terhadap
kehidupan anak di masa depan antara lain, keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa anak-anak, meningkatkan risiko penyakit kronis
seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus tipe 2 dan
pada anak perempuan akan berisiko melahirkan BBLR ketika mereka
menjadi ibu (UNICEF dan WHO, 2004; WHO, 2014).
b. Obesitas/ kegemukan
Kelebihan berat badan dan besitas merupakan penumpukan lemak yang
tidak normal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. (Who.int,
2015). Obesitas dan kegemukan merupakan keadaan patologis sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga
terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk
fungsi tubuh dan dapat mengganggu kesehatan. Faktor risiko kelebihan
berat badan dan obesitas antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor seperti lingkungan aktifitas
fisik, nutrisi, dan social ekonomi. Obesitas pada anak memberikan dampak
buruk bagi tumbuh kembang anak. Dampak obesitas pada anak diantaranya
memiliki kecenderuangan obesitas pada dewasa dan berpotensi menjadi
penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.
c. Malnutrisi
Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan oleh
faktor patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung kronik
atau lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Sedangkan
menurut WHO, mendefinisikan malnutrisi sebagai “ketidakseimbangan
seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh terhadap
mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu".
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan
gizi (undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition). Beberapa kondisi
kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat menyebabkan kondisi
kesehatan yang terganggu seperti:
- Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya
lemak dan otot di bawah kulit (atrofi)
- Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan
karbohidrat di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen
kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan
kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (warna
atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena sistem
kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam
(dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
- Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab
malnutrisi sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara
berkembang, penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh
kurangnya supply makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah
di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi penduduk untuk
mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak
mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup
untuk dikonsumsi.
Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan analisa
yang konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama oleh
berbagai instansi, terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang menyebabkan
adalah kurangnya supply makanan pada suatu daerah, dibutuhkan kerjasama
antara pemerintah dan kesehatan untuk menfasilitasi distribusi makanan
baik dari daerah lain atau dari daerah sendiri untuk mencukupi kebutuhan
makanan di daerah tersebut. Jika faktor yang menyebabkan adalah
kurangnya edukasi kepada pihak masyarakat mengenai pentingnya
konsumsi makanan 4 sehat lima sempurna, dibutuhkan kerjasama antara
instansi dinas kesehatan dengan pihak pemerintah di segmen kabupaten dan
kecamatan agar segera dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan
pencegahannya.
d. Gangguan tumbuh kembang
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa,
emosi, dan perilaku.
- Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat
badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan
secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.
- Gangguan perkembangan motoric
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah
kelainan tonus otot atau penyakit neuromuscular.
- Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system
perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis,
emosional, dan perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak
dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik,
gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak
dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga.
Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya
kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat
disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas.
- Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu
gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi
khusus apabila mempengaruh interaksi social dan perkembangan anak.

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan emosi
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan sensorik dan motorik

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI- D.0106)
Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan kelompok usia.
Penyebab
1. Efek sketidakmampuan fisik
2. Keterbatasan lingkungan
3. Inkonsitensi respon
4. Pengabain
5. Terpisah dari orang tua dan /atau orang terdeakat
6. Defisiensi stimulus
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik,
bahasa, motorik, psikososial)
2. Pertumbuhan fisik terganggu

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Tidak mampu melakuakan perawatan diri sesuai usia
2. Afek datar
3. Respon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas
5. Nafsu makan menurun
6. Lesu
7. Mudah marah
8. Regresi
9. Pola tidur terganggu (pada bayi)
 
Kondisi Klinis Terkait
1. Hipotirodisme
2. Sindrome gagal tumbuh (failure to thrive syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Demensia
6. Delirium
7. Kalainan jantung bawaan
8. Penyakit kronis
9. Gangguan kepribadian (personality disorder)
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan : status perkembangan membaik (SLKI- L.10101)
PERAWATAN PERKEMBANGAN (SIKI- I.10339)
Observasi
- Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Identifikasi isyarat prilaku dan fisiologis yang di tunjukkan bayi

Terapeutik
- Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi premature
- Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu ragu
- Minimalkan nyeri
- Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/ bergilir
- Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan
ballik atas usahanya
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih ketrampilan pemenuhan kebutuhan secara ,mandiri
- Bacakan cerita atau dongeng

Edukasi
- Jelaskan orangtua dan atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
- Anjurkan ornag tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Ajarkan anak ketrampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif

Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan : Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI- D.0106)


Pertemuan hari ke 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : orangtua klien mengatakan klien (anak) belum bisa berjalan, berlari
seperti anak seusianya.
DO :klien (anak) tampak berjalan dengan berpegangan pada tembok atau
dengan dituntun orangtua.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI- D.0106)
3. Tujuan : status perkembangan membaik (SLKI- L.10101)
- Ketrampilan perilaku sesuai usia meningkat
- Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
- Respon social meningkat
- Kontak mata meningkat
- Afek membaik
- Pola tidur membaik
4. Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Mewawancarai klien / orangtua dan mengobservasi kondisi klien secara
langsung dari keluarga.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP1-KELUARGA: MENJELASKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
KANAK-KANAK YANG NORMAL DAN MENYIMPANG SERTA CARA
MENSTIMULASINYA.

ORIENTASI -.
Selamat pagi/siang/sore Bapak/ibu. Saya, Klara mahasiswi Ners Universitas
Widya Husada Semarang. Bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini. Nama
Bapakilbu siapa’ Biasa dipanggil apa? Bagaimana kondisi kesehatan anak? Siapa
namanya? Bagaimana kalau kita berbincang- bincang tentang perkembangan anak
Bapak/lbu, usianya dua tahun ya. Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu 30 menit.
Di mana kita akan bicara. Di ruangan ini saja. Baiklah kita akan berbincang -
bincang kurang lebih selama 30 menit.

KERJA
Bapak/lbu, ini leaflet tentang perkembangan kanak-kanak. Mari kita lihat
perkembangan kanak-kanak yang normal dan menyimpang. Saya akan jelaskan
satu per satu. Kemampuan utama anak usia 1,5-3 tahun adalah mandiri, artinya
mampu melakukan kegiatan sendiri. Anak akan tahu mana yang dapat dan boleh
dilakukannya serta merasa percaya dirI bahwa ia mampu melakukannya sendiri.
Jika tidak mau diatur dan ingin mengerjakan sendiri, hal itu normal. Tugas kita
adalah membantu anak mencapai kemampuan seperti yang tertulis di leaflet ini.
Selain itu kita dapat melakukan penanaman yang bersifat menggali rasa ingin
tahunya selama kegiatan tersebut aman bagi anak (misalnya main pasir, main
lilin), memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan aktivitas yang di
inginkannya dengan tetap memberi sedikit batasan (misalnya anak diizinkan naik
tangga tetap dijeiaskan agar tidak jatuh dan dijaga), melarang dengan kata kata
yang bersifat positif (misalnya tangganya licin nanti kalau naik A bisa jatuh, Masih
ingat ,waktu kemarin hujan hujanan, batuk dan pilek), memberikan pilihan
perilaku yang ingin dilakukan anak (misalnya beri tahu langkah langkah memakai
baju dan beri pujian jika berhasil).
Apakah sudah sama kemampuannya seperti, yang tertulis di leaflet itu? Sebagian
besar sudah? Bapak/Ibu tinggal membantu supaya kemampuan lain dapat
tercapai. Anak yang tidak dapat mencapai kemampupn tersebut akan merasa
selalu ragu-ragu atau malu sehingga ia akan bergantung terus pada orang lain
dan setelah besar anak akan merasa minder.

TERMINASI
Nah Bapak/lbu. Kita sudah berdiskusi tentang perkembangan kanak-kanak yang
normal dan menyimpang. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu sekarang? Adakah
manfaatnya? Apakah Bapak/lbu masih ingat bagaimana cara merawat anak,
supaya ia berkembang lebih baik lagi?  BetuI sekali. Bagus Bapak/lbu sudah
mengingat dengan baik. Kalau begitu Bapak/lbu dapat mencoba beberapa cara
yang belum Bapak/Ibu lakukan selama ini dan pada pertemuan   berikutnya
ceritakan pada saya. Saya kesini lagi minggu depan,Pak/Bu. Adakah yang ingin
tapak/lbu ketahui lagi dan dapat kita diskusikan minggu depan. Kalau begitu
minggu depan
kita akan mempraktikkan cara–cara yang telah kita diskusikan pada anak
Bapak/Ibu. Baiklah, saya permisi dulu, Pak/Bu. Sampai Jumpa.

SP2-KELUARGA: MENDEMONSTRASIKAN DAN MELATIH


KELUARGA UNTUK MENSTIMULASI KEMANDIRIAN KANAK-KANAK

ORIENTASI
“Selamat pagi/siang/sore, Pak/Bu. Apakah sudah dicoba cara yang kita bicarakan
minggu lalu. Bagaimana hasilnya? Baiklah, hari ini kita akan mencoba cara
menstimulasi kemandirian anak Bapak/lbu, Dapatkah saya bertemu dengan dek
dek keino? Di mana kita akan bicara, Pak/Bu? Di teras ini saja? Baiklah, kita akan
bicara selama kurang lebih 30 menit ya.

KERJA
“Selamat pagi, dek dek keino. Sedang main apa? Mobil apa ini? Ambulans? Mobil
ambulans dipakai untuk apa ya? Wah, pintar sekali. Ambulans untuk membawa
orang sakit? Kalau ini apa? Kereta api? Yang paling depan ini apa? Keretanya
mau berhenti di mana? Di rumah dek keino? Bisa nggak? Rumah dek keino harus
ada relnya, kalau nggak, keretanya nggak bisa jalan karena roda kereta nggak
sama dengan roda mobil. Lihat nih, bedanya roda kereta dan mobil. Sama nggak?
Nih, ibu/kakak kasih tahu. Kereta itu berhenti di stasiun supaya bensinnya bisa
diisi lagi karena kereta juga pakai bensin. Nah, dek keino. Kakak mau ngobrol
dengan Bapak/lbu dulu ya. dek keino main lagi ya.”
“Tadi Bapak/Ibu sudah melihat bagaimana cara menstimulasi kemandirian anak
Bapak/Ibu dengan main bersama, bukan hanya menyuruh bermain. Sekarang
Bapak/Ibu coba melakukannya. Bagus sekali, Pak/Bu. Pertahankan cara
Bapak/Ibu mengasuh anak. Semoga perkembangannya akan bagus. “Tadi sudah
kita diskusikan bersama cara Bapak/Ibu memfasilitasi perkembangan anak
Bapak/Ibu. Dari semua tindakan ini, mana yang akan Bapak/Ibu pilih untuk
mengembangkan kemandirian dek keino? Dapatkah Bapak/Ibu membuat jadwal
kegiatannya? Bagus, kalau begitu”.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbicara tentang cara merawat dek
dek keino? Bagus sekali. Coba ambil kembali leafletnya. Nah, cara-cara ini
Bapak/Ibu lakukan lagi. Jika ada masalah atau ada yang mau ditanyakan, datang
saja ke puskesmas dan temui saya. Nanti setelah ulang tahun dek keino yang ke-3,
saya akan datang lagi untuk menjelaskon cara merawat anak usia 5-6 tahun.
Sampai jumpa.”
PENERAPAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK DALAM MENSTIMULASI
PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER DENGAN MEMBERDAYAKAN IBU
DAN KADER KESEHATAN JIWA
Emi Wuri Wuryaningsih1, Budi Anna Keliat2, Mustikasari3 Email:
emiwuryaningsih.unej@gmail.com
ABSTRAK
Upaya promosi kesehatan jiwa sejak masa anak-anak penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Karya ilmiah akhir ini bertujuan
menggambarkan hasil penerapan terapi kelompok terapeutik anak toddler dengan
memberdayakan ibu dan kader kesehatan jiwa. Metode yang digunakan adalah
penerapan terapi kelompok terapeutik dalam program Community Mental Health
Nursing. Terapi kelompok terapeutik dapat meningkatkan pencapaian tugas
perkembangan kemandirian anak, kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan
anak toddler secara holistik (motorik, kognitif, bahasa, emosi-kepribadian, moral-
spiritual, psikososial), dan kemampuan kader kesehatan jiwa membantu keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan kemandirian anak toddler. Perawat Jiwa di Puskesmas
dapat menerapkan terapi kelompok terapeutik dengan memberdayakan ibu, keluarga,
dan kader kesehatan jiwa.
Kata Kunci: Terapi Kelompok Terapeutik, Anak Usia Toddler, tugas perkembangan.

The Implementation Of Therapeutic Group Therapy to the Stimulation of


Toddlerhood’s Task Development
by empowering mother and mental health cadre.
Mental health promotion in toddlerhood has important role to improve of Indonesian
human resource quality. This scientific report describes implementation of toddler’s
group therapeutic therapy by empowering mother and mental health cadre. The method
used is toddler’s group therapeutic therapy in community mental health nursing
program. The result showed the therapy could promote the achievement of autonomy in
toddlerhood, the mothers’ ability in stimulating the holistic development of the toddlers
(motoric, cognitive, language, emotion, personality, morale – spiritual, and
psychosocial), and mental health cadre’s ability to help toddler’s family for otonomy
development achievement. Mental health nurses in primary health care can implement
the group therapeutic therapy by mother and mental health cadre empowerment.
Keywords: therapeutic group therapy, toddlerhood, task development

PENDAHULUAN Masalah kesehatan jiwa pada s.d 3 tahun) mulai mengenali adanya
anak perlu diperhatikan, mengingat anak kesempatan yang diberikan untuk memenuhi
sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia kebutuhannya yaitu berperilaku sesuai
(Hamid, 2009). Masa lima tahun pertama dengan keinginannya sendiri dan bebas
kehidupan dikenal sebagai “masa keemasan” menentukan pilihan. Anak yang mampu
dan “masa kritis” (Kemenkes, 2011). Hal ini memenuhi kebutuhan tersebut dapat
disebabkan kepekaannya terhadap mengembangkan rasa kemandirian dan
lingkungan dan proses belajar yang sangat kepercayaan diri dengan dukungan dari orang
cepat. Anak berusia toddler (1,5 – 3 tahun), tua mereka sebagai lingkungan sosial
perkembangan ukuran otaknya sangat pesat terdekat (Fortinash & Worret, 2004).
yaitu mencapai 80-90% pada usia 3 tahun Pencapaian perkembangan kemandirian anak
(Purves, 1994 dalam Healthy care Gov, 2014). toddler dipengaruhi cara orang tua merawat
Hal ini akan sangat mempengaruhi segala anak. Anak usia toddler sudah mulai
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berkembang tentang konsep diri yang
berjalan, mengenal huruf, bersosialisasi, meliputi berpersepsi terhadap fisik diri;
perkembangan kemampuan bicara dan menilai diri yang bersifat netral dan evaluatif,
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, dan mampu memberikan respon emosional
emosional dan intelegensia anak (Kemenkes terhadap suatu kesalahan yang dilakukan
RI, 2011). Proses perkembangan ini menjadi (Stipek, Kopp, & Heidi, 2006). Orang tua
landasan tahap usia perkembangan dipandang sebagai sumber pujian dan
berikutnya (Fortinash & Worret, 2004). dukungan serta kepuasan bagi anak dan
Berdasarkan teori psikososial yang berdampak pada peningkatan harga diri
dikembangkan oleh Erickson, anak usia positif anak (Videback, 2008). Perkembangan
toddler memiliki tugas perkembangan yang konsep diri telah dimulai sejak anak usia
harus dipenuhi yaitu kemandirian dan toddler dan dipengaruhi oleh cara orang tua
percaya diri. Sebaliknya, tugas perkembangan memberikan stimulasi perkembangannya.
anak usia toddler yang tidak terpenuhi dapat Kemampuan keluarga untuk memberikan
mengakibatkan sikap ragu-ragu atau malu stimulasi perkembangan anak usia toddler
(Videback, 2011). Anak pada usia toddler (1,5 baik secara kognitif maupun psikomotorik
dapat ditingkatkan melalui pemberian terapi Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 110-

kelompok terapeutik (Trihadi, Keliat, & 117 112 Perawat jiwa berkoordinasi dengan

Hastono, 2009). Pemantauan perkembangan KKJ sebelum dilaksanakan terapi kelompok


anak balita termasuk toddler belum menjadi terapeutik anak toddler mengenai pemetaan

fokus perhatian keluarga maupun puskesmas. kasus, tempat dan jadwal pelaksanaan terapi,
Pemantauan pertumbuhan balita yang peran KKJ pada tahap persiapan,

dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa pelaksanaan, dan tindak lanjut KKJ setelah
persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pelaksanaan terapi kelompok teraputik.

pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir Perawat melakukan pengkajian pada anak
cenderung meningkat dari 25,5% (2007), toddler sebelum diberikan terapi berdasarkan

23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013) pemetaan kasus oleh KKJ. Peran KKJ tersebut
(Riskesdas, 2013). Oleh karena itu, perawat meliputi deteksi dini kasus, pergerakkan ibu

CMHN perlu dibekali pengetahuan dan untuk mengikuti kegiatan terapi kelompok
kemampuan untuk menstimulasi terapeutik yang telah disepakati dengan

perkembangan individu, mengantisipasi, dan perawat, mendampingi perawat dalam


mengatasi penyimpangan dari pelaksaanaan, dan melakukan pemantauan

perkembangannya (Keliat, Helena, & Farida, pada penerapan terapi di rumah. HASIL
2007). Perawat CMHN dapat memfasilitasi Jumlah anak toddler yang berpartisipasi

keluarga dalam memberikan pengetahuan dalam terapi kelompok terapeutik ada 12


dan melatih ketrampilan orang tua anak dan ibunya. Rata-rata umur anak

menstimulasi perkembangan anak secara toddler tersebut adalah 26, 4 bulan dengan
optimal melalui pemberian terapi kelompok umur paling muda 19 bulan dan umur anak

terapeutik pada anak toddler. METODE toddler yang paling tua 36 bulan. Urutan
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak kelahiran anak toddler di dalam keluarga yang

toddler ini merupakan penerapan hasil paling banyak adalah anak urutan pertama
penelitian Trihadi, Keliat, dan Hastono (2009) sebesar 41,7%. Umur ibu dari anak toddler

tentang pengaruh terapi kelompok terapeutik 83, 4% termasuk dalam golongan dewasa
terhadap kemampuan keluarga dalam muda (21 – 35 tahun). Pendidikan ibu 58, 3 %

memberikan stimulasi perkembangan dini adalah sekolah dasar (SD) dan 83,3 % ibu
usia kanak-kanak yang ditunjang dengan hasil tidak bekerja. Status ekonomi keluarga anak

telaah literatur yang terkait. Pelaksanaan toddler 58, 3% merupakan golongan kelas
teknis di komunitas melibatkan peran kader ekonomi rendah. Seluruh anak usia toddler

kesehatan jiwa (KKJ). Jurnal Keperawatan yang mengikuti terapi kelompok terapeutik
ini memiliki orang tua yang lengkap. Faktor anak adalah kemampuan orang tua/ keluarga
pendukung perkembangan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
toddler pada faktor biologis menunjukkan Seluruh orang tua anak toddler yang
tidak ada kelainan dalam kehamilan. Riwayat mengikuti terapi kelompok terapeutik anak
kelahiran anak toddler mayoritas tidak toddler ini memiliki penghasilan yang
mengalami kelainan meskipun terdapat satu mencukupi kebutuhan dasar anak (pangan,
anak yang memiliki riwayat Berat Badan Lahir papan, sandang, perawatan diri, dan
Rendah (BBLR). Riwayat anak toddler dengan pengobatan ketika sakit). Anak toddler yang
BBLR tersebut adalah 2300 gram. Seluruh mengikuti terapi kelompok terapeutik ini,
anak memiliki status gizi. Anak toddler sebanyak 58,3% memiliki saudara kandung.
memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif 4 – Anak toddler memiliki kemampuan motorik
6 bulan sebesar 83,3%. Anak toddler yang kasar rata-rata sebesar 72,9 % dan morik
memiliki riwayat infeksi campak yaitu ada 3 halus rata-rata 87,5 %. Seluruh anak toddler
dari 12 anak dan terdapat satu anak memiliki sebelum diberikan terapi kelompok
riwayat kejang demam. Anak toddler yang terapeutik telah mampu berlari, menendang
memiliki riwayat kejang berbeda dengan anak bola kecil, bertepuk tangan, dan jalan naik
yang memiliki riwayat infeksi campak. Faktor anak tangga sendiri. Seluruh anak toddler
psikologis yang paling penting adalah pola memiliki kemampuan motorik halus dalam
pengasuhan keluarga terhadap anak. Seluruh hal menumpuk kubus dan memasukkannya
ibu memberikan pengasuhan pada anak ke dalam kotak, serta mencorat-coret kertas
toddler yaitu menggunakan pengasuhan yang dengan pensil. Kemampuan anak untuk
memfasilitasi perkembangan anak toddler. memungut benda kecil dengan ibu jari dan
Ibu melakukan stimulasi perkembangan telunjuk sebanyak 50%. Penerapan Terapi
tanpa dilandasi pengetahuan tentang Kelompok Terapeutik dalam Menstimulasi
Perkembangan Anak Usia Toddler Dengan
perkembangan dan cara stimulasi
Memberdayakan Ibu Dan Kader Kesehatan
perkembangan anak toddler. Ibu mengatakan
Jiwa Emi Wuri Wuryaningsih, Budi Anna
dalam mengamati dan memperlakukan anak
Keliat, Mustikasari 113 Kemampuan kognitif
toddler dengan membandingkan
anak toddler rata-rata 90,3% dari 6 aspek
pertumbuhan dan perkembangan anak
kemampuan yang diukur. Seluruh orang tua
toddler pada umumnya yang dijumpai di
memberikan pujian jika anak menunjukkan
lingkungannya. Sebesar 83,3% ibu
keberhasilan dalam kemampuan kognitif ini.
merencanakan kelahiran anak toddler. Faktor
Seluruh anak toddler memiliki kemampuan
sosiokultural yang menunjang perkembangan
berkomunikasi atau bahasa dan emosi dari
tiga aspek kemampuan emosi dan belum mengenal untuk menstimulasi motorik
kepribadian yang diukur. Kemampuan anak kasar anak melalui kegiatan memberi
dalam aspek kepribadian 25% anak yang kesempatan anak untuk berdiri satu kaki,
mampu mengucapkan terima kasih jika diberi berjalan mundur minimal 5 langkah,
sesuatu. Kemampuan anak dalam hal menendang dan melempar bola kecil yang
mengenal namanya, meniru kegiatan rumah terarah, dan melompat dengan dua kaki
tangga, dan memegang cangkir dan belajar secara bersamaan. Seluruh ibu jarang sekali
makan sendiri rata-rata telah mencapai untuk memberikan pujian atas keberhasilan
100%. Jumlah rata-rata anak toddler telah anak dalam melakukan aktivitas motorik
memiliki kemampuan aspek psikososial halus maupun kasar di tahap usia toddler.
adalah 73,3 % tetapi rata-rata seluruh anak Pada aspek kognitif, rata-rata kemampuan
telah mampu dalam hal memilih ibu dalam menstimulasi mencapai 100% dari
permainannya sendiri, mengenal anggota 7 kemampuan yang diukur tetapi ibu tidak
keluarga dan teman sebaya, dan dapat menyadari bahwa perilaku yang dilakukan
dimintai bantuan untuk mengambilkan tersebut merupakan bagian dari stimulasi
sesuatu. Jumlah anak yang mampu berbagi perkembangan kemandirian anak toddler. Hal
mainan dengan temannya sebanyak 41,7%. ini juga sama pada rata-rata kemampuan ibu
Seluruh anak toddler yang memiliki kondisi yang mencapai 100% dalam menstimulasi
kesehatan fisik normal tetapi rata-rata jumlah perkembangan aspek kepribadian dan moral
anak yang terpenuhi perawatan diri terkait dan spiritual. Artinya ibu tidak memiliki
kebersihan kuku adalah 75%. Rata-rata pengetahuan tentang konsep tugas
perkembangan kemandirian anak toddler perkembangan kemandirian anak toddler dan
sebelum diberikan terapi kelompok cara menstimulasinya. Pada saat anak toddler
terapeutik sudah baik yaitu 86,4%. Anak berhasil melakukan tindakan pada aspek
toddler yang menampilkan ciri perkembangan kognitif, keperibadian, moral dan spiritual ibu
kemandirian seperti mampu berpisah juga memberikan pujian kepada anak. Rata-
sementara dengan orang tua dan rata kemampuan ibu menstimulasi
kepercayaan diri untuk tampil di depan/ tidak perkembangan bahasa atau komunikasi anak
takut melakukan sesuatu rata-rata hanya sebesar 75% dari empat aspek kemampuan
25%. Rata-rata kemampuan ibu dalam yang diukur. Aspek yang belum dilakukan ibu
menstimulasi perkembangan anak toddler adalah memberikan pujian atas keberhasilan
pada aspek motorik kasar sebesar 35,7 % dari anak dalam penguasaan bahasa. Hal ini juga
14 kemampuan yang diukur. Rata-rata ibu terjadi pada kemampuan ibu dalam
menstimulasi kemampuan emosi anak toddler (basic needs), tugas perkembangan
toddler dari empat aspek yang diukur. Rata- anak toddler (lifetime development), dan
rata kemampuan ibu dalam menstimulasi afiliasi klien (Afiliated Individuation). Faktor –
kemampuan perkembangan aspek psikososial faktor ini dapat berasal dari faktor intrinsik
sebesar 90%. Berdasarkan hasil wawancara maupun ekstrinsik yang mempengaruhi
dan pengamatan perilaku ibu ditemukan 6 pertumbuhan dan perkembangan anak
orang ibu cenderung untuk memilihkan (Soedjatmiko, 2001). Faktor intrinsik adalah
permainan untuk anaknya. Pada pengalaman faktor yang dapat berasal dari diri anak.
ibu merawat anak toddler tersebut Faktor eksternal adalah faktor biopsikososial
cenderung jarang memberikan pujian yang berasal dari lingkungan anak. Perilaku
terhadap keberhasilan anak dalam melakukan yang ditampilkan oleh anak toddler
kegiatan yang baru. Seluruh ibu memberikan mencerminkan maturasi sistem saraf perifer
label negatif ketika anak melakukan perilaku maupun pusat. Myelinisasi saraf pada tulang
yang membuat jengkel ibu. Label negatif yang belakang lengkap ketika berumur sekitar 24
paling sering diberikan antara lain “anak bulan sehingga anak mulai menunjukkan
nakal “, “anak bandel”, “anak cengeng”, ketrampilan berjalan, melompat, dan
“anak bodoh”. Jurnal Keperawatan Jiwa . memanjat (Potts & Mandleco, 2012).
Volume 2, No. 2, November 2014; 110-117 Pertumbuhan otak mencapai 80 – 90% dari
114 Umumnya ibu telah melakukan stimulasi ukuran otak dewasa pada saat umur 3 tahun
perkembangan anak toddler tanpa disadari (Purves, 1994 dalam healthy care gov, 2014;
oleh ibu. Contoh seluruh ibu memberikan Potts & Mandleco, 2012). Usia anak dianggap
mainan kepada anak toddler, membuat siap melakukan toilet training yaitu 18 bulan
aturan perilaku, dan membiarkan anak dan rata-rata keberhasilan toilet training
bermain di dalam maupun di luar rumah. pada usia 28,5 bulan (Kiddo, 2012). Maturasi
PEMBAHASAN Pada model stres adaptasi pertumbuhan fisiologis anak toddler yang
Stuart dan teori MRM (modeling-role dapat mempengaruhi kemampuan
modeling), faktor predisposisi dan presipitasi perkembangan anak toddler berkaitan erat
pencapaian tugas perkembangan dengan umur anak. Kebutuhan nutrisi
kemandirian anak toddler meliputi faktor merupakan kebutuhan fisik paling penting
biologis, faktor psikologis, dan sosiokultural yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
(holistik). Faktor biopsikososiokultural anak (Sularyo & Kadim, 2000). Kebutuhan
tersebut yang mendukung perkembangan dasar ini jika tidak terpenuhi dapat
anak yaitu pemenuhan kebutuhan dasar anak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan yang holistik (Erickson, anak toddler dengan memanfaatkan sumber-
Tomlin, & Swain, 2002 dalam Aligood, 2014). sumber pendukung yang dimiliki. Orang tua
Pemenuhana kebutuhan nutrisi/ gizi memiliki tingkat pendidikan rendah dan
berkontribusi terhadap kemampuan belum berpengalaman dalam mengasuh anak
perkembangan anak toddler secara mampu mencurigai adanya gangguan
keseluruhan Sebanyak 58,3% anak toddler perkembangan pada anaknya dengan cara
memiliki kakak kandung. Urutan kelahiran membandingkan dengan perkembangan
pertama, kedua, dan ketiga tidak memiliki anak-anak lainnya di lingkungannya (Glascoe,
hubungan bermakna dengan perkembangan 1996 dalam Soedjatmiko, 2001). Namun,
anak (Yunalia, Hamid, & Mustikasari, 2013). pendidikan ibu mempengaruhi
Jumlah saudara kandung/ tiri yang tinggal perkembangan kognitif anak toddler (Husein,
serumah merupakan lingkungan mini yang Ismail, & Sitaresmi, Penerapan Terapi

akan mempengaruhi perkembangan anak Kelompok Terapeutik dalam Menstimulasi


Perkembangan Anak Usia Toddler Dengan
balita (Soedjatmiko, 2001). Banyaknya jumlah
Memberdayakan Ibu Dan Kader Kesehatan
saudara yang tinggal serumah dengan anak
Jiwa Emi Wuri Wuryaningsih, Budi Anna
toddler berperan dalam menstimulasi
Keliat, Mustikasari 115 2013). Orang tua
perkembangan anak toddler meskipun tanpa
memberikan perawatan kepada anak toddler
disadari seperti menemani anak toddler
berdasarkan proses adaptasi dalam
bermain, mengajak anak toddler jalan – jalan
lingkungan bermasyarakat dengan
di luar rumah, mengajari anak naik sepeda
memanfaatkan sumber-sumber pendukung di
roda tiga, mengajak berkomunikasi atau
sekelilingnya. Pendidikan ibu berkaitan erat
mengenalkan bahasa kepada anak. Umur ibu
dengan wawasan ibu dalam melatih
dari anak toddler 83, 4% termasuk dalam
perkembangan kognitif anak. Pekerjaan
golongan dewasa muda (21 – 35 tahun). Usia
keluarga tidak berkontribusi terhadap
keluarga berada pada rentang dewasa muda
kemampuan kognitif dan psikomotorik
tidak berhubungan dengan kemampuan
keluarga dalam menstimulasi perkembangan
kognitif dan psikomotorik keluarga dalam
anak usia kanak-kanak (Trihadi, Keliat, &
memberikan stimulasi perkembangan anak
Hastono, 2009). Pekerjaan dari keluarga
usia toddler (Trihadi, Keliat, & Hastono,
mempengaruhi perkembangan anak
2009). Ibu usia dewasa muda sesuai dengan
(Soetjiningsih, 2012). Ibu yang tidak bekerja
tahap perkembangan memiliki kesiapan
dan banyak menghabiskan waktu di rumah
dalam membentuk keluarga baru sehingga
cenderung memiliki banyak waktu bersama
ibu mampu memfasilitasi tumbuh kembang
dengan anak toddler. Status ekonomi
keluarga anak toddler 58, 3% merupakan dibandingkan anak yang kurang mendapatkan
golongan kelas ekonomi rendah. Pendapatan stimulasi. Kualitas stimulasi dalam lingkungan
yang rendah di keluarga tidak berhubungan keluarga mempunyai peranan yang sangat
dengan perkembangan kognitif anak (Husein, penting dalam perkembangan kognitif anak
Ismail, & Sitaresmi, 2013). Status ekonomi (Soetjiningsih, 2012). Terapi kelompok
berhubungan dengan penghasilan keluarga terapeutik anak toddler memfasilitasi ibu
dalam memenuhi kebutuhan anak. Pada memberikan stimulasi perkembangan yang
terapi kelompok terapeutik anak terarah dan berkualitas sehingga dapat
mendapatkan pujian dari perawat dan ibu meningkatkan kemampuan perkembangan
ketika berhasil melakukan tindakan yang kognitif anak. KESIMPULAN Terapi kelompok
dilatihkan. Ibu adalah sumber dukungan dan terapeutik mampu meningkatkan pencapaian
pujian utama bagi anak toddler (Stuart, 2013). tugas perkembangan kemandirian anak.
Harga diri yang positif dapat ditingkatkan Terapi ini juga meningkatkan pengetahuan
melalui pemberian pujian dari orang – orang dan kemampuan ibu untuk menstimulasi
terdekatnya. Harga diri yang positif pada anak perkembangan kemandirian anak toddler.
tersebut dapat meningkatkan kepercayaan Penatalaksanaan terapi kelompok terapeuti
diri anak. Pada terapi kelompok terapeutik pada anak toddler di tatanan pelayanan
anak toddler ini anak difasilitasi untuk keperawatan komunitas melibatkan peran
pemenuhan kebutuhan anak toddler secara kader kesehatan jiwa (KKJ). Berdasarkan hasil
holistik. Kemampuan berbahasa dan analisis penerapan terapi kelompok
berkomunikasi juga sangat berkaitan erat terapeutik pada anak toddler di komunitas,
dengan kemampuan kognitif anak. perawat puskesmas diharapkan
Kemampuan peningkatan perbendaharaan mendapatkan pelatihan deteksi dini tumbuh
kata mencapai 900 kata yang dipahami oleh kembang anak dan penatalaksanaan tindakan
orang lain pada usia 3 tahun. Salah satunya keperawatan generalis untuk menstimulasi
dipengaruhi pertumbuhan otak yang perkembangan anak toddler. Perawat
mencapai 80% - 90% ukuran otak orang penanggungjawab program kesehatan jiwa
dewasa (Potts & Mandleco, 2012). Stimulasi dapat bekerjasama dengan program gizi
perkembangan kognitif pada anak toddler masyarakat, program kesehatan ibu dan anak
dipengaruhi oleh stimulasi perkembangan (KIA) maupun program promosi kesehatan
yang dilakukan oleh ibu (Husein, Ismail, & dalam melaksanakan promosi kesehatan
Sitaresmi, 2013). Stimulasi yang terarah dan jiwa/ psikososial pada anak toddler.
teratur akan lebih cepat berkembang Penelitian selanjutnya tentang pengaruh
kader kesehatan jiwa dalam meningkatkan edition. Canada: Thomson Delmar Learning
pengetahuan dan kemampuan keluarga Fortinash, C.M & Worret, H. (2004).
untuk membantu anak mencapai tugas Psychiatric nursing care plan (4 th edition).
perkembangannya secara kuantitatif dan St.Louis: Mosby Year Book Hamid, A.Y.S.
kualitatif. Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume (2009). Bungai rampai asuhan keperawatan
2, No. 2, November 2014; 110-117 116 Dinas kesehatan jiwa. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kesehatan Kabupaten/ Kota menyediakan Kedokteran Healthy People Gov: Diakses Juni
tenaga kesehatan perawat spesialis jiwa di 2014, melalui
tatanan pelayanan Puskesmas. Ucapan http://www.healthypeople.gov/2020/t
Terima Kasih Penulis ucapkan terima kasih opicsobjectives2020/overview.aspx?t
kepada: 1. Prof. Dr. Budi Anna Keliat, opicid=10 Keliat, B.A., Akemat., Daulima,
M.App.,Sc dan Dr. Mustikasari, MARS yang C.N.H., & Nurbaeni, H. (2007). Keperawatan
berkenan membimbing penulis tentang cara kesehatan jiwa komunitas CMHN (Basic
menerapkan penatalaksanaan terapi course). Jakarta: EGC Penerbit Buku
kelompok terapeutik pada anak toddler dan Kedokteran Keliat, B.A., Akemat, & Susanti, H.
cara menuangkannya dalam bentuk tulisan (2007). Manajemen gangguan jiwa: CMHN
karya ilmiah. 2. Prof. Yani, Ibu Novy, Ibu Ice, (Intermediate Course). Jakarta: EGC Penerbit
dan Ibu Yosie, Ibu Carol, dan Ibu Cika atas Buku Kedokteran Keliat, B.A., Daulima, C.N.H,
arahannya tentang cara menerapkan terapi & Farida, P. (2007). Manajemen keperawatan
kelompok terapeutik anak toddler melalui psikososial dan kader kesehatan jiwa: CMHN
diskusi dengan kawan-kawan spesialis jiwa (Intermediate Course). Jakarta: EGC Penerbit
maupun pendampingan langsung di lahan Buku Kedokteran Kementerian Kesehatan
praktik. 3. Para kader kesehatan jiwa di lahan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2011).
praktik yang berkenan untuk berpartisipasi Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan
dalam membantu keluarga dan anak toddler intervensi dini tumbuh kembang anak di
untuk mencapai tugas perkembangannya. tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:
Referensi Alligood, M.R. (2014). Nursing Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
theorists and their work 8th edition. USA: Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik
Mosby Elsevier CDC (Centers for Disease Indonesia. (2014). Riset kesehatan dasar
Control and Prevention). (2014). Positive 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
parenting tips for healthy child development. Pengembangan Kesehatan Republik
Retrieved from: Frisch, N.C., & Frisch, L.E. Indonesia Kiddo, D.A. (2012). Toilet training
(2006). Psychiatric mental health nursing 3th children: when to start and how to train.
CMAJ, 180 (5), 511-513. Retrieved from: Erlbaum Associates Shaffer, D., & Kipp, K.
http://search.proquest.com/docview/9 (2010). Developmental Psychology: Childhood
53777371/fulltextPDF/F78CC10931 and adolescene (8th edition). Belmont:
424755PQ/9?accountid=17242 Potts, N.L., & Wadsworth Cengage Learning Soedjatmiko.
Mandleco, B.L. (2014). Pediatric nursing (2001). Deteksi dini gangguan tumbuh
caring for children and their families 3 th kembang balita. Sari Pediatri, 3 (3), 175 – 188.
edition. New York: Delmar Cengage Learning Penerapan Terapi Kelompok Terapeutik
dalam Menstimulasi Perkembangan Anak
Russ, S.W. (2004). Play in child development
Usia Toddler Dengan Memberdayakan Ibu
and psychotherapy toward empirically
Dan Kader Kesehatan Jiwa Emi Wuri
supported practice. London: Lawrence
Wuryaningsih, Budi Anna Keliat, Mustikasari

Anda mungkin juga menyukai