DISUSUN OLEH:
KLARA MITA APRILIYANI, S.KEP
2008037
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya bekerja lebih cepat. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan
berotot, dan anak mulai belajar berjalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan
kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Anak mulai belajar berlari dan
menaiki tangga sekitar usia 16 bulan, tetapi masih terlihat kaku, oleh karena itu
anak perlu diawasi, karena dalam beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya.
Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu atau ragu-ragu
(otonomi vs doubt), hal ini terlihat dengan perkembangannya kemampuan anak
yaitu dengan belajar untuk makan, dan berpakaian sendiri. Apabila orang tua
tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, makan hal ini dapat
menimbulkan rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu
memanjakan anak dan mencela aktivitas yang dilakukan oleh anak. Pada masa
ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air
kecil pada tempatnya (toilet training). Tahap perkembangan anak pada usia 2-3
tahun, anak balita sudah mampu mengucapkan keinginan untuk buang air besar
dan buang air kecil. Ini menandakan anak balita khususnya usia 2-3 tahun sudah
mampu menunjukkan peningkatan kemandirian dalam hal toileting melalui
proses toilet training. Berikut akan dipaparkan beberapa teori perkembangan
anak usia 1-3 tahun menurut (Soetjiningsih, 2014).:
a. Teori perkembangan psikoseksual
Fase anal (1-3 tahun), selama fase kedua, yaitu menginjak tahun pertama
sampai tahun ketiga, kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu
selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya. Dengan demikian toilet training adalah
waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
b. Periode perkembangan anak periode kanak-kanak awal
Periode kanak- kanak awal (usia 1-3 tahun), toddler menunjukkan
perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak-anak menunjukkan
kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin
tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya, sehingga
bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode ini.
Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan
terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut. Pada usia ini, sudah
sampai waktunya seorang anak terlatih toileting.
c. Perkembangan mental, gerak kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, bicara
anak usia 2-3 tahun.
- Belajar meloncat
- Memanjat
- Melompat pada satu kaki
- Membuat jembatan dengan tiga kotak
- Mampu menyusun kalimat
- Menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang di
tunjukkan kepadanya
- Menggambar lingkaran
- Bermain bersama dengan anak-anak lain dan menyadari adanya lingkungan
lain diluar keluarganya.
3. TAHAPAN - TAHAPAN
Selain pertumbuhan fisik, ada empat tahap perkembangan bayi usia 1 tahun yang
tercantum di bawah ini:
a. Perkembangan kognitif.
Anak mulai memiliki kemampuan berpikir, belajar, dan mengingat perilaku
orang atau kejadian di lingkungannya. Anak juga mulai memahami simbol,
mulai meniru, membayangkan, dan bermain pura-pura. Banyaklah
berinteraksi dengan anak dengan mengajaknya bermain, seperti role play
atau memberikan gambar-gambar yang menarik. Dengan begitu anak bisa
mempelajari banyak hal baru.
b. Perkembangan emosi.
Bentuk perlekatan emosi yang kuat pada balita yang ditandai dengan
menangis saat dipisahkan dari orang terdekat. Namun seiring waktu, balita
biasanya ingin melakukan aktivitas seorang diri. Ini merupakan tahap awal
ia belajar tentang konflik, kebingungan, dan kadang-kadang merusak. Tak
jarang anak juga akan menunjukkan tantrum saat ia marah. Ibu pun harus
memahami situasi tersebut dengan memberinya waktu untuk meluapkan
emosinya. Tak perlu mengajaknya berbicara dulu hingga ia mulai mereda.
Setelah itu barulah berikan pengertian bahwa tak apa untuk merasa marah,
tapi tidak boleh melempar barang, menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
c. Perkembangan bahasa.
Perkembangan bayi usia 1 tahun berikutnya ditandai dengan adanya
perkembangan dalam aspek bahasa. Menginjak usia 15 hingga 18 bulan,
balita biasanya mulai memahami kosa kata yang semakin banyak, hingga 10
kali lebih banyak dari yang bisa ia katakan. Di ulang tahun kedua, anak
sudah bisa mengatakan setidaknya 50 sampai 100 kosa kata. Ibu bisa terus
mengajaknya berbicara dan bercerita banyak hal meski saat itu ia belum bisa
merespon. Namun sebenarnya anak sedang berusaha untuk menyerap dan
mengingat semua yang Ibu katakan. Samakan posisi Ibu dengan anak dan
tataplah matanya agar ia tahu bahwa Ibu sedang berbicara dengannya, bukan
dengan orang lain.
d. Perkembangan sensorik dan motorik.
Perkembangan bayi usia 1 tahun berikutnya adalah kemampuan sensorik
dan motoriknya. Keterampilan motorik terjadi saat otot dan saraf anak
bekerja bersama-sama. Balita harusnya sudah mencapai tahap kontrol dan
koordinasi sehingga bisa berjalan dengan mantap. Setelah berjalan,
keterampilan berikutnya adalah memanjat, lari, dan melompat. Pada tahap
ini ibu bisa sering mengajaknya beraktivitas di luar ruangan. Anak bisa
sangat terpacu untuk menjelajah lingkungan sekitarnya dan belajar semua
keterampilan motorik tersebut. Pastikan untuk selalu menjaga keamanan dan
keselamatannya
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI- D.0106)
Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan kelompok usia.
Penyebab
1. Efek sketidakmampuan fisik
2. Keterbatasan lingkungan
3. Inkonsitensi respon
4. Pengabain
5. Terpisah dari orang tua dan /atau orang terdeakat
6. Defisiensi stimulus
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik,
bahasa, motorik, psikososial)
2. Pertumbuhan fisik terganggu
Terapeutik
- Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi premature
- Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu ragu
- Minimalkan nyeri
- Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/ bergilir
- Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan
ballik atas usahanya
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih ketrampilan pemenuhan kebutuhan secara ,mandiri
- Bacakan cerita atau dongeng
Edukasi
- Jelaskan orangtua dan atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
- Anjurkan ornag tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Ajarkan anak ketrampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : orangtua klien mengatakan klien (anak) belum bisa berjalan, berlari
seperti anak seusianya.
DO :klien (anak) tampak berjalan dengan berpegangan pada tembok atau
dengan dituntun orangtua.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tumbuh Kembang (SDKI- D.0106)
3. Tujuan : status perkembangan membaik (SLKI- L.10101)
- Ketrampilan perilaku sesuai usia meningkat
- Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
- Respon social meningkat
- Kontak mata meningkat
- Afek membaik
- Pola tidur membaik
4. Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Mewawancarai klien / orangtua dan mengobservasi kondisi klien secara
langsung dari keluarga.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP1-KELUARGA: MENJELASKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
KANAK-KANAK YANG NORMAL DAN MENYIMPANG SERTA CARA
MENSTIMULASINYA.
ORIENTASI -.
Selamat pagi/siang/sore Bapak/ibu. Saya, Klara mahasiswi Ners Universitas
Widya Husada Semarang. Bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini. Nama
Bapakilbu siapa’ Biasa dipanggil apa? Bagaimana kondisi kesehatan anak? Siapa
namanya? Bagaimana kalau kita berbincang- bincang tentang perkembangan anak
Bapak/lbu, usianya dua tahun ya. Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu 30 menit.
Di mana kita akan bicara. Di ruangan ini saja. Baiklah kita akan berbincang -
bincang kurang lebih selama 30 menit.
KERJA
Bapak/lbu, ini leaflet tentang perkembangan kanak-kanak. Mari kita lihat
perkembangan kanak-kanak yang normal dan menyimpang. Saya akan jelaskan
satu per satu. Kemampuan utama anak usia 1,5-3 tahun adalah mandiri, artinya
mampu melakukan kegiatan sendiri. Anak akan tahu mana yang dapat dan boleh
dilakukannya serta merasa percaya dirI bahwa ia mampu melakukannya sendiri.
Jika tidak mau diatur dan ingin mengerjakan sendiri, hal itu normal. Tugas kita
adalah membantu anak mencapai kemampuan seperti yang tertulis di leaflet ini.
Selain itu kita dapat melakukan penanaman yang bersifat menggali rasa ingin
tahunya selama kegiatan tersebut aman bagi anak (misalnya main pasir, main
lilin), memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan aktivitas yang di
inginkannya dengan tetap memberi sedikit batasan (misalnya anak diizinkan naik
tangga tetap dijeiaskan agar tidak jatuh dan dijaga), melarang dengan kata kata
yang bersifat positif (misalnya tangganya licin nanti kalau naik A bisa jatuh, Masih
ingat ,waktu kemarin hujan hujanan, batuk dan pilek), memberikan pilihan
perilaku yang ingin dilakukan anak (misalnya beri tahu langkah langkah memakai
baju dan beri pujian jika berhasil).
Apakah sudah sama kemampuannya seperti, yang tertulis di leaflet itu? Sebagian
besar sudah? Bapak/Ibu tinggal membantu supaya kemampuan lain dapat
tercapai. Anak yang tidak dapat mencapai kemampupn tersebut akan merasa
selalu ragu-ragu atau malu sehingga ia akan bergantung terus pada orang lain
dan setelah besar anak akan merasa minder.
TERMINASI
Nah Bapak/lbu. Kita sudah berdiskusi tentang perkembangan kanak-kanak yang
normal dan menyimpang. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu sekarang? Adakah
manfaatnya? Apakah Bapak/lbu masih ingat bagaimana cara merawat anak,
supaya ia berkembang lebih baik lagi? BetuI sekali. Bagus Bapak/lbu sudah
mengingat dengan baik. Kalau begitu Bapak/lbu dapat mencoba beberapa cara
yang belum Bapak/Ibu lakukan selama ini dan pada pertemuan berikutnya
ceritakan pada saya. Saya kesini lagi minggu depan,Pak/Bu. Adakah yang ingin
tapak/lbu ketahui lagi dan dapat kita diskusikan minggu depan. Kalau begitu
minggu depan
kita akan mempraktikkan cara–cara yang telah kita diskusikan pada anak
Bapak/Ibu. Baiklah, saya permisi dulu, Pak/Bu. Sampai Jumpa.
ORIENTASI
“Selamat pagi/siang/sore, Pak/Bu. Apakah sudah dicoba cara yang kita bicarakan
minggu lalu. Bagaimana hasilnya? Baiklah, hari ini kita akan mencoba cara
menstimulasi kemandirian anak Bapak/lbu, Dapatkah saya bertemu dengan dek
dek keino? Di mana kita akan bicara, Pak/Bu? Di teras ini saja? Baiklah, kita akan
bicara selama kurang lebih 30 menit ya.
KERJA
“Selamat pagi, dek dek keino. Sedang main apa? Mobil apa ini? Ambulans? Mobil
ambulans dipakai untuk apa ya? Wah, pintar sekali. Ambulans untuk membawa
orang sakit? Kalau ini apa? Kereta api? Yang paling depan ini apa? Keretanya
mau berhenti di mana? Di rumah dek keino? Bisa nggak? Rumah dek keino harus
ada relnya, kalau nggak, keretanya nggak bisa jalan karena roda kereta nggak
sama dengan roda mobil. Lihat nih, bedanya roda kereta dan mobil. Sama nggak?
Nih, ibu/kakak kasih tahu. Kereta itu berhenti di stasiun supaya bensinnya bisa
diisi lagi karena kereta juga pakai bensin. Nah, dek keino. Kakak mau ngobrol
dengan Bapak/lbu dulu ya. dek keino main lagi ya.”
“Tadi Bapak/Ibu sudah melihat bagaimana cara menstimulasi kemandirian anak
Bapak/Ibu dengan main bersama, bukan hanya menyuruh bermain. Sekarang
Bapak/Ibu coba melakukannya. Bagus sekali, Pak/Bu. Pertahankan cara
Bapak/Ibu mengasuh anak. Semoga perkembangannya akan bagus. “Tadi sudah
kita diskusikan bersama cara Bapak/Ibu memfasilitasi perkembangan anak
Bapak/Ibu. Dari semua tindakan ini, mana yang akan Bapak/Ibu pilih untuk
mengembangkan kemandirian dek keino? Dapatkah Bapak/Ibu membuat jadwal
kegiatannya? Bagus, kalau begitu”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbicara tentang cara merawat dek
dek keino? Bagus sekali. Coba ambil kembali leafletnya. Nah, cara-cara ini
Bapak/Ibu lakukan lagi. Jika ada masalah atau ada yang mau ditanyakan, datang
saja ke puskesmas dan temui saya. Nanti setelah ulang tahun dek keino yang ke-3,
saya akan datang lagi untuk menjelaskon cara merawat anak usia 5-6 tahun.
Sampai jumpa.”
PENERAPAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK DALAM MENSTIMULASI
PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER DENGAN MEMBERDAYAKAN IBU
DAN KADER KESEHATAN JIWA
Emi Wuri Wuryaningsih1, Budi Anna Keliat2, Mustikasari3 Email:
emiwuryaningsih.unej@gmail.com
ABSTRAK
Upaya promosi kesehatan jiwa sejak masa anak-anak penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Karya ilmiah akhir ini bertujuan
menggambarkan hasil penerapan terapi kelompok terapeutik anak toddler dengan
memberdayakan ibu dan kader kesehatan jiwa. Metode yang digunakan adalah
penerapan terapi kelompok terapeutik dalam program Community Mental Health
Nursing. Terapi kelompok terapeutik dapat meningkatkan pencapaian tugas
perkembangan kemandirian anak, kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan
anak toddler secara holistik (motorik, kognitif, bahasa, emosi-kepribadian, moral-
spiritual, psikososial), dan kemampuan kader kesehatan jiwa membantu keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan kemandirian anak toddler. Perawat Jiwa di Puskesmas
dapat menerapkan terapi kelompok terapeutik dengan memberdayakan ibu, keluarga,
dan kader kesehatan jiwa.
Kata Kunci: Terapi Kelompok Terapeutik, Anak Usia Toddler, tugas perkembangan.
PENDAHULUAN Masalah kesehatan jiwa pada s.d 3 tahun) mulai mengenali adanya
anak perlu diperhatikan, mengingat anak kesempatan yang diberikan untuk memenuhi
sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia kebutuhannya yaitu berperilaku sesuai
(Hamid, 2009). Masa lima tahun pertama dengan keinginannya sendiri dan bebas
kehidupan dikenal sebagai “masa keemasan” menentukan pilihan. Anak yang mampu
dan “masa kritis” (Kemenkes, 2011). Hal ini memenuhi kebutuhan tersebut dapat
disebabkan kepekaannya terhadap mengembangkan rasa kemandirian dan
lingkungan dan proses belajar yang sangat kepercayaan diri dengan dukungan dari orang
cepat. Anak berusia toddler (1,5 – 3 tahun), tua mereka sebagai lingkungan sosial
perkembangan ukuran otaknya sangat pesat terdekat (Fortinash & Worret, 2004).
yaitu mencapai 80-90% pada usia 3 tahun Pencapaian perkembangan kemandirian anak
(Purves, 1994 dalam Healthy care Gov, 2014). toddler dipengaruhi cara orang tua merawat
Hal ini akan sangat mempengaruhi segala anak. Anak usia toddler sudah mulai
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berkembang tentang konsep diri yang
berjalan, mengenal huruf, bersosialisasi, meliputi berpersepsi terhadap fisik diri;
perkembangan kemampuan bicara dan menilai diri yang bersifat netral dan evaluatif,
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, dan mampu memberikan respon emosional
emosional dan intelegensia anak (Kemenkes terhadap suatu kesalahan yang dilakukan
RI, 2011). Proses perkembangan ini menjadi (Stipek, Kopp, & Heidi, 2006). Orang tua
landasan tahap usia perkembangan dipandang sebagai sumber pujian dan
berikutnya (Fortinash & Worret, 2004). dukungan serta kepuasan bagi anak dan
Berdasarkan teori psikososial yang berdampak pada peningkatan harga diri
dikembangkan oleh Erickson, anak usia positif anak (Videback, 2008). Perkembangan
toddler memiliki tugas perkembangan yang konsep diri telah dimulai sejak anak usia
harus dipenuhi yaitu kemandirian dan toddler dan dipengaruhi oleh cara orang tua
percaya diri. Sebaliknya, tugas perkembangan memberikan stimulasi perkembangannya.
anak usia toddler yang tidak terpenuhi dapat Kemampuan keluarga untuk memberikan
mengakibatkan sikap ragu-ragu atau malu stimulasi perkembangan anak usia toddler
(Videback, 2011). Anak pada usia toddler (1,5 baik secara kognitif maupun psikomotorik
dapat ditingkatkan melalui pemberian terapi Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 110-
kelompok terapeutik (Trihadi, Keliat, & 117 112 Perawat jiwa berkoordinasi dengan
fokus perhatian keluarga maupun puskesmas. kasus, tempat dan jadwal pelaksanaan terapi,
Pemantauan pertumbuhan balita yang peran KKJ pada tahap persiapan,
dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa pelaksanaan, dan tindak lanjut KKJ setelah
persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pelaksanaan terapi kelompok teraputik.
pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir Perawat melakukan pengkajian pada anak
cenderung meningkat dari 25,5% (2007), toddler sebelum diberikan terapi berdasarkan
23,8% (2010) menjadi 34,3% (2013) pemetaan kasus oleh KKJ. Peran KKJ tersebut
(Riskesdas, 2013). Oleh karena itu, perawat meliputi deteksi dini kasus, pergerakkan ibu
CMHN perlu dibekali pengetahuan dan untuk mengikuti kegiatan terapi kelompok
kemampuan untuk menstimulasi terapeutik yang telah disepakati dengan
perkembangannya (Keliat, Helena, & Farida, pada penerapan terapi di rumah. HASIL
2007). Perawat CMHN dapat memfasilitasi Jumlah anak toddler yang berpartisipasi
menstimulasi perkembangan anak secara toddler tersebut adalah 26, 4 bulan dengan
optimal melalui pemberian terapi kelompok umur paling muda 19 bulan dan umur anak
terapeutik pada anak toddler. METODE toddler yang paling tua 36 bulan. Urutan
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak kelahiran anak toddler di dalam keluarga yang
toddler ini merupakan penerapan hasil paling banyak adalah anak urutan pertama
penelitian Trihadi, Keliat, dan Hastono (2009) sebesar 41,7%. Umur ibu dari anak toddler
tentang pengaruh terapi kelompok terapeutik 83, 4% termasuk dalam golongan dewasa
terhadap kemampuan keluarga dalam muda (21 – 35 tahun). Pendidikan ibu 58, 3 %
memberikan stimulasi perkembangan dini adalah sekolah dasar (SD) dan 83,3 % ibu
usia kanak-kanak yang ditunjang dengan hasil tidak bekerja. Status ekonomi keluarga anak
telaah literatur yang terkait. Pelaksanaan toddler 58, 3% merupakan golongan kelas
teknis di komunitas melibatkan peran kader ekonomi rendah. Seluruh anak usia toddler
kesehatan jiwa (KKJ). Jurnal Keperawatan yang mengikuti terapi kelompok terapeutik
ini memiliki orang tua yang lengkap. Faktor anak adalah kemampuan orang tua/ keluarga
pendukung perkembangan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
toddler pada faktor biologis menunjukkan Seluruh orang tua anak toddler yang
tidak ada kelainan dalam kehamilan. Riwayat mengikuti terapi kelompok terapeutik anak
kelahiran anak toddler mayoritas tidak toddler ini memiliki penghasilan yang
mengalami kelainan meskipun terdapat satu mencukupi kebutuhan dasar anak (pangan,
anak yang memiliki riwayat Berat Badan Lahir papan, sandang, perawatan diri, dan
Rendah (BBLR). Riwayat anak toddler dengan pengobatan ketika sakit). Anak toddler yang
BBLR tersebut adalah 2300 gram. Seluruh mengikuti terapi kelompok terapeutik ini,
anak memiliki status gizi. Anak toddler sebanyak 58,3% memiliki saudara kandung.
memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif 4 – Anak toddler memiliki kemampuan motorik
6 bulan sebesar 83,3%. Anak toddler yang kasar rata-rata sebesar 72,9 % dan morik
memiliki riwayat infeksi campak yaitu ada 3 halus rata-rata 87,5 %. Seluruh anak toddler
dari 12 anak dan terdapat satu anak memiliki sebelum diberikan terapi kelompok
riwayat kejang demam. Anak toddler yang terapeutik telah mampu berlari, menendang
memiliki riwayat kejang berbeda dengan anak bola kecil, bertepuk tangan, dan jalan naik
yang memiliki riwayat infeksi campak. Faktor anak tangga sendiri. Seluruh anak toddler
psikologis yang paling penting adalah pola memiliki kemampuan motorik halus dalam
pengasuhan keluarga terhadap anak. Seluruh hal menumpuk kubus dan memasukkannya
ibu memberikan pengasuhan pada anak ke dalam kotak, serta mencorat-coret kertas
toddler yaitu menggunakan pengasuhan yang dengan pensil. Kemampuan anak untuk
memfasilitasi perkembangan anak toddler. memungut benda kecil dengan ibu jari dan
Ibu melakukan stimulasi perkembangan telunjuk sebanyak 50%. Penerapan Terapi
tanpa dilandasi pengetahuan tentang Kelompok Terapeutik dalam Menstimulasi
Perkembangan Anak Usia Toddler Dengan
perkembangan dan cara stimulasi
Memberdayakan Ibu Dan Kader Kesehatan
perkembangan anak toddler. Ibu mengatakan
Jiwa Emi Wuri Wuryaningsih, Budi Anna
dalam mengamati dan memperlakukan anak
Keliat, Mustikasari 113 Kemampuan kognitif
toddler dengan membandingkan
anak toddler rata-rata 90,3% dari 6 aspek
pertumbuhan dan perkembangan anak
kemampuan yang diukur. Seluruh orang tua
toddler pada umumnya yang dijumpai di
memberikan pujian jika anak menunjukkan
lingkungannya. Sebesar 83,3% ibu
keberhasilan dalam kemampuan kognitif ini.
merencanakan kelahiran anak toddler. Faktor
Seluruh anak toddler memiliki kemampuan
sosiokultural yang menunjang perkembangan
berkomunikasi atau bahasa dan emosi dari
tiga aspek kemampuan emosi dan belum mengenal untuk menstimulasi motorik
kepribadian yang diukur. Kemampuan anak kasar anak melalui kegiatan memberi
dalam aspek kepribadian 25% anak yang kesempatan anak untuk berdiri satu kaki,
mampu mengucapkan terima kasih jika diberi berjalan mundur minimal 5 langkah,
sesuatu. Kemampuan anak dalam hal menendang dan melempar bola kecil yang
mengenal namanya, meniru kegiatan rumah terarah, dan melompat dengan dua kaki
tangga, dan memegang cangkir dan belajar secara bersamaan. Seluruh ibu jarang sekali
makan sendiri rata-rata telah mencapai untuk memberikan pujian atas keberhasilan
100%. Jumlah rata-rata anak toddler telah anak dalam melakukan aktivitas motorik
memiliki kemampuan aspek psikososial halus maupun kasar di tahap usia toddler.
adalah 73,3 % tetapi rata-rata seluruh anak Pada aspek kognitif, rata-rata kemampuan
telah mampu dalam hal memilih ibu dalam menstimulasi mencapai 100% dari
permainannya sendiri, mengenal anggota 7 kemampuan yang diukur tetapi ibu tidak
keluarga dan teman sebaya, dan dapat menyadari bahwa perilaku yang dilakukan
dimintai bantuan untuk mengambilkan tersebut merupakan bagian dari stimulasi
sesuatu. Jumlah anak yang mampu berbagi perkembangan kemandirian anak toddler. Hal
mainan dengan temannya sebanyak 41,7%. ini juga sama pada rata-rata kemampuan ibu
Seluruh anak toddler yang memiliki kondisi yang mencapai 100% dalam menstimulasi
kesehatan fisik normal tetapi rata-rata jumlah perkembangan aspek kepribadian dan moral
anak yang terpenuhi perawatan diri terkait dan spiritual. Artinya ibu tidak memiliki
kebersihan kuku adalah 75%. Rata-rata pengetahuan tentang konsep tugas
perkembangan kemandirian anak toddler perkembangan kemandirian anak toddler dan
sebelum diberikan terapi kelompok cara menstimulasinya. Pada saat anak toddler
terapeutik sudah baik yaitu 86,4%. Anak berhasil melakukan tindakan pada aspek
toddler yang menampilkan ciri perkembangan kognitif, keperibadian, moral dan spiritual ibu
kemandirian seperti mampu berpisah juga memberikan pujian kepada anak. Rata-
sementara dengan orang tua dan rata kemampuan ibu menstimulasi
kepercayaan diri untuk tampil di depan/ tidak perkembangan bahasa atau komunikasi anak
takut melakukan sesuatu rata-rata hanya sebesar 75% dari empat aspek kemampuan
25%. Rata-rata kemampuan ibu dalam yang diukur. Aspek yang belum dilakukan ibu
menstimulasi perkembangan anak toddler adalah memberikan pujian atas keberhasilan
pada aspek motorik kasar sebesar 35,7 % dari anak dalam penguasaan bahasa. Hal ini juga
14 kemampuan yang diukur. Rata-rata ibu terjadi pada kemampuan ibu dalam
menstimulasi kemampuan emosi anak toddler (basic needs), tugas perkembangan
toddler dari empat aspek yang diukur. Rata- anak toddler (lifetime development), dan
rata kemampuan ibu dalam menstimulasi afiliasi klien (Afiliated Individuation). Faktor –
kemampuan perkembangan aspek psikososial faktor ini dapat berasal dari faktor intrinsik
sebesar 90%. Berdasarkan hasil wawancara maupun ekstrinsik yang mempengaruhi
dan pengamatan perilaku ibu ditemukan 6 pertumbuhan dan perkembangan anak
orang ibu cenderung untuk memilihkan (Soedjatmiko, 2001). Faktor intrinsik adalah
permainan untuk anaknya. Pada pengalaman faktor yang dapat berasal dari diri anak.
ibu merawat anak toddler tersebut Faktor eksternal adalah faktor biopsikososial
cenderung jarang memberikan pujian yang berasal dari lingkungan anak. Perilaku
terhadap keberhasilan anak dalam melakukan yang ditampilkan oleh anak toddler
kegiatan yang baru. Seluruh ibu memberikan mencerminkan maturasi sistem saraf perifer
label negatif ketika anak melakukan perilaku maupun pusat. Myelinisasi saraf pada tulang
yang membuat jengkel ibu. Label negatif yang belakang lengkap ketika berumur sekitar 24
paling sering diberikan antara lain “anak bulan sehingga anak mulai menunjukkan
nakal “, “anak bandel”, “anak cengeng”, ketrampilan berjalan, melompat, dan
“anak bodoh”. Jurnal Keperawatan Jiwa . memanjat (Potts & Mandleco, 2012).
Volume 2, No. 2, November 2014; 110-117 Pertumbuhan otak mencapai 80 – 90% dari
114 Umumnya ibu telah melakukan stimulasi ukuran otak dewasa pada saat umur 3 tahun
perkembangan anak toddler tanpa disadari (Purves, 1994 dalam healthy care gov, 2014;
oleh ibu. Contoh seluruh ibu memberikan Potts & Mandleco, 2012). Usia anak dianggap
mainan kepada anak toddler, membuat siap melakukan toilet training yaitu 18 bulan
aturan perilaku, dan membiarkan anak dan rata-rata keberhasilan toilet training
bermain di dalam maupun di luar rumah. pada usia 28,5 bulan (Kiddo, 2012). Maturasi
PEMBAHASAN Pada model stres adaptasi pertumbuhan fisiologis anak toddler yang
Stuart dan teori MRM (modeling-role dapat mempengaruhi kemampuan
modeling), faktor predisposisi dan presipitasi perkembangan anak toddler berkaitan erat
pencapaian tugas perkembangan dengan umur anak. Kebutuhan nutrisi
kemandirian anak toddler meliputi faktor merupakan kebutuhan fisik paling penting
biologis, faktor psikologis, dan sosiokultural yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
(holistik). Faktor biopsikososiokultural anak (Sularyo & Kadim, 2000). Kebutuhan
tersebut yang mendukung perkembangan dasar ini jika tidak terpenuhi dapat
anak yaitu pemenuhan kebutuhan dasar anak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan yang holistik (Erickson, anak toddler dengan memanfaatkan sumber-
Tomlin, & Swain, 2002 dalam Aligood, 2014). sumber pendukung yang dimiliki. Orang tua
Pemenuhana kebutuhan nutrisi/ gizi memiliki tingkat pendidikan rendah dan
berkontribusi terhadap kemampuan belum berpengalaman dalam mengasuh anak
perkembangan anak toddler secara mampu mencurigai adanya gangguan
keseluruhan Sebanyak 58,3% anak toddler perkembangan pada anaknya dengan cara
memiliki kakak kandung. Urutan kelahiran membandingkan dengan perkembangan
pertama, kedua, dan ketiga tidak memiliki anak-anak lainnya di lingkungannya (Glascoe,
hubungan bermakna dengan perkembangan 1996 dalam Soedjatmiko, 2001). Namun,
anak (Yunalia, Hamid, & Mustikasari, 2013). pendidikan ibu mempengaruhi
Jumlah saudara kandung/ tiri yang tinggal perkembangan kognitif anak toddler (Husein,
serumah merupakan lingkungan mini yang Ismail, & Sitaresmi, Penerapan Terapi