Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

"ASKEP SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN"

KEPERAWATAN JIWA I

DISUSUN OLEH

MUTIA

180101021

DOSEN PEMBIMBING : Ns. RAMAITA, M.Kep

TINGKAT II S1 KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

2020

KATA PENGANTAR
1
Pertama-tama perkenankanlah saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
judul "MAKALAH ASKEP SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN"

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami mengenai Asuhan


Keperawatan sehat jiwa.

Ucapan terima kasih dan puji syukur saya sampaikan kepada Allah dan semua pihak
yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun
makalah ini.

Saya berterima kasih kepada dosen pembimbing ibu NS. Ramaita,M.Kep. selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Jiwa 1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan


makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh
karena itu saya memohon saran serta komentar yang dapat saya jadikan motivasi untuk
menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.

Pariaman, 13 juni 2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan

2
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwaadalah
kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress
yang serius (Kusumawati & Hartono, 2011).

Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai


sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi
(0-18 bulan), masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun),
usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa
tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009).

Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun


2011,yang di kutip dari Ikrar (2012),penderita gangguan jiwa berat telah
menempati tingkat yang luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa
berat. Jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di
lautan, yang kelihatannya hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi
yang belum terlacak. Bahkan menurut laporan pusat psikiater Amerika,
dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun pertahun. Berarti gangguan jiwa
berdampak dalam semua segi kehidupan,ekonomi, politik, sosial, budaya,
keamanan, dan seterusnya.

Menurutdata dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di


Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt).
Pada laporan riset kesehatan dasar tahun2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6%
individu yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki
gangguan emosional (Dimyati, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana askep sehat jiwa sepanjang rentang kehidupan?

C. TUJUAN

3
Untuk mengetahui dan memahami tentang askep sehat jiwa sepanjang rentang
kehidupan yang meliputi ibu hamil, bayi, toodler, anak, remaja dan lansia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang.
Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di bawali ini :
a) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.

4
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan.
d) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi.
g) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut.
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu adanya penyakit
infeksi, prosedur infeksi dan trauma pada persalinan sebelumnya harus
didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok risiko
tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
b) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
c) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
d) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan pinggang).
e) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis.
f) Riwayat dan perawalan anemia.
g) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
h) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman
ringan.
i) Merokok (Jumlah batang per hari).
j) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan risiko
terinfeksi toxoplasma.
k) Alergi dan sensitif dengan obat.

5
l) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
m) Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit
kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang
perlu dikumpulkan.
n) Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-
obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan
keluarga untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Rokok yang
digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada ibu dan janin, terulama risiko
mengalami komplikasi.
Pernapasan akibat sebagai perokok pasif. Golongan darah dan tipe
Rhesus ayah penting jika ibu dengan Rh negatif dan kemungkinan
inkompabilitas darah dapat terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
a) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
memengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah
diukur pada posisi duduk dengan lengan sejajar posisi jantung.
Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
b) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi pada
keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu menit
penuh untuk dapat menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa
untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat
dan teratur.
c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.
Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung.

6
Suara napas hams sama bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan
paru bebas dari suara napas abdominal.
d) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu
menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan medis.
b. Sistem Kardiovaskuler
1. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan
vena, yang bisa berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya
terjadi pada tungkai, vulva, dan rektum.
2. Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah pada
ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke ruang intertisial.
Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol menyebabkan
terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema. Edema pada
tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda
dari hipertensi pada kehamilan.
c. Sistem Muskuloskeletal
(1) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan.
Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot punggung dan tungkai.
(2) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk
dapat menentukan kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat
badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang
dari 150 cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur dan berat badan
lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat
menyebabkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan,
persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
(3) Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk persalinan per vaginam.
(4) Abdomen

7
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus
diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih
harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk menetukan
keakuratannya. Pengukuran metode Mc Donald dengan posisi ibu
berbaring.
d. Sistem Neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki
tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah. Pemeriksaan refleks
tendon sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya
komplikasi kehamilan.
e. Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis,
jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti
cloasma gravidarum, serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie
perlu dicatat. Penampang kuku berwarna merah muda menandakan pengisian
kapiler baik.
f. Sistem Endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan
menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g. Sistem Gatsrointestinal
a) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir bebas dari
ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan
estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu
dapat dianjurkan ke dokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.
Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi
b) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk
ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena efek progesteron pada otot
polos, sehingga menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi
bila menderita diare.
h. Sistem Urinarius

8
a) Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal
ini menandakan adanya kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta
hipertensi pada kehamilan.
b) Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada
ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan
gula darah.
c) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau
pemasukan cairan dan makanan yang tidak adekuat.
d) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih
yang biasa terjadi pada ibu hamil.
i. Sistem reproduksi
1) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan pengeluaran
kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada
payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
2) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu diperiksa
dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan parut pada perineum.
3) Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna
merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.

3. Diagnosa Keperawatan

No. DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh a. Terima persepsi diri klien dan a. Untuk memvalidasi
b.d perubahan berikan jaminan bahwa ia perasaannya
penampilan. dapat mengatasi krisis ini. b. untuk meningkatkan
b. Dorong klien melakukan rasa kemandirian.
perawatan diri. c. Keterlibatan dapat
c. Kaji kesiapan klien, kemudian memberikan rasa
9
libatkan klien dalam kontrol dan
pengambilan keputusan meningkatkan harga
tentang perawatan bila diri.
memungkinkan. d. agar klien dapat
d. Berikan kesempatan kepada mengungkapkan
klien untuk menyatakan keluhannya dan
perasaan tentang citra memperbaiki
tubuhnya. kesalahpahaman.
e. Bimbing dan kuatkan fokus e. untuk mendukung
klien pada aspek-aspek positif adaptasi dan
dari penampilannya dan kemajuan yang
upayanya dalam menyesuaikan berkelanjutan
diri dengan perubahan citra
tubuhnya.
f. Berikan informasi sesuai
tingkat pemahaman atau
penerimaan klien
g. Orientasikan klien ke
lingkungan sekitar.
2. Ketakutan b.d a. Berikan informasi sesuai tingkat a. Untuk mengurangi
ketidakbiasaan pemahaman atau penerimaan ansietas klien dan
klien. meningkatkan kerja
b. Orientasikan klien ke lingkungan sama.
sekitar. b. Untuk berorientasi
c. Orientasikan keluarga pada terhadap waktu,
kebutuhan khusus klien dan tempat, orang,
izinkan anggota keluarga kejadian.
berpartisipasi dalam memberikan c. Tindakan ini dapat
perawatan. membantu
d. Atur anggota keluarga untuk memberikan
tinggal bersama klien. dukungan yang
efektif.
d. Untuk membantu
klien mengurangi
10
ketakutannya.
3. Gangguan pola tidur a. Berikan kesempatan klien untuk a. Mendengar aktif
b.d faktor psikologis mendiskusikan keluhan yang dapat membantu
mungkin menghalangi tidur. menentukan
b. Rencanakan asuhan keperawatan penyebab kesulitan
rutin yang memungkinkan pasien tidur.
tidur tanpa terganggu selama b. Tindakan ini
beberapa jam. memungkinkan
c. Berikan bantuan tidur, kepada asuhan keperawatan
klien, seperti bantal, mandi yang konsisten dan
sebelum tidur, makanan atau memberikan waktu
minuman, dan bahan bacaan. untuk tidur tanpa
d. Ciptakan lingkungan tenang yang terganggu.
kondusif untuk tidur. c. Susu dan beberapa
e. Berikan pendidikan kesehatan kudapan tinggi
kepada klien tentang teknik protein, seperti keju
relaksasi. dan kacang, higiene
pribadi secara rutin,
yang dapat
mempermudah
tidur.
d. Tindakan ini dapat
mendorong istirahat
dan tidur.
e. Upaya relaksasi
yang bertujuan
biasanya dapat
membantu
meningkatkan tidur.
4. Ansietas b.d a. Kaji tingkat ansietas (ringan, a. Untuk mengurangi
ancaman terhadap sedang, berat, panik). tingkat kecemasan.
konsep diri atau b. Beri kenyamanan dan b. Untuk mengurangi
status peran sekunder ketentraman hati pada klien. rasa khawatir klien.
akibat kehamilan c. Singkirkan stimulasi yang c. Agar klien menjadi

11
berlebihan. lebih tenang.

B. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI

1. Pengkajian

Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan bayi,


ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diawali dengan
kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan psikososial
berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak
terpenuhi maka akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah
besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan baru.

Karakteristik Perilaku :
Target perkembangan Perilaku Bayi

Perkembnngan yang normal : a. Tidak langsung menagis saat bertemu


berkembangnya rasa percaya dengan orang lain
b. Menolak saat digendong oleh orang yang
12
tak dikenalnya
c. Menangis saat digendong oleh orang yang
tak dikenalnya
d. Menangis saat tidak nyaman (basah, lapar,
haus, sakit, panas)
e. Bereaksi senang saat ibunya datang
menghampiri
f. Menangis saat ditinggalkan ibunya
g. Memperhatikan/memandang ayah ibunya/
orang yang mengajaknya bicara
h. Mencari suara ibu/orang lain yang
memasnggil namanya

Penyimpangan perkembangan : a. Menangis menjerit-jerit saat ditinggal


berkembangnya rasa tidak percaya ibunya
b. Tidak mau berpisah sama sekali dengan
ibunya
c. Tidak mudah berhubungan dengan orang
lain
d. Menangis Berkepanjangan
e. Agitasi yang berlebihan

13
2. Diagnosa Keperawatan

POTENSIAL (NORMAL) RESIKO (PENYIMPANGAN

Berkembangnya rasa percaya Resiko berkembangnya rasa tidak


kepercayaan

3. Intervensi Keperawaran

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Perkembangan a. Menjelaskan perilaku yang a) Jelaskan pengertian


yang normal : menggambarkan perkembangan psikososial,
rasa percaya
perkembangan yang karakteristik perilaku bayi
normal dan menyimpang. yang normal dan menyimpang
b. Menjelaskan cara b) Jelaskan cara memupuk rasa
menstimulasi percaya bayi pada
perekembangan awalnya. ibu/keluarga
c. Mendemostrasikan cara  Panggil bayi sesuai
menstimulasi namanya
perkembangan anaknya.  Berespon secara konsisten
d. Merencanakan tindakan terhadap kebutuhan bayi
menstimulasi  Susui segera saat bayi
perkembangan anaknya.

14
menangis
 Ganti popok/ celana bila
basah atau kotor
 Lindungi dari bahaya
jatuh
 Kurangi stres bayi dengan
cara : rawat bayi dengan
kasih sayang, memeluk,
menggendong, mengeloni
dengan tulus dan sepenuh
hati.
 Memberikan lingkungan
yang aman dan nyaman
bagi bayi Mengajak bayi
bermain
 Mengajak bayi bicara saat
sedang merawat bayi

2. Penyimpangan a. Merasa aman dan nyaman a. Informasikan penyebab rasa


perkembangan:ra b. Dapat mengambang kan tidak percaya bayi
sa tidak percaya
rasa percaya b. Ajarkan cara menjalin
hubungan saling percaya
dengan bayi :
 Memenuhi kebutuhan
dasar : makan, minum,
kebersihan, BAB/BAK,
istirahat/tidur, bermain
 Memenuhi rasa aman dan
nyaman : melindungi bayi
dari rasa sakit, panas,
cedera (jatuh, tidak
membiarkan

15
sendirian,berikan kasih
sayang)

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA TODDLER

1. Pengertian
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak usia 18 bulan – 3 tahun
adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian
dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari dunianya.
Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti selalu dilindungi atau
dikendalikan, maka anak akan merasa ragu – ragu, takut, tidak berani, dan malu untuk
melakukan aktivitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Oleh karena itu
orang tua dan pengasuh penting untuk memahami dan memiliki kemampuan dalam
menstimulasi anak untuk mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandirian.

2. Penyebab
Perkembangan psikososial pada usia toddler usia 18 bulan – 3 tahun, adalah
proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan
cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari dunianya.
Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti terlalu dilindungi atau
dikendalikan, maka anak - anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu
untuk melakukan aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu
penting bagi orangtua atau pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan dan
pengetahuan dalam menstimulasi anak untuk mencapai tugas perkembangannya yaitu
kemandirian.

16
3. Pengkajian
1) Bergaul dan mandiri :
a. Mengenal dan mengakui namanya
b. Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
c. Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api, air, ketinggian,
warna dan bentuk benda)
d. Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah misalnya minum
sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiriBertindak semaunya sendiri dan
tidak mau diperintah
e. Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
f. Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya.
g. Hanya sebentar mau berpisah dengan orangtua.
h. Menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
i. Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
j. Mampu menyatakan akan buar air besar dan buang air kecil
2) Motorik kasar
Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2 hitungan
3) Motorik halus
Mampu membuat garis lurus
4) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2 kata.
4. Analisa Data
a. Data Subjektif :
1) Klien mengenal dan mengakui namanya
2) Klien sering mengatakan : “jangan/tidak/nggak”
3) Klien banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api, air, ketinggian,
warna dan bentuk benda)
4) Klien mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
b. Data Objektif :
1) Klien mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
2) Klien mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya.
3) Klien mau berpisah dengan orangtua hanya sebentar
4) Klien menunjukkan rasa suka dan tidak suka.

17
5) Klien mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
6) Klien suka membantah dan tidak menurut perintah
5. Intervensi keperawatan
NO TUGAS INTERVENSI
PERKEMBANGAN

1. Untuk anak a. Latih anak-anak melakukan kegiatan secara mandiri.


b. Puji keberhasilan yang dicapai anak
c. Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi
memberikan alternatif untuk memilih.
d. Hindari suasana yang membuatnya bersikap negatif
(memisahkan dengan orangtuanya, mengambil
mainannya, memerintah untuk melakukan sesuatu)
e. Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun
perbuatan.
f. Berikan mainan sesuai usianya (boneka, mobil-
mobilan, balon, bola, kertas gambar dan pensil
warna )
g. Saat anak mengamuk (temper tantrum) pastikan ia
aman dari bahaya cedera kemudian tinggalkan, awasi
dari jauh.
h. Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, yang baik dan yang buruk dengan
kalimat positif.

2. Untuk keluarga Informasikan pada keluarga cara yang dapat dilakukan


untuk :
a. Memfasilitasi perkembangan psikososial anaknya.
 Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa
ingin tahu anak seperti bermain tanah, pasir, lilin,
membuat mainan kertas, mencampur warna,
menggunakana cat air, melihat
barang/binatang/tanaman/orang yang menarik
perhatiannya dengan tetap menjaga keamanannya.

18
 Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan
sesuatu yang diinginkan tetapi tetap memberi
batasan. Misalnya membolehkan anak memanjat
dengan syarat ada yang mendampingi/mengawasi
atau mengajarkan cara agar tidak jatuh
b. Menstimulasi /latihan perkembangannya :
 Melatih anak melompat ke depan dengan kedua
kaki diangkat bersamaan.
 Mengajak anak bermain menumpuk dan
menyusun balok /kubus/ kotak menjadi “menara”,
“jembatan” dan lain-lain.
 Melatih anak memilih dan mengelompokkan
benda menurut jenisnya. (kancing, kelereng, uang
logam dan lain-lain)
 Melatih anak menghitung jumlah benda

D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA PRA SEKOLAH

1. Pengkajian

a. Keluarga

a) Pengetahuan keluarga
b) Peran orang tua
b. Anak
Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun. Berat badan
rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg terkait dengan nutrisi anak.
b) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi otot besar
dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik, berjalan naik dan turun
dengan mudah dan belajar untuk melompat.
19
d) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
e) Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
f) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
g) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang perilaku
yang disadari secara sosial benar atau salah.
h) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang memungkinkan
penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda.
i) Perkembangan psiko-sosial
j) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
k) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih sosial, mereka
berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
l) Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup mereka,
sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak
mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan makan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
b. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa

3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI

1. Resiko keterlambatan a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan


pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
berhubungan dengan; b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak
a) Orang tua kurang dalam seluruh area fungsi, menggunakan alat
pengetahuan pengkajian yang spesifik.
b) Dukungan orang tua yang c) Dorong untuk perawatan diri: merias diri
tidak adekuat, tidak sesuai sendiri, memakai baju sendiri, perawatan mulut,
c) Stressor yang berkaitan perawatan rambut.
dengan sekolah d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang

20
d) Keterbatasan kesempatan sering dan dengan berbagai mainan.
untuk memenuhi kebutuhan e) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali
sosial, bermain atau lingkungan bermain.
pendidikan sekunder, akibat: f) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan
 Kehilangan kemampuan mengajukan permintaan.
untuk berkomunikasi g) Beri pujian untuk perilaku yang positif.
 Kurang stimulasi
 Sedikitnya orang
terdekat
 Kehilangan teman
sebaya.

2. Defisit pengetahuan orang tua a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan
berhubungan dengan kurangnya yang sesuai dengan kelompok usia.
informasi mengenai b) Beri pendidikan kesehatan atau informasi
pertumbuhan dan perkembangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
anak anak.

3. Hambatan interaksi sosial a) Menggambarkan perilaku yang memengaruhi


berhubungan dengan hambatan sosialisasi.
bahasa b) Bermain peran sesuai respon.
c) Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku
positif dan negatif.
d) Ajarkan orang tua untuk:
 Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
 Membuat kontak mata sebelum memberi
instruksi dan minta anak untuk mengulangi
apa yang dikatakan.

E. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

1. Pengkajian

21
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji
keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi,
riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status
mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
a) Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat
orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi,
penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu,
aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan,
jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan
kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan
eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut,
pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik
lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik
terhadap perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar
dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
c) Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi
ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap
waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Pemeriksaan atatus mental
meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara
bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.Pengkajian terhadap
hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya, yang
penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
d) Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak,
biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk
mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.

22
Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui
pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga
diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang
telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian
dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam
keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis),
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R
(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).

2 . Intervensi / Rencana Keperawatan


Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti
modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan lingkungan anak. Untuk anak
yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
b. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensive
c. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
d. Membantu mengembangkan identitas diri anak
e. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan
terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
f. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
g. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
i. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

F. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA REMAJA

1. Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan
interpretasi pola perilaku, yang mencakup informasi sebagai berikut :
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
c. Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran tentang bunuh
diri atau membunuh orang lain)
23
d. Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
e. Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah)
f. Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out, menarik diri)
g. Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
h. Persepsi remaja tentang/dan kepuasan terhadap keadaan kesehatan
i. Tujuan kesehatan remaja
j. Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
k. Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah dan
keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat)
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik pada
masa lalu maupun sekarang yang diperoleh dari remaja itu sendiri, keluarganya atau
orang lain. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh remaja berkaitan dengan citra
diri, idenditas diri, kemandirian, seksualitas, peran sosial dan perilaku seksual yang
menimbulkan perilaku adaptif maupun maladaptive.
Dalam berkomunikasi dengan remaja, perawat harus mengerti bahwa :
a. Perasaan dan konflik cenderung diekspresikan melakukan perilaku kasar dari pada
secara verbal
b. Remaja mempunyai bahasa mereka sendiri
c. Kata-kata kotor sering diucapkan oleh remaja, terutama remaja yang sangat
terganggu
Banyak data yang dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku remaja,
cara berpakaian dan lingkungannya
Perawat yang mempelajari keterampilan mewawancarai dan menggunakan
pesan nonverbal dapat memanfaatkan ketrampilannya dalam berkomunikasi dengan
remaja secara verbal. Dalam usahanya menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang
pesat, remaja mengalami ketegangan karena konflik antara kebutuhan akan rasa
tergantung dan keinginan untuk mandiri. Menurut para ahli remaja bahwa kemandirian
berarti melepaskan diri dari kendali orang tua, tanpa menyadari bahwa kemandirian
terjadi melalui suatu proses belajar yang terjadi secara bertahap.

2. Perencanaan dan implementasi


Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku seksual,
keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku antisocial,

24
perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang, hypochandriasis, masalah
diit/makan, dan takut sekolah.
Untuk mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang tuanya,
maka sangat perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal langsung
dengan remaja. Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal yang dialami
remaja sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif dan menentukan
masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah pertama dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Perawat kemudian menentukan tujuan jangka
pendek berdasarkan respons maladaptive dengan memperhatikan kekuatan yang
dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka panjang.
Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara berkala
untuk memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan mempertimbangkan masalah
baru. Sangat penting untuk mengkaji dan mengevaluasi proses keperawatan pada
remaja. Implementasi kegiatan perawat meliputi :

a) Pendidikan pada remaja dan orang tua


Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan
informasi mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang, masalah
seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula informasi
mengenai perilaku remaja dan memahami konflik yang dialami mereka, orang tua,
guru dan masyarakat akan lebih suportif dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat
membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan
menimbulkan perubahan hubungan yang positif.
b) Terapi keluarga

25
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis
dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada
remaja. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan
perbedaan yang terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat
berinteraksi dan membantu keluarga.
c) Terapi kelompok
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat
dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap
tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah dibahas.
d) Terapi individu
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan
mendapat pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang
bertujuan singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat
ketika berkomunikasi dengan remaja antara lain penggunaan teknik berdiam diri,
menjaga kerahasiaan, negativistic, resistens, berdebat, sikap menguji perawat,
membawa teman untuk terapi, dan minta perhatian khusus.
3. Evaluasi
Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, masalah remaja lebih sering
dihadapi oleh perawat. Perawat harus waspada untuk tidak memihak baik pada remaja
maupun orang tua. Remaja cenderung impulsive dan secara tidak disadarinya
menghambat perkembangan terapi. Walaupun proses penyembuhan biasanya berjalan
lambat, perawat tetap perlu menyadari kemajuan yang dialami remaja dan bahkan
membantu remaja untuk melihat perbaikan yang telah dicapai, tidak saja dalam
perilakunya tetapi juga secara menyeluruh. Apabila kriteria keberhasilan ditulis secara
jelas dengan menggunakan istilah perubahan yang ingin dicapai, maka kriteria ini dapat
dipakai untuk mengukur efektifivitas intervensi keperawatan.

G. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA DEWASA

1. Pengertian

Tahap perkembangan manusia usia 25-65 tahun dimana pada tahap ini
merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari

26
hal ini, apabila apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan
ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan.

2. Karakteristik Perilaku

Karakteristik Normal

a. Menilai pencapaian hidup


b. Merasa nyaman dengan pasangan hidup
c. Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
d. Membimbing dan menyiapkan generasi dibawah usianya secara arif dan bijaksana
e. Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
f. Kreatif: mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat
g. Produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain,
mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
h. Perhatian dan peduli dengan orang lain: memperhatikan kebutuhan orang lain.
i. Mengembangkan minat dan hobi.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Kesiapan meningkatkan koping

Definisi: suatu pola upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan/
permintaan yang adekuat untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.

Batasan Karakteristik:

1. Menunjukkan keinginan meningkatkan manajemen stressor


2. Menunjukkan keinginan meningkatkan pengetahuan tentang strategi manajemen
stress baru
3. Menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan rentang strategi berorientasi
emosi
4. Menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan rentang strategi berorientasi
masalah
5. Menunjukkan keinginan meningkatkan dukungan social
6. Menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan sumber-sumber spiritual
7. Menyadari kemungkinan perubahan lingkungan

b. Kesiapan Meningkatkan Pengambilan Keputusan

Definisi: Suatu pola pemilihan urutan tindakan yang cukup untuk memenuhi
tujuan terkait kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
ditingkatkan.

Batasan Karakteristik:

27
1. Menyatakan keinginan meningkatkan analisis risiko keuntungan terhadap
keputusan.
2. Menyatakan keinginan meningkatkan keharmonisan keputusan dengan nilai
sosiokultural
3. Menyatakan keinginan meningkatkan keharmonisan keputusan dengan nilai
4. Menyatakan keinginan meningkatkan keharmonisan keputusan dengan tujuan
sosiokultural
5. Menyatakan keinginan meningkatkan keharmonisan keputusan dengan tujuan
6. Menyatakan keinginan meningkatkan pemahaman tentang makna pilihan
7. Menyatakan keinginan meningkatkan pemahaman tentang pilihan untuk
mengambil keputusan
8. Menyatakan keinginan meningkatkan pengambilan keputusan
9. Menyatakan keinginan meningkatkan penggunaan data reliable untuk
keputusan
4. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI

1. Kesiapan meningkatkan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4


koping x 24 jam pasien dapat meningkatkan koping
dengan maksimal.

Dengan kriteria hasil sebagai berikut:

a. Rencana untuk masa depan ditingkatkan dari


tidak pernah menunjukkan (skala 1) menjadi
secara konsisten menunjukkan (skala 5).
b. Memperoleh dukungan yang diperlukan
ditingkatkan dari tidak pernah menunjukkan
(skala 1) menjadi secara konsisten
menunjukkan (skala 5).
c. Mempertahankan harga diri postif
ditingkatkan dari tidak pernah menunjukkan
(skala 1) menjadi secara konsisten
menunjukkan (skala 5).
d. Mengungkapkan kinerja yang akan mengarah
ke hasil yang diinginkan ditingkatkan dari
tidak pernah menunjukkan (skala 1) menjadi
secara konsisten menunjukkan (skala 5).

2. Kesiapan meningkatkan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3


pengambilan keputusan x 24 jam pasien dapat menemukan tujuan dalam
pengambilan keputusan.

28
Dengan kriteria hasil sebagai berikut:

a. Kemauan untuk menghubungi orang lain


untuk meminta bantuan ditingkatkan dari
tidak adekuat (skala 1) menjadi sepenuhnya
adekuat (skala 5).
b. Dukungan emosi yang disediakan oleh orang
lain ditingkatkan dari tidak adekuat (skala 1)
menjadi sepenuhnya adekuat (skala 5).

H. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA LANSIA


1. Pengkajian

Demensia adalah suatu keadaan dimana sesorang mengalami penurunan


kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran.
Observasi perilaku lansia dengan demensia (data objektif)

29
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang kebersihan diri
c. Rentan thd kecelakaan; jatuh
d. Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
e. Tremor
f. Kurang koordinasi gerak
g. Aktivitas terbatas
h. Sering mengulang kata-kata

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan proses piker, pikun/pelupa


b. Resiko cidera: jatuh

3. Tindakan Keperawatan

Gangguan proses pikir; pikun/pelupa

Tujuan agar pasien mampu mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan tempat
melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan jiwa merupakan kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, sosial sehingga individu tersebut menyadari kemamluan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi
untuk komunitasnya.
Kesehatan jiwa yaitu suatu kondisi mental sejahtera yang harmonis dan produktif
dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress

30
kehidupan dengan wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan
baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain.
Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak
dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18
bulan), masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia
sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa tengah
(35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun)

B. SARAN

Bagi keluarga Hendaknya keluarga selalu memantau dan mengontrol perkembangan


kesehatan jiwa anggota keluarganya, khususnya perkembangan psikososial karena pola
perkembangan psikososial sangatlah berpengaruh terhadap pola perkembangan seorang
individu selanjutnya dalam melakukan orientasi dan komunikasi terhadap orang lain, dan
untuk perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti secara teoritis mengenai
perkembangan psikososial dan kesehatan jiwa pada klien karena ini sangat penting dan
berpengaruh terhadap bagaimana cara perawat dalam melakukan komunikasi kepada klien
pada saat akan melakukan tindakan dan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/407099320/makalah-kel-4-askep-sehat-jiwa-docx

Dariyo, A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : PT Refika
Aditama

Mansur, H. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika

Keliat, B. A. 2006. Modul IC-CMHN. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia
31

Anda mungkin juga menyukai