Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

“SISTEM PELAYANAN KESEHATAN”

DISUSUN OLEH

MUTIA

NIM : 180101021

DOSEN PEMBIMBING

Ns.SRI AMELIATI.S.KEP

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

2018/2019

KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah Saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan judul
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN. .

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Ucapan terima kasih dan puji syukur saya sampaikan kepada Allah dan semua pihak yang
telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini..

Saya selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah ini,
namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu saya
memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan
pedoman dimasa yang akan datang.

Pariaman , 15 oktober
2018

MUTIA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relatif belum profesional. Hal
ini bisa dilihat dengan adanya kemampuan profesional terbatas, pengaturan tugas yang kurang
efektif, dan fasilitas maupun alat yang kurang memadai. Kondisi seperti ini terjadi akibat relatif
masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun adanya krisis moral para perilaku
pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan.

Di sisi lain, era globalisasi dengan berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayanan
rumah sakit yang semakin kompetitif menuntut petugas kesehatan untuk bertindak profesional.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu
manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan.

2. TUJUAN

1.Mahasiswa dapat membedakan antara sistem pelayanan kesehatan masyarakat dengan sistem
pelayanan kedokteran
2. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
3. mahasiswa dapat memahami kebijakan kesehatan era otonomi daerah

4. mahasiswa dapat memahami manajemen asuhan keperawatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERBEDAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN PELAYANAN


KEDOKTERAN

Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kedokteran


Tenaga pelaksananya terutama para ahli Tenaga pelaksananya terutama para dokter
kesehatan masyarakat

Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit

Sasaran utamanya adalah masyarakat secara Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga
keseluruhan

Selalu berupaya mencari cara yang efesien Kurang memperhatikan efesiensi

Boleh menarik perhatian masyarakat Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan
dengan etika kedokteran

Menjalani fungsi dengan mengorganisir Menjalani fungsi perseorangan dan terikat dengan
masyarakat dan didukung dengan undang-undang undang-undang

Penghasilan berupa gaji dari pemerintah Penghasilan diperoleh dari imbal jasa

Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat Bertanggung jawab hanya kepada penderita

Dapat memonopoli upaya kesehatan Tidak boleh memonopoli upaya kesehatan

Menghadapi berbagai masalah kepemimpinan Masalah administrasi amat sederhana


B. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

1. Profesionalisme Tenaga Medis

Banyak masyarakat yang dikecewakan oleh sistem pelayanan kesehatan nasional.


Mahalnya biaya seolah-olah membuat kesehatan hanya berhak dinikmati oleh orang yang
memiliki banyak uang. Biaya yang mahal tersebut anehnya seringkali tidak diikuti dengan layanan
yang baik. Malpraktek seringkali terjadi. Pasien pun seringkali bersikap pasrah dengan tidak
melakukan tuntutan hukum sama sekali. Kepasrahan mereka sebenarnya cukup beralasan karena
mereka juga mengerti bagaimana bobroknya sistem peradilan di Indonesia.

Banyak sekali yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
Indonesia. Salah satunya adalah mengubah paradigma berpikir untuk menjadi seorang dokter.
Banyak orang berniat menjadi dokter untuk memperoleh kekayaan dan kehormatan. Ketika
mereka memutuskan untuk menjalani proses tersebut, ternyata apa yang mereka alami tidak
semudah yang dibayangkan. Banyak proses berat yang harus dilalui. Mulai dari durasi belajar
yang sangat lama, belum lagi harus praktek ke daerah-daerah terpencil. Setelah itu harus membuka
praktek dan melanjutkan sekolah lagi untuk mengambil spesialisasi. Benar-benar jalan yang
sangat panjang dan berliku untuk mendapatkan kekayaan.

Untuk itu, pemikiran dan niat awal dalam menjadi seorang dokter harus dirubah. Menjadi
dokter berarti menjadi pelayan kesehatan. Ya, menjadi “pelayan”. Seorang dokter harus
mempunyai niat yang tulus dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Mereka yang
berniat menjadi dokter haruslah karena panggilan hati untuk menolong orang lain. Tanpa
dorongan dari hal tersebut, pilihan menjadi dokter akan menjadi mimpi buruk bagi yang
menjalankannya.

2. Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Indonesia

                Manajemen yang diterapkan di jajaran Departemen Kesehatan, lebih mengacu kepada
konsep yang disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-fungsi ; perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan pelaksanaan (actuating), pengawasan dan
pengendalian (controlling).

·         Manajemen Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Fungsi manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar meliputi ;
perencanaan,pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.

a.       Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena
perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya
pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yang
dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan pengadaan obat dan logistik, yang disusun
berdasarkan pola konsumsi dan pola epidemiologi, (b) perencanaan tenaga professional
kesehatan, dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan
bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara lain ; ketergantungan pasen, beban
kerja, dll.

b.      Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang
dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya.
Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, sama hal
dengan di organisasi lainnya.

c.       Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan hotel atau
penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit (pasen) dan keluarganya, serta
pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologis akibat penyakit yang diderita oleh
anggota keluarganya yang sedang dirawat.  Kompleksitas fungsi penggerakan
pelaksanaan di RS sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan
kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan
(customer service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh dengan sempurna,
sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan diarahkan
untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat
kompleks,karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

d.      Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk  mengamati secara terus
menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk
menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas.  Dari standar
tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai
hasil kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ; perawat, bidan dan dokter
maupun tenaga administratif.

·                  Manajemen Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi


sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan pembinaan,
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat  di suatu wilayah
tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek; 
promotif, preventif, kuratif,  dan rehabilitatif. Upaya yang dilakukan untuk menjalankan
misi Puskesmas, antara lain:

a.       Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa.

b.      Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan dua cara ; (1) quality of care yaitu
peningkatan kemampuan profesional tenaga kesehatan dalam menjalankan
profesinya (dokter,perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh organisasi profesi, (2)
quality of service, yaitu  peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana,
dan menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (Puskesmas)

c.       Pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat

d.      Sistem rujukan di tingkat pelayanan dasar

e.       Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)

3. Fakta Tentang Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia

         a. peredaran obat palsu

Razia pihak berwajib yang mengungkap manipulasi tanggal kedaluwarsa obat


dalam jumlah besar belum lama ini kembali mengingatkan kita bahwa praktik peredaran
obat palsu sesungguhnya tidak pernah benar-benar mati di Indonesia. Padahal, sudah
banyak aturan dan code of conduct dibuat dan razia berkala juga terus dilakukan terhadap
pelaku.

Meskipun Departemen Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM)
menyatakan obat palsu di Indonesia tidak sampai 1 persen dan jumlah temuan kasus terus
menurun dari 268 kasus (tahun 2003) menjadi 219 (2004), 266 (2005), dan 146 (2006),
jumlah dan jenis obat yang dipalsukan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan porsi obat palsu di Indonesia


mencapai 25 persen. Angka versi Food and Drug Administration (semacam Badan POM-nya
Amerika Serikat) bahkan menyebutkan 30-40 persen. Peredaran obat palsu, menurut WHO,
sudah menjadi epidemi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Bayangkan, kalau konsumsi obat di Indonesia sekitar Rp 25 triliun per tahun,


berapa omzet bisnis sindikat pemalsu dan perdagangan obat palsu ini.

b.      Ketidakpuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan

Ketidak puasan terhadap pelayanan kesehatan yang diterima lebih mengemuka


terhadap pelayanan rawat jalan yang diupayakan oleh pemerintah (RS, Puskesmas, Pustu)
daripada pelayanan oleh swasta (RS, klinik, praktek dokter). Kepuasan terhadap
pelayanan rawat inap RS Pemerintah secara umum lebih rendah dibandingkan pelayanan
rawat inap RS Swasta. Ketidak puasan pelaynanan rawat inap tampak lebih menonjol
pada pelayanan praktek tradisional.

c.      Akses Pelayanan Kesehatan Yang Belum Merata

Pelayanan rawat jalan: Di antara penduduk yang mengeluh sakit dalam 1 bulan  
terakhir 40 % yang melakukan rawat jalan. Pelayanan kesehatan yang banyak
dimanfaatkan untuk rawat jalan adalah praktek dokter dan praktek petugas kesehatan
masing masing 27,5 %, diikuti Puskesmas (23,6 %), Pustu (6,6 %), RS Pemerintah (5,3
%) dan RS Swasta (4 %). Penduduk miskin lebih memanfaatkan pelayanan rawat jalan
Pustu dan praktek petugas kesehatan sedangkan penduduk kaya lebih memanfaatkan
pelayanan RS Pemerintah, RS Swasta dan praktek dokter. Pemanfaatan Puskesmas
hampir merata menurut strata ekonomi. Dibandingkan kawasan Sumatra dan Jawa Bali,
penduduk Kawasan Indonesia Timur lebih banyak memanfaatkan Puskesmas dan Pustu
untuk rawat jalan.

Pelayanan rawat inap: Pelayanan kesehatan untuk rawat inap yang banyak
dimanfaatkan adalah RS Pemerintah (37,1 %) dan RS Swasta (34,3 %) diikuti Rumah
Bersalin ( 13,7 %), Puskesmas (10,7 %). Penduduk miskin lebih banyak memanfaatkan
pelayanan Puskesmas untuk rawat inap sedangkan penduduk kaya lebih akses pada RS
Swasta. RS Pemerintah lebih banyak dimanfaatkan penduduk Kawasan Timur Indonesia.

4. Upaya Untuk Meningkatkan Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia

            Kebijakan Kesehatan dalam lima tahun ke depan :

1. Penelitian dan pengembangan bidang system dan kebijakan kesehatan

 Menyusun agenda riset


 Melakukan penelitian utntuk menghasilkan informasi
   Melakukan penelitian untuk menghasilkan alat, teknologi dan produk baru

2.Pengembangan tenaga peneliti, sarana dan prasarana penelitian

 Rekuitmen tenaga peneliti yang terencana


 Melaksanakan pelatihan teknis
   Meningkatkan apresiasi kerja peneliti

3. Melengkapi sarana dan prasarana kesehatan


4. Mencanangkan sistem pelayanan berbasis dokter keluarga untuk suatu komunitas dengan
1 dokter untuk melayani 2500 penduduk
5. Menetapkan kebijakan kegiatan pelaksanaan pelayanan medik yang spesifik untuk
daerahnya yang mengacu pada pedoman pelaksanaan kegiatan pelayanan medik yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pelayanan Medik.
6. Menetapkan kebijakan teknis di bidang pelayanan medik yang spesifik untuk daerahnya
dan tetap mengacu pada pedoman pelayanan medik yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pelayanan Medik dan kemampuan masyarakat setempat serta pemerintah daerah.
7. Menjamin terlaksananya pelayanan medik di Puskesmas, Balai Kesehatan, tempat
praktik, Rumah Bersalin dan Rumah sakit.
8. Melakukan pembinaan teknis, pembinaan kepada institusi dibawahnya.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan medik di wilayah kerjanya

C. KEBIJAKAN KESEHATAN ERA OTONOMI DAERAH

A. KEBIJAKAN KESEHATAN

1.Definisi
Analisisi kebijakan kesehatan adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau
tidak, dalam mengambil kebijakan di bidang kesehatan berlandaskan atas manfaat yang
optimal yang akan diterima oleh masyarakat.

2. Kebijakan kesehatan di Indonesia


a. Visi : Departemen kesehatan sebagai penggerak pembangunan kesehatan menuju
terwujudnya indonesia sehat
b. Misi :

 Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel


 Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan
 Memberdayakan masyarakat dan daerah
 Melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional

c.Tujuan
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya Tujuan tersebut
dicapai melalui pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan serta pemantapan fungsi-
fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan, ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan serta hukum kesehatan

d. Sasaran
 Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan yang
menunjang pembangunan kesehatan
 Terbentuk dan terselenggaranya sistem informasi manajemen kesehatan yang
ditunjang oleh sistem informasi manajemen kesehatan daerah
 Terlaksananya dan termanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
dalam mendukung pembangunan kesehatan
 Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan perilaku sehat
 Terselenggaranya advokasi dan pengawasan oleh perorangan, kelompok dan
masyarakat dibidang kesehatan
 Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan
kejadian luarbiasa
 Tersedianya pembiayaan kesehatan yang cukup , adil, berdaya guna dan berhasil
guna
 Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi dan distribusinya
merata.

3. Program kesehatan yang terkait dengan kebijakan kesehatan


 Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
 Kebijakan program lingkungan sehat
 Kebijakan program upaya kesehatan
 Kebijakan program pelayanan kesehatan
 Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
 Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
 Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
 Kebijakan program sumber daya kesehatan
 Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

B. OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (wikepedia.com).

Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu


wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat
itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk
pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah
lingkungannya. Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi
kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan
kemampuan dalam berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu,
seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama.
Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah
berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.
(wikepedia.com)

C. PARADIGMA KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH

Konsepsi kebijakan otonomi daerah Kebijakan desentralisasi memiliki tujuan utama,


yaitu tujuan politik dan tujuan administratif. Tujuan politik, diarahkan untuk memberi
ruang gerak masyarakat dalam tataran pengembangan partisipasi, akuntabilitas,
transparansi dan demokrasi. Disisi lain dari pendekatan aspek pendemokrasian daerah,
memposisikan Pemerintahan Daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat
di tingkat lokal. Diharapkan pada saatnya, secara agregat daerah memberikan kontribusi
signifikan tehadap perkembangan pendidikan politik secara nasional, dan terwujudnya civil
society. Sedangkan tujuan administratif, memposisikan Pemerintah Daerah sebagai unit
pelayanan yang dekat dengan masyarakat yang diharapkan dapat berfungsi maksimal
dalam menyediakan pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berdasarkan tujuan politik dan administratif tersebut diatas, memberikan kejelasan


bahwa misi utama dari keberadaan Pemerintahan Daerah, adalah bagaimana
mensejahterakan warga dan masyarakatnya melalui penyediaan pelayanan publik secara
efektif, efisien dan ekonomis, dengan cara-cara yang demokratis. Konsep kebijakan
pemberian otonomi luas,nyata dan bertanggung jawab pada dasarnya diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Melalui peningkatan pelayanan
publik dan pemberdayaan peran serta masyarakat, daerah diharapkan mampu
mengembangkan kreativitas, inovasi, dan dengankomitmennya berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pada pada saatnyadiharapkan mampu
mengembangkan potensi unggulannya dan mendorong peningkatan dayasaing daerah, serta
meningkatkan perekonomian daerah.
9 Prinsip otonomi yang nyata, adalah memberikan diskresi atau keleluasaan
kepadadaerah untuk menyelenggarakan urusan atau kewenangan bidang pemerintahan
tertentu yangsecara nyata ada dan diperlukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
urusan yang secaranyata hidup dan berkembang, di masyarakat daerah yang bersangkutan.
Sedangkan prinsip otonomi yang bertanggung jawab, berkaitan dengan tugas,
fungsi, tanggungjawab dan kewajiban daerah di dalam pelaksanaan penyelenggaraan
otonomi daerah. Artinya Daerah harus mempertanggung-jawabkan hak dan kewajibannya
kepada masyarakat atas pencapaiantujuan otonomi daerah.Wujud tanggung jawab tersebut
harus tercermin dan dibuktikan dengan peningkatanpelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik berdasarkan prinsip-prinsippelayanan publik, pengembangan
demokrasi, keadilan dan pemerataan bagi masyarakatdaerahnya. Disamping itu, wujud
pelaksanaan tanggung jawab daerah di dalampenyelenggaraan otonomi daerah juga harus
didasarkan pada hubungan yang serasi antarsusunan pemerintahan dan kebijaksanaan
pemerintahannasional.
Otonomi daerah yang luas, tidak bermakna atau tidak berarti daerah dapat
semenamena atau sebebas-bebasnya melakukan tindakan dan perbuatan hukum
berdasarkan seleradan keinginan yang mengedepankan ego daerah. Penyelenggaraan
otonomi yang luas, harus sejalan, selaras dan dilaksanakan bersama-sama dengan prinsip
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, dan memperhatikan keserasian hubungan
antar pemerintahan daerah danpemerintah nasional.Konsep Kebijakan Pelayanan Publik
pada Era Otonomi Daerah Paradigma kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah
yang diatur melaluiberbagai macam Peraturan Perundang-undangan, hakekatnya untuk
mewujudkan kepemerintahan yang baik.
Otonomi daerah memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk
semakin memahami hak-haknya mendapatkan pelayanan dari pemerintah daerah, termasuk
peran dan hak-hak perempuan di dalam mendapatkan akses pelayanan, kesetaraan
perlakuan dan kesempatan luas untuk beraktivitas diranah birokrasi publik.Masyarakat
semakin kritis dan berani untuk menyampaikan aspirasi dan melakukan control terhadap
apa yang dilakukan oleh pemerintah daerahnya. Harus diakui, pelaksanaan otonomi daerah
dewasa ini, dengan kekurangan dan kelebihannya belum berpengaruh signifikan terhadap
kehidupan masyarakat, terutama dalam proses memberdayakan masyarakat (empowering)
dan memberikan pendidikan politik (demokrasi). Dilihat dari tujuan pemberian otonomi,
kondisi dan perkembangan masyarakat yang dinamis tersebut,memberikan sinyal
peringatan bagi pemerintah daerah untuk bersikap arif. Dinamika masyarakat tersebut,
harus ditempatkan sebagai tantangan konstukrif yang harus disikapipositif oleh para
pemimpin/pengambil kebijakan dan jajaran aparatnya,di dalam memberikan pelayanan
publik yang sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.
Konsep kebijakan pelayanan publik yang dikemas melalui produk hukum
dan/atau kebijakan daerah, umumnya masih didasarkan pada pendekatan kekuasaan
kewenangan yang lebih mengedepankan kepentingan pemerintah daerah dan/atau
birokrasi,dan belum berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat.Konsep
kebijakan pelayanan publik di era otonomi daerah, pada hakekatnya ditujukan dan
berorientasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (citizen). Disisi lain,
kebijakan pelayanan publik diarahkan guna memberdayakan (empowerment) staf
danmasyarakat, yang secara bersama-sama saling berinteraksi dalam mendukung
meningkatnya kualitas pelayanan. Bobot kebijakan pelayanan yang berorientasi pelayanan
umum,seharusnya untuk kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang kurang mampu atau
miskin(marjinal), bukan mengutamakan hak-hak atau kepentingan kalangan yang
berkemampuanatau pengusaha. Diperlukan keseimbangan mind set dari para
penyelenggara pelayanan, didalam menyikapi kepentingan masyarakat yang beragam
kepentingan dan kebutuhannya.“Keberhasilan pelaksanaan kebijakan pelayanan publik,
dalam praktek sangat ditentukandan/atau tergantung pada kemauan dan komitmen dari
pimpinan/top manager dan jajaranpimpinan menengah dan bawah, serta aparat
penyelenggara operasional pelayanan umum “.Pembagian Urusan dan Kewenangan
Pelayanan Dasar Esensi dasar dari keberadaan pemerintah, adalah untuk menciptakan
ketentraman dan ketertiban (maintain law and order) serta sebagai instrument untuk
mensejahterakan rakyat.

D. MANAJEMAN ASUHAN KEPERAWATAN


1.Pengertian
Sistem Manajeman Asuhan Keperawatan adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan
kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.
2. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP
Gambar 1
Standart kebijakan intitusi/ nasional

Proses
keperawatan:

 Pengkaji Sistem MAKP:


an
 Fungsional
 Perenca
 Tim
naan
 Primer
 Interven
si  Modifikasi
 Evaluasi

Pendidikan klien:
 Pencegahan penyakit
 Mempertahankan kesehahatan
 Informed consent
 Rencana pulang/ komunitas

3.Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP


1.      Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan
 Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen
 Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
 Untuk mempertahankan eksistensi institusi
 Untuk meningkatkan kepuasan kerja
 Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
 Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart
2.      Standart praktek keperawatan
Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion terdapat
8 standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:

 Menghargai hak- hak pasien


 Penerimaan sewaktu pasien MRS
 Observasi keadaan pasien
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
 Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
 Pendidikan pada pasien dan keluarga
 Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan
4. Penghitungan Kebutuhan Tenaga
1.      Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan
instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan
acuan instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial,
mandiri) 
Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
MINIMAL CARE

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan


1. Mampu naik- turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
9. Operasi ringan

PARTIAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian


1. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/
kamar mandi)
8. Post operasi minor 24 jam
9. Melewati fase akut dari post operasi mayor
10. Fase awal dari penyembuhan
11. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan

TOTAL CARE

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu


perawat yang lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NG tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia
8. 24 jam post operasi mayor
9. Pasien tidak sadar
10. Keadaan pasien tidak stabil
11. Observasi TTV setip kurang dari jam
12. Perawatan luka bakar
13. Perawatan kolostomi
14. Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
15. Menggunakan WSD
16. Irigasi kandung secara terus menerus
17. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
18. Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
19. Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

2.      Kebutuhan tenaga perawat


5. Tujuan MAKP
1.        Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2.        Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3.        Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.        Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5.        Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
6. Pilar – Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Profesional
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah
a.       Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari
1)      Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
2)      Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
3)      Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajemen konflik
4)      Pengawasan
5)      Pengendalian
b.      Pilar II: sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional
berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c.       Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian pelayanan
keperawatan (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi
antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal
adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d.      Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan
7.Model Dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)


 Sesuai dengan visi dan misi intitusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada
visi dan misi rumah sakit
 Diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.
 Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
 Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
 Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
 Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
8.Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan Marquis&
Huston (1998)
Model Deskripsi Penanggung
Jawab
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan perawat yang
 Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu bertugas pada
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada tindakan tertentu
 Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama [ada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya  melakukan 1- 2
jenis intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan
kepeda semua pasien di bangsal

Kasus  Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi manager


keperawatan keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu
 Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang


melayani seluruh kebutuhannya pada saait ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti: isolasi, intesive care
Tim  Berdasarkan kelompok pada filosofi keperawatan ketua tim
 6- 7 perawat profesional dan perawat associate
bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.
metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi
2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
Primer  Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari perawat primer
filosofi keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi
pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan
 Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan penugasan
metode kasus. Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai KRS. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

1)      Fungsional 
Kelebihannya:
a.       Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
b.      Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c.       Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pada pasien diserahkan kepada perawat junior 
Kelemahannya:
a.       Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b.      Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c.       Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja
2)      Keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien
Kelebihannya:
a.       Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b.      Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c.       Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi  dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahannya:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu
sibuk

Konsep metode tim


a.       Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
b.      Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c.       Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim
d.      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim
a.       Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya
b.      Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c.         Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim
a.       Membuat rencana perencanaan
b.      Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c.        Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
d.      Mengembangkan kemampuan anggota
e.       Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang
a)      Perencanaan

 Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing


 Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan pulang
bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b)      Pengorganisasian

 Merumuskan metode penugasan yang digunakan


 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim
membawahi 2- 3 perawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
 Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
 Identiikasi masalah dan cara penanganan

c)      Pengarahan

 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim


 Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
 Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d)     Pengawasan

 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim


maupun pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
 Melalui supervisi

Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan


langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada
saat itu juga
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang
pelaksanaan tugas.
   e)   Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun ketua tim.
3)      Keperawatan primer
Kelebihan:
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan
memungkinkan pengembangan diri
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain
itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer:
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat primer
a.       Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b.      Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c.       Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d.    Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
e.       Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f.       Menerima dan menyesuaikan rencana
g.      Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h.      Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
i.        Membuat jadwal perjanjian klinik
j.        Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer


a.         Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b.         Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c.         Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d.        Evaluasi kerja
e.         Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
f.           Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
Ketenagaan metode primer
a.       Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b.      Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c.       Penugasan ditentukan oleh kepala ruang
d.      PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai
perawat asisten
4)      Manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi,
intensive care
Kelebihannya
 Perawat lebih memahami kasus per kasus
 Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kelemahannya:
 Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
5)      Modifikasi: tim- primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan
sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a.   Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara
b.  Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c.   Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena
saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah lulusan SPK,
maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat assosiate
Kepala ruang (KARU) Perawat primer Perawat assosiate (PA)
(PP)
 Menerima pasien baru  Memberikan
 Memimpin rapat askep
 Mengevaluasi konerja perawat  Mengikuti
 Membuat daftar dinas timbang terima
 Menyediakan material  Melaksanakan
 Perencanaan, pengawasan, tugas yang
pengarahan didelegasikan
 Membuat perencanaan askep  Mendokumentasik
 Mengadakan tindakan kolaborasi an tindakan
 Memimpin timbang terima keperawatan
 Mendelegasikan tugas
 Memimpin ronde keperawatan
 Mengevaluasi pemberian askep
 Bertanggung jawab terhadap pasien
 Memberi petunjuk jika pasien akan
pulang
 Memimpin timbang terima
 Mengisi resume keperawatan
9. Penentuan Model Asuhan Keperawatan (Makp)
a.      Pengumpulan data
1.      Ketenagaan keperawatan
 Lingkungan kerja
Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas
untuk pasien, fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan
kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan
 Sumber daya manusia/ ketenagaan
 Tenaga keperawatan
 Tenaga non keperawatan
 Ketenagaan keperawatan dan pasien
2.      Penerapan model pemberian asuhan keperawatan professional
3.      Sistem pendokumentasian
 Sistem pendokumentasian ruangan
 Sistem administrasi
b.Analisa data
1.Rumusan masalah
2.Perencanaan
3.Pengorganisasian
4.Rencana strategis
5.Pengaturan waktu dan kegiatan
6.Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan
BAB III
PENUTUP

1.       Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor yang mempengaruhi
dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
2.       Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta kualitas dari
pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif, itu semua dapat
dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan diharapkan perawat dapat
memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus dan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://ochiecuah.blogspot.com/2015/11/makalah-sistem-pelayanan-kesehatan.html

http://mallatea.blogspot.com/2013/02/perbedaan-pelayanan-kedokteran-dan.html

nanangnugrah4.blogspot.com/2013/01/paradigma-kebijakan-pelayanan-publik-di.html

https://karyatulisilmiah.com/sistem-pelayanan-kesehatan-di-indonesia

https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/konsep-manajemen-asuhan-keperawatan/

http://deskjazz.blogspot.com/2016/03/manajemen-asuhan-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai