Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran
pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek, disebabkan oleh virus.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak anak karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada
balita Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Di Indonesia, setiap anak diperkirakan mengalami 3 6 episode ISPA setiap
tahun dan 40% 60% dari kunjungan di puskesmas adalah penyakit ISPA. Kira
kira 1 dari 4 kematian bayi yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan ISPA, dan
kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia. Dari study yang
dilakukan di Lombok pada kelompok bayi umur 2 23 bulan, angka infeksi ISPA
dalah sebesar 58%, dengan angka kematian 31 per 1000 kelahiran hidup
( Depkes,2000).
Hasil survei Program P2 ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat) pada tahun 1993 diketahui bahwa
jumlah angka kesakitan tertinggi karena ISPA, yaitu 2,9 per 1000 balita. Selama
kurun waktu 2000-2002, jumlah kasus ISPA terlihat berflutuasi. Pada tahun 2000
terdapat 479.283 kasus (30,1%), tahun 2001 menjadi 620.147 kasus (22,6%) dan
pada tahun 2002 menjadi 532.742 kasus (22,1%) (Depkes RI, 2002).

Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden ISPA antara
lain status gizi balita. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko
penting yang mempermudah terjadinya ISPA, hal ini berkaitan dengan ketahanan
tubuh balita. Selain itu kejadian ISPA juga dipengaruhi oleh kualitas udara.
Perubahan kualitas udara umumnya disebabkan oleh adanya polusi yaitu
masuknya bahan pencemar dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan
perubahan komponen atmosfir normal. Salah satu contoh permasalahan polusi
akibat asap rokok, gangguan sirkulasi udara (ventilasi) dan asap yang terjadi di
dapur-dapur tradisional ketika memasak (Aditama, 1992).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui zat-zat kimia obat apa saja yang tidak diperbolehkan
penggunaan obat pada anak
2. Untuk mengetahui kasus apa saja yang sering dihadapi pada penggunaan
obat-obat anak dan bagaimana cara menanggulanginya
3. Untuk memahami peran TTK terhadap pemberian informasi mengenai
penggunaan obat-obat anak
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih lengkap tentang
kesehatan anak-anak
C. Manfaat
1. Memberikan

gambaran

yang

jelas

kepada

mahasiswa

cara

menginformasikan obat yang diberikan kepada pasien


2. Membiasakan mahasiswa untuk menjadi TTK yang bertanggung jawab
terhadap obat yang dikonsumsi pasien

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak
1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin
pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan
pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif
yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum
terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak
hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada
anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak
menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.

Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang


terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat
dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan
perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti
bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis,
2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga
secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki
pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka
mengenai dunia.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan
aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara
fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak

mengalami

masalah

kesehatan

termasuk

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa


pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam,
2005).
3. Rentan Sakit pada Anak
Anak-anak sangat rentan terserang penyakit. Ini disebabkan oleh sistem
imun di dalam tubuh anak yang memang belum terbangun dengan sempurna atau
sedang dalam kondisi yang lemah. Sering kali para orang tua tidak tahu apa yang

harus dilakukan kepada anak-anak mereka saat anak sedang sakit atau
salahmengartikan gejala yang terjadi pada anak tersebut. Pada saat inilah peran
dokter spesialis anak sangat diperlukan. Akan tetapi tidak semua orang tua dapat
dan mau ke dokter spesialis anak karena beberapa alasan diantaranya adalah biaya
yang cukup tinggi.
"Anak paling rentan itu usia balita pada umumnya dan kurang dari satu tahun
pada khususnya," jelas dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA, dokter spesialis anak dari
RSUP Persahabatan, saat berbincang dengan detikHealth, seperti ditulis pada
Rabu(5/6/2013). Menurut dr Tjatur, hal ini disebabkan karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah. Terlebih lagi, biasanya karena masih kecil anak suka
dibawa-bawa orang tuanya, yang membuatnya mudah tertular penyakit orang lain.
Tapi untuk frekuensinya paling banyak pada anak dibawah 5 tahun karena daya
tahan tubuh yang masih lemah.
B. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas
dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan atas
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau
common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi
yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut,
bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.

Gambar . Anatomi Saluran Pernafasan Berdasarkan Lokasi Anatomi


2. Jenis-Jenis ISPA
Penyakit Infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni antara lain :
a.

Infeksi
Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.


b.

Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
c.

Infeksi Akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan

untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris

saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam


saluran pernafasan (respiratory tract).
Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu :
ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk
dan pilek (common cold).
ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman
bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun
tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan ISPA (P2
ISPA) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut :
1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60
kali per menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke
dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.
2) Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada dan
bagian bawah ke dalam.

b) Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit
atau lebih pada umur 12 bulan-bulan - <5 tahun.
c) Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas
cepat,
frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang
dari 40 permenit 12 bulan - <5 bulan.
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda
dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga
dan demam.
Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut :
1) Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37C.
2) Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :
untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih
pada umur 12 bulan - < 5 tahun.

b) Suhu tubuh lebih dari 39C


c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3) Gejala dari ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejalagejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
C. Proses Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan
dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam
membran mukosa. Gerakan silia mendorong membran mukosa ke posterior ke
rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh
bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
saluran pernafasan dan makrofage di saluran pernafasan. Akibat dari dua hal
tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik

dan bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2008: 17).
D. Penyebab ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal. Antara lain :
A.

Menurut Nelson (2002, 1455-1457), Virus penyebab ISPA meliputi virus


parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, koronavirus, koksakavirus A dan B,
Streptokokus dan lain-lain.
B.

Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnyaketersediaan air

bersih (Depkes RI, 2005: 30). Untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
1) Imunisasi
2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) polusi di dalam maupun di luar
rumah
3) Mengatasi demam
4) Perbaikan makanan pendamping ASI
5) Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.
E. Cara Penularan ISPA
Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang
telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmission) dan
dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne disease) pada penderita
ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva
atau sputum.
F. Batuk Pada Anak
1. Definisi
Definisi batuk kronik bervariasi, ada yang menyatakan batuk kronik adalah
batuk yang berlangsung lebih dari atau sama dengan 2 minggu, ada yang
mengambil batasan 3 minggu, bahkan 4 minggu. Unit Kerja Koordinasi

10

Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Respirologi IDAI) membuat


batasan batuk kronik adalah batuk yang berlangsung lebih dari atau sama dengan
2 minggu. sedangkan batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 2
minggu.
Selain batuk akut dan kronik beberapa literatur menyebutkan pembagian
lain yaitu batuk sub akut tetapi UKK Respirologi tidak menggunakan istilah batuk
sub akut. Selain batuk kronik dikenal istilah batuk kronik berulang (BKB) yaitu
batuk yang berlangsung lebih dari atau sama dengan 2 minggu dan/atau
berlangsung 3 episode dalam 3 bulan berturut-turut.
2. Mekanisme Terjadinya Batuk
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk,
saraf aferen, pusat batuk, saraf eferen, dan efektor. Refleks batuk tidak akan
sempurna apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada
reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk yaitu medula untuk
diteruskan ke efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat pada farings,
larings, trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan
perikardium sedangkan efektor batuk dapat berupa otot farings, larings,
diafragma, interkostal, dan lain-lain. Proses batuk terjadi didahului inspirasi
maksimal, penutupan glotis, peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis terbuka
dan dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada
saluran respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara
sebanyak-banyaknya

sehingga

terjadi

peningkatan

tekanan

intratorakal.

Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan mempertahankan volume paru


pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi
karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal tinggi
tekanan intraabdomen pun tinggi.
Setelah tekanan intratorakal dan intraabdomen meningkat maka glotis
akan terbuka yang menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat
sehingga terjadi pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus

11

dan lain-lain. Setelah fase tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang
dapat berlangsung singkat atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila
diperlukan batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk
persiapan batuk.
3. Farmakologik
Tatalaksana farmakologi pada batuk dikenal sebagai obat utama dan obat
suportif. Yang termasuk obat utama adalah antibiotik, bronkodilator, dan
antiinflamasi, sedangkan yang termasuk suportif adalah mukolitik dan antitusif.
Pada batuk kronik dengan penyebab utama infeksi bakteri maka pengobatan
utamanya adalah antibiotik. Jenis antibiotik yang diberikan tergantung dugaan
etiologinya, misalnya pada faringitis yang diduga bakteri maka pilihan utama
adalah golongan penisilin sedangkan pada rinosinusitis sebagai pilihan utama
adalah kombinasi amoksislin dan asam klavulanat serta pada pneumonia atipik
pilihan utama adalah makrolid dan lain-lain. Selain pilihan antibiotik yang
berbeda juga perlu diperhatikan lamanya pemberian antibiotik misalnya faringitis
bakteri cukup dengan 7 hari sedangkan pada rinosinusitis diberikan selama 3
minggu.
4. Non farmakologik
Selain tatalaksana farmakologik diperlukan pula penatalaksanaan non
farmakologi seperti pencegahan terhadap alergen, pengendalian lingkungan, dan
hidrasi yang cukup. Pada penyakit yang hanya timbul akibat adanya pajanan
alergen maka faktor pencegahan terhadap alergen merupakan hal yang harus
dilakukan misalnya pencegahan terhadap asap rokok, tungau debu rumah, atau
makanan tertentu yang menyebabkan alergi. Selain itu pengaturan lingkungan
seperti kebersihan lingkungan dan pengaturan suhu serta kelembaban merupakan
hal yang perlu diperhatikan. Dengan suasana lingkungan yang baik maka
tatalaksana batuk kronik menjadi lebih baik. Hidrasi yang cukup dapat berperan
sebagai faktor yang memudahkan terjadinya pengeluaran sekret lebih baik.
Dengan hidrasi yang cukup dapat mengubah ketebalan lapisan sol dan

12

menurunkan viskositas lapisan gel serta menurunkan kelengketan lapisan gel


sehingga proses pengeluaran sekret menjadi lebih mudah.

G. Flu pada Anak


1. Definisi
Influenza (atau flu) disebabkan oleh infeksi virus influenza A, B, danlebih
jarang, C. Penyakit ini terutama berdampak terhadap tenggorok dan paru-paru,
tetapi juga dapat mengakibatkan masalah jantung dan bagian lain tubuh, terutama
di kalangan penderita masalah kesehatan lain. Virus-virus influenza tetap berubah,
dan mengakibatkan wabah setiap musim dingin di NSW. Setelah beberapa
dasawarsa, jenis influenza baru akan muncul yang mengakibatkan wabah (atau
pandemi) yang parah dan meluas.
2. Gejala
Gejala-gejala biasanya timbul satu sampai tiga hari setelah infeksi, dan
mungkin termasuk yang berikut secara mendadak:
demam
sakit kepala
sakit otot dan sendi
sakit tenggorok
batuk
hidung beringus atau tersumbat
lelah parah.
Kebanyakan penderita sembuh dalam waktu seminggu. Dibandingkan dengan
banyak infeksi lain (misalnya pilek), influenza cenderung mengakibatkan gejala
dan komplikasi yang lebih parah. Komplikasi dapat termasuk pneumonia,
kegagalan jantung atau semakin parahnya penyakit lain.
3. Penularan

13

Virus ini sebagian terutama ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan
setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui bersentuh (mis.
ketika seseorang berjabat tangan dengan orang lain). Lebih mudah untuk terkena
influenza di tempat yang tertutup atau sesak. Penderita influenza dapat
menularkan penyakit dari hari sebelum, sampai beberapa hari setelah gejala mulai
timbul.
4. Faktor Resiko
Siapa saja dapat terkena influenza. Kaum lanjut usia, penderita penyakit lain
(misalnya penyakit jantung, penyakit paru-paru atau diabetes) dan anak-anak kecil
lebih mungkin mengalami komplikasi.

14

BAB III
TINJAUAN RESEP
A. Resep
dr. Fahmi Lubis, SpA
SIP No. 512/IPD/0017/KPPT/2012
Jl. Bambang Utoyo No. 209 Palembang
Telp. (0711) 356171
PT. ASKES

Palembang, 5 Agustus 2014

R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth 1/2

R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I

081368222859
IN HEALTH
Nama Pasien

: M. Habiburahman

Nomor Kartu Peserta


1041001681072

Nama Institusi : MDP

15

Data Pasien: jika dilihat dari obat yang diresepkan oleh dokter, pasien/anak
mengalami masalah yang berhubungan dengan saluran pernafasan berupa flu dan
batuk disertai sedikit sesak.
B. Copy Resep
Apotek Simulasi Farmasi
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171
0711-352071,Palembang

16

Tanggal Resep

: 05 Agustus 2014

Nama Dokter

: Fahmi Lubis, SpA

No

: 01

Pro / Umur

: M. Habiburahman

R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth
det Oratifed syr
R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I
det
Palembang, 17 November 2014
CAP

Pcc

C. Monografi Bahan
1. Rhinofed Syrup
a. Komposisi Rhinofed :
Setiap 5 ml sirup mengandung : Pseudophedrine HCL ----- 15 mg
Terfenadine -------------- 20 mg

17

b. Indikasi:
Rinitis Alegika dan Rinitis Vasomotor.
c. Kemasan

: Suspensi 60 ml

(Wikipedia) Rinitis adalah radang selaput hidung . Rinitis alergi ditandai


dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi dari: Bersin, hidung
tersumbat, gatal hidung, dan Rhinorrhea . Mata, telinga, sinus, dan tenggorokan
juga dapat terlibat. Rhinitis alergi adalah penyebab paling umum dari rhinitis. Ini
adalah kondisi yang sangat umum, mempengaruhi sekitar 20% dari populasi. Dan
Dexa Medica memproduksi obat untuk rinitis tersebut, dan diberi label Rhinofed.
Meskipun rinitis alergi bukan kondisi yang mengancam jiwa, komplikasi
dapat terjadi dan kondisi secara signifikan dapat mengganggu kualitas hidup, yang
mengarah pada sejumlah biaya tidak langsung.
d. Farmakologi :
Terfenadine adalah suatu antihistamin baru yang bekerja secara spesifik
dan selektif pada reseptor H1, tanpa menimbulkan aktivitas depresi pada saluran
saraf pusat. Pseudophedrine(d-isoefedrine ) adalah suatu stereo isomer efedrin.
Bekerja sebagai "sympathomimemic agent" secara langsung merangsang reseptor
adrenergik. Dalam klinis terfenadine menghilangkan gejala rinitis alergika
seperti : bersin, rinore, rasa gatal disekitar hidung dan mata, sedangkan gejala
hidung tersumbat diatasi oleh pseudoephedrine.
e. Kontraindikasi :
Pemakaian obat simpatomimetik dikontraindikasikan pada penderita dengan
penyakit kardiovaskular seperti : insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi

berat.
Wanita hamil, menyusui dan penderita sedang terapi dengan penghambat

monoamin oksidase (MAO).


Hipersensitivitas terhadap psuedoephedrine dan atau terfenadine.
Pemberian bersama ketokonazol dan derivat azol yang lain atau obat

golongan makrolid.
Penderita dengan gangguan fungsi hati.
18

f. Dosis :
Anak berusia kurang dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.
g. Kelebihan Dosis ( Over Dosis ) :
Beberapa kasus kelebihan dosis telah dilaporkan, gejalaya bisa berupa
aritmia jantung termasuk takikardi ventrikular atau fibrilasi atau torsade de
pointes yang terjadi pada dosis berlebih pada dosis 360 mg. Pada dosis 300 mg 2
kali sehari selama 7 hari terjadi perubahan pada EKG yaitu perubahan morfologi
gelombang T dan timbulnya gelombang U. Pada kasus kelebihan dosis monitoring
EKG harus dilakukan secara intensif. Hemodialisis tidak efektif atau tidak
mempengaruhi berdihan terfenadine atau metabolitnya dari darah.
h. Peringatan dan Perhatian :
Hati-hati digunakan pada penderita narrow angle glaucoma, hipertensi,

diabetes militus dan hipertiroid.


Kehamilan dan wanita menyusui.
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.
Karena terfenadine dimetabolisme secara ekstensif di hati, maka penggunaan

terfenadine pada pasien dengan gangguan fungsi hati harus dihindari.


Pasien yang diketahui mempunyai kecenderungan QT memanjang mungkin
pada pemakainan terfenadine akan menyebabkan QT memanjang dan atau
aritmia ventrikular. Oleh karena itu dianjurkan untuk menghindari
penggunaan terfenadine pada pasien dengan congenital QT syndrome dan
pada pasien yang sedang meminum obat yang dapat memperpanjang inteval
QT seperti antiaritma, astemizol dan eritromisin atau pasien dengan
hipokalemia yang tidak terkontrol.

i. Efek Samping :
Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, sakit perut dan mulut

kering.
Gangguan susunan saraf pusat : insomnia, gelisah dan ansietas.
Kardiovaskular : palpitasi, takikardi dan ekstrasistol.

19

Terfenadine jangan menimbulkan efek samping sedasi atau antikolinegik.


Efek samping lain yang pernah dilaporkan adalah nyeri abdomen dan
dispepsia, alopesia, reaksi anafilaksis, angioedema, aritmia jantung,
bronkospasme, gangguan mood, konvulsi, depresi, pusing, sakit kepala,
insomnia, ikterus, gangguan fungsi hati termasuk peningkatan transaminasi,
gangguan haid, nyeri muskuloskeletal, nightmare, ruam, keringat dingin,
tremor dan gangguan visual.

j. Interaksi Obat :
Pemberian obat simpatomimetik pada penderita yang menerima obat

penghambat monoamin oksidase dapat menimbulkan krisis hipertensi.


Antasida dapat menimbulkan kecepatan absorpsi pseudoephedrine tetapi

sebaliknya kaolin menurunkannya.


Ketokonazol dan derivat azol yang lain serta antibiotik makrolid akan
menghambat metabolisme terfenadine sehingga tidak boleh diberikan
bersamaan (kontraindikasi ).

k. Harga

: Rp. 22.990

l. Pabrik

: Dexa Medica

m. Keterangan

: HARUS DENGAN RESEP DOKTER

2. Salbutamol Tablet
a. Deskripsi Salbutamol
Nama & Struktur Kimia : 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4hydroxy-3-hydroxymethylphenyl)ethanol. (1) C13H21NO3
Sifat Fisikokimia : Serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih.
Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya
Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai
bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan
bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan salah satu bronkodilator yang
20

paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk
pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,
obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise- induced broncospasm
(penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum sifat fisikokimia
dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih.
Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol
termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif
kronik
b. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol
Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali pemberian setiap 8
jam, maksimal 6 mg/hari.
Anak 6 12 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali per hari, maksimal 24 mg/hari.
Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 2 4 mg sebanyak 3 4 kali per hari,
maksimal 32 mg/hari.
c. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang
menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan
adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan
energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Salbutamol digunakan
untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma
d. Mekanisme Aksi
Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan betaadrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)adrenergic yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan
katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3',
5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah

21

cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat
pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells
e. Penggunaan Salbutamol / Indikasi Obat
Indikasi :

Asma bronchial
Bronchitis cronis
Empisema

Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah
tubuh.
Asma merupakan penyakit kronik saluran pernafasan yang dapat
menjangkiti semua usia. Gejala-gejala yang menyertai asma menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari. Pasien asma memiliki kepekaan saluran pernafasan
yang berlebih (hipersensitif) sehingga mudah bereaksi pada zat yang masuk ke
saluran napas. Reaksi terhadap benda asing berupa penyempitan atau pemblokan
saluran napas, ditandai dengan nafas berbunyi, batuk, tersengal, dan penyempitan
rongga dada. Kondisi yang memicu asma adalah, inflamasi (iritasi atau
peradangan) atau bronchoconstriction (penciutan atau kontraksi otot di saluran
pernafasan) (farmacia, 2006)
Pada terapi pengobatan gangguan pernafasan obat salbutamol sudah tidak
asing lagi dipergunakan. Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang
paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk
pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,
obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm
(penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga).
f. Kontraindikasi Salbutamol
Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap
perpanjangan interval QT, hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan

22

melalui inhalasi karena pemberian melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi


miometrium dan dapat mengakibatkan gangguan jantung), menyusui; diabetes
mellitus, terutama pemberian melalui pembuluh darah (pantau kadar gula darah,
dilaporkan ketoasidosis) .Untuk asma jika dosis tinggi diperlukan selama
kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi kaerna pemberian intravena
dapat mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI; pabrik menyarankan
untuk dihindari kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang
diinhalasi pada ASI mungkin terlalu kecil untuk membahayakan.
g. Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara
lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang,
insomnia), nyeri dada, mual, muntah, diare, anorexia, mulut kering, iritasi
tenggorokan, batuk, gatal, tachicardia, dan ruam pada kulit (skin rush).
h. Merk Dagang / Obat Paten
Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk
dagang, antara lain:
Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend (konimex), Ventolin,
Volmax, Suprasma (Dexa Medica), Ventide ( Glaxo Welcome), Ventab
(Ikapharmindo Putramas k), Venesma ( Hexpharm), Respolin ( Darya varia),
Salvasma ( First Medipharma), Salbron ( Dankos), Lasal ( Lapi ), Librentin
( Westmont ), Grafalin ( Graha Farma), Fartolin ( Fahrenheit )
i. Sediaan Tablet
Tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg.
Salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari
sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi.
Albuterol atau salbutamol, direkomendasikan sebagai pengobatan untuk semua
pasien asma dalam terapi asma akut.

23

j. Interaksi Obat
Beta blockers
Pasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm hebat
Digoxin
Salbutamol menurunkan level serum digoxin
Diuretik
Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita hipokalemia

Interaksi Dengan Obat Lain :Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan


durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama
Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan
MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic
(misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. Peningkatkan
risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan
dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek:
Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol)
dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol dapat turun bersama
dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine,
Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi
CYP3A4.
Dengan Makanan: Batasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi
CNS)
k. Pengaruh Obat
Terhadap Anak-anak : Lihat leaflet dari pabrik mengenai keamanan penggunaan
pada anak-anak. Pabrik produsen Ventolin menyatakan penggunaan inhalasi
aerosol pada anak-anak perlu dilakukan dengan supervisi orang dewasa.
Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan renin, meningkatkan aldosterone.
l. Hal Yang Harus Diwaspadai
Memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain yang
terkandung di dalamnya. Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam
sebelum atau 2 jam sesudah makan.

24

Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.


Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya

tenggorokan dan mulut tidak kering.


Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak

waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan.


Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun
jika waktu yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya,
lewati pengonsumsian yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi
salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali

pemakaian.
Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll

bisa menurunkan efek salbutamol.


Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis

tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia.


Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan
resiko hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi

pula.
Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor

(misal: isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius.


Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama
maupun sesudah konsumsi salbutamol.
3. Mucopect Tablet
Tiap tablet mengandung Ambroxol HCl 30 mg.
a. Golongan : K Merah
b. Obat Generik : Ambroxol HCl / Ambroksol
c. Obat Bermerek
Ambril, Brommer 30, Bronchopront, Broncozol, Broxal, Epexol,

Extropect, Interpec, Lapimuc, Limoxin, Molapect, Mucera, Mucopect, Mucos,


Mucoxol, Mukinol, Nufanibrox, Roverton, Silopect, Sohopect, Sohopect Forte,
Transbroncho, Transmuco.
d. Farmakologi (Cara Kerja Obat)

25

Ambroxol adalah obat mukolitik, yang dapat melancarkan sekresi/


pengeluaran lendir yang kental di saluran pernapasan.
e. Indikasi / Kegunaan
Indikasi Ambroxol (ambroksol) adalah sebagai terapi mukolitik/pengencer dahak
pada penyakit saluran pernapasan akut dan kronik terutama pada keadaan
bronkitis kronik eksaserbasi dan bronkitis asmatis dan asma bronkial.
f. Kontraindikasi
Ambroksol jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau
alergi terhadap ambroksol.
g. Dosis Dan Aturan Pakai
Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter,anjuran pemakaian untuk anak berdasarkan
jumlah dosis perhari yaitu 1,2 mg- 1,6 mg ambroxol HCl/kg BB.
Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 2 3 kali sehari.
Anak 6 12 tahun : tablet 2 3 kali sehari.
Mucopect Sirup 30 mg/5 ml
h. Peringatan Dan Perhatian
Ambroksol dapat diberikan selama kehamilan (khususnya pada kehamilan
trimester pertama) dan menyusui hanya apabila sudah dilakukan pengkajian oleh
dokter mengenai risiko dan manfaatnya. Pemberian Ambroksol pada wanita hamil
dan menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Ambroksol sebaiknya
tidak digunakan untuk terapi jangka panjang tanpa kecuali berdasarkan
anjuran/konsultasi dokter. Pada kasus gangguan ginjal tertentu, akumulasi
metabolit ambroksol terjadi di hati.
i. Efek Samping :

26

Meskipun jarang, reaksi intoleransi setelah pemberian ambroxol pernah

dilaporkan.
Gangguan saluran pencernaan ringan.
Reaksi alergi dapat terjadi meskipun jarang, seperti : kulit kemerahan,

bengkak di wajah, sesak napas, dan demam.


Tidak diketahui apakah ambroksol mempengaruhi kemampuan mengemudi
atau mengoperasikan mesin.
j. Interaksi Obat
Pemberian

ambroksol

bersamaan

dengan

antibiotic

(amoksisilin,

sefuroksim, eritromisin, dan doksisiklin) berpotensi meningkatkan konsentrasi


antibiotik dalam jaringan paru.

k. Kemasan
Mucopect tablet, kotak, 10 strip x 10 tablet.
l. Keterangan
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan di tempat kering dan sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
D. Perhitungan Bahan
1. Rhinofed sirup : 1 botol
0,65mg
x 15=
2. Salbutamol Tablet :
4,875 tablet
2mg
3. Mucopect tablet :

2
x 15=
6 tablet
5

E. Perhitungan Dosis
1. Rhinofed sirup
Anak berusia kurang dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.

27

2. Salbutamol tablet
Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali pemberian
setiap 8 jam, maksimal 6 mg/hari.
3. Ambroxol tablet
Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter,anjuran pemakaian untuk anak
berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 mg- 1,6 mg ambroxol HCl/kg
BB.

F. Pembuatan Obat Racikan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Siapkan lumpang bersih


Gerus tablet Salbutamol sampai halus
Gerus tablet Mucopect sampai halus
Campur kedua bahan, gerus homogen
Serbuk yang homogen dibagi menjadi 3 bagian
Tiap bagian dibagi menjadi 5 bungkus, lakukan pembungkusan
Masukkan ke dalam plastik obat
Beri etiket putih
G. Etiket Obat

APOTEK SIMULASI
JL.ISMAIL MARZUKI No.5341/171
0711-352071, PALEMBANG
No: 01
2014
Nama : M. Habiburahman

Tgl: 17 nov

.......Rhinofed Syr...
..
Tablet
Sdk teh
.3.. X1.
Sirup
Sdk Makan
Puyer
Tetes
Kocok dahulu sebelum di pakai.
Semoga Lekas sembuh

28

APOTEK SIMULASI
JL.ISMAIL MARZUKI No.5341/171
0711-352071, PALEMBANG
No: 01
2014
Nama : M. Habiburahman

Tgl: 17 nov

.............Salbutamol

Tablet.....
Mucopect Tablet..
.........
Tablet
.3.. X1.
Sirup
Makan

Sdk teh
Sdk

29

BAB IV
SKENARIO PELAYANAN RESEP
(Penggunaan Obat pada Anak dan Bayi)
Di suatu siang yang cerah di tengah keramaian jalanan, tepat di depan
apotek Simulasi. Saat apotek tersebut sepi pembeli, dari kejauhan terlihatlah
sepasang suami istri berjalan menuju apotek untuk menebus resep yang diberikan
oleh dokter. Sepasang suami istri tersebut keluar dari mobilnya dengan rasa
cemas,gugup,khawatir namun tetap terlihat keharmonisan dari keluarga itu, sang
suami tampak sangat menyayangi istrinya,terlihat dari tindakan sang suami yang
menggandeng istrinya penuh kasih, Begitupula sebaliknya. Di dalam apotek ,
mulai terlihat wajah nan ramah dari asisten apoteker 1.
AA 1

: Selamat siang ibu,bapak.. (sambil tersenyum ramah)

Ibu & Bapak : Selamat siang juga mba.


AA 1

: Ada yang bisa saya bantu Ibu, bapak?

Bapak

:Ini mba, tadi kami habis berobat ke dokter, anak kami yang sakit
(wajah sedih), lalu kesini mau nebus resep ini mba. (sambil
menyerahkan resep ke AA)

AA 1

: ooh begitu yaa pak (mengangguk sambil menelaah resep),kalau


boleh tau umur anaknya berapa ya? Oh iya ini pasien askes ya bu,
bisa pinjam kartu askes/ fotokopian nya untuk kelengkapan data.

30

Ibu 1

: Umur Habib berapa ya pah? (sambil mencari kartu di dompet dan


menghadap ke suami), ini mbak kartu nya.

Bapak

: Kok mama bisa lupa sih, Umur Habib kan itu baru 4tahun mah.

Ibu 1

: ohiya ya pah,mama lupa. Maklumlah pah mama tuh khawatir


sekali dengan habib karena kan dia anak satu2nya pah (dengan
wajah sedih).

Bapak

: iya mah,mama yg sabar ya. Mbaumur anak kami 4 tahun.

AA1

: ooh begitu ya pak. Boleh minta alamat nya bu?

Ibu

: emang buat apa ya mba?

AA1

: Alamat itu untuk dokumentasi Apotek kami bu

Ibu

: ooh iya, Jalan DI. Pandjaitan No.23

AA1

: (menulis alamat) terima kasih ibu.

Bapak

: Oiya mbaTapi anak saya itu belum bisa menelan tablet mba?
Gimana dong mba?

AA1

: begini ya ibu bapak, resep yang diberikan dokter ini sudah berupa
puyer/serbuk pak. Jadi, bisa memudahkan anak bapak untuk
menelan obatnya.

Ibu

: pah,masih lama kan? mama ke Mobil duluan ya, mama khawatir


banget ini sama Habib didalam mobil, nanti dia keburu pingsan
atau kenapa2 gitu pah

Bapak

: Aduh..mama ini cerewet sekali ya,yauda nggak papa tunggu aja


dimobil sana biar papa yg nunggu obatnya.

Ibu

: Ya sudah..Terserah papa saja, Mama tunggu dimobil aja deh.


(Kembali menuju mobil)

31

Bapak

: hemm..( sambil memperhatikan mamanya)

AA 1

: baik, Bapak mohon tunggu sebentar, dan ini nomer nya (sambil
memberikan nomer) nomernya di pegang dulu ya pak, kami akan
menyiapkan obatnya, Bapak bisa menunggu di tempat yang telah
disediakan disana ya (sambil menunjuk kearah kursi tunggu,
kemudian AA1 pun memberikan resep obat kepada AA 3)

Bapak

: iya mba.
Sementara itu di bagian dalam terlihat AA 3 sedang menelaah resep dokter

yang diberikan.tetapi obat Rhinofed tidak tersedia di Apotik simulasi, Maka AA3
pun menelpon dokter untuk mengganti obat lain yang tersedia di apotik.
AA4

: selamat siang dok,

Dokter

: selamat siang juga

AA4

: Ini dari Apotek Farmasi Simulasi, begini dokter, didalam resep


atas nama M.Habiburrahman, ada obat Rhinofed syrup 60 ml tetapi
obatnya itu tidak tersedia dok, jadi gimana? sedangkan obat yang
tersedia itu Oratifed syrup 100ml, dan juga mucopect tablet nya
kita lagi kosong, bisa kita ganti gak dokter dengan ambroxol
generik.

Dokter

: iya bisa diganti nggak apa-apa.

AA4

: baik terima kasih dok, selamat siang.

AA4 pun memberitahukan ke AA3 bahwa obat Rhinofed sirup 60 ml tidak


tersedia maka atas persetujuan dokter diganti dengan Oratifed sirup 100 ml , AA3
pun memberitahukan kembali ke AA1
AA1

: Maaf Bapak, ini obat Rhinofed nya tidak tersedia, tetapi sudah
dikonfirmasikan sama dokter bahwa obatnya itu bisa diganti
dengan Oratifed sirup. Dan untuk obat racikan salah satu obatnya

32

lagi kosong, udah juga kita konfirmasi ke dokter diganti yang


generiknya aja.
Bapak

: Tapi itu sama kan mba obatnya?

AA1

: Iya , sama kok pak.

Bapak

: baik mba, tidak masalah.

AA1

: iya, bapak bisa menunggu kembali disana ya pak (menunjuk kursi


tunggu)

Kemudian setelah mendapat persetujuan pasien, AA bagian dalam pun langsung


menyiapkan obat ,menulis etiket ,dan mencatat pengeluaran obat.
Terlihat dari kejahuan si ibu berjalan kembali menuju ke dalam apotik, melihat
kedatangannya bapak pun terkejut.
Bapak

: lhokok mama balik si? Emangnya Habib dimana ma?

Ibu

:oh...tadi tuh kan pas mau ngajakin Habib kesini, tiba-tiba tantenya
lewat jadi si Habib dijagain tantenya. Gimana obatnya sudah
selesai belum pah?

Bapak

: iya mah, nggak papa. Obatnya sebentar lagi kok mah.

Beberapa lama kemudian obat siap diserahkan kepada AA1.


AA 1

: dengan resep atas nama M.Habiburahman, tolong nomor nya ibu.

Ibu 1

:iya mba. (berdiri mendekat ke AA dan memberikan nomer kepada


AA1) (sang suami pun ikut mendampingi istrinya)

AA 1

: Ini ibu bapak, obatnya ada dua macam. Kalau boleh tau untuk
cara penggunaannya apakah sudah dijelaskan oleh dokter?

Ibu

: sudah mba, tapi belom terlalu jelas.

33

AA1

: untuk cara penggunaan obatnya ya pak, Obat Oratifed sirup ini


diminum 3x sehari setengah sendok teh sesudah makan. Jangan
lupa kocok dahulu sebelum diminum ya buk.
Lalu obat yang kedua berupa puyer , untuk cara pakainya, Ibu bisa
menuangkan puyer itu ke sendok makan,nah kemudian diencerkan
dengan air secukupnya , tapi jika dirasa anak Ibu tidak mau, karna
dirasa terlalu pahit, Ibu bisa kok mengganti air nya dengan larutan
gula secukupnya diminum 3x sehari setelah makan ya bu.

Bapak

: Iya mba, terima kasih ya mba. Tapi saya mau tanya cara
penyimpanan obatnya gimana ya mba?

AA1

: cara penyimpanannya harus ditempat yang sejuk pak,dan jangan


terkena langsung disinar matahari pak.

Ibu

: tapi mba, biasanya saya itu menyimpan obat-obat itu didalam


kulkas.

AA1

: iya, kalau untuk sediaan sirup seperti ini (menunjukan obatnya)


tidak masalah bu, tetapi obat yang berupa puyer ini sebaiknya
jangan disimpan didalam kulkas karena bisa menyebabkan
puyernya lembab ibu.

Bapak

: Baik mba,terima kasih banyak ya mba atas informasinya.

AA1

: iya sama-sama pak,semoga anaknya lekas sembuh ya pak.


jangan lupa obatnya diberikan sesuai aturan pakai yang sudah
dijelaskan tadi yaa pak, Semoga anaknya cepat sembuh ya pak.

Bapak

: iya mba. terima kasih . (Berjalan keluar)

34

DAFTAR LAMPIRAN
dr. Fahmi Lubis, SpA
SIP No. 512/IPD/0017/KPPT/2012
Jl. Bambang Utoyo No. 209 Palembang
Telp. (0711) 356171
PT. ASKES

Palembang, 5 Agustus 2014

R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth 1/2
R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I

081368222859

IN HEALTH
Nama Pasien

: M. Habiburahman

Nomor Kartu Peserta


1041001681072

35

DAFTAR PUSTAKA
Scribd.com/doc/29094726/makalah-tentang-salbutamol
drugs.com/ppa/albuterol.html
medscape.com/medline/abstract/17276051
drugs.com/ppa/albuterol.html
medscape.com/viewarticle/406101
drugs.com/pro/albuterol.html
digilib.esaunggul.ac.idpublicUEU-Undergraduate-2826 BAB20I.pdf
repository.usu.ac.idbitstream123456789163145Chapter 20I.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai