PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran
pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek, disebabkan oleh virus.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak anak karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada
balita Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Di Indonesia, setiap anak diperkirakan mengalami 3 6 episode ISPA setiap
tahun dan 40% 60% dari kunjungan di puskesmas adalah penyakit ISPA. Kira
kira 1 dari 4 kematian bayi yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan ISPA, dan
kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia. Dari study yang
dilakukan di Lombok pada kelompok bayi umur 2 23 bulan, angka infeksi ISPA
dalah sebesar 58%, dengan angka kematian 31 per 1000 kelahiran hidup
( Depkes,2000).
Hasil survei Program P2 ISPA di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat) pada tahun 1993 diketahui bahwa
jumlah angka kesakitan tertinggi karena ISPA, yaitu 2,9 per 1000 balita. Selama
kurun waktu 2000-2002, jumlah kasus ISPA terlihat berflutuasi. Pada tahun 2000
terdapat 479.283 kasus (30,1%), tahun 2001 menjadi 620.147 kasus (22,6%) dan
pada tahun 2002 menjadi 532.742 kasus (22,1%) (Depkes RI, 2002).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya angka insiden ISPA antara
lain status gizi balita. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko
penting yang mempermudah terjadinya ISPA, hal ini berkaitan dengan ketahanan
tubuh balita. Selain itu kejadian ISPA juga dipengaruhi oleh kualitas udara.
Perubahan kualitas udara umumnya disebabkan oleh adanya polusi yaitu
masuknya bahan pencemar dalam jumlah tertentu yang dapat menyebabkan
perubahan komponen atmosfir normal. Salah satu contoh permasalahan polusi
akibat asap rokok, gangguan sirkulasi udara (ventilasi) dan asap yang terjadi di
dapur-dapur tradisional ketika memasak (Aditama, 1992).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui zat-zat kimia obat apa saja yang tidak diperbolehkan
penggunaan obat pada anak
2. Untuk mengetahui kasus apa saja yang sering dihadapi pada penggunaan
obat-obat anak dan bagaimana cara menanggulanginya
3. Untuk memahami peran TTK terhadap pemberian informasi mengenai
penggunaan obat-obat anak
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih lengkap tentang
kesehatan anak-anak
C. Manfaat
1. Memberikan
gambaran
yang
jelas
kepada
mahasiswa
cara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak
1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin
pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan
pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif
yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum
terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak
hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada
anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak
menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya.
mengalami
masalah
kesehatan
termasuk
pertumbuhan
dan
harus dilakukan kepada anak-anak mereka saat anak sedang sakit atau
salahmengartikan gejala yang terjadi pada anak tersebut. Pada saat inilah peran
dokter spesialis anak sangat diperlukan. Akan tetapi tidak semua orang tua dapat
dan mau ke dokter spesialis anak karena beberapa alasan diantaranya adalah biaya
yang cukup tinggi.
"Anak paling rentan itu usia balita pada umumnya dan kurang dari satu tahun
pada khususnya," jelas dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA, dokter spesialis anak dari
RSUP Persahabatan, saat berbincang dengan detikHealth, seperti ditulis pada
Rabu(5/6/2013). Menurut dr Tjatur, hal ini disebabkan karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah. Terlebih lagi, biasanya karena masih kecil anak suka
dibawa-bawa orang tuanya, yang membuatnya mudah tertular penyakit orang lain.
Tapi untuk frekuensinya paling banyak pada anak dibawah 5 tahun karena daya
tahan tubuh yang masih lemah.
B. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas
dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan atas
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau
common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis,
sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi
yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri
sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut,
bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.
Infeksi
Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
c.
Infeksi Akut
Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris
b) Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit
atau lebih pada umur 12 bulan-bulan - <5 tahun.
c) Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas
cepat,
frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang
dari 40 permenit 12 bulan - <5 bulan.
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda
dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga
dan demam.
Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut :
1) Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(pada waktu berbicara atau menangis)
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37C.
2) Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :
untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih
pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
dan bakteri tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Mukono, 2008: 17).
D. Penyebab ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal. Antara lain :
A.
bersih (Depkes RI, 2005: 30). Untuk pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu :
1) Imunisasi
2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) polusi di dalam maupun di luar
rumah
3) Mengatasi demam
4) Perbaikan makanan pendamping ASI
5) Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.
E. Cara Penularan ISPA
Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang
telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmission) dan
dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne disease) pada penderita
ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva
atau sputum.
F. Batuk Pada Anak
1. Definisi
Definisi batuk kronik bervariasi, ada yang menyatakan batuk kronik adalah
batuk yang berlangsung lebih dari atau sama dengan 2 minggu, ada yang
mengambil batasan 3 minggu, bahkan 4 minggu. Unit Kerja Koordinasi
10
sehingga
terjadi
peningkatan
tekanan
intratorakal.
11
dan lain-lain. Setelah fase tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang
dapat berlangsung singkat atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila
diperlukan batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk
persiapan batuk.
3. Farmakologik
Tatalaksana farmakologi pada batuk dikenal sebagai obat utama dan obat
suportif. Yang termasuk obat utama adalah antibiotik, bronkodilator, dan
antiinflamasi, sedangkan yang termasuk suportif adalah mukolitik dan antitusif.
Pada batuk kronik dengan penyebab utama infeksi bakteri maka pengobatan
utamanya adalah antibiotik. Jenis antibiotik yang diberikan tergantung dugaan
etiologinya, misalnya pada faringitis yang diduga bakteri maka pilihan utama
adalah golongan penisilin sedangkan pada rinosinusitis sebagai pilihan utama
adalah kombinasi amoksislin dan asam klavulanat serta pada pneumonia atipik
pilihan utama adalah makrolid dan lain-lain. Selain pilihan antibiotik yang
berbeda juga perlu diperhatikan lamanya pemberian antibiotik misalnya faringitis
bakteri cukup dengan 7 hari sedangkan pada rinosinusitis diberikan selama 3
minggu.
4. Non farmakologik
Selain tatalaksana farmakologik diperlukan pula penatalaksanaan non
farmakologi seperti pencegahan terhadap alergen, pengendalian lingkungan, dan
hidrasi yang cukup. Pada penyakit yang hanya timbul akibat adanya pajanan
alergen maka faktor pencegahan terhadap alergen merupakan hal yang harus
dilakukan misalnya pencegahan terhadap asap rokok, tungau debu rumah, atau
makanan tertentu yang menyebabkan alergi. Selain itu pengaturan lingkungan
seperti kebersihan lingkungan dan pengaturan suhu serta kelembaban merupakan
hal yang perlu diperhatikan. Dengan suasana lingkungan yang baik maka
tatalaksana batuk kronik menjadi lebih baik. Hidrasi yang cukup dapat berperan
sebagai faktor yang memudahkan terjadinya pengeluaran sekret lebih baik.
Dengan hidrasi yang cukup dapat mengubah ketebalan lapisan sol dan
12
13
Virus ini sebagian terutama ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan
setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin, atau melalui bersentuh (mis.
ketika seseorang berjabat tangan dengan orang lain). Lebih mudah untuk terkena
influenza di tempat yang tertutup atau sesak. Penderita influenza dapat
menularkan penyakit dari hari sebelum, sampai beberapa hari setelah gejala mulai
timbul.
4. Faktor Resiko
Siapa saja dapat terkena influenza. Kaum lanjut usia, penderita penyakit lain
(misalnya penyakit jantung, penyakit paru-paru atau diabetes) dan anak-anak kecil
lebih mungkin mengalami komplikasi.
14
BAB III
TINJAUAN RESEP
A. Resep
dr. Fahmi Lubis, SpA
SIP No. 512/IPD/0017/KPPT/2012
Jl. Bambang Utoyo No. 209 Palembang
Telp. (0711) 356171
PT. ASKES
R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth 1/2
R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I
081368222859
IN HEALTH
Nama Pasien
: M. Habiburahman
15
Data Pasien: jika dilihat dari obat yang diresepkan oleh dokter, pasien/anak
mengalami masalah yang berhubungan dengan saluran pernafasan berupa flu dan
batuk disertai sedikit sesak.
B. Copy Resep
Apotek Simulasi Farmasi
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171
0711-352071,Palembang
16
Tanggal Resep
: 05 Agustus 2014
Nama Dokter
No
: 01
Pro / Umur
: M. Habiburahman
R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth
det Oratifed syr
R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I
det
Palembang, 17 November 2014
CAP
Pcc
C. Monografi Bahan
1. Rhinofed Syrup
a. Komposisi Rhinofed :
Setiap 5 ml sirup mengandung : Pseudophedrine HCL ----- 15 mg
Terfenadine -------------- 20 mg
17
b. Indikasi:
Rinitis Alegika dan Rinitis Vasomotor.
c. Kemasan
: Suspensi 60 ml
berat.
Wanita hamil, menyusui dan penderita sedang terapi dengan penghambat
golongan makrolid.
Penderita dengan gangguan fungsi hati.
18
f. Dosis :
Anak berusia kurang dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.
g. Kelebihan Dosis ( Over Dosis ) :
Beberapa kasus kelebihan dosis telah dilaporkan, gejalaya bisa berupa
aritmia jantung termasuk takikardi ventrikular atau fibrilasi atau torsade de
pointes yang terjadi pada dosis berlebih pada dosis 360 mg. Pada dosis 300 mg 2
kali sehari selama 7 hari terjadi perubahan pada EKG yaitu perubahan morfologi
gelombang T dan timbulnya gelombang U. Pada kasus kelebihan dosis monitoring
EKG harus dilakukan secara intensif. Hemodialisis tidak efektif atau tidak
mempengaruhi berdihan terfenadine atau metabolitnya dari darah.
h. Peringatan dan Perhatian :
Hati-hati digunakan pada penderita narrow angle glaucoma, hipertensi,
i. Efek Samping :
Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, sakit perut dan mulut
kering.
Gangguan susunan saraf pusat : insomnia, gelisah dan ansietas.
Kardiovaskular : palpitasi, takikardi dan ekstrasistol.
19
j. Interaksi Obat :
Pemberian obat simpatomimetik pada penderita yang menerima obat
k. Harga
: Rp. 22.990
l. Pabrik
: Dexa Medica
m. Keterangan
2. Salbutamol Tablet
a. Deskripsi Salbutamol
Nama & Struktur Kimia : 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4hydroxy-3-hydroxymethylphenyl)ethanol. (1) C13H21NO3
Sifat Fisikokimia : Serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih.
Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya
Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai
bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan
bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan salah satu bronkodilator yang
20
paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk
pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,
obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise- induced broncospasm
(penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum sifat fisikokimia
dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih.
Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol
termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif
kronik
b. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol
Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali pemberian setiap 8
jam, maksimal 6 mg/hari.
Anak 6 12 tahun: 2 mg sebanyak 3 4 kali per hari, maksimal 24 mg/hari.
Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 2 4 mg sebanyak 3 4 kali per hari,
maksimal 32 mg/hari.
c. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang
menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan
adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan
energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Salbutamol digunakan
untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma
d. Mekanisme Aksi
Salbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan betaadrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)adrenergic yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan
katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3',
5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah
21
cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat
pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells
e. Penggunaan Salbutamol / Indikasi Obat
Indikasi :
Asma bronchial
Bronchitis cronis
Empisema
Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah
tubuh.
Asma merupakan penyakit kronik saluran pernafasan yang dapat
menjangkiti semua usia. Gejala-gejala yang menyertai asma menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari. Pasien asma memiliki kepekaan saluran pernafasan
yang berlebih (hipersensitif) sehingga mudah bereaksi pada zat yang masuk ke
saluran napas. Reaksi terhadap benda asing berupa penyempitan atau pemblokan
saluran napas, ditandai dengan nafas berbunyi, batuk, tersengal, dan penyempitan
rongga dada. Kondisi yang memicu asma adalah, inflamasi (iritasi atau
peradangan) atau bronchoconstriction (penciutan atau kontraksi otot di saluran
pernafasan) (farmacia, 2006)
Pada terapi pengobatan gangguan pernafasan obat salbutamol sudah tidak
asing lagi dipergunakan. Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang
paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk
pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit,
obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm
(penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga).
f. Kontraindikasi Salbutamol
Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap
perpanjangan interval QT, hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan
22
23
j. Interaksi Obat
Beta blockers
Pasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm hebat
Digoxin
Salbutamol menurunkan level serum digoxin
Diuretik
Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita hipokalemia
24
pemakaian.
Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll
pula.
Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor
25
26
dilaporkan.
Gangguan saluran pencernaan ringan.
Reaksi alergi dapat terjadi meskipun jarang, seperti : kulit kemerahan,
ambroksol
bersamaan
dengan
antibiotic
(amoksisilin,
k. Kemasan
Mucopect tablet, kotak, 10 strip x 10 tablet.
l. Keterangan
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan di tempat kering dan sejuk, terlindung dari cahaya. Jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
D. Perhitungan Bahan
1. Rhinofed sirup : 1 botol
0,65mg
x 15=
2. Salbutamol Tablet :
4,875 tablet
2mg
3. Mucopect tablet :
2
x 15=
6 tablet
5
E. Perhitungan Dosis
1. Rhinofed sirup
Anak berusia kurang dari 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok teh.
27
2. Salbutamol tablet
Anak di bawah 6 tahun: 0,3 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 kali pemberian
setiap 8 jam, maksimal 6 mg/hari.
3. Ambroxol tablet
Bila tidak dianjurkan lain oleh dokter,anjuran pemakaian untuk anak
berdasarkan jumlah dosis perhari yaitu 1,2 mg- 1,6 mg ambroxol HCl/kg
BB.
APOTEK SIMULASI
JL.ISMAIL MARZUKI No.5341/171
0711-352071, PALEMBANG
No: 01
2014
Nama : M. Habiburahman
Tgl: 17 nov
.......Rhinofed Syr...
..
Tablet
Sdk teh
.3.. X1.
Sirup
Sdk Makan
Puyer
Tetes
Kocok dahulu sebelum di pakai.
Semoga Lekas sembuh
28
APOTEK SIMULASI
JL.ISMAIL MARZUKI No.5341/171
0711-352071, PALEMBANG
No: 01
2014
Nama : M. Habiburahman
Tgl: 17 nov
.............Salbutamol
Tablet.....
Mucopect Tablet..
.........
Tablet
.3.. X1.
Sirup
Makan
Sdk teh
Sdk
29
BAB IV
SKENARIO PELAYANAN RESEP
(Penggunaan Obat pada Anak dan Bayi)
Di suatu siang yang cerah di tengah keramaian jalanan, tepat di depan
apotek Simulasi. Saat apotek tersebut sepi pembeli, dari kejauhan terlihatlah
sepasang suami istri berjalan menuju apotek untuk menebus resep yang diberikan
oleh dokter. Sepasang suami istri tersebut keluar dari mobilnya dengan rasa
cemas,gugup,khawatir namun tetap terlihat keharmonisan dari keluarga itu, sang
suami tampak sangat menyayangi istrinya,terlihat dari tindakan sang suami yang
menggandeng istrinya penuh kasih, Begitupula sebaliknya. Di dalam apotek ,
mulai terlihat wajah nan ramah dari asisten apoteker 1.
AA 1
Bapak
:Ini mba, tadi kami habis berobat ke dokter, anak kami yang sakit
(wajah sedih), lalu kesini mau nebus resep ini mba. (sambil
menyerahkan resep ke AA)
AA 1
30
Ibu 1
Bapak
: Kok mama bisa lupa sih, Umur Habib kan itu baru 4tahun mah.
Ibu 1
Bapak
AA1
Ibu
AA1
Ibu
AA1
Bapak
: Oiya mbaTapi anak saya itu belum bisa menelan tablet mba?
Gimana dong mba?
AA1
: begini ya ibu bapak, resep yang diberikan dokter ini sudah berupa
puyer/serbuk pak. Jadi, bisa memudahkan anak bapak untuk
menelan obatnya.
Ibu
Bapak
Ibu
31
Bapak
AA 1
: baik, Bapak mohon tunggu sebentar, dan ini nomer nya (sambil
memberikan nomer) nomernya di pegang dulu ya pak, kami akan
menyiapkan obatnya, Bapak bisa menunggu di tempat yang telah
disediakan disana ya (sambil menunjuk kearah kursi tunggu,
kemudian AA1 pun memberikan resep obat kepada AA 3)
Bapak
: iya mba.
Sementara itu di bagian dalam terlihat AA 3 sedang menelaah resep dokter
yang diberikan.tetapi obat Rhinofed tidak tersedia di Apotik simulasi, Maka AA3
pun menelpon dokter untuk mengganti obat lain yang tersedia di apotik.
AA4
Dokter
AA4
Dokter
AA4
: Maaf Bapak, ini obat Rhinofed nya tidak tersedia, tetapi sudah
dikonfirmasikan sama dokter bahwa obatnya itu bisa diganti
dengan Oratifed sirup. Dan untuk obat racikan salah satu obatnya
32
AA1
Bapak
AA1
Ibu
:oh...tadi tuh kan pas mau ngajakin Habib kesini, tiba-tiba tantenya
lewat jadi si Habib dijagain tantenya. Gimana obatnya sudah
selesai belum pah?
Bapak
Ibu 1
AA 1
: Ini ibu bapak, obatnya ada dua macam. Kalau boleh tau untuk
cara penggunaannya apakah sudah dijelaskan oleh dokter?
Ibu
33
AA1
Bapak
: Iya mba, terima kasih ya mba. Tapi saya mau tanya cara
penyimpanan obatnya gimana ya mba?
AA1
Ibu
AA1
Bapak
AA1
Bapak
34
DAFTAR LAMPIRAN
dr. Fahmi Lubis, SpA
SIP No. 512/IPD/0017/KPPT/2012
Jl. Bambang Utoyo No. 209 Palembang
Telp. (0711) 356171
PT. ASKES
R/ Rhinofed Syr I
S 3 d d Cth 1/2
R/ Salbutamol 0,65
Mucopect tab 2/5
Mf.pulv dtd XV
S 3 d d pulv I
081368222859
IN HEALTH
Nama Pasien
: M. Habiburahman
35
DAFTAR PUSTAKA
Scribd.com/doc/29094726/makalah-tentang-salbutamol
drugs.com/ppa/albuterol.html
medscape.com/medline/abstract/17276051
drugs.com/ppa/albuterol.html
medscape.com/viewarticle/406101
drugs.com/pro/albuterol.html
digilib.esaunggul.ac.idpublicUEU-Undergraduate-2826 BAB20I.pdf
repository.usu.ac.idbitstream123456789163145Chapter 20I.pdf
36