Anda di halaman 1dari 37

Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih menjadi


masalah kesehatan utama di Indonesia. Prevalensi ISPA di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,0%, tidak jauh berbeda
dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi
ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar
25,8%, diikuti kelompok umur kurang dari 1 tahun sebesar
22,0%. ISPA mengakibatkan sekitar 20-30% kematian pada
balita.1,3
• Pada umumnya anak-anak lebih sering mengalami ISPA baik
di negara berkembang maupun di negara maju

• terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151
juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang

• Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta), dan
Pakistan (10 juta). Di Bangladesh, Indonesia dan Nigeria
masing-masing sekitar 6 juta episode.1, 2
Tinjauan Pustaka
Defenisi
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan suatu
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura yang berlangsung selama 14 hari.13

• Menurut WHO, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah


penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular,
yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit mulai
dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit
yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.14
Epidemiologi
• ISPA banyak terjadi di negara berkembang dan sering
menyerang anak-anak terutama bayi dan balita.9 Di
Bangladesh, ISPA merupakan penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian sebesar dua per tiga dari total
kematian anak berusia di bawah satu tahun.

• Di Indonesia, angka kejadian ISPA pada tahun 2013 sebesar


25,0%. Lima provinsi dengan prevalensi ISPA tertinggi yaitu
Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),
Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%). ISPA
paling banyak diderita oleh kelompok usia 1-4 tahun (25,8%).
Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk
dengan ekonomi menengah ke bawah.1
Etiologi
• Bakteri penyebab ISPA terbanyak dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella,
dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain dari
golongan Myxovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
dan lain-lain. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus. 1,16
Klasifikasi

• ISPA bagian atas


Yang termasuk ISPA bagian atas adalah nasofaringitis atau
common cold, faringitis akut, rhinitis akut, dan sinusitis akut.13

• ISPA bagian bawah


Yang termasuk ISPA bagian bawah adalah bronkitis akut,
bronkiolitis, dan pneumonia.13
Faktor Risiko
• Usia
ISPA lebih sering terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun. Anak berusia
kurang dari 2 tahun mempunyai risiko terkena ISPA lebih besar
daripada anak yang lebih tua karena pada usia kurang dari 2 tahun
anak tersebut belum memiliki imunitas yang sempurna dan lumen
saluran napas yang relatif sempit.17
• Jenis kelamin
Suatu studi menyebutkan laki-laki lebih banyak mengalami ISPA
daripada perempuan.18 Tetapi dalam Riskesdas disebutkan tidak
terdapat perbedaan angka kejadian ISPA pada laki-laki maupun
perempuan.1 Terdapat sedikit perbedaan anatomi saluran napas antara
anak laki-laki maupun perempuan, namun hal ini tidak mempengaruhi
kejadian ISPA.17
• Berat lahir
ISPA cenderung terjadi pada balita dengan riwayat berat badan
lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan balita tanpa riwayat
BBLR.22 Bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh yang
belum sempurna yang mengakibatkan bayi BBLR memiliki daya
tahan tubuh yang rendah. Selain itu, bayi BBLR juga memiliki
pusat pengaturan pernapasan yang belum sempurna, surfaktan paru
yang masih kurang jumlahnya, otot-otot pernapasan dan tulang iga
yang masih lemah. Bayi BBLR juga mudah mengalami infeksi
paru dan gagal napas.19
• Status gizi
Status gizi menggambarkan baik atau buruknya konsumsi zat gizi
seseorang. Zat gizi diperlukan untuk pembentukan sistem
kekebalan tubuh seperti antibodi. Semakin baik status gizi
seseorang, maka semakin baik sistem kekebalan tubuhnya.
Infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan virus sangat
dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Bila sistem kekebalan
tubuh baik, maka seseorang akan kebal terhadap serangan virus.
Selain itu, kesembuhan dari penyakit akibat serangan virus juga
akan lebih cepat. Anak dengan malnutrisi juga lebih sering
mengalami ISPA dibandingkan dengan anak dengan gizi yang
baik.17
• Status Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap
cenderung lebih sering mengalami ISPA. Kebanyakan kasus
ISPA pada anak terjadi akibat komplikasi dari campak yang
merupakan faktor risiko yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Namun, kemampuan tubuh untuk menangkal suatu penyakit
masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain seperti faktor
genetik dan kualitas vaksin.18

• Pendidikan
Kurangnya pengetahuan di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangan ISPA dan bagaimana pencegahan agar tidak
mudah terserang penyakit ISPA menyebabkan masih banyak
kasus ISPA yang dapat ke sarana pelayanan kesehatan sudah
dalam keadaan berat.20
• Pemberian ASI eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
merupakan langkah yang efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan gizi dan memberikan perlindungan bagi bayi dari
serangan infeksi khususnya ISPA.21 ASI mengandung banyak faktor
kekebalan dan bermanfaat terhadap pencegahan ISPA terutama
sejak pemberian ASI di awal kehidupan bayi hingga bayi berusia 6
bulan, salah satunya adalah imunoglobulin. yang sangat penting
untuk melindungi bayi dari serangan infeksi.21
Bayi yang diberi ASI eksklusif cenderung tidak pernah
mengalami ISPA sedangkan bayi yang mendapatkan ASI non-
eksklusif cenderung lebih sering mengalami ISPA.21 Risiko anak
yang diberi ASI tidak secara eksklusif lebih besar dibandingkan
dengan anak yang diberi ASI secara eksklusif.21 Kematian akibat
penyakit saluran pernapasan 2-6 kali lebih banyak pada bayi yang
diberi susu formula dibandingkan dengan bayi yang mendapat
ASI.21
• Faktor lingkungan
Keadaan fisik sekitar manusia berpengaruh terhadap kesehatan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada
beberapa faktor dari lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan, meliputi udara, kelembapan, air, dan pencemaran
udara. ISPA termasuk air-borne disease yang merupakan
penyakit yang penularannya melalui udara yang tercemar dan
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan.22 Karena itu,
secara epidemiologi, udara mempunyai peranan yang besar pada
transmisi penyakit infeksi saluran pernapasan. Selain itu, faktor
dari lingkungan yang meningkatkan risiko terjadinya kejadian
ISPA adalah asap yang dihasilkan pabrik, asap kendaraan
bermotor, asap dari perokok, asap dari bahan bakar yang
digunakan untuk memasak, kurangnya ventilasi di rumah, suhu
ruangan rumah di bawah 18°C atau di atas 30°C, kepadatan
hunian rumah, penggunaan antinyamuk, dan partikel debu di
sekitar tempat tinggal.22
Manifestasi Klinis

Gejala ISPA Ringan


• Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala berikut:
• Batuk
• Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara seperti pada waktu berbicara atau menangis
• Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
• Demam, dengan suhu badan lebih dari 37°C
Gejala ISPA Sedang
• Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika
ditemukan gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala berikut:
• Pernapasan cepat sesuai umur yaitu pada kelompok umur <2
bulan dengan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih,
pada kelompok umur 2 - <12 bulan dengan frekuensi napas 50
kali per menit atau lebih, dan pada kelompok umur 12 bulan -
<5 tahun dengan frekuensi napas 40 kali per menit atau lebih.
• Suhu badan lebih dari 39°C
• Tenggorokan berwarna merah
• Telinga sakit atau mengeluarkan cairan dari lubang telinga
• Pernapasan berbunyi seperti mengorok / mendengkur
Gejala ISPA Berat
• Seorang bayi/balita dinyatakan menderita ISPA berat jika
ditemukan gejala ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala berikut:
• Bibir atau kulit membiru
• Kesadaran anak menurun
• Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak
gelisah
• Sela iga tertarik ke dalam saat bernapas
• Nadi lebih cepat dari 160 kali per menit atau tidak teraba
• Pernapasan cuping hidung 22
• Diagnosis
Diagnosis etiologi ISPA pada bayi/balita cukup sulit ditegkkan karena
pengambilan dahak sulit dilakukan. Prosedur pemeriksaan imunologi pun
belum bisa memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan penyebab
ISPA. Pemeriksaan darah dan pembiakan spesimen fungsi atau aspirasi paru
bisa dilakukan untuk diagnosis penyebab ISPA. Cara ini cukup efektif untuk
menentukan etiologi ISPA. Namun cara ini dianggap prosedur yang berbahaya
dan bertentangan dengan etika.
Dengan pertimbangan ini, diagnosis etiologi penyebab ISPA di Indonesia
didasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO) bahwa
Streptococcus pneumoniae dan Haemophylus influenza merupakan bakteri
yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang,
sedangkan di negara maju seringkali disebabkan oleh virus.

Diagnosis ISPA ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul pada bayi/balita


seperti yang telah dijelaskan pada uraian manifestasi klinis di atas.22
Penatalaksanaan
• Pengobatan simtomatik jika belum terbukti adanya bakteri
• Jika terbukti adanya bakteri mendapat antibiotika
• penderita ditindaklanjuti pada kunjungan ulang setiap 3 hari di
fasilitas pelayanan kesehatan.
• Bila pasien menderita pneumonia berat, pasien harus segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.11
Pencegahan

• Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana melalui


kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku
masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor
risiko ISPA. Penyuluhan dapat berupa penyuluhan penyakit
ISPA, penyuluhan ASI eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan
kesehatan lingkungan rumah, atau penyuluhan bahaya rokok.
• Imunisasi lengkap
• Usaha di bidang gizi dengan tujuan mengurangi malnutrisi.
• Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi BBLR.
• Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang
menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.22
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

• Kolostrum
• ASI masa peralihan
• ASI matur
• Hormon-hormon
Metode Penelitian
• Jenis Penelitaan
Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif
kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk melihat masalah dan
fenomena yang terjadi pada masyarakat berupa Gambaran
Tingkat Pendidikan, Usia, Asi Eksklusif dan Pekerjaan Terhadap
Penyakit ISPA pada Bayi Usia 0 – 12 Bulan di wilayah kerja
Puskesmas Muaro Bungo I Kecamatan Pasar Muara Bungo,
Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi.
• Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di poli Balita di wilayah kerja Puskesmas
Muara Bungo I Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kabupaten
Muara Bungo, Provinsi Jambi.
• Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 14 Juni 2018 s/d 30 Juni 2018.
• Sasaran Penelitian
Seluruh bayi yang ISPA dibawa oleh ibunya yang datang berobat
wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I Kecamatan Pasar
Muara Bungo, Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi.
• Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang dibawa oleh
ibunya yang datang berobat ke Puskesmas Muara Bungo I.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability
sampling jenis consecutive sampling. Semua subjek yang datang
secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
sebagai sampel penelitian sampai subjek yang diperlukan terpenuhi

Kriteria inklusi subjek penelitian adalah:


• Bayi berusia 0-12 bulan datang ke Poli Balita Puskesmas Muara
Bungo I yang ISPA.
• Ibu yang membawa bayi tersebut bersedia menjadi responden.
• Kriteria eksklusi subjek penelitian ini adalah:
• Ibu tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
• Bayi yang bukan dibawa oleh ibunya.
• Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan cara wawancara.
Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah dengan
pembagian kuesioner
• Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada 15 reponden di
Puskesmas Muaro Bungo I Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kabupaten
Muara Bungo, Provinsi Jambi
Instrumen Penelitian
Setiap responden diberi kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai Tingkat
Pendidikan Ibu, Umur, Pemberian ASI, Pekerjaan Terhadap Penyakit ISPA
Kejadian ISPA
yang terdiri dari 4 pertanyaan tentang pemberian ASI Eksklusif dan 4
pertanyaan tentang ISPA.
Deskripsi Karakteristik Sampel
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
     
Usia (bulan)    
0–6 5 16,6 %
7 – 12 25 83,3 %
Pemberian ASI Eksklusif    
Ya 27 90 %
Tidak 3 10 %
Menderita ISPA    
Ya 30 100 %
Tidak 0 0%
Tingkatan Pendidikan    
SD 15 50 %
SMP 7 23,3 %
SMA 5 16,6 %
S1 3 10%

Pekerjaan    
Buruh 20 66,6 %
Ibu Rumah Tangga 7 23,3 %
Pegawai negri/swasta 3 10%

     
     
Frekuensi ISPA    
Tidak Pernah 0 0%
< 2 kali 0 0%
≥ 2 kali 30 100%

     
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel dan Diagram Distribusi Kejadian ISPA Menurut Usia
Di Puskesmas Muara Bungo I Kecamatan Pasar Muara Bungo Kabupaten Bungo Propinsi
Jambi Tahun 2018

Usia Jumlah Persentase

Usia 0 – 6 Bulan 5 Orang 16,6 %

Usia 7 – 12 Bulan 25 Orang 83,3 %

Presentase
16.60%

Usia 0 - 6 Bulan
Usia 7 - 12 Bulan

83.30%
• Keterangan dari tabel dan diagram
Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa kejadian
ISPA mennurut usia, usia 7 – 12 bulan lebih banyak daripada usia
0 – 6 bulan.
Tabel dan Diagram Distribusi Kejadian ISPA Menurut Pemberian ASI Eklusif Di
Puskesmas Muara Bungo I Kecamatan Pasar Muaro Bungo Kabupaten Bungo
Propinsi jambi Tahun 2018

ASI Jumlah Persentase

ASI Eksklusif 27 Orang 90 %

Tidak ASI Eksklusif 3 Orang 10 %

PRESENTASE
10%

ASI EKSKLUSIF
TIDAK ASI EKSKLUSIF

90%
• Keterangan dari tabel dan diagram
Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa kejadian
ISPA mennurut pemberian ASI Eksklusif lebih banyak ISPA pada
pasien dengan ASI Eksklusif daripada pasien yang tidak diberi
ASI Eksklusif
Tabel dan Diagram Distribusi Kejadian ISPA Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu
Bayi Di Pusekesmas Muara Bungo I Kecamatan
Pasar Muara Bungo Kabupaten Bungo
Propinsi Jambi Tahun 2018

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase


Terakhir
SD 15 50 %
SMP 7 23,3 %
SMA 5 16,6 %
SI 3 10%

Presentase
10%
17%

SD
SMP
50% SMA
SI

23%
• Keterangan dari tabel dan diagram
• Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui
bahwa kejadian ISPA mennurut tingkat
pendidikan terakhir ibu sebanyak 50% ibu bayi
tamatan SD.
Tabel dan Diagram Distribusi Kejadian ISPA Menurut Pekerjaan Ibu Bayi Di Puskesmas Muara Bungo I
Kecamatan
Pasar Muara Bungo Kabupaten Bungo
Propinsi Jambi Tahun 2018

Pekerjaan Ibu Jumlah Presentase

Buruh 20 Orang 66,6%

Ibu Rumah Tangga 7 Orang 23,3%

Pegawai Negri/Swasta 3 Orang 10%

Presentase

10.00%

23.30% Buruh
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Negri/Swasta

66.60%
• Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui
bahwa kejadian ISPA mennurut pekerjaan ibu
bayi sebanyak 66,60 % sebagai Buruh.
Pembahasan
• Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 30 orang.
Kebanyakan responden berusia 7-12 bulan sebanyak 25 orang
(83,3%). Sebagian besar responden diberikan ASI eksklusif,
yaitu sebanyak 27 orang (90,00%), dan tingkat pendidikan
terakhir ibu bayi sebanyak 50% tamatan SD dan Pekerjaan ibu
bayi sebanyak 66,6% sebagai Buruh.

• Dengan demikian dapat disimpulkan kejadian ISPA pada bayi


lebih banyak pada usia 7 – 12 bulan pada bayi yang
mendapatkan asi eklusif dan kejadian ISPA pada bayi ibu
dengan pendidikan yang rendah dan tingkat stutus ekonomi
yang rendah lebih tinggi untuk terjadi penyakit ISPA.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV,
maka dapat ditarik kesimpulan kejadian ISPA pada bayi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Usia bayi, pemberian
ASI eksklusif, tingkat pendidikan dan Pekerjaan ibu dan lain –
lain. Pada penelitian ini didapatkan Kejadian ISPA lebih
banyak pada Usia 7-12 bulan dengan tingkat pendidikan
terakhir rata-rata SD dan Pekerjaan Ibu sebagai Buruh, dan
dengan Pemberian ASI Eksklusif angka kejadian ispa lebih
banyak pada usia di atas 6 bulan.
Saran
• Perlu dilakukan pembuatan leaflet mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif dan hubungannya dengan ISPA pada
bayi untuk menambah wawasan masyarakat sekitar Puskesmas
Muara Bungo I
• Perlu dilakukan pembinaan peran serta masyarakat dan kerja
sama dengan kader-kader PKK dan posyandu untuk lebih
memotivasi ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya.
• Perlu digalakkan lagi tentang perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) melalui penyuluhan mengenai pencegahan ISPA dan
faktor-faktor risiko kejadian ISPA.
• Perlu mengetahui tentang Pentingnya tingkat pendidikan
sebelum memulai berumah tangga untuk menunjang
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan pengetahuan
tentang penyakit ISPA.

Anda mungkin juga menyukai