Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak
balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut yaitu umur, jenis kelamin, berat badan lahir,
imunisasi yang tidak lengkap, tidak mendapatkan ASI yang adekuat, status gizi kurang, defisiensi vitamin
A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, orang dengan immunocompromised,
tingginya pajanan terhadap polusi udara, kepadatan hunia, dan ventilasi udara rumah yang tidak baik.
Keluhan utama pasien pneumonia adalah sesak napas, dengan onset sesak napas kurang dari 24 jam.
Gejala klinis pasien pneumonia anak yaitu demam, batuk dan muntah, dengan hasil pemeriksaan fisik
ditemukan suhu rata-rata 37,6 o C, takipneu, takikardi, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada,
ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil laboratorium jumlah leukosit
dalam batas normal dan gambaran rontgen tersering adalah gambaran infiltrat.
Penyakit penyerta pada pasien pneumonia anak yang paling sering adalah anemia.
Menurut IDAI, berikut ini beberapa tips pencegahan yang bisa dilakukan:
Pertama, memberi ASI eksklusif dan MPASI yang memadai. Pada bayi, pemberian asupan ASI dan MPASI yang
cukup akan memberikan proteksi perlindungan alamiah pada bayi dalam hal gizi. MPASI atau makanan
pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, sedangkan ASI dapat diberikan
hingga usia 2 tahun
Kedua, lengkapi imunisasi anak. Imunisasi yang lengkap dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia
anak, dan juga berbagai penyakit lain. Misalnya campak, batuk rejan, difteri, dan penyakit berat lainnya.
Ketiga, cuci tangan dengan sabun. Dengan mencuci tangan secara rutin, anak-anak bisa terlindungi dari
berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, diare, bahkan COVID-19. Cuci tangan yang rutin menjadi
penting karena ada jutaan bakteri dan virus tak kasat mata yang bisa menempel di tangan.
Keempat, memakai masker saat ada di tempat umum. Masker sangat efektif untuk mencegah penularan
pneumonia yang disebabkan oleh droplet pernafasan yang dihirup. Penggunaan masker yang benar juga
diperlukan agar penularan pneumonia dapat dicegah terutama saat anak-anak berada di tempat umum.
kelima, kurangi polusi dalam rumah. Polusi udara juga bisa menjadi salah satu faktor risiko pneumonia pada
anak. Jadi, polusi udara, termasuk yang ada di dalam rumah, sebaiknya dihindari. “Jangan biarkan Si Kecil
terpapar oleh polusi udara, seperti asap rokok, karena dapat merusak saluran pernapasannya
anak-anak yang hidup bersama seorang perokok, meskipun tidak merokok langsung di depannya, tetap
memiliki risiko untuk terkena penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN AKTUAL
• Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d proses infeksi