Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aji Fendi

NIM : 04011281924079
Kelas: Alpha 2019

Bronchopneumonia
Definisi

Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada


bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak
kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan
Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Anak dengan
daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan
bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor
imunitas, faktor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru,
anastesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.

Epidemiologi

Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di


bawah 5 tahun. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, kurang lebih
2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara. Pneumonia lebih sering dijumpai di negara berkembang dibandingkan
negara maju. Menurut survei kesehatan anak nasional ( SKN ) 2001, 27,6% kematian bayi
dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama
pneumonia.

Gambar 5. Penyebab Kematian Pada Balita Pada Tahun 2008 ( WHO/Child Health
Epidemiology Reference Group (CHERG) )
Komplikasi

Pneumonia yang disebabkan bakteri sering menyebabkan cairan yang terinflamasi


terkumpul di rongga pleura, hal ini mengakibatkan efusi parapneumonik dan apabila cairan
tersebut bersifat purulent maka akan mengakibatkan emfiema. Efusi dalam jumlah kecil
tidak memerlukan terapi. Efusi dalam jumlah besar akan membatasi pernapasan dan harus
dilakukan WSD. Diseksi udara di antara jaringan paru mengakibatkan timbulnya
pneumatokel atau timbulnya kantung udara.

Jaringan parut pada saluran respiratori dan parenkim paru akan menyebabkan dilatasi
bronkus yang mengakibatkan bronkiektasis, yang kemudian akan meningkatkan riisko infeksi
berulang. Pneumonia yang menyebabkan terjadinya nekrosis parenkim paru dapat
menyebabkan terjadinya abcess oaru. Abcess paru umumnya jarang terjadi pada anak,
penyebabnya pneumonia aspirasi dan infeksi dibelakang bronkus yang menyebabkan
obstruksi.

Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain: vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H. influenza, vaksinasi Varisela
yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah, dimana vaksin influenza yang
diberikan pada anak sebelum anak sakit. Efektivitas vaksin pneumokok adalah sebesar 70%
dan untuk H. influenzae sebesar 95%. Infeksi H. influenzae dapat dicegah dengan rifampicin
bagi kontak di rumah tangga atau tempat penitipan anak.

Prognosis
Pneumonia biasanya sembuh total dengan mortalitas kurang dari 1 %. Mortalitas dapa
lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi – protein dan
datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah
lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua – duanya bekerja sinergis,
maka malnutrisi bersama – sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
Pneumonia biasanya tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak.

SKDI
Daftar Pustaka

1. Raharjoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. 1st ed.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010. hal. 350 -365.
2. Hudoyo A. Anatomi Saluran Napas.. 2009 April
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/e4e3ff458efaa961c32c1e9163a77a24
964c5c0a.pdf
3. Ellis H. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Students and Junior Doctors.
11th ed. [ e – book ]. Massachussets : Blackwell Publishing. 2006
4. Sherwood L. Human Physiology. 6th ed. China: Thomson Brooks/Cole; 2007. hal.
451 - 455
5. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjadi AH, Kosim
MS, et. al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 1st ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2004. hal. 351 - 354.
Analisis Masalah
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap kasus diatas? 2
Usia: Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih rendah
dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk ke dalam kelompok yang rawan terhadap
infeksi seperti influenza dan pneu- monia. Anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan
terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia di atas 2 tahun

Kelamin: Anak laki-laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia
(Depkes RI, 2004). Hal ini disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih
kecil dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tahan
tubuh anak laki-laki dan perempuan

b. Bagaimana mekanisme terjadinya keluhan-keluhan pada kasus? 2


 Batuk tidak berdahak
Batuk tidak bertdahak yang di alami pasien merupakan refleks pertahanan dari
paru sebagai ekspulsi benda asing. Benda asing tersebut bisa bakteri, virus,
maupun jamur.
 Demam
Saat mikroorganisme masuk ke alveoli makrofag akan datang dan mengaktivasi
sitokin-sitokin termasuk TNF α dan IL-1 yang menyebabkan terjadinya respon
demam. Sitokin juga menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular
sehingga plasma yang berasal dari pembuluh darah masuk ke alveoli.
 Sesak nafas
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang menurunkan compliance
paru sehingga proses ventilasi dan difusi paru akan terganggu. Sebagai
kompensasi, pengisian udara akan lebih cepat karena itu Budi memiliki RR
60x/menit (takipneu) hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan ventilasi per
menitnya. Sehingga apabila ventilasi per menit ditingkatkan (melalui
mempercepat pengambilan napas/takipneu) harapannya suplai O2 juga akan
bertambah, dan sesak bisa berkurang.

c. Apa yang menyebabkan keluhan semakin bertambah berat? 2


Secara patofisiologinya pneumonia memiliki 4 stadium, yaitu stadium hiperemis dan
congesti, kemudian stadium hepatisasi merah, dilanjut hepatisasi kuning, dan diakhiri
dengan stadium 4, yaitu resolusi atau fase penyembuhan. Karena adanya progresivisitas
stadium itu lah pasien semakin mengalami gejala yang semakin berat.

d. Penyakit apa yang berkemungkinan dialami sang anak dengan keluhan tersebut? 2
e. Apakah ada rentang waktu dalam kemungkinan terjadinya gejala gejala ini? 2
f. Apa makna klinis kalimat “tidak dipengaruhi cuaca atau aktivitas”? 2
g. Mengapa sesak yang timbul tidak disertai mengi? 2
h. Bagaimana hubungan kasus dengan riwayat pasien yang tidak mendapat imunisasi dan
apa dampaknya jika anak tidak mendaprakan imunisasi lengkap? 2
Dengan mengetahui bahwa pasien tidak mendapatkan imunisasi maka diagnosis terhadap
kasus dapat lebih mudah ditegakkan dengan membandingkan hasil anamnsesis dan hasil
pemeriksaan yang didapatkan. Dicurigai Budi tidak mendapat imunisasi Hib untuk
mencegah infeksi Haemophilus influenzae tipe b, karena sesuai dengan gejala yang
menunjukkan bahwa Budi menderita pneumonia.
i. Apakah ada hubungan ayah yang merokok dengan kasus yang dialami pasien? 2
j. Bagaimana hubungan kasus dengan riwayat anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif? 2
ASI mengandung nutrisi dan zat-zat penting yang berguna terhadap kekebalan tubuh bayi.
Pada balita yang tidak mendapat ASI ekslusif mempunyai risiko terkena pneumonia lebih
tinggi dari pada balita yang mendapat asupan ASI eksklusif.
k. Apa saja imunisasi yang perlu diberikan pada pasien? 2
 Pneumococcal Pneumonia Vaccines
- Untuk mencegah pneumonia pneumokokus dan terjadi komplikasi. Orang
yang sangat penting untuk mendapatkannya :
 Orang usia 65 tahun keatas
 Orang yang memiliki penyakit kronis, atau yang sistem imunnya lemah seperti
kanker, HIV/AIDS, asma dll
 Orang yang merokok
 Anak usia kurang dari 5 tahun
 Anak diatas 5 tahun yang memiliki kondisi medis tertentu seperti penyakit
jantung, penyakit paru dan kanker.
 Vaksin Influenza
- Karena banyak orang mendapatkan pneumonia setelah mendapatkan
influenza atau flu, biasanya vaksi ini diberikan setiap tahun pada bulan
september sampai november sebelum bulan influnza munyebar.
 Vaksin Hib (Haemophilus influenza type b)
- Virus ini bisa menyebabkan penumonia dan meningitis. Vaksin biasanya
diberikan pada anak anak sebagai pencegahan di US direkomendasikan
untuk anak usia dibawah 5 tahun. Dan sering diberikan pada bayi usia 2
bulan.
l. Bagaimana interpretasi/indikasi tidak adanya riwayat atopi dalam keluarga? 2
Tidak adanya riwayat allergy dapat menjadi diagnosis banding kasus ini terhadap
bronchiolitis dan asthma bronchiale, dimana pada keduanya terdapat wheezing. Selain itu
bronchiolitis merupakan infeksi yang terjadi pada bronchiolus, yang letaknya dekat
dengan alveoli, maka dari itu pneumonia dan bronchiolitis agak sulit dibedakan karena
letaknya yang berdekatan.
m. Apa saja manfaat asi ekslusif bagi anak? 2

Anda mungkin juga menyukai