Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan peradangan saluran pernapasan bawah (parenkim
paru) yang secara khusus melibatkan ruang alveolar. 1 Pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme virus, bakteri maupun jamur, namun dapat juga disebabkan oleh
aspirasi atau radiasi.2 Pneumonia tercatat sebagai masalah utama pada anak terutama
di negara berkembang dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak usia <5
tahun.3
Setiap tahunnya terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia di seluruh dunia
dan menyebabkan 1,3 juta kematian, hal ini menjadikan pneumonia sebagai penyebab
kematian balita tertinggi dibandingkan penyakit menular lainnya. Angka kejadian
pneumonia di Indonesia sebesar 2% sedangkan di Kalimantan Timur berkisar 1,8%-
1,9%.3 Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian pneumonia
diantaranya: tidak ASI eksklusif, malnutrisi atau gizi kurang, bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), polusi udara dalam rumah, orang tua yang merokok, derajat wasting,
dan imunisasi dasar yang tidak lengkap.4
Gejala klinis pneumonia berbeda tergantung derajat keparahan dan agen
penyebabnya. Secara umum trias klasik pneumonia adalah demam, batuk, dan
gangguan pernapasan (takipnea/sesak/retraksi dinding dada). Penegakan diagnosis
pneumonia kebanyakan dibuat secara klinis, pemeriksaan penunjang dilakukan pada
kasus berat yang diduga memiliki komplikasi. 5 Tatalaksana pneumonia dibedakan
menjadi pneumonia dan pneumonia berat, penumonia umumnya cukup responsif
dengan terapi antibiotik oral sedangkan pneumonia berat membutuhkan terapi
parenteral.6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Bagaimanakah Gambaran Faktor Risiko pada Pasien Pneumonia
yang Berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor
risiko pada pasien pneumonia yang berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui karakteristik responden, jenis kelamin dan umur responden
2. Untuk mengetahui faktor risiko terbanyak yang ditemukan pada pasien
pneumonia yang berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.4.1 Institusi UPTD Puskesmas Mekar Sari
Puskesmas mendapatkan gambaran dan informasi faktor risiko pada pasien
pneumonia yang berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari.
1.4.2 Pasien Pneumonia
Memberikan informasi mengenai bahaya pneumonia, dan faktor risiko
pneumonia pada keluarga pasien.
1.4.3 Peneliti
1. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang faktor risiko pada pasien
pneumonia yang berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari
2. Dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta mengetahui
masalah yang timbul dalam pelaksanaan.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Pneumonia
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan saluran pernapasan bawah (parenkim
paru) yang secara khusus melibatkan ruang alveolar. Adanya mikroorganisme di
ruang alveolar tanpa reaksi inflamasi menunjukkan adanya kolonisasi dan bukan
pneumonia.1

2.2 Etiologi
Etiologi pneumonia pada anak diklasifikasikan sebagai usia dan organisme
spesifik. Neonatus beresiko organisme bakterial di jalan lahir termasuk streptokokus
grup B, Klebsiella, E.coli, dan Listeria monocytogenes. Organisme Streptococcus
pneumoniae, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus ditemukan pada
late onset pneumonia. Kelompok usia 30 hari-2 tahun organisme penyebab paling
sering adalh virus. Usia 2-5 tahun penyebab terbanyak adalah virus, namun
peningkatan temuan akibat s.pneumoniae dan H.influenzae sedang dipelajari.
Mycoplasma pneumoniae sesekali ditemukan pada kelompok usia 5-13 tahun, namun
S.pneumoniae tetap menjadi organisme yang paling banyak diidentifikasi.3

2.3 Epidemiologi
Terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia setiap tahunnya di seluruh dunia
yang menyebabkan 1,3 juta kematian. Anak-anak usia <2 tahun di negara
berkembang menyumbang 80% kasus kematian anak akibat pneumonia. 3 Secara
Global angka kejadian kasus pneumonia lebih dari 1.400 kasus/100.000 anak dengan
angka kejadian terbesar di Asia Selatan (2.500 kasus/100.000 anak), Afrika Barat dan
Tengah (1.620 kasus/100.000 anak). Pneumonia merupakan penyebab tertinggi
kematian balita dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Diperkirakan lebih
dari 700.000 balita meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya atau sekitar 2.000
kematian per hari dan ini mencakup lebih dari 200.000 bayi baru lahir.2
Riset Kesehatan Dasar terbaru tahun 2018 terdapat 2.0% kasus pneumonia di
Indonesia dan sekitar 1,8-1,9% kasus di Kalimantan Timur. Survei Sample
Registration System Balitbangkes 2016 pneumonia menempati urutan ke 3 sebagai
penyebab kematian pada balita (9.4%. ) 7 Target indikator kinerja P2M Indonesia
tahun 2023 persentase pengobatan kasus pneumonisa sesuai standar sebesar 70% dan
target tahun 2024 95%, capaian indikator pengobatan kasus pneumonia di Indonesia
sesuai standar tahun 2022 sebesar 53%. Capaian indikator pengobatan kasus
pneumonia di Kalimantan Timur sesuai standar tahun 2022 berada di atas angka
nasional sebesar 98%.8

2.4 Faktor Risiko


Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam artikel 11 November 2022
menerangkan bahwa sebagian besar anak dapat melawan pneumonia dengan sistem
imun alami mereka, namun anak dengan imunokompromais memiliki risiko lebih
besar untuk menderita pneumonia. Sistem imun anak mungkin melemah akibat
malnutrisi atau kekurangan gizi, terutama pada anak yang tidak ASI eksklusif. Faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan risiko pneumonia pada anak antara lain adalah
polusi udara dalam ruangan akibat memasak menggunakan kayu bakar, orang tua
yang merokok, dan tinggal di rumah yang padat penduduk.2
Faktor risiko pneumonia berdasarkan hasil penelitian Vivi,dkk (2021) adalah
ASI tidak eksklusif, imunisasi dasar tidak lengkap, polusi udara dalam ruangan, berat
badan lahir rendah, dan derajat wasting.9

2.5 Gejala Klinis


Gejala klinis pneumonia berbeda-beda tergantung derajat keparahan, usia, dan
jenis agen penyebabnya. Trias klasik pneumonia adalah demam, batuk, dan gangguan
pernapasan.10 Bayi usia <3 bulan gejala klinis yang umum ditemukan adalah takipnea
biasanya >60x/menit, disertai dengan retraksi dada, hal ini sering dikaitkan dengan
gejala tidak spesifik lainnya seperti hipertermi, somnolen, food intolerance, dan
apnea.3
Pada bayi yang lebih besar umumnya dimulai dengan gejala sistem
pernapasan atas seperti batuk dan rinorea, setelah itu muncul demam, takipnea
(>50x/menit), merintih dan napas cuping hidung. Demam tinggi terutama pada anak
usia <2 tahun kebanyakan dikaitkan dengan penyakit serius meskipun tidak dapat
menentukan etiologi yang spesifik. Anak usia sekolah dan pra-sekolah mungkin
muncul dengan keluhan demam tinggi, disertai menggigil, batuk, dan nyeri dada.3
Temuan pada pemeriksaan fisik pneumonia bervariasi bergantung usia pasien.
Takipnea merupakan gejala yang sangat sensitif pada anak usia <5 tahun. Bayi yang
lebih muda dan bayi baru lahir datang dengan keluhan penurunan suara napas dan
hanya beberapa muncul dengan suara ronki. Suara ronki halus sering ditemukan pada
anak usia <2 tahun, ronki memiliki sensitivitas 75% dan spesifitas <60%. 4 Wheezing
mungkin ditemukan pada bayi yang menderita pneumonia karena virus atau pada
anak usia >5 tahun dengan agen pneumonia atipikal seperti Mycoplasma
pneumoniae. Namun, pemeriksaan fisik respirasi yang normal tidak menyingkirkan
pneumonia terutama pada 48 jam pertama (silent period).3

2.6 Diagnosis
Kecurigaan yang mengarah ke diagnosis umumnya dibuat secara klinis.
Pemeriksaan foto toraks tidak rutin dilakukan pada anak dengan pneumonia, namun
foto toraks masih menjadi baku emas untuk mendiagnosis pneumonia komunitas.
Foto toraks tidak bisa membedakan etiologi pneumonia baik bakterial, virus, ataupun
agen atipikal, meskipun begitu gambaran konsolidasi lobar kebanyakan disebabkan
oleh bakteri sedangkan gambaran interstisial disebabkan oleh virus ataupun agen
tipikal lainnya. Foto toraks penting dilakukan jika ada kecurigaan komplikasi seperti
abses atau empiema. Follow-up foto toraks harus dilakukan pada minggu ke-4 pada
kasus pneumonia berulang, ateletaksis, atau dugaan malformasi.3
Gambar 2. 1 Tabel MTBS Pneumonia10

Pemeriksaan darah lengkap seperti hitung jenis leukosit, jumlah neutrofil,


protein C-reaktif, dan laju sedimentasi tidak memiliki peran untuk mengidentifikasi
etiologi serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Identifikasi
mikrobiologis tidak memiliki dampak klinis pada sebagian besar anak pneumonia
komunitas,berbeda dengan pasien dengan gejala serius dan/atau dirawat di rumah
sakit dimana penyelidikan etiologi penting dilakukan. Jika ada kecurigaan terhadap
virus maka dilakukan pemeriksaan direct immunofluorescence (DIF) atau ELISA,
sedangkan pada kecurigaan bakteriologis dilakukan kultur darah, kultur darah
memiliki tingkat positif yang rendah dan hanya dilakukan pada pasien dengan respon
klinis buruk. 3
2.7 Tatalaksana
Pneumonia umumnya cukup responsif dengan tatalaksana antibiotik dan rawat
jalan. Tatalaksana antibiotik bersifat empiris mengingat sulitnya menentukan agen
etiologi. Jika dicurigai agen etiologi adalah bakteri pemberian amoksisilin harus
diberikan 80-100 mg/KgBB/hari dibagi menjadi dua dosis selama 5-7 hari.
Pemberian antipiretik dan analgesik diindikasikan untuk menjaga kondisi anak lebih
baik dan mengurangi kebutuhan metabolisme dan penggunaan oksigen.11
WHO dalam Revised WHO classification and treatment of childhood
pneumonia at health facilities menyatakan rekomendasi 1 bahwa anak pneumonia
dengan napas cepat (takipnea) tanpa adanya retraksi dada (tarikan dinding dada ke
dalam) atau tanda bahaya lainnya harus diterapi dengan amoksisilin oral minimal
40mg/kgBB/dosis dua kali sehari selama 5 hari, daerah dengan prevalensi HIV
rendah berikan amoksisilin selama 3 hari, anak pneumonia dengan takipnea yang
gagal dengan terapi terapi lini pertama amoksisilin oral harus dirujuk ke fasilitas yang
memiliki pilhan terapi lini kedua.6
Rekomendasi 2 menyatakan anak 2-59 bulan dengan penumonia retraksi dada
harus diberikan terapi amoksisilin oral 40mg/KgBB/dosis dua kali sehari selama 5
hari. Rekomendasi 3 menyatakan anak usia 2-59 bulan dengan pneumonia berat harus
diterapi dengan ampisilin parenteral dan gentamisin sebagai lini terapi pertama.
Ampisilin 50mg/KgBB atau benzil penisilin 50.000unit/KgBB IV/IM setiap 6 jam
setidaknya 5 hari, Gentamisin 7,5mg/KgBB IM/IV sekali sehari selama minimal 5
hari, pada anak pneumonia berat yang gagal dengan terapi lini pertama seftriakson
digunakan sebagai lini kedua.6
Rekomendasi 4 menyatakan ampisilin ditambah gentamisin, atau seftriakson
direkomendasikan sebagai regimen antibiotik lini pertama untuk bayi yang terinfeksi
atau terpajan HIV dan anak usia <5 tahun dengan pneumonia berat. Jika pengobatan
dengan ampisilin ditambah gentamisin tidak berhasil penggunaan seftriakson saja
direkomendasikan sebagai lini terapi kedua.6
Rekomendasi 5: terapi empiris kotrimoksazol untuk dugaan Pneumocystis
jirovecii pneumonia direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada bayi usia 2
bulan-1 tahun yang terinfeksi atau terpajan HIV dengan pneumonia berat, atau
retraksi dinding dada. Terapi empiris kotrimoksazol untuk Pneumocystis jirovecii
tidak direkomendasikan untuk anak usia >1 tahun dengan pneumonia berat atau
retraksi dinding dada.6
Indikasi Rawat Inap anak pneumonia adalah sebagai berikut:11
a. Tidak ada respons klinis terhadap terapi rawat jalan
b. Muntah dan dehidrasi, yang mungkin menyebabkan pengobatan oral sulit
dilakukan
c. saturasi oksigen transkutan <93%
d. Usia di bawah 3 bulan, karena risiko apnea dan henti kardiorespirasi
e. Penyakit penyerta yang relevan: jantung, paru, neuromuskular, imunologis
f. Pneumonia dengan komplikasi: efusi, lesi tergali
g. Penyakit serius: Ketidakstabilan hemodinamik, perubahan kesadaran, kejang,

2.8 Komplikasi
Setiap kali seorang pasien terus mengalami demam setelah 48-72 jam, maka
terdapat beberapa komplikasi seperti efusi pleura, empiema, abses, pneumatocele,
resistensi bakteri, atau pilihan antibiotik yang tidak adekuat harus dicurigai. Adanya
beberapa fokus ekstrapulmonal (perikardium, sendi, meningen) harus disingkirkan.
Efusi pleura atau empiema merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada 40%
anak yang dirawat di rumah sakit.11

2.9 Prognosis
Pada umumnya prognosis anak dengan pneumonia cenderung baik dan dapat
sembuh secara cepat dan sempurna, walaupun masih terdapat kelainan radiologi yang
bertahan sampai 6-8 minggu sebelum kembali ke kondisi normal. Pada beberapa anak
pneumonia dapat berulang dan berlangsung lebih dari 1 bulan.5

BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan menggunakan
pendekatan studi cross sectional yang artinya observasi tiap subjek hanya dilakukan
satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut.

3.2 Populasi Penelitian


1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia <60 bulan yang
berobat ke Puskesmas Mekar Sari
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak usia <60 bulan yang
berobat ke Puskesmas Mekar Sari bulan September-20 Oktober 2023.

3.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Sampel
Sampel penelitian adalah anak usia <60 bulan yang berobat ke Puskesmas
Mekar Sari bulan September-20 Oktober 2023 dan termasuk kriteria inklusi.
2. Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini adalah pasien pneumonia usia <60 bulan yang
berobat ke puskesmas Mekar Sari September-20 Oktober 2023. Teknik
pengambilan data yang dilakukan adalah dengan cara Total sampling.

3.4 Kriteria Pemilihan


1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik atau standar umum subjek penelitian
yang ditetapkan pada populasi target sebelum penelitian. Kriteria inklusi
meliputi:
 Anak usia <60 bulan
 Didiagnosa pneumonia

2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi tapi
harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi
meliputi:
 Didiagnosa bukan pneumonia
 Orang tua yang tidak bisa membaca dan menulis

3.5 Instrumen Penelitian


1. Metode
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data
mengenai faktor risiko pneumonia pada pasien pneumonia yang berobat di
Puskesmas Mekar Sari September-20 Oktober 2023.

2. Alat Pengumpulan Data


Setiap orang tua pasien pneumonia diberikan kuesioner berisi pertanyaan yang
mengarah ke faktor risiko pneumonia berisi data umum, riwayat penyakit, dan
perilaku. Tidak ada nilai untuk setiap jawaban.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Poli MTBS Puskesmas Mekar Sari, Kecamatan
Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan dari bulan September- Oktober 2023.
3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
1. Peneliti dinas di Poli MTBS Puskesmas Mekar Sari
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan membuat diagnosa
3. Peneliti memberi kuesioner kepada responden, memberi informed consent dan
menjelaskan mengenai isi kuesioner
4. Pengisian kuesioner
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil dari mini project yang dilakukan mengenai gambaran faktor risiko pada
pasien pneumonia di Puskesmas Mekar Sari didapatkan 5 responden yang diambil
dengan cara total sampling didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden


Karakteristik Frekuensi Persentase
(n=5)
Jenis Kelamin
1.Laki-laki 3 60%
2. Perempuan 2 40%
Jarak Rumah
1. 1-3 km (dekat) 4 80%
2. 3-5 km (sedang) 1 20%
3. >5 km (jauh) 0
Penghasilan
1. <Rp.1.000.000 0
2. Rp.1.000.000-5.000.000 4 80%
3. >Rp.5.000.000 1 20%
Berat Badan Lahir
1. BBLR (<2.500 g) 3 60%
2. Tidak BBLR (>2500g) 2 40%
Sirkulasi Dapur
1. Ada 3 60%
2. Tidak Ada 2 40%
Membuka Jendela
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0
Orang tua Perokok
1.Ya 4 80%
2. Tidak 1 20%
ASI Eksklusif
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0
Imunisasi Lengkap
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0
Berdasarkan tabel hasil penelitian diatas didapatkan pasien laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan, dimana pasien laki-laki berjumlah 3 (60%) dan
Perempuan (40%). Rata-rata jarak rumah pasien dengan puskesmas masuk dalam
kategori dekat (1-3 km) sebanyak 4 responden (80%) dan 1 responden lainnya
berjarak sedang (20%) dan tidak ada pasien yang jarak rumah ke puskesmas >5 km.
Keluarga pasien dengan penghasilan Rp.1.000.000-5.000.000 berjumlah 4 responden
(80%) dan penghasilan keluarga >5.000.000 berjumlah 1 responden (20%). Pasien
dengan berat badan lahir rendah (<2.500 gr) sebanyak 3 responden (60%) dan dengan
berat lahir >2.500 g sebanyak 2 responden (40%). 3 responden (60%) memiliki
sirkulasi udara di dapurnya dan 2 lainnya (40%) tidak memiliki sirkulasi udara di
dapur. Pasien pneumonia dengan orang tua perokok jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak perokok, responden dengan orang tua perokok
berjumlah 4 (80%) dan orang tua yang tidak perokok berjumlah 1 (20%). Seluruh
responden (n=5, 100%) selalu membuka jendela minimal 1 jam sehari, mendapatkan
ASI eksklusif dan, Riwayat imunisasi dasar lengkap.

4.2 Pembahasan
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan
bakteri. Terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia setiap tahunnya di seluruh dunia
yang menyebabkan 1,3 juta kematian, 80% angka ini disumbang oleh anak-anak usia
< 2 tahun di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab tertinggi kematian
balita dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Riset Kesehatan Dasar terbaru
tahun 2018 terdapat 2.0% kasus pneumonia di Indonesia dan sekitar 1,8-1,9% kasus
di Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil penelitian pada 5.1, didapatkan sebanyak 5 responden
selama penelitian. Jumlah responden laki-laki lebih banyak dibanding Perempuan,
faktor risiko pneumonia terbanyak pertama adalah memiliki orang tua perokok,
diikuti dengan Riwayat kelahiran BBLR. Hal ini sesuai dengan WHO (2022) dan
hasil penelitian Vivi, dkk (2021) dimana orang tua perokok dan BBLR menjadi faktor
risiko pneumonia. Berbeda dengan hasil penelitian vivi, dkk (2021) 100% responden
yang menderita pneumonia mendapat ASI eksklusif dan imunisasi dasar lengkap.
Anak yang sering terpapar asap rokok lebih rentan terjadi infeksi saluran
napas. Perokok pasif pada anak menyebabkan supresi fungsi fagosit dan aktivitas sel
silia, meningkatkan kemungkinan adesi bakteri pada epitel saluran pernapasan dan
menyebabkan koloni bakteri. Pada bayi BBLR rentan terjadi defek pada fungsi paru
dan belum adekuatnya imunitas.5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran faktor
risiko pneumonia pada pasien yang berobat di Puskesmas Mekar Sari tahun 2023
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah pasien pneumonia laki-laki lebih banyak dibandingkan Perempuan
2. Faktor risiko terbanyak yang ditemukan adalah orang tua perokok dan tidak
memiliki sirkulasi udara di dapur
3. Faktor risiko lain seperti tidak ASI eksklusif dan imunisasi dasar tidak lengkap
tidak ditemukan

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada orang tua pasien agar tidak merokok di dekat anak serta di
lingkungan sekitar rumah termasuk teras dan membuat sirkulasi udara di dapur
serta menjauhkan anak dari lingkungan dapur jika sedang memasak.
2. Bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan metode penelitian
lain seperti cross sectional, case control, atau kohort untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan faktor risiko yang ditemukan pada penelitian ini terhadap
angka kejadian kasus pneumonia di Puskesmas Mekar sari.
LAMPIRAN
1. KUISIONER TENTANG PNEUMONIA
DATA DIRI/IDENTITAS
Nama orangtua: Nama balita:
Umur orangtua: Umur balita:
Alamat: Berat badan :
Pendidikan orangtua: Tinggi badan
DATA UMUM
1. Di manakah tempat pelayanan kesehatan yang dituju bila sakit ?
a. Puskesmas
b. Posyandu
c. Dokter spesialis anak
d. RS
e. Praktik dokter swasta
f. Bidan
2. Berapa jarak tempuh yang Anda butuhkan ke tempat pelayanan kesehatan ?
a. 1 – 3 km
b. 3 – 5 km
c. 5 – 10 km
d. > 10 km
3. Kendaraan apakah yang digunakan ke tempat tersebut ?
a. Angkutan Umum
b. Motor
c. Sepeda
d. Jalan kaki
e. Mobil pribadi

4. Berapa penghasilan anda per bulan ?


a. < 500.000
b. 500.000 – 1.000.000
c. 1.000.000 – 5.000.000
d. > 5.000.000

RIWAYAT PENYAKIT
5. Apakah anak Anda pernah menderita batuk dan sukar bernafas ?
a. Ya, sebutkan berapa lama :……..
b. Tidak (lanjut no. 9)
6. Apakah saat anak anda sukar bernafas terlihat tarikan dinding
dada bawah ke dalam ?
a. Ya
b, Tidak
7. Apakah terdengar mengi dan suara mengorok pada saat anak
anda sukar bernafas ?
a. Ya
b. Tidak

8. Apakah pada saat batuk dan sukar bernafas anak anda


mengalami demam ?
a. Ya
b. Tidak
9. Berapakah berat badan anak anda pada saat lahir ?
a. ≥ 2500 gr
b. < 2500 gr
10. Apakah petugas kesehatan melakukan penimbangan BB dan
pengukuran TB anak anda ?
a. Ya
b. Tidak

PENGETAHUAN
11. Apakah anda mengetahui tentang penyakit pneumonia (paru-
paru basah) ?
a. Ya
b. Tidak
12. Dari manakah anda mengetahui tentang penyakit tersebut ?
a. Media cetak
b. Media elektronik
c. Tenaga kesehatan melalui penyuluhan (Puskesmas)
13. Sudah cukupkah informasi pneumonia yang anda dapatkan dari
puskesmas ? (khusus untuk jawaban C pada soal no19)
pneumonia ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anda mengetahui gejala-gejala penyakit pneumonia ?
a. Ya
b. TIdak

15. Menurut anda apakah pneumonia dapat diturunkan berdasarkan


garis keturunan?
a. Ya
b. Tidak
c. tidak tahu
16. Apakah pneumonia itu berbahaya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

PERILAKU
17. Apakah anda sering membawa anak anda ke Posyandu setiap
bulan ?
a. Ya
b. Tidak, alasan …………….
18. Apakah anda menggunakan bahan bakar tumbuhan
(kayu/arang) dalam memasak sehari-hari ?
a. Ya
b. Tidak
19. Apakah dapur anda mempunyai sirkulasi udara yang baik, misal
: cerobong asap, jendela, dll ?
a. Ya, sebutkan....
b. Tidak
20. Apakah anda sering membuka jendela rumah minimal 1 jam
setiap hari ?
a. Ya
b. Tidak
21. Apakah ada anggota keluarga yang punya kebiasaan merokok di
dalam rumah ?
a. Ya, siapa......
b. Tidak
22. Pada saat bayi, anak anda mendapat ASI saja sampai umur
berapa ?
a. sampai umur 6 bulan
b. Tidak sampai umur 6 bulan

23. Apakah anak anda telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap


sesuai umurnya ?
a. Ya
b. Tidak

TERIMA KASIH
2. Pelaksanaan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai