Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA BALITA PNEUMONIA DI


PUSKESMAS MEKAR SARI

Disusun oleh :
dr. Gabrelia Ulita Lumban Toruan
Pembimbing :
dr. Siti Fatimah

UPTD PUSKESMAS MEKAR SARI


DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan limpahan rahmat, nikmat, serta karunia – Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan mini project ini dengan baik. Rasa syukur terus terucap
berkat terselesaikannya mini project yang berjudul “Gambaran Faktor Risiko Pada
Balita Pneumonia di Puskesmas Mekar Sari” ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia Periode 2 Tahun 2023.

Penghargaan dan terimakasih yang setulus – tulusnya kepada bapak dan mamak
tercinta yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril
dan material, yang selalu mendoakan dan mensuport dari jauh sehingga penulis dapat
menyelesaikan mini project ini.

Penyusunan mini project ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Drg. Lili Angraeni selaku kepala UPTD Puskesmas Mekar Sari yang telah
mengijinkan dan mendukung kami untuk melakukan tugas internsip.
2. dr. Siti Fatimah selaku dokter pembimbing kami selama menjalankan program
internsip di UPTD Puskesmas Mekar Sari, yang selalu memberikan arahan dan
nasihat dalam menjalankan program tersebut selama 6 bulan.
3. Seluruh staff pegawai UPTD Puskesmas Mekar Sari yang membantu saya
dalam mengumpulkan data mini project ini.
4. Kepada teman – teman seperjuangan dalam intersip ini dr.Atikah, dr. Rahma,
drg.Retno, drg. Irma, dan dr. Ade, teman berkeluh kesah dan teman senasib,
sahabat serta teman kosan saya, saya ucapkan terimakasih atas kerjasama
selama ini dan terutama kerjasama dalam mengumpulkan data.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu – persatu terimakasih telah
membantu dan memberi dukungannya.

2
Akhir kata, penulis juga menyadari bahwa mini project ini tidak luput dari
kesalahan, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan pada mini project ini. Semoga mini project ini dapat memberikan
manfaat untuk mendorong penelitian – penelitian selanjutnya dan dapat menjadi
masukan serta membantu dalam mencegah terjadinya

Balikpapan, November 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 4
BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 7
1.4.1 Institusi UPTD Puskesmas Mekar Sari ................................................... 7
1.4.2 Pasien Pneumonia ...................................................................................... 7
1.4.3 Peneliti ......................................................................................................... 7
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 8
Pneumonia ............................................................................................................... 8
2.1 Definisi................................................................................................................ 8
2.2 Etiologi ............................................................................................................... 8
2.3 Epidemiologi ...................................................................................................... 8
2.4 Faktor Risiko ..................................................................................................... 9
2.5 Gejala Klinis ...................................................................................................... 9
2.6 Diagnosis .......................................................................................................... 10
2.7 Tatalaksana...................................................................................................... 12
2.8 Komplikasi ....................................................................................................... 13
2.9 Prognosis .......................................................................................................... 14
BAB III Metodologi Penelitian ................................................................................ 15
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 15
3.2 Populasi Penelitian .......................................................................................... 15
3.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 15

4
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 15
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 16
3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data .......................................... 16
BAB IV Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 17
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 17
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 18
BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................................ 20
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20
5.2 Saran ................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21
1. Kuisioner Tentang Pneumonia ........................................................................ 23
2. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 26

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan peradangan saluran pernapasan bawah (parenkim paru)
yang secara khusus melibatkan ruang alveolar.1 Pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme virus, bakteri maupun jamur, namun dapat juga disebabkan oleh
aspirasi atau radiasi.2 Pneumonia tercatat sebagai masalah utama pada anak terutama
di negara berkembang dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak usia <5
tahun.3
Setiap tahunnya terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia di seluruh dunia dan
menyebabkan 1,3 juta kematian, hal ini menjadikan pneumonia sebagai penyebab
kematian balita tertinggi dibandingkan penyakit menular lainnya. Angka kejadian
pneumonia di Indonesia sebesar 2% sedangkan di Kalimantan Timur berkisar 1,8%-
1,9%.3 Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian pneumonia
diantaranya: tidak ASI eksklusif, malnutrisi atau gizi kurang, bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), polusi udara dalam rumah, orang tua yang merokok, derajat wasting,
dan imunisasi dasar yang tidak lengkap.4
Gejala klinis pneumonia berbeda tergantung derajat keparahan dan agen
penyebabnya. Secara umum trias klasik pneumonia adalah demam, batuk, dan
gangguan pernapasan (takipnea/sesak/retraksi dinding dada). Penegakan diagnosis
pneumonia kebanyakan dibuat secara klinis, pemeriksaan penunjang dilakukan pada
kasus berat yang diduga memiliki komplikasi.5 Tatalaksana pneumonia dibedakan
menjadi pneumonia dan pneumonia berat, penumonia umumnya cukup responsif
dengan terapi antibiotik oral sedangkan pneumonia berat membutuhkan terapi
parenteral.6

6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Bagaimanakah Gambaran Faktor Risiko pada Balita Pneumonia
yang Berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor
risiko pada balita pneumonia yang berobat di Puskesmas Mekar Sari.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui karakteristik responden, jenis kelamin dan umur responden
2. Untuk mengetahui faktor risiko terbanyak yang ditemukan pada balita
pneumonia yang berobat di Puskesmas Mekar Sari

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.4.1 Institusi UPTD Puskesmas Mekar Sari
Puskesmas mendapatkan gambaran dan informasi faktor risiko pada balita
pneumonia yang berobat di Puskesmas Mekar Sari.
1.4.2 Pasien Pneumonia
Memberikan informasi mengenai bahaya pneumonia, dan faktor risiko
pneumonia pada keluarga pasien.
1.4.3 Peneliti
1. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang faktor risiko pada balita pneumonia
yang berobat di UPTD Puskesmas Mekar Sari
2. Dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta mengetahui
masalah yang timbul dalam pelaksanaan.

7
BAB II
Tinjauan Pustaka

Pneumonia
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan saluran pernapasan bawah (parenkim paru)
yang secara khusus melibatkan ruang alveolar. Adanya mikroorganisme di ruang
alveolar tanpa reaksi inflamasi menunjukkan adanya kolonisasi dan bukan
pneumonia.1

2.2 Etiologi
Etiologi pneumonia pada anak diklasifikasikan sebagai usia dan organisme
spesifik. Neonatus beresiko organisme bakterial di jalan lahir termasuk streptokokus
grup B, Klebsiella, E. coli, dan Listeria monocytogenes. Organisme Streptococcus
pneumoniae, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus ditemukan pada late
onset pneumonia. Kelompok usia 30 hari-2 tahun organisme penyebab paling sering
adalh virus. Usia 2-5 tahun penyebab terbanyak adalah virus, namun peningkatan
temuan akibat s.pneumoniae dan H.influenzae sedang dipelajari. Mycoplasma
pneumoniae sesekali ditemukan pada kelompok usia 5-13 tahun, namun S.pneumoniae
tetap menjadi organisme yang paling banyak diidentifikasi.3

2.3 Epidemiologi
Terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia setiap tahunnya di seluruh dunia
yang menyebabkan 1,3 juta kematian. Anak-anak usia <2 tahun di negara berkembang
menyumbang 80% kasus kematian anak akibat pneumonia.3 Secara Global angka
kejadian kasus pneumonia lebih dari 1.400 kasus/100.000 anak dengan angka kejadian
terbesar di Asia Selatan (2.500 kasus/100.000 anak), Afrika Barat dan Tengah (1.620
kasus/100.000 anak). Pneumonia merupakan penyebab tertinggi kematian balita
dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Diperkirakan lebih dari 700.000 balita

8
meninggal akibat pneumonia setiap tahunnya atau sekitar 2.000 kematian per hari dan
ini mencakup lebih dari 200.000 bayi baru lahir.2
Riset Kesehatan Dasar terbaru tahun 2018 terdapat 2.0% kasus pneumonia di
Indonesia dan sekitar 1,8-1,9% kasus di Kalimantan Timur. Survei Sample Registration
System Balitbangkes 2016 pneumonia menempati urutan ke 3 sebagai penyebab
kematian pada balita (9.4%. )7 Target indikator kinerja P2M Indonesia tahun 2023
persentase pengobatan kasus pneumonisa sesuai standar sebesar 70% dan target tahun
2024 95%, capaian indikator pengobatan kasus pneumonia di Indonesia sesuai standar
tahun 2022 sebesar 53%. Capaian indikator pengobatan kasus pneumonia di
Kalimantan Timur sesuai standar tahun 2022 berada di atas angka nasional sebesar
98%.8

2.4 Faktor Risiko


Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam artikel 11 November 2022
menerangkan bahwa sebagian besar anak dapat melawan pneumonia dengan sistem
imun alami mereka, namun anak dengan imunokompromais memiliki risiko lebih besar
untuk menderita pneumonia. Sistem imun anak mungkin melemah akibat malnutrisi
atau kekurangan gizi, terutama pada anak yang tidak ASI eksklusif. Faktor lingkungan
yang dapat meningkatkan risiko pneumonia pada anak antara lain adalah polusi udara
dalam ruangan akibat memasak menggunakan kayu bakar, orang tua yang merokok,
dan tinggal di rumah yang padat penduduk.2
Faktor risiko pneumonia berdasarkan hasil penelitian Vivi,dkk (2021) adalah
ASI tidak eksklusif, imunisasi dasar tidak lengkap, polusi udara dalam ruangan, berat
badan lahir rendah, dan derajat wasting.9

2.5 Gejala Klinis


Gejala klinis pneumonia berbeda-beda tergantung derajat keparahan, usia, dan
jenis agen penyebabnya. Trias klasik pneumonia adalah demam, batuk, dan gangguan
pernapasan.10 Bayi usia <3 bulan gejala klinis yang umum ditemukan adalah takipnea

9
biasanya >60x/menit, disertai dengan retraksi dada, hal ini sering dikaitkan dengan
gejala tidak spesifik lainnya seperti hipertermi, somnolen, food intolerance, dan
apnea.3
Pada bayi yang lebih besar umumnya dimulai dengan gejala sistem pernapasan
atas seperti batuk dan rinorea, setelah itu muncul demam, takipnea (>50x/menit),
merintih dan napas cuping hidung. Demam tinggi terutama pada anak usia <2 tahun
kebanyakan dikaitkan dengan penyakit serius meskipun tidak dapat menentukan
etiologi yang spesifik. Anak usia sekolah dan pra-sekolah mungkin muncul dengan
keluhan demam tinggi, disertai menggigil, batuk, dan nyeri dada.3
Temuan pada pemeriksaan fisik pneumonia bervariasi bergantung usia pasien.
Takipnea merupakan gejala yang sangat sensitif pada anak usia <5 tahun. Bayi yang
lebih muda dan bayi baru lahir datang dengan keluhan penurunan suara napas dan
hanya beberapa muncul dengan suara ronki. Suara ronki halus sering ditemukan pada
anak usia <2 tahun, ronki memiliki sensitivitas 75% dan spesifitas <60%.4 Wheezing
mungkin ditemukan pada bayi yang menderita pneumonia karena virus atau pada anak
usia >5 tahun dengan agen pneumonia atipikal seperti Mycoplasma pneumoniae.
Namun, pemeriksaan fisik respirasi yang normal tidak menyingkirkan pneumonia
terutama pada 48 jam pertama (silent period).3

2.6 Diagnosis
Kecurigaan yang mengarah ke diagnosis umumnya dibuat secara klinis.
Pemeriksaan foto toraks tidak rutin dilakukan pada anak dengan pneumonia, namun
foto toraks masih menjadi baku emas untuk mendiagnosis pneumonia komunitas. Foto
toraks tidak bisa membedakan etiologi pneumonia baik bakterial, virus, ataupun agen
atipikal, meskipun begitu gambaran konsolidasi lobar kebanyakan disebabkan oleh
bakteri sedangkan gambaran interstisial disebabkan oleh virus ataupun agen tipikal
lainnya. Foto toraks penting dilakukan jika ada kecurigaan komplikasi seperti abses
atau empiema. Follow-up foto toraks harus dilakukan pada minggu ke-4 pada kasus
pneumonia berulang, ateletaksis, atau dugaan malformasi.3

10
Gambar 2. 1 Tabel MTBS Pneumonia10

Pemeriksaan darah lengkap seperti hitung jenis leukosit, jumlah neutrofil,


protein C-reaktif, dan laju sedimentasi tidak memiliki peran untuk mengidentifikasi
etiologi serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Identifikasi
mikrobiologis tidak memiliki dampak klinis pada sebagian besar anak pneumonia
komunitas, berbeda dengan pasien dengan gejala serius dan/atau dirawat di rumah sakit
dimana penyelidikan etiologi penting dilakukan. Jika ada kecurigaan terhadap virus
maka dilakukan pemeriksaan direct immunofluorescence (DIF) atau ELISA,
sedangkan pada kecurigaan bakteriologis dilakukan kultur darah, kultur darah memiliki
tingkat positif yang rendah dan hanya dilakukan pada pasien dengan respon klinis
buruk. 3

11
Gambar 2. 2 a. Gambar perselubungan pada paru atas, b. pneumonia
lobaris3

2.7 Tatalaksana
Pneumonia umumnya cukup responsif dengan tatalaksana antibiotik dan rawat
jalan. Tatalaksana antibiotik bersifat empiris mengingat sulitnya menentukan agen
etiologi. Jika dicurigai agen etiologi adalah bakteri pemberian amoksisilin harus
diberikan 80-100 mg/KgBB/hari dibagi menjadi dua dosis selama 5-7 hari. Pemberian
antipiretik dan analgesik diindikasikan untuk menjaga kondisi anak lebih baik dan
mengurangi kebutuhan metabolisme dan penggunaan oksigen.11
WHO dalam Revised WHO classification and treatment of childhood
pneumonia at health facilities menyatakan rekomendasi 1 bahwa anak pneumonia
dengan napas cepat (takipnea) tanpa adanya retraksi dada (tarikan dinding dada ke
dalam) atau tanda bahaya lainnya harus diterapi dengan amoksisilin oral minimal
40mg/kgBB/dosis dua kali sehari selama 5 hari, daerah dengan prevalensi HIV rendah
berikan amoksisilin selama 3 hari, anak pneumonia dengan takipnea yang gagal dengan
terapi terapi lini pertama amoksisilin oral harus dirujuk ke fasilitas yang memiliki
pilhan terapi lini kedua.6
Rekomendasi 2 menyatakan anak 2-59 bulan dengan penumonia retraksi dada
harus diberikan terapi amoksisilin oral 40mg/KgBB/dosis dua kali sehari selama 5 hari.
Rekomendasi 3 menyatakan anak usia 2-59 bulan dengan pneumonia berat harus
diterapi dengan ampisilin parenteral dan gentamisin sebagai lini terapi pertama.

12
Ampisilin 50mg/KgBB atau benzil penisilin 50.000unit/KgBB IV/IM setiap 6 jam
setidaknya 5 hari, Gentamisin 7,5mg/KgBB IM/IV sekali sehari selama minimal 5 hari,
pada anak pneumonia berat yang gagal dengan terapi lini pertama seftriakson
digunakan sebagai lini kedua.6
Rekomendasi 4 menyatakan ampisilin ditambah gentamisin, atau seftriakson
direkomendasikan sebagai regimen antibiotik lini pertama untuk bayi yang terinfeksi
atau terpajan HIV dan anak usia <5 tahun dengan pneumonia berat. Jika pengobatan
dengan ampisilin ditambah gentamisin tidak berhasil penggunaan seftriakson saja
direkomendasikan sebagai lini terapi kedua.6
Rekomendasi 5: terapi empiris kotrimoksazol untuk dugaan Pneumocystis
jirovecii pneumonia direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada bayi usia 2 bulan-
1 tahun yang terinfeksi atau terpajan HIV dengan pneumonia berat, atau retraksi
dinding dada. Terapi empiris kotrimoksazol untuk Pneumocystis jirovecii tidak
direkomendasikan untuk anak usia >1 tahun dengan pneumonia berat atau retraksi
dinding dada.6
Indikasi Rawat Inap anak pneumonia adalah sebagai berikut:11
a. Tidak ada respons klinis terhadap terapi rawat jalan
b. Muntah dan dehidrasi, yang mungkin menyebabkan pengobatan oral sulit
dilakukan
c. saturasi oksigen transkutan <93%
d. Usia di bawah 3 bulan, karena risiko apnea dan henti kardiorespirasi
e. Penyakit penyerta yang relevan: jantung, paru, neuromuskular, imunologis
f. Pneumonia dengan komplikasi: efusi, lesi tergali
g. Penyakit serius: Ketidakstabilan hemodinamik, perubahan kesadaran, kejang,

2.8 Komplikasi
Setiap kali seorang pasien terus mengalami demam setelah 48-72 jam, maka
terdapat beberapa komplikasi seperti efusi pleura, empiema, abses, pneumatocele,
resistensi bakteri, atau pilihan antibiotik yang tidak adekuat harus dicurigai. Adanya

13
beberapa fokus ekstrapulmonal (perikardium, sendi, meningen) harus disingkirkan.
Efusi pleura atau empiema merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada 40%
anak yang dirawat di rumah sakit.11

2.9 Prognosis
Pada umumnya prognosis anak dengan pneumonia cenderung baik dan dapat
sembuh secara cepat dan sempurna, walaupun masih terdapat kelainan radiologi yang
bertahan sampai 6-8 minggu sebelum kembali ke kondisi normal. Pada beberapa anak
pneumonia dapat berulang dan berlangsung lebih dari 1 bulan.5

14
BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan observasional deskriptif yaitu penelitian yang
dijelaskan detil terkait suatu kejadian peristiwa. Penelitian ini akan menggambarkan
hasil pengamatan mengenai faktor risiko pada balita pneumonia yang berobat di
Puskesmas Mekar Sari.

3.2 Populasi Penelitian


1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia <60 bulan yang
berobat ke Puskesmas Mekar Sari
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak usia <60 bulan yang
berobat ke Puskesmas Mekar Sari bulan September-20 Oktober 2023.

3.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Sampel
Sampel penelitian adalah anak usia <60 bulan yang berobat ke Puskesmas
Mekar Sari bulan September-20 Oktober 2023 dan didiagnosis pneumonia.
2. Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini adalah pasien pneumonia usia <60 bulan yang
berobat ke puskesmas Mekar Sari September-20 Oktober 2023. Teknik
pengambilan data yang dilakukan adalah dengan cara Total sampling.

3.4 Instrumen Penelitian


1. Metode

15
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data
mengenai faktor risiko pneumonia pada balita pneumonia yang berobat di
Puskesmas Mekar Sari September-20 Oktober 2023.

2. Alat Pengumpulan Data


Setiap orang tua pasien pneumonia diberikan kuesioner berisi pertanyaan yang
mengarah ke faktor risiko pneumonia berisi data umum, riwayat penyakit, dan
perilaku. Tidak ada nilai untuk setiap jawaban.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Poli MTBS Puskesmas Mekar Sari, Kecamatan
Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan dari bulan September- Oktober 2023.

3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data


1. Peneliti dinas di Poli MTBS Puskesmas Mekar Sari
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan membuat diagnosa
3. Peneliti memberi kuesioner kepada responden, memberi informed consent dan
menjelaskan mengenai isi kuesioner
4. Pengisian kuesioner
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil dari mini project yang dilakukan mengenai gambaran faktor risiko pada
balita pneumonia di Puskesmas Mekar Sari didapatkan 5 responden yang diambil
dengan cara total sampling didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden


Karakteristik Frekuensi Persentase
(n=5)
Jenis Kelamin
1.Laki-laki 3 60%
2. Perempuan 2 40%
Jarak Rumah
1. 1-3 km (dekat) 4 80%
2. 3-5 km (sedang) 1 20%
3. >5 km (jauh) 0
Penghasilan
1. <Rp.1.000.000 0
2. Rp.1.000.000-5.000.000 4 80%
3. >Rp.5.000.000 1 20%
Berat Badan Lahir
1. BBLR (<2.500 g) 3 60%
2. Tidak BBLR (>2500g) 2 40%
Sirkulasi Dapur
1. Ada 3 60%
2. Tidak Ada 2 40%
Membuka Jendela
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0
Orang tua Perokok
1.Ya 4 80%
2. Tidak 1 20%
ASI Eksklusif
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0
Imunisasi Lengkap
1. Ya 5 100%
2. Tidak 0 0

17
Berdasarkan tabel hasil penelitian diatas didapatkan pasien laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan, dimana pasien laki-laki berjumlah 3 (60%) dan
Perempuan (40%). Rata-rata jarak rumah pasien dengan puskesmas masuk dalam
kategori dekat (1-3 km) sebanyak 4 responden (80%) dan 1 responden lainnya berjarak
sedang (20%) dan tidak ada pasien yang jarak rumah ke puskesmas >5 km. Keluarga
pasien dengan penghasilan Rp.1.000.000-5.000.000 berjumlah 4 responden (80%) dan
penghasilan keluarga >5.000.000 berjumlah 1 responden (20%). Pasien dengan berat
badan lahir rendah (<2.500 gr) sebanyak 3 responden (60%) dan dengan berat lahir
>2.500 g sebanyak 2 responden (40%). 3 responden (60%) memiliki sirkulasi udara di
dapurnya dan 2 lainnya (40%) tidak memiliki sirkulasi udara di dapur. Pasien
pneumonia dengan orang tua perokok jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak perokok, responden dengan orang tua perokok berjumlah 4 (80%) dan orang
tua yang tidak perokok berjumlah 1 (20%). Seluruh responden (n=5, 100%) selalu
membuka jendela minimal 1 jam sehari, mendapatkan ASI eksklusif dan, Riwayat
imunisasi dasar lengkap.

4.2 Pembahasan
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Terdapat sekitar 120 juta kasus pneumonia setiap tahunnya di seluruh dunia yang
menyebabkan 1,3 juta kematian, 80% angka ini disumbang oleh anak-anak usia < 2
tahun di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab tertinggi kematian
balita dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Riset Kesehatan Dasar terbaru
tahun 2018 terdapat 2.0% kasus pneumonia di Indonesia dan sekitar 1,8-1,9% kasus di
Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil penelitian pada 5.1, didapatkan sebanyak 5 responden selama
penelitian. Jumlah responden laki-laki lebih banyak dibanding Perempuan, faktor
risiko pneumonia terbanyak pertama adalah memiliki orang tua perokok, diikuti

18
dengan Riwayat kelahiran BBLR. Hal ini sesuai dengan WHO (2022) dan hasil
penelitian Vivi, dkk (2021) dimana orang tua perokok dan BBLR menjadi faktor risiko
pneumonia, anak dengan orang tua perokok memiliki risiko 7x lipat lebih besar
mengalami pneumonia dibanding anak dengan orang tua tidak perokok. Anak dengan
Riwayat BBLR 3x lipat lebih berisiko mengalami pneumonia dibanding anak tanpa
Riwayat BBLR.
Berbeda dengan hasil penelitian vivi, dkk (2021) 100% responden yang
menderita pneumonia mendapat ASI eksklusif dan imunisasi dasar lengkap. Nguyen,
dkk (2016) menyatakan bahwa anak yang tidak mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan
14x lebih berisiko mengalami pneumonia dibanding dengan anak yang ASI eksklusif.
Vivi, dkk (2021) menyatakan anak yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap 5x
lipat lebih berisiko mengalami pneumonia dibandingkan anak yang mendapat
imunisasi dasar lengkap.
Faktor risiko tidak memiliki sirkulasi dapur seperti cerobong asap atau jendela
di dapur hanya ditemukan pada 2 responden. Berdasarkan penelitian Ni Kadek,dkk
(Purbalingga, 2014) tidak memiliki cerobong asap merupakan faktor risiko yang
signifikan terhadap kejadian pneumonia pada anak usia <5 tahun, dimana dari
penelitian tersebut ventilasi menjadi faktor risiko yang paling bermakna.
Anak yang sering terpapar asap rokok lebih rentan terjadi infeksi saluran napas.
Perokok pasif pada anak menyebabkan supresi fungsi fagosit dan aktivitas sel silia,
meningkatkan kemungkinan adesi bakteri pada epitel saluran pernapasan dan
menyebabkan koloni bakteri. Pada bayi BBLR rentan terjadi defek pada fungsi paru
dan belum adekuatnya imunitas.5

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran faktor
risiko pneumonia pada balita yang berobat di Puskesmas Mekar Sari tahun 2023
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah pasien pneumonia laki-laki lebih banyak dibandingkan Perempuan
2. Faktor risiko terbanyak yang ditemukan adalah orang tua perokok dan tidak
memiliki sirkulasi udara di dapur
3. Faktor risiko lain seperti tidak ASI eksklusif dan imunisasi dasar tidak lengkap
tidak ditemukan

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada orang tua pasien agar tidak merokok di dekat anak serta di
lingkungan sekitar rumah termasuk teras dan membuat sirkulasi udara di dapur
serta menjauhkan anak dari lingkungan dapur jika sedang memasak.
2. Bagi peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan metode penelitian
lain seperti cross sectional, case control, atau kohort untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan faktor risiko yang ditemukan pada penelitian ini terhadap angka
kejadian kasus pneumonia di Puskesmas Mekar sari.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Lim, Wei Shen. Pneumonia Overview. Encyclopedia of Respiratory Medicine.


Elsevier. 2021. P185-97

2. Pneumonia. Unicef Data. December 2022. https://data.unicef.org/topic/child


health/pneumonia/.

3. Walsh, Brian K. Pneumonia in Pediatric Airway Disorders and Parenchymal


Lung Disease. Neonatal and Pediatric Respiratory Care. 5th ed. St.Louis
Missouri. Elsevier. 2019. P 516-19

4. Rahajoe NN., Bambang S., Darmawan BS. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia ; 2018.

5. Mercdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-8. Singapura: Elsevier;2020)

6. World Health Organization. Revised WHO Classification and Treatment of


Childhood Pneumonia at Health Facilities. Geneva. WHO Library Cataloguing.
2014

7. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI. 2019. 27-9

8. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan. Jakarta. Kementrian
Kesehatan RI. 2023.

9. Sutriana, Vivi Ninda, Mei Nani Sitaresmi, dan Abdul Wahab. Risk Factors for
childhood pneumonia: a case-control study in a high prevalence area in
Indonesia. Clinical Exp Pediatri. Vol 64. 2020.

10. Kementrian Kesehatan RI. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2022

11. Betrand, Pablo dan Ignacio Sanchez. Pediatric Respiratory Disease: A


Comprehensive Textbook. Springer. 2020

21
LAMPIRAN

22
1. KUISIONER TENTANG PNEUMONIA
DATA DIRI/IDENTITAS
Nama orangtua: Nama balita:
Umur orangtua: Umur balita:
Alamat: Berat badan :
Pendidikan orangtua: Tinggi badan
DATA UMUM
1. Di manakah tempat pelayanan kesehatan yang dituju bila sakit ?
a. Puskesmas
b. Posyandu
c. Dokter spesialis anak
d. RS
e. Praktik dokter swasta
f. Bidan
2. Berapa jarak tempuh yang Anda butuhkan ke tempat pelayanan kesehatan ?
a. 1 – 3 km
b. 3 – 5 km
c. 5 – 10 km
d. > 10 km
3. Kendaraan apakah yang digunakan ke tempat tersebut ?
a. Angkutan Umum
b. Motor
c. Sepeda
d. Jalan kaki
e. Mobil pribadi

4. Berapa penghasilan anda per bulan ?


a. < 500.000
b. 500.000 – 1.000.000
c. 1.000.000 – 5.000.000
d. > 5.000.000

RIWAYAT PENYAKIT
5. Apakah anak Anda pernah menderita batuk dan sukar bernafas ?
a. Ya, sebutkan berapa lama :……..
b. Tidak (lanjut no. 9)
6. Apakah saat anak anda sukar bernafas terlihat tarikan dinding dada bawah ke dalam ?
a. Ya
b, Tidak
7. Apakah terdengar mengi dan suara mengorok pada saat anak anda sukar bernafas ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah pada saat batuk dan sukar bernafas anak anda mengalami demam ?

23
a. Ya
b. Tidak
9. Berapakah berat badan anak anda pada saat lahir ?
a. ≥ 2500 gr
b. < 2500 gr
10. Apakah petugas kesehatan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB anak
anda ?
a. Ya
b. Tidak

PENGETAHUAN
11. Apakah anda mengetahui tentang penyakit pneumonia (paru-paru basah) ?
a. Ya
b. Tidak
12. Dari manakah anda mengetahui tentang penyakit tersebut ?
a. Media cetak
b. Media elektronik
c. Tenaga kesehatan melalui penyuluhan (Puskesmas)
13. Sudah cukupkah informasi pneumonia yang anda dapatkan dari puskesmas ? (khusus
untuk jawaban C pada soal no19) pneumonia ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anda mengetahui gejala-gejala penyakit pneumonia ?
a. Ya
b. TIdak

15. Menurut anda apakah pneumonia dapat diturunkan berdasarkan garis keturunan?
a. Ya
b. Tidak
c. tidak tahu
16. Apakah pneumonia itu berbahaya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

PERILAKU
17. Apakah anda sering membawa anak anda ke Posyandu setiap bulan ?
a. Ya
b. Tidak, alasan …………….
18. Apakah anda menggunakan bahan bakar tumbuhan (kayu/arang) dalam memasak
sehari-hari ?
a. Ya

24
b. Tidak
19. Apakah dapur anda mempunyai sirkulasi udara yang baik, misal : cerobong asap,
jendela, dll ?
a. Ya, sebutkan....
b. Tidak
20. Apakah anda sering membuka jendela rumah minimal 1 jam setiap hari ?
a. Ya
b. Tidak
21. Apakah ada anggota keluarga yang punya kebiasaan merokok di dalam rumah ?
a. Ya, siapa......
b. Tidak
22. Pada saat bayi, anak anda mendapat ASI saja sampai umur berapa ?
a. sampai umur 6 bulan
b. Tidak sampai umur 6 bulan

23. Apakah anak anda telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai umurnya ?
a. Ya
b. Tidak

TERIMA KASIH

25
2. Pelaksanaan Penelitian

26

Anda mungkin juga menyukai