Disusun Oleh:
dr. Rani Astari
Pendamping:
dr. Zulkarnain Alhinduan
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga.
18
Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau norma yang berlaku di masyarakat. Indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan.
Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
a) Penyebab penyakit
b) Gejala atau tanda-tanda penyakit
c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
d) Bagaimana cara penularannya
e) Bagaimana cara pencegahannya
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut
Nursalam 2008, kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan
menggunakan nilai:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai = 56%
18
2.2.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional:
1) Cara coba dan salah (trial and error)
2) Cara kekuasaan atau otoritas
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
4) Melalui jalan pikiran
b. Cara modern:
1) Metode berfikir induktif
2) Metode berfikir deduktif.
a. Faktor Internal :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan
GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu
usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung
minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut
akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
3) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang bahwa
tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadap.
b. Faktor Eksternal antara lain:
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila rah
sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian
Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang
diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
Dari definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari
komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan
dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai)
dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten) .18 Sikap dapat
diklasifikasikan menjadi sikap positif dan sifat negatif berdasarkan sifat sikap
(Heri Purwanto dalam Wawan, 2010: 34).
a. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, maupun tidak menyukai objek atau stimulus
18
Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Menerima (receiving)
19
1) Bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala
atau tanda penyakit,
2) Penyebab penyakit
3) Cara penularan penyakit
4) Cara pencegahan penyakit
19
2.3.3 Komponen Sikap
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
atau yang kontroversial. b. Komponen afektif
20
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap
yang konfromis atau searah dengan sikap seseorang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa
disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumen. e.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan.
Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.4 Tindakan
Tindakan merupakan bentuk nyata dari sikap. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (praktik).
Namun sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Sebab terbentuknya
tindakan memerlukan keberadaan faktor-faktor lainnya seperti ada tidaknya
fasilitas ataupun sarana dan prasarana. Tindakan dapat dibedakan
21
menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu praktik terpimpin (guided
19
response), praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption).
Tindakan yang dilakukan dan bertujuan untuk mempertahankan maupun
meningkatkan kesehatan seseorang disebut juga sebagai perilaku sehat ( healthy
behavior) Pada dasarnya penularan penyakit TB dapat disebabkan oleh
kurangnya perilaku sehat dari seseorang, seperti kebiasaan membuka jendela,
19
kebiasaan membuang dahak, merokok, dan lain sebagainya.
Data jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lingga per
desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No. Desa Jumlah % jlh Pddk Jlh Pddk
1. Korek 2.585 51 % 5,386
2. Lingga 2.916 52.6 % 5,887
3. Pancaroba 2.129 56 % 4,037
4. Teluk Bakung 2.291 52 % 4,722
JUMLAH 9.921 52.9 % 20,032
22
BAB III
METODE PENELITIAN
24
yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
25
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Pengumpu- Data
lan Data
Perilaku Kesehatan
a) Pengetahuan Kemampuan Wawancara Ordinal Wawancara
tentang TB responden untuk dilakukan dengan
menjawab dengan memberikan 15
benar pertanyaan pertanyaan seputar
seputar penyakit TB paru. Dengan
paru, mulai dari skor jawabab:
pengetian, 1. Benar = 1
klasifikasi, gejala, 2. Salah =0
cara penularannya, Nilai maks = 15
diagnosis, hingga Nilai min = 0
proses dan tahap (Hamidi, 2011:
pengobatannya. 38)
Kategori menurut
Arikunto (2010):
1. Pengetahuan baik
jika ≥76%
jawaban benar
2. Pengetahuan
cukup jika 55%-
75% jawaban
benar.
3. Pengetahuan
kurang jika
≤54% jawaban
benar.
(Notoatmodjo,
2014: 27-28)
26
Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Variabel Pengumpu- Data
lan Data
b) Sikap terhadap Respon responden Wawancara Ordinal Wawancara
pencegahan terhadap pernyataan- dilakukan dengan
dan pernyataan mengenai memberikan 10
penanggulang TB, yang melibatkan pernyataan yang
an TB faktor pendapat dan meliputi 5
emosi yang penyataan yang
bersangkutan. bersifat
favorable, dan 5
penyataan
lainnya bersifat
unfavorable
(Hiswani, 2004).
Untuk pertanyaan
favourable:
1. Sangat setuju =
3
2. Setuju = 2
3. Tidak setuju =
1
4. Sangat tidak
setuju = 0
Untuk pernyataan
unfavourable
berlaku
sebaliknya
Kategori:
1. Sikap negatif,
jika skor antara
1-15.
2. Sikap positif,
jika skor antara
16-30.
(Hamidi, 2011:
38)
27
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Pengumpu- Data
lan Data
c) Tindakan Respon yang Wawancara Ordinal Wawancara
Pencegahan ditunjukkan secara dilakukan dengan
dan nyata dalam memberikan 7
Penanggulang keseharian oleh pertanyaan
an TB responden seputar tindakan
mengenai tindakan pencegahan dan
pencegahan dan penanggulangan
penanggulangan TB.
terhadap TB dalam
keseharian Nilai maks = 21
Nilai min = 0
Kategori:
1. Tindakan
Baik, jika
skor 100%
2. Tindakan
buruk jika
skor <100%
(Budiaji, 2013:
130-131)
28
3.5 Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama dari individu
atau perseorangan, biasanya melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan
lain-lain. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
menggunakan kuesioner. Data primer di dalam penelitian ini meliputi data
mengenai perilaku kesehatan penderita tuberkulosis penderita paru di
Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan. b. Data
Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua
biasanya diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses
pengumpulan data, baik oleh institusi pemerintah maupun swasta. untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita tuberkulosis yang tercatat dalam register kohort
penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau
Selatan terhitung bulan Januari 2021 hingga April 2021 yaitu sebanyak 6
orang.
29
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden yang diwawancarai dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guid) wawancara.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner berbentuk formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk mengetahui
karekteristik individu. Kuesioner ditanyakan secara lisan melalui wawancara
dan lembar kuisioner diisi oleh pewawancara.
30
Angka-angka yang telah tersusun pada tahap pengkodean kemudian
dijumlahkan menurut kategori yang telah ditentukan peneliti. Skor jawaban
dinilai dari jawaban tertinggi sampai jawaban terendah menurut skala yang
telah ditentukan. Hasil perhitungan skor dari masing-masing jawaban tersebut
kemudian diketegorikan untuk masing-masing variabel penelitian.
e. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Tabulasi dilakukan dengan
memasukkan data yang telah dikelompokkan dan ditabulasikan dalam tabel-
tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.
31
tidak akan dipergunakan dalam hal hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apa pun.
c. Resiko (Benefits Rasio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip Manghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak jadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek
ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berkibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(raight to full disclosure).
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (raight in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (raight to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
4.2 Hasil Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Data yang
diambil adalah data primer yang diambil melalui kuisioner dan pengamatan
langsung. Terdapat enam partisipan yang berpatisipasi dalam penelitian
”Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru
di Kedamin Hulu , Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau Selatan” .
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 50%
Perempuan 3 50%
Usia
Produktif 5 83%
Tidak Produktif 1 17%
Status
Pekerjaan
Bekerja 4 67%
Tidak Bekerja 2 33%
34
Variabel tingkat pengetahuan, responden lebih banyak mempunyai tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50% responden jika dibandingkan dengan
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33%
responden dan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17%
responden.
35
Berdasarkan variabel tindakan, maka responden lebih banyak memiliki
tindakan yang buruk dalam upaya pencegahan dan penularan tuberkulosis yaitu
sebanyak 67% responden jika dibandingkan dengan responden yang mempunyai
tindakan upaya pencegahan tuberkulosis yang baik yaitu sebanyak 33%.
4.3 Pembahasan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior ), karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang TBC diharapkan mempunyai
tindakan pencegahan yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik.
Menurut Notoadmojo (2011), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
19
faktor, seperti pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Hal ini
disebabkan banyaknya informasi yang didapatkan oleh responden ataupun
keluraga yang menemani melalui internet , brosur dan juga peran penting
kader puskesmas terdekat yang memberikan penyuluhan tentang penyakit
tuberkulosis, cara mendiagnostik, pengobatan hingga tahap pencegahan.
Tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka
36
meningkatkan upaya edukatif pada masyarakat yang masih memiliki
pemahaman bahwa tuberkulosis paru dapat disembuhkan.
Sikap positif yang ditemukan pada responden dikarenakan adanya
pemahaman yang baik tentang penyakit tuberkulosis, baik dari penyebab,
penularan ataupun gejala ataupun pemeriksaan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman
seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan penularannya
memegang peranan penting dalam keberhasilan upaya pencegahan penularan
penyakit tuberkulosis .
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila
tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan memengaruhi
seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo yang
menyatakan bahwa domain dari perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.
Hal ini disebabkan walaupun sikap masyarakat tentang upaya pencegahan
tuberkulosis bersifat positif, tetapi sikap seseorang menunjukkan sikap atau
perilaku tertentu karena dengan dengan bersikap itu dia memperoleh sesuatu yang
menyenangkan. Namun, sikap juga dapat terbentuk hanya karena meniru orang
lain, misalnya
saja seseorang hanya bersikap positif dalam hal mencegah tuberkulosis karena
meniru orang tuanya. Masyarakat yang memiliki sikap kurang, tetapi memiliki
upaya pencegahan tuberkulosis baik disebabkan adanya keinginan atau rasa takut
tertular penyakit tuberkulosis namun memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
mereka tidak mengetahui bahwa yang dilakukan dapat menyebabkan penularan
tuberkulosi.
Tindakan yang baik dilakukan oleh responden tersebut merupakan salah
satu upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
penyakit tuberkulosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi
yang baik, pola hidup yang bersih, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak
terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam
pencegahan tuberkulosis. Pada responden tidak mendapatkan nilai sempurna
(100%), hal ini disebabkan walaupun pengetahuan masyarakat tentang upaya
37
pencegahan tuberkulosis sudah baik, tetapi konsistensi dengan upaya pencegahan
tuberkulosis masih ada yang kurang. Misalnya, masih ada masyarakat yang tidak
menutup mulut saat bersin atau batuk, walaupun mereka sebenarnya mengetahui
bahwa menutup mulut saat bersin atau batuk merupakan salah satu upaya
pencegahan tuberkulosis.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan
gambaran pengetahuan penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu, wilayah
kerja Puskesmas Putussibau Selatan adalah baik, berbanding lurus dengan
sikap yang positif namun tidak sesuai dengan tindakan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ” Gambaran Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru di Kedamin Hulu, Wilayah Kerja
Puskesmas Putussibau Selatan.”, maka saran yang dapat disampaikan peneliti
sebagai berikut :
Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dukungan keluarga karena dapat mempengaruhi proses
pengobatan dan pencegahan penularan TB.
Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat mengambil peran penting dalam mencegah penularan
penyakit menular seperti TB dengan selalu menjaga protokol kesehatan
39
DAFTAR PUSTAKA
40
11. Nizar, Muhammad. (2017). Pemberantasan dan Penanggulangan
Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing
12. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., & Mietzner, T. A.
(2010). Mikrobilogi Kedokteran ( Jawetz, Melnick, Adelbergs’s Medical
Microbiology ) Alih Bahasa Ayandhito. (A. Adityaputri, Ed.) (25th ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
13. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu: Nuha Medika.
14. Danusantoso, H. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (Y. J. Suyono,
Ed.) (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
16. Ruswanto, B. 2010. Analis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru
Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten
Pekalongan. Universitas Diponegoro Semarang.
17. Ikawati Z. 2002.Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana
Terapinya.Yogyakarta : Bursa Ilmu
18. Notoadmodjo, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta
19. Nursalam, 2008. Konsep & Penerapan metodelogi penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
20. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
21. Suhardi. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru dengan
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah Puskesmas Pringsurat
Kabupaten Temenggung Tahun 2008. Artikel Publikasi, 2008.
41
LAMPIRAN