Anda di halaman 1dari 46

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN


PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LINGGA KABUPATEN KUBU RAYA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh:
dr. Rani Astari

Pendamping:
dr. Zulkarnain Alhinduan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS LINGGA
KABUPATEN KUBU RAYA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. 1


Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5
1.1. Latar Belakang....................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8
2.1. Tuberkulosis...........................................................................................................8
2.1.1 Definisi............................................................................................................8
2.1.2 Epidemologi...................................................................................................9
2.1.3 Etiologi............................................................................................................10
2.1.4 Patofisiologi...................................................................................................11
2.1.5. Manifestasi Klinis.......................................................................................12
2.1.6. Diagnosis........................................................................................................13
2.1.7. Tatalaksana....................................................................................................13
2.2. Pengetahuan...........................................................................................................13
2.3. Sikap.........................................................................................................................17
2.4.Tindakan...................................................................................................................17
2.5.Puskesmas Lingga.................................................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................21
3.1. Desain Penelitian..................................................................................................21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................23
3.4 Definisi Operasional..............................................................................................23
3.5 Data dan Sumber Data..........................................................................................26
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian................................26
3.7 Analisis Data...........................................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................30
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian..................................................30
4.2. Hasil Penelitian..........................................................................................31
4.3 Pembahasan..................................................................................................33
BAB V PENUTUP..........................................................................................................35
5.1 Kesimpulan...................................................................................................35
5.2 Saran............................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36
LAMPIRAN......................................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan sampai saat ini. Penyakit ini termasuk dalam salah satu
penyakit yang mudah menular yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama mycrobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang
sistem pernafasan yang berdampak pada gangguan oksigen didalam tubuh sehingga
mempengaruhi metabolisme oksigen didalam sel sehingga penderita tuberkulosis
1
rentang untuk mengalami kelemahan dan sesak nafas.
Menurut Global Tuberculosis Report 2019 yang dirilis oleh WHO pada 17
Oktober 2019, dunia tidak berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan
“Strategi END TBC tahun 2020” yaitu mengurangi TB sebesar 20 persen dari jumlah
kasus tahun 2015-2018. Akan tetapi, antara 2015 dan 2018, penurunan kumulatif
kasus TB hanya sebesar 6,3%. Pada tahun 2019 jumlah kasus tuberkulosis yang
ditemukan sebanyak 543.874 kasus, menurun bila dibandingkan semua kasus
2
tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2018 yang sebesar 566.623 kasus.
Tuberkulosis (TB) saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat baik
di Indonesia maupun internasional sehingga menjadi salah satu tujuan pembangunan
kesehatan berkelanjutan (SDGs). Indonesia merupakan negara ke-2 tertinggi
penderita tuberkulosis. Hal tersebut mendorong pengendalian tuberkulosis nasional
2
terus dilakukan dengan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program.
Pengendalian yang dilakukan diantaranya adalah pencegahan penularan
tuberkulosis melalui aspek lingkungan dan aspek perilaku. Penelitian dari aspek
perilaku menurut hasil penelitian yang di lakukan Marissa pada tahun 2014,
menunjukan mulut tidak ditutup saat batuk atau bersin sebanyak 84,2% dan dahak
3
tidak dibuang di tempat terbuka sebanyak 73,7%. Fenomena tersebut menunjukan
penderita tuberculosis seringkali tidak menutup hidung dan mulut saat batuk atau
bersin dapat mengakibatkan penularan. Penularan tuberkulosis paru dipengaruhi tiga
aspek seperti pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengetahuan terhadap penyakit
4
tuberkulosis paru.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan etika batuk
pada penderita tuberkulosis paru sehingga bermanfaat bagi penderita dan
lingkungannya, dan membantu meningkatkan angka penularan pada penyakit TB.
Selain itu, menghindari kasus kekambuhan dan resistensi terhadap obat TB serta
bagi petugas kesehatan membantu dalam meningkatkan program penyakit menular
khususnya TB.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Penderita
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya.
Provinsi Kalimantan Barat.”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana “Gambaran Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan pada Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingga Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat”?.

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan pada penderita
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu
Raya. Provinsi Kalimantan Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan pada penderita tuberkulosis paru
meliputi sikap pencegahan dan penanggulangan TB, dan tindakan dalam
melakukan pencegahan penularan TB di wilayah kerja Puskesmas Lingga
Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat.
b. Mengetahui gambaran sikap penderita tuberkulosis paru terhadap
pencegahan dan penanggulangan TB berdasarkan pengetahuan tentang
TB di wilayah kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya Provinsi
Kalimantan Barat.
c. Mengetahui gambarkan tindakan penderita tuberkulosis paru dalam
melakukan pencegahan penularan TB berdasarkan pengetahuan tentang
TB dan sikap terhadap pencegahan dan penanggulangan TB di wilayah
kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan
Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Secara Teori
Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah di bidangnya.
b. Manfaat Aplikatif
1. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
sikap dan tindakan pada penderita tuberkulosis paru dalam upaya
pencegahan dan penularan penyakit TB.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tenaga medis dan mempraktikannya di Puskesmas Lingga mengenai
edukasi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pada penderita
tuberkulosis paru.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya untuk mencari hubungan dan faktor yang
mempengatuhi tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pada penderita
tuberkulosis paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru


2.1.1 Definisi
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bekteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan, dan
saluran pencernaan, luka terbuka pada kulit, tetapi paling banyak melalui
5
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius terutama menyerang
parenkim paru. Sebagian besar bakteri mycobacterium tuberculosis masuk ke
dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
6
proses yang dikenal sebagai focus primer.
Tuberculosis paru adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan
infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang
paru-paru. Kuman ini ini termasuk basil gram positif, berbentuk batang,
dinding sel mengandung komplek lipida glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
7
tembus zat kimia.
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA).Untuk pemeriksaan bakteriologis yang bisa mengidentifikasi kuman
mycobacterium tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk
8
tuberculosis.
2.1.2 Epidemiologi
Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang menjadi
perhatian di dunia. Dengan upaya pengedalian yang telah dilakukan, insidens
dan kematian akibat tuberkulosis sudah menurun. Pada tahun 2014
tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang yang menyebabkan
kematian 1,2 juta jiwa. India Indonesia dan China merupakan Negara dengan
9
penderita tuberkulosis terbesar didunia.
Tuberkulosis paru adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang
menyebabkan angka kematian terbesar didunia. Pada tahun 2015 jumlah
penderita TB baru diseluruh dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki-laki 5,9 juta,
perempuan 3,5 juta dan anak-anak 1,0 juta. Diperkirakan 1,8 juta meninggal
10
antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta akibat TB dengan HIV.
Tuberculosis adalah masala kesehatan dunia, WHO melaporkan sejak
dahulu dan faktanya menurut etimasi WHO prevalensi TB setiap tahun selalu
meningkat. Epideomologi tuberculosis di Indonesia walaupun prevalensinya
menunjukkan penurunan yang signifikan survey epidemiologi tahun 1980-
2004 secaa nasional telah mencapai target yang sudah ditetpkan tahun 2015
yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih
690.000 tau 289/1000 terdapat penderita tuberculosis di Indonesia.
Tuberculosis merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada usia 15
11
tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita.
Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan
dari saluran pernafasan sejumlah besar bakteri mycobacterium tuberculosis.
Riwayat kontak (contoh dalam keluarga) dan sering terpapar (petugas medis)
12
menyebabkan kemungkinan tertular melalui droplet.
Kerentunan terhadap bakteri mycobacterium tuberculosis merupakan
faktor yang ditentukan oleh resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko
munculnya penyakit klinis setelah infeksi terjadi. Orang beresiko tinggi
terkena tuberculosis yaitu bayi, usia lanjut kurang gizi, daya tahan tubuh yang
12
rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta.
2.1.3 Etiologi
Agen infeksius utama mycobacterium tuberkulosis adalah batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar matahari. Mycobacterium bovis dan mycobacterium avium adaalah
13
kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis.
Mycobacterium tuberkulosis termasuk familly mycobacteriaceace yang
mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah Mycobaterium dan salah
satu speciesnya adalah mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini berbahaya
bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri
ini memerlukan waktu untuk mitosi 12-24 jam mycobacterium tuberkulosis
sangat rentang terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam
beberapa menit mati. Bakteri ini juga rentang terhadap panas-basah sehingga
dalam waktu 2 menit yang berada dalam lingkungan basah sudah mati bila
terkena air bersuhu 100 c. Bakteri ini juga akan mati dalam beberapa menit
14
bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5%.
Mycobacterium tuberkulosis berbentuk batang berwarna merah dengan
ukuran panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,6 mikron. Kuman mempunyai
sifat tahan asam terhadap pewarnaan metode ziehl Neelsen. Memerlukan
media khusus untuk biakan contoh media lowenstin Jensen dan media ogawa.
Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan hidup dalam jangka
waktu yang lama bersifat dorment (Tidur dan tidak berkembang) pada suhu
15
40ᵒC samapai-70C akan mati dalam waktu kurang lebih 1 minggu.
2.1.4 Patofisologi
Mycobacterium tuberkulosis permukaan alveoli biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan
penyakit. Setalah berada di ruang alveolus di bagian awah lobus atau bagian
atas lobus bakteri mycobacterium tuberkulosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan mefagosit
bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama
13
maka lekosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-
gejala pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
Bakteri juga menyebar melalui kalenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami inifiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
mementuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi nekrosis ini
diseut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
13
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan gabungan terserang kalenjer
limfe regional dan lesi primer dinamakan komplek ghon. Komplek ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang mengalami
pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan di mana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Bakteri tuberculosis yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
ke percabangan treakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau bakteri mycobacterium tuberculosis dapat terbawah
ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun
tanpa pengobatan dan meningalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradanagan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang
terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengenal
sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lsei
13
berkapsul yang tidak terlepas.
Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu yang lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradanagan
aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kalenjar limfe akan mencapai
aliran darah dalam jumlah lebih kecil yang kadang-kadang dapat
menimbulkan lesi pada organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberculosis
milier. Hal ini terjadi focus netrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem
13
vaskuler ke organ-organ tubuh.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita tuberkulosis adalah:5
a. Demam
b. Batuk disertai dengan batuk darah
c. Sesak nafas dan nyeri dada
d. Malaise, keringat malam
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
f. Napsu makan menurun
g. Penurunan berat badan
h. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
i. Badan lemas
2.1.6 Diagnosis
15
Diagnosis pada TBC dapat dilakukan diantaranya :
1. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis menggunakan
pemeriksaan mikroskopis langsung.
2. Apabila pemeriksaan bakteriologis negatif, maka diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis dan foto toraks.
3. Pada sarana yang terbatas, pasien didiagnosis secara klinis setelah
pemberian terapi antibiotika spectrum luas yang tidak memberikan
perbaikan klinis.
4. Tidak dibenarkan penegakan diagnosis hanya dengan pemeriksaan
serologis, uji tuberkulin, ataupun foto toraks saja.
5. Pemeriksaan dahak secara miksoskopis langung dengan uji SPS (sewaktu-
pagi-sewaktu), dan pasien ditetapkan sebagai pasien tuberkulosis jika
salah satu uji dahak SPS hasilnya BTA positif.
2.1.7 Penatalaksanaan
Farmakologi
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase:
- Fase Intensif (2-3 bulan)
Pada fase intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua
OAT, terutama Rifampisin. Bila pengobatan fase intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita yang menularkan penyakit
menjadi tidak menularkkan penyakit dalam kurung waktu 2 minggu.
Sebagian besar penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negative
(Konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap
intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
- Fase Intermiten (4-7 bulan)
Pada fase intermiten penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun
dalam jangka waktu yang lama pengobatannya setiap 2 kali seminggu,
selama 13-18 bulan. Fase intermiten ini penting untuk membunuh kuman
persistem (dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi dari Word Health
Organiation (WHO) adalah Rifampisin, INH, pirasinamid, Sterptomisin
dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanimisin,
Kuinolon, Makrolodee, Amoksilin, asam Klavulanat, derivate
Rifamisin/INH.
16
2.1.8 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
Penderita tidak menularkan kepada orang lain apabila:
a. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu.
b. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama
pengobatan.
c. Tidah meludah disembarang tempat, tapi dalam wadah yang diberi lisol,
kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam tanah.
d. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapatkan udara bersih
dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman tuberkulosis dapat mati
Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis
a. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain makan makanan yang
bergizi
b. Tidur dan istirahat yang cukup.
c. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari 3 minggu.
d. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
2.1.9 Komplikasi Penyakit Tuberkulosis
Komplikasi tersebut sering terjadi pada penderita stadium lanjut seperti:
perdarahan di saluran napas bawah yang dapat menyebabkan kematian karena
syok hipovolemik atau sumbatan jalan napas. Kolaps dari lobus akibat akibat
retraksi bronchial. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagiannya. Pneumotorik (adanya udara dalam rongga
pleura) spontan karena kerusakan jaingan paru.

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga.
18
Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau norma yang berlaku di masyarakat. Indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan.
Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
a) Penyebab penyakit
b) Gejala atau tanda-tanda penyakit
c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
d) Bagaimana cara penularannya
e) Bagaimana cara pencegahannya
Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut
Nursalam 2008, kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan
menggunakan nilai:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai = 56%
18
2.2.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
a. Cara tradisional:
1) Cara coba dan salah (trial and error)
2) Cara kekuasaan atau otoritas
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
4) Melalui jalan pikiran
b. Cara modern:
1) Metode berfikir induktif
2) Metode berfikir deduktif.

a. Faktor Internal :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan
GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu
usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung
minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut
akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
3) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang bahwa
tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadap.
b. Faktor Eksternal antara lain:
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila rah
sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian
Sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang
diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
Dari definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari
komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan
dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai)
dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten) .18 Sikap dapat
diklasifikasikan menjadi sikap positif dan sifat negatif berdasarkan sifat sikap
(Heri Purwanto dalam Wawan, 2010: 34).
a. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap positif merupakan kecenderungan tindakan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, maupun tidak menyukai objek atau stimulus

Sikap negatif merupakan kecenderungan tindakan untuk menjauhi,


b menghindari, membenci, maupun tidak menyukai objek atau stimulus
) tertentu.

18
Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek.


misalnya, bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut
terhadap penyakit Tuberkulosis Paru.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek ; misalnya


bagaimana orang menilai terhadap penyakit TB Paru, apakah
penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). misalnya, tentang

contoh sikap terhadap penyakit TB Paru di atas, adalah yang


dilakukan seseorang bila menderita penyakit TB Paru.

2.3.2 Tingkat Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan


memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon
(responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut
menerima ide itu.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi. (Notoatmodjo, 2010)
Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatan, sikap terhadap sakit dan penyakit

19
1) Bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala
atau tanda penyakit,
2) Penyebab penyakit
3) Cara penularan penyakit
4) Cara pencegahan penyakit
19
2.3.3 Komponen Sikap
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
atau yang kontroversial. b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.


Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen
Konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
2.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap,yaitu:
a. Pengalaman peribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan
sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang
kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.

20
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap
yang konfromis atau searah dengan sikap seseorang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa
disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumen. e.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan.
Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.

2.4 Tindakan
Tindakan merupakan bentuk nyata dari sikap. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (praktik).
Namun sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Sebab terbentuknya
tindakan memerlukan keberadaan faktor-faktor lainnya seperti ada tidaknya
fasilitas ataupun sarana dan prasarana. Tindakan dapat dibedakan

21
menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu praktik terpimpin (guided
19
response), praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption).
Tindakan yang dilakukan dan bertujuan untuk mempertahankan maupun
meningkatkan kesehatan seseorang disebut juga sebagai perilaku sehat ( healthy
behavior) Pada dasarnya penularan penyakit TB dapat disebabkan oleh
kurangnya perilaku sehat dari seseorang, seperti kebiasaan membuka jendela,
19
kebiasaan membuang dahak, merokok, dan lain sebagainya.

1.2 Puskesmas Lingga


1.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Secara geografis, Puskesmas Lingga terletak diwilayah Kecamatan Sungai Ambawang
Kabupaten Kubu Raya terletak antara 0 02.22”LU-0 01.22”LS dan 109 24’21”BT-109
31’06”BT. Secara administratif, batas Puskesmas Lingga adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya
Sebelah timur : Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau
Sebelah selatan :Puskesmas Parit Timur Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten
Kubu Raya
Sebelah barat : Desa Jawa Tengah Puskesmas Sungai Ambawang Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Gambar 2.4 Peta Wilayah Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya


Luas wilayah Puskesmas Lingga adalah 367,62 km2, terdiri dari satu (1) kecamatan, 4
Desa, 21 Dusun, 23 RW dan 104 RT. Luas wilayah Puskesmas Lingga tidak merata, Desa
terluas adalah Desa Teluk Bakung yaitu 216,88 Km 2 dan yang terkecil adalah Desa Lingga
28,43 Km2., desa lainnya yaitu desa Korek 50,00 Km2.dan Desa Pancaroba dengan luas 72,71
M2. Untuk luas wilayah Puskesmas Lingga menurut Desa dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Luas Wilayah Puskesmas Lingga menurut Desa


Puskesmas Lingga sebagian besar wilayahnya memiliki topografi yang relatif datar.
Sebagian kecil berbukit dan lereng. Desa korek, desa lingga dan desa Pancaroba relatif Datar,
sedangkan Desa Teluk Bakung relatif berbukit dan lereng.
1.2.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga sampai Desember tahun 2018
sebanyak 21,580 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 11,255 jiwa dan perempuan 10,325
jiwa. Penduduk terbanyak terpadat di Desa Lingga yaitu sebesar 6,343jiwa, sedangkan
penduduk terjarang di Desa Pancaroba dengan jumlah penduduk 4,349 jiwa.
Jumlah Penduduk
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Total
1 Korek 2,974 2,828 5,802
2 Lingga 3,305 3,038 6,343
3 Pancaroba 2,281 2,068 4,349
4 Teluk Bakung 2,695 2,391 5,086
Jumlah 11,255 10,325 21,580

1.2.3 Perekonomian Daerah


Data mengenai perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Wilayah
Puskesmas Lingga masih mengikuti data dari Kecamatan Sungai Ambawang, dimana kondisi
dan potensi ekonomi yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lingga meliputi sektor
pertanian dan perkebunan, perindustrian, perdagangan, peternakan, koperasi serta
pertambangan. Sektor pertanian sebagian masyarakat masih bersawah menanam padi, sector
perkebunan terdapat lebih dari dua perusahan sawit dan tanaman industry diantaranya PT.
Palem Deldan PT.KSP, serta perkebunan karet rakyat. Sektor Koperasi: Masyarakat
diwilayah kerja puskesmas lingga sangat terbantu dengan adanya koperasi yaitu CU Pancur
Kasih yang terdapat di desa Lingga dan CU Lantang Tipo didesa Pancaroba. Sektor Industri
terdapat 2 industri perabot rumah tangga yang ada di desa lingga dan pancaroba. Sektor
Peternakan diantaranya peternakan ayam putih, babi, kambing dan sapi.
1.2.4 Sosial Budaya
A. Agama dan Budaya
Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang terdiri dari berbagai multi etnis.
Keragaman budaya dan agama. Di wilayah Puskesmas Lingga hal ini memperkaya kasanah
budaya dan menjadi suatu keunikan tersendiri sebagaimana daerah-daerah lainnya. Etnis
yang tersebut antara lain adalah Dayak, Madura, Melayau, Jawa, Bugis dan etnis Cina dengan
latar budaya yang beraneka ragam.
Berbagai adat istiadat sebagai keragaman budaya suku menjadi suatu potensi tersendiri di Wilayah
Kerja Puskesmas Lingga. Etnis Dayak dengan budaya Naik Dango-nya dan etnis Jawa dengan budaya sedekah
bumi-nya, Etnis Melayu dengan budaya Robo’ - Robo’-nya, etnis China dengan budaya kesenian Naga-nya,etnis
madura dengan Rongengnya. Kebiasaan masing-masing suku dengan adat istiadatnya juga mewarnai
kehidupan sehari-hari penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Lingga. Di wilayah Kerja Puskesmas Lingga juga
terdapat multi agama yaitu agama Katolik, Protestan, Islam, Budha, Hindu dan kepercayaan KhongHucu.
Sektor Agama sangat mendukung dalam kehidupan bermasyarakat, karena dalam agama mengajarkan
bagaimana cara hidup bermasyarakat yang baik hal ini tercermin dengan dibangunnya sarana dan prasaranan
tempat ibadah. Adapun data mengenai jumlah dan tempat ibadah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Desa Gereja Kapel Masjid Surau Kelenteng


1 Korek 5 - 8 15 -
2 Lingga 6 2 3 4 -
3 Pancaroba 2 2 1 4 -
4 Teluk Bakung 12 1 1 - -
Jumlah 25 5 13 23 0
Sumber : Profil KecamatanSungai Ambawang, tahun 2016
B. Pendidikan
Berdasarkan jenjang pendidikan penduduk per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingga terlihat bahwa sebagian besar penduduknya mempunyai latar belakang pendidikan
setingkat SD/sederajat, diikuti oleh lulusan SMP dan SMA/SMK. Jumlah sarana pendidikan di
Wilayah kerja Puskesmas Lingga secara keseluruhan berjumlah 20 unit terdiri SD/MI 15 unit, SMP3
unit dan SMU/SMK 2unit. Persebaran sarana pendidikan hampir merata di tiap desa . Data jumlah
sarana Pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TK/ SD/ SLTP/ SLTA/
No Desa Diniyah MI MTs MA
Neg Swa Neg Swa Neg Swa Neg Swa
1 Korek - - 4 - - - - 1
2 Lingga - - 3 1 1 - - -
3 Pancaroba - - 2 1 1 - 1 -
4 Tlk Bkung - - 4 - 1 - - -
Jumlah 0 0 13 2 3 0 1 1
Sumber : Profil Kecamatan Sungai Ambawang,2016
C. Mata Pencarian
Sebagian besar penduduk diwilayah kerja Puskesmas Lingga mengandalkan sektor
pertanian dan perkebunan sebagai mata pencariannya. Wilayah Kerja Puskesmas Lingga
dengan luas sekitar 368Km2, mempunyai berbagai potensi sumber daya alam yang berupa
lahan untuk pengembangan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan
serta dalam bentuk potensi bahan tambang dan sumberdaya energi. Selain sektor pertanian
dan perkebunan yang menjadi pimadona, sektor peternakan memiliki potensi yang dapat
diandalkan yang didominasi oleh peternakan ayam, kambing, sapi dan babi.
D. Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2018 di Wilayah kerja Puskesmas Lingga menurut
data Dinas Kesehatan Kubu Raya tahun 2018 mencapai 9.921 Jiwa, di mana jumlah
persentasenya mencapai 52.9% dari jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Lingga.

Data jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lingga per
desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No. Desa Jumlah % jlh Pddk Jlh Pddk
1. Korek 2.585 51 % 5,386
2. Lingga 2.916 52.6 % 5,887
3. Pancaroba 2.129 56 % 4,037
4. Teluk Bakung 2.291 52 % 4,722
JUMLAH 9.921 52.9 % 20,032
22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian
deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
20
umum atau generalisasi.
Peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan
penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau
Selatan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan saat Kegiatan Pelayanan Dasar Penyakit Menular
di Desa Lingga Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya.
Provinsi Kalimantan Barat. Waktu penelitian ini pada 1 September – 4
September 2021.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Penentuan Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
tuberkulosis yang tercatat dalam register kohort penderita tuberkulosis di
Desa Lingga Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu Raya.
Provinsi Kalimantan Barat bulan Mei 2021 hingga Agustus 2021 yaitu
sebanyak 6 orang.
Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasi (Sastroasmoro,
2014: 90). Menurut Sugiyono (2015: 81), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Besar sampel pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampe. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Penderita tuberkulosis paru dalam pengobatan di Desa
Lingga Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten Kubu
Raya. Provinsi Kalimantan Barat
2) Penderita tuberkulosis paru yang tercatat di register kohort di
Desa Lingga Wilayah Kerja Puskesmas Lingga Kabupaten
Kubu Raya. Provinsi Kalimantan Barat terhitung Mei 2021-
Agustus 2021
3) Dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi subjek
penelitian
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Penderita tuberkulosis di Ked kerja Puskesmas Putussibau
Selatan , namun pada saat penelitian tidak sedang tinggal di
di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau .
2) Penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja
Puskesmas Putussibau Selatan dinyatakan, putus obat atau
meninggal dunia.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel bertujuan menentukan sampel

24
yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional berisikan penjelasan dari masing-masing variabel
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti terdiri dari
perilaku kesehatan yang meliputi pengetahuan tentang TB, sikap pencegahan
dan penanggulangan TB, dan tindakan pencegahan penularan TB (kebiasaan
cuci tangan secara benar, etika saat batuk/bersin, tindakan saat membuang
dahak, kebiasaan menggunakan masker dalam keseharian, kebiasaan membuka
jendela kamar tidur setiap hari (pagi sampai sore), kebiasaan menjemur kasur,
bantal, dan guling secara teratur 1 minggu sekali ddan kebiasaan merokok.

25
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Pengumpu- Data
lan Data
Perilaku Kesehatan
a) Pengetahuan Kemampuan Wawancara Ordinal Wawancara
tentang TB responden untuk dilakukan dengan
menjawab dengan memberikan 15
benar pertanyaan pertanyaan seputar
seputar penyakit TB paru. Dengan
paru, mulai dari skor jawabab:
pengetian, 1. Benar = 1
klasifikasi, gejala, 2. Salah =0
cara penularannya, Nilai maks = 15
diagnosis, hingga Nilai min = 0
proses dan tahap (Hamidi, 2011:
pengobatannya. 38)
Kategori menurut
Arikunto (2010):
1. Pengetahuan baik
jika ≥76%
jawaban benar
2. Pengetahuan
cukup jika 55%-
75% jawaban
benar.
3. Pengetahuan
kurang jika
≤54% jawaban
benar.
(Notoatmodjo,
2014: 27-28)

26
Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Variabel Pengumpu- Data
lan Data
b) Sikap terhadap Respon responden Wawancara Ordinal Wawancara
pencegahan terhadap pernyataan- dilakukan dengan
dan pernyataan mengenai memberikan 10
penanggulang TB, yang melibatkan pernyataan yang
an TB faktor pendapat dan meliputi 5
emosi yang penyataan yang
bersangkutan. bersifat
favorable, dan 5
penyataan
lainnya bersifat
unfavorable
(Hiswani, 2004).

Untuk pertanyaan
favourable:
1. Sangat setuju =
3
2. Setuju = 2
3. Tidak setuju =
1
4. Sangat tidak
setuju = 0

Untuk pernyataan
unfavourable
berlaku
sebaliknya

Kategori:
1. Sikap negatif,
jika skor antara
1-15.
2. Sikap positif,
jika skor antara
16-30.
(Hamidi, 2011:
38)

27
Variabel Definisi Operasional Cara Skala Cara Pengukuran
Pengumpu- Data
lan Data
c) Tindakan Respon yang Wawancara Ordinal Wawancara
Pencegahan ditunjukkan secara dilakukan dengan
dan nyata dalam memberikan 7
Penanggulang keseharian oleh pertanyaan
an TB responden seputar tindakan
mengenai tindakan pencegahan dan
pencegahan dan penanggulangan
penanggulangan TB.
terhadap TB dalam
keseharian Nilai maks = 21
Nilai min = 0
Kategori:
1. Tindakan
Baik, jika
skor 100%
2. Tindakan
buruk jika
skor <100%
(Budiaji, 2013:
130-131)

28
3.5 Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama dari individu
atau perseorangan, biasanya melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan
lain-lain. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden
menggunakan kuesioner. Data primer di dalam penelitian ini meliputi data
mengenai perilaku kesehatan penderita tuberkulosis penderita paru di
Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau Selatan. b. Data
Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua
biasanya diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses
pengumpulan data, baik oleh institusi pemerintah maupun swasta. untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita tuberkulosis yang tercatat dalam register kohort
penderita tuberkulosis di Kedamin Hulu wilayah kerja Puskesmas Putussibau
Selatan terhitung bulan Januari 2021 hingga April 2021 yaitu sebanyak 6
orang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan data sekunder yang telah ada. Dokumentasi
merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
berdasarkan dokumen- dokumen yang ada, baik berupa laporan
catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang
merupakan dokumen resmi yang relevan untuk penelitian ini.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan proses untuk
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang dilakukan

29
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden yang diwawancarai dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guid) wawancara.

Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner berbentuk formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk mengetahui
karekteristik individu. Kuesioner ditanyakan secara lisan melalui wawancara
dan lembar kuisioner diisi oleh pewawancara.

Teknik Penyajian dan Analisis Data


Penyajian Data
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah peneliti selesai
melakukan pengumpulan data di lapangan. Editing dilakukan sebelum
melakukan pengolahan data, yaitu dengan melakukan pengecekan isian
formulir atau daftar pertanyaan, melakukan pengecekan yang berhubungan
dengan kelengkapan kuesioner yang akan diisi, kejelasan makna dan jawaban,
serta kesesuaian antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lain.

b. Pengkodean data (Coding)


Coding adalah kegiatan mengubah dan berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Coding digunakan untuk mempermudah
peneliti pada saat pengumpulan, pengelompokan, dan analisis data.
c. Entry
Setelah seluruh kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah dientry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara
melakukan entry data dari daftar pertanyaan ke program komputer.
d. Scoring

30
Angka-angka yang telah tersusun pada tahap pengkodean kemudian
dijumlahkan menurut kategori yang telah ditentukan peneliti. Skor jawaban
dinilai dari jawaban tertinggi sampai jawaban terendah menurut skala yang
telah ditentukan. Hasil perhitungan skor dari masing-masing jawaban tersebut
kemudian diketegorikan untuk masing-masing variabel penelitian.
e. Tabulasi (Tabulating)
Tabulasi adalah memasukkan data ke dalam tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Tabulasi dilakukan dengan
memasukkan data yang telah dikelompokkan dan ditabulasikan dalam tabel-
tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

3.7 Analisa Data


Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariabel. Analisis
univariat digunakan untuk menggambarkan secara deskriptif distribusi
frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
bebas maupun terikat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Penelitian ini
mendeskripsikan karakteristik responden, serta distribusi variabel yang diteliti
dengan deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk
mengetahui proporsi dari masing-masing variabel.

3.8 Etika Penelitian


Secara umum prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
tiga bagian :
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas Dari Penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya bila mengunakan tindakan b. Bebas Dari
Eksploitasi
Pertisipasi subjek dalam penelitian,harus di hindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

31
tidak akan dipergunakan dalam hal hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apa pun.
c. Resiko (Benefits Rasio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip Manghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak jadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek
ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berkibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(raight to full disclosure).
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (raight in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (raight to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).

32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Wilayah kerja UPT Puskesmas Putussibau Selatan terletak di
Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu, dengan luas wilayah
memanjang dari Barat ke Timur dengan jarak tempuh 87,92 Km dan dari arah
2
Utara ke Selatan 61,25 Km dengan luas wilayah 5.413,95 Km .Jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Putussibau Selatan Tahun 2019 sebesar
2
21.603 jiwa dengan angka kepadatan penduduk rata-rata 3,6 km /Jiwa. Dimana
jumlah penduduk wanita sebanyak 10.564 (51.37 %) jiwa dan penduduk laki-
laki sebanyak 11.039 jiwa (48.63%).
0
Kecamatan Putussibau Selatan secara astronomi terletak antara 0,5
0 0
Lintang Utara sampai 1,4 Lintang Selatan dan antara 111,40 Bujur Barat
0
sampai 114,10 , Bujur Timur dengan Ibu Kota Kedamin. Adapun batas
wilayah kecamatan Putussibau selatan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Putussibau Utara
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kalis
c. Sebelah Timur :Berbatasan dengan Bagian Malaysia, Sarawak dan
Propinsi Kalimantan Timur
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bika
Dengan kondisi wilayah yang sangat luas, dan transportasi jalan darat
yang masih terbatas sehingga masyarakat masih menggunakan jalur sungai
sebagai alat transportasi untuk menghubungkan satu desa ke desa lainnya.
Wilayah ini masih terdapat 4 desa daerah terpencil dan sulit dijangkau dengan
menggunakan kendaraan darat. Kondisi ini diperparah dengan faktor
pengetahuan kesehatan masyarakat yang relatif rendah.

33
4.2 Hasil Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Data yang
diambil adalah data primer yang diambil melalui kuisioner dan pengamatan
langsung. Terdapat enam partisipan yang berpatisipasi dalam penelitian
”Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru
di Kedamin Hulu , Wilayah Kerja Puskesmas Putussibau Selatan” .
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Variabel N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 50%
Perempuan 3 50%
Usia
Produktif 5 83%
Tidak Produktif 1 17%
Status
Pekerjaan
Bekerja 4 67%
Tidak Bekerja 2 33%

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa berdasarkan karakteristik


responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 responden (50%)
dan laki;laki sebanyak 3 responden (50%). Ditinjau dari karakteristik usia,
diketahui bahwa sebanyak 5 responden (83%) dengan usia produktif, sedangkan 1
responden (17%) dengan usia tidak produktif, serta untuk karakteristik status
pekerjaan diketahui bahwa sebanyak 4 responden (67%) dengan status memiliki
pekerjaan, sedangkan sebanyak 2 responden (33%) dengan status tidak memiliki
pekerjaan.

34
Variabel tingkat pengetahuan, responden lebih banyak mempunyai tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50% responden jika dibandingkan dengan
responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33%
responden dan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17%
responden.

Berdasarkan variabel sikap, maka responden lebih banyak mempunyai


sikap positif , yaitu sebanyak 67% responden, jika dibandingkan dengan
responden yang mempunyai sikap negatif yaitu sebanyak 33%.

35
Berdasarkan variabel tindakan, maka responden lebih banyak memiliki
tindakan yang buruk dalam upaya pencegahan dan penularan tuberkulosis yaitu
sebanyak 67% responden jika dibandingkan dengan responden yang mempunyai
tindakan upaya pencegahan tuberkulosis yang baik yaitu sebanyak 33%.

4.3 Pembahasan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior ), karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang TBC diharapkan mempunyai
tindakan pencegahan yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik.
Menurut Notoadmojo (2011), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
19
faktor, seperti pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Hal ini
disebabkan banyaknya informasi yang didapatkan oleh responden ataupun
keluraga yang menemani melalui internet , brosur dan juga peran penting
kader puskesmas terdekat yang memberikan penyuluhan tentang penyakit
tuberkulosis, cara mendiagnostik, pengobatan hingga tahap pencegahan.
Tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka

36
meningkatkan upaya edukatif pada masyarakat yang masih memiliki
pemahaman bahwa tuberkulosis paru dapat disembuhkan.
Sikap positif yang ditemukan pada responden dikarenakan adanya
pemahaman yang baik tentang penyakit tuberkulosis, baik dari penyebab,
penularan ataupun gejala ataupun pemeriksaan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman
seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan penularannya
memegang peranan penting dalam keberhasilan upaya pencegahan penularan
penyakit tuberkulosis .
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila
tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan memengaruhi
seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo yang
menyatakan bahwa domain dari perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.
Hal ini disebabkan walaupun sikap masyarakat tentang upaya pencegahan
tuberkulosis bersifat positif, tetapi sikap seseorang menunjukkan sikap atau
perilaku tertentu karena dengan dengan bersikap itu dia memperoleh sesuatu yang
menyenangkan. Namun, sikap juga dapat terbentuk hanya karena meniru orang
lain, misalnya
saja seseorang hanya bersikap positif dalam hal mencegah tuberkulosis karena
meniru orang tuanya. Masyarakat yang memiliki sikap kurang, tetapi memiliki
upaya pencegahan tuberkulosis baik disebabkan adanya keinginan atau rasa takut
tertular penyakit tuberkulosis namun memiliki pengetahuan yang kurang sehingga
mereka tidak mengetahui bahwa yang dilakukan dapat menyebabkan penularan
tuberkulosi.
Tindakan yang baik dilakukan oleh responden tersebut merupakan salah
satu upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
penyakit tuberkulosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi
yang baik, pola hidup yang bersih, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak
terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam
pencegahan tuberkulosis. Pada responden tidak mendapatkan nilai sempurna
(100%), hal ini disebabkan walaupun pengetahuan masyarakat tentang upaya

37
pencegahan tuberkulosis sudah baik, tetapi konsistensi dengan upaya pencegahan
tuberkulosis masih ada yang kurang. Misalnya, masih ada masyarakat yang tidak
menutup mulut saat bersin atau batuk, walaupun mereka sebenarnya mengetahui
bahwa menutup mulut saat bersin atau batuk merupakan salah satu upaya
pencegahan tuberkulosis.

38
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan
gambaran pengetahuan penderita tuberkulosis paru di Kedamin Hulu, wilayah
kerja Puskesmas Putussibau Selatan adalah baik, berbanding lurus dengan
sikap yang positif namun tidak sesuai dengan tindakan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ” Gambaran Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Pada Penderita Tuberkulosis Paru di Kedamin Hulu, Wilayah Kerja
Puskesmas Putussibau Selatan.”, maka saran yang dapat disampaikan peneliti
sebagai berikut :

Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dukungan keluarga karena dapat mempengaruhi proses
pengobatan dan pencegahan penularan TB.

Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat mengambil peran penting dalam mencegah penularan
penyakit menular seperti TB dengan selalu menjaga protokol kesehatan

Bagi Peneliti Selanjutnya


Perlu penelitian yang lebih mendalam tentang hubungan pengetahuan,
sikap dan tindakan pada penderita TB dengan karakteristik masing –masing
penderita.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Report Tuberculosis 2018. Geneva: World Health


Organization 2018.
2. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
3. Marissa N, Nur A. Gambaran Infeksi Mycobacterium Tuberculosis Pada
Anggota Rumah Tangga Pasien Tb Paru (Studi Kasus di Wilayah Kerja
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar). Media Litbangkes.
2014;24(2):89-94
4. Asiah, I., Suyanto, S., & Munir, S. M. (2013). Gambaran Perilaku Pasien
Tb Paru terhadap Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Tb Paru pada
Pasien yang Berobat di Poli Paru RSUD ArifinAchmad Provinsi
Riau(Doctoral dissertation, Riau University).
5. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta:
MediAction.
6. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
7. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit. Tuberkulosis. Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2005. 25.
Kementerian Kesehatan.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).Data dan Informasi
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Pusdatin Kemenkes RI.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan
Republik Indonesia.Jakarta: Kementerian Kesehatan.
10. WHO. (2016). Global Tuberculosis Report 2016. Cdc 2016, (Global TB
Report 2016), 214. https://doi.org/ISBN 978 92 4 156539 4

40
11. Nizar, Muhammad. (2017). Pemberantasan dan Penanggulangan
Tuberkulosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing
12. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., & Mietzner, T. A.
(2010). Mikrobilogi Kedokteran ( Jawetz, Melnick, Adelbergs’s Medical
Microbiology ) Alih Bahasa Ayandhito. (A. Adityaputri, Ed.) (25th ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
13. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu: Nuha Medika.
14. Danusantoso, H. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. (Y. J. Suyono,
Ed.) (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
15. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
16. Ruswanto, B. 2010. Analis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru
Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten
Pekalongan. Universitas Diponegoro Semarang.
17. Ikawati Z. 2002.Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana
Terapinya.Yogyakarta : Bursa Ilmu
18. Notoadmodjo, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta
19. Nursalam, 2008. Konsep & Penerapan metodelogi penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
20. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
21. Suhardi. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru dengan
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah Puskesmas Pringsurat
Kabupaten Temenggung Tahun 2008. Artikel Publikasi, 2008.

41
LAMPIRAN

Nilai mengenai pengetahuan tentang TB


Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 15) Keterangan
Ny. N (53 th) 9 Cukup
Ny. N (65 th) 8 Kurang
Nn. I (27th) 12 Baik
Tn. D (47th) 12 Baik
Tn. I (24 th) 12 Baik
Tn. A (55 th) 10 Cukup

Nilai mengenai sikap pencegahan dan penularan TB


Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 30) Keterangan
Ny. N (53 th) 15 Negatif
Ny. N (65 th) 15 Negatif
Nn. I (27th) 23 Positif
Tn. D (47th) 23 Positif
Tn. I (24 th) 25 Positif
Tn. A (55 th) 20 Positif

Nilai mengenai tindakan pencegahan dan penularan TB


Nama Responden Jumlah Benar (Maks. 21) Keterangan
Ny. N (53 th) 15 Buruk
Ny. N (65 th) 15 Buruk
Nn. I (27th) 21 Baik
Tn. D (47th) 15 Buruk
Tn. I (24 th) 21 Baik
Tn. A (55 th) 20 Buruk

Anda mungkin juga menyukai