Anda di halaman 1dari 224

DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

& KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

Oleh:

Sudjatmiko Setyobudihono, S.Ked., MM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
DASAR KESEHATAN REPRODUKSI DAN
KESEHATAN IBU-ANAK (KIA)
Penulis : Sudjatmiko Setyobudihono, S.Ked., MM
ISBN : 978-623-96323-0-4
Editor : Drs. Abd Basid, M.MKes, Candra Kusuma Negara, S.Kep, Ns, M.Kep
Penyunting : Dra. Sri Erliani, MM., M.MKes; Yuseran, SKM, MPH; Ary Nugraha,
SKM, M.Kes; Rita Aprianti, SP, M.Mkes; Umar Effendi, SKM.,
M.MKes.
Desain Sampul dan Tata Letak : Ahmad Rijal Fikri, Amd,Kom, Risky Aulia
Ruwanda, SKM, Muhammad Irwan, SKM

Penerbit :
LPPM Universitas Cahaya Bangsa

Redaksi :
Jl. A. Yani No.KM. 17, Gambut, Kec. Gambut, Banjar, Kalimantan Selatan 70122
Distributor Tunggal :

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuk-Nya dapat menyelesaikan penyusunan buku materi yang diharapkan daat
menjadi Buku Ajar bagi para mahasiswa Kesehatan Masyarakat untuk mengenal,
mempelajari, dan memahami tentang Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu-
Anak (KIA). Mudahan buku ini memberikan manfaat besar dalam meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang disyaratkan
dalam kurikulum.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendorong
dan memberikan motivasi dalam penyusunan buku ajar ini. Buku ini memang
dirasakan jauh dari sempurna dan lengkap. Akhirnya guna menyempurnakan buku
ini, kami memohon masukkan, dan saran sehingga akan terbentuk buku ajar yang
lebih sempurna dan menjadi rujukan dalam memahami bidang Kesehatan
Reproduksi dan Kesehatan Ibu-Anak (KIA).

Banjarmasin, 20 Februari 2020

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................... iv
Analisis Capaian Pembelajaran (ACP) .............................................. 1
Kontrak Perkuliahan ........................................................................... 3
BAB I Konsep Kesehatan Reproduksi .............................................. 13
A. Pendahuluan ............................................................................... 15
B. Pengertian ................................................................................... 15
C. Tujuan Kesehatan Reproduksi ................................................... 15
D. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Lingkup
Kehidupan .................................................................................. 17
E. Konsep Tentang IMR, MMR, dan Dampak Kesehatan
Reproduksi ................................................................................. 17
F. Hak-hak Reproduksi ................................................................... 39
G. Menerapkan Perang dan Tugan Tenaga Ahli Kesehatan ........... 39
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok .................................................. 42
BAB II Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan .................................. 43
A. Pendahuluan ............................................................................... 45
B. Aspek yang dikaji pada setiap tahap pertumbuhan dan
perkembangan ............................................................................ 45
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita ..... 59
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok .................................................. 62
BAB III Isu-isu Kesehatan Wanita .................................................... 63
A. Pendahuluan ............................................................................... 65
B. Kekerasan pada perempuan ........................................................ 65
C. Perkosaan dan Pelecahan Seksual .............................................. 69
D. Single Parent .............................................................................. 71
E. Perkembangan Seksual yang Menyimpang ................................ 72
F. Wanita Seks Komersial .............................................................. 76
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok .................................................. 77
BAB IV Masalah-masalah Kesehatan Reproduksi .......................... 79
A. Pendahuluan ............................................................................... 81
B. Perspektif Gender ....................................................................... 82
C. Infertilitas ................................................................................... 86
D. Infeksi Menular Seksual (IMS) .................................................. 91
E. Gangguan Haid ........................................................................... 100
F. Pelvic Inflamantory Disease (PID) ............................................ 102
G. Unwanted Pregnancy dan Aborsi ............................................... 105
H. Hormon Replacement Therapy (HRT) ....................................... 109
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok .................................................. 113
BAB V Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan
Reproduksi ............................................................................................ 114
A. Prinsip-prinsip Dasar KIE Kesehatan Reproduksi ..................... 116
B. Strategi, Kegiatan Operasional dan Pesan Utama KIE Kesehatan
Reproduksi ................................................................................. 119

iv
C. Materi KIE Kesehatan Reproduksi ............................................ 125
BAB VI Keluarga Berencana (KB) .................................................... 175
A. Keluarga Berencana di Dunia .................................................... 177
B. Keluarga Berencana di Indonesia ............................................... 178
C. Program Keluarga Berencana ..................................................... 185
D. Pelayanan Keluarga Berencana .................................................. 190
E. Pendokumentasian Pelayanan Keluarga Berencana ................... 191
F. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi ....................................................... 194
G. Metoda Kontrasepsi .................................................................... 196
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keengganan Penggunaan
KB .............................................................................................. 201
BAB VII Menopause ........................................................................... 203
A. Kehidupan dengan Menopause .................................................. 207
B. Upaya Menghadapi Menopause ................................................. 213
C. Penutup ....................................................................................... 213

v
ANALISIS CAPAIAN PEMBELAJARAN (ACP)
Program Studi : Kesehatan Masyarakat, Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan KIA, Kode Mata Kuliah : MKN Bobot MK : 2 SKS, Semester : II

CAPAIAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PADA MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KIA:
(1) Menjelaskan kesehatan reproduksi, dengan pokok bahasan teori dan konsep reproduksi kesehatan wanita sepanjang daur kehidupan;
(2) Menjelaskan mengenai konsep, masalah, dan perkembangan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, serta upaya-upaya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak,

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) (Pertemuan ke 16)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang konsep tumbuh kembang anak (Pertemuan 15)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang mengenai pola asuh anak (Pertemuan 14)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang konsep kelengkapan imunisasi (Pertemuan 13)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang pengertian dan manfaat ASI eksklusif (Pertemuan 12)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pertemuan 11)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar konsep Antenatal dan Postnatal Care (Pertemuan 10)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan melaksanakan dengan benar konsep pelayanan kesehatan ibu dan anak (Pertemuan 9)

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) (Pertemuan ke 8)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiwa mampu menjelaskan dan melaksanakan dengan benar tentang menopause (Pertemuan ke 7)
[C2, C3, C4, C5] Mahasiwa mampu menjelaskan dan melaksanakan dengan benar konsep Keluarga Berencana (Pertemuan ke 6)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiwa mampu menjelaskan dengan benar Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi ( (Pertemuan ke 5)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiwa mampu menjelaskan dengan benar konsep kesehatan reproduksi dalam prespektif gender (Pertemuan ke 4)

[C2, C3, C4, C5] Mahasiwa mampu menjelaskan dan melaksanakan dengan benar pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidupannya, serta  berbagai
permasalahannya (Pertemuan 3)

1
[C2, C3, C4, C5] Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar kesehatan wanita ditinjau dari aspek biologis (Pertemuan 2)
[C2, C3, P2, A2] Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar teori dan konsep kesehatan reproduksi (Pertemuan 1)
Garis Entry Behavior

2
KONTRAK PERKULIAHAN

MATA KULIAH : DASAR KESEHATAN REPRODUKSI DAN KIA


KODE MATA KULIAH :-
BEBAN STUDI : 2 SKS
PENEMPATAN : Semester II
KOMPETENSI : 6/Memiliki penguasaan ilmu kesehatan masyarakat
(Public Health Science Skills)
DOSEN : Sudjatmiko Setyobudihono, S.Ked, MM

DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk untuk
memahami kesehatan reproduksi dan KIA, dengan pokok bahasan teori dan
konsep reproduksi kesehatan wanita sepanjang daur kehidupannya meliputi
sejarah, perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikologis dan sosial
spiritual, kesehatan reproduksi dalam prespektif gender, permasalahnnya serta
indikator status kesehatan wanita, menopause, program pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak, dan tumbuh kembang anak.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan teori dan konsep kesehatan reproduksi,
2. Menjelaskan kesehatan wanita ditinjau dari aspek biologis.
3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur
kehidupannya, serta berbagai permasalahannya.
4. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi dalam prespektif
gender.
5. Menjelaskan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi.
6. Menjelaskan konsep Keluarga Berencana
7. Menjelaskan tentang menopause
8. Menjelaskan konsep pelayanan kesehatan ibu dan anak
9. Menjelaskan konsep Antenatal dan Postnatal Care
10. Menjelaskan tentang pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
11. Menjelaskan tentang pengertian dan manfaat ASI eksklusif
12. Menjelaskan tentang konsep kelengkapan imunisasi
13. Menjelaskan tentang mengenai pola asuh anak
14. Menjelaskan tentang konsep tumbuh kembang anak
Strategi Pembelajaran
Strategi instruksional yang digunakan pada mata kuliah dasar kesehatan
reproduksi dan KIA ini terdiri dari:
a. Urutan kegiatan instruksional berupa: pendahuluan (tujuan mata kuliah,
cakupan materi pokok bahasan, dan relevansi), penyajian (uraian, contoh,
diskusi, evaluasi), dan penutup (umpan balik, ringkasan materi, petunjuk
tindak lanjut, pemberian tugas, gambaran singkat tentang materi berikutnya).
b. Metode instruksional menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, diskusi kasus, dan penugasan.
1. Ceramah berupa penyampaian bahan ajar oleh dosen pengajar dan
penekanan-penekanan pada hal-hal penting, serta bermanfaat untuk dapat

3
diterapkan setelah menjadi sarjana kesehatan masyarakat maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Demonstrasi berupa penyajian contoh-contoh termasuk contoh dalam
kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan topik bahasan.
3. Tanya jawab dilakukan sepanjang tatap muka, dengan memberikan
kesempatan mahasiswa untuk memberikan pendapat atau pertanyaan
mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait topik bahasan, atau yang
bertentangan dengan pemahaman sebelumnya.
4. Diskusi dilakukan dengan memberikan contoh kasus atau kondisi pada
akhir pokok bahasan, mengambil tema yang sedang aktual di masyarakat
dan berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibahas, kemudian
mengajak mahasiswa untuk memberikan pendapat atau hasil analisa
mahasiswa secara kritis terhadap kasus atau kondisi tersebut, sesuai
dengan pengetahuan yang baru diperoleh.
5. Penugasan diberikan untuk membantu mahasiswa memahami bahan ajar,
membuka wawasan, dan mendalami materi perkuliahan. Penugsan dapat
berupa pembuatan tulisan ilmiah, membuat review artikel ilmiah, ataupun
membuat tulisan yang membahas kasus/kondisi yang berkaitan dengan
pokok bahasan. Pada penugasan ini, terdapat komponen keterampilan
menulis ilmiah, berpikir kritis, penelusuran referensi ilmiah, dan
keterampilan berkomunikasi.
c. Media instruksional berupa: LCD projector, whiteboard, artikel aktual di surat
kabar/internet/majalah/jurnal ilmiah, buku diktat bahan ajar, dan kontrak
perkuliahan.
d. Waktu: 5 menit pada tahap pendahuluan, 60 menit pada tahap penyajian, 5
menit pada tahap penutup, 30 menit pembelajaran mandiri, pleno/diskusi hasil.
e. Evaluasi: evaluasi formatif dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung.

Penilaian
1. Formatif
Kehadiran di perkuliahan : 80%
Kehadiran di seminar : 100%
Etika pada perkuliahan : sufficient (berbasis checklist)
Etika pada seminar : sufficient (berbasis checklist)
2. Sumatif
UTS : 30%
UAS : 30%
Tugas : 25%
Seminar : 15%

Standar Penilaian
Penilaian acuan patokan (PAP) dengan nilai patokan berdasarkan aturan institusi,
yaitu:
A = 80 – 100
B = 68 - 79
C = 56 - 67
D = 45 – 55

4
E = < 45

Remediasi
Jika mahasiswa berada dibawah Nilai Batas Lulus (NBL) maka dilakukan 1 kali
remedial pada akhir semester dengan ketentuan:
1. Setelah remediasi I dilakukan maka nilai maksimal yang akan diperolah
adalah B
2. Setelah remediasi I nilai akhir masih berada di bawah NBL maka akan
dilakukan remediasi II. Batas nilai maksimal yang akan diperoleh adalah C
3. Jika nilai akhir hasil remediasi II masih dibawah NBL maka nilai yang
diambil adalah nilai tertinggi.

Tata Tertib
1. Mahasiswa wajib mengikuti perkuliahan dengan batas minimal 80%
2. Ketidakhadiran hanya diperkenankan apabila:
a. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter
b. Mendapat musibah kematian keluarga inti dengan surat keterangan
dari orang tua/wali
c. Mendapat tugas kampus dengan surat keterangan dari Ketua
Program Studi.
3. Pada saat ujian, mahasiswa harus sudah hadir 30 menit sebelum ujian
dilaksanakan sesuai jadwal.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir pada ujian maksimal 10 menit maka
tidak akan diperkenankan ikut ujian
5. Remedial ujian tulis hanya akan diselenggarakan bagi mahasiswa yang
mendapat nilai dibawah ketentuan dan secara administratif tidak ada
pelanggaran (administratif dan etika)
6. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika akan
dinyatakan tidak lulus dan wajib mengulang pada tahun berikutnya.
Pohon Topik

KESEHATAN
REPRODUKSI DAN
KESEHATAN IBU
DAN ANAK

konsep kesehata konsep pelayanan konsep


tumbuh kesehatan ibu tumbuh
n reproduksi Keluarga
kembang wanita dan anak kembang
Berencana
sepanjang daur anak
kehidupannya

Jadwal Kegiatan

5
GI ILMU
NG
TI
K
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2019/2020

ES
H
SEKOLA

EH
S T I K E S PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

ATAN
A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA

SA
C

H G
B AY
A BAN
AN IN
JA R MA S

Mata kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kode MK : MKN
Mata kuliah prasyarat : - Bobot MK : 2 SKS
Dosen Pengampu : Sudjatmiko Setyobudihono, S.Ked., MM Kode :
Dosen
Alokasi Waktu : Tatap muka 14 x 100 menit, tidak ada online
Capaian Pembelajaran Program : 1. Memahami kesehatan reproduksi, dengan pokok bahasan teori dan konsep reproduksi kesehatan wanita sepanjang daur
Studi (CPProdi) kehidupan
2. Memahami mengenai konsep, masalah, dan perkembangan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, serta upaya-upaya dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak
Capaian Pembelajaran Mata Setelah mengikuti kuliah ini, diharapkan mahasiswa mampu:
Kuliah (CPMK) 1. Menjelaskan teori dan konsep kesehatan reproduksi,
2. Menjelaskan kesehatan  wanita ditinjau dari aspek biologis.
3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidupannya, serta  berbagai
permasalahannya.
4. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi dalam prespektif gender.
5. Menjelaskan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.
6. Menjelaskan konsep Keluarga Berencana
7. Menjelaskan tentang menopause
8. Menjelaskan konsep pelayanan kesehatan ibu dan anak
9. Menjelaskan konsep Antenatal dan Postnatal Care
10. Menjelaskan tentang pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
11. Menjelaskan tentang pengertian dan manfaat ASI eksklusif
12. Menjelaskan tentang konsep kelengkapan imunisasi
13. Menjelaskan tentang mengenai pola asuh anak
14. Menjelaskan tentang konsep tumbuh kembang anak
Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk untuk memahami kesehatan reproduksi dan KIA, dengan pokok
bahasan teori dan konsep reproduksi kesehatan wanita sepanjang daur kehidupannya meliputi sejarah, perkembangan wanita dalam
aspek biologis, psikologis dan sosial spiritual, kesehatan reproduksi dalam prespektif gender, permasalahnnya serta indikator status
kesehatan wanita, menopause, program pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, dan tumbuh kembang anak
Daftar Referensi 1. Azrul Azwar (2001), Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Budioro, 2001 Pengantar Ilmu Kesehatan masyarakat. FKM Undip, Semarang
3. Budioro, 2006 Pengantar Ilmu Kesehatan masyarakat

1
4. Arias, F ( 1993). Pratical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. Mosby-Year Book Inc, USA.
5. Bernett, VR and Brown, LK ( 1993). Milles Text Book for Midwives, Twelfth Edition. Chuchill Livingstone.
6. Cronk, M and Flint, C (1992). Community Midwifery : A Pratical Guide. Butterwood-Heineman Ltd, Linacre House, Jordan
Hill, Oxford
7. Depkes RI, 1999. Buku Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Dunkey, J (2000). Health Promotion in Midewifery Practice : A Resource for Health Professionals. An Imprint of Harcourt
Publishers Ltd, Bailiere Tindall, London.
9. Kitzinger, S (1995). Homebirth and other Alternatives to Hospital. Darling Kindersley Ltd, London.
10. Klien, S (1998). A Book for Midwives : A Manual for Traditional Birth Attendant and Community Midwives. The Hesperian
Foundation, Berkley, California, USA.
11. Oneng, S.P, dkk ( 1996). Pandangan , Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Dentre for Strategie and International Studies.
Jakarta.
12. Prawiro Hardjo, S (1997). Imu Kebidanan. YBPSP, UI, Jakarta.
13. Saifuddin, A.B. dkk (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, YBPSP Jakarta.
14. Saifuddin, A.B.et.al (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan YBPSP, Jakarta.
15. Silverton, L (1997).eThe Art and Science of Midwifery. Precentice Hall International (UK) Ltd, Maryland Ave, Hemel
Hempstead.
16. Sukidjo Notoadmodjo, (2001) Ilmu Kesehatan Masyarakat
17. Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayati ( 2009). Salemba Merdeka
18. Walsh, Lv (2001). Midwifery : Community Based Care During The Childbearing Year, WB Sanders Company, USA
19. Wiku A, (2007). Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
SES SUB-CAPAIAN INDIKATOR MATERI BENTUK ESTIMAS PENGALAMAN INDIKATOR REFERENSI
I PEMBELAJARA PEMBELAJARA PEMBELAJARA I WAKTU BELAJAR PENILAIAN
N N N
1 Mahasiswa mampu Setelah Perkenalan dan 1. Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
memahami konsep mengikuti penjelasan mata contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
kesehatan perkuliahan kuliah instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok kecil
reproduksi mahasiswa 2. Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam
diharapkan Pengantar/overview komputer, LCD, BM: proses pembelajaran Ketepatan,
dapat Kesehatan whiteboard, web (2x60’) ketelitian dan
mengetahui dan reproduksi Menulis tentang partisipasi di
menjelaskan 1. Pengertian, Konsep dan Konsep kelas, dan
tentang: sejarah dasar kesehatan mengerjakan
 Konsep dasar kesehatan reproduksi, ruang latihan soal
kesehatan reproduksi lingkup kesehatan
reproduksi 2. Konsep dasar reproduksi dalam siklus
 Ruang pada Kesehatan kehidupan, dan hak-hak
lingkup Reproduksi dan reprodukai dalam

2
kesehatan Epidemiologi Kesehatan Masyarakat
reproduksi Kespro
dalam siklus (perinatal, Mengerjakan latihan
kehidupan maternal dan soal di kelas (post tes)
 Hak-hak anak-anak) dan di rumah (tugas)
reproduksi 3. Kunci Indikator
kesehatan
reproduksi
(IMR, MMR,
CMR)
4. Sumber data
reproduksi
(kekuatan dan
kelemahan)
5. Hak-hak
reproduksi
2 Mahasiswa mampu Setelah 1.Fisiologi dan 1. Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
1. Menjelaskan mengikuti pengenalan contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
fisiologi perkuliahan kesehatan instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok kecil
reproduksi, mahasiswa reproduksi 2. Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam
proses diharapkan 2.Siklus mentruasi, komputer, BM: proses pembelajaran Ketepatan,
kehamilan, dan dapat: ovulasi, LCD, (2x60’) ketelitian dan
menyusui 1.Menjelaskan pertumbuhan whiteboard, Menulis tentang partisipasi di
2. Menjelaskan kembali 3.Konsepsi, web Konsep dan Konsep kelas, dan
perubahan yang tentang perkembangan dasar fisiologi mengerjakan
terjadi pada fisiologi konsepsi dan reproduksi, siklus latihan soal
setiap siklus reproduksi Kehamilan menstruasi, ovulasi dan
kehidupan 2.Menjelaskan 4.Peraturan Laktasi pertumbuhan, konsepsi,
wanita siklus perkembangan konsepsi
3. Menjelaskan menstruasi, dan kehamilan, dan
faktor-faktor ovulasi dan peraturan laktasi
yang pertumbuhan (menyusui) dalam
mempengaruhi 3.Menjelaskan Kesehatan Masyarakat
berbagai konsepsi,
perubahan pada perkembanga Mengerjakan latihan
setiap siklus n konsepsi soal di kelas (post tes)
kehidupan dan dan di rumah (tugas)
wanita kehamilan

3
4.Menjelaskan
peraturan
laktasi
(menyusui)
3 Mahasiswa mampu Setelah 1.Kekerasan pada 1. Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti perempuan contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan 2.Perkosaan dan instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok kecil
tentang isu mahasiswa pelecehan seksual 2. Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam
kesehatan wanita diharapkan 3.Single parent komputer, BM: proses pembelajaran Ketepatan,
dapat 4.Perkembangan LCD, (2x60’) ketelitian dan
menjelaskan seks yang whiteboard, Menulis tentang partisipasi di
kembali menyimpang web Kekerasan pada kelas, dan
tentang: 5.Wanita seks perempuan, Perkosaan mengerjakan
1.Kekerasan komersial dan pelecehan seksual, latihan soal
pada Single parent,
perempuan Perkembangan seks
2.Perkosaan dan yang menyimpang, dan
pelecehan Wanita seks komersial
seksual dalam Kesehatan
3.Single parent Masyarakat
4.Perkembanga
n seks yang Mengerjakan latihan
menyimpang soal di kelas (post tes)
5.Wanita seks dan di rumah (tugas)
komersial
4 Mahasiswa mampu Setelah Masalah kesehatan 1. Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti reproduksi contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan 1. Seksualitas dan instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang masalah mahasiswa gender 2. Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
kesehatan diharapkan 2. Budaya yang komputer, BM: proses pembelajaran
reproduksi, dapat berpengaruh LCD, (2x60’) Ketepatan,
diantaranya dalam menjelaskan terhadap whiteboard, Menulis tentang ketelitian dan
perspektif kembali tentang gender web Seksualitas dan gender, partisipasi di
seksualitas dan masalah- 3. Diskriminasi Budaya yang kelas, dan
gender, budaya masalah gender berpengaruh terhadap mengerjakan
yang berpengaruh kesehatan gender, dan latihan soal
terhadap gender, reproduksi Diskriminasi gender
dan diskriminasi tentang:

4
gender 1.Seksualitas Mengerjakan latihan
dan gender soal di kelas (post tes)
2.Budaya yang dan di rumah (tugas)
berpengaruh
terhadap
gender
3.Diskriminasi
gender
5 Mahasiswa mampu Setelah 1.Standar 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti Komunikasi, contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan Informasi, instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang konsep mahasiswa Edukasi Dalam 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
dasar Komunikasi, diharapkan Kesehatan komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
Informasi, Edukasi dapat Reproduksi whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
(KIE) Kesehatan menjelaskan 2.Strategi Menulis tentang ketelitian dan
Reproduksi: Standar kembali Komunikasi, Standar Komunikasi, partisipasi di
Komunikasi, tentang: Informasi, Informasi, Edukasi kelas, dan
Informasi, Edukasi 1.Standar Edukasi Dalam Dalam Kesehatan mengerjakan
Dalam Kesehatan Komunikasi, Kesehatan Reproduksi, dan latihan soal
Reproduksi, dan Informasi, Reproduksi Strategi Komunikasi,
Strategi Edukasi Informasi, Edukasi
Komunikasi, Dalam Dalam Kesehatan
Informasi, Edukasi Kesehatan Reproduksi
Dalam Kesehatan Reproduksi
Reproduksi 2.Strategi Mengerjakan latihan
Komunikasi, soal di kelas (post tes)
Informasi, dan di rumah (tugas)
Edukasi
Dalam
Kesehatan
Reproduksi
6 Mahasiswan Setelah 1.Konsep 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mampu mengenal mengikuti kependudukan di contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
dan perkuliahan dunia dan di instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
mengidentifikasi mahasiswa Indonesia 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
tentang Konsep diharapkan 2.Sejarah keluarga komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
kependudukan, dapat berencana di whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
Sejarah Keluarga menjelaskan dunia dan di Menulis tentang ketelitian dan

5
Berencana, Konsep kembali Indonesia Konsep kependudukan, partisipasi di
Keluarga Berencana tentang: 3.Konsep keluarga Sejarah keluarga kelas, dan
1.Konsep berencana di berencana, Konsep mengerjakan
kependudukan dunia dan di keluarga berencana di latihan soal
2.Sejarah Indonesia dunia dan Indonesia,
keluarga 4.Alat kontrasepsi Alat kontrasepsi laki-
berencana laki-laki dan laki dan perempuan,
3.Konsep perempuan dan Data penggunaan
keluarga 5.Data penggunaan alat kontrasepsi
berencana di alat kontrasepsi keluarga berencana di
dunia dan keluarga Indonesia
Indonesia berencana di
4.Alat Indonesia Mengerjakan latihan
kontrasepsi soal di kelas (post tes)
laki-laki dan dan di rumah (tugas)
perempuan
5.Data
penggunaan
alat
kontrasepsi
keluarga
berencana di
Indonesia
7 Mahasiswa mampu Setelah 1.Mekanisme 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti fisiologis pada contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan menopause instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang fisiologi, mahasiswa 2.Fase usia dalam 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
fase usia, perubahan diharapkan menopause komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
hormon, dan dapat 3.Perubahan whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
penyebab menjelaskan hormon dalam Menulis tentang ketelitian dan
menopause kembali masa menpause Fisiologi menopause, partisipasi di
tentang: 4.Kondisi fisik dan Fase usia menopause, kelas, dan
1.Fisiologi psikis wanita saat Perubahan hormon dan mengerjakan
menopause menopause penyebab menopause, latihan soal
2.Fase usia dan Kondisi fisik dan
menopause psikis wanita saat
3.Perubahan menopause
hormon dan

6
penyebab Mengerjakan latihan
menopause soal di kelas (post tes)
4.Kondisi fisik dan di rumah (tugas)
dan psikis
wanita saat
menopause
8 UTS
9 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti pelayanan contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan kesehatan ibu dan instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian, mahasiswa anak 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
manfaat, dan contoh diharapkan 2.Manfaat komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
program pelayanan dapat pelayanan whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
kesehatan ibu dan menjelaskan kesehatan ibu dan Menulis tentang ketelitian dan
anak kembali anak Pengertian pelayanan partisipasi di
tentang: 3.Program-program kesehatan ibu dan anak, kelas, dan
1.Pengertian dalam pelayanan Manfaat pelayanan mengerjakan
pelayanan kesehatan ibu dan kesehatan ibu dan anak, latihan soal
kesehatan ibu anak dan Program-program
dan anak dalam pelayanan
2.Manfaat kesehatan ibu dan anak
pelayanan
kesehatan ibu Mengerjakan latihan
dan anak soal di kelas (post tes)
3.Program- dan di rumah (tugas)
program
dalam
pelayanan
kesehatan ibu
dan anak
10 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti antenatal care Contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan 2.Fungsi antenatal instruction, PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian, mahasiswa care Diskusi, tanya (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
fungsi, dan jadwal diharapkan 3.Jadwal kunjungan jawab, dan BM: proses pembelajaran
kunjungan dapat antenatal care penugasan (2x60’) Ketepatan,
Antenatal dan menjelaskan 4.Pengertian 2.Media: kelas, Menulis tentang ketelitian dan
Postnatal Care kembali postnatal care komputer, LCD, Pengertian, fungsi, dan partisipasi di

7
tentang: 5.Fungsi postnatal whiteboard, web jadwal kunjungan kelas, dan
1.Pengertian, care antenatal care, dan mengerjakan
fungsi, dan 6.Jadwal kunjungan Pengertian, fungsi, dan latihan soal
jadwal postnatal care jadwal kunjungan
kunjungan posnatal care
antenatal care
2.Pengertian, Mengerjakan latihan
fungsi, dan soal di kelas (post tes)
jadwal dan di rumah (tugas)
kunjungan
posnatal care
11 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti perilaku contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan pertolongan instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian mahasiswa persalinan 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
perilaku diharapkan 2.Pemberian komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
pertolongan dapat pertolongan whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
persalinan, pemberi menjelaskan persalinan Menulis tentang ketelitian dan
pertolongan kembali 3.Upaya Pengertian perilaku partisipasi di
persalinan, dan tentang: meningkatkan pertolongan persalinan, kelas, dan
upaya 1.Pengertian pertolongan Pemberian pertolongan mengerjakan
meningkatkan perilaku persalinan oleh persalinan, dan Upaya latihan soal
pertolongan pertolongan tenaga kesehatan meningkatkan
persalinan oleh persalinan pertolongan persalinan
tenaga kesehatan 2.Pemberian oleh tenaga kesehatan
pertolongan
persalinan Mengerjakan latihan
3.Upaya soal di kelas (post tes)
meningkatkan dan di rumah (tugas)
pertolongan
persalinan
oleh tenaga
kesehatan
12 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian ASI 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti eksklusif contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan 2.Manfaat ASI instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian, mahasiswa eksklusif 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
dan waktu diharapkan 3.Waktu pemberian komputer, LCD, BM: proses pembelajaran

8
pemberian ASI dapat ASI eksklusif whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
eksklusif menjelaskan 4.Pemberian PASI Menulis tentang ketelitian dan
kembali (Pengganti Air Pengertian ASI partisipasi di
tentang: Susu Ibu) eksklusif, Manfaat ASI kelas, dan
1.Pengertian 5.Pemberian eksklusif, Waktu mengerjakan
ASI eksklusif makanan pemberian ASI latihan soal
2.Manfaat ASI tambahan eksklusif, Pemberian
eksklusif PASI (Pengganti Air
3.Waktu Susu Ibu), dan
pemberian Pemberian makanan
ASI eksklusif tambahan
4.Pemberian
PASI Mengerjakan latihan
(Pengganti soal di kelas (post tes)
Air Susu Ibu) dan di rumah (tugas)
5.Pemberian
makanan
tambahan
13 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti imunisasi contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan 2.Manfaat instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian, mahasiswa imunisasi 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
manfaat, dan jadwal diharapkan 3.Macam imunisasi komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
kelengkapan dapat 4.Waktu pemberian whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
imunisasi menjelaskan imunisasi Menulis tentang ketelitian dan
kembali Pengertian imunisasi, partisipasi di
tentang: Manfaat imunisasi, kelas, dan
1.Pengertian Macam imunisasi, dan mengerjakan
imunisasi Waktu pemberian latihan soal
2.Manfaat imunisasi
imunisasi
3.Macam Mengerjakan latihan
imunisasi soal di kelas (post tes)
4.Waktu dan di rumah (tugas)
pemberian
imunisasi
14 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian pola 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti asuh anak contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi

9
mengidentifikasi perkuliahan 2.Manfaat pola instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang Pengertian, mahasiswa asuh anak 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
manfaat, dan jenis diharapkan 3.Jenis pola asuh komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
pola asuh anak dapat anak whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
menjelaskan Menulis tentang ketelitian dan
kembali Pengertian pola asuh partisipasi di
tentang: anak, Manfaat pola asuh kelas, dan
1.Pengertian anak, dan Jenis pola mengerjakan
pola asuh asuh anak latihan soal
anak
2.Manfaat pola Mengerjakan latihan
asuh anak soal di kelas (post tes)
3.Jenis pola dan di rumah (tugas)
asuh anak
15 Mahasiswa mampu Setelah 1.Pengertian 1.Metoda TM: Menyimak penjelasan Tanya jawab,
mengenal dan mengikuti tumbuh kembang contextual (2x50’) dosen untuk tugas, diskusi
mengidentifikasi perkuliahan anak instruction PT: menjelaskan tugas dan kelompok
tentang pengertian, mahasiswa 2.Deteksi tumbuh 2.Media : kelas, (2x50’) tanggung jawab dalam kecil
deteksi, dan tahapan diharapkan kembang anak komputer, LCD, BM: proses pembelajaran
tumbuh kembang dapat 3.Tahapan tumbuh whiteboard, web (2x60’) Ketepatan,
anak menjelaskan kembang anak Menulis tentang ketelitian dan
kembali Pengertian tumbuh partisipasi di
tentang: kembang anak, Deteksi kelas, dan
1.Pengertian tumbuh kembang anak, mengerjakan
tumbuh dan Tahapan tumbuh latihan soal
kembang anak kembang anak
2.Deteksi
tumbuh Mengerjakan latihan
kembang anak soal di kelas (post tes)
3.Tahapan dan di rumah (tugas)
tumbuh
kembang anak
16 UAS

Banjarmasin,
Dosen Pengampu, Perwakilan Mahasiswa

10
( )
NIDN. NIM.

Mengetahui dan Menyetujui,


Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Cahaya Bangsa

Yuseran, SKM, MPH


NIDN.

CATATAN :
(1) Proses pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi mahasiswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan atas prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis mahasiswa, termasuk mahasiswa berkebutuhan khusus.
(2) Proses pembelajaran secara umum dilaksanakan dengan urutan:
a. Kegiatan pendahuluan, merupakan pemberian informasi yang komprehensif tentang rencana pembelajaran beserta tahapan
pelaksanaannya, serta informasi hasil asesmen dan umpan balik proses pembelajaran sebelumnya;
b. Kegiatan inti, merupakan kegiatan belajar dengan penggunaan metode pembelajaran yang menjamin tercapainya kemampuan tertentu
yang telah dirancang sesuai dengan kurikulum;
c. Kegiatan penutup,merupakan kegiatan refleksi atas suasana dan capaian pembelajaran yang telah dihasilkan, serta informasi tahapan
pembelajaran berikutnya.

KEPUSTAKAAN
1. Azrul Azwar (2001), Ilmu Kesehatan Masyarakat

11
2. Budioro, 2001 Pengantar Ilmu Kesehatan masyarakat. FKM Undip, Semarang
3. Budioro, 2006 Pengantar Ilmu Kesehatan masyarakat
4. Arias, F ( 1993). Pratical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. Mosby-Year Book Inc, USA.
5. Bernett, VR and Brown, LK ( 1993). Milles Text Book for Midwives, Twelfth Edition. Chuchill Livingstone.
6. Cronk, M and Flint, C (1992). Community Midwifery : A Pratical Guide. Butterwood-Heineman Ltd, Linacre House, Jordan Hill, Oxford
7. Depkes RI, 1999. Buku Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Dunkey, J (2000). Health Promotion in Midewifery Practice : A Resource for Health Professionals. An Imprint of Harcourt Publishers
Ltd, Bailiere Tindall, London.
9. Kitzinger, S (1995). Homebirth and other Alternatives to Hospital. Darling Kindersley Ltd, London.
10. Klien, S (1998). A Book for Midwives : A Manual for Traditional Birth Attendant and Community Midwives. The Hesperian
Foundation, Berkley, California, USA.
11. Oneng, S.P, dkk ( 1996). Pandangan , Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Dentre for Strategie and International Studies. Jakarta.
12. Prawiro Hardjo, S (1997). Imu Kebidanan. YBPSP, UI, Jakarta.
13. Saifuddin, A.B. dkk (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, YBPSP Jakarta.
14. Saifuddin, A.B.et.al (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan YBPSP, Jakarta.
15. Silverton, L (1997).eThe Art and Science of Midwifery. Precentice Hall International (UK) Ltd, Maryland Ave, Hemel Hempstead.
16. Sukidjo Notoadmodjo, (2001) Ilmu Kesehatan Masyarakat
17. Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayati ( 2009). Salemba Merdeka
18. Walsh, Lv (2001). Midwifery : Community Based Care During The Childbearing Year, WB Sanders Company, USA
19. Wiku A, (2007). Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

12
BAB I
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami konsep kesehatan reproduksi, pengetahuan tentang
isu-isu kesehatan reproduksi dari pra- konsepsi, prenatal, periode persalinan dan
pasca persalinan dan menekankan pada isu kesehatan yang mempengaruhi ibu dan
bayi.

II. KOMPETENSI DASAR


1. Memahami konsep dasar kesehatan reproduksi
2. Memahami ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan
3. Memahami hak-hak reproduksi

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami tentang:
1. Konsep dasar kesehatan reproduksi
2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan
3. Hak-hak reproduksi

IV. MATERI AJAR


1. Pengertian, sejarah kesehatan reproduksi
2. Konsep dasar pada Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi Kespro
(perinatal, maternal dan anak-anak)
3. Kunci Indikator kesehatan reproduksi (IMR, MMR, CMR)
4. Sumber data reproduksi (kekuatan dan kelemahan)
5. Hak-hak reproduksi

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
3. Metode: contextual instruction
4. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa) serta
secara umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai Kesehatan Reproduksi
dan Epidemiologi Kespro (perinatal, maternal dan anak-anak), Kunci
Indikator kesehatan reproduksi (IMR, MMR, CMR), dan hak-hak
reproduksi
2. Mahasiswa mendiskusikan materi
3. Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi
4. Dosen memberi komentar dan klarifikasi

13
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

VII.ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:
1. Inter-agency Working Group on Reproductive Health in Crises, 2010
2. Dirjen Kesmas, Binkesga, 2002, Program Kesehatan Reproduksi dan
Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar, Depkes RI, Jakarta

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi?
b. Sebutkan sumber-sumber data untuk mengkaji tentang kesehatan
reproduksi!
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

14
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

A. Pendahuluan
Di tingkat internasional (ICPD Kairo,1994) telah disepakati definisi
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan
adanya definisi tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah
keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara
kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak, kesehatan remaja dan lain-
lain, perlu dijamin.
Indonesia sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam kesepakatan
global tersebut telah menindaklanjuti dengan berbagai kegiatan. Luasnya ruang
lingkup kesehatan reproduksi menuntut penanganan secara lintas program dan
lintas sektor serta keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
profesi dan semua pihak yang terkait. Saratnya aspek sosial budaya dalam
kesehatan reproduksi juga menuntut perlunya adaptasi yang sesuai dengan situasi
dan kondisi di Indonesia.
B. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
(WHO)
C. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Tujuan Umum
1. Meningkatkan kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya sehingga hak-hak
reproduksi dapat terpenuhi
2. Tujuan Khusus

15
a. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
b. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak antara kelahiran.
c. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki terhadap
akibat dan perilaku seksnya
d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang
berkaitan dengan proses reproduksinya.
D. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk
PMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Pencegahan dan penanganan infertile
6. Kanker pada usia lanjut
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik,
mutilasi genital, fistula, dll.
E. Konsep Tentang IMR, MMR, Dan Dampak Kesehatan Perinatal
a.     IMR (Infrant Mortality Rate)
1.      Definisi Angka Kematian Bayi (IMR)
            Angka Kematian Bayi (Infrant Mortality Rate) di Indonesia tinggi
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka kematian bayi adalah
jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran
hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa.
Tingginya angka kematian bayi ini didapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan
maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi tersebut. Menurut laporan WHO pada tahun
2000, angka kematian bayi di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006
menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup.
            Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat

16
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Selama ini telah
dilakukannya beberapa upaya untuk dapat menekan Angka Kematian Bayi (AKB)
dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan dan hasilnya menunjukkan
perbaikan yang sangat berarti. Sedangkan untuk Indonesia pada tahun 2000 telah
berhasil mencapai target yang telah ditetapkan oleh World Summit for Children
(WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia juga sudah mengalami
kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan AKB dalam beberapa dekade
terakhir. Namun walaupun telah mencapai target namun, dibandingkan Negara-
negara ASEAN lainnya tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong
tinggi.
2.      Penyebab Kematian Bayi
            Di bawah ini ada beberapa penyebab kematian bayi (Waang, 2012)
sebagai berikut:
1)   Umur ibu
      Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya. Usia ibu hamil yang terlalu
muda atau terlalu tua 20 tahun atau merupakan faktor penyulit kehamilan, sebab
ibu yang hamil terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap menghadapi
kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat bayinya, sedangkan yang usianya
35 tahun atau lebih akan menghadapi risiko kelainan bawaan dan penyulit pada
waktu persalinan yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang baik
untuk menerima kehamilan (Kusumandiri, 2010 dalam Waang, 2012). Di
Indonesia perkawinan usia muda cukup tinggi, terutama di daerah pedesaan.
Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan pengetahuan
reproduksi yang matang dan tidak pula disertai kemamuan mengakses pelayanan
kesehatan karena peristiwa hamil dan melahirkan belum dianggap sebagai suatu
keadaan yang harus dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.Masih banyak terjadi
perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat
terutama pada usia muda. Resiko kematian pada kelompok dibawah 20 tahun dan

17
pada kelompok diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok
reproduksi sehat yaitu 20 – 34 tahun (Mochtar, 1998), ada referensi lain yang
menyatakan bahwa kematian maternal pada waktu hamil dan melahirkan umur <
20 tahun 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari kematian maternal pada usia 20 – 30
tahun dan akan meningkat pada usia > 35 tahun.
2)   Paritas
      Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik yang meninggal
ataupun yang hidup (Joeharno 2008 dalam Istonia dalam Waang, 2012). Paritas
merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama
kehamilan maupun selama persalinan (Karjatin, 2002 dalam Waang, 2012)
dengan demikian paritas erat hubungannya dengan penyulit atau komplikasi
persalinan yang pernah dialami pada kelahiran-kelahiran lalu. Kematian ibu yang
pertama cukup tinggi akan tetapi menurun pada kehamilan kedua atau ketiga
namun akan meningkat lagi pada kehamilan yang keempat dan mencapai
puncaknya pada kehamilan yang kelima atau lebih. Selain itu jumlah persalinan
akan memberikan pengalaman kepada ibu untuk persalinan persalinan berikutnya.
Ibu-ibu yang belum pernah melahirkan cenderung mencari tahu tentang proses
persalinan dan pelayanan yang cepat.
3)   Pendidikan
      Notoatmodjo pada tahun 2005 mengungkapkan pendidikan mempengaruhi
proses belajar, karena semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak informasi
yang didapat. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri
dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. “Kematangan intelektual
akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan
yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan keputusan yang bijaksana”
(Cherawati, 2004 dalam Istonia dalam Waang, 2012).
Pengertian pendidikan disini menegaskan bahwa dalam pendidikan
hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif
mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga
menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Defenisi ini
juga memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah memiliki
dimensi jasad, kejiwaan dan spiritualitas. Di samping itu, defenisi yang sama

18
memberikan ruang untuk berasumsi bahwa manusia memiliki peluang untuk
bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial dan spiritual.
Pengertian pendidikan tersebut juga dapat didukung oleh pertalian sosial
yang dibuat oleh teoritisi fungsionalis dari Talcott Parsons (1959), bahwa diantara
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan keahlian pekerja, dan
meningkatkan penghasilan individu (Waang, 2012). Dimana dengan mengecap
pendidikan sampai tingkat tinggi, maka kita akan mempunyai keahlian yang bisa
kita gunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang memberikan penghasilan bagi
kita guna untuk meniningkatkan kesejahteraan keluarga. Pengertian secara lebih
operasional dikemukakan oleh Philip H. Phenix ketika mendefenisikan
pendidikan, yang dalam hal ini pendidikan umum sebagai suatu process of
engendering essential meanings, proses pemunculan makna-makna yang esensial
(Abdul Latif, 2007 dalam Waang, 2012).
Pendidikan formal atau lebih dikenal dengan sistem persekolahan,
mempunyai peranan yang amat menentukan perkembangan potensi manusia
secara maksimal. Rendahnya tingkat pendidikan dan besarnya beban tanggungan
keluarga merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan maupun keterpurukan
kesehatan di daerah perdesaan. Melalui pendidikan, masyarakat memiliki
kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih
layak.
Akses perempuan dalam dunia pendidikan tidak serta mengatasi masalah
diskriminasi yang di alami perempuan. Maknanya adalah terbukanya akses
pendidikan tidak serta merta membawa transformasi sosial apalagi transformasi
kebudayaan. Selain itu pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pola
perkembangan anak. Fenomena yang terjadi kebanyakan orangtua menginginkan
anaknya menjadi orang yang sukses dalam pendidikan maupun karirnya, sehingga
di masa yang akan datang mereka dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat“Wanita dengan tingkat

19
pendidikan rendah biasanya cenderung untuk mempunyai keputusan yang tidak
dianjurkan. Ibu dari pedesaan yang berpendidikan rendah biasanya cenderung
melahirkan dirumah dan ditolong oleh dukun sehingga banyak mengalami
komplikasi kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi. Hal ini terjadi
karena rendahnya pendidikan ibu di pedesaan dan tidak tahu menggunakan akses
fasilitas kesehatan”.
Hasil studi (Wijono, 2001 dan Yuliana 2011 dalam Waang, 2012). Faktor
pendidikan ibu merupakan faktor pengaruh yang kuat terhadap kematian bayi.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian da kemampuan di dalam dan luar sekolah seumur hidup sehingga
makin matang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai masalah termasuk
masalah kesehatan dalam rangka menekan risiko kematian. Pendidikan ibu sangat
erat kaitannya dengan reaksi serta pembuatan keputusan rumah tangga terhadap
penyakit. Ini terlihat bahwa kematian balita yang rendah dijumpai pada golongan
wanita yang mempunyai pendidikan yang tinggi. Tinggi rendahnya tingkat
pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan
kesehatan dan perlunya pemeriksaan kehamilan.
4)   Jarak Ke Fasilitas Kesehatan
      Menurut Andersen (1975 dan Green 1980 dalam Waang, 2012) jarak
berhubungan dengan kererjangkauan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Masyarakat yang membutuhkan seringkali tidak dapat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan akibat hambatan jarak yang dipengaruhi oleh jenis jalan,
jenis kendaraan, berat ringannya penyakit dan kemampuan biaya untuk ongkos
jalan. Dengan demikian terjadi keterlambatan rujukan dalam mencapai fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap sehingga bila terjadi komplikasi pada ibu akan sulit
untuk diatasi.
5)   Kesejahteraan Sosial
      Menurut Arthur Dunham kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kegiatan
yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial
melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,

20
penyesuaian sosial, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Di
sisi lain, pengertian kesejahteraan sosial dituangkan kedalam undang-undang
nomor 6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial,
pasal 2 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut: “kesejahteraan sosial adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh
rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan
bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban
manusia sesuai dengan pancasila Istonia (Waang, 2012).
Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan
yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial
yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara
luas, kecuali bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus,
kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam
pembangunan sosial suatu Negara (Midgley, 2000).
Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan
peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan
menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang
ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan
sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam
pembinaan bangsa (Midgley, 2000).
6)   Sosial Budaya
      Sosial budaya adalah (adat istiadat) atau kebiasan yang sering kali dilakukan.
Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis)
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini adat
istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior dalam
masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Hal ini dikemukakan berdasarkan
realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa menganggap
bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak memerlukan antenal
care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan  pemahaman

21
masyarakat tentang pentingnya antenal care dan pemeliharaan kesehatan
reproduksi lainnya (Muhammad, 1996 dalam Suryawati 2007).
7)   Pelayanan Kesehatan
      Perilaku dan pelayanan kesehatan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi drajat kesehatan baik individu maupun masyarakat. Peningkatan
drajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan (need) dan tuntutan
(demand) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat terhadap
kesehatan dapat terpenuhi kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat
pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) (Waang, 2012).
Menurut levey dan Lomba yang dikutip oleh Azwar (2010), pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok,
keluarga, dan ataupun masyarakat. 
3.      Kematian
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen demografi
yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk. Pengertian mati
menurut Budi Utomo (1985) dalam Mantra (2000) adalah peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi
setiap saat setelah kelahiran hidup.
Peristiwa kematian berdasarkan definisi sekitar kelahiran dan sebelumnya
dapat dibedakan menjadi dua yaitu: kematian dalam rahim (intra uterin) dan
kematian luar rahim (extra uterin).
Peristiwa kematian bayi di dalam rahim (intra utrin):
1. Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
2. Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai
pada umur kandungan 28 minggu.
3. Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28
minggu sampai waktu lahir.
Sedangkan kematian bayi di luar rahim (extra utrin) dibedakan atas:
1. Lahir mati (still berth), kematian yang cukup masanya pada waktu keluar
dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

22
2. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum
berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun.
3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi
setelaah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun.
4. Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup
hingga berumur kurang dari satu tahun.
4.      Kematian Neonatal
Neonatal dini adalah bayi lahir hidup dalam masa 7 hari sejak dilahirkan.
Neonatal dini merupakan bagian dari bagian neonatal yang dibagi untuk
mengidentifikasi penyebab kematian pada kelompok neonatal (WHO, 2001).
Neonatal adalah bayi yang lahir hidup hingga 28 hari sejak dilahirkan. Neonatal
merupakan bagian dari interval bayi yang dimulai dari lahir sampai tahun pertama
kehidupan (Benson & Martin, 2009).
Keadaan bayi waktu lahir dipengaruhi oleh keadaan bayi sewaktu dalam
rahim, terutama selama kehamilan dan persalinan. Keadaan pada saat lahir
bervariasi dari bayi normal yang menangis dan aktif sampai bayi yang sama sekali
tidak memberi respon dan mungkin meninggal jika tidak diberi bantuan nafas atau
resusitasi. Penyediaan pelayanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir harus
siap untuk memberikan pertolongan dan perawatan secara menyeluruh untuk bayi
baru lahir. Perawatan neonatal yang optimal memerlukan pengetahuan mengenai
riwayat keluarga, riwayat kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta keadaan waktu
persalinan.
Kondisi seorang ibu memengaruhi keadaan dari neonatus yang dilahirkan.
Komplikasi kehamilan yang meningkatkan risiko pada kehamilan ibu dan
neonatal, komplikasi kehamilan, komplikasi medis maternal dan komplikasi
obstetric berpengaruh langsung pada neonatal sehingga kondisi morbiditas dan
mortalitas dari neonatal tersebut.
1)   Kematian Neonatal Dini
Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama
kehidupan bayi (WHO, 2001). Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah bayi
yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari
pertama kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya).

23
Kematian neonatal lanjut adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal
pada rentang waktu antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga
keempat dari kehidupannya). Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi
masa kehamilan, proses kelahiran dan lingkungan yang mungkin juga berbeda
serta akses pelayanan terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda.
Hal ini diperkirakan setiap bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbeda-
beda.
Angka kematian neonatal dini merupakan satu dari ukuran pelayanan
perinatal yang paling penting. Angka ini terutama menandai standar pelayanan
kesehatan yang diberikan pada ibu hamil selama persalinan dan bayi pada satu
minggu pertama kehidupannya. Standar pelayanan yang diberikan pada bayi
merupakan faktor utama yang menentukan angka kematian neonatal dini.
Tingginya angka kematian neonatal sangat menggambarkan buruknya standar
pelayanan bagi bayi baru lahir.
Dalam rangka mengetahui penyebab kematian neonatal terutama neonatal
dini perlu dilakukan pengelompokan penyebab kematian neonatal. Penyebab
utama adalah masalah atau penyakit yang diderita ibu selama kehamilan maupun
persalinan yang berakibat pada meninggalnya bayi. Namun, penyebab akhir
kematian neonatal dini juga harus dilihat. Penyebab akhir yang dimaksud adalah
masalah klinis yang terjadi pada saat kematian bayi. Baik penyebab utama
maupun penyebab akhir kematian harus ditentukan pada tiap kematian neonatal
2)   Penyebab Kematian Neonatal Dini
Penyebab utama penting untuk diketahui karena sebagian besar diantaranya
dapat dihindarkan. Cara penanganan untuk mengurangi risiko kematian neonatal
dini biasanya ditujukan untuk mencegah atau menangani kasus-kasus ini.
Penyebab utama kasus lahir mati dan kematian neonatal dini adalah hamper
sama/mirip sehingga sebaiknya dipertimbangkan bersama-sama. Penyebab utama
kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik selama kehamilan maupun
persalinan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyebab utama kematian
neonatal dini adalah:
1) Persalinan prematur.
2) Hipoksia intrapartum.

24
3) Perdarahan antepartum.
4) Hipertensi dalam kehamilan.
5) Infeksi.
6) Kelainan janin atau anomali.
7) Gangguan pertumbuhan intrauterin.
8) Trauma.
9) Penyakit sistemik pada ibu hamil.
Mengetahui penyebab utama kematian dapat membantu mengenali cara
menghindarkan terjadinya kematian. Yang paling sering terjadi adalah tidak
ditemukannya dasar-dasar dari berbagai masalah yang terjadi. Persalinan prematur
(yaitu persalinan sebelum 37 minggu usia kehamilan), mungkin disebabkan oleh:
1) korioamnionitis (kadang asimptomatik).
2) ketuban pecah dini (dengan atau tanpa korioamnionitis).
3) inkompetensi serviks.
Penyebab hipoksia intrapartum adalah:
1) Distosia atau partus macet, disproporsi kepala-pelvik dan kontraksi
hipertonik.
2) Prolapsus tali pusat. Kecuali pada kasus prolapsus tali pusat, hipoksia
intrapartum hampir selalu disebabkan oleh kelainan kontraksi uterus,
khususnya bila tidak terjadi relaksasi normal diantara kontraksi.
Hipoksia intrapartum ditandai dengan tanda gawat janin dalam
persalinan. Diagnosis dini dan penanggulangan secara tepat berbagai
faktor yang membahayakan janin dan mencegah partus macet,
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan faktor
risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko tinggi neonatal yang
berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2010):
(1) Bayi baru lahir dengan asfiksia.
(2) Bayi baru lahir dengan tetanus neonatorum.
(3) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gram).
(4) Bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 setelah
lahir)
(5) Bayi baru lahir dengan sepsis.

25
(6) Bayi kurang bulan dan lebih bulan.
(7) Bayi baru lahir dengan cacat bawaan.
(8) Bayi lahir melalui proses persalinan dengan tindakan.

5.      Kematian Perinatal
Banyak konsep berkaitan dengan kematian perinatal. Ada yang
mengatakan bahwa kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan
28 minggu atau lebih ditambah dengan kematian bayi usia 1 minggu. Definisi lain
mengatakan bahwa kematian perinatal adalah jumlah lahir mati ditambah dengan
kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan menurut Moeslay
dan Chen (1984) dalam Ritan (2008), mengatakan bahwa kematian perinatal
merupaka kematian bayi yang terjadi pada saat umur gestasi 22 minggu lengkap
(154 hari) sampai 7 hari setelah dilahirkan.
            Kematian perinatal merupakan ukuran kemampuan pelayanan kesehatan
suatu negara. Kematian perinatal juga dapat dipakai sebagai tolak ukur dari
keberhasilan suatu produk kehamilan (konsepsi).  Pada suatu kehamilan dapat
terjadi suatu kegagalan, bila kegagalan ini terjadi pada suatu kehamilan maka
disebut keguguran. Hasil kehamilan yang lebih baik adalah bayi cukup bulan yang
menunjukkan pertumbuhan yang baik dalam kandungan.
1)   Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal
       Penelitian ini mengedepankan beberapa variabel berikut,
yakni pelayanan Antenatal care (ANC), tempat persalinan, tenaga penolong
persalinan, sistem pemantauan persalinan dan anggaran, yang termasuk
dalam faktor pelayanan kesehatan maternal; variabel usia maternal, riwayat
penyakit, riwayat persalinan dan status gizi yang termasuk dalam faktor intrinsik
ibu serta variabel custom/adat – kebiasaan dan tradisi yang merupakan faktor
sosial budaya. Ketiga faktor tersebut diduga mempengaruhi ibu maternal
berkaitan dengan kesehatan kehamilannya, anak yang dikandungnya, proses
persalinan dan kesehatan bayi yang berada dalam periode perinatal.
2) Dampak Jangka Panjang Kesehatan Perinatal
a) Dampak sistem kardiovaskular

26
         Bayi dengan asfiksia perinatal dapat mengalami iskemia miokardial
transien. Secara klinis dapat ditemukan gejala gagal jantung seperti, takipnu,
takikardia, pembesaran hati dan irama derap. Bising sistolik dapat terdengar di
garis sternalis kiri bawah (regurgitasi trikuspid) dan dapat terdengar di apeks
(regurgitasi mitral). Foto toraks memperlihatkan kardiomiopati dan kongesti vena
pulmonalis. EKG memperlihatkan depresi segmen S-T di mid precordium dan
gelombang T yang negatif abnormal di left precordium. Serum kreatin kinase
plasma MB isoenzime meningkat >5-10% mungkin menunjukkan adanya
kerusakanmiokard. Ekokardiografi memperlihatkan strukturjantung yang normal
tetapi kontraksi ventrikel kiri berkurang terutama di dinding posterior. Selain itu
ditemukan hipertensi pulmonal persisten, insufisiensi trikuspid, nekrosis
miokardium, dan renjatan.
b) Dampak terhadap ginjal
         Hipoksia ginjal dapat menimbulkan gangguan perfusi dan dilusi ginjal,
serta kelainan filtrasi glomerulus. Hal ini timbul karena proses redistribusi aliran
darah akan menimbulkan beberapa kelainan ginjal antara lain nekrosis tubulus dan
perdarahan medula Dalam penelitian terhadap 7 orang neonatus dengan asfiksia
perinatal, Dauber dkk (1976) menemukan 4 dari 7 orang neonatus dengan gagal
ginjal. Gejala utama oliguria disertai peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan
kreatinin. Gagal ginjal diduga terjadi karena ginjal sangat sensitif terhadap
hipoksia. Hipoksia yang terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan akan
mengakibatkan iskemia ginjal yang awalnya bersifatsementara namun bila
hipoksia berlanjut akan menyebabkan kerusakan korteks dan medula yang bersifat
menetap. Bayi dengan asfiksia mempunyai risiko untuk terjadinya nekrosis
tubular akut dan SIADH. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan jumlah
urin, urinalisis, berat jenis urin, osmolaritas dan elektrolit urin dan serum.
Pengukuran kadar kreatinin urin dan serum bersamaan dengan kadar natrium urin
dan serum diperlukan untuk menghitung fraksi ekskresi natrium dan indeks ginjal
untuk memastikan adanya gangguan ginjal. Pengukuran kadar b2- mikroglobulin
di urin juga berguna untuk mengetahui disfungsi tubulus proksimal ginjal. Besar
ginjal perlu dipantau dengan USG.

27
b.     MMR (Maternal Mortality Rate)
1.      Definisi Angka Kematian Ibu (MMR)
Angka Kematian ibu adalah jumlah kematian ibu selama periode waktu
tertentu per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah kematian seorang
wanita saat hamil atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi
dan tempat kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau
diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan dari penyebab
kecelakaan atau insidental (WHO, 2010).
Berdasarkan definisi WHO tersebut menggambarkan adanya hubungan
akibat dan sebab antara kehamilan dan kematian maternal. Ibu yang hamil
mungkin mengalami keguguran atau kehamilan ektopik terganggu, atau ibu yang
hamil mungkin meninggal dunia sebelum melahirkan atau ibu yang hamil telah
melahirkan seorang.bayi dalam keadaan hidup atau mati yang diikuti dengan
komplikasi kehamilan persalinan dan nifas yang menyebabkan kematian maternal.
Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak
lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar 25-
50% kematian perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan
kehamilan.
Kematian saat melahirkan menjadi faktor utama mortalitas perempuan
pada masa puncak produktivitasnya. Walaupun kematian ibu telah lama menjadi
masalah di negara-negara berkembang, baru pada tahun 1987 untuk pertama kali
diadakan Konferensi Internasional tentang kematian ibu di Nairobi Kenya. Pada
tahun 1990 dilangsungkan World Summit for children di New York, USA yang
antara lain bersepakat untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi separuh
pada tahun 2000.
2.      Epidemiologi Kematian Ibu          
            Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan, angka kematian ibu di
berbagai Negara berkembang masih tetap atau penurunannya sangat lambat. Safe
Motherhood Technical Consultation yang diadakan di Colombo, 1997
mengidentifikasi beberapa isu kunci sebagai berikut:
1) Kurang jelasnya prioritas serta intervensi program Safe Motherhood
sehingga kurang terarah dan kurang efektif.

28
2) Kurangnya informasi tentang intervensi yang mempunyai dampak
bermakna dan segera dalam menurunkan kematian ibu.
3) Strategi Safe Motherhood kadang-kadang terlalu luas, mulai dari
meningkatkan status perempuan, memperbaiki undang-undang,
memperluas pelayanan kesehatan maternal, dan memperluas pelayanan
emergensi.
4) Beberapa program yang khusus dalam pelayanan kesehatan maternal
ternyata dikemudian hari tidak atau kurang efektif, seperti penapisan
risiko pada asuhan antenatal dan pelatihan dukun.
5) Tidak dilakukannya intervensi yang sebenarnya efektif seperti
penanganan komplikasi aborsi karena masih dianggap sebagai isu yang
sensitif.
6) Tidak tersedianya panduan teknis atau program, kurikulum pelatihan dan
sumber lain secara luas.
7) Kurangnya komitmen politik dari penentu kebijakan.
Kurangnya koordinasi dan komitmen diantara pemerintah dan lembaga
donor.Menurut perkiraan WHO setiap tahun terjadi 500.000 kematian ibu yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, 99% di antaranya terjadi di
Negara- negara berkembang. Lebih dari separuhnya (300.000) terjadi di Asia,
yang hampir 3/4- nya di Asia Selatan. Risiko kematian maternal di negara maju 1
diantara 15-50, yang berarti peningkatan 200-250 kali.Kematian ibu merupakan
fungsi dari berbagai hal, bukan hanya dari faktor-faktor pelayanan kesehatan saja.
Kehamilan dan persalinan yang terlalu dini, kemiskinan, ketidaktahuan,
kebodohan, budaya diam kaum wanita, dan rendahnya status wanita pada hal-hal
tertentu. Transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang
baik, dan pantangan tertentu pada wanita hamil juga ikut berperan. Kematian ibu
atau AKI di daerah berkembang sebesar 240 adalah 15 kali lebih tinggi dari pada
di negara maju yaitu 16 per 100.000 kelahiran hidup atau 99% (284.000) kematian
ibu secara global dan mayoritas di antaranya berada di sub-Sahara Afrika
(162.000 kematian ibu) dan Asia Selatan (83.000 kematian ibu). Sub-Sahara
Afrika memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi yaitu 500 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Asia Timur memiliki yang terendah di

29
antara negara berkembang yaitu 37 kematian ibu per 100.000 KH. Urutan AKI di
negara berkembang adalah Asia Selatan 220/100.000 KH, Oceania 200/100.000
KH, South-East Asia 150/100.000 KH, Amerika Latin dan Karibia 80/100.000
KH, Afrika Utara 78/100.000 KH, Asia Barat 71/100.000 KH, Caucasus dan Asia
Tengah 46/100.000 KH. Meskipun sebagian besar negara-negara Afrika sub-
Sahara memiliki AKI tinggi namun ada beberapa nergara yang memiliki AKI
rendah berkisar antara 20-99/100.000 KH seperti: Mauritius (60/100.000 KH),
Sao Tome Principe (70/100.000 KH) dan Cabo Verde (79/100.000 KH)
sedangkan negara-negara di Afrika yang dikategorikan AKI moderat (100-
299/100.000 KH) antara lain: Botswana 160/100.000 KH, Djibouti 200/100.000
KH, Namibia 200/100.000 KH, Gabon 230/100.000 KH, Equatorial Guinea
240/100.000 KH, Eritrea 240/100.000 KH dan Madagaskar 240/100.000 KH.

3.      Penyebab Kematian Ibu


Penyebab kematian ibu dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni:
1)   Penyebab langsung
        Penyebab langsung adalah penyebab obstetri dari kematian ibu. Penyebab
langsung didefinisikan sebagai apabila kematian disebabkan oleh komplikasi
dalam masa kehamilan, proses persalinan, atau masa nifas dan oleh karena
intervensi, kelalaian,kesalahan dalam pengelolaan, maupun oleh suatu sebab yang
ditimbulkan salah satu faktor tersebut. Lima penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), partus lama atau macet, infeksi,
dan abortus. Perdarahan, HDK, dan infeksi masih sebagai penyumbang utama
dalam kematian ibu di Indonesia. Walaupun perdarahan masih menduduki
peringkat pertama sebagai penyebab kematian ibu yang paling banyak,
persentasenya cenderung turun, sementara sebaliknya, persentase kematian oleh
karena HDK mengalami peningkatan.
2)   Penyebab tidak langsung
        Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyebab kematian non-
obstetri. Penyebab tidak langsung dapat berupa berkembang selama masa
kehamilan, persalinan, atau nifas yang diperparah dengan adanya adaptasi
fisiologik dalam kehamilan atau sebaliknya, yakni memperberat kehamilan dan

30
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Persentase kematian ibu oleh
sebab indirek di Indonesia adalah 22%.
4.      Upaya Menurunkan Kematian Ibu
            Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat ditinjau dari AKI dan
AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong
persalinan. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya
ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non
medis, khususnya yang terjadi di pedesaan. untuk dapat menekan AKB dan AKI
perlu digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelangsungan hidup,
perkembangan serta perlindungan ibu dan anak, Gerakan Keluarga Reproduksi
Sehat (GKRS), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa – desa.Upaya
Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan
dan persalinan dapat dilalui dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang
sehat. Di Indonesia, upaya Safe Motherhood diterjemahkan sebagai upaya
kesejahteraan/ keselamatan ibu. Kesejahteraan ibu menunjukkan ruang lingkup
yang luas, meliputi hal - hal di luar kesehatan, sedangkan keselamatan ibu
berorientasi khusus pada aspek kesehatan. Safe Motherhood memiliki Empat Pilar
Utama yaitu;
1) Keluarga berencana.
2) Pelayanan Antenatal Care (ANC).
3) Persalinan yang aman.
4) Pelayanan obstetric essensi/emergensi.
Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya
mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.

c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


1.   Definisi BBLR
              Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR adalah bayi yang lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1994) dan ditimbang sampai dengan 24

31
jam setelah kelahiran. Bayi yang lahir dengan berat badan 200-2499 gram
beresiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan
berat badan 3000-3499.
2.   Epidemiologi
              Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan
90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram .
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%,
hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-
17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar
7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
3.   Manifestasi Klinis BBLR
  Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Berat badan dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 33 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 37 minggu.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit Tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas: paha, abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40-50 kali/menit.
13. Nadi 100-140 kali/menit.

32
BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya
lemah, yaitu sebagai berikut:
1)      Tanda – tanda bayi kurang bulan (KB):
(1) Kulit Tipis dan mengkilap.
(2) Tulang rawan telinga sangat lunak, belum terbentuk dengan sempurna.
(3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukn terutama pada
punggung.
(4) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik.
(5) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
(6) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum
turun.
(7) Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
(8) Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur.
(9) Aktivitas dan tangisnya lemah.
(10) Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2)      Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):
(1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang
dari 2500 gram.
(2) Gerakannya cukup aktif, tangisnya cukup kuat.
(3) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
(4) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup
bulan, payudara dan putting sesuai masa kehamilan.
(5) Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia manora.
(6) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun.
(7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian.
(8) Mengisap cukup kuat.
4.      Tanda – tanda BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri:
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30 cm.

33
4) Rambut lanugo masih banyak.
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
8) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke
dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi
laki-laki)
9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
11) Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
5.      Diagnosis BBLR
Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal-hal yang harus diperhatikan
adalah:
(1) Perhitungan HPHT (hari pertama haid terakhir)
(2) Penilaian secara klinis: BB, TB, PB, Lingkar dada, dan Lingkar kepala.
6.      Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:
1) Menurut harapan hidupnya:
(1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir 1500-2500 gram.
(2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram.
(3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
2) Menurut masa gestasinya:
(1) Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
(2) Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami restardasi

34
pertumbuhan instrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk  masa kehamilan (KMK).
7.      Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR
            Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifactorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan.
Namun, penyebab terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda
usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi.
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum
yaitu sebagai berikut:
1) 1.Faktor ibu
a. Penyakit:
(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat,
perdarahan ante pantum, hipertensi, preeklampsia berat, eclampsia,
infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal).
(2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, malaria, TORCH.
b. Ibu:
(1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
(2) Kehamilan ganda (multi gravida).
(3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat pendek (kurang dari 1 tahun).
(4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
(1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
(2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.
(3) Keadaan gizi yang kurang baik.
(4) Pengawasan antenatal yang kurang.
(5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi
lahir dari perwakinan yang sah.
d. Sebab lain:

35
(1) Ibu perokok.
(2) Ibu peminum alcohol.
(3) Ibu pecandu obat narkotika.
(4) Penggunaan obat antimetabolik.

2) Faktor Janin:
(1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal).
(2) Infeksi janin kronik (inklusi, sitomegali, rubella bawaan).
(3) Disautonomia familial.
(4) Radiasi.
(5) Kehamilan ganda/kembar (gemeli).
(6) Aplasia pancreas.

3) Faktor plasenta:
(1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion).
(2) Luas permukaan berkurang.
(3) Plasentitis vilus (bakteri, virus, parasit).
(4) Infark.
(5) Tumor (koroangioma, mola hidatidosa).
(6) Plasenta yang lepas.
(7) Sindrom plasenta yang lepas.
(8) Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).
4) Faktor Lingkungan:
(1) Bertempat tinggal di dataran tinggi.
(2) Terkena radiasi.
(3) Terpapar zat beracun.
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan
menjadi sebagai berikut:
1. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:
a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.
b. Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia.
c. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu.

36
d. Malaria kronik, penyakit kronik.
e. Ibu hamil merokok.
2. BBLR tipe premature, disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar.
b. Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya.
c. Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim).
d. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage).
e. Ibu hamil yang sedang sakit.
f. Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.

d. IMR dan MMR di Negara Berkembang


Kematian atau mortalitas merupakan salah satu proses demografi yang
sebagian besar indikatornya menggambarkan derajat kesehatan penduduk.
Indikator mortalitas tersebut adalah Crude Death Rate (CDR), Infant Mortality
Rate (IMR), Child Mortality Rate (CMR), dan Maternal Mortality Rate (MMR)
(Mantra, 2007). Besarnya setiap angka indikator kematian di suatu negara
mengindikasikan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan yang ada seperti yang
diungkapkan oleh Iskandar (1977).
Berdasarkan tabel di bawah ini menunjukkan nilai IMR dan MMR apabila
ditinjau berdasarkan kondisi ekonomi suatu negara (negara maju dan negara
berkembang). Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa Negara berkembang
memiliki IMR dan MMR lebih tinggi. Indonesia adalah negara dengan IMR dan
MMR cukup tinggi dibandingkan negara lainnya. Tingginya IMR dan MMR di
negara berkembang atau miskin, khususnya di Indonesia dapat dipengaruhi oleh
perilaku dalam perawatan kehamilannya (Setiawan, 2015).
Distribusi IMR dan MMR sebagian negara berkembang di ASEAN

37
Sumber: WHO, et al.,2014

Grafik di bawah ini memberikan informasi IMR dan MMR di Indonesia


yang merupaka negara bekembang dengan indikator mortalitas. IMR dan MMR
tersebut menggambarkan derajat kesehatan suatu kelompok masyarakat, dan
besarnya ditargetkan oleh World Health Organization (WHO), Millenium
Development Goals (MDGs), dan International Conference on Population and
Development (ICPD). Menurut Kemenkes R1 (2014) target tesebut ditetapkan
sebagai upaya mencapai tujuan ke-4 dan ke-5 dari MDG’s. Tujuan ke-4 MDG’s
adalah menurunkan angka kematian anak dengan salah satu indikator tercapainya
angka kematian bayi sebesar 35 setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
sedangkan tujuan ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan tercapainya
MMR sebesar 102 pada tahun 2015.

Sumber: BPS,et al, 2013

38
F. Hak-hak reproduksi
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan, disepakati hal-
hal reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara
utuh, baik kesehatan rohani dan jasmani, meliputi :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Menurut BKKBN tahun 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia untuk
mewujdkan pemenuhan hak-hak reproduksi :
1. Promosi hak-hak kesehatan reproduksi
2. Advokasi hak-hak kesehatan reproduksi
3. KIE hak-hak kesehatan reproduksi
4. System pelayanan hak-hak reproduksi
G. Menerapkan peran dan tugas tenaga ahli kesehatan dalam PHC untuk
kesehatan wanita yang menekankan pada aspek pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan.
1. Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja
a. Tujuan program kesehatan reproduksi remaja

39
1) Untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut,
sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan bertanggung jawab
kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi
a) Tujuan Umum :
1. Mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui
peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap, dan perilaku
remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab
dalam kehidupan berkeluarga serta pemberian pelayanan
kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus.
b) Tujuan khusus
(1) Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang
KRR. Sasarannya: meningkatnya cakupan penyebaran
informasi KRR mll mass media
(2) Seluruh remaja di sekolah. Sasarannya: meningkatanya
cakupan penyebaran info KRR di sekolah umum, SLTP, SMU,
pesantren.
(3) Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok
masyarakat mendapat informasi ttg KRR. Sasarannya: karang
taruna, remaja masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK,
pramuka, pengajian, dan arisan.
(4) Seluruh remaja di perusahaan di tempat kerja mendapatkan
info tentang KRR. Sasarannya: memperoleh informasi dan
layanan KRR melalui perusahaan di tempat kerja
(5) Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan
khusus dapat dilayani. Sasarannya: meningkatkan jumlah dan
pemanfaatan pusat konseling dan pelayanan khusus bagi
remaja
(6) Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan
program KRR. Sasarannya: meningkatkan komitmen bg
politisi, toga, toma, LSM dalam pelaksanaan KRR.
b. Kesehatan reproduksi remaja

40
1. Peran dan tugas tenaga ahli kesehatan melibatkan wanita dalam
pengambilan keputusan Secara umum dalam penanggulangan masalah
pada remaja, peran tenaga ahli kesehatan adalah sebagai fasilitator dan
konselor yang bisa dijadikan tempat mencari jawaban dari suatu
permasalahan yang dihadapi oleh remaja sehingga tenaga ahli kesehatan
harus memiliki pengetahuan dan wawasan yg cukup.
2. Contoh peran yang bisa dilakukan oleh tenaga ahli kesehatan adalah:
a. Mendengarkan keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap
menjaga kerahasiaan kliennya.
b. Membangun komunikasi dengan remaja.
c. Ikut serta dalam kelompok remaja
d. Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
e. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja
sesuai dengan kebutuhannya.
Melibatkan wanita dlm pengambilan keputusan. Kenyataan di tengah- tengah
masyarakat bahwa perilaku diskriminatif terhadap perempuan yaitu gender
menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah tuntas dibahas sehingga pada
akhirnya wanita tidak mempunyai hak untuk mengambilkeputusan terbaik yang
berhubungan dengan dirinya.
Gender
 Adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tujuan
antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi
(kebiasaan sosial yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) sehingga
dapat diubah sesuai perkembangan zaman.
 Adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin
menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu kontruksi sosial
mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran gender berbeda dalam
konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
Cara melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan
1) Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan
sesuai kebutuhan

41
2) Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun
yang akan diambilnya.
3) Menyakinkan ibu untuk bertujuan terhadap keputusan yang akan
diambilnya.
4) Pastikan bahwa keputusan yang diambil ibu adalah yang terbaik
5) Memberi dukungan pada ibu atas keputusan yang diambilnya.

Instruksi Untuk Diskusi Kelompok


1. Bentuk kelompok yang terdiri dari 2- - 3 mahasiswa
2. Buatlah rencana penyuluhan dalan Satuan Acara Penyuluhan terkait
dengan topik Pentingnya remaja memahami kesehatan reproduksi
dengan bahasan berikut ini :
a. Pengertian remaja
b. Tahap-tahap Remaja
c. Manfaat remaja mengetahui kesehatan reproduksi
d. Pengetahuan dasar apa yg perlu diberikan kpd remaja agar mereka
mempunyai kespro yang baik
e. Perubahan pada remaja
f. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja
3. Membuat media penyuluhan (dapat berupa leaflet, booklet, lembar
balik, poster, dll)

42
BAB II
WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami kesehatan ditinjau dari aspek biologis sepanjang
siklus kehidupan wanita.

II. KOMPETENSI DASAR


4. Memahami fisiologi reproduksi, proses kehamilan, dan menyusui
5. Memahami perubahan yang terjadi pada setiap siklus kehidupan wanita
6. Faktor-faktor yang mempengaruhinya berbagai perubahan pada setiap
siklus kehidupan wanita

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami tentang:
5. Menjelaskan kembali tentang fisiologi reproduksi
6. Menjelaskan siklus menstruasi, ovulasi dan pertumbuhan
7. Menjelaskan konsepsi, perkembangan konsepsi dan kehamilan
8. Menjelaskan peraturan laktasi (menyusui)

IV. MATERI AJAR


1. Fisiologi dan pengenalan kesehatan reproduksi
2. Siklus mentruasi, ovulasi, pertumbuhan
3. Konsepsi, perkembangan konsepsi dan Kehamilan
4. Peraturan Laktasi

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah serta secara
umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai Fisiologi dan pengenalan
kesehatan reproduksi, Siklus mentruasi, ovulasi, pertumbuhan, Konsepsi,
perkembangan konsepsi dan Kehamilan, Peraturan Laktasi
3. Dosen membagi mahasiswa dalam kelompok
4. Mahasiswa membuat 1 pertanyaan tentang materi yang belum jelas dan 1
kartu pernyataan tentang materi yang telah dikuasai
5. Dosen menyilangkan kartu ke kelompok lainnya untuk dijawab
6. Mahasiswa berdiskusi jawaban pertanyaan yang diberikan
7. Dosen memberi komentar dan klarifikasi

43
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas masing-
masing kelompok

VII.ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:
1. William F. Ganong, 2005, Review of Medical Physiology, Twenty-Second
Edition
2. Pedoman Praktis Safe Motherhood: Perawatan Ibu dan Bayi. WHO
3. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin. Ema Rachmawati

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
2. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan dengan singkat siklus mentruasi dan terjadinya
kehamilan!
b. Sebutkan peran menyusui bagi kehidupan bayi
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

44
WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN

A. Pendahuluan
Aspek hak dan kesehatan reproduksi sangat luas, karena hak dan kesehatan
reproduksi menyangkut seluruh siklus kehidupan manusia selama hidupnya, yaitu
mulai dari kehamilan, kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa sampai dengan
masa usia lanjut. Selain panjangnya rentang usia masalah kesehatan reproduksi
juga sangat kompleks, mulai dari masalah kehamilan dan persalinan, penyakit-
penyakit menular seksual dan penyakit degeneratif. Bila dilihat faktor penyebab
yang melatar belakang juga bermacam-macam, mulai dari masalah pendidikan,
kesehatan, agama, sosial budaya dimana termasuk didalamnya masalah ketidak
setaraan gender dalam keluarga dan masyarakat.
B. Aspek Yang Dikaji Pada Setiap Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Bertambahnya ukuran dan Jumlah sel serta jaringan interseluler yang
menandakan bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat
2. Perkembangan
Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam
kemampuan gerak halus, emosi, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara simultan :
a. Terdapat korelasi yang berkesinambungan
b. Potensi biologis menentukan kualitas tumbuh kembang
c. Tingkat kematangan biologis merupakan hasil interaksi yang saling
berkaitan antara faktor genetik dan lingkungan.
3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
b. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda
c. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan

45
d. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
e. Perkembangan menimbulkan perubahan
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
1) Pertumbuhan
a) Perubahan ukuran
b) Perubahan proporsi
c) Hilangnys ciri-ciri lama
d) Timbul ciri-ciri baru
2) Perkembangan
a) Melibatkan perubahan
b) Awal menentukan perubahan selanjutnya
c) Mempunyai pola yang tetap
d) Memiliki tahap yang berurutan
e) Mempunyai kecepatan yang berbeda
f) Berkorelasi dengan pertumbuhan
4. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a. Faktor Internal :
1) Ras/ etnik dan suku
2) Keluarga
3) Umur
4) Genetik
b. Faktor Eksernal :
1) Prenatal : Gizi, Mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, psikologi
2) Postnatal : Gizi, penyakit, lingkungan fisik,endokrin, sosioekonomi,
stimulasi, pola asuhan
3) Intranatal : masa gestasi, proses persalinan, trauma, masalah.
5. Pemantauan Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
a. Konsepsi
Pemantauan Gizi (pemenuhan nutrisi), adanya faktor-faktor
mekanis, paparan toksin, pengaruh gangguan endokrin ibu yang sedang
hamil, paparan radiasi, kemungkinan infeksi yang diderita oleh sang ibu,
kondisi psikologi sang ibu. Masa konsepsi membutuhkan:

46
a Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi
baru lahir.
c Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: pengutamaan jenis
kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi).
d Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.

b. Bayi
Periode ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perubahan dan pertumbuhan yang amat cepat
2) Berkurangnya ketergantungan anak pada ibunya dan awal
munculnya individualitas
3) Mulai belajar mengenal orang lain diluar dirinya dan ibunya
4) Menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan lingkungan
(sosialisasi)
5) Adanya keingintahuan yang sangat besar walau koordinasi otot dan
kekuatan fisik belum sempurna.
Pada bayi lahir cukup bulan, pembentukan genitalia internal
sudah selesai, jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah
lengkap sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan
selanjutnya. Tuba, uterus, vagina dan genitalia eksternal sudah terbentuk,
labia mayora menutupi labia minora, tetapi pada bayi premature vagina
kurang tertutup dan labia minora lebih kelihatan.
Pada minggu pertama dan kedua kehidupan di luar, bayi masih
mengalami pengaruh estrogen yang sewaktu hamil memasuki tubuh janin
melalui placenta. Karena itu, uterus bayi baru lahir lebih besar
dibandingkan dengan uterus anak kecil. Di samping itu estrogen juga
menyebabkan pembengkakan pada payudara bayi wanita maupun pria
selama 10 hari pertama dari kehidupannya, kadang-kadang disertai
dengan sekresi cairan seperti air susu.

47
Selanjutnya 10-15% dari bayi wanita dapat timbul perdarahan
pervagina dalam minggu-minggu pertama yang bersifat withdrawal
bleeding. Genetalia bayi wanita yang baru lahir itu basah karena sekresi
cairan yang jernih. Epitel vagina relatif tebal dan Ph vagina 5, setelah 2-3
minggu epitel vagina tipis dan Ph naik manjadi 7. Pada 1/3 dari bayi
wanita, endoserviks tidak terhenti pada ostium uteri eksternum, tetapi
menutupi juga sebagian dari portioservisis, sehingga terdapat apa yang
dinamakan seudoerosio kongenitalis. Setelah lebih kurang 1,5 tahun,
erosio ini hilang dengan sendirinya.
Pada waktu lahir perbandingan servik dan korpus uteri 1:1 karena
hipertrofikorpus, setelah pengaruh estrogen tidak ada perbandingan
lambat laun menjadi 2:1. Pada pubertas dengan pengaruh estrogen yang
dihasilkan sendiri oleh anak, perbandingan berubah lagi, dan pada wanita
dewasa berubah menjadi 1: 2.
c. Anak
Yang khas pada ,masa kanak-kanak ini adalah bahwa perangsangan
oleh hormon kelamin sangat kecil, dan memang kadar hormon estrogen
dan gonadotropin sangat rendah. Karena itu alat-alat genital pada masa ini
tidak memperlihatkan pertumbuhan yang berarti samapi permulaan
pubertas. Dalam masa kanak-kanak pengaruh hipofisis terutama terlihat
dalam pertumbuhan badan.
Pada masa kanak-kanak sudah nampak perbedaan antara anak pria
dan wanita, terutama dalam tingkah lakunya. Tetapi perbedaan ini
ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.
Beberapa peran sosial yang dimunculkan anak-anak dalam
kehidupan di masyarakat, antara lain :
c.1 Mengembangkan kepribdiannya, memiliki hak bermain dan
berekspresi sesuai dengan dirinya.
Berbagai pengalaman ini berperan penting dalam mewujudkan apa
yang dinamakan dengan pembentukan diri secara utuh, yang tidak akan
dapat tercapai kecuali dengan memberikan kemerdekaan secara penuh
kepada anak dan membina jiwa kemandiriannya. Untuk mencapai ini

48
semua, seorang pendidik mempunyai peran yang penting dalam mendidik
seorang anak, karena melalui pendidikan ini terdapat pengaruh yang besar
dan jelas dalam membentuk kepribadiannya. Lingkungan keluarga yang
dipenuhi dengan rasa cinta dan rasa saling tolong, yang berlandaskan
dengan ikatan yang kuat antara keluarga, juga mempunyai andil yang
besar dalam membentuk kepribadian seorang anak, serta dapat memotivasi
anak untuk membina dirinya dan meningkatkan kemampuan dan
potensinya.
Dengan bermain, anak – anak secara tidak langsung dapat
berekspresi sesuai dengan keinginannya sendiri. Anak-anak usia dini, suka
sekali  berlari, berteriak, bermain sambil ngomong sendiri, memainkan
permainannya  dengan berisik, dan lain-lain. Mungkin sebagai orang yang
dewasa,  hal ini sangat mengganggu, sehingga kadang kita menyuruh
mereka untuk tidak berisik. Dengan menyuruh mereka untuk bermain
dengan tenang dan tidak membuat  gaduh, anak-anak menjadi  merasa
tertekan. Dalam tekanan inilah, anak-anak menjadi  kurang bisa
berekspresi secara bebas. Alangkah baiknya, bila kita memberikan
kesempatan anak-anak untuk berekspresi secara bebas. Bisa dengan cara
memberikan ruangan bermain khusus bagi mereka, menemani  mereka,
atau bisa juga dengan cara membuatkan jadwal bermain bagi mereka.
Mengajak anak-anak bermain di ruangan terbuka, misalnya dengan
mengajak bermain di taman dan wisata alam akan sangat membantu anak
untuk bisa berekspresi  secara kreatif dan bebas.
c.2        Tanda Sosial dari Keluarga
Perlu diketahui pula bahwa keluarga juga sangat rentan terhadap
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Wajar sekali jika para pengamat
menyebut masyarakat yang sehat terdiri atas keluarga yang sehat pula.
Setiap transformasi sosial, budaya, dan politis, yang berpotensi
melemahkan struktur kekeluargaan, dapat menjadi faktor negatif dalam
pembentukan generasi berikutnya. Dengan kata lain, keluarga merupakan
refleksi dari sebuah masyarakat secara keseluruhan. Begitu pula dengan
hadirnya seorang anak dalam keluarga. Anak tersebut sangat erat

49
hubungannya dengan keadaan keluarganya misalnya tingkat sosial.
Seorang anak yang sehat dan cerdas dapat menunjukkan diri sebagai tanda
sosial bagi keluarganya.
c.3 Anak adalah Pemegang Amanah Harapan Orang Tua
Setiap orang tua pasti mengharapkan suatu hari nanti akan sukses
dalam kehidupannya. Sebelum lahir saja sudah dipersiapkan nama yang
baik dan mempunyai makna sesuai keinginan kita anak itu menjadi apa.
Oleh sebab itu, Orang tua akan berusaha mendidik dan menyekolahkannya
setinggi mungkin. Bagaimana pun caranya mereka lakukan agar kelak
anak bisa memenuhi harapan orangtua, sukses dalam hidupnya. Dan
tentunya juga berharap anak lebih baik lagi daripada kita mereka.
Sesungguhnya yang utama adalah harus mendidiknya dengan
menanamkan kebaikan dan budi . Kemudian baru mengajarkan mencari
kekayaan. Tetapi jaman sekarang mengajarkan mencari uang yang utama,
kebaikkan dan budi belakangan. Kenapa harus mengajarkan kebaikkan dan
budi yang utama? Sebab itulah modalnya untuk mencapai sukses yang
sesungguhnya kelak. Ada kebaikkan dan budi walau tanpa kekayaan,
masih bisa mengharumkan nama orangtua dan menjadikannya manusia
yang bernilai. Tetapi kalau punya kekayaan , tanpa adanya budi dan
kebaikkan, mungkin bisa menghancurkan hidupnya sendiri dan juga
merusak nama orangtuanya.
c.4        Kehadiran anak memperkuat nilai solidaridas keluarga
Dengan hadirnya seorang anak dapat membuat suatu keluarga
menjadi semakin dekat. Hubungan sesema orang tua pun juga menjadi
lebih tinggi dan rekat bila didukung oleh kehadiran anak yang berkualitas.
Hal ini terbukti karena hampir semua orang tua merasa senang jika
mengetahui bahwa istri mereka sedang hamil atau sedang mengandung.
c.5        Anak memiliki nilai sosial yang tinggi bagi keluarga, baik
ekonomi maupun sosial
Kehadiran anak bagi keluarga merupakan tambahan tenaga kerja
baru bagi keluarganya. Selain itu, anak memiliki nilai sosial yang tinggi
terutama sebagai penerus bagi orang tuanya.

50
d. Remaja
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa. tidak ada batas yang tajam antara akhir masa kanak-kanak
dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa masa pubertas
diawali dengan berfungsinya ovarium. Pubertasa akhir pada saat ovarium
sudah berfungsi dengan mantap dan teratur.
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin
sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas
pada wanita , mulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung
kurang lebih selama 4 tahun.
Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa , iklim, gizi dan
kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada pergeseran permulaan
pubertas ke arah umur yang lebih muda, dikarenakan meningkatnya
kesehatan umum dan gizi.
Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan
yang cepat, tumbuhnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, telarche,
pubarche dan perubahan psikis. Ovarium mulai berfungsi dibawah
pengaruh hormin gonadotropin dan hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan
atas pengaruh releasing faktor dan hipotalamus. Dalam ovarium folikel
mulai tumbuh, walaupun folikel-folikel tidak sampai matang, karena
sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah
mampu mengeluarkan estrogen.
Pada saat yang kira-kira bersamaan, korteks kalenjar suprarenal
mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dalam
pertumbuhan badan. Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama
nampak adalah pertumbuhan badan anak yang lebih cepat, terutama
ekstremitasnya dan badan lambat laun mendapatkan bentuk sesuai jenis
kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin, diduga bahwa
pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen.
Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis
epifisis tulang-tulang, sehingga pertumbuhan badan terhenti. Pengaruh
estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia interna, genitalia eksterna

51
dan ciri-ciri kelamin sekunder. Dalam masa pubertas genitalia interna dan
eksterna lambat laun tumbuh mencapai bentuk dan sifat seperti masa
dewasa.
Perkembangan dalam bidang rohani ialah penyesuaian diri dalam
alampelindung serta aman menuju arah alam berdiri sendiri dan
bertanggungjawab, dari alam ergosentris ke alam pikiran yang lebih
matang. Aktivitas mereka pun meningkat, sehingga kebutuhan gizinya
juga bertambah. Nafsu makan mereka umumnya baik. Beberapa masalah
kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan remaja, antara lain :
d.1        Masalah Gizi
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk
sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh
jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada
laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh,
maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada
daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C
membantu penyerapan zat besi.
d.2        Masalah Sex dan Sexualitas
Para remaja dapat memperoleh informasi mengenai seks dan
seksualitas dari berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media
massa baik cetak ataupun eletronik termasuk di dalamnya iklan, buku
ataupun situs di internet yang khusus menyediakan informasi tentang seks
dan seksualitas. Sebagian informasi tersebut dapat dipercaya, sebagian
lainnya mungkin tidak. Jadi pemberian pendidikan seks pada remaja
sebenarnya adalah mencari tahu terlebih dahulu apa yang telah mereka
ketahui mengenai seks dan seksualitas, menambahkan hal yang kurang
serta membenarkan informasi yang ternyata tidak sesuai. Informasi yang
salah tersebut seperti misalnya informasi bahwa berhubungan seksual
merupakan salah satu pembuktian kasih sayang dan apabila berhubungan
seksual cuma sekali saja tidak akan menyebabkan kehamilan atau bahwa

52
penyakit AIDS sudah ada obat penyembuhnya. Tanpa adanya informasi
yang tepat, maka akan dapat menjerumuskan kehidupan remaja.
Pendidikan seks sendiri merupakan suatu proses untuk
memperoleh informasi dan membentuk sikap serta keyakinan mengenai
seks, identitas seksual serta hubungan. Pendidikan seks juga dapat
membantu remaja untuk memiliki kemampuan sehingga mereka dapat
bertindak sesuai apa yang mereka yakini dengan percaya diri. Hal ini
berarti juga dapat membantu mereka untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan seksual, ekploitasi seksual, terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta penularan penyakit seksual serta HIV dan AIDS.
d.3        Munculnya Aneka Ragam Pola atau Gaya Hidup Remaja
Sebagai gambaran tentang masalah remaj'a kaitannya dengan
perkembangan kesehatan reproduksi, tulisan ini mengungkap secara
ringkas yang bersumber dari beberapa studi yang dilakukan tentang hal
tersebut. Banyak studi yang mengungkap bahwa perkawinan yang terlalu
dini serta kehamilan dan persalinan pada usia remaja menyebabkan lbu
maupun bayinya berisiko tinggi.  
'Studi analisis situasi di kecamatan Tebet Jakarta (tahun 1997)
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di puskesmas Tebet, dilakukan
pengembangan model Pelayanan KRR pada tahun 1997/1998. Kegiatan
awal yang dilakukan adalah Analisis Situasi terhadap siswa SMP, SMU,
Karang Taruna dan provider dari berbagai unit kerja seperti puskesmas,
seksi UKS, Kelurahan, KUA, Kader PKK dan NGO (Yayasan Kusuma
Buana), untuk mengidentifikasi masalah remaja, kebutuhan remaja
terhadap informasi dan pelayanan serta fasilitas pelayanan yang tersedia.  
Melalui Focus Group Diskusi (FGD) terungkap berbagai masalah
remaja, yaitu hubungan seksual sebelum nikah, hamil diluar nikah,
masalah aborsi, dan putus sekolah karena menikah, pemakaian alat
kontrasepsi pada remaja. Melalui interview terhadap 41 orang remaja (13-
18 tahun) diketahui hanya 19.5% remaja pernah memanfaatkan fasilitas

53
pelayanan khusus macam pelayanan yang diperoleh belum mencerminkan
pelayanan KRR.
Selain itu, masalah pola konsumsi remaja juga menjadi hal yang
berpengaruh pada kesehatan. Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah
salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola
konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja
biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak
realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat
remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki
pasar remaja.
Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas
ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah
menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga
dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri
selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.
e. Reproduksi
Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung
kira-kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus alat genita
bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi
kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari.
Biarpun pada usia 40 tahun keatas wanita masih mampu hamil, tetapi
fertilitas menurun cepat seduah usia tersebut.
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering
dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat
paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang
penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima,
sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi
yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti
dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan
tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu

54
mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia
ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram
haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau
buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga
yang tidak mengalami gejala apa-apa.
a) Kehamilan dan persalinan yang aman
b) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan
alat kontrasepsi (KB)
d) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h) Pencegahan dan manajemen infertilitas.
i) Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang
disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,
pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan.
j) Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,
konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang
perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan
pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum
pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Yang harus diperhatikan pada masa ini adalah:
a) Kehamilan dan persalinan yang aman
b) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi
c) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan
alat kontrasepsi (KB)
d) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

55
f) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
g) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h) Pencegahan dan manajemen infertilitas.

f. Klimakterium dan Menopouse


1) Klimakterium
Klimakterium dalam bahasa yunani tangga, merupakan masa
peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Klimakterium
bukan suatu keadaan patologi, melainkan suatu masa peralihan yang
normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopouse. Kita menjumpai kesulitan dalam
menentukan awal dan akhir klimakterium. Tetapi dapat dikatakan
bahwa klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopouse,
berdasarkan keadaan endokrinologi (kadar estrogen mulai turun dan
kadar hormon gonadotropin naik), dan jika ada gejala-gejala klinis.
Klimakterium kira-kira berakhir 6-7 tahun sesudah
menopouse. Pada saat ini kadar estrogen telah rendah yang sesuai
dengan keadaan senium, dan gejala-gejala neurovegetatif telah
terhenti. Dengan demikian lama klimakterium kurang lebih 13 tahun.
Mengenai dasarnya klimakterium dapat dikatakan bahwa jika
pubertas disebabkan oleh mulainya sintesis hormon gonadotropin
oleh hipofisis, klimakterium disebabkan oleh kurang beraksinya
ovarium terhadap rangsangan hormon itu. Hal ini disebabkan oleh
ovarium menjadi tua, bisa dianggap ovarium lebih dahulu tua
daripada alat-alat tubuh lainnya.
Proses menjadi tua sudah mulai pada umur 40 tahun. Jumlah
folikel waktu lahir adalah 750.000 buah, pada waktu menopouse
tinggal beberapa ribu buah folikel yang tersisa ini lebih resisten
terhadap rangsangan gonadotropin. Dengan demikian siklus ovarium
yang terdiri atas pertumbuhan folikel, ovulasi dan pembentukan
korpus luteum lambat laun terhenti. Pada wanita di atas 40 tahun

56
siklus haid untuk 25% tidak disertai ovulasi, jadi bersifat
anovulatoar.
Pada klimakterium terdapat penurunan produksi estrogen dan
kenaikan hormon gonadotropin. Kadar hormon akhir ini tetap tinggi
sampai kira-kira 15 tahun setelah menopouse, kemudian mulai turun.
Tingginya kadar hormon gonadotropin disebabkan oleh
berkurangnya oleh hormon estrogen, sehingga native feedback
terhadap gonadotropin berkurang.
Pada wanita dalam klimakterium terjadi perubahan-
perubahan tertentu, yang dapat menyebabkan ganguan ringan dan
kadang-kadang berat. Klimakterium merupakan masa perubahan,
umumnya masa itu dilalui oleh wanita tanpa banyak keluhan, hanya
pada sebagian kecil (25% wanita Eropa, pada wanita Indonesia
kurang) ditemukan keluhan yang cukup berat yang menyebabkan
wanita bersangkutan minta pertolongan dokter. Perubahan dan
gangguan itu sifatnya berbeda beda menurut waktunya
klimakterium. Pada permulaan klimakterium kesuburan menurun,
pada masa premenopouse terjadi kelainan perdarahan, sedangkan
pada pascamenopouse terdapat gangguan vegetative, psikis dan
organis.
Gangguan vegetatif biasanya berupa rasa panas dengan
keluarnya malam dan perasaan jantung berdebar debar. Dalam masa
pasca menopause dan seterusnya dalam masa senium, terjadi atrofi
alat-alat genital. Ovarium menjadi kecil dan dari seberat 10-12 gr
pada wanita dalam masa reproduksi menjadi 4 gr pada wanita usia
60 tahun.
Uterus juga lambat laun mengecil dan endometrium
mengalami atrofi. Uterus masih tetap dapt bereaksi terhadap
estrogen, pemberian estrogen dari luar yang diikuti dengan
penghentiannya, dapt menimbulkan withdrawal bleeding. Epitel
vagina menipis, tetapi karena masih ada estrogen (walaupun sudah
berkurang), atrofi selaput-selaput lendir vagina belum seberapa jelas

57
dan apus vagina memperlihatkan gambaran campuran (spread
pattern). Mamma mulai menjadi lembek dan proses ini berlangsung
terus selama senium.
Sumber estrogen dalam klimakterium selain ovarium juga
glandula suprarenal, sumber utama dalam pasca menopause adalah
konversi dari androstenedion. Metabolism sekitar menopause
memperlihatkan beberapa perubahan, misalnya hiperlipemi yang
merupakan salah satu faktor kearah bertambahnya penyakit koroner
pada masa ini. Pada wanita yang banyak merokok, yang diberi
estrogen dan yang menderita hipertensi, kemungkinan timbulnya
penyakit di atas lebih besar.
2) Menopause
Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid
terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis dibuat setelah
terdapat aminorhea sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya
haid didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan
perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause
dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada
umur yang lebih tua.
Terjadinya menopause ada hubungannya dengan menarche.
Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Pada
abad ini tampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause
makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi makin panjang.
Walaupun demikian di Negara-negara maju menopause tidak
bergeser lagi keumur yang lebih muda.
Tampaknya batas maksimal telah tercapai. Menopause yang
artificial karena operasi atau radiasi umumnya menimbulkan keluhan
lebih banyak dibandingkan dengan menopause alamiah.
3) Senium
Pada senium telah tercapai keadaan keseimbangan hormonal
yang baru, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetative msupun

58
psikis. Yang mencolok pada masa ini ialah kemunduran alat-alat
tubuh dan kemampuan fisik., sehingga proses menjadi tua. Dalam
masa senium terjadi pula osteoporosis dengan intesitas berbeda pada
masing-masing wanita. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas betul,
namun berkurangnya osteo trofoblas memegang peranan dalam hal
ini.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Kesehatan Wanita
1. Faktor genetik
Merupakan modal utama atau dasar faktor bawaan yang normal, Contoh :
jenis kelamin, suku, bangsa
2. Faktor lingkungan
Komponen biologis, misalnya oragan tubuh, gizi, perawatan, kebersihan
lingkungan, pendidikan, social budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi,
politik.
3. Faktor perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perilaku
yang tertanam pada masa anak akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita dari konsepsi
sampai usia lanjut.
1. Kosepsi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Keturunan
b. Fertilitas
c. Kecukupan gizi
d. Kondisi sperma dan ovum
e. Faktor hormonal
f. Faktor psikologis
2. Bayi
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa
bayi :
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua

59
d. Aspek psikologi pada masa bayi
e. System reproduksi
3. Masa kanak-kanak
a. Faktor dalam
1) Hal-hal yang diwariskan dari orang tua, misalnya bentuk
tubuh.
2) Kemampuan intelektual
3) Keadaan hormonal tubuh
4) Emosi dan sifat
b. Faktor luar
1) Keluarga
2) Gizi
3) Budaya setempat
4) Kebiasaan anak dalam hal personal hygiene
4. Remaja
Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap
kesehatan remaja, termasuk kesehatan reproduksi remaja :
a. Masalah gizi
1) Anemia dan kurang gizi kronis
2) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri
b. Masalah pendidikan
1) Buta huruf
2) Pendidikan rendah
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan
Lingkungan dan suasana yang kurang memperhatikan
kesehatan remaja dan bekerja yang akan menggangu
kesehatan remaja. Lingkungan sosial yang kurang sehat
dapat menghambat bahkan merusak kesehatan fisik,
mental dan emosional remaja.
d. Masalah seks dan seksualitas

60
1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tahu
tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang
tidak benar.
2) Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam
hal yang berkaitan dengan seksualitas.
3) Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang
mengarah pada penularan HIV/AIDS
4) Penyalahgunaan seksual
5) Kehamilan remaja
6) Kehamilan pra nikah atau di luar ikatan pernikahan
e. Masalah kesehatan reproduksi remaja
1) Ketidakmatangan secara fisik dan mental
2) Resiko komplikasi dan kematian ibu dan janin
lebih besar
3) Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri
4) Resiko bertambah untuk melakukan aborsi yang
tidak aman.
5. Dewasa
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada
masa dewasa.
a. Perkembangan organ reproduksi
b. Tanggapan seksual
c. Kedewasaan psikologi
d. Usia lanjut
e. Faktor hormonal
f. Kejiwaan
g. Lingkungan
h. Pola makan
i. Aktifitas fisik (olah raga)

61
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok
1. Bentuk 1 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang
mahasiswa.
2. Buatlah satuan acara penyuluhan, berikut metode dan media yang tepat
dengan topik:
a. Pengenalan Organ reproduksi pada remaja, berikut tanda-tanda
seks primer dan sekunder.
b. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat di
kelompokan sebagai berikut: kehamilan tak dikehendaki,
kehamilan dan persalinan usia muda, masalah PMS termasuk
infeksi HIV/AIDS, tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan,
pelecehan seksual dan transaksi seks komersil.
c. Pembinaan kesehatan reproduksi pada remaja, berupa pembekalan
ilmu pengetahuan diantaranya : Perkembangan fisik, kejiwaan dan
kematangan seksual remaja, Proses reproduksi yang bertanggung
jawab, Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan
perempuan, Persiapan pra nikah, Kehamilan dan persalinan, serta
cara pencegahannya

62
BAB III
ISU-ISU KESEHATAN WANITA

II. STANDAR KOMPETENSI


Mahasiswa mampu memahami isu-isu kesehatan wanita.

III. KOMPETENSI DASAR


Mampu mengenal dan mengidentifikasi tentang kekerasan pada perempuan,
perkosaan dan pelecehan seksual, single parent, perkembangan seks menyimpang,
dan wanita seks komersial

IV. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali
tentang :
6. Kekerasan pada perempuan
7. Perkosaan dan pelecehan seksual
8. Single parent
9. Perkembangan seks yang menyimpang
10. Wanita seks komersial

V. MATERI AJAR
1. Kekerasan pada perempuan
2. Perkosaan dan pelecehan seksual
3. Single parent
4. Perkembangan seks yang menyimpang
5. Wanita seks komersial

VI. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa) serta
secara umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai kekerasan pada perempuan,
perkosaan dan pelecehan seksual, single parent, perkembangan seks
menyimpang, dan wanita seks komersil
3. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
4. Mahasiswa mendiskusikan
5. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
6. Dosen memberi komentar dan klarifikasi
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

63
VII.ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:
1. William F. Ganong, 2005, Review of Medical Physiology, Twenty-Second
Edition
2. Pedoman Praktis Safe Motherhood: Perawatan Ibu dan Bayi. WHO
3. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin. Ema Rachmawati
4. King K. Holmes et al., 2008, Sexually Transmitted Diseases
5. Sevgi O. Aral et al., 2007, Behavioral Interventions for Prevention and
Control of Sexually Transmitted Diseases

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
Jelaskan dan beri penjelasan tentang kondisi abortus di Indonesia
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

64
ISU-ISU KESEHATAN WANITA

Tujuan
Menjelaskan Isu-isu kesehatan perempuan
Objektif
Setelah menyelesaikan sesi 2, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan
konsep dan peran tenaga ahli kesehatan dalam :
1. Kekerasan
2. Perkosaan dan Pelecehan seksual
3. Single parent
4. Perkawinan usia muda dan tua
5. Perkembangan seksual yang menyimpang
6. Wanita di pusat rehabilitasi
7. Wanita seks komersial

A. Pendahuluan
Perempuan secara langsung menunjuk kepada salah satu dari dua
jenis kelamin, yang dalam kehidupan sosial selalu dinilai sebagai the other
sex yang sangat menentukan mode representasi sosial yang tampak dari
pengaturan status dan peran perempuan. Subordinasi, diskriminasi, atau
marginalisasi perempuan yang muncul kemudian menunjukkan bahwa
perempuan menjadi the second sex seperti juga sering disebut sebagai
“warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan.
Dikotomi nature dan culture, misalnya telah digunakan untuk menunjukkan
pemisahan dan stratifikasi di antara dua jenis kelamin ini, yang
menyebabkan perempuan menjadi objek. Pemisahan itu telah menyebabkan
pengingkaran pengingkaran terhadap hak perempuan dalam berbagai bidang
kehidupan sosial. Pengingkaran ini telah menjadi ciri dasar dalam
konstruksi laki-laki dan perempuan dalam berbagai bentuk.
B. Kekerasan Pada Perempuan
1. Pengertian Kekerasan Pada Perempuan

65
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk kekerasan
berbasis gender yang berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan terhadap perempuan, termasuk ancaman dari tidakan tersebut,
pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di
lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga atau dikenal dengan Nama UU PKDRT ini melarang
tindakan kekerasan dalam rumah tangga dengan cara kekerasan fisik, psikis,
seksual atau penelantaran dalam rumah tangga terhadap orang-orang dalam
lingkup rumah tangga seperti: a) suami, b) istri, c) anak, serta d) orang-
orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian, menetap dalam rumah
tangga serta orang yang bekerja membantu dan menetap dalam rumah
tangga tersebut.
2. Bentuk dan Jenis Kekerasan Pada Perempuan
a. Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
1) Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik berupa tindakan seperti pemukulan,
penyiksaan dan lain sebagainya yang menimbulkan deraan
fisik bagi perempuan yang menjadi korban, contohnya
memukul, menampar, mencekik, menendang, dan sebagainya.
2) Kekerasan Psikologis
Kekerasan Psikologis yaitu suatu tindakan penyiksaan secara
verbal seperti menghina, berteriak, menyumpah, mengancam,
melecehkan, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut,
hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya
3) Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah tindakan agresi seksual seperti
melakukan tindakan yang mengarah keajakan/ desakan seksual
seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks
tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya.

66
4) Kekerasan Finansial
Kekerasan Finansial dapat berupa mengambil barang korban,
menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan
finansial dan sebagainya.
5) Kekerasan Spiritual
Kekerasan Spiritual dapat berupa merendahkan keyakinan dan
kepercayaan korban, memaksa korban, memaksa korban
mempraktekkan ritual dan keyakinan tertentu.
b. Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan
1) Kekerasan pada perempuan dalam keluarga : Kekerasan fisik,
perkosaan oleh pasangan, kekerasan psikologi dan mental.
2) Perkosaan dan kekerasan seksual : perdaggangan perempuan,
prostitusi paksa, kekerasan pada perempuan pekerja rumah
tangga.
3) Kekerasan pada perempuan di daerah Konflik dan pengungsian
: Perkosaan masal, perbudakan sensual militer, prostitusi
paksa, kawin paksa dan hamil paksa, paksaan seksual untuk
mendapatkan sandang, pangan, papan atau perlindungan
4) Kekerasan pada perempuan dengan penyalahgunaan anak
perempuan : Penyalahgunaan anak perempuan, Eksploitasi
komersil, kekerasan akibat kecenderungan memilih anak laki-
laki, pengabaian anak perempuan, pemberian makanan yang
lebih rendah kualitasnya bagi anak perempuan, beban kerja
yang lebih besar sejak usia sangat muda, keterbatasan akses
terhadap pendidikan.
5) Kekerasan pada perempuan dengan ketidakpedulian terhadap
perempuan
a) Sebelum lahir : Abortus, memilih janin laki-laki atau
perempuan, akibat pukulan perempuan pada waktu hamil
yang bberdampak pada janin.
b) Bayi : Pembunuhan dan penelantaran bayi perempuan,
penyalahgunaan fisik, seks, psikis.

67
c) Pra Remaja : Perkawinan usia anak, penyalahgunaan
fisik, seks, psikis, prostitusi dan pornografi anak.
d) Remaja dan Dewasa : Kekerasan yang dilakukan oleh
teman dekat
e) Usia Lanjut : Penyalahgunaan fisik, seks, psikis.
3. Faktor Penyebab
Terjadinya kekerasan terhadap perempuan paling tidak dipicu oleh :
a. Faktor eksternal
Masih adanya pola pikir lingkungan terhadap sosok perempuan telah
dibangun secara sosial maupun kultural. Perempuan dianggap lemah
lembut, cantik damn emosional, sedangkan laki-laki dianggap koat,
rasional, dan jantan.
b. Faktor internal
Perempuan seringkali memancing terjadinya kekrasan pada dirinya.
Contohnya kasus perkosaan yang dsebabkan perempuan memakai
pakaian yang memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya.
c. Budaya Pathriarkhi
Munculnya anggapan bahwa posisi perempuan lebih rendah daripada
laki-laki. Hubungan perempuan dengan laki-laki seperti ini telah
dilembagakan didalam struktur keluarga patriarkhi dan didukung
oleh lembaga-lembaga ekonomi dan politik dan oleh sistem
keyakinan, termasuk sistem relegius, yang membuat hubungan
semacam itu tampak alamiah, adil secara moral dan suci. Lemahnya
posisi perempuan merupakan konsekuensi dari adanya nilai-nilai
patriarkhi yang dilestarikan melalui proses sosialisasi dan sosialisasi
dan reproduksi dalam berbagai bentuk oleh masyarakat maupun
negara.
Selain tersebut diatas, faktor lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan
pada perempuan :
a. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri
terhadap suami dapat menjadi penyebab terjadi kekerasan, akan

68
tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian istri juga
dapat menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami.
b. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja diluar rumah dapat
menyebabkan istri menjadi korban kekerasan.
c. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain
atau suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
d. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga dari
pihak suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami
melakukan kekerasan terhadap istri.
e. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaran
agama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasanterhadap
perempuan dalam rumah tangga.
f. Karena kebiasaan suami. Dimana suami melakukan kekerasan
terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
4. Dampak Kekerasan pada Perempuan
Dampak kekerasan terhadap perempuan cukup serius baik bagi perempuan
itu sendiri maupun bagi anak-anaknya. Dampak kekerasan :
a. Dampak Fisik. Dampak fisik dapat berupa luka-luka, cacat permanen
hingga kematian.
b. DampakPsikologi. Dampak psikologi dapat berupa perasaan
tertekan, depresi, hilangnya rasa percaya diri, trauma bahkan
gangguan jiwa.
c. Dampak Sosial. Dampak sosial dapat berupa dikucilkan dari
masyarakat.
C. Perkosaan dan Pelecehan Seksual
1. Pengertian
Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu,
menjengkelkan dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang terhadap pihak pihak lain, yang berkaitan langsung
dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan
martabat dan harkat diri orang yang diganggunya.

69
Pemerkosaan adalah penetrasi alat kelamin wanita oleh penis dengan
paksaan, baik oleh satu maupun oleh beberapa orang pria atau dengan
ancaman. Perkosaan yang dilakukan yang dilakukan dengan kekerasan dan
sepenuhnya tidak dikehendaki secara sadar oleh korban jarang terjadi.
2. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual dan Perkosaan
a. Pelecehan seksual dibagi dalam 3 tingkatan :
1) Ringan, seperti godaan nakal, ajakan iseng dan humor porno
2) Sedang, seperti memegang, menyentuh, meraba bagian tubuh
tertentu, hingga ajakan serius untuk berkencan.
3) Berat, seperti perbuatan terang terangan dan memaksa,
penjamahan, hingga percobaan pemerkosaan.
b. Macam-macam perkosaan :
1) Perkosaan oleh suami/ bekas suami. Merasa bahwa istri sudah
menjadi hak milik suami sehingga ia merasa sekehendak
hatinya memperlakukan istri.
2) Perkosaan oleh pacarnya. Merasa sudah mencukupi kebutuhan
wanita, sehingga laki-laki punya hak atas wanita tersebut atau
merasa sudah melamar wanita tadi sehingga merasa menjadi
hak miliknya.
3) Perkosaan oleh orang tidak dikenal
3. Faktor-faktor terjadinya pelecehan seksual dan perkosaan
a. Penayangan tulisan atau tontonan pada media massa yang tidak
jarang menampilkan unsur pornografi, tidak hanya terbatas pada
materi yang menggambarkan hubungan seks, media massa kerap
merujuk pada segenap bentuk materi yang terkait dengan seks.
b. Rusaknya moral dan sistem nilai yang ada di masyarakat
c. Kurang berperannya agama dalam mencegah terjadinya pelecehan
seksual.
d. Hukuman yang diberikan kepada pelaku pelecehan seksual belum
setimpal.
e. Sikap toleran terhadap hal-hal kecil
4. Dampak Yang terjadi

70
a. Dampak Pelecehan Seksual
1) Dampak pelecehan pada anak adalah membunuh jiwanya.
Korban pelecehan seksual akan mengalami pasca trauma yang
pahit.
2) Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak seratus
delapan puluh derajat, dari yang tadinya periang menjadi
pemurung.
b. Dampak Perkosaan
1) Dampak perkosaan bagi korban perkosaan biasanya pada
wanita dan keluarganya, dimana peristiwa diperkosa
merupakan tragedi yang sangat menyakitan dan sulit dilupakan
sepanjang hidup mereka. Bahkan, sering kali menyebabkan
trauma yang berkepanjangan
2) Biasanya perkosaan pada perempuan juga melibatkan
kekerasan fisik, sehingga mungkin saja terjadi luka dan rasa
sakit di beberapa bagian tubuh, seperti di daerah genital.
3) Perkosaan mengalami gangguan juga dapat mengalami trauma,
meskipun diawal mereka mencoba untuk mengelak bahwa
mereka telah diperkosa dan mencoba melanjutkan hidup
seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.
D. Single Parent
1. Pengertian
Single parent adalah seseorang yang tidak menikah atau berpisah yang telah
memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah tangga.
2. Faktor penyebab
a. Kehilangan pasangan akibat meninggal. Hal ini terjadi bila seorang
suami meningga maka wanita akan menjadi single parent dalam
mengurus semua masalah dalam rumah tangga.
b. Perceraian. Perkawinan yang buruk terjadi bila antara suami dan istri
sudah tidak mampu lagi memuaskan kedua belah pihak selain itu
persoalan ekonomi dan prinsip hidup yang berbeda.
c. Diterlantarkan atau ditinggalkan suami tanpa dicerai

71
d. Pasangan yang tidak sah (kumpul kebo). Cinta bebas (free love) dan
seks bebas (free seks) mulai banyak dianut oleh kalangan orang
muda. Pola seks bebas tersebut mempunyai dampak terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga wanita tersebut akan
membesarkan anaknya tanpa pasangan.
e. Tanpa menikah tetapi punya anak yang diadopsi. Saat sekarang
banyak wanita yang mengambil keputusan dengan berkarir hingga
hari tuanya, wanita tersebut biasanya mengambil anak, hal ini
dimaksud agar semua harapannya bisa dipenuhi melalui anak
angkatnya.
3. Masalah dan Dampak Yang Dihadapi
Masalah kesehatan yang dihadapi pada single parent :
a. Ancaman kesehatan. Akibat peran ganda yang harus dijalani, wanita
akan mengalami gangguan seperti kelelahan, kecapean, kurang gizi,
sehingga mengakibatkan angka kesakitan meningkat.
b. Emosi labil. Wanita merasa tidak senang atau tidak puas dengan
keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Rasa tidak puas ini
mengakibatkan emosi wanita tersebut menjadi labil dimana wanita
akan mengalami perasaan cemas, tidak berdaya dan depresi dan
mudah tersinggung.
c. Peran Ganda. Dimana wanita tersebut harus berperan baik sebagai
ibu dan pendidik bagi anak-anaknya, sebagai kepala keluarga,
sebagai pengatur atau pengelola rumah tangga dan sebagai pencari
nafkah dalam mengatasi masalah keluarga.
E. Perkembangan Seksual yang Menyimpang
1. Pengertian Seksual Menyimpang
a. Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga
dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran
seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual
harassment).

72
b. Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai
dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek
seksual secara tidak wajar.
c. Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran
seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada
pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner
yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah
laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
(Junaedi, 2010)
d. Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh
seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak
sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008)
e. Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu
biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat,
fitrah dan akal sehat (Farhan, 2002).
f. Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau
fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme
lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis
kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan
bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat yang bisa diterima secara umum. Perilaku seks yang
sehat dan bertanggung jawab adalah perilaku yang dipilih
berdasarkan pertimbangan secara fisik, sosial, dan agama serta
psikologis.
2. Perilaku Seksual yang menyimpang
Dapat dilihat dari tiga kategori:
a. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
1) Masochisme X Sadisme: Mendapatkan kepuasan dengan
siksaan secara fisik atau mental.

73
2) Eksibitionisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan
memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
3) Scoptophilia: Mendapatkan kepuasan seks dari melihat
aktivitas seksual.
4) Voyeurisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat
orang telanjang.
5) Troilisme: Perilaku seks yang membagi partner seksual dengan
orang lain sementara orang lain menonton. Biasanya pasangan
yang melakukan aktivitas seksual pada waktu dan tempat yang
sama sehingga bisa saling menonton.
6) Transvestisme: Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai
pakaian dari lawan jenisnya.
7) Seksualoralisme: Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi
mulut pada genitilia partnernya.
8) Sodomi atau seksual analisme: Mendapatkan kepuasan seks
dengan melakukan hubungan seksual melalui anus.
b. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
1) Pedophilia: Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari
hubungan dengan anak-anak.
2) Bestiality: Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan
binatang
3) Zoophilia: Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas
seksual dari binatang
4) Necrophilia: Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat
mayat, coitus dengan mayat.
5) Pornography: Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat
gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan
seksual yang normal.
6) Fetishisme: Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian
dalam lawan jenis.

74
7) Frottage: Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang
yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak
mengetahuinya.
8) Saliromania: biasanya pada lelaki yang mendapatkan kepuasan
seks dengan mengganggu atau mengotori badan/pakaian dari
partnernya.
9) Gerontoseksuality: Seorang pemuda lebih senang melakukan
hubungan seks dengan perempuan yang berusia lanjut.
10) Incest: Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang
yang masih satu darah.
11) Obscentity: Mendapatkan kepuasan seks dengan
mendengarkan perkataan atau gerak gerik dan gambar yang
dianggap menjijikkan.
12) Mysophilia, coprophilia dan Urophilia: Senang pada kotoran,
faeces dan urine.
13) Masturbasi: Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang
genitalnya sendiri.
c. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan
dorongan seksual :
1) Nymphomania: Seorang wanita yang mempunyai keinginan
seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat
akibatnya.
2) Satriasis: Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang
lelaki.
3) Promiscuity dan prostitusi: Mengadakan hubungan seksual
dengan banyak orang.
4) Perkosaan: Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa gangguan seksual yang bisa berhubungan
dengan penyimpangan perilaku seksual, yaitu :
a. Gangguan Identitas Jenis: Adanya ketidakesuaian antara alat
kelamin dengan identitas kelamin yang terdapat pada diri seseorang.

75
b. Parafilia (Deviasi Seks): Adalah gangguan seksual karena pada
penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak
lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang
mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang
dikhayalkannya.
c. Disfungsi Psikoseksual: Adanya hambatan pada selera/minat seksual
atau terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik, yang
biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual. Misalnya
hambatan selera seksual, hambatan gairah seks (Impoten, dan
firgiditas), hambatan orgasme, ejakulasi prematur, dispareunia
fungsional, vaginismus fungsional.
d. Ganguan seksula pada remaja: Seringkali dijumpai ganmgguan
seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa
juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hamabtan gairah
seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan
dengan seks, seperti vaginismus. Namun sebagian dari gangguan
tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan
belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan
kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa
menghambat dorongan seksual karena status yang belum
membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.
F. Wanita Seks Komersial
a. Pengertian
Pekerja Seks Komersial adalah wanita tuna susila atau disebut juga pelacur
adalah perempuan yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul dengan
imbalan atau bayaran
b. Faktor Penyebab
Berlangsungnya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat dan
perkembangan yang tidak sama dalam kebudayaan, mengakibatkan
ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri, mengakibatkan
timbulnya disharmoni, konflik-konflik eksternal dan internal jugan
disorganisasi dalam masyarakat dan dalam diri pribadi, sehingga

76
memudahkan individu menyimpang dari pola-pola umum yang berlaku.
Beberapa penyebab timbulnya pelacuran antara lain :
1) Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, juga tidak
adanya larangan-larangan terhadap orang-orang yang melakukan
pelacuran.
2) Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan
kebutuhan seks, khususnya diluar ikatan perkawinan.
3) Memberontak terhadap otoritas orang tua.
4) Adanya kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak dapat
dipuaskan oleh pihak suami, miaslnya karena suami impoten.
5) Ajakan teman-teman sekampungg atau sekota yang sudah terjun
lebih dulu dalam dunia pelacuran.
6) Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan
pada saat orang mengenyam kesejahteraan hidup dan
memutarbalikkan nilai-nilai pernikahan sejati.
7) Kebudayaan eksploitas pada jaman modern khususnya maksplositas
kaum lemah yaitu wanita untuk tujuan komersil.
8) Bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan
setempat
9) Perkembangan kota-kota, daerah-daerah, pelabuhan dan industri
yang sangat cepat dan menyerap banyak tenaga buruh serta pegawai
pria.
c. Masalah dan dampak Yang Akan Dihadapi
1) Resiko tinggi tertular dan menularkan penyakit menular seksual
(PMS) terutama penyakit kelamin seperti Gonorrhoea, Sifilis,
Herpes genitalia, Condiloma akuminata dan Ulkus Mole.
2) Resiko terjadinya kehamilan yang tidak diingikan
3) Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi.

Instruksi Untuk Diskusi Kelompok


1. Bentuk 1 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang
mahasiswa.

77
2. Diskusikan tentang peran petugas kesehatan. Kemampuan yang perlu
dimiliki tenaga ahli kesehatan dalam membantu wanita dengan masalah:
a. Kekerasan
b. Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan
c. Single Parent
d. Wanita pekerja Seks

78
BAB IV
MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami masalah kesehatan reproduksi dalam perspektif
gender

II. KOMPETENSI DASAR


Mampu mengenal dan mengidentifikasi tentang masalah kesehatan reproduksi,
diantaranya dalam perspektif seksualitas dan gender, infertilitas, infeksi menular
seksual (IMS), gangguan haid, pelvic inflamantory disease, unwanted pregnancy
dan aborsi, dan hormon replacement therapy (HRT)

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali
tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi :
4. Perspektif seksualitas dan gender
5. Infertilitas
6. Infeksi menular seksual (IMS)
7. Gangguan haid
8. Pelvic inflamantory disease
9. Unwanted pregnancy dan aborsi
10. Hormon replacement therapy (HRT)

IV. MATERI AJAR


1. Perspsktif seksualitas dan gender
2. Infertilitas
3. Infeksi menular seksual (IMS)
4. Gangguan haid
5. Pelvic inflamantory disease
6. Unwanted pregnancy dan aborsi
7. Hormon replacement therapy (HRT)

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa) serta
secara umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai perspektif seksualitas dan
gender, infertilitas, infeksi menular seksual (IMS), gangguan haid, pelvic
inflamantory disease, unwanted pregnancy dan aborsi, dan hormon

79
replacement therapy (HRT)
2. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
5. Dosen memberi komentar dan klarifikasi
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

VII. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR


Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:
1. WHO, 2011, WHO guidelines on preventing early pregnancy and poor
reproductive health outcomes: among adolescents in developing countries
2. Linda Rae Bennett, 2000, Women, Islam and Modernity: Single women,
sexuality and reproductive health in contemporary Indonesia

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan dan beri penjelasan tentang kondisi budaya di Indonesia
yang berpengaruh terhadap gender
b. Jelaskan dan beri penjelasan tentang kondisi diskriminasi gender.
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

80
MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

Tujuan
Mahasiswa mampu memahami masalah kesehatan reproduksi
Objektif
Setelah menyelesaikan sesi 1, peserta didik diharapkan mampu Menjelaskan
masalah–masalah kesehatan reproduksi antara lain :
1. Kesehatan Reproduksi dalam perspektif gender
2. Infertilitas
3. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual (IMS)
4. Gangguan haid pre
5. Gangguan Haid
6. Gangguan Menopause
7. Pelvic inflkamatry Deseases (PID)
8. Unwanted pregnancy dan aborsi
9. Hormon Repkancement Therapy (HRT)

A. Pendahuluan
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang, seperti
semua hak asasi manusia lainnya. Guna mewujudkan hak tersebut, wanita yang
terkena dampak harus memiliki akses ke informasi dan layanan kesehatan
reproduksi komprehensif sehingga mereka bebas membuat pilihan berdasarkan
informasi terkait kesehatan serta kesejahteraan mereka.
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global
termasuk di Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS
masih kurang disadari oleh kelompok berisiko, ditambah kesadaran yang rendah
untuk memeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan
pada stadium lanjut di rumah sakit. Dalam rangka memperkuat upaya
pengendalian HIV-AIDS di Indonesia, sangat penting untuk memadukan upaya
pencegahan dengan perawatan, karena keduanya merupakan komponen penting
yang saling melengkapi. Infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab

81
masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah
satu pintu masuk HIV. Keberadaan infeksi menular seksual telah menimbulkan
pengaruh besar dalam pengendalian HIVAIDS. Pada saat yang sama, timbul
peningkatan kejadian resistensi kuman penyebab infeksi menular seksual terhadap
beberapa antimikroba, yang akan menambah masalah dalam pengobatan infeksi
menular seksual.

B. Perspektif Gender
Tingkat-tingkat usaha pencegahan
Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the doctor in his
community” membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan
itu adalah :
a. Masa sebelum sakit
Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion) Memberikan
perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
b. Pada masa sakit
Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera. (Early diagnosis and treatment).
Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation).
c. Rehabilitasi (Rehabilitation).
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion). Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Beberapa usaha di antaranya :
a) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun
kwantitasnya.
b) Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan
air rumah tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan
sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
c) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

82
d) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian
yang baik.
2. Memberikan perlindungan Khusus terhadap sesuatu penyakit. Usaha
ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu. Beberapa usaha di antaranya :
a) Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
b) Isolasi penderitaan penyakit menular .
c) Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat
umum maupun di tempat kerja.
3. Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta
mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. Tujuan utama dari
usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari
setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang
sempurna dan segera.
b) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya
menular.
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu
penyakit.
Beberapa usaha di antaranya :
 Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam
pemeriksaan : misalnya pemeriksaan darah,roentgent
paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan
 Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit menular (contact person) untuk
diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat segera
diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang
perlu misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka
dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan

83
segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari
bahwa berhasil atau tindaknya usaha pengobatan, tidak
hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada
kapan pengobatan itu diberikan.
d) Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
 Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin
tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker
(neoplasma) yang terlambat.
 Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
 Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
 Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih
besar.

4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan


kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit. Usaha ini
merupakan lanjutan dari usaha 1, 2, dan 3, yaitu dengan pengobatan dan
perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat.
Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat
ini dipertahankan semaksimal mungkin.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat,sehingga dapat berfungsi laig sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena
kecelakaan,patah kakinya perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki
yang patah ini sama dengan kaki yang sesungguhnya.

84
b. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelumm kembali ke dalam
masyarakat.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatn dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya
itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata
palsu.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti
dan memahami keadaan mereka (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat,dalam
keadaannya yang sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan
falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata,melainkan juga
berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.
Usaha pencegahan dan kejadian penyakit bila seseorang seseorang jatuh
sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan yaitu:
a. Sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan cacat
c. Tidak sembuh lagi (meninggal)

85
yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secar sempurna seandainya
terjadi kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan
seringkali merupakan beban (penderitaan) untuk selama-lamanya.
Bila alat-alat mobil rusak, kita dapat membeli yang baru untuk
menggantinya,dan ia akan berfungsi lagi dengan baik, seolah-olah mobil tersebut
dalam keadaan baru kembali. Lain halnya dengan alat tubuh manusia, bila rusak
(sakit) kita hanya berusaha untuk memperbaikinya (mengobatinya) dengan segala
daya, dan tetap memakainya lagi, walaupun perbaikannya tidak mencapai
kesempurnaan (cacat).
Penggantian dengan alat buatan (prothese),tidak akan menjadi sebaik
seperti asalnya.
Karena itu sangatlah bijaksana, bila kita selalu serprinsip lebih baik mencegah
timbulnya penyakit dari pada mengobati maupun merehabilitasinya

C. Infertilitas
1. Pengertian
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu
tahun (Sarwono,497). Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639). Ketidaksuburan
(infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi
jenis apapun
2. Jenis Infertilitas
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan

86
seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi jenis apapun.
3. Etiologi
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak
pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada
tahun ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki
anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin
kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan
dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang harus dipenuhi
adalah:
a. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam
organ reproduksi istri
b. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium)
(Djuwantono,2008,2).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil
penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian
infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus
anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
4. Faktor Penyebab
a. Pada wanita
1) Gangguan organ reproduksi:
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu,

87
bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
e) Gangguan ovulasi, gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi
hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan untuk matang
dan berakhir pada gangguan ovulasi.
f) Kegagalan implantasi, wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk
nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium
tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
g) Endometriosis
2) Faktor immunologis, apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari
ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda
asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
3) Lingkungan, paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi,
zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
b. Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu:

88
1) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
5. Faktor-Faktor Infertilitas Yang Sering Ditemukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung
pada keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap
paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa
terhadap panas lingkungan harus dicari.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami
ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya
perubahan payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer
yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan
ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama
fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai 14 dari siklus 28 hari).
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae,
pertengahan segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae
sajauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya
dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar

89
separohnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbatan
pertengahan segmen hamper selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba.
Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukan
tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan atau akibat
endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90%
kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat
melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam dinding organ.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka
sebelumnya pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat
diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae
dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.
6. Penatalaksanaan Infertilitas
a. Wanita
1) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital
2) Pemberian terapi obat, seperti
3) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh
supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
4) Terapi penggantian hormon
5) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
6) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
7) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
8) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
9) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
10) Pengangkatan tumor atau fibroid
11) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b. Pria

90
1) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
2) Agen antimikroba
3) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan
4) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
5) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
6) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
7) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
8) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
9) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas
dan ketat
10) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang
mengandung spermatisida.

D. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi Menular Seksual (IMS)


1. Patogen Penyebab dan Jenis IMS yang Disebabkan
No PATOGEN MANIFESTASI KLINIS DAN PENYAKIT
. YANG DITIMBULKAN
Infeksi Bakteri
a. Neisseria gonorrhoeae GONORE
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis,
kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
bartolinitis, penyakitradang panggul,
kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis,
infeksi gonokokus diseminata
Neonatus: konjungtivitis, kebutaan
b. Chlamydia trachomatis KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis,
kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
penyakit radang panggul,
kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis,
umumnya asimtomatik
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis,

91
No PATOGEN MANIFESTASI KLINIS DAN PENYAKIT
. YANG DITIMBULKAN
sindrom Reiter
Neonatus: konjungtivitis, pneumonia
c. Chlamydia trachomatis LIMFOGRANULOMA VENEREUM
(galur L1-L3) Laki-laki & perempuan: ulkus, bubo inguinalis,
proktitis
d. Treponema pallidum SIFILIS
Laki-laki & perempuan: ulkus durum dengan
pembesaran kelenjar getah bening lokal, erupsi
kulit, kondiloma lata, kerusakan tulang,
kardiovaskular dan neurologis
Perempuan: abortus, bayi lahir mati, kelahiran
prematur
Neonatus: lahir mati, sifilis kongenital
e. Haemophilus ducreyi CHANCROID (ULKUS MOLE)
Laki-laki & perempuan: ulkus genitalis yang
nyeri, dapat disertai dengan Bubo
f. Klebsiella GRANULOMA INGUINALE
(Calymmatobacterium) (DONOVANOSIS)
granulomatis Laki-laki & perempuan: pembengkakan kelenjar
getah bening dan lesi ulseratif didaerah inguinal,
genitalia dan anus.
g. Mycoplasma genitalium Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonore)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonore,
mungkin penyakit radang Panggul
Ureaplasma urealyticum Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-
h. gonokokus)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-
gonokokus, mungkin penyakit
radang panggul
INFEKSI VIRUS
i. Human INFEKSI HIV / ACQUIRED
Immunedeficiency IMMUNEDEFICIENCY SYNDROME (AIDS)
Virus (HIV) Laki-laki & perempuan: penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV, AIDS
j. Herpes simplex virus HERPES GENITALIS
(HSV) Laki-laki & perempuan: lesi vesikular dan/atau
tipe2 dan tipe 1 ulseratif didaerah genitalia
dan anus
Neonatus: herpes neonates
k. Human papillomavirus KUTIL KELAMIN
(HPV) Laki-laki: kutil di daerah penis dan anus, kanker
penis dan anus
Perempuan: kutil di daerah vulva, vagina, anus,
dan serviks; kanker serviks,
vulva, dan anus
Neonatus: papiloma larings

92
No PATOGEN MANIFESTASI KLINIS DAN PENYAKIT
. YANG DITIMBULKAN
l. Virus hepatitis B HEPATITIS VIRUS
Laki-laki & perempuan: hepatitis akut, sirosis
hati, kanker hati
m. Virus moluskum MOLUSKUM KONTAGIOSUM
kontagiosum Laki-laki & perempuan: papul multipel, diskret,
berumbilikasi di daerah
genitalia atau generalisata
INFEKSI PROTOZOA
n. Trichomonas vaginalis TRIKOMONIASIS
Laki-laki: uretritis non-gonokokus, seringkali
asimtomatik
Perempuan: vaginitis dengan duh tubuh yang
banyak dan berbusa,
kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah
INFEKSI JAMUR
o. Candida albicans KANDIDIASIS
Laki-laki: infeksi di daerah glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh
vagina bergumpal, disertai
rasa gatal & terbakar di daerah vulva
INFESTASI PARASIT
p. Phthirus pubis PEDIKULOSIS PUBIS
Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur di
rambut pubis
r. Sarcoptes scabiei SKABIES
Papul gatal, di tempat predileksi, terutama
malamhari

2. Penanganan Kasus IMS


Penanganan kasus IMS merupakan layanan pada seorang dengan sindrom
yang berhubungan dengan IMS, atau dengan hasil positif pada pemeriksaan
laboratorium untuk satu atau lebih IMS. Komponen penanganan kasus IMS harus
dilakukan secara paripurna meliputi: anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis
yang tepat, pengobatan dini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran
untuk menggunaan kondom, notifikasi dan penanganan pasangan seksnya.
Dengan demikian, penanganan kasus yang efektif, tidak hanya terdiri dari
terapi antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan mengurangi penularan,
namun secara menyeluruh dan meliputi layanan terhadap kesehatan reproduksi
pasien.

93
3. Pemeriksaan Pasien IMS
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya pada
pengobatan antimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat
penularan namun juga memberikan pelayanan paripurna yang dibutuhkan untuk
mencapai derajat kesehatan reproduksi yang baik. Komponen penatalaksanaan
IMS meliputi:
a. anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit
Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut di
bawah ini. Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health
Organization) di beberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti),
pasien akan dianggap berperilaku berisiko tinggi bila terdapat jawaban
“ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini:
1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi.
Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien:
1. Keluhan utama
2. Keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit
4. Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks,
teman, pacar, suami/isteri
5. Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
6. Jenis kelamin pasangan seksual
7. Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital,
anogenital)
8. Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
9. Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan
dokter/sendiri)
10. Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya – menjelang/sesudah
haid;

94
11. kelelahan fisik/psikis; penyakit: diabetes, tumor, keganasan, lain-
lain);
12. penggunaan obat: antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi);
pemakaian alat
13. kontrasepssi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan;
kontak seksual
14. Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya
15. Hari terakhir haid
16. Nyeri perut bagian bawah
17. Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan
b. pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan,
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan
sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup
terang . Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien
perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan
terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic
perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-laki, dapat
didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri
penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan:
1) Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya,
pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa
mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa.
2) Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien
harus membuka seluruh pakaiannya secara bertahap).
3) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja
ginekologik dalam posisi litotomi.
4) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan
palpasi mons pubis, labia, dan perineum Periksa daerah genitalia luar
dengan memisahkan ke dua labia,

95
5) perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa,
atau duh tubuh
Pasien perempuan dengan duh tubuh vagina
a. Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum serta pengambilan spesimen
1) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan agar pasien tidak merasa takut
2) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi
larutan NaCl
3) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril
(sesuaikan ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam),
swab atau sengkelit steril
4) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan
posisi tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk
kemudian putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi
datar/horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot
vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks
terfiksasi,
5) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan
pengambilan spesimen
 Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril,
kemudian ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/
swab Dacron™ steril untuk pembuatan sediaan hapus, dengan
swab Dacron™ yang lain dibuat sediaan biakan,
 Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril
untuk pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin
 Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk
sediaan hapus,
 Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus
6) Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga
speculum dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun

96
spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-
lahan.
b. Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya
sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari
vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang belum menikah namun
sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum
melakukan pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak
pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani menggunakan bagan alur
tanpa spekulum.
c. diagnosis yang tepat,
d. pengobatan yang efektif,
e. nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual, Upaya KIE tentang IMS
penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program penanggulangan
HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan
penyebaran IMS. Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu
ruangan khusus yang dapat merahasiakan pembicaraan antara pasien dan
penyuluh atau konselor. Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien
mengatasi masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan IMS yang
dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasien mau mengubah perilaku
seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini
perlu dipahami dengan benar.
Pada umumnya pasien IMS, membutuhkan penjelasan tentang penyakit,
jenis obat yang digunakan, dan pesan-pesan lain yang bersifat umum.
Penjelasan dokter diharapkan dapat mendorong pasien untuk mau
menuntaskan pengobatan dengan benar. Dalam memberikan penjelasan,
dokter atau perawat sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan dimengerti oleh pasien, dan bila dianggap perlu dapat
digunakan istilah-istilah setempat. Beberapa pesan KIE IMS yang perlu
disampaikan:
 Mengobati sendiri cukup berbahaya
 IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.

97
 IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV.
 IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
 Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV.
 Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat.
 Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien.
Rincian Penjelasan Kepada Pasien IMS
IMS yang diderita dan Pengobatannya
 menjelaskan kepada pasien tentang IMS yang diderita dan
pengobatan yang diperlukan, termasuk nama obat, dosis, serta cara
penggunaannya. Bila perlu dituliskan secara rinci untuk panduan
pasien
 memberitahu tentang efek samping pengobatan
 menjelaskan tentang komplikasi dan akibat lanjutnya
 menganjurkan agar pasien mematuhi pengobatan
 menganjurkan agar tidak mengobati sendiri, harus berobat ke dokter
 menjelaskan agar pasien tidak melakukan douching
Menilai Tingkat Risiko
 Perilaku seksual pribadi, tanyakan tentang :
• jumlah pasangan seksual dalam 1 tahun terakhir ?
• hubungan seksual dengan pasangan baru berbeda dalam 3 bulan
terakhir ?
• pernah menderita IMS lain dalam 1 tahun terakhir ?
• apakah hubungan seksual dilakukan untuk mendapatkan uang,
barang atau
 obat terlarang (baik yang memberi maupun yang menerima)?
 pemakaian napza atau obat lain (sebutkan) sebelum atau selama
berhubungan seksual ?
 Perilaku seksual pasangan, menanyakan apakah pasangan pasien :
• berhubungan seksual dengan orang lain ?
• juga menderita IMS ?
• mengidap HIV?

98
• penyalah guna Napza suntik ?
• untuk pria, apakah berhubungan seksual dengan sesama pria?
 Perilaku yang melindungi pasien :
• apa yang dilakukan pasien untuk melindungi diri terhadap IMS/
HIV?
• pemakaian kondom? bilamana dan cara pemakaiannya?
Jarang/sering/ selalu digunakan?
• jenis aktivitas seks aman yang dilakukan pasien ? Seberapa sering?
Dengan siapa dan mengapa ?
f. penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya
Pasien perlu diberi penjelasan mengenai manfaat, cara pemakaian yang
benar serta berberapa hal yang harus diperhatikan.
1) Manfaat kondom
 mencegah penularan IMS termasuk HIV.
 membantu mencegah kehamilan.
 memberikan rasa nyaman, wanita tidak terlalu merasa basah di
dalam vaginanya.
 memberikan rasa aman, terhadap kemungkinan tertular atau hamil.
 menghemat dana untuk perawatan dan obat-obatan bila seseorang
tertular IMS
2) Beberapa hal yang perlu diperhatikan
 Tunjukkan tanggal pembuatan, tanggal kadaluwarsa, terangkan
bahwa kondom tidak boleh rusak, berbau, keras, atau sukar dibuka
gulungannya.
 Terangkan cara membuka kemasan secara hati-hati yang dimulai
dari ujung yang dapat disobek
 Tunjukkan sisi kondom yang berada di sebelah dalam, dan jelaskan
bahwa kondom tidak akan terbuka gulungannya bila terbalik
membukanya.
 Tunjukkan cara memegang ujung kondom untuk mengeluarkan
udara di dalamnya sebelum membukanya pada penis yang tengah
ereksi. Terangkan bahwa kondom harus dibuka segera setelah penis

99
mulai berkurang ereksinya, dan bahwa kondom harus dipegang
sedemikian rupa agar isinya tidak tumpah pada waktu membukanya.
 Jelaskan cara untuk melepaskan kondom dengan aman.
 Jangan pernah menggunakan pelumas dari bahan minyak, misalnya
petreolum jelly yang dapat merusak kondom lateks. Pelumas dengan
bahan dasar air lebih aman, misalnya gliserin, K-Y jelly atau busa
spermisidal
 Jangan memakai ulang kondom bekas pakai.
 Kondom harus disimpan di tempat yang sejuk, gelap dan kering.
Jangan menyimpan kondom di dompet, sebab dompet terlalu panas
untuk menyimpan kondom dalam waktu yang lama.
g. penatalaksanaan mitra seksual,
h. pencatatan dan pelaporan kasus, dan
i. tindak lanjut klinis secara tepat.

E. Gangguan Haid
1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya perdarahan Haid
a. Hipermenorea (Menoragia)
Perdarahan Haid Yang Lebih Banyak Dari Normal Atau Lebih Lama
(lebih dari 8 Hari). Penyebab : Mioma Uteri, Polip endometrium, irregular
endrometrial shedding.
b. Hipomenorea
Perdarahan Haid yang lebih pendek dan/atau kurang dari biasanya
Penyebab : Pasca Miomektomi, gangguan endokrin
2. Kelainan Dalam siklus Haid
a. Polimenorea
Siklus Haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari). Penyebab :
Gangguan Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan,
endometriosis
b. Oligomenorea
Siklus Haid lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari). Penyebab :
Gangguan Hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, peradangan

100
c. Amenorea
Keadaan tidak datang haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Klasifikasi :
• Amenore Primer : Usia 18th/ lebih belum haid
Penyebab : Adanya kelainan congenital contoh : Hymen
imperforate, septum vagina, kelainan genetik
• Amenore Sekunder : Penderita pernah Haid, kemudian tidak haid
Penyebab : Gangguan gizi, tumor, infeksi, hamil, masa laktasi,
menopause
3. Perdarahan Diluar Haid
Metrorargia adalah Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Penyebab :
• Pada Servik (polip, erosio, ulkus, karsinoma servik)
• Pada Korpus Uteri ( polip, abortus, mola, koriokarsinoma,
subinvolusio, karsinoma, mioma)
• Pada Tuba ( KET, Radang, Tumor)
• Pada Ovarium ( Radang, Kista, Tumor)
4. Gangguan Lain Dalam Hubungan Dengan Haid
a. Dismenorea.
Adalah Nyeri Pada Saat Haid. Klasifikasi :
1) Dismenorea Primer
Adalah Nyeri Haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat
genital yang nyata (Biasanya mulai terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih). Ciri :
• Nyeri berupa kejang berjangkit-jangkit, terbatas pada perut
bawah, dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Biasanya disertai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare,iritabilitas. dsb
2) Dismenorea Sekunder
Adalah Adalah Nyeri Haid yang dijumpai karena gangguan
ekstrinsik). Penyebab :
• Salpingitis, endometriosis, stenosis servisitis uteri
b. Premenstual Tension (tegangan Pra Haid)

101
Adalah Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu sampai
beberrapa hari sebelum datangnya haid. Adakalanya terus berlangsung
sampai haid berhenti.
Gejala : Keluhan-keluhan yang biasanya mulai pada satu minggu sampai
beberrapa hari sebelum datangnya haid. Adakalanya terus berlangsung
sampai haid berhenti.
Gejala Pada Kasus Yang Lebih Berat : Depresi, rasa ketakutan, gangguan
konsentrasi.
c. Viccarious Menstruation
Adalah Keadaan Dimana Terjadi Perdarahan Ekstragenital Dengan
Interval Periodik Yang Sesuai Dengan Siklus Haid.
Gejala : Terjadi Perdarahan Pada Mukosa Hidung, Lambung, Usus, Paru-
paru, Mamae, Kulit.
Penyebab :
Peningkatan Kadar estrogen yang dapat menyebabkan edema dan kongesti
pada alat-alat lain di luar alat-alat genital
d. Mittelschmerz Dan Perdarahan Ovulasi
Adalah Keadaan Dimana Terjadi Nyeri antara haid sekitar pertengahan
siklus haid, atau saat ovulasi. Rasa Nyeri dapat disertai atau tidak disertai
dengan perdarahan.
Gejala : Nyeri tidak mengejang, tidak menjalar dan tidak disertai mual dan
muntah. Biasanya hanya terjadi beberapa Jam, tetapi pada beberapa kasus
lain dapat terjadi sampai 2-3 hari.
e. Mastalgia
Adalah Rasa Nyeri dan Pembesaran Mammae sebelum Haid.
Penyebab : Adanya Edema & Hyperemia karena peningkatan relatif dan
kadar estrogen.

F. Pelvic Inflamantory Deseases (PID)


1. Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim),

102
saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga
panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit
Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang
panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun.
Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan
mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini
dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk
diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti
spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi
endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus
terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
2. Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran
genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu
dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi
daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
3. Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan
hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang
berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang
tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea),
namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:

103
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu
30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.
4. Tanda dan Gejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri
ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita
dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain
adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam nyeri
saat sanggama, dan menggigil.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih
yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik
USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat
reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya
infeksi. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera
melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di
dalam panggul apabila terdapat kelainan.
6. Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba
yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta
pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik
maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol

104
setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan
perkembangan dari pengobatan.
Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang
panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksi
chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita
penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi
risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual
sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
7. Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam
kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal.
Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini
mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan
infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan
normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.
8. Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah
melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti
kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami
infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat
menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan
seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.

G. Unwanted pregnancy dan aborsi


Setiap orang tua merindukan memiliki anak yang sehat dan cerdas. Untuk
itu calon bayi perlu dirawat sejak dalam kandungan bahkan sebelum terjandinya
pembuahan itu sendiri. Kondisi kesehatan (fisik dan mental) calon ibu jauh
sebelum hamil hamil bahkan semasa remaja merupakan prsayarat bayi yang sehat
dan cerdas.
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil atau mempunyai anak
ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal yaitu :
1. Kesiapan Fisik

105
Secara umum, seorang perempuan yang disebut siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan, yaitu sekitar usia 20 tahun, ketika tubuhnya
berhenti tumbuh. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan
fisik.
2. Kesiapan Mental/ emosi/ psikologis
Saat dimana seorang perempuan dan pasangannya merasa telah ingin
mempunyai anak dan merasa telah siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anaknya.
3. Kesiapan social/ ekonomi
Secara ideal jika seorang bayi dilahirkan maka ia akan membutuhkan tidak
hanya kasih saying orang tuanya, tetapi juga sarana yang membuatnya bisa
tumbuh dan berkembang. Bayi membutuhkan tempat tinggal yang tetap.
Karena itu remaja dikatakan siap jika bisa memenuhi kebutuhan dasar
seperti pakaian, makan-minum, tempat tinggal dan kebutuhan pendidikan
bagi anaknya. Dalam hal ini meskipun seorang remaja perempuan telah
melampaui usia 20 tahun tetapi ia dan pasangannya belum mampu
memenuhi kebutuhan sandang pangan dan tempat tinggal bagi
keluarganya maka ia belum dapat dikatakan siap untuk hamil dan
melahirkan.

Hal-hal yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di usia sangat muda
(dibawah 20 tahun) Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai
usia 20 tahun sedang berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
fisik. Karena tubuhnya belum berkembang secara maksimal, maka perlu
dipertimbangkan hambatan/ kerugian antara lain :
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehailannya termasuk
control kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko
kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan
darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang
berakibat pada kematian.

106
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah
20tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat
kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
4. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan
dari masa kanak-kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya,
kebutuhan untuk diperhatikan, disayang dan diberi dorongan, masih begitu
besar sebelum ia benar-benar siap untuk mandiri.
5. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa
menghadapi kesulitan, pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan
hidup dan lingkungan rumah tangganya.

1) Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD)


Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan
oleh salah satu atau kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut.
Penyebab KTD Pada Remaja
1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses
terjadinya kehamilan. Dan metode-metode terjadinya kehamilan, dan
metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja-
remaja yang belum menikah maupun yang sudah menikah. KTD akan
semakin memberatkan perempuan jika pasangannya tidak bertanggung
jawab atas kehamilan yang terjadi.
2. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi akibat tindak perkosaan.
Dalam hal ini meskipun remaja putrid memiliki pengetahuan yang cukup,
tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang
dipaksakan terhadapnya, sehingga bisa dipahami jika ia tidak
menginginkan kehamilannya.
3. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak
berhasil (kegagalan alat kontrasepsi/ unmet need)
Kerugian dan Bahaya Kehamilan (KTD) Pada Remaja

107
1. Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk
hamil maka ia bisa saja tidak mengurus kehamilannya dengan baik.
Seharusnya ia mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang
bermanfaat bagi pertumbuhan janin dan bayi nantinya bisa saja hal
tersebut tidak dilakukannya. Begitu pula ia bisa menghindari kewajiban
untuk melakukan pemeriksaan teratur pada tenaga ahli kesehatan atau
dokter. Dengan sikap-sikap tersebut maka akan sulit dijamin adanya
kualitas kesehatan bayi dengan baik.
2. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih saying yang tulus dan kuat dari
ibu yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkan nanti sehingga
masa depan anak mungkin saja terlantar.
3. Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi.

2) Praktik Unsafe Abortion Pada Remaja


Aborsi di Indonesia dikategorikan sebagai tindakan illegal atau melawan
hokum karena tindakan aborsi adalah illegal, tindakan aborsi sering dilakukan
secara sembunyi-sembunyi dan karenanya dalam banyak kasus jauh dari jaminan
kesehatan (unsafe). Hal-hal yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan antara
lain :
1. Meminum ramuan, atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun dibeli
2. Memijat Peranakan, atau mencoba mengeluarkan janin dengan alat-alat
yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat.
3. Meminum obat-obatan. Yang diperoleh secara legal maupun illegal dari
tenaga kesehatan.
Dampak unsafe abortion antara lain :
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Kematian
4. Jika dengan cara-cara tertentu kehamilan tidak dapat diakhiri
kemungkinan janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa
pertumbuhannya.

108
5. Dampak Psikologis antara lain, perasaan bersalah seringkali menghantui
pasangan khususnya wanita setelah melakukan tindakan aborsi. Oleh
karena itu konseling mutlak diperlukan kepada pasangan sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi. Tindakan aborsi harus
diyakinkan merupakan tindakan terakhir jika alternative lain sudah tidak
dapat diambil.

H. Hormon Replacement Therapy (HRT)


Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang
berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam
tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita
usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-
tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam
penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat
menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa
efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang
berlebihan.
Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita
adalah estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen
utama adalah 17β-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat
dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan
estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol,
dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih banyak daripada
estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas
bersifat mirip estrogen.

Gambar Estriol

109
Gambar Estron

Gambar Estradiol
Pemberian estrogen secara oral dapat menimbulkan gejala :
a. gastrointestinal seperti mual dan muntah.
b. Selain itu estrogen akan dihancurkan di hati, sehingga akan memicu
pembentukan renin dalam jumlah besar. Renin ini meningkatkan tekanan
darah. Atas dasar ini, para ilmuwan lebih menyukai pemberian estrogen
dengan cara lain seperti krim atau yang dapat ditempelkan pada kulit.
Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-
persyaratan :
(3) apakah tekanan darah normal ?
(4) adalah kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara ?
(5) apakah uterus membesar ?
(6) apakah hati dan kelenjar tiroid normal ?
(7) apakah terdapat varises ?
Bila terdapat kelainan pada keadaan seperti ini, maka estrogen tidak dapat
digunakan.

Pemberian hormon
Lama pemberian hormon steroid seks

110
Lama pemberian hormon steroid seks selama 6 bulan tidak cukup, karena
begitu obatnya dihentikan maka keluhannya segera timbul kembali. Pada
umumnya keluhan akan hilang bila pengobatan berlangsung 18-24 bulan. Bila
perlu estrogen dapat diberikan selama 8-10 tahun, bahkan dapat sampai 30-40
tahun. Selama pemakaiannya dikombinasikan dengan progesteron, jarang sekali
terjadi keganasan. Yang terpenting adalah kepada semua wanita diberikan
keterangan yang cukup dan jelas.
Pada pemberian oral, sebaiknya dimulai dengan estrogen lemah (estriol)
dan dengan dosis rendah yang efektif. Setiap penggunaan estrogen kuat (etinil-
estradiol, estrogen konjugasi) sebaiknya selalu digabungkan dengan progesteron.
Pemberian progesteron bertujuan mencegah terjadinya keganasan pada
endometrium dan payudara. Pemberian siklik adalah pemberian selama 21 hari
dengan 7 hari tanpa hormon (istirahat) atau pemberian estrtogen selama 14 hari,
kemudian diikuti pemberian progesteron selama 7 hari.
Pemberian estrogen lemah tidak dapat menghilangkan gejala sistemik dan
tidak begitu baik digunakan untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan
osteoporosis. Estrogen lemah sangat efektif untuk menghilangkan keluhan
urogenital, yang paling banyak dianjurkan penggunaannya adalah estrogen
alamiah (estrogen konjugasi) maupun progesteron alamiah (MPA, didrogestron).
Estrogen dan progesteron jenis ini tidak terlalu membebani hati.
Cara yang paling mudah adalah pemberian pil KB. Pemberian secara
siklik memberikan keuntungan karena pengobatan estrogen yang malar (terus-
menerus) dapat memacu proliferasi jaringan dan perdarahan uterus yang atipik.
Pemberian estrogen dan progesteron (atau pil KB) pada wanita pramenopause
selain dapat mengurangi keluhan, juga dapat mengatur siklus haid dan mencegah
kehamilan, sedangkan pemberian estrogen dan progesteron pada masa
pascamenopause selain dapat mengurangi keluhan, juga merupakan pencegahan
terhadap terjadinya osteroporosis dan infark miokard.
Pemberian secara topikal berupa krim atau pessarium hanya dilakukan
jika ada perubahan pada vagina yang menyebabkan dispareunia atau bila tidak
memungkinkan pemberian secara oral. Meskipun diberikan secara topikal,
ternyata sejumlah kecil estrogen dapat diserap ke dalam darah, sehingga perlu

111
juga ditambahkan progesteron. Perlu diketahui bahwa pemakaian ke dalam vagina
dapat pula mengenai suami ketika melakukan sanggama. Penanaman susuk
(implant atau pellet) subkutan tidak boleh dilakukan pada wanita yang masih
memiliki uterus karena dapat terjadi perdarahan hebat dan sulit diatasi. Cara ini
paling baik digunakan pada wanita yang telah diangkat rahimnya.
Pemberian transdermal (ditempelkan pada kulit) merupakan cara terbaru
dan sudah banyak dipakai di beberapa negara maju. Keuntungan utama cara ini
adalah bahwa estrogen langsung masuk ke sirkulasi darah tanpa harus melalui
hati. Pemberian cara ini sangat baik untuk mencegah osteoporosis serta tidak
meningkatkan kadar renin, aldosteron, maupun lipid.

Risiko pemberian estrogen


Telah lama diketahui bahwa pemberian estrogen pada wanita menopause
merupakan cara yang tepat. Banyak ahli berpendapat bahwa estrogen dapat
menimbulkan keganasan pada wanita. Pendapat ini akhirnya membuat banyak
wanita takut dan ragu-ragu menggunakan estrogen. Padahal bila estrogen
digunakan bersamaan dengan progesteron kemungkinan terjadinya keganasan
adalah sangat kecil. Keganasan akan timbul bila memang wanita itu memiliki
faktor risiko untuk terkena keganasan. Risiko tersebut dapat berupa obesitas,
diabetes mellitus, siklus haid tak teratur, anovulasi, dan infertilitas, perokok, dan
peminum alkohol.
Selama penggunaan estrogen, setiap wanita diharuskan kontrol secara
teratur. Usaha ini merupakan jaminan yang terbaik bagi kesehatan wanita tersebut.
Perdarahan yang tak teratur, jumlahnya banyak, defekasi dan miksi bercampur
darah merupakan hal yang perlu dicurigakan terhadap keganasan. Hal-hal seperti
ini tidak perlu menimbulkan kekhwatiran yang berlebih-lebihan, tetapi merupakan
suatu alasan untuk mau berkonsultasi dengan dokter.

Bahan Diskusi
Setiap wanita di atas usia 40 tahun diharuskan memeriksakan diri ke
dokter paling sedikit 2 kali setiap tahun. Dengan pemeriksaan yang sederhana saja

112
seperti uji Pap (Pap smear) dan perabaan payudara karena dapat mengetahui
adanya kegasanaan pada stadium dini.
Instruksi Untuk Diskusi Kelompok
1. Bentuk 1 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang
mahasiswa.
2. Diskusikan dengan kelompok, Batasan Tugas dan Wewenang tenaga ahli
kesehatan berdasarkan UU, Permenkes, dsb dalam penatalaksanaan wanita
dengan :
a. Infertilitas
b. Seksual Trasmiled Deseases (STD)/ Infeksi menular Seksual (IMS)
c. Gangguan haid pre
d. Gangguan Haid
e. Gangguan Menopause
f. Pelvic inflkamatry Deseases (PID)
g. Unwanted pregnancy dan aborsi
h. Hormon Repkancement Therapy (HRT)

113
BAB V
KEGIATAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN
REPRODUKSI

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi

II. KOMPETENSI DASAR


Mampu mengenal dan mengidentifikasi tentang konsep dasar Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi: Standar Komunikasi, Informasi,
Edukasi Dalam Kesehatan Reproduksi, dan Strategi Komunikasi, Informasi,
Edukasi Dalam Kesehatan Reproduksi

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali
tentang :
3. Strategi, Kegiatan Operasional & Pesan Utama KIE Kesehatan Reproduksi
4. Materi KIE kesehatan reproduksi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6.

IV. MATERI AJAR


3. Standar Komunikasi, Informasi, Edukasi Dalam Kesehatan Reproduksi
4. Strategi Komunikasi, Informasi, Edukasi Dalam Kesehatan Reproduksi

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa) serta
secara umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai standar dan strategi Komunikasi,
Informasi, Edukasi Dalam Kesehatan Reproduksi
2. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
5. Dosen memberi komentar dan klarifikasi
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

114
VII. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:
1. WHO, 2011, WHO guidelines on preventing early pregnancy and poor
reproductive health outcomes: among adolescents in developing countries
2. Linda Rae Bennett, 2000, Women, Islam and Modernity: Single women,
sexuality and reproductive health in contemporary Indonesia

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan dan beri penjelasan tentang standar KIE kesehatan
reproduksi
b. Jelaskan dan beri penjelasan tentang strategi dasar KIE kesehatan
reproduksi.
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

115
KEGIATAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN
REPRODUKSI

A. Prinsip-Prinsip Dasar KIE Kesehatan Reproduksi


Tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan Petugas dalam melaksanakan setiap
kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi, yaitu:
1. Keterpaduan
Kegiatan KIE dilaksanakan secara terpadu oleh semua Petugas Kesehatan
yang menangani program-program yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi,
yaitu petugas-petugas yang melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan &
Penangggulangan PMS/HIVIAIDS, serta Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut.
Misalnya pada saat seorang petugas (Bidan) menghadapi Ibu Hamil, maka tidak
hanya memberikan KIE tentang kehamilannya saja tetapi juga memberikan KIE
tentang Keluarga Berencana dan KIE tentang Penyakit Menular Seksual. Begitu
juga saat petugas (Perawat) menghadapi seorang remaja yang sakit, maka tidak
hanya memberikan KIE tentang penyakit yang dideritanya saja, tetapi juga
mernbenkan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan KIE tentang
Penyakit Menular Seksual. Oleh karena itu semua petugas yang terkait harus :
 Mengetahui, materi KIE dan pesan-pesan utama Kesehatan Reproduksi
yang perlu disampaikan, terutama pesan yang terkait erat dengan tugas
pokoknya
 Mampu menyampaikan pesan-pesan tersebut pada setiap kesempatan
berhadapan dengan klien atau masyarakat, baik di dalam maupun di luar
klinik (saat kunjungan rumah/kunjungan lapangan), berkoordinasi baik
dengan semua petugas terkait dan mengupayakan adanya
kesepakatan/komitmen antar semua petugas terkait untuk medukung
terlaksananya kegiatan KlE ini.
 Berkoordinasi dalam penggunaan materi dan pesan-pesan utama yang
standar, agar kilen/masyarakat memperoleh informasi yang sama, dan
manapun asalnya.

116
 Berkoordinasi dalam memanfaatkan semua forum yang ada untuk
menyampaikan maleri KIE/pesan-pesan utama
 Berkoordinasj dalam mengembangkan materi dan pesan-pesan Kesehatan
Reproduksi tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan kelompok
sasaran.
2. Mutu
Materi KIE Kesehatan Reproduksi haruslah bermutu, artinya :
 Selalu didasarkan pada informasi ilmiah terbaru.
 Kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
 Jujur serta seimbang (mencakup keuntungan & kerugian bagi sasaran).
 Sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk
menyampaikannya.
 Jelas dan terarah pada Kelompok Sasaran secara tajam (lokasi, tingkat
sosial-ekonomi, latar belakang budaya, umur).
 Tepat guna dan tepat sasaran
Untuk itu Petugas perlu menggali informasi yang lengkap tentang
kelompok sasaran agar kegiatan KIE dan penyampaian materi Kesehatan
Reproduks benar-benar tepat guna, tepat sasaran dan mencapai tujuan yang
diinginkan, yaitu peningkatan pengetahuan perubahan dan perilaku kelompok
sasaran.
3. Media dan Jalur
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dapat dilaksanakan melalui berbagai
media (tatap muka, media tertulis, elektronik, tradisional dll) dan jalur (formal,
informal, institusional, dll) sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pemilihan
media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan
masing-masing media dan jalur sesual dengan kondisi kelompok sasaran dan
pesan yang ingin disampaikan. Materi dan pesan disampaikan dengan tema yang
sama dan konsisten agar tercapai sinergi.
4. Efektif (Berorientasi pada Penambahan Pengetahuan dan Perubahan
Perilaku Kelompok Sasaran)
Kegiatan KIE yang efektif akan memberi dua hash, yaitu (1) penambahan
pengetahuan dan (2) perubahan perilaku kelompok sasaran. Pesan-pesan KIE

117
Kesehatan Reproduksi harus berisi informasi yang jelas tentang pengetahuan dan
perilaku apa yang diharapkan akan mampu diiakukan oleh kelompok sasaran.
5. Dilaksanakan Bertahap, Berulang dan Memperhatikan Kepuasan
Sasaran
Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap,
berulang-ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan
kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan. Materi dan
pesan yang bervariasi tidak membosankan, sehingga penerima pesan tertarik dan
senang dengan informasi yang diterima. Maka perlu dioiah sedemikian rupa
agarakrab dengan kondisi dan Iingkungan kelompok sasaran melaiui pemilihan
bahasa, media, jalur dan metoda yang sesual.
6. Menyenangkan
Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa kegiatan
KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif dan
inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang atau terhibur.
Penyampaian yang kreatif dan inovatif mulai dilakukan melalul pendekatan
“pendidikan yang menghibur” (edu-tainment) yang merupakan kombinasi dan
education (pendidikan) dan entertainment (hiburan) dimana kelompok sasaran
diajak berfikir melalul rangsangan rasionai sehingga mendapat informasi yang
bermanfaat (sebagai hasil kegiatan pendidikan) sekaligus diberi rangsangan
emosional berupa hiburan menarik yang membuat mereka merasa senang
(terhibur). Bentuk “edu-tainment” yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan KIE
Kesehatan Rerpoduksi ini antara lain berupa dongeng, humor. lagu, drama,
komik. lomba. kuis dll.
7. Berkesinambungan (diikuti Tindak Lanjut)
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan saja,
akan tetapi harus dilkuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan. Artinya
setelah kegiatan KIE dilaksanakan perlu selalu diikuti penilaian atas proses
(apakah telah dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah
pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) untuk menyiapkan
kegiatan berikutnya.

118
Harus diingat bahwa perubahan perilaku bukanlah hal yang mudah, dan
setiap perilaku yang baru perlu didukung secara terus menerus agar dapat bertahan
sehingga akhimya menjadi kebiasaan. Karena itu kegiatan KIE harus dilakukan
secara terus menerus, berulang-ulang dan berkesinambungan sampai perilaku
yang baru tersebut benar-benar mapan dan menjadi kebiasaan kelompok sasaran.
B. Strategi, Kegiatan Operasional dan Pesan Utama KIE Kesehatan
Reproduksi
1. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi
Upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi
memiliki dua tujuan yaltu:
1) peningkatan pengetahuan
2) perubahan perilaku ketompok sasaran tentang semua aspek
KesehatanReproduksi.
Dengan tercapainya dua tujuan tersebut, diharapkan dapat membantu tercapainya
tujuan akhir kegiatan pelayanan Kesehatan Reproduksi, yaitu meningkatkan
derajat Kesehatan Reproduksi masyarakat.
Ada tiga strategi yang biasa digunakan sebagai dasar melaksanakan
kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi, yaitu:
1. Advokasi: mencarm dukungan dan para pengambil keputusan untuk
melakukan perubahan tata nhtai atau peraturan yang ada untuk
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan Reproduksi, sehingga tujuan
KIE (peningkatan pengetahuan yang dilkuti perubahan perilaku) dapat
tercapai. Kelompok sasaran untuk strategi advokasi tnt biasa dikenal
dengan istilah “kelompok sasaran tersier”. Bentuk operasional dan strategi
advokasi mi biasanya berupa pendekatan kepada pimpinan/institusi
tertinggi setempat dengan memanfaatkan cara komunikasi modern dan
formal, misalnya Dokter Puskesmas menghadap Bapak Camat untuk
mendapat dukungan terhadap peiayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
berupa kesediaan Camat memberi bantuan anggaran dan mencanangkan
program “Puskesmas Peduli Remaja”.
2. Bina Suasana: membuat lingkungan sekitar bersikap positif terhadap
tujuan KIE yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang diikuti

119
perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan untuk kelompok
sasaran para pimpinan masyarakat dan/atau orang-orang yang mempunyal
pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran
utama. Kelompok sasaran untuk strategi bina suasana itu biasa dikenal
dengan istilah “kelompok sasaran sekunder”. Bentuk operasional dan
strategi ini biasanya berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-
pertemuan, yang dapat memanfaatkan metode komunikasi modern dan
formal maupun metode sederhana (tatap muka) dan informal, misalnya
pertemuan antara Pimpinan RS setempat untuk menjalin kemitraan dalam
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial.
3. Gerakan Masyarakat: membuat pengetahuan kelompok sasaran utama
(yaitu mereka yang memiliki masalah) pengetahuan meningkat yang
diikuti dengan perubahan perilaku mereka sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi. Kelompok sasaran untuk strategi Gerakan
Masyarakat ini umumnya merupakan kelompok sasaran utama dan dikenal
dengan istilah “kelompok sasaran primer”, yaitu mereka yang pengetahuan
dan perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dan strategi mi
biasanya berupa tatap muka Iangsung, atau penyuluhan kelompok, dan
Iebih sering memanfaatkan metode komunikasi yang lebih sederhana dan
informal, misalnya melakukan latihan bagi kader-kader PKK sehingga
mereka menjadi tahu tentang Kesehatan Reproduksi atau pelayanan
Kesehatan Reproduksi yang tersedia sehingga dapat memberi tahu
masyarakat di lingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan tersebut.
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi Petugas Kesehatan pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar adalah kelompok sasaran primer dan sekunder. Karena
itu strategi yang Iebih tepat untuk dipilih dalam melaksanakan kegiatan KIE
Kesehatan Reproduksi di tingkat pelayanan dasar adalah strateqi Gerakan
Masyarakat dan Bina Suasana.
Untuk melaksanakan strategi Gerakan Masyarakat dan Bina Suasana,
Petugas Kesehatan perlu memperhatikan lima aspek berikut:
1. Pesan inti yang ingin disampaikan (APA)

120
2. Kelompok yang akan menjadi sasaran penyampaian pesan tersebut
(SIAPA)
3. Pengetahuan yang diharapkan dikeTAHUi oleh kelompok sasaran
4. Perilaku yang diharapkan MAU diterima dan dilakukan kelompok sasaran
5. Cara apa yang paling tepat untuk mencapai kelompok sasaran tersebut
(JALUR dan MEDIA)
Dengan memperhatikan empat aspek yang pertama, Petugas dapat
menentukan APA pesan inti yang akan disampaikan, SIAPA kelompok sasaran
yang yang akan dituju, pengetahuan yang diharapkan dikeTAHUi oleh kelompok
saaran, dan perilaku yang diharapkan MAU diterima dan dapat dilakukan oleh
kelompok sasaran.
Setelah empat aspek pertama dipenuhi, Petugas kemudian dapat
menentukan aspek yang ke lima yaitu cara apa yang paling sesuai untuk
melaksanakan kegiatan dengan memilih JALUR dan MEDIA penyampaian yang
paling tepat.
Semua kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi di Indonesia selalu mengacu
kepada lima pelayanan yang terkait dalam Kesehatan Reproduksi, yaitu Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Barn Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi
Remaja, Pencegahan dan Penanggulangan PMS termasuk HIV/AIDS, dan
Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Dalam melaksanakan kegiatan KIE Kesehatan
Reproduksi maka Petugas harus memperhatikan lima aspek di atas untuk masing-
masing pelayanan Kesehatan Reproduksi yang tersedia di daerah kerjanya.
2. Kegiatan Operasional KIE Kesehatan Reproduksi
Pada tingkat pelayanan dasar maka kegiatan operasional KIE Kesehatan
Reproduksi terbagi 2, yaitu:
1. Kegiatan di dalam gedung
2. Kegiatan di luar gedung

1. Kegiatan KIE di dalam gedung Puskesmas atau Rumah sakit Bentuk


kegiatan di dalam gedung dapat berupa, antara lain:
a. Penyampaian pesan secara langsung (Tatap Muka). Tatap muka
lngsung untuk perorangan dapat berlangsung saat petugas

121
memeriksa pasien baik di klinik maupun saat kunjungan pasien di
ruangan rumah sakit. Tatap muka langsung untuk kelompok dapat
dilakukan kepada pasien dan/atau keluarganya yang sedang berada
di ruang tunggu Puskesmas atau di ruangan di rumah sakit.
Kegiatan tatap muka Iangsung mi memiliki peluang besar sekali
untuk berhasil jika dilakukan dengan benar karena pesan dapat
disampaikan dengan dilkuti penjelasannya. Cara tersebut juga
dapat menyampaikan ketrampilan (bukan hanya pengetahuan)
dalam bentuk peragaan atau demonstrasi cara melakukan sesuatu
(misalnya cara memasang kondom, cara sederhana untuk menilai
ada/tidaknya anemia dengan melihat kelopak mata dan Iidah,
dsbnya). Dalam melaksanakan kegiatan ini perlu diupayakan
adanya komunikasi dua arah, yaitu dengan memberi kesempatan
pada sasaran untuk bertanya, atau petugas menanyakan kembali
kepada sasaran, untuk menilai apakah pesan telah benar-benar
dipahami dan sasaran benar-benar mengetahul isi pesan.
b. Penyampaian pesan secara tidak Iangsung. Bentuk kegiatan ml
biasanya berupa pemutaran kaset lagu-lagu atau video hiburan
yang diselingi pesan-pesan singkat, atau pemasangan poster?
media cetak lain, dalam lingkungan fasilitas pelayanan (Puskesmas
atau Rumah sakit). Bentuk kegiatan ml dapat pula ditujukan
kepada sasaran perorangan berupa pembagian selebaran atau leaflet
kepada setiap pengunjung. Kegiatan ini juga memungkinkan
terjadinya komunikasi dua arah, yaitu dengan menghadirkari
petugas untuk memulai pembicaraan dengan kelompok sasaran,
misalnya dengan menanyakan atau membahas isi pesan dalam
kasetlvideo yang diputar, poster yang dipasang atau leaflet yang
dibagikan. Dengan adanya pembicaraan antara petugas dengan
sasaran tersebut, sekaligus terjadi komunikasi dua arah berupa
saling bertanya antara petugas dan sasaran, sehingga dapat
dilakukan penilaian apakah pesan telah benar-benar dipahami oleh
sasaran.

122
2. Kegiatan KIE di luar gedung Puskesmas atau Rumah sakit Bentuk
kegiatan dapat berupa:
a. Penyampaian pesan untuk kelompok kecil (Tatap Muka). Proses
kegiatan tatap muka untuk kelompok di luar gedung tidak banyak
berbeda dengan di dalam gedung, hanya saja kelompok sasaran
yang ditemui biasanya adalah kelompok yang kecil dan khusus.
Kelompok khusus ini seringkah merupakan kelompok sasaran
sekunder atau yang memiliki pengaruh terhadap sasaran utama,
misalnya kelompok ibu-ibu PKK, kelompok pengajian, persatuan
orang tua murid dan guru dll. Kelompok khusus mi dapat juga
merupakan kelompok sasaran utama, misalnya pertemuan kiub
remaja, paguyuban KB, kelompok ibu-ibu pengunjung Posyandu,
keluarga yang dikunjungi di rumah dli. Kegiatan tatap muka
dengan kelompok kecil mi juga memiliki peluang besar sekali
untuk berhasil karena jika pesan tersampaikan dengan benar maka
akan dapat mendorong kelompok sasaran sekunder untuk
meneruskan pesan-pesan itu kepada kelompok sasaran utama.
Disinilah letak kekhususan kegiatan ini, karena dapat memiliki
tujuan tambahan yaitu selain menyampaikan pesan untuk
kelompok itu sendiri, juga dapat (dan harus) diikuti dengan
dorongan atau permmntaan agar mereka bersedia meneruskan isi
pesan-pesan tersebut.
Sebagaimana penyampaian pesan untuk kelompok kecil (Tatap
Muka). ini, selain untuk menambah pengetahuan sasaran juga
dapat dipakai untuk menyampaikan keterampilan dalam bentuk
peragaan/demonstrasi cara melakukan sesuatu (misalnya cara
memasang kondom, cara sederhana menilai ada/tidaknya anemia
dengan melihat kelopak mata atau lidah, dsbnya). Dalam
melaksanakan kegiatan ini perlu diupayakan adanya komunikasi
dua arah yaitu dengan memberi kesempatan pada sasaran untuk
bertanya, atau petugas menanyakan kembali kepada sasaran, untuk
menilai apakah pesan telah benarbenar dipahami dan sasaran

123
benar-benar mengetahul isi pesan. Petugas juga dapat mencoba
meminta peserta untuk mengulang kembaii pesan yang
disampaikan (parafrasing) untuk menilal pemahaman sasaran
tehadap pesan dan menilai kemampuan sasaran untuk meneruskan
pesan dengan tepat kepada orang lain.
b. Penyampaian pesan untuk kelompok besar. Proses ini mencakup
penyampaian pesan kepada orang dalam jumiah sangat banyak dan
biasanya tidak memungkinkan terjadi komunikasi dua arah. Karena
tidak mungkin melakukan komunikasi dua arah untuk meniiai
apakah sasaran benar-benar memahami isi pesan, maka kegiatan
KIE untuk kelompok besar mi memerlukan persiapan khusus
terutama dalam penciptaan pesannya, pesan yang disampaikan
harus singkat, menarik, mudah diingat dan mudah dilakukan.
Beberapa contoh bentuk pelaksanaan kegiatan KIE untuk
kelompok besar, antara lain:
 penyampaian pesan melalui acara-acara keagamaan
(pengajian, khotbah, misa atau pertemuan keagamaan yang
lain),
 siaran keliling (melaiui pemutaran kaset iewat pengeras suara
dalam kendaraan),
 pesan yang diselipkan dalam ikian bioskop keliling Playar
tancap”,
 pesan diselipkan daiam pentas kesenian tradisionai atau
bahkan dalam bentuk cerita khusus yang dimainkan oleh
kelompok seniman pesan yang disampaikan lewat pengeras
suara masjid atau gereja,
 pesan yang disampaikan lewat poster, spanduk, papan
pengumuman yang dipasang di tempat-tempat yang sering
dikunjungi atau dilewati orang.
 Pembagian selebaran/leaflet atau stiker secara Iangsung
kepada sasaran (primer maupun sekunder), ataupun secara

124
tidak Iangsung (dimasukkan dalam kemasan produk atau
dicetak di bungkus produk tertentu dll).
C. Materi KIE Kesehatan Reproduksi
Materi KIE Kesehatan Reproduksi pada intinya terdiri dan dua kelompok besar,
yaitu :
I. Materi Utama, terdiri dari:
1. Prinsip-prinsip Dasar Kesehatan Reproduksi dan Pendekatan Sikius Hidup
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
a. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
b. Keluarga Berencana
c. Kesehatan Reproduksi Remaja
d. Penyakit Menular Seksual, termasuk HIV/AIDS
3. Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut
4. Hak Reproduksi
5. Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Kesehatan Reproduksi
II. Materi Penunjang, yang terdiri dari:
1. Kekerasan terhadap Perempuan (KtP)
2. Peran laki-laki dalam Kesehatan Reproduksi
3. Keguguran (Aborsi)
4. Prolapsus Uteri
5. Fistula Vesiko-vaginal dan Rekto-vaginal
6. Infertilitas
7. Kanker Sistem Reproduksi
I. Materi Utama KIE Kesehatan Reproduksi
1. Prinsip-Prinsip Dasar Kesehatan Reproduksi Dan Pendekatan Siklus
Hidup
Kesehatan reproduksi adalah “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh (tidak semata-mata bebas dan penyakit atau kecacatan) dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.
Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejak laihr hingga mati.

125
Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus hidup
(life-cycle approch) agar diperoleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan
yang jelas dan dilaksanakan secara terpadu serta berkualitas dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan dengan bertumpu pada program
pelayanan yang tersedia. Ada empat komponen prioritas Kesehatan Reproduksi
nasional, yaitu :
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
2. Keluarga berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Pencegahan/penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk
HIV/AIDS.
Pelayanan yang mencakup empat komponen prioritas ini disebut,
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Jika Pelayanan Kesehatan
Reproduksi bagi Usia Lanjut, maka disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi bukan sebuah program yang baru
maupun berdiri sendiri, tetapi hanya merupakan kombinasi berbagai pelayanan
yang sudah ada, dengan tujuan agar sasaran memperoleh semua pelayanan secara
terpadu dan berkualitas, termasuk dalam aspek komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan secara terpadu dan
berkualitas dengan bertumpu pada program pelayanan yang sudah tersedia, den
gan memperhatikan hak reproduksi perorangan, berdasarkan kepentingan dan
kebutuhan sasaran pelayanan/ konsumen, sesuai siklus hidup masing-masing.
Pendekatan siklus hidup berarti memperhatikan kebutuhan khas
penanganan sistem reproduksi pada setiap tahap siklus hidup dan kesinambungan
antar-tahap siklus hidup tersebut. Dengan begitu, masalah kesehatan reproduksi
pada setiap tahap siklus hidup dapat diperkirakan dan ditangani dengan baik
sesuai kebutuhan tahap itu, sehingga kemungkinan munculnya akibat buruk pada
tahap sikius hidup selanjutnya dapat dicegah. Dikenal lima tahap siklus hidup,
yaitu:
1. Konsepsi

126
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut.
Tahap pertama dan kedua terutama terkait dengan Kesehatan Ibu & Bayi
Baru Lahir. Tahap ketiga terkait dengan Kesehatan Reproduksi Remaja. Tahap
keempat terutama terkait dengan Keluarga Berencana. Tahap kelima terkait
dengan Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut. Semua tahap sikius hidup ini terkait
dengan PencegahanlPenanggulangan Penyakit Menular Seksual
(PMSIHIV/AIDS), terutama empat tahap pertama. Karena tiap tahap sikius hidup,
untuk laki-laki maupun perempuan, memiliki kebutuhan yang berbeda.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
a. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia masih jauh dan
yang diharapkan karena begitu besamya jumlah ibu dan bayi yang mati.
Diperkirakan 5 juta kehamilan per tahun, berakhir sekitar 20.000
kehamilan dengan kematian ibu. Demikian juga dengan bayi lahir mati
dan bayi baru lahir yang mati, dengan angka kematian bayi baru lahir
sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (1997). Indonesia memiliki angka
kematian ibu (AKI) tertinggi di ASEAN. Karena itu kesehatan ibu dan
bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam peIayanan kesehatan
reproduksi.
Penyebab Iangsung kematian ibu yang utama adalah perdarahan (40-
50%), infeksi, eklamsia, partus lama dan aborsi yang terkomplikasi.
Komplikasi kehamilan dan persalinan tersebut dialami oleh 15-20% dan
seluruh kehamilan, kebanyakan terjadi di sekitar saat persalinan.
Terjadinya komplikasi sulit dipekirakan sehingga sering muncul secara
mendadak dan pertolongannya memerlukan tindakan yang tepat dan cepat
(dalam waktu kurang dari 2 jam) agar nyawa ibu dan janinnya dapat
diselamatkan. Empat faktor utama yang mempengaruhi kematian Ibu
Hamil, yaitu :
1. Masih banyak persalinan ditolong oleh dukun (sekitar 30%).

127
2. Masih banyak persalinan berlangsung di rumah (sekitar 70%),
sehingga bila terjadi komplikasi yang perlu dirujuk maka tidak ada
cukup waktu untuk melakukan rujukan yang berhasil.
3. Derajat kesehatan ibu yang rendah saat hamil, bahkan sejak sebelum
hamil, a.l. sekitar 50% ibu hamil menderita anemia, sekitar 30%
berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% ibu hamil dengan keadaan
“4 terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu
banyak.
4. Rendahnya status perempuan, yang antara lain mengakibatkan
lambatnya pengambilan keputusan di tingkat keluarga untuk mencari
pertolongan. Dikenal keadaan “3 terlambat”, yaitu:
 Terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan (di tingkat keluarga) untuk mencan pertolongan
berkualitas.
 Terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan.
 Terlambat datam mendapatkan pertolongan yang cepat dan
tepat di fasilitas pelayanan.
Saat ini bidang kesehatan melaksanakan strategi Menjamin Persalinan
Sehat (MPS) dengan memastikan agar tiga hal berikut ini terjadi:
1. Setiap persalinan ditolong
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
3. Setiap wanita usia subur harus memiliki akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Pelayanan ibu dan bayi baru lahir yang dapat diberikan di berbagai tingkat
pelayanan kesehatan:
1) Pelayanan di tingkat Bidan di Desa: pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas untuk ibu dan bayi,
dan pertolongan pertama pada kegawat-danuratan kebidanan
dan bayi baru lahir.

128
2) Pelayanan di tingkat Puskesmas: semua pelayanan di tingkat
Bidan di desa ditambah penanganan terbatas bagi
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
3) Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Kabupaten: semua
pelayanan di tingkat Puskesmas ditambah penanganan bagi
semua jenis kegawat-daruratan kebidanan dan bayi barn lahir,
termasuk bedah sesar dan tranfusi darah.
Pelayanan yang perlu diberikan kepada setiap ibu hamil, adalah:
1. Pemeriksaan kehamilan sesering mungkin, minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu:
 Satu kali pada umur kehamilan 1-3 bulan (triwulan I)
 Satu kali pada umur kehamilan 4-6 bulan (triwutan II)
 Dua kali pada umur kehamilan 7-9 bulan (triwulan Ill)
 Datang kapan saja bila ada gangguan atau bilajanin tidak
bergerak dalam 12 jam
2. Pemeriksaan kehamilan secara lengkap sesuai standar
3. Pemberian informasi tentang perkembangan kehamilan dan nasehat
tentang kesehatan kehamilan dan KB pascapersalinan, yang
meliputi:
 Perawatandiri
 Kebutuhan makanan, tablet tambah darah
 Penjelasan tentang kehamilan
 Persiapan persalinan
 Tanda-tanda bahaya dan upaya pertolongannya
 KB pasca-persalinan
4. Pelayanan persalinan yang bersih dan aman (oleh tenaga kesehatan).
5. Bimbingan persiapan menyusui dengan “ASI Eksklusif” (hanya ASI
sampal bayi berumur 4 bulan)
6. Pelayanan pasca-persalin, termasuk konseling dan pelayanan KB
7. Perawatan bayi baru lahir: selain diperiksa pada saat kelahiran, bayi
dikunjungi sekali dalam 3 hari pertama dan sekali lagi pada minggu
keenam.

129
8. Melakukan pelayanan kegawat-daruratan obstetri dan neonatal
(termasuk asuhan pasca-keguguran) secepat dan sebaik mungkin bila
terjadi komplikasi.
9. Pengobatan atau penanganan penyakit-penyakit yang memberatkan
kehamilan, misalnya: anemia, kurang energi kronis, tbc, malaria, dan
lain-lain.
Keadaan berbahaya bagi ibu hamil yang hanya dapat diketahui dengan
pemeriksaan kehamilan oleh bidan atau dokter diantaranya adalah:
1. Letak lintang / sunsang
2. Penyakit-penyakit kronis/berlangsung lama, misalnya : penyakit
jantung, TBC, kurang darah, malaria, kencing manis.
Keadaan yang membahayakan jiwa ibu dan bayi pada saat persalinan:
1. Tali pusat atau tangan bayi terlihat pada jalan lahir
2. Ibu tidak kuat mengejan
3. Ari-ari yang tidak mau keluar setelah 24 jam kelahiran bayi
4. Rasa sakit yang hebat dan ibu tampak gelisah.
Hal yang perlu dilakukan terus menerus oleh petugas kesehatan dengan
dukungan petugas lain dan keterlibatan masyarakat adalah:
1. Mencatat semua kehamilan seawal mungkin (sebelum kehamilan 3
bulan) serta kematian ibu dan bayi baru lahir.
2. Deteksi dini tanda bahaya dan segera dicarikan pertolongan yang
tepat.
3. Mengorganisasikan kebutuhan dana dan transportasi bagi ibu yang
perlu dirujuk dan penyediaan donor darah.
4. Meningkatkan kerjasama dengan dukun dan masyarakat, agar semua
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
5. Mengupayakan agar semua persalinan dengan tanda bahaya dapat
berlangsung di fasilitas kesehatan yang memadai dan sesuai dengan
masalahnya.
6. Mengupayakan dan mempnionitaskan ibu dengan 4 terlalu” menjadi
peserta KB dalam 40 hari setelah melahirkan.
b. Keluarga Berencana (KB) Sebagai Komponen Kesehatan Reproduksi

130
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang
tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang diinginkan dan
berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan Iebjh menjamin
keselamatan ibu dan bayl yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan
menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak
sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat bergunadalam
pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
atau tidak tepat waktu.
Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan Keluarag
Berencana, yaitu:
1. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada pasangan usia
subur yang isterinya mempunyal keadaan “4 Terlalu” yaitu terlalu
muda (usia kurang dan 20 tahun), terlalu banyak anak (Iebih dan 3
onang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dan 2 tahun), dan
terlalu tua (Iebih dari 35 tahun).
2. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung-jawab bersama
antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam
ben-KB, dengan menggunakan alat/ metode kontrasepsi untuk pria.
3. Memberi informasi Iengkap dan adil tentang keuntungan dan
kelemahan masing-masing metoda kontrasepsi. Setiap klien ber-
hak untuk mendapat infonmasi mengenai hal ini, sehingga dapat
mempertimbangkan metoda yang paling cocok bagi dinriya.
4. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesual dengan
hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada
kilen, untuk memudahkan klien menentukan pilihannya.
5. Memberi infomasi tentang kontraindilcasi pemakaian berbagai
metoda kontrasepsi. Pelaksana pelayanan KB perlu melakukan
skrining atau penyanngan melalui pemenksaan fisik tenhadap klien
untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontnaindikasi bagi
pemakaian metoda kontrasepsi yang akan dipitih. Khusus untuk
tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (informed
consent) dan klien

131
c. Kesehaan Reproduksi Remaja
Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi Kesehatan
Reproduksi:
1. Masa rernaja (usia 10-19 tahun), merupakan masa yang khusus dan
penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas merupakan periode
peralihan dan masa anak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan
masa transisi yang unik dan ditandal oleh berbagal perubahan fisik,
emosi dan psikhis.
2. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara
cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-
emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan
remaja yang mengalaminya, karena itu perlu pengertian, bimbingan
dan dukungan lingkungan di sekitamya, agar mereka dapat tumbuh
dan berkembarig menjadi manusia dewasa yang sehat balk jasmani,
mental maupun psikososial.
3. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan
terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi Laki-laki masa
remaja merupakan saat diperolehnya kebebasan, sementara untuk
remaja perempuan merupakan saat dimulainya segala bentuk
pembatasan (pada masa lalu; gadis mulal dipingit ketika mereka
mulal mengalami haid).
Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang ditemukan,
namun perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan
perempuan ml dapat menempatkan remaja perempuan dalam posisi
yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan
perempuan diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain :
 Lebih dekat dengan teman sebaya

132
 Ingin bebas
 Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir abstrak.
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
 mencari identitas diri,
 timbulnya keinginan untuk kencan,
 mempunyai rasa cinta yang mendalam,
 mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
 berkhayal tentang aktifitas seks.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain:
 pengungkapan kebebasan diii,
 lebih selektif dalam mencani teman sebaya,
 mempunyai citra jasmani dirinya,
 dapat mewujudkan rasa cinta,
 mampu berpikir abstrak.
Pertumbuhan Fisik pada Remaja
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapal
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya:
1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan Iangsung dengan
organ seks (terjadinya haid pada remaja puteri/manarche dengan
terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki)
2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu:
 pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya
jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi
dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya
kumis, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak;
 pada remaja puteri: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan
vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan
sekitar kemaluan (pubis).

133
Pertumbuhan fisik dalam masa remaja ini merupakan hal yang sangat
penting bagi kesehatan reproduksi.

Perubahan Kejiwaan pada Remaja


Perubahan kejiwaan pada masa remaja, berlangsung Iebih lambat
dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi:
1. Perubahan emosi
 sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa),
 agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan Intelegansia
 mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik,
 ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul peritaku ingin
mencoba-coba. Penlaku ingin mencoba hal-hal yang baru,
merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan reproduksi
dalarn masa remaja.
Perubahan dalam masa remaja penting diketahui bagi kesehatan
reproduksi. Ciri-ciri perubahan ini penting sekali karena dengan benar-
benar memahami maka penanganan masalah dapat dilakukan dengan lebih
baik. Ciri-ciri perubahan ini, terutama perilaku ingin mencoba hal-hal baru
yang didorong oleh rangsangan seksual. Jika tidak dibirnbing dengan tepat
hat tersebut dapat membawa remaja terjerumus dalam hubungan seks
pranikah dengan segala akibatnya. Kematangan organ seks memungkinkan
kehamilan remaja puteri di luar nikah, upaya abortus, dan penularan
penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin mencoba-coba juga
dapat mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA
(narkotik, psikhotropik dan zat adiktif lain, termasuk rokok dan alkohol).
Dari segi Kesehatan Reproduksi, perilaku ingin mencoba dalam bidang
seks merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat
sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja
perempuan.

134
Pengaruh Buruk Hubungan Seks Pranikah bagi Remaja
Akibat buruk dan hubungan seks pranikah berengaruh bukan saja
bagi pasangan, khususnya remaja perempuan, tetapi juga orang tua,
keluarga, bahkan masyarakat.
1. Akibat bagi remaja
 Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS),
seperti: gonore (GO), sifilis, Herpes simpleks (genitalis),
Clamidia, Kondiloma akuminata, HIV/AIDS.
 Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan,
pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena
perdarahan atau keracunan kehamilan.
 Trauma kejiwaan (depresi, rendah din, rasa berdosa, hilang
harapan masa depan), remaja laki-laki jadi tidak peqaka,
remaja perempuan tidak perawan.
 Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan dan kesempatan bekerja, terutama bagi remaja
perempuan.
 Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
2. Akibat Bagi Keluarga:
 Menimbulkan aib keluarga.
 Menambah beban ekonomi keluarga.
 Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan
(ejekan) masyarakat di lingkungannya.
3. Akibat Bagi Masyarakat:
 Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas
masyarakat menurun.
 Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat
kesehatan reproduksi menurun
 Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat
kesejahteraan masyarakat menurun.

135
Kesehatan Reproduksi Remaja tidak terpisah dan Kesehatan
Remaja, karena gang guan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan
pada sistem repmduksi. Dengan demikian keadaan yang berpengaruh
buruk terhadap kesehatan remaja juga akan mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi Remaja.
Lima masalah penting yang perlu diperhatikan dalam Kesehataan
Remaja dalam kaitannya den gan Kesehatan Reproduksi Remaja:
1. Masalah gizi, yang meliputi antara lain :
 Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
 Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri, sehingga
mengakibatkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan
bayi berat lahir rendah di kemudian hari.
2. Masalah pendidikan, yang meliputi a.l :
 Buta huruf, yang mengakibatkan remaja.tidak mempunyai
akses terhadap informasi yang dibutuhkannya; serta mungkin
kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk
kesehatan dirinya.
 Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang
mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga,
dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan
diri dan keluarganya.
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan, a.l :
 Lingkungan dan suasana keqa yang kurang memperhatikan
kesehatan remaja (yang bekerja) akan mengganggu kesehatan
remaja.
 Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat,
bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.
4. Masalah seks dan seksualitas, a.l :
 Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang
masatah seksualitas, misalnya mitos yang tak benar.
 Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang
berkaitan dengan seksualitas.

136
 Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah
kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui
hubungan seks bebas. Masalah ini semakin mengkhawatirkan
dewasa mi.
 Penyalahgunaan seksual.
 Kehamilan remaja.
 Kehamilan pranikahldi luar ikatan pemikahan.
5. Masalah perkawinan dan kehamilan dini, a.l :
 Ketidak matangan secara fisik dan mental.
 Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.
 Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja.
 Risiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja dilakukan untuk


memberikan informasi dan pen getahuan yang berhubungan dengan
perilaku hidup sehat bag) remaja, di samping men gatasi masalah yang
ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu
memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
benkeluarga dengan reproduksi yang sehat.
Lima hal penting yang perlu diberikan seba gal bekal bagi remaja
dalam kaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja:
1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja.
Bekal pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan
kematangan seksual, membuat remaja mudah memahami serta
mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya (misalnya
informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat reproduksi
remaja laki-laki dan penempuan).
2. Proses reproduksi yang bertanggung-jawab. Bekal pemahaman
tentang seks sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan
perlunya serta bagammana menyalukan dan mengendalikan naluri
seksual ini menjadi kegiatan positif, seperti olah raga dan/atau hobi

137
yang bermanfaat. Sementara penyalunan yang berupa hubungan
seksual hanya dilakukan untuk metanjutkan keturunan yaitu dengan,
dan setelah, berkeluarga.
3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta
kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan
benpenlaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.
Di samping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat
untuk mempertahankan din secara fisik maupun psikis dan mental
dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual di luar nikah dan penggunaan NAPZA
4. Persiapan pranikah. lnformasi mi diperlukan agar calon pengantin
lebih slap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga.
5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu
mendapat inforrnasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja
laki-laki dan perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga di
masa depan.
d. Pencegahan/Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS),
termasuk HIV/AIDS
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi
Saluran Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. ISR
merupakan masuk dan berkembang-biaknya kuman penyebab infeksi ke
dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi mi dapat berupa
bakteri, jamur, virus dan parasit. Walau PMS dapat disebabkan oleh
kuman yang berbeda, namun sering memberi keluhan dan gejala yang
sama. Sebagai contoh, duh (cairan nanah) yang keluar dan saluran kencing
laki-laki (uretra) atau dari liang sanggama perempuan (vagina), dan borok
pada kelamin, merupakan keluhan sekaligus gejala PMS yang umum
dijumpai. ISR dapat terjadi sebagai akibat dari :
1. Sisa kotoran yang tertinggal karena pembasuhan setelah buang air
besar yang kurang sempurna.

138
2. Kesehatan umum yang rendah.
3. Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama pada saat haid.
4. Perkawinan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan.
5. Hubungan seksual dengan penderita infeksi.
6. Perlukaan pada saat keguguran, melahirkan atau perkosaan.
7. Kegagatan petayanan kesehatan daham sterilisasi alat dan bahan
dalam melakukan perneriksaan/tindakan di sekitar saluran
reproduksi.
Perempuan Iebih mudah terkena ISR dibandingkan laki-laki karena
saluran reproduksi perempuan lebih luas permukaannya. Pada perempuan,
ISR dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan, kemandulan,
kanker leher rahim, kelainan pada janin/bayi, misalnya berat bayi
hahirrendah (BBLR), infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi
lahir belum cukup umur. ISR pada perempuan juga lebih senng tidak
diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan gejala ISR
pada laki-laki.
Termasuk di dalam kelompok PMS adalah gonore, sifIlis, ulkus
molle, kondiloma akuminata, herpes genital dan HIV/AIDS. Dari semua
PMS, HIV/AIDS merupakan jenis PMS yang paling penting karena sangat
berbahaya, betum ditemukan cara pengobatannya, dan selatu berakhir
dengan kematian bagi penderitanya. Hal penting yang perlu diketahui
tentang PMS adalah:
1. PMS dapat terjadi balk pada laki-laki maupun perempuan.
2. Penularan PMS dapat tejadi, walaupun hanya sekahi melakukan
hubungan seksua! tanpa memakai kondom dengan penderita PMS.
3. Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap PMS.
4. Perempuan lebih mudah tertular PMS dan pasangannya,
dibandingkan dengan haki-taki.
5. lnfeksi atau borok pada alat reproduksi perempuan sering
tersembunyl dan tidak mudah terlihat deh petugas yang kurang
terlatih. Di samping itu, kehuhannya pun tidak jelas dan perempuan

139
sering merasa malu untuk menceritakan masahahnya dan diperiksa
alat ketaminnya.
6. ISR meningkatkan risiko penularan PMS/HIVIAIDS pada
perempuan sepuhuh kahi tebih besar.
7. Beberapa PMS mungkin tidak menimbulkan gejala yang berarti pada
perempuan, tetapi tetap dapat menularkan penyakit tersebut kepada
pasangannya.
8. Tanda-tanda dan gejala PMS pada faki-laki biasanya tampak jelas
sebagai luka atau duh tubuh, sehingga pengobatan dapat dNakukan
lebih awal.
9. PMS sering tidak diobati dengan benar, sehingga mengakibatkan
penularan dan penderitaan yang berkepanjangan. Kebanyakan PMS
dapat diobati bila pengobatannya tepat dan pada saat yang tepat pula.
10. Komplikasi PMS, sepert kemandulan, dapat dicegah bila PMS
segera diobati
11. Belum ada vaksin atau imunisasi untuk PMS.
12. PMS meningkatkan kemungkinan tertular HIV/AIDS sebanyak 4
kali.
Ada tiga cara utama penularan PMS dan HI V/AIDS:
1. Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anal,
maupun oral. Cara ml merupakan cara penularan utama (Iebih dan
90 %).
2. Penularan dan ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, herpes,
sifilis); pada persalinan (HIV/AIDS, gonore, kiamidia); sesudah bayi
lahir (HIV/AIDS).
3. Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak Iangsung dengan
cairan darah atau produk darah (sifilis dan HIV/AIDS).
Ada tiga cara utama mencegah PMS termasuk HIV/AIDS:
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual dengan berperilaku
seksual yang aman (dikenal dengan singkatan ”ABC”), yaitu :
a. Abstinenesia – Tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah

140
b. Be faithful – setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri)
c. Condom – Menggunakan kondom (bila tidak dapat melakukan
A maupun B tersebut), termasuk menggunakan kondom
sebelum PMS-nya disembuhkan.
2. Pencegahan penularan melalui darah :
a. Skrining darah donor dan produk darah
b. Menggunakan alat suntik dan alat lain yang steril.
c. Penerapan Kewaspadaan Universal atau Universal Infection
Precaution.
3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak
a. Testing dan konseling ibu hamil
b. Pemberian obat antiretroviral bagi ibu hamil yang mengidap
infeksi HIV
Perilaku berisiko tinggi terhadap penularan PMS, termasuk HIV/AIDS:
1. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai Iebih dari
satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal
(misalnya dengan penjaja seks).
2. Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda. Penularan dari ibu ke
janin/bayinya sering bersumber dari pasangan seperti ini.
3. Terus melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyal keluhan
PMS dan tidak memberitahukan kepada pasangannya tentang hal
tersebut.
4. Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang berisiko.
5. Pemakaian jarum suntik bersamal secara bergantian, misalnya pada
pengguna NAPZA atau karena petugas kesehatan Ialai menjaga
sterilitas alat suntik.
HIV/AIDS adalah singkatan dan Human Immtnodefficiency
Virus/Acquired Immuno-Defficiency Syndrome. HIV adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV yang masuk ke
dalam tubuh akan berkembang biak. Virus HIV akan masuk dalam sel
darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi

141
sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya,
sistem kekebalan tubuh menjadi Iemah dan penderita mudah terkena
berbagai penyakit. kondisi ini disebut AIDS. AIDS adalah kumpulan
gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada
awalnya penderita HIV positip sering tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun (5-10 tahun). Banyak faktor yang mempengaruhi panjang-
pendeknya masa tanpa gejala ini, namun pada masa ini penderita dapat
menularkan penyakitnya pada orang lain. Sekitar 89% penderita HIV akan
berkembang menjadi penderita AIDS. Makin lama penderita akan semakin
Iemah dan akhirnya berakhir dengan kematian, karena sampai saat ini
belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan HIV/AIDS.
Hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS :
1. Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan
menetap dalam tubuh untuk selamanya.
2. Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan di dalam jalan lahir,
air liur, air mata dan cairan tubuh Iainnya.
3. Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalul hubungan seksual, di
samping penularan melalui jarum suntik dan transfusi darah serta
penularan dan ibu pengidap HIV kepada janin yang dikandungnya.
4. HIV tidak hanya menular pada kaum homoseksual.
5. Perempuan 5 kali lebih mudah tertular HIV/AIDS dan pada lakilaki,
karena bentuk alat kelamin perempuan yang lebih luas
permukaannya sehingga mudah terpapar oleh cairan mani yang
tinggal Iebih lama dalam tubuh.
6. Perlukaan pada saluran kelamin memudahkan masuknya virus HlV.
7. Hubungan seks melalui anus lebih berisiko penularan HIV/AIDS
daripada cara hubungan seks Iainnya, karena jaringan anus lebih
lembut sehingga lebih mudah terluka.
8. Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja, lebih
memudahkan terjadinya penularan.
Hal yang perlu diketahu tentang HIV tidak menular melalui :
1. Bersalaman dan bersentuhan

142
2. Memakai kamar mandi yang sama
3. Berciuman
4. Berenang bersama
5. Keringat
6. batuk atau bersin
7. Makan dan minum bersama
8. Gigitan nyamuk
Pencegahan penularan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan
PMS, yaitu :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangannya atau
memiliki perilaku seksual yang bertanggung-jawab (setia pada
pasangan).
3. Menghindari hubungan seks dengan pasangan yang bergantiganti.
4. Setiap darah transfusi dicek terhadap HIV, dan donor darah bagi
sanak-saudara lebih sehat dan aman danpada donor darah
profesional.
5. Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam, prosedur pembedahan
yang tidak steril dan petugas kesehatan yang tidak bertanggung-
jawab.
6. Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten.
Diperlukan Kewaspadaan Universal atau Universal Infection
Precuation terhadap penularan HIV/AIDS. Kewaspadaan umum terhadap
infeksi adaiah Iangkah-Iangkah yang pérlu dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk mencegah penularan infeksi pada saat melaksanakan
semua bentuk pelayanan kesehatan. “Kewaspadaan UniversaI mempunyai
peran yang lebih penting lagi dalam Kesehatan Reproduksi karena banyak
pelayanan kesehatan reproduksi yang berpotensi tinggi memudahkan
penularan infeksi, misalnya pemenksaan dalam untuk pemeniksaan
kehamilan atau saat pelayanan persalinan dan nifas, saat pelayanan KB
(suntik, IUD, MOP dll).

143
Secara operasional, kebijakan dasar Kewaspadaan Universal
terhadap infeksi berarti menganggap semua pasien pelayanan kesehatan
reproduksi dapat membawa kuman infeksi terutama yang menular lewat
darah seperti virus HIV/AIDS dan!atau virus hepatitis B (HBV). Secara
lebih spesifik, kebijakan dasar ini meliputi tiga hal berikut:
1. Kewaspadaan terhadap zat yang menularkan: upaya Kewaspadaan
Universal terutama harus diarahkan pada pence gahan agar petugas
tidak terkena darah dan pasien karena darah adalah sumber utama
penularan infeksi HIV, HBV Kewaspadaan Universal juga berlaku
bagi cairan lain selain darah, misalnya cairan-cairan
cerebrospinal/CSF, cairan synovial, pleura, peritoneum, pericardial
dan cairan amnion/ air ketuban, karena telah terbukti bahwa virus
HIV ditemukan dalam cairan synovial, cerebrospmnal, dan air
ketuban. Kewaspadaan Universal juga berlaku terhadap lendir
vagina. Kewaspadaan Universal harus dilakukan oleh setiap Petugas
Kesehatan jika dalam memberikan pelayanan ada kemungkinan
untuk tersentuh den gan berba gal cairan tubuh yang telah disebut di
atas.
2. Kewaspadaan tentang alat yang dipergunakan: Dalam menjalankan
Kewaspadaan Umum terhadap infeksi, semua petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi harus memakai
alat-alat protektif seperti sarung tangan, celemek, masker mulut dan
mata, untuk mencegah resiko terkenanya infeksi di kulit dan selaput
lendir (seperti di hidung dan mata). A garpasien tidak terkejut den
gan sikap dan tindakan petugas dalam melaksanakan kewaspadaan
umum terhadap infeksi, maka perlu diberikan penjelasan kepada
pasien, misalnya pada saat kunjungan antenatal
3. Kewaspadaantentang penjagaan din sendin: Para petugas kesehatan,
dalam melakukan tindakan pelayanan Kesehatan Reproduksi, juga
harus menjaga din mereka dan kemungkinan terkena tusukan jarum
suntik, scalpel atau alat-alat tajam lain yang dapat membuat luka.
Mencuci tangan adalah prosedur utama untuk mencegah infeksi

144
nosocomial. Tangan harus dicuci dengan baik, yaitu dengan
menyikat seluruh tangan dan lengan menggunakan air yang mengalir
dan zat antimikroba atau zat antibakteri agar dapat membunuh dan
mencegah berbiaknya semua kuman. Prosedur mi biasa disebut
sebagai pembersihan secara kimiawi, untuk itu zat antimikroba yang
paling efektif adalah lawtan kaporit 5%. Penggunaan sabun dan
deterjen memang cukup bermarifaat untuk rnembersihkan kulit dan
mikroba yang menempel di kulit luar, tetapi hanya cairan kaporit 5%
yang dapat membunuh mikroba yang bersembunyi di lapisan kulit
yang lebih dalam.

3. Kesehatan Reproduksi Pada Usia Lanjut


Masalah reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan oleh perempuan
ketika masa suburnya berakhir (menopause), meskipun sebenamya laki-laki juga
mengalami penurunan fungsi reproduksi (disebut andropause) namun ini terjadi
pada usia yang lebih tua dibanding pada perempuan.
a. Menopause
Menopause adalah keadaan perempuan yang mengalami penurunan fungsi
indung telur, sehingga produksi hormon estrogen berkurang yang berakibat
terhentinya haid untuk selamanya (mati haid). Bagi perempuan Indonesia, usia
menopause sekitar 49 tahun pada tahun 2000. Tetapi biasanya sejak wanita
berusia di atas 40 tahun, haid sudah tidak teratur dan siklus haid seringkali terjadi
tanpa pengeluaran sel telur (ovulasi), berarti perempuan usia 40-tahunan sering
dikatakan tidak subur lagi, dan kecil kemungkinannya untuk hamil. Bila terjadi
kehamilan pada usia tersebut, kemungkinan lebih besar untuk memperoleh anak
yang cacat atau dengan kualitas yang kurang baik.
Masa 4-5 tahun sebelum menopause ini disebut masa klimakterium,
dimana perempuan mulai merasakan perubahan yang gejalanya timbul tidak sama,
dan belum tentu dialami oleh setiap wanita. Berat ringannya gejala yang timbul
dapat berbeda-beda tergantung dan faktor budaya, tingkat pendidikan, lingkungan
dan genetik.

145
Dampak negatif yang terjadi dapat bersifat jangka pendek dan jangka
panjang. Dampak jangka pendeka dapat berupa :
1. Rasa panas di dada yang menjalar ke arah wajah (hot flush).
Gejala ini sering timbul pada malam hari, sehingga menyebabkan
terbangun dari tidur. Gejala ini terjadi hanya dalam hitungan menit, tapi
kadang-kadang dapat sampai 1 jam. Pada saat terjadi gejolak panas, warna
kulit menjadi kemerahan di daerah dada, leher dan wajah, dan terasa
sedikit hangat pada perabaan. Gejala ini akan berkurang bila udara dingin,
sedangkan dalam keadaan stres psikis akan timbul Iebih sering dan sangat
mengganggu. Rasa panas ini akan semakin berkurang dan menghilang
setelah 4-5 tahun pasca-menopause
2. Gangguan psikologis. Penurunan hormon estrogen pada wanita juga dapat
mengakibatkan gangguan psikologis berupa depresi, mudah tersinggung,
mudah marah, kurang percaya did, sukar berkonsentrasi perubahan
perilaku, menurunnya daya ingat dan kehilangan gairah seksual. Kelainan
kulit, rambut, gigi dan keluhan sendi/tulang: Kehilangan jaringan
penunjang atau kolagen pada wanita menopause akan menyebabkan kulit
menjadi tipis, kering dan keriput, rambut tipis dan kering serta mudah
rontok, gigi mudah goyang dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-
pecah dan rasa sakit serta ngilu pada daerah persendian. Gangguan mata:
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata
berkurang. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin: Wanita menopause
antara lain sering tidak dapat menahan kencing dan mudah menderita
infeksi saluran kencing. Vagina akan terasa kering, gatal, mudah lu-ka,
sering keputihan, nyeri pada sanggama atau perdarahan pasca-sanggama.
Dampak jangka panjang antara lain :
1. Osteoporosis : Osteoporosis adalah bekurangnya kepadatan tulang pada
wanita akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah pátah. Umumnya osteoporosis terjadi pada tulang yang
berongga, yaitu tulang belakan. leher, paha, panggul dan lengan bawah.
Osteoporosis dapat dipercepat oleh kekurangan kalsium, sinar matahari,
aktivitas fisik dan olah raga; kurang gizi, kelainan kelenjar gondok

146
(hipertiroid), merokok, minum alkohol dan penggunaan kortikoseroid,
misalnya pads penderita asma, lupus.
2. Penyakit jantung koroner: Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi
wanita dan penyakit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen
dapat menurunkan kadar kolestero baik (HDL, high density lipoprotein)
dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL, low density lipoprotein),
yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.
3. Kepikunan (dimensia tipe Alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen juga
mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan akan penstiwa
jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi, sampai pada kepmkunan tipe
Alzheimer. Penyakit kepikunan Alzheimer dapat terjadi bila kekurangan
estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi faktor
keturunan serta proses ketuaan.
Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan dasar antara lain:
1. Pemeriksaan alat kelamin: Pemer,ksaan atat kelamin wanita bagian luar,
hang rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada,
misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau
tanda radang.
2. Pap Smear: Pemeriksaan mi dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat
danya tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker
pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya
kelainan dapat segera dilakukan.
3. Perabaan Payudara: Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat
penurunan kadar hormon estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau
tumor payudara. Hal mi juga dapat terjadi pada pemberian hormon
pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopause.
Perabaan payudara sendiri atau yang disebut SADARI (Periksa Payudara
Sendiri) dapat dilakukan secara teratur untuk menemukan tumor payudara
sedini mungkin. Caranya dapat dilihat pada Bab tentang KankerSistem
Reproduksi.

147
4. Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fitoestrogen:
Hormon estrogen yang kadarnya menurun pads menopause, dapat diganti
dengan memakan dalam jumlah cukup makanan yang mengandung unsur
fito-estrogen (kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya dan semanggi merah).
5. Penggunaan bahan makanan sumberkalsium: Makanan yang mengandung
kalsium antara lain susu, yoghurt, keju, teri, dll.
6. Menghindari makanan yang mengandung banyak lemak, kopi dan alkohol.

b. Andropause
Keadaan pada laki-laki. biasanya terjadi pada usia 55 tahun ke atas, akibat
penurunan secara perlahan kadar hormon testosteron, androgen (DHEA, dehidro-
epiandrosteron), hormon pertumbuhan, melatonin, dll. Andropause ini terjadi
secara perlahan dan pada usia yang Iebih lanjut dibanding pada perempuan.
Berkurangnya beberapa hormon tersebut, mengakibatkan beberapa keluhan:
1. Keluhan seksual: Kekurangan hormon testosteron akan mengurangi
keinginan seksual (libido) dan gangguan ereksi pada laki-laki.
2. Penurunan kekuatan otot: Menurunnya beberapa hormon androgen pada
laki-laki berakibat penurunan metabolisme protein, oksidasi lemak,
peningkatan timbunan lemak dan penurunan kekuatan otot. Akibatnya
terjadi penurunan massa otot bila dibandingkan pada usia lebih muda.
3. Osteoporosis: Kejadian osteoporosis pada laki-laki tidak sebanyak pada
perempuan, karena massa tulang laki-laki lebih besar. Osteoporosis pada
laki-laki dapat diperberat oleh penggunaan alkohol, kortikosteroid, faktor
genetik, penuaan.
4. Kepikunan/demensja Alzheimer: Penurunan kadar testosteron pada laki-
laki akan mempengaruhi daya ingat dan fungsi kognitifnya. Pada kondisi
yang berat akan terjadi gejala kepikunan hebat, yang disebut sebagai
kepikunan Alzheimer.
Dalam menilai adanya andropause digunakan 10 kriteria ADAM, yaitu:
1. Penurunan keinginan seksual (libido)
2. Kekurangan tenagallemah
3. Penurunan kekuatan/ketahanan otot

148
4. Penurunan tinggi badan
5. Berkurangnya “kenyamanan dan kesenangan” hidup
6. Sedih dan atau sering marah tanpa sebab yang jelas
7. Berkurangnya kemampuan ereksi
8. Kemunduran kemampuan olah raga
9. Tertidur setelah makan malam
10. Penurunan kemampuan bekerja.
Jika ada keluhan Nomor 1 dan 7, atau beberapa kombinasi dan 4 atau Iebih
keluhan, maka laki-laki dikatakan sudah mengalami andropause.
Pencegahan terhadap dampak negatif andropause dapat dilakukan dengan:
1. Pemenksaan kelenjar prostat: Pembesaran prostat meningkat pada usia 40
tahun ke atas, dengan gejala teraba pembesaran kelenjar prostat, sering
buang air kecil terutama pada malam han, yang tidak lancar atau menetes;
setelah selesai berkemih, tidak dapat menahan kencing.
2. Pemberian multivitamin: Multivitamin seperti vitamin B, C, E dan D3
dapat mencegah osteoporosis.
3. Pemberian kalsium: Kalsium dengan dosis 800-1000 mglhari dapat
mencegah terjadinya osteoporosis. Perlu juga diwaspadai kemungkinan
terjadinya batu saluran kencing karena timbunan kalsium.

4. Hak-Hak Reproduksi
Hak Reproduksi Perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang,
balk laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial,
suku, umur, agama, dli) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung-jawab
(kepada diri, keluarga dan masyarakat) men genal jumlah anak, jarak antar anak,
serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan”. Hak Reproduksi ini
didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakul di dunia
international. Secara praktis Hak Reproduksi Perorangan dijabarkan dalam tujuh
hal berikut:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaik. mi berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan

149
kesehatan reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan
klien, sehingga menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2. Setiap orang, perempuan dan laki-laki (sebagal pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkapIengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi, dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi
masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan
dan tak melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami-isten berhak memiliki huburigan yang
didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan
dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
6. Setiap remaja, Lelaki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi
yang tepat dan beriar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat
dalam menjalani kehidupan seksual yang bertanggungjawab.
7. Setiap laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi dengan mudah,
Iengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termasuk
HIV/AmDS.
Terpenuhi atau tidak terpenuhinya Hak Reproduksi digambarkan dalam derajat
kesehatan reproduksi masyarakat, yang ditunjukkan oleh tujuh indikator berikut:
1. Angka Kematian ibu/AKI (makin tinggi AKI, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi)
2. Angka Kematian Bayi/AKB (makin tinggi AKB, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi)
3. Angka Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana dan partisipasi laki-laki
dalam Keluarga Berencana (makin rendah angka cakupan pelayanan KB,
makin rendah derajat kesehatan reproduksi)

150
4. Jumlah Ibu Hamil dengan usia terlalu” atau terIaIu muda, tertalu tua,
terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak antar kelahiran (makin tinggi
jumlah ibu hamil dengan “4 terIaIu’ makin rendah derajat kesehatan
reproduksi)
5. Jumlah perempuan dan/atau ibu hamil dengan masalah kesehatan,
terutama anemia dan kurang energi kronis/KEK (makin tinggi jumlah
anemia dan KEK, makin rendah derajat kesehatan reproduksi)
6. Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit menular
seksual (PMS) (semakin rendah perlindungan bagi perempuan, makin
rendah derajat kesehatan reproduksi)
7. Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan penularan PMS
(makin rendah pemahaman PMS pada laki-laki, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi)
Terpenuhi atau tidak terpenuhinya Hak Reproduksi digambarkan dalam derajat
kesehatan reproduksi masyarakat, yang ditunjukkan oleh tujuh indikator berikut:
1. Angka Kematian ibu/AKI (makin tinggi AKI, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi)
2. Angka Kematian Bayi/AKB (makin tinggi AKB, makin rendah derajat
kesehatan reproduksi)
3. Angka Cakupan Pelayanan Keluarga Berencana dan partisipasi laki-laki
dalam Keluarga Berencana (makin rendah angka cakupan pelayanan
KB, makin rendah derajat kesehatan reproduksi)
4. Jumlah Ibu Hamil dengan usia terlalu” atau terIaIu muda, tertalu tua,
terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak antar kelahiran (makin tinggi
jumlah ibu hamil dengan “4 terIaIu’ makin rendah derajat kesehatan
reproduksi)
5. Jumlah perempuan dan/atau ibu hamil dengan masalah kesehatan,
terutama anemia dan kurang energi kronis/KEK (makin tinggi jumlah
anemia dan KEK, makin rendah derajat kesehatan reproduksi)
6. Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit menular
seksual (PMS) (semakin rendah perlindungan bagi perempuan, makin
rendah derajat kesehatan reproduksi)

151
7. Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan penularan PMS
(makin rendah pemahaman PMS pada laki-laki, makin rendah
derajat kesehatan reproduksi)
Faktor-faktor di luar kesehatan yang dapat berpengaruh buruk terhadap
terpenuhinya Hak Reproduksi, antara lain:
1. Kemiskinan:Tingginya angka kemiskinan berpengaruh buruk terhadap
kemungkinan terpenuhinya derajat kesehatan reproduksi. Bagi Indonesia,
dengan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis
kemiskinan akan teqadi hambatan terhadap akses pelayanan kesehatan,
yang pada akhimya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat: Makin rendah
kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, makin rendah
kemungkinan terpenuhinya derajat hak reproduksi. Kedudukan mi
ditentukan oleh banyak hal,misalnya keadaan sosloekonomi, budaya dan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat mereka hidup. Di Indonesia saat mi
masih banyak ditemukan perlakuan disknminatif terhadap perempuan,
antara lain:
 Perempuan senng dinomorduakan dalam kehidupan, misalnya
dalam pemberian makanan sehari-hari, kesempatan memperoleh
pendidikan, pekerjaan dan kedudukan.
 Perempuan sering terpaksa menikah pada usia muda, karena orang
tua mendorongnya untuk cepat menikah, agar terlepas dan beban
ekonomi.
 Perempuan sering dibatasi dalam proses pengambilan keputusan
untuk kepentingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam
memilih bidan sebagai pendong persalinan, atau dalam mendapat
pertolongan segera di rumah sakit ketika dipeilukan;
 Perempuan sering kurang mendapat kesempatan untuk
mengendaljkan penghastfan keluarga.
 Perempuan sering tidak mendapat pendidikan yang cukup sehingga
informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi sangat
terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang cukup dapat

152
meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemampuan
perempuan untuk mengambil keputusan yang baik bagi diri dan
keluarga, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
3. Akses yang rendah ke fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi: Yang
dimaksud akses mencakup antara lain
 “jarak yang jauh” (akses geografis),
 biaya yang tidak teijangkau” (akses ekonomis),
 “tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas” (akses informasi)
 “tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas” (akses budaya)
4. Kualitas pelayanan yang kurang memadai, antara lain karena :
 Pelayanan kesehatan yang kurang mernperhatikan kebutuhan kilen
 Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
Hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi sangat erat terkait dengan Isu
Gender dan Kesehatan Perempuan karena perempuan mempunyal kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi yang khusus, sehubungan dengan kodratnya
sebagai perempuan. Perhatian khusus terhadap perempuan inilah yang
menyebabkan adanya kaitan erat antara Hak reproduksi dan Kesehatan
Reproduksi dengan isu Gender, terutama yang menyangkut aspek kesetaraan dan
keadilan gender.

5. Keseteraan Dan Keadilan Gender Dalam Kesehatan Reproduksi


Gender adalah : perbedaan peran dan tanggung-jawab sosial bagi
perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh budaya. Pandangan bahwa
perempuan sebagai ibu rumahtangga, dan lakilaki sebagai pencari nafkah
disebabkan oleh budaya. Jadi Gender timbul sebagai akibat konstruksi sosial,
sehingga dapat berbeda pada suatu budaya dengan budaya yang lain, dan dan
waktu ke waktu, sehingga dapat berubah dan/atau diubah bila diinginkan.
Gender tidak sama den gan Jenis kelamin. Jenis kelamin adalah ciri
biologis-anatomis (khususnya menyangkut sistem reproduksi dan hormonal), yang
diikuti dengan karakteristik fisiologi tubuh, yang menentukan seseorang adalah
laki-laki atau perempuan. Ciri biologis ini bersifat menetap dan tidak dapat
diubah. Misalnya, karakteristik fisiologi tubuh perempuan antara lain dapat

153
mengalami haid, hamil, melahirkan dan menyusui, sedangkan karakteristik
fisiologi tubuh Lelaki antara lain dapat menghasilkan sperma.
Kesetaraaan Gender adaiah kesamaan (equality) yaitu keadaan tanpa
diskriminasi (sebagai akibat dan perbedaan jenis kelamin) dalam memperoieh
kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan, serta akses
terhadap pelayanan.
Keadilan Gender adalah gambaran keseimbangan yang adil (fairness)
dalam pembagian beban tanggungjawab dan man faat antara laki-laki dan
perempuan. Keadilan Gender didasan atas pemahaman bahwa laki-laki dan
perempuan mempunyai perbedaan kèbutuhan dan kekuasaan. Perbedaan ini perlu
dikenali dan diperhatikan untuk dipakai sebagal dasar atas penerapan penlakuan
yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
Peran Gender adalah peran sosiaI-ekonomi yang dipandang Iayak oleh
suatu masyarakat untuk diberikan kepada laki-laki atau perempuan. laki-laki
sering diberi peran pencari nafkah; sementara perempuan mempunyat peran
ganda, yaitu tanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga, pencari nafkah
tambahan dan kegiatan di masyarakat yang sering harus dilakukan secara
simultan.
Bias Gender adalah keadaan yang menunjukkan sikap berpihak Iebih
kepada laki-laki daripada kepada perempuan. Misalnya, produk hukum yang Iebih
memihak kepada Iaki-Iakj, sehingga selalu merugikan perempuan. Sebagai
contoh, pada kasus aborsi ilegal pihak perempuan mengalami hukuman karena
tindakan aborsinya, sementara laki-laki (yang menyebabkan kehamilan)
terbebaskan dan tuntutan masyarakat maupun dan hukum itu sendiri.
Stereotip, gender adalah pandangan yang menganggap sesuatu sebagal
“sesuai” dan “biasa” untuk suatu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan).
Misalnya pandangan yang menganggap “sesuai” atau “biasa” bagi laki-laki untuk
bekerja di kantor dan perempuan beker]a di dapur. Dalam kenyataan hidup sehari-
hari, baik laki-laki maupun perempuan secara individu, tidak selalu sesuai dengan
peran gender yang stereotip tersebut.
Patriarkhi adalah keadaan di masyarakat yang menempatkan laki-laki pada
kedudukan yang Iebih tinggi daripada perempuan. Budaya patriarkhi

154
mengakibatkan Gender melalui keberpihakan kepada laki-laki dalam segala aspek
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Keadilan gender dalam kesehatan mengandung 2 aspek :
1. Keadilan dalam kesehatan, yaitu tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi mungkin (fisik, psikologis dan sosial) bagi setiap individu, lelaki
dan perempuan.
2. Keadilan dalam pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan diberikan sesuai
kebutuhan tanpa melihat kedudukan sosial seseorang, dan diberikan
sebagai jawaban terhadap harapan yang pantas dari masyarakat, dengan
penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan bayar
seseorang.
Hal-hal yang berkaitan dengan Gender berperan penting dalam
mendukung atau merugikan kesehatan seseorang, karena hal-hal yang berkaitan
dengan Gender itu merupakan aspek soslo budaya yang mencakup hubungan
kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya:
1. Peran Gender: Adanya peran ganda bagi perempuan seringkali merugikan
kesehatannya, terutama saat menjalani kodratnya sebagai perempuan
(hamil, melahirkan, menyusui). Akan sangat merugikan kesehatan bila
seorang ibu hamil hams tetap bekerja keras untuk menambah penghasilan
keluarga, disamping tetap dituntut melaksanakan pekeqaan rumah tangga.
2. Jenis Kelamin: Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan perbedaan misalnya berbagal penyakit atau gangguan hanya
menyerang perempuan (gangguan kesehatan yang berkaitan dengan
kehamilan dan kanker serviks) sementara hanya laki-laki yang dapat
terkena kanker prostat. Penyakit kardiovaskular ditemukan di usia yang
lebih tua pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Beberapa penyakit
lain (anemia, gangguan makan dan gangguan pada otot serta tulang) Iebih
banyak ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki.
3. Kesetaraan Gender: Kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan
menyebabkan mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berbeda (dibanding laki-laki) balk dalam keadaan sakit maupun sehat.
Oleh karena itu akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang

155
berkualitas sepanjang sikius hidup perempuan sangat (lebih) menentukan
dibandingkan laki-laki.
4. Jenis Kelamin dan Peran Gender: Dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
budaya, jenis kelamin dan peran jender dapat meningkatkan risiko
terhadap terjadinya beberapa penyakit. Sebagai contoh, dalam kasus
HIV/AIDS dengan peran jender laki-laki yang bekerja di luar rumah, maka
jika laki-laki mempunyal perilaku seksual resiko tinggi maka seorang
isteni yang tidak mempunyai perilaku seksual risiko tinggi dapat tertular
HIV/AIDS.
5. Bias Gender dan Patriarkhi: Umumnya pelaku kekerasan dalam rumah
tangga (kekerasan domestik) adalah laki-laki, yang merefleksikan Bias
Gender dan Patriarkhi berupa keinginan untuk menunjukkan maskulinitas,
dominasi, serta memaksakan kekuasaan dan kendalinya terhadap
perempuan. Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut
sebagai “kekerasan berbasis gender.
Perbedaan akses dan kualitas pelayanan yang ditenma laki-laki dan
perempuan akibat perilakuan berbeda sistem pelayanan kesehatan, merupakan
salah satu bentuk Ketidaksetaraan dan Ketidak-adilan Gender, misalnya:
1. Perbedaan akses terhadap pelayanan kesehatan lebih banyak dialami oleh
perempuan dan keluarga miskin, karena tidak ada biaya maupun
transportasi, pelayanan tidak sesuai dengan budaya/tradisi, tidak ada izin
dan suami atau stigma sebagal orang miskin.
2. Perlakuan petugas kesehatan sering dianggap kurang memperhatikan
kebutuhan perempuan. Misalnya proses persalinan yang normal sering
dianggap sebagal peristiwa medis saja dan tidak mempertimbangkan
kebutuhan perempuan, seperti kebutuhan untuk didampingi oleh orang
terdekat atau bersalin dengan mengambil posisi yang dirasa paling
nyaman. Atau, perempuan yang mengalami depresi akibat kekerasan
domestik, hanya diobati dengan antidepresan tanpa diben bantuan dalam
mengatasi masalah gender yang melatar-belakangi teqadinya kekerasan
domestik itu.
Isu gender dalam kesehatan reproduksi meliputi:

156
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Berbagai isu gender dalam tahap siklus hidup ini antara lain sebagai berikut:
a. Keterbatasan perempuan untuk mengambil keputusan yang
b. menyangkut kesehatan dinnya (misalnya dalam menentukan kapan hamil,
di mana akanmelahirkan, dsb.)yang berhubungan dengan
lemahnya/rendahnya kedudukan perempuan yang Iemah di
keluarga/masyarakat (Patnarkhi).
c. Sikap dan penlaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki (Bias
Gender), contohnya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari yang
menempatkan bapak atau anak lakilaki pada posisi yang diutamakan
daripada ibu dan anak perempuan. Hal mi sangat merugikan kesehatan
perempuan, terutama bila sedang hamil.
d. Tuntutan untuk tetap bekerja (Peran Gender): di berbagai daerah
perdesaan atau di daerah kumuh perkotaan, banyak ibu hamil dituntut
untuk tetap bekeria keras seperti pada saat tidak hamil.
2. Keluarga Berencana
Berbagai isu gender dalam tahap siklus hidup ini antara lain sebagai berikut:
a. Rendahnya kesertaan ber-KB: Data SDKI (1997) menunjukkan bahwa
98% akseptor KB adalah perempuan. mi berarti bahwa dalam program KB
perempuan selalu menjadi obyek target sasaran (Ketidak-adilan Gender).
b. Perempuan tidak dapat memilih metoda kontrasepsi yang diinginkan,
antara lain karena tergantung pada keputusan suami, informasi yang
kurang lengkap dan petugas kesehatan, penyediaan alat/obat kontrasepsi
yang tak memadai di tempat pelayanan. (Ketidak-adilan Gender)
c. Pengambilan keputusan yang Bias Gender Meskipun partisipasi kaum
laki-laki dalam program KB sangat kecil, namun kontrol laki-laki terhadap
perempuan dalam hal memutuskan untuk ber-KB sangatlah dominan.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
Berbagai contoh isu gender dalam tahap siklus hidup ini antara lain :
a. Ketidak-adilan dalam tanggung-jawab: Dalam pergaulan yang terlalu
bebas, remaja puteri selalu menjadi korban dan menanggung segala
akibatnya (misa!nya kehamilan yang tidak dikehendaki, putus sekolah,

157
dsb). Ada kecenderungan pula untuk menyalahkan pihak perempuan
dalam persoalan kehamilan remaja, sedangkan remaja laki-laki seolah-olah
terbebaskan walaupun ikut andil dalam menciptakan kehamilan tersebut.
b. Ketidak-adilan dalam aspek hukum: dalam tindakan aborsi ilegal, yang
diancam oleh sanksi dan hukuman adalah perempuan yang melakukan
aborsi, sedangkan laki-laki yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh
oleh hukum.
4. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Beberapa contoh isu gender dalam lingkup ini antara lain sebagai berikut :
a. Perempuan selalu dijadikan obyek intervensi program pemberantasan
PMS, walaupun kaum laki-laki, sebagal konsumen, justru memberi
kontribusi yang cukup besar dalam permasalahan tersebut.
b. Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi obyek
dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek
prostitusi, sementara kaum lakilaki yang mungkin menjadi sumber
penularan tidak pernah diintervensi maupun dikoreksi.
Dengan mengupayakan secara sungguh-sungguh dan terus menerus agar
semua pelayananan kesehatan menjadi “Peka Gender” . Pelayanan Kesehatan
Peka Gender adalah jika petugas kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan bersikap “Peka Gender‟ Misalnya:
1. Memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan
kilen, tanpa perbedaan perlakuan, balk bagi laki-laki maupun perempuan
tanpa tergantung pada kedudukan sosio ekonomi (petugas sadar dan peka
tentang kesetaraan Gender).
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang memperhatikan kebutuhan yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan akibat kodrat masing-masing
(petugas sadar dan peka tentang keadilan Gender).
3. Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu
penyakit dan sikap masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki yang
sakit (petugas sadar dan peka tentang peran, bias, dan stereotipi Gender).
4. Memahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan
(petugas sadar dan peka tentang Gender danjenis kelamin).

158
5. Menyesuaikafl pelayanan agar hambatan yang dihadapi oleh laki-laki dan
perempuafl akibat hal tersebut di atas dapat diatasi (petugas sadar tentang
isu Gender dalam tiap kondisi sasaran).

II. Materi Penunjang KIE Kesehatan Reproduksi


Yang termasuk dalam Materi Penunjang KIE Kesehatan Reproduksi adalah :
1. Kekerasan terhadap Perempuan (KtP)
2. Peran laki-lakj dalam Kesehatan Reproduksi
3. Keguguran (Aborsi)
4. Prolapsus Uteri
5. Fistula Vesiko-vaginal dan Rekto-vaginal
6. Infertilitas
7. Kanker Sistem Reproduksi

1. Kekerasan
Kekerasan terhadap Perempuan/Ktp ditunjukkan antara lain oleh
penganiayaan fisik atau seksual, termasuk penganiayaan berulang, yang dialami
oleh perempuan dan senngkali dilakukan oleh Lelaki pasangannya. Paling sedikit
satu di antara 5 penduduk perempuan dalam kehidupannya pemah mengalami
kekerasan yang dilakukan oleh Lelaki. Di dunia, KtP merupakan penyebab
kematian ke-10 bagi perempuan usia subur pada tahun 1998. Diperkirakan 2-3
juta perempuan per-tahun diperdagangkan di berbagal penjuru dunia, dan
jumlahnya semakin bertambah. Hal ini selain merupakan masalah kesehatan
masyarakat, juga merupakan pelanggaraan hak asasi manusia yang memberikan
dampak sangat merugikan terhadap kesehatan perempuan termasuk kesehatan
reproduksinya.
Definisi Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) adalah: “Segala bentuk
tindak kekerasan berbasis Gender yang berakibat, atau mungkin berakibat,
menyakit, secara tisik, seksual, mental atau penderitaan tertiadap perempuan;
termasuk ancaman dan tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-
mena kebebasan, baik yang terfadi dilingkungan masyarakat maupun dalam

159
kehidupan pribadi”. (Dekiarasi tentang Eliminasi Kekerasan terhadap Perempuan,
1993).
KtP sering disebut sebagai kekerasan berbasis Gender karena KtP sering
berawal dan subordinasi (rendahnya kedudukan) perempuan dimasyarakat.
Kedudukan perempuan yang lebih rendah dan tergantung baik secara ekonomi
dan sosial, pada laki-laki, menempatkan perempuan dalam posisi rentan terhadap
kekerasan. Bentuk KtP meIiputi tetapi tidak hanya terbatas pada:
a. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga,
termasuk pemukulan, kekerasan seksual terhadap anak perempuan,
pemaksaan isteri untuk melakukan hubungan seksual, penyunatan alat
kelamin perempuan dan praktek tradisional yang merugikan perempuan,
kekerasan bukan dan pasangan dan kekerasan yang berkaitan dengan
eksploitasi;
b. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di masyarakat,
termasuk perkosaan, penyalahgunaan dan pelecehan seksual serta
intimidasi di tempat kerja, institusi pendidikan atau di manapun;
c. Penjualan perempuan dan prostitusi paksa;
d. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau dibiarkan oleh
negara dimana pun hal itu terjadi.
Akibat KtP mencakup aspek fisik dan non fisik (bagi perorangan) dan akibat
terhadap masyarakat
1. Akibat fisik (terhadap perorangan):
a. Luka berat dan kematian akibat perdarahan
b. lnfeksi, seperti ISR/PMS/HIV/AIDS
c. Penyakit radang panggul yang kronis, yang dapat berakibat
infertilitas
d. Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman.
2. Akibat non fisik (terhadap perorangan)
a. Gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan, cemas, rasa rendah
diri, kelelahan khronis, sulit tidur, mimpi buruk,
b. gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat, mengisolasi/
menarik diri

160
c. Trauma terhadap hubungan seksual, disfungsi seksual
d. Perkawinan yang tidak harmonis
e. Bunuh diri
f. Pengaruh psikologis terhadap anak karena menyaksikan kekerasan,
misalnya timbulnya kecenderungan untuk melakukan kekerasan
terhadap pasangannya di kemudian hari.
3. Akibat terhadap masyarakat :
a. Bertambahnya biaya pemeliharaan kesehatan.
b. Produktivitas yang menurun
c. KtP di lingkungan sekolah dapat mengakibatkan putus pendidikan
karena perempuan terpaksa keluar sekolah.
Peran Petugas Kesehatan dalam mencegah KtP antara lain:
1. Melakukan penyuluhan untuk pencegahan dan penanganan KtR
2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk menangani kasus KtP.
3. Mengembangkanjaningan keija mulai kemitraan dan berpartisipasi dengan
instansi terkait, LSM, organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan
lainnya, untuk menanggulangi masalah KtP.
4. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan bagi korban KtP
Bagaimana Mencegah dan Menangani KtP ?
1. Masyarakat menyadari dan mengakui KtP sebagal masalah yang perlu
diatasi.
2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di tempat kerja.
3. Membekali perempuan dengan cara-cara penjagaan keselamatan diri
4. Melaporkan segera tindak kekerasan pada pihak yang berwenang.
5. Melakukan aksi menentang kejahatan seperti kecanduan alkohol,
perkosaan dan lain-lain, a.l. melalui organisasi masyarakat.

2. Peran Laki-Laki Dalam Kesehatan Reproduksi


Karena peran dan tanggung-jawab laki-laki dalam kesehatan reproduksi
sangat berpengaruh terhadap kesehatan perempuan. Banyak keputusan penting
masih ditentukan secara sepihak oleh suami, misalnya siapa yang akan menolong
persalinan, metode kontrasepsi apa yang akan dipakai oleh isteri, dll.

161
Dari aspek perilaku, laki-laki dapat memberikan kontnbusi positif,
misainya dalam hal ikut ber-KB dan menghindari perilaku seksual yang berisiko.
Selama ini laki-laki masih kurang berperan dan kurang bertanggung jawab dalam
kesehatan reproduksi. Selama ini partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi
masih kurang, antara lain kesertaan ber-KB hanya sekitar 1% (kondom dan
vasektomi), mencoba-coba melakukan hubungan seksual sebelum menikah
dan/atau sering berganti-ganti pasangan seksual.
Kurangnya peran dan tanggung jawab laki-laki ini, di satu pihak,
berhubungan erat dengan isu ketidaksetaraan Gender dan adanya budaya patriarki
dalam masyarakat, yang menempatkan laki-laki pada posisi yang lebih tinggi dada
perempuan. Di lain pihak, seringkali lakilaki juga tidak mendapat pelayanan dan
informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi. Akibatnya banyak laki-
laki yang bersikap dan berpenlaku kurang bertanggungjawab dalam kesehatan
reproduksi, sehingga membahayakan perempuan pasangannya.
Pendekatan yang barn adalah membekali laki-laki dengan infonmasi yang
benar dan mengikutsertakan mereka secara aktif dalam setiap upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Ada delapan kegiatan penting yang perlu dilakukan laki-laki secara aktif
dalam Kesehatan Reproduksi
1. Perencanaan keluarga. laki-laki bersama-sama dengan pasangan/isteri
merencanakan keluarga (menentukan jumlah anak, kapan isteri hamil,
metoda KB yang akan dipakai, di mana isteri akan melahirkan, dsb.)
2. Aktif dalam ber-KB. Laki-laki ikut menggunakan kontrasepsi (kondom
dan vasektomi). Bila disepakati bahwa hanya isteri yang menggunakan
kontrasepsi, maka harus dipelajari bersama metoda mana yang akan dipilih
dan selanjutnya laki-laki terus berperan aktif, antara lain dengan:
a. mengingatkan pasangan, misalnya dalam meminum pu KB, kapan
waktu untuk suntik KB, atau menghitung waktu subur bila meniilih
metoda abstinensia.
b. membawa pasangannya ke fasilitas kesehatan bila terjadi efek
samping

162
c. merencanakan ulang metoda pengganti, bila cara yang mereka pilih
tidak memuaskan.
3. Memperhatikan kesehatan ibu hamil. Sewaktu isteri sedang hamil, laki-
laki perlu menjamin agar isterinya:
a. mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik dan teratur,
b. memperoleh makanan bergizi dan cukup istirahat,
c. merasa tenang dan bahagia,
d. memperoleh persediaan buaya persalinan dan rujukan ke rumah
sakit bila terjadi komplikasi,
e. diajak bicara tentang siapa yang akan menolong persalinan, dan
mendorong pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter,
f. mempelajari gejala komplikasi kehamilan bersama-sama dan sejak
awal menyusun rencana transportasi ke rumah sakit bila terjadi
komplikasi, dan mengantar serta mendampingi istri sesuai dengan
kebutuhan.
4. Memastikan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan laki-laki perlu
menjamin bahwa:
a. penolong persalinan adalah bidan atau dokter,
b. menyediakan dana, perlengkapan dan transport yang dibutuhkan
c. mendampingi selama proses persalinan berlangsung dan
mendukung upaya rujukan bila diperlukan.
5. Membantu setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir, laki-laki perlu berperan:
a. mendorong isterinya untuk segera menyusui bayinya,
b. menjamin tersedianya makanan bergizi,
c. membantu pekerjaan rumah tangga yang cukup berat (menimba
air, mencuci pakaian),
d. membantu memelihara bayi (memandikan bayi, mengganti popok,
membawa bayi untuk imunisasi)
e. medorong isten segera memilih metoda kontrasepsi
6. Menjadi seorang ayah yang balk. Laki-laki dapat menjadi seorang ayah
yang baik dengan cara:

163
a. mengasuh dan mendidik anak secara aktif (membantu anak belajar,
ikut bermain bersama anak),
b. menjadi model panutan bagi anak yang telah menginjak usia
remaja.
7. Membantu pencegahan PMS, termasuk HIV/AIDS. Laki-laki perlu
berperan aktif dengan melakukan:
a. hubungan seksual yang aman dan bertanggung-jawab (memakai
kondom, hanya dengan satu pasangan seksual),
b. mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang mungkin dapat
berakibat fatal bagi pasangannya bila melakukan aborsi,
c. mengubah norma perilaku hubungan seksual yang tidak
bertanggung-jawab di beberapa wilayah!suku tertentu.
8. Mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. Dalam keluarga dan
masyarakat, laki-laki sering menjadi penyebab terjadinya kekerasan
terhadap perempuan yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan
reproduksi mereka. Tindakan yang dapat dilakukan laki-laki untuk
mencegah hal ini antara lain:
a. mengakhin kekerasan terhadap perempuan/isteri,
b. memanfaatkan pengaruhnya yang besar untuk mengubah
norma/perilaku masyarakat dalam menghapus kekerasan terhadap
perempuan.

3. Keguguran (Aborsi)
Keguguran atau aborsi adalah keluamya hasil pembuahan (janin) sebelum
kehamilan berumur 20 minggu. Keguguran dapat terjadi secara spontan atau
buatan/disengaja. Aborsi spontan biasanya terjadi sebelum kehamilan berusia 12
minggu (3 bulan) sedangkan aborsi buatan yang dilakukan setelah kehamilan 12
minggu dapat mengancam jiwa ibu.
Kebanyakan pengguguran kandungan dilakukan dengan sembunyi-
sembunyi dan dengan cara yang berbahaya, karena saat ini secara hukum aborsi
buatan belum diizinkan kecuali atas alasan medis untuk penyelamatan jiwa ibu.
Sekitar 70% kasus yang meminta pengguguran kandungan buatan ternyata adalah

164
wanita dalam status menikah dan diperkirakan sekitar 10-15% kematian ibu
adalah akibat aborsi yang tidak aman. Akibat Iangsung yang berbahaya dalam
aborsi adalah:
a. Syok
b. Perdarahan
c. Robekan rahim
d. lnfeksi berat (sepsis).
Akibat jangka panjang yang mungkin timbul karena aborsi adalah :
a. lnfeksi saluran reproduksi
b. Kehamilan di luar kandungan
c. Kemandulan.
Di Indonesia memang belum ada data epidemiologis yang akurat dan
komprehensif tentang derajat masalah aborsi ml, akan tetapi berdasarkan data-data
yang ada dan berbagai penelitian terserak, dapat disimpulkan bahwa aborsi buatan
masih merupakan masalah yang serius karena jumlah yang tercatat dan diketahui
jauh Iebih kecil dan yang terjadi (fenomena “Gunung Es”).
Mengingat bahwa aborsi buatan yang tidak aman dapat menyebabkan
berbagai akibat termasuk kematian, maka kejadian aborsi yang tidak aman maka
perlu diwaspadai terutama pada kasus kasus kehamilan remaja maupun kegagalan
upaya kontrasepsi yang mangkin banyak ditemukan di wilayah kerja petugas. Saat
ini di Indonesia banyak pihak yang mengupayakan agar ada pelayanan aborsi
yang aman dan terbatas, tetapi masih belum berhasil. Ini terkait dengan
UndangUndang Kesehatan No. 23 tahun 1992, yang pada ayat 15 menyatakan
bahwa tindakan keguguran hanya boleh dilakukan dengan indikasi medis, yaitu
pada kehamilan yang mengancam jiwa ibu. Bila aborsi dilakukan tanpa indikasi
medis, maka ada sanksi yang cukup berat. Selain itu, KUHP juga masih
menganggap tindakan aborsi buatan tanpa indikasi medis sebagai tindakan
kriminal, yang diancam dengan hukuman kurungan bagi pelakunya. Dalam
keputus-asaan karena kehamilan yang tidak diinginkan, ibu seringkali berusaha
men geluarkan janin yang dikandungnya segera setelah terlambat haid dengan
berbagai cara, misalnya:
a. Memakan obat-obatan, termasuk obat tradisional.

165
b. Memasukkan benda ke alat kelamin.
c. Memijat perut dengan keras.
d. Mencan pertolongan dukun bayi atau tenaga kesehatan yang tak
berwenang.
Hal-hal tersebut di atas sangat membahayakan jiwa ibu dan perlu dihindari.
Sejumlah negara telah membenikan pelayanan aborsi yang aman secara terbatas,
misalnya untuk mengatasi:
1. Kehamilan yang mengancam kesehatan fisik dan mental ibu.
2. Ibu yang mengalami kegagalan KB.
3. Risiko cacat pada janin.
4. Korban perkosaan.
Di Indonesia telah dikembangkan pelayanan pasca-aborsi (Asuhan Pasca-
Keguguran/APK). Pelayanan ini diberikan kepada ibu yang telah mengalami
keguguran, balk yang spontan maupur yang buatan. Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi infeksi dan/atau perdarahan yang dapat
mengakibatkar kematian ibu, serta mencegah terjadinya keguguran yang berulang
di kemudian han dengan memberikan pelayanan KB pasca keguguran.
Aborsi buatan biasanya timbul sebagai akibat kehamilan yang bermasalah.
Karena itu agar perempuan tidak mengalami kehamilan yang bermasalah, maka
harus diupayakan agar:
1. Sebaiknya semua kehamilan diinginkan.
2. Pasangan merencanakan kehamilan secara baik dnegan mengikuti program
KB. Untuk itu dapat dipmlih metoda yang tepa dan disepakati bersama,
yang dapat dilkuti balk oleh pria maupul wanita.
3. Menghindari pengguguran dengan cara yang dapa membahayakan jiwa
atau menimbulkan kecacatan.
4. Khusus untuk kelompok usia remaja, dibenkan pendidikai dan bimbingan
agar mereka mengetahui tentang masalah masalah seksualitas agar tidak
terjebak dalam kehamilan yang bermasalah.

166
4. Prolapsus Uteri
Prolapsus Uteri adalah penurunan sebagian atau seiuruh bagian kandungan
ke vagina. Keadaan ini dapat menjadi masalah yang senus bagi wanita. Keadaan
prolapsus uteri sering dialami oleh wanita yang kurang gizi dan mempunyai
kelemahan pada otot panggui penyangga uterus. Keadaan ini dapat pula timbul
sebagai akibat dan sering melahirkan dan pertolongan persaIinan yang tidak
mengikuti tata cara yang Iayak. Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus
uteri
a. Kawin terlalu muda dan kehamilan dini.
b. Banyak melahirkan (Iebih dari 4).
c. Malnutrisi atau kekurangan gizi.
d. Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna.
e. Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan
setelah melahirkan.
Di Indonesia memang belum ada data epidemiologis yang akurat tentang
derajat masalah mi, akan tetapi dengan melihat kenyataan akan tingginya jumlah
faktor penyebab prolapsus uteri seperti tersebut di atas, maka dapat diperkirakan
bahwa kasus prolapsus uteri ml juga akan cukup tinggi jumlahnya. Karena itu,
petugas kesehatan perlu mewaspadal kemungkinan adanya prolapsus uteri jika di
wilayah kerjanya banyak ditemukan faktor penyebab tersebut. Gejala pada
penderita sebagai berikut.
a. Rasa tidak nyaman atau terasa berat pada daerah panggul, yang disebabkan
oleh turunnya sebagian/seluruh kandungan ke dalam vagina.
b. Sering buang air kecil.
c. Kadang-kadang keluhan nasa tidak nyaman di daerah panggul hanya pada
saat batuk, bersin atau buang air besar.
Untuk mencegah terjadinya prolapsus uteri perhatian utam perlu diberikan
pada pemberian pertolongan saat kehamilan dan persailnan, antara lain:
a. Tidak mengejan untuk mengeluarkan bayi sebelum leher rahin, terbuka
sempurna/pembukaan Iengkap.
b. Penolong persalinan tidak boleh mempercepat kelahiran bayi dengan
mendorong-dorong rahim pada proses persalinan.

167
c. Mengusahakan istirahat yang cukup, terutama menjelang persalinan dan
setelah melahirkan.
Selain perhatian pada saat hamil dan persalinan, tindaka, pencegahan lain
yang dapat dilakukan adalah:
a. Memberi makanan bergizi seimbang, khususnya pada anak perempuan,
agar memiliki otot panggul yang kuat sehingga kelak dapa menghadapi
tekanan pada otot rongga panggul saat melahirkan
b. Sedapat mungkin tidak membawa barang berat di atas kepala terutama
pada masa kehamilan dan setelah melahirkan.
c. Melakukan latihan kontraksi dan relaksasi ringan pada otot daerah panggul
saat buang air kecil dan buang air besar.
Jika petugas kesehatan menemukan kasus prolapsus uteri maka segera dilakukan
rujukan ke fasilitas pelayanan yang mampu menangani kasus tersebut, agan
kesehatan reproduksi klien tersebu dapat ditingkatkan.

5. Fistula Vesico –Vaginal Dan Recto –Vaginal


Fistula Vesico-vaginal dan Recto-vaginal adalah keadaa, dimana terdapat
lubang di antara vagina dengan vesica-urinari (kandung kemih) atau rectum
(saluran pembuangan tinja) Sebagian besar pendenita fistula ini adalah
penempuan berusia mudE di daerah pedesaan, yang miskin dan kurang mendapat
pendidikan Fistula Vesico-vaginal dan Recto-vaginal adalah masalah yan besar
bagi keseha tan reproduksi di negara-negara sedang berkembang,meskipun di
negara maju keadaan ini secara praktis telah berhasil diberantas.
Penyebab Iangsung yang utama bagi terjadinya fistula adalah persalinan
macet dan atau persalinan lama yang tidak tertangani dengan baik. Fistula dapat
pula terjadi sebagai akibat dan pertolongan persalinan atau tindakan operatif
obstetri lain yang tidak sempurna, misalnya jika pada pertolongan persalinan
tidakllupa dilakukan pemasangan kateter. Penyebab lain adalah kerusakan pada
vagina karena penlukaan pada saat hubungan sex pada perempuan yang masih
sangat muda. Biasanya fistula terjadi sebagai akibat dan be be rapa hal yang saling
memperberat keadaan ibu saat persailnan, misalnya:
a. Bayi yang besar, panggul dan atau mulut vagina yang sempit

168
b. Pemberian pitocin yang berlebihan saat persalinan
c. Robekan jalan lahir atau episiotomi yang terlalu lebar
d. Tindakan dengan Forseps atau cara-cara yang memaksa dalam
pengeluaran bayi
e. Jahitan terhadap bekas episiotomi dan atau perawatannya yang tidak
memadal (terjadi infeksi atau perawatan infeksi tidak sempurna)
Penyebab tidak Iangsung dan terjadinya fistula adaiah semua faktorfaktor
yang mempengaruhi terjadinya persalinan macet dan mutu pelayanan obstetri dan
ginekologi, termasuk rendahnya akses terhadap pelayanan sebagai akibat dan
kondisi sosial ekonomi yang rendah, tidak tersedianya fasilitas untuk Operasi
Caesar, gizi kurang para perempuan, ketidak-setaraan dan ketidak-adilan gender
dalam pelayanan kesehatan reproduksi, dan perkawinan pada usia masih sangat
muda. Secara praktis, semua hal yang memungkinkan persalinan macet seperti
tingginya angka persailnan yang tidak ditolong tenaga profesional, atau persalinan
pada kehamilan rernaja, dapat memperbesar kemungkinan terjadi fistula.
Sampal saat ini belum ada studi epidemiologis yang akurat dan
komprehensif tentang jumlah kasus fistula di dunia. Akan tetapi beberapa studi
terbatas tentang hal ml menunjukkan bahwa umumnya fistula terjadi pada
perempuan dengan kondisi gizi dan pendidikan serta ekonomi yang rendah, yang
kawin pada usia sangat muda, tinggal di daerah pedesaan atau di tempat tempat
yang tidak memiliki pelayanan kesehatan reproduks yang memadai. Di Indonesia
data tentang fistula yang akurat dar lengkap juga belum ada, hanya sebagai
perbandingan dapat digunakan pengalaman di Nigeria, dimana diperkirakan
sekitar 21 % dan kehamilan remajanya menyebabkan fistula vesico-vaginal.
Keluarnya gas, cairan kencing atau bahkan tinja melalui vagina, karena
adanya lobang di antara vagina dan vesica unnana dan atau rectum. Fistula hanya
dapat diatasi dengan tindakan operatif. Karena itu tindakan terpenting adalah
mencegah terjadinya fistula, Tindakan untuk mengatasi fistula biasanya
membutuhkan keahliar bedah yang cukup tinggi, yang senngkali tidak tersedia di
semua tempat. Akibatnya banyak kasus yang sudah terdeteksipun akhimy tidak
terobati karena tenaga yang mampu melakukan tindakan tidak tersedia. Akhirnya
banyak sekali kasus fistula yang tidak terobat mengakibatkan perempuan

169
menderita sepanjang hidup. Bahkan jik fistula berhasil dioperasi, maka perlu
waktu sekitar 3 tahun untuk pulih normal dan dalam peniode itu maka hubungan
seks akar menyebabkan rasa sakit. Jika fistula sangat kecil dan atau baru teijadi,
dapat dilakukan pemasangan kateter selama 4-6 minggu sesudal persalinan. Cara
ini sudah terbukti dapat bermanfaat bagi sebagiar besar penderita (40%-95%). Jika
ada fistula dan belum teratas dengan balk, maka persalinan berikutnya sebaiknya
ditolong dengar operasi caesar.
Gejala fistula ini dengan mudah dapat diketahui melalu wawancara dengan
klien pada saat kunjungan di klinik atau Puskesmas. Karena fistula biasanya
membuat perempuan meras malu dan rendah din, maka penting sekali untuk
diperhatikar wawancara mengenai fistula hendaknya dilakukan dengan halus dar
hati-hati agar klien tidak menutup din dan membenkan informasi yanc tidak
benar. Selain wawancara, dapat dilakukan pemeriksaa untuk memastikan ada-
tidaknya fistula dan derajat masaIahny dan diikuti dengan rujukan ke spesialis
bedah.

6. Infertilitas
Infertilitas atau ketidak-suburan adalah kesulitan untuk memperoleh
keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan melakukan
sanggama secara teratur. Secara praktis, ini berarti keadaan dimana pasangan yang
dalam 1-2 tahun setelah menikah belum mempunyai anak dan tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Diperkirakan antara 10-20% pasangan suami-isteri (pasutri)
mengalami infertilitas. Masalah mi dapat berkembang menjadi masalah sosial,
bila pihak isteri selalu dianggap sebagai penyebab. Akibatnya wanita menjadi
terpojokkan dan mengalami kekerasan, kesehatannya diabaikan serta diberi label
sebagai wanita-mandul selama hidupnya, sementara ketidaksuburan dapat berasal
dan pihak suami. Infertilitas dapat dikelompokkan dalam duajenis, yaitu :
1. lnfertilitas primer: bila pasutn sama sekali belum pernah mengalami
konsepsi.
2. Infertilitas sekunder: bila pasutri pemah mengalami konsepsi, namun
kemudian tak mampu lagi.

170
Di negara maju, infertilitas disebabkan oleh pihak pria (40% dad pasangan
infertil,), atau wanita (40%), dan sisanya akibat kelainan pada suami-isteri atau
tidak diketahul penyebabnya. Di negara sedang berkembang, banyak pria dan
wanita penderita penyakit kelamin yang tidak mendapatkan pengobatan memadai.
Hal ml mengakibatkan radang panggul pada wanita dan epididimitis pada pria
yang akan mengurangi kesuburan. Penyebab infertil lainnya pada perempuan aL
penyumbatan kedua tuba, gangguan ovulasi, masalah serviks dan masalah
endokrin. Pada pria penyebab lainnya a.l. vanikosel, kegagalan testikular dan
oligospermia (produksi sperma rendah/ kualitas buruk).
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan tindakan medik dan pemahaman
tentang proses konsepsi secara benar oleh pasutri. Beberapa faktor yang
mempengaruhi infertilitas, pada pria maupun wanita:
a. usia,
b. frekuensi sanggama,
c. masa sanggama,
d. merokok dan minuman beralkohol, infeksi saluran reproduksi,
e. beberapa macam obat-obatan (anti hipertensi dan penenang) dan radiasi.
Dengan mengenal faktor-faktor tersebut maka upaya pertolongan pasutn infertil
dapat Iebih diarahkan dan mudah dmpahami.
Jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia saat ini dimana mulai terlihat
kecenderungan meningkatnya usia perkawinan, masih tingginya kebiasaan
merokok dan meningkatnya kebiasaan minum minuman keras dan penggunaan
NAPZA, serta tingginya perkiraan angka kesakitan untuk Infeksi Saluran
Reproduksi / lSR, maka petugas kesehatan perlu mewaspadai adanya masalah
infertilitas di wilayah keduanya. Kewaspadaan ini perlu karena seringkali masalah
ini tidak muncul secara jelas di permukaan, artmnya jarang klien datang hanya
karena keluhan infertilitas sehingga petugas peilu jeli melihat kemungkinan kasus
ini setiap saat menghadapi klien terutama yang datang dengan keluhan ISR.
Infertilitas merupakan masalah yang kompleks, sehingga penanganan
infertilitas di pelayanan kesehatan dasar masih sangat terbatas. Yang penting
adalah memberi infonnasi yang memadai kepada kilen tentang berba gal penyebab
infertilitas dan memberi pelayanan rujukan ke RS. Biaya yang dibutuhkan penlu

171
diperhitungkan oleh klmen, selain akibat pemeriksaan dan pengobatan yang
ditimbulkan, seperti masalah psikologis dan sosial. Informasi dan penyuluhan
mengenai pemeniksaan dan pengobatan infertilitas perlu dilakukan dengan saban
dan seksama, yang memerlukan waktu lama dan pemahaman tinggi. Hal ini perlu
dijelaskan untuk menghindari salah pengertian antara suami-isten. Fisiologi haid
dan anatomi alat reproduksm pna dan wanita harus dipahami betul oleh petugas,
di samping pemahaman akan adanya beban psikologik, beban sosial dan beban
keuangan yang harus dipikul oleh pasutri tersebut. Yang penting dalam
penanganan infertilitas adalah “pasutri harus dikelola seba gal satu kesatuan
biologik, perencanaan pemeriksaan yang balk dan seksama dan kemungkinan
rujukan ke RS yang memadal.
Mengadopsi anak bagi pasutri infertil bisa merupakan pilihan yang perlu
dipertimbangkan. Memberikan cinta dan perhatian kepada anak angkat sama
mulianya dengan memberikannya kepada anak sendiri. Pasutri tetap dapat merasa
menjadi orang tua dengan mengadopsi anak. Bagaimana menangani Infertilitas ?
1) Wawancara
2) Pemeriksaan fisik suami, dan
3) Pemeriksaan fisik dan ginekologi isteri
Bila pada pemeriksaan tersebut di atas tidak ditemukan kelainan pada pasutri,
maka dapat diupayakan pemberian nasehat tentang saat bersanggama. Untuk itu
diperlukan pengetahuan tentang kapan masa subur isteri.

7. Kanker Sistem Reproduksi


Kanker sistem reproduksi yaltu : kanker leher rahim, kanker payudara,
kanker indung telur, kanker rahim, kanker alat kelamin perempuan. Kanker leher
rahim merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di negara
berkembang dan menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara.
Di Indonesia, angka kejadian kanker leher rahim diperkirakan sekitar 50 di
antara 100.000 penduduk. Mereka adalah perempuan yang:
a. melakukan hubungan seksual pertamanya di bawah umur 18 tahun.
b. mempunyao banyak pasangan seksual
c. pasangan seksualnya mempunyai banyak pasangan seksual

172
d. pantasnya tinggi (banyak melahirkan) dan sosio ekonomi rendah
e. mempunyai riwayat menderita lnfeksi Saluran Reproduki/ Penyakit
Seksual Menular terutama virus Human Papiioma (HPV), yang juga
dikenal sebagai virus kutil genital.
Hal yang perlu dicurigai adanya kanker leher rahim, adalah:
a. Adanya cairan vagina abnormal (duh vagina).
b. Perdarahan di antara waktu haid atau haid dengan perdarahan hebat.
c. Perdarahan pada saat selesai melakukan hubungan seksual.
d. Paritas tinggi dan di atas usia 30 tahun.
Cara termudah adalah meialui pemeriksaan Pap Smear, yaitu pemeriksaan
yang dilakukan dengan mengambil usapan sel dan lendir leher rahim untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada sel secara mikroskopis. Untuk
mengetahui secara din! kanker leher rahim, dianjurkan kepada para wanita untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smearsecara teratur, paling tidak sekali setiap tahun,
pada umur berapapun dalam usia subur, telah berhubungan seks lebih dan I tahun,
adaltidak ada cairan vagina yang mencurigakan. Karena Pap Smear masih
dianggap mahal bagi sebagian perempuan Indonesia, maka telah dirintis cara ban,,
yaltu lnspeksi Visual dengan asam Asetat (IVA) yang dapat dilakukan oleh
dokter, bidan, atau paramedis terlatih. Pemeriksaan dilakukan dengan mata
telanjang terhadap serviks yang telah diberi asam asetat/ asam cuka 3-5%.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efektifltas pemeriksaan IVA atas 90%,
bila dibandingkan dengan Pap Smear.
Payudara sebagai alat reproduksi berisiko terkena kanker. Kanker
Payudara Iebih senng terjadi dibandingkan dengan kanker leher rahim karena
kanker ini dapat terjadi pada semua perempuan. Mereka adalah perempuan yang :
a. Anggota keluarga tingkat pertama (ibu atau kakak/adik) pernah menderita
kanker payudara).
b. Diri sendiri pernah menderita kanker payudara.
c. Nullipara (wanita yang tidak mempunyai anak).
d. Usia melebihi 30 tahun pada kehamilan pertama.
e. Mulai haid pada usia dini atau menopause terlambat.
f. Gangguan haid.

173
g. Konsumsi lemak yang berlebihan.
h. Merokok tembakau.
Tanda-tanda perubahan pada payudara yang perlu diwaspadai, adalah:
a. Perubahan besar dan ke-simetrisan payudara kanan dan kiri.
b. Warna kulit payudara: berwarna Iebih kemerahan, lebih mengkilat.
c. Ada luka pada payudara.
d. Perubahan bentuk puting dan keluarnya cairan dari puting.
e. Pada perabaan, ada bagian payudara yang terasa Iebih hangat
dibandingkan daerah sekitarnya.
Cara yang mudah ini dikenal dengan istilah yang merupakan singkatan
SADARI (perikSA payuDAra sendiRl), yang terdiri atas tujuh Iangkah berikut :
1. Memperhatikan payudara melalui kaca, sementara kedua lengan lurus ke
bawah.
2. Memperhatikan payudara di depan kaca sementara kedua lengan diangkat
lurus ke atas. Perhatikan apakah ada tarikan pada permukaan kulit
3. Memijat daerah sekitar puting dengan perlahan untuk melihat apakah ada
cairan abnormal yang keluar
4. Berbaring dengan lengan kanan di bawah kepala sementara punggung
kanan diganjal dengan bantal kecil, kemudian seluruh permukaan
payudara kanan diraba dengan tiga pucuk jari tengah tangan kiri yang
dirapatkan.
5. Ketiga jan tersebut kemudian digerakkan memutar dengan tekanan lembut
tapi mantap, dimulai dan pinggir kemudian ke tengah (puting), dan
kembali lagi dan pinggir dengan mengikuti putaran jarum jam.
6. Melakukan hal yang sama untuk payudara kin.
7. Memperhatikan secara khusuS seperempat bagian payudara sebelah luar
atas, balk kanan maupun kin. Bagian tersebut paling sening mengandung
tumor.
Pemeriksaan SADARI ini dianjurkan dilakukan secara teratur, sekali sebulan,
sesudah haid.

174
BAB VI
KELUARGA BERENCANA (KB)

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami konsep Keluarga Berencana

II. KOMPETENSI DASAR


Mampu mengenal dan mengidentifikasi tentang Konsep kependudukan, Sejarah
Keluarga Berencana, Konsep Keluarga Berencana

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali
tentang :
1. Konsep kependudukan
2. Sejarah keluarga berencana
3. Konsep keluarga berencana

IV. MATERI AJAR


1. Konsep kependudukan di dunia dan di Indonesia
2. Sejarah keluarga berencana di dunia dan di Indonesia
3. Konsep keluarga berencana di dunia dan di Indonesia
4. Alat kontrasepsi laki-laki dan perempuan
5. Data penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana di Indonesia

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa) serta
secara umum menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai konsep kependudukan, sejarah
keluarga berencana, dan konsep keluarga berencana
2. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
5. Dosen memberi komentar dan klarifikasi
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

VII.ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:

175
1. Pedoman Praktis Safe Motherhood: Perawatan Ibu dan Bayi. WHO
2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin. Ema Rachmawati
3. Referensi lain yang terkait

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan, penguasaan
materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan dan beri penjelasan tentang konsep kependudukan di
Indonesia
b. Jelaskan dan beri penjelasan tentang berbagai alat kontrasepsi.
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

176
KELUARGA BERENCANA (KB)

A Keluarga Berencana di Dunia


Keluarga dikenal sebagai persekutuan terkecil, pertama dan utama dalam
masyarakat. keluarga adalah inti dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan
suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga yang ada pada
bangsa tersebut.
Manusia diperkirakan sudah ada sejak dua juta tahun yang lalu. Pada tahun
10.000 SM penduduk dunia diperkirakan hanya sekitar 5 juta jiwa, namun
demikian pada tahun pertama setelah masehi, jumlah penduduk dunia telah
mencapai 250 juta jiwa. Awal masa revolusi industri di sekitar tahun 1750
populasi dunia telah meningkat dua kali lipat menjadi 728 juta jiwa. Selama sekita
200 tahun (1750-1950) telah terjadi penambahan penduduka dunia sebanyak 1,7
milyar jiwa, dan dalam 25 tahun kemudian (1950-1975) telah terjadi penambahan
sebesar 1,5 milyar jiwa, sehingga di tahun 1975 penduduk dunia telah mendekati
angka 5 milyar.
Munculnya Keluarga Berencana di dunia tidak terlepas dari adanya
kekuatiran akan terjadinya ledakan penduduk. Di negara-negara Barat mulai
mengadakan usaha-usaha untuk mencegah kelangsungan hidup seorang bayi/anak
yang tidak diinginkan, atau pencegahan kelahiran/kehamilan karena alasan-alasan
ekonomi, sosial dan lain-lain.
Pada jama dahulu sebelum ada teknologi modern maka setidaknya ada tiga
cara yang digunakan untuk menolak anak yang tidak diinginkan, yaitu:
 Membunuh anak yang sudah lahir. Cara ini adalah yang paling kuno dan
paling biadab. Orang tua membunuh anaknya sendiri. Negara-negara yang
diketahui pernah menerapkan cara ini pada jaman dahulu antara lain
Yunani, Arab Jahiliyah, Tiongkok Kuno dan Mesir kuno.
 Pengguguran kandungan (abortus provocatus), merupaka cara yang lebih
lunak. Namun cara ini menyebabkan kematian bagi ibu yang melakukan
pengguguran. Cara ini dilakukan dengan cara meminum ramuan atau
dengan memijat bagian perut oleh dukun. Perkembangan zaman dan
ditentang oelh agama maka cara ini telah dilarang.

177
 Mencegah atau mengatur kehamilan. Pencegahan dan pengaturan
kehamilan dilakukan dengan menggunakan alat. Terdapat dua cara yang
dilakukan orang untuk mencegah dan mengatur terjadinya kehamilan,
yaitu dengan alat kontrasepsi dan tanpa alat (misal: pantang berkala. Cara
ke tiga inilah yang hingga saat ini masih digunakan untuk mengatur dan
mencegah kehamilan.
Awal abad XIX di Inggris yaitu Marie Stopes (1880-1950) yang
menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan buruh. Di amerika serikat
dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program “birth control”
nya merupakan pelopor KB modern.
Pada tahun 1917 didirikan National Birth Control League dan pada
November 1921 diadakan American National Birth Control Conference yang
pertama. Pada tahun 1925 ia mengorganisir Konperensi Internasional di New
York yang menghasilkan pembentukan International Federation of Birth Control
League.
Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di dalam pembentukan
International Committee on Planned Parenthood yang dalam konferensi di New
Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Lady Rama Ran
dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-
perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang
merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.
B Keluarga Berencana di Indonesia
Sejarah KB di Dalam Negeri ini dibagi menjadi 9 periode yaitu :
1. Periode Perintisan (1950 – 1966)
Sejalan dengan perkembangan KB di luar negeri, di Indonesia telah banyak
dilakukan usaha membatasi kelahiran secara tradisional dan bersifat
individual. Dalam kondisi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan di
Indonesia cukup tinggi, upaya mengatur kelahiran tersebut makin meluas
terutama di kalangan dokter. Sejak tahun 1950-an para ahli kandungan
berusaha mencegah angka kematian yang terlalu tinggi dengan merintis

178
Bagian Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Diantara pelopor keluarga berencana
tersebut Dr. Sulianti Saroso.
Pada tahun 1953, sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan, khususnya dari kalangan kesehatan, memulai prakarsa kegiatan
keluarga berencana. Kegiatan ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam tahun 1957. Mula-mula
Departemen Kesehatan merupakan penunjang bagi Kegiatan-kegiatan PKBI,
dengan menyediakan BKIA-BKIA serta tenaga kesehatan sebagai sarana
pelayanan keluarga berencana.(Depkes RI, 1985).
Namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan terbatas
mengingat PKBI, sebagai salah satu kegiatan penerangan dan pelayanan masih
dilakukan terbatas mengingat PKBI, sebagai salah satunya organisasi sosial
yang bergerak dalam bidang KB masih mendapat kesulitan dan hambatan,
terutama KUHP nomor 283 yang melarang penyebarluasan gagasan keluarga
berencana. Pada tahun 1967 PKBI diakui sebagai badan hukum oleh
Departemen Kehakiman.
2. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB nasional
Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diambil keputusan diantaranya
bahwa PKBI dalam usahanya mengembangkan dan memperluas usaha
keluarga berencana (KB) akan bekerjasama dengan instansi pemerintah. Pada
tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga
sebagai hak asasi manusia.
Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden Soeharto
pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius
mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk
Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB
dijadikan Program Nasional.

179
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat,
yang isinya antara lain:
a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
b. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri
atas unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober
1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang
Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan
Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan
Menkesra dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat
yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk
Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan
No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga
Semi Pemerintah.
3. Periode Pelita I (1969-1974)
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai
Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada
tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan
Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah
Presiden.
Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat
dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
program dan situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I
dikembangkan periode Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program,
tantangan terhadap ide keluarga berencana masih sangat kuat untuk itu
pendekatan kesehatan paling tepat.
4. Periode Pelita II (1974-1979)

180
Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai
lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan
kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB
nasional dan kependudukan yang mendukungnya, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah serta mengkoordinasikan penyelenggaraan
pelaksanaan di lapangan.
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada
kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor pembangunan lainnya,
yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam
kaitan ini pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan
Kependudukan sebagai pilot project.
5. Periode Pelita III (1979-1984)
Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang didorong
peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah
peserta KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi
operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang
bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat
penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang
memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass
Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.
6. Periode Pelita IV (1983-1988)
Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono
sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang
dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan
baru antara lain melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB
oleh pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui
koordinasi aktif tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran
ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu,

181
dikembangkan pula strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju
kecepatan program.
Pada periode ini secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28
Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB
Lestari di Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan
dengan kampanye LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan
tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
7. Periode Pelita V (1988-1993)
Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono
Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas
petugas dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu,
kemudian diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas
(LIMAS). Jenis kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas,
maka untuk pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis
kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrepsi.
Pada periode ini juga ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector
Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi
gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga Kecil yang
sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
8. Periode Pelita VI (1993-1998)
Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan
19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri Negara
Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN setingkat
Kementerian.
Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan
Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan
terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami
perubahan menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei

182
1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra dan
Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr.
Ida Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan.
Pada pelita VI, fokus kegiatan diarahkan pada pelayanan keluarga berencana
dan pembangunan keluarga sejahtera, yang dilaksanakan oleh pemerintah,
masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat
melaksanakan fungsinya secara optimal. Kegiatan yang dikembangkan dalam
pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada tiga gerakan,
yaitu Gerakan Reproduksi Sejahtera (GRKS), Gerakan Ketahanan Keluarga
Sejahtera (GKSS), dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS).
9. Periode Reformasi
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar
Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada
tahun 2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan
yang kemudian terjadi kekosongan.
Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen Kesehatan
dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh Menteri
Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun
2006.
Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai
Kepala BKKBN yang baru oleh Menteri Kesehatan DR.dr. Siti-Fadilah
Supari, SPJP (K), Menteri Kesehatan pada tanggal 24 Nopember 2006. Pada
tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah
dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN kemudian
direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi,
maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief,
MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

183
Berencana (BKKBN) oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.
Setelah dr. Sugir Syarief memasuki masa pensiun, terjadi kevakuman selama
hampir sembilan bulan. Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pelantikan ini dilakukan Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi.
Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar setelah China,
India, USA. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk
adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran mencerminkan kurangnya
cakupan keluarga berencana dan tujuan dari keluarga berencana yang sepenuhnya
belum tercapai.
Ketersediaan dan akses terhadap informasi dan pelayanan KB, dapat
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Jika perempuan mempunyai akses
terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu menurun
hingga 50 % termasuk penurunan resiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan
kehamilan, persalinan dan aborsi tidak aman.
Angka kesuburan umum adalah jumlah lahir hidup pertahun dibagi jumlah
wanita usia subur pertengahan tahun dalam persen / permil.

Rumus:
Jumlahlahir hidup per tahun
AKU = X 100 % (1000)
Jumlah penduduk wanita Pertengahan tahun

Empat tujuan strategis dalam Strategi Keluarga Berencana berbasis hak meliputi:
 Tujuan strategis 1 : Tersedianya sistem penyediaan pelayanan KB yang
adil dan berkualitas di sektor publik dan swasta untuk memungkinkan
semua pihak memenuhi tujuan reproduksi mereka.
 Tujuan strategis 2 : Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi
modern yang terpenuhi dengan penggunaan yang berkelanjutan.

184
 Tujuan strategis 3 : Meningkatnya bimbingan dan pengelolaan di seluruh
jenjang pelayanan serta lingkungan yang mendukung untuk program KB
yang efektif, adil, dan berkelanjutan pada sektor publik dan swasta untuk
memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan reproduksi mereka
 Tujuan strategis 4: Berkembang dan diaplikasikannya inovasi dan bukti
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program, dan berbagi
pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.
Secara keseluruhan keempat tujuan strategis dijabarkan lebih lanjut ke
dalam 17 output yang kemudian dijabarkan secara lebih rinci menjadi kegiatan
dan sub kegiatan yang mengidentifikasi peran berbagai pemangku kepentingan
dalam kegiatan tersebut baik lintas program maupun lintas sektor.
Untuk berkontribusi dalam menurunkan kematian ibu, pertumbuhan
penduduk dan tingkat fertilitas dengan mengatasi kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi, menghilangkan kendala akses, dan meningkatkan kualitas pelayanan
dalam menyediakan metode kontrasepsi modern yang digunakan secara sukarela
oleh perempuan dan laki-laki di Indonesia.
Target-target berdasarkan Rencana Pembangunan Strategis Jangka
Menengah (RPJMN)
Indikator Baseline Target 2015-
(2012) 2019
Angka Kematian Ibu 346 309
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) (proyeksi 1.49 1,19
medium
2000-2010)
Angka Fertilitas Total (Total Fertility 2.6 2,3
Rate/TFR)
Angka Kelahiran Remaja (Adolescent Age 48 35
Specific
Fertility Rate/ASFR)
Tingkat pemakaian kontrasepsi (semua 61.9 66
metode)(%)
Proporsi pengguna metode jangka panjang 18.3 23,5
dan
permanen sebagai proporsi pengguna metode
kontrasepsi modern (%)
Kebutuhan KB yang belum terpenuhi (%) 11.4 9,9

185
C Program Keluarga Berencana
1 Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1)
mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah
anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak
anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat
untuk mencapai keinginan tersebut
2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi
dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era
otonomi daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional
bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju,
bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian
diharapkan :
a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.
b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan
dasar pertimbangan moral dan agama.
c. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan
ibu dan anak,serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.
3 Sasaran Program KB
Sasaran program KB nasional lima tahun kedepan yang sudah tercantum
dalam RPJM 2004/2009 adalah sebagai berikut.
1. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional
menjadi 1,14% per tahun.
2. Menurunkan angka kelahiran TFR menjadi 2,2 setiap wanita.
3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%

186
4. Menurunkan Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ingin punya anak lagi
dan ingin menjarangkn kelahirannya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi
(unmet need) menjadi 6%.
5. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efesien.
6. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
7. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
8. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan KR.
Hal yang didapatkan adalah sebagai berikut.
1. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor.
2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71,87%
dan pasangan usia subur sebanyak 7.093.654.
3. Meningkatnya rata-rata usia nikah pertama wanita menjadi 18,2 per tahun.
4. Terkendalinya perkembangan kependudukan, terutama tingkat
pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk.
Dari hal tersebut maka pencapaian sasaran RPJM 2004-2009 adalah sebagai
berikut.
1. LPP menjadi sekitar 1,14% per tahun (tidak tercapai).
2. TFR menjadi 2,2 per wanita (tidak tercapai).
3. Unmet need menjadi 6% (tidak tercapai).
4. Peserta KB pria menjadi 4,5 persen (tidak tercapai).
5. Meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efesien (tidak
tercapai).
6. Rata-rata usia nikah pertama perempuan menjadi 21 tahun (tidak tercapai).
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh-kembang
anak (tercapai).
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif (tidak tercapai).
9. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan kb dan KR (tidak tercapai).

187
Sebagai dasar penetapan sasaran Rencana strategis (renstra) Pembangunan
Kependudukan dan KB 2010-2014 adalah sasaran RPJPN 2005-2025, sasaran
Renstra Program KB 2004-2009 yang belum terselesaikan, sasaran kesepakatan
internasional seperti International Conference of Population Development
(ICPD) di Cairo tahun 1994 dan Millennium Development Goals (MDGs), serta
mandat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009. Untuk mencapai penurunan laju
pertumbuhan penduduk menjadi 1,1persen, Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1
dan Net Reproductive Rate (NRR) = 1, maka sasaran yang harus dicapai pada
tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Contraceptive Prevalence Rate (CPR) cara modern dari
57,4 persen (SDKI 2007) menjadi 65 persen.
2. Menurunnya kebutuhan ber-KB tidak terlayani (unmet need) dari 9,1
persen (SDKI 2007) menjadi sekitar 5 persen dari jumlah pasangan usia
subur.
3. Meningkatnya usia kawin pertama (UKP) perempuan dari 19,8 tahun
(SDKI 2007) menjadi sekitar 21 tahun.
4. Menurunnya Age Specific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun dari 35
(SDKI 2007) menjadi 30 per seribu perempuan.
5. Menurunnya kehamilan tidak diinginkan dari 19,7 persen (SDKI 2007)
menjadi sekitar 15 persen.
6. Meningkatnya peserta KB baru pria dari 3,6 persen menjadi sekitar 5
persen.
7. Meningkatnya kesertaan ber KB pasangan usia subur (PUS) Pra-S dan KS
I anggota kelompok Usaha Ekonomi Produktif dari 80 persen menjadi 82
persen, dan Pembinaan Keluarga menjadi sekitar 70 persen.
8. Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai anak dan remaja
dalam kegiatan pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak melalui
kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dari 3,2 juta menjadi 5,5
juta keluarga balita dan Bina Keluarga Anak dan Remaja (BKR) dari 1,5
juta menjadi 2,7 juta keluarga remaja.
9. Menurunnya disparitas TFR, CPR dan unmet need antar wilayah dan antar
sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan ekonomi).

188
10. Meningkatnya keserasian kebijakan pengendalian penduduk dengan
pembangunan lainnya.
11. Terbentuknya BKKBD di 435 Kabupaten/Kota.
12. Meningkatnya jumlah Klinik KB yang memberikan pelayanan KB sesuai
SOP (informed consent) dari 20 persen menjadi sebesar 85 persen.
4 Ruang Lingkup Program KB
Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat di
berikan kepada masyarakat.
1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).
2. Konseling.
3. Pelayanan kontrasepsi.
4. Pelayanan infertilitas.
5. Pendidikan seksual.
6. Konsultasi pra perkawinan dan konseling perkawinan.
7. Konsultasi genetik.
8. Tes keganasan.
9. Adopsi.
Berbagai program dalam ruang lingkup program KB adalah sebagai berikut.
1. Program keluarga berencana. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut.
a. Peningkatan pelayanan keluarga miskin, askeskin.
b. Pengembangan kebijakan dan strategi nasional KB rumah sakit serta
fasilitas pelayanan kesehatan rawat inap.
c. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi.
d. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi bagi keluarga miskin
dan pelayanan swasta.
e. Peningkatan akses informasi dan pelayanan KB pria.
f. Peningkatan advokasi dan pelayanan komunikasi informasi dan
edukasi serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak.
2. Program Kesehatan reproduksi remaja (KRR). Kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut.
a. Penyusunan buku dan materi KRR.

189
b. Penyuluhan dan penyebaran informasi penyelenggaraan KRR
melalui momen strategis.
c. Pemantauan dan evaluasi.
d. Pembinaan program melalui seminar dan pentaloka.
e. Pengembangan modul dan sistem pembelajaran.
3. Program peningkatan ketahanan dan pemberdayaan keluarga. Kegiatan
yang dilaksanakan sebagai berikut.
a. Peningkatan kemitraan dalam pembinaan ketahanan keluarga.
b. Kegiatan komunikasi informasi dan edukasi serta program
peningkatan kualitas lingkungan keluarga.
c. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ketahanan keluarga.
d. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga.
4. Program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas. Kegiatan
yang dilaksanakan sebagai berikut.
a. Peningkatan pelembagaan dan jejaring KB dan KR.
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan pemberdayaan petugas lini
lapangan.
c. Perkuat jaringan kemitraan.
d. Peningkatan keterpaduan melalui kegiatan melalui kegiatan pada
berbagai momentum besar.
e. Pemantapan mekanisme operasional

D Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan
suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula
menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi
penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan
masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk
memenuhinya.
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang
tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan
berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan

190
ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda,
menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan
demikian pelayanan KB sangat berguna dalam mengaturan kehamilan dan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal
penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan:
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur
yang isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia
kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu
dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35
tahun).
b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami
dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan
menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria
c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan
masing-masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat
informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode
yang paling cocok bagi dirinya.
d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk
memudahkan klien menentukan pilihan.
e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau
penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan
bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi
yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat
pernyataan setuju (informed consent) dari klien (Depkes, 2002).
E Pendokumentasian Pelayanan Keluarga Berencana
1 Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB
Pencatatan dan Pelaporan pelayanan KB adalah suatu kegiatan mencatat dan
melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang
dilakukan oleh klinik KB, BPS atau tempat lainnya.
1 Penggunanaan Kartu Catatan Pasien

191
a. Kartu pendaftaran klinik KB
Digunakan sebagai saranan untuk pendaftaran pertama bagi klinik
KB baru pada saat didirikan dan pendaftaran ulang bagi semua klinik
KB lama, dilakukan setiap akhir tahun anggaran (setiap bulan
Maret). Kartu ini berisi kb yang bersangkutan.
b. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi
tentang identitas, jumlah tenaga dan sarana klinik KB di wilayah
kabupaten dan kotamadya.
c. Kartu peserta KB
Digunakan sebagai media pengenal dan bukti bagi setiap peserta KB,
kartu ini merupakan sasaran untuk memudahkan mencari Kartu
Status Peserta KB juga berguna bagi peserta KB untuk memperoleh
pelayanan ulang disemua klinik KB. Kartu ini merupakan sumber
informasi bagi peserta Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
(PPKBD) atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota binaannya
dalam ber KB.
d. Kartu status peserta KB
Dibuat untuk setiap pengunjung baru, khususnya peserta KB lama
pindahan dari klinik atau tempat pelayanan KB lain. Kartu ini
berfungsi untuk mencatat identitas peserta pelayanan KB lain. Kartu
ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta KB, hasil pemeriksaan
klinik KB, kunjungan ulang dan informed consent.
e. Register Klinik KB
Digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang
diberikan kepada peserta KB pada setiap hari pelayanan dan untuk
memudahkan petugas klinik KB dalam membuat pelaporan bulanan
klinik KB pada akhir bulan.
f. Register alat kontrasepsi klinik KB
Digunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi)
alat-alat kontrasepsi di klinik KB, dengan tujunan untuk

192
memudahkan membuat laporan bulanan klinik KB tentang keadaan
alat kontrasepsi setiap akhir bulan.
g. Laporan bulanan klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan dan hasil
pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB, dokter/bidan praktik swasta
(DBS) serta tempat pelayanan lainnya. Laporan ini meliputi identitas
klinik KB termasuk jumlah DBS dan tempat lainnya. Juga meliputo
hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi, kegagalan,
pencabutan implant, serta persediaan alat kontrasepsi yang ada di
klinik KB setiap bulan.
h. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan
dan hasil-hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh
klinik KB, dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lainnya
yang berbeda di wilayah kabupaten atau kotamadya. Laporan ini
merupakan hasil rekapitulasi dari semua laporan bulanan klinik KB
yang diterima oleh BKKBN kabupaten/kotamadya yang
bersangkutan.
i. Buku bantu dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan
lainnya.
Digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta
KB baru dan pencabutan implant oleh dokter/bidan praktik swasta
dan tempat pelayanan lainnya.
j. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi
oleh dokter/bidan praktik swasta dan tempat pelayanan lain formulir
ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan hasil
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktik
swasta dan tempat pelayanan lainnya. Laporan ini dibuat oleh
petugas penghubung DBS dan tempat pelayanan lainnya setiap bulan
dengan cara mengambil/mencatat data atau informasi dari buku
bantu dokter/bidan praktik swasta.
2 Mekanisme Pelaporan

193
Gambar 2.1 Mekanisme Pelaporan Program KB Nasional
F Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
1 Pengertian Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra”
dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma
tersebut (Saifuddin, 2006).
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap
orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok
untuk dirinya. Salah satu metode kontrasepsi yang digunakan adalah alat
kontrasepsi jangka panjang (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD,

194
implant dan kontap). Kontrasepsi jangka panjang adalah satu alat kontrasepsi
modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan
masa aktif fungsi kontrasepsinya), (Hidayati, 2009 dikutip dari Yusraini).
Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan KB yang
tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai
macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur,
gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman
dengan metode kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan kepriaan), faktor
kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul) dan faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping
dan biaya). Selain faktor-faktor tersebut masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi seperti efektivitas konseling petugas
kesehatan (Manuaba, 2010)
2 Pembagian Cara Kontrasepsi
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu :
1 Cara Kontrasepsi Sederhana :
Cara kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan
sendiri oleh peserta Keluarga Berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih
dahulu. Hasil yang didapat diperoleh dengan cara-cara kontrasepsi ini
tergantung dari pengetahuan tentang cara kerja obat, alat yang dipakai,
atau cara kontrasepsi sederhana lainnya dan penggunaannya secara tertib.
Cara kontrasepsi dengan alat atau obat yaitu kondom, Diafragma/cap,
cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa.
Pada umumnya, keefektifan cara kontrasepsi sederhana kurang bila
dibandingkan dengan cara-cara lain seperti pil yang diminum, suntikan,
atau I.U.D
2 Cara Kontrasepsi Dengan Metode Efektif :
Cara Kontrasepsi dengan metode efektif yaitu penggunaan obat, suntikan,
alat atau tindakan operasi yang mengakibatkan pencegahan yang efektif
terhadap kemungkinan timbulnnya kehamilan. Untuk menggunakan cara
tersebut perlu pemeriksaan dokter atau bidan lebih dahulu. Cara

195
Kontrasepsi dengan metode efektif ini dibagi menjadi dua yaitu cara
kontrasepsi dengan metode efektif yang tidak permanen dan cara
kontrasepsi dengan metode efektif yang permanen.
Cara kontrasepsi dengan metode efektif yang tidak permanen yaitu dengan
cara-cara ini kesuburan peserta dapan dipulihkan kembali apabila
dikehendaki, yakni dengan menghentikan penggunaan obat, suntikan, alat-
alat yang dipakai yaitu : pil, AKDR(alat kontrasepsi dalam rahim),
kontrasepsi dengan suntikan, dan kontrasepsi Susuk (implant). Cara
kontrasepsi dengan metode Efektif yang permanen yaitu Tubektomi (untuk
wanita), vasektomi (untuk pria).
G Metode Kontrasepsi
1 Alat Kontrasepsi dalam Rahim(AKDR)/Intra Uterine Device (IUD)
1) Pengertian
AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang
dimasukkan kedalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih
(Manuaba, 2001). AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode
pil, suntik dan kondom.
2) Jenis-jenis AKDR/IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan)
yang cukup baik. IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen
dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal
32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan

196
200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD
Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas
ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small dan
mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf
S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang
putih). Lippes loopmempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi
perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.
3) Keuntungan AKDR/IUD
Keuntungan dari AKDR/IUD ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, seperti pil
atau suntik
5. Tidak memengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

197
8. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI seperti metode
kontrasepsi hormonal
9. Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
13. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat
permanen
14. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena
hormon yang terkandung didalamnya.
4) Kerugian AKDR/IUD
1. Efek samping yang umum terjadi adalah :
a. Keputihan
b. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
c. Haid lebih lama dan banyak.
d. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
e. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
d. Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk
HIV/AIDS.
3. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.

198
4. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas.
5. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvis: diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Sering kali perempuan takut selama
pemasangan (Saifuddin, 2006).
2 Kontrasepsi Implant
1) Pengertian
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi
membuat getah serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak
sempat menerima hasil konsepsi.
2) Efek Samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya.
Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya
bervariasi pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak
atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama sekali. Keadaan
ini biasanya terjadi 3-6 bulan pertama sesudah beberapa bulan kemudian.
Efek sampinglain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala,
mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan
perubahan berat badan.
3) Keuntungan Implant
1. Efektifitas tinggi setelah dipasang
2. Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.
3. Tidak mengandung estrogen
4. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
5. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan
konstant, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi.
6. Dapat mencegah terjadinya anemia.
4) Kerugian Implant
1. Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.
2. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant
3. Lebih mahal

199
4. Sering timbul perubahan pola haid
5. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
3 Kontrasepsi Kontap
Kontap adalah kontrasepsi permanen yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Kontap ada 2 macam yaitu tubektomi yang digunakan pada wanita dan
vasektomi yang digunakan pada pria. Keunggulan kontap adalah merupakan
kontrasepsi yang hanya dilakukan atau dipasang sekali, relatif aman. Angka
kegagalan kontap pada pria 0,1-0,5% dalam tahun pertama sedangkan kegagalan
pada kontap wanita kurang dari 1% setelah satu tahun pemasangan.
Kontap adalah alat kontrasepsi yang paling efektif digunakan, aman dan
mempunyai nilai demografi yang tinggi. Kontap ada 2 macam yaitu tobektomi
yang dilakukan pada wanita dan vasektomi yang dilakukan pada pria.
1) Tubektomi
Tubektomi adalah satu-satunya kontrasepsi yang permanent. metode ini
melibatkan pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit yang
melibatkan waktu yang cukup lama.
(1) Keuntungan. Keuntungan tubektomi adalah efektivitas tinggi,
permanen, dapat segera efektif setelah pemasangan.
(2) Kerugian. Kerugian tubektomi adalah melibatkan prosedur
pembedahan dan anastesi, tidak mudah kembali kesuburan.
(3) Efek Samping. Efek samping tubektomi adalah jika ada kegagalan
metode maka ada resiko tinggi kehamilan ektopik, merasa berduka
dan kehilangan.
2) Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanent yang popular untuk
banyak pasangan. Vasektomi adalah pemotongan vas deferen, yang
merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam
testis ke vesikula seminalis.
(1) Keuntungan. Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas
permanen, menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan
yang tidak direncanakan, prosedur aman dan sederhana.

200
(2) Efek Samping Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose
sperma
H Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keengganan Penggunaan KB
1 Umur
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi dapat dilihat
dari pembagian umur berikut ini,
1) Umur ibu kurang dari 20 tahun
a. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan
muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai
kegagalan tinggi.
b. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
c. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
2) Umur ibu antara 20-30 tahun
a. Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai IUD
sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.
3) Umur ibu diatas 30 tahun
a. Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant.
Kondom biasanya merupakan pilihan kedua.
b. Dalam kondisi darurat, metode kontap dengan cara operasi
(sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan
spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah.
2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu.
Semakin rendah pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB akan
berkurang sehingga
ibu akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi
yang mana akan dipilih oleh ibu.
3 Jumlah anak.
Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang ibu. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin
memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan

201
sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga
secara maksimal.
Pengguna KB dipengaruhi juga dengan jumlah anak dalam suatu keluarga.
Pasangan usia subur 30 tahun keatas yang sudah memiliki anak dan ingin
menjarangkan kehamilannya biasanya lebih cenderung memilih kontrasepsi
jangka panjang.

202
BAB VII
MENOPAUSE

I. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami konsep menopouse

II. KOMPETENSI DASAR


Mampu mengenal dan mengidentifikasi tentang fisiologi, fase usia,
perubahan hormon, dan penyebab menopause

III. INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
kembali tentang :
5. Fisiologi menopause
6. Fase usia menopause
7. Perubahan hormon dan penyebab menopause

IV. MATERI AJAR


5. Mekanisme fisiologis pada menopause
6. Fase usia dalam menopause
7. Perubahan hormon dalam masa menpause
8. Kondisi fisik dan psikis wanita saat menopause

V. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Metode: contextual instruction
2. Tanya jawab

VI. TAHAP PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal :
Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan membaca basmalah (doa)
serta secara umum menjelaskan konsep menopause
B. Kegiatan Inti :
1. Dosen menjelaskan materi ajar mengenai mekanisme fisiologis, fase
usia, perubahan hormonan, dan perubahan fisik dan psikis wanita
saat menopause
2. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
3. Mahasiswa mendiskusikan
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
5. Dosen memberi komentar dan klarifikasi
C. Kegiatan Akhir :
Dosen membuat rangkuman hasil diskusi dan memportofoliokan tugas

VII.ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
Alat/Media: kelas, komputer, LCD, whiteboard, web
Bahan/Sumber Belajar:

203
1. Christian Lauritzen And John Studd, 2005, Current Management of
the Menopause
2. Gabriella E. Berger, 1999, Menopause and Culture
3. Referensi lain yang terkait

VIII. PENILAIAN
A.Teknik dan Instrumen penilaian :
1. Proses diskusi (instrumen diisi dosen) meliputi hasil laporan,
penguasaan materi, cara penyajian dan keaktifan dalam diskusi)
2. Portofolio (perkembangan setiap hasil diskusi kelompok dan
diarsipkan)
3. Contoh Soal Essay
a. Jelaskan dan beri penjelasan mekanisme fisiologis pada
menopause
b. Jelaskan dan beri penjelasan tentang perubahan-perubahan
hormone yang terjadi pada menopause.
B.Kriteria Penilaian :

3 Pt + 2 Pd+ 5Te
Nf =
10

Keterangan :
Nf : Nilai Formatif
Pt : Nilai Portofolio
Pd : Nilai Proses Diskusi
Te : Nilai Tes Essay

204
MENOPAUSE

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,


lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahuin ke atas. Pada
tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9.03%) dan
diproyeksikan pada akhir tahun 2030 akan mencapai jumlah 40,95 juta jiwa. Dari
keseluruhan jumlah lansia maka jumlah lansia wanita adalah 12,78 juta (54%).
Dimana usia harapan hidup penduduk Indonesia juga meningkat, menurut BPS
pada tahun 1971 usia harapan hidup wanita adalah 47,2 tahun, pada tahun 1995
meningkat menjadi 66,7 tahun, dan pada tahun 2017 mencapai usia 71,7 tahun
(Kemenkes RI, 2018; 2019). Meningkatnya usia harapan hidup memberikan
kemungkinan kaum perempuan untuk hidup lebih panjang yang artinya
perpanjangan usia ini terjadi pada periode menopause (Lauritzen & Studd, 2001).
Merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia akan mengalami
proses penuaan. Proses ini sebenarnya sudah terjadi sejak manusia dilahirkan dan
berlangsung terus hingga mati.
Berbeda dengan kaum pria, maka proses penuaan pada perempuan akan
berlangsung lebih dramatis terutama karena adanya proses reproduksi dalam
kehidupannya.
Proses perubahan yang terjadi bersifat komplek dan harmonis dimana akan
melibatkan bagian-bagian otak (cerebrum), batang otak (hipotalamus), indung
telur (ovarium), kelenjar anak ginjal (adrenal), kelenjar gondok (tiroid) dan
kelenjar lain. Perempuan lahir mengalami tumbuh kembang dan mencapi
puncaknya saat mendapat haid, memasuki masa reproduktif dan berlangsung terus
sampai menopause. Batas usia 40 tahun wanita akan memasuki masa
klimakterium (bahasa Yunani = climacter = tahun-tahun peralihan). Klimakterium
mulai saat premenopause (sekitar 40 tahun) dimana fungsi ovarium mulai
menurun, kemudian masa menopause / mati haid (sekitar 49 tahun sampai 55
tahun), dan masa pasca menopause yaitu 1 tahun setelah tidak haid lagi.

205
Senium

Prasenium

Menopause Pasca
Menopause

Premenopause

Menarche
Reproduksi

Pubertas

Prapubertas

Sumber: Samil, 2001 (dalam Muchlisch, 2003)


Gambar 1 Kronologis Masa Kehidupan Wanita
Menopause merupakan salah satu fase dalam kehidupan normal seorang
wanita. Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti.
Ovarium tidak lagi berfungsi, terjadi ketidak seimbangan hormonal, produksi
hormon steroid dan peptida berangsur-angsur menghilang. Perubahan fisiologis
yang terjadi disebabkan oleh karena berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi
karena proses penuaan.
Sebagian wanita melihat menopause sebagai satu masa yang patut
disesalkan, tetapi sebagian lagi melihatnya sebagai suatu kelegaan yang disambut
hangat dari tuntutan biologis yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Dengan
semakin majunya pengetahuan para wanita dan juga pelayanan kesehatan

206
klimakterium dan menopause diharapkan seorang wanita akan tetap sehat dan
produktif serta memiliki kehidupan yang berkualitas disepanjang masa.

A Kehidupan Dengan Menopause


Salah satu faktor utama yang sering menimbulkan rasa prihatin pada masa
menopause adalah ketakutan seorang wanita akan kehilangan daya tariknya. Ia
sudah dapat merasakan hal itu, sebab ia menyadari bahwa ia tidak bisa lagi
mengandung dan melahirkan anak. Ia sudah tidak lagi memiliki ciri khas
kewanitaanya. Selain itu ada perasaan tidak akan dikasihi orang atau dibelai
sayang juga merupakan satu kekurangan dalam rangkaian kehidupannya.
Menjadi tua memang merupakan hal yang ditakuti oleh para wanita. Tetapi
itu tidak berarti wanita kehilangan identitas kewanitaanya, bahkan seharusnya
mereka sadar bahwa mereka memulai suatu fase kehidupan baru sebagai wanita
yang matang. “ Life Begin At Forty” merupakan pepatah yang sering dipakai
oleh para wanita yang selalu optimis terhadap kehidupan ini.
Walaupun demikian tidaklah dapat dipungkiri bahwa masa menopause
membutuhkan penyesuaian diri dan pengertian dari berbagai pihak terutama
pasangan hidup juga anak-anak. Dengan bantuan pasangan hidup diharapkan para
wanita akan menghadapi masa menopause dengan lebih menyenangkan.
Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam mengahadapinya.

Gejala Fisik
Beberapa gejala-gejala fisik umum yang terjadi pada menopause
diantaranya adalah perasaan panas pada seluruh tubuh (Hot Flushes). Umumnya
terjadi dengan mendadak, berlangsung beberapa menit sampai 1 jam. Ada kalanya
diserta rasa gatal di leher dan wajah dan sangat mengganggu. Biasanya terjadi
dalam waktu 1 atau 2 tahun setelah haid berhenti. Hal ini terjadi karena
berkurangnya produksi hormon dalam indung telur, maka terapi yang dilakukan
oleh dokter adalah memberikan hormon tertentu.
Pusing. Ada kalanya wanita menopause akan merasakan gangguan ini. Hal
ini dapat dicarikan penyebabnya, terutama jika terjadi gangguan keseimbangan
susunan saraf sehingga perlu penanganan dokter.

207
Menjadi gemuk. Kegemukan dapat terjadi secara berangsur atau drastis.
Ini disebabkan oleh karena terlalu banyak kalori yang dikonsumsi sementara
aktivitas fisik berkurang atau dikurangi. Sebaiknya selama menopause, seorang
wanita tetap melakukan olah raga teratur atau aktivitas yang cukup.
Kulit kering. Banyak wanita merasakan gejala ini dimana kulit menjadi
berkerut-kerut, bahkan payudara berubah bentuk. Berkurangnya kehalusan dan
kelenturan kulit sebagai akibat berkurangnya hormon estrogen dalam indung telur.
Rambut rontok. Pada masa menopause rambut menjadi putih, bertambah
tipis dan mudah rontok. Sering juga ada keluhan otot-otot sakit. Gejala ini
sebenarnya tidak dapat dihindari sesuai dengan proses penuaan.
Sulit tidur. Susah tidur dan sering terbangun mendadak di tengah malam.
Keadaan ini bila berlanjut dapat menimbulkan kegelisahan. Sebenarnya keluhan
ini merupakan gejala normal dalam proses menua, karena semakin tua seseorang
maka makin berkurang kebutuhan tidurnya. Penggunaan obat tidur sebaiknya
dihindari.
Gejala yang berhubungan dengan gairah seksual. Adanya perubahan
gairah seksual dalam masa menopause sangat bergantung pada pandangan-
pandangan sosio budaya serta moral wanita tersebut. Gairah seksual dapat
menurun atau bertambah. Pengurangan gairah seks sering disebabkan karena
adanya anggapan bahwa sejak menopause identitas kewanitaan mereka berkurang,
apalagi secara fisik terjadi perubahan disekitar organ intim, vagina terasa kering
dan vulva menjadi tipis membuat hubungan seks terasa sakit sehingga para wanita
akan menghindari hubungan intim.
Sebaliknya gairah seks yang meninggi disertai rasa kesepian dan kecewa
karena merasa ditinggal oleh pasangan yang tetap sibuk dan tidak mengerti bahwa
saat itu siisteri sedang menghadapi masa rawan. Hal ini dapat ditambah karena
rasa sepi ditinggalkan oleh anak-anak yang sudah besar sehinga tidak lagi
membutuhkan perhatian dan dorongan. Seorang wanita pada usia menopause
umumnya telah menyelesaikan ambisi dan cita-citanya serta tidak mungkin hamil
dan hal ini dapat mendorong seorang wanita merasakan nikmat yang lebih besar
ketika berhubungan intim (Berger, 1999).

208
Gejala Psikologik
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat
penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau
pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut.
Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik,
sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia. Beberapa keluhan psikologis yang
merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat
dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran
dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana,
padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
b. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia
merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan
dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya
tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke
luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu
sering juga diperkuat oleh larangan dari anak-anaknya. Kecemasan pada
Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada
orang yang cemas  dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan
semangat/dukungan dari orang di sekitarnya; namun ada juga yang terus-
menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi
dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause
namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya.
Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang
dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi,
dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang
biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

209
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari
beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1999) dalam Saputra
(2011) adalah sebagai berikut :
 Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan
psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
 Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir,
sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman,
memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
 Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti :
menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan
diri, lari dari kenyataan.
 Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti :
gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
 Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat,
gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann
diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi
sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam
situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar
melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari
respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila
kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu
dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.

c. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya
dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif

210
terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap
dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

d. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu
beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah
tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi
stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan
menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat
menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa
juga memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif
atau negatif, tergantung pada bagaimana individu memandang dan
mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang
kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat
individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu
bisa tiba-tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat
kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress
dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa
diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat
menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai
akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat
psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada
beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu
dalam menanggapi stress tersebut.

e. Depresi

211
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa
diperkirakan 9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita
penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat,
diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan
menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat
dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita
depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan
untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa
tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi
merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali
dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita
mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau
proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek,
menurut Saputra (2011) adalah sebagai berikut :
 Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
 Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan
kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri
rendah.
 Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi,
menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri,
ketergantungan tinggi pada orang lain.
 Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-
mandir, menangis, mengeluh.
Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan
bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu,  gelisah.

212
B Upaya Menghadapi Menopause
Diperlukan berbagai kesiapan dalam menghadapi masa menopause, yaitu:
Menyadari bahwa menopause merupakan hal yang yang sifatnya alamiah dimana
semua wanita akan melaluinya. Secara umum melalui wawancara yang efektif dan
pendidikan tentang masa menopause diharapkan para wanita akan lebih tabah
menghadapi (Lauritzen & Studd, 2001).
Perlunya bantuan keluarga (terutama suami dan anak-anak) untuk
mendampingi dan memberikan dukungan saat sang isteri memasuki masa
menopause. Jangan menyalahkan pasangan hidup jika terjadi maslah dalam
perkawinan. Hadapilah, terimalah bahwa sebagian perubahan potensi seksual dan
responsivitas itu tidak dapat dihindari. Tidak semua perubahan adalah buruk.
Perlunya pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak, tinggi
serat, vitamin C dan Kalsium. Ambilah gaya hidup sehat tetaplah beraktivitas
yang wajar dan berolah raga teratur.
Tingkatkan rasa percaya diri, kuatkan ikatan intim dalam keluarga.
Perdalam hubungan dengan pasangan hidup, anak-anak, orang tua, kerabat serta
teman.
Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, paling
sedikit 6 (enam) bulan sekali. Hal ini penting untuk mengetahui dan mengobati
adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia 40 tahun khususnya keganasan.

C Penutup
Perhatian, kasih sayang dan pengertian yang dicurahkan keluarga,
terutama pasangan hidup dan anak-anak, dalam menghadapi saat-saat perubahan
psikologis dan fisik yang tengah dialaminya dapat membantu mengatasi
perubahan dengan cara lebih menyenangkan

213
214

Anda mungkin juga menyukai