Anda di halaman 1dari 163

KEIKUTSERTAAN SKRINING KANKER SERVIKS

DENGAN METODE IVA TES PADA WUS MENURUT


MODEL PRECEDE-PROCEED DI PUSKESMAS
TANDUN I

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister

OLEH:
SRI DEWI KRISTINA HALOHO
206070400111020

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
ii
iii
iv
Karya ilmiah ini kutujukan kepada

Kedua Orang Tua dan Mertua Tercinta,

Anak dan Suami tersayang Gabriel Doni Stevanos Samosir dan Dedy Nofery

Samosir, Saudara dan Keluarga tercinta.

“ TERIMA KASIH SEMUANYA”.

v
RINGKASAN

Sri Dewi Kristina Haloho


Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Tes pada WUS Menurut Model
Precede- Proceed di Puskesmas Tandun I, Program Studi Magister Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Ketua Komisi Pembimbing Dr. Lilik Zuhriyah, SKM., M.Kes dan anggota Dr. Safrina Dewi
Ratnaningrum, S.Si., M.Si.Med

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada
wanita. Kanker ini merupkan penyebab kematian kedua di dunia, dengan hampir 70%
kematian akibat kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kanker
serviks dapat didiagnosis melalui riwayat medis, pemeriksaan klinik dan tes laboratorium.
Pengobatan kanker serviks dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengobatan lesi prakanker
dan pengobatan kanker serviks secara invasif Secara umum, lesi prakanker tidak
menunjukkan gejala. Pada kanker invasif, pendarahan (contact bleeding, pendarahan saat
berhubungan) dan keputihan merupakan gejala yang paling umum. Skrining kanker serviks
dapat dilakukan dengan menggunakan metode IVA, Pap smear, pap net, angiografi
serviks, kolposkopi, dan sitologi cairan. Metode IVA merupakan metode skrining yang
paling sederhana, termudah, termurah dan tercepat untuk mendeteksi kelainan serviks.
Metode IVA menggunakan asam asetat 3-5% secara inspekulo dan dapat diamati secara
langsung. Keikutsertaan dalam skrining kanker serviks dipengaruhi oleh karakteristik sosial
demografi, biaya dan pengetahuan serta sikap perempuan. Selain itu, jarak ke fasilitas
kesehatan terdekat juga mempengaruhi cakupan skrining. Jarak merupakan salah satu
faktor pendukung berdasarkan model precede-preceed. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS
menurut model precede di Puskesmas Tandun I.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif pendekatan desain cross-sectional dengan
pengambilan sampel tehnih simple random sampling yang dilakukan pada bulan April-mei
2022 diPuskesmas Tandun I Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Subyek penelitian ini
adalah WUS yang sesuai dengan kriteria dari umur 15-49 tahun yang berada diwilayah
Puskesmas Tandun I, sehat secara fisik dan mental serta memiliki pasangan hidup.
Jumlah kriteria penelitian ini sebesar 120 responden. Analisa yang digunakan Uji Chi-
square yang dilanjutkan dengan analisis Regresi Logistik Biner dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 25.0 dengan Alpha =0.05.
Hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan (p =0,011),
pendapatan (p=0,010), pengetahuan (p=0,024 ), sikap (p= 0,025) ada hubungan
keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes diPuskesmas Tandun I. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan umur (p=0,576), pekerjaan (p=0,474),
paritas (p=0,497 ), sarana prasana (p= 0,344), biaya (p=0,325) dan jarak (p =0,589)
terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes diPuskesmas
Tandun I.
Model regresi logitik berganda diperoleh dalam penelitian ini adalah I/(1+exp-(-
7,886 +1,203 (pendidikan)+ 1,503 (pendapatan)+ 1,491 (dukungan keluarga)+ 2,195
(dukungan tenaga medis). Hasil ini berfungsi memprediksi probalitas WUS dalam
keikutsertaan skrining kanker serviks berdasarkan tingkat pendidikan, pendapatan,
dukungan keluarga dan dukungan tenaga medis.
Kesimpulan penelitian ini Faktor prediposisi variabel pendidikan, pendapatan
didapatkan hasil berpengaruh signifikan dengan keikutsertaan dalam skring kanker
serviks. Faktor pendukung variabel sarana dan prasarana, biaya, jarak tidak berpengaruh
signifikan terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks. Faktor pendorong variabel
dukungan suami dan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining
kanker serviks. Nilai R-Square model 0,371, menunjukan bahwa 37,1% variabel
keikutsertaan skrining mampu dijelaskan oleh variabel pendidikan, pendapatan, dukungan
suami, dukungan tenaga medis dan faktor yang paling berpengaruh terhadap
keikutsertaan skrining kanker serviks di Puskesmas Tandun I adalah dukungan tenaga
medis.

vi
Saran bagi Praktisi Kesehatan khususnya bidan yang bertugas di Puskesmas
Tandun I maupun di Puskesmas Pembantu agar terlatih dalam skill melakukan tes IVA.
Untuk lebih proaktif untuk meningkatkan mutu materi penyuluhan/ promosi kesehatan
tentang kanker serviks, bahaya kanker serviks (bisa menyebabkan kematian), kemudian
untuk Stake Holder dalam pengambilan kebijakan dalam rangka peningkatan program
promosi dan pengenalan tentang skrining kanker serviks pada Wanita usia subur dan
keluarga serta memaksimalkan strategi dalam meningkatkan keikutsertaan skrining IVA
pada Wanita usia subur. Bagi akademis peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan
penelitian dengan desain studi kualitatif dan harapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta referensi khususnya tentang program deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA serta mengembangkan penelitian ini dengan melihat pengaruh strategi
promosi kesehatan dari petugas kesehatan terhadap perubahan perilaku wanita dalam
pelaksanaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes.

Kunci: Skrining kanker serviks, metode IVA, Model procede proceed

vii
SUMMARY

Sri Dewi Kristina Haloho


The Participation of Cervical Cancer Screening Using the IVA Test Method on WUS
according to the Precede-Proceed Model at the Tandun I Health Center, Master of
Midwifery Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya.
Chair of the supervisory Commission Dr. Lilik Zuhriyah, SKM., M.Kes, and members of Dr.
Safrina Dewi Ratnaningrum, S.Si., M.Si.Med

Cervical cancer is one of the most common types of cancer in women. This cancer
is the second leading cause of death in the world, with nearly 70% of cancer deaths
occurring in low- and middle-income countries. Cervical cancer can be diagnosed can
diagnose cervical cancer through a medical history, clinical examination, and laboratory
tests. Treatment of cervical cancer can be divided into two types, namely treatment of
precancerous lesions and invasive treatment of cervical cancer. In general, precancerous
lesions do not show symptoms. In invasive cancer, bleeding (contact bleeding, bleeding
during intercourse) and vaginal discharge are the most common symptoms. Cervical
cancer screening can be done using the IVA method, Pap smear, Pap net, cervical
angiography, colposcopy, and fluid cytology. The IVA method is the simplest, easiest,
cheapes,t and fastest screening method to detect cervical abnormalities. The IVA method
uses 3-5% acetic acid inspeculo and can be observed directly. Participation in cervical
cancer screening is influenced by socio-demographic characteristics, costs, and women's
knowledge and attitudes. In addition, the distance to the nearest health facility also affects
screening coverage. Distance is one of the supporting factors based on the precede-
proceed model. The purpose of this study was to determine the participation of cervical
cancer screening with the IVA test method in WUS according to the preceding model at the
Tandon I Health Center.
The study was carried out quantitatively with a cross-sectional design approach
with a simple random sampling technique sampling which was carried out in April-May
2022 at the Tandon I Health Center, Rokan Hulu Regency, Riau Province. The subjects of
this study were women of childbearing age (WUS) who met the criteria from the age of 15-
49 years and were in the area of the Tandon I Public Health Center, physically and mentally
healthy, and had a life partner. The number of criteria for this research is 120 respondents.
The analysis used was the Chi-square test followed by Binary Logistic Regression analysis
using SPSS version 25.0 with Alpha = 0,05.
The results of the bivariate analysis of this study showed that education (p = 0,011),
income (p = 0,010), knowledge (p = 0,024), and attitudes (p = 0.025) had a relationship
with participation in cervical cancer screening with the IVA test method at the Tandon I
Health Center. This also shows that there is no relationship between age (p=0,576),
occupation (p=0,474), parity (p=0,497), infrastructure (p= 0,344), cost (p= 0,325) and
distance (p = 0,589) to participation. cervical cancer screening using the IVA test method
at the Tandun I Health Center.
The multiple logistic regression model obtained in this study is 1/(1+exp-(-7,886
+1,203 (education) +11,503 (income) +1,491 (family support) + 2,195 (medical support).
participation in cervical cancer screening based on education level, income, family support
and medical personnel support.
The conclusion of this study is that the predisposing factors of education, income,
and income have a significant effect on participation in cervical cancer screening. The
supporting factors for the variables of facilities and infrastructure, cost, and distance did not
have a significant effect on participation in cervical cancer screening. The driving factor of
the husband's support variable and health workers has an effect on participation in cervical
cancer screening. The R-Square model value is 0,371, indicating that 37,1% of the
screening participation variables can be explained by the variables of education, income,
husband's support, and medical personnel support, and the most influential factor on
cervical cancer screening participation at the Tandun I Health Center is the support of
medical personnel.

viii
Suggestions for health practitioners, particularly midwives on duty at the Tandun I
Health Center and the Sub Health Center, to be trained in the skills of administering the
IVA test in order to be more proactive in improving the quality of health
education/promotional materials about cervical cancer and the dangers of cervical cancer
(which can cause death), and then for policymakers to improve promotional programs and
introductions about cervical cancer sc. For academics, further researchers are expected to
conduct research with qualitative study designs and hope to add knowledge and insight as
well as references, especially regarding the early detection program for cervical cancer with
the IVA method, and develop this research by looking at the effect of health promotion
strategies from health workers on changes in women's behavior in implementing cervical
cancer screening by the IVA method.

Keywords: Cervical cancer screening, IVA method, Precede-proceed model.

ix
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan tesis yang berjudul

“Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA Tes pada WUS

menurut Model Precede-proceed di Puskesmas Tandun I’’ sesuai waktu yang telah

ditentukan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

saran atau masukan serta dukungan dari beberapa pihak sehingga tesis ini dapat

terselesaikan dengan sempurna, maka penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D Med.Sc selaku Rektor Universitas Brawijaya

Malang beserta segenap jajarannya atas kesempatan dan fasilitas pendidikan

yang diberikan di Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

2. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med., Sp.A (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya atas izin yang diberikan sehingga penulis

dapat menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

3. Dr. dr. Sutrisno, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi Magister Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, yang telah memberikan

dukungan selama menempuh pendidikan Program Studi Magister Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

4. Dr. Lilik Zuhriyah, SKM., M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan Dr.

Safrina Dewi Ratnaningrum, S.Si., M.Si.Med selaku anggota pembimbing

yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan motivasi selama

penyusunan tesis ini.

x
5. dr. Subandi, SpOG (K) selaku ketua komisi penguji dan Dr. dr. Sutrisno, SpOG

(K) selaku anggota penguji yang telah memberikan arahan dan masukan demi

penyempurnaan tesis ini.

6. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPDTS) di Provinsi Riau, Kepala DPMPDTS Kabupaten Rokan Hulu, dan

Direktur RSUD Rokan Hulu serta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan

Hulu yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melalaksanakan pendidikan kejenjang Magister Kebidanan.

7. Kepala Puskesmas dan staf tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas

Tandun I yang telah mendukung dalam pengambilan data awal dalam

penyusunan tesis ini.

8. Rekan-rekan bidan khususnya Nelly Catherine Anggelina Manurung dan

Diana Meriz yang meminta namanya dituliskan pada pengantar tesis ini, di

wilayah Tandun I Kabupaten Rokan Hulu, para wanita usia subur di Tandun I

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Keluarga besarku, orangtua, suami, anak, kakak-kakak, ipar-ipar, adek,

keponakan terkasih, khususnya kakak tersayang Elfridha Haloho, Spd yang

selalu memberi semangat dan dukungan selama menyelesaikan pendidikan.

10. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Magister Kebidanan FKUB

angkatan 2020 atas dukungan dan dorongan selama penyusunan tesis ini.

Penulis sangat menyadari masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan sehingga banyak kekurang tepatan dalam penyusunan tesis ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tulisan

ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan praktik kebidanan.

Malang, September 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ............................................................. iv

HALAMAN PERUNTUKAN ................................................................................ v

RINGKASAN ..................................................................................................... vi

SUMMARY ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. ..... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8


2.1 Kanker Serviks ................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Kanker Serviks ................................................... 8
2.1.2 Etiologi Kanker Serviks ........................................................ 8
2.1.3 Tanda dan Gejala Kanker Serviks ........................................ 9
2.1.4 Stadium Kanker Serviks ..................................................... 10
2.1.5 Faktor Risiko Kanker Serviks ............................................. 13
2.1.6 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks .................................. 13
2.2 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) ................................................. 14
2.2.1 Pengertian IVA ................................................................... 15
2.2.2 Kelompok Sasaran Skrining IVA ........................................ 15
2.2.3 Peralatan Tes IVA .............................................................. 15
2.2.4 Langkah Pemeriksaan Tes IVA .......................................... 16
2.2.5 Pembacaan Hasil Tes IVA ................................................. 17
2.3 Keikutsertaan Mengikuti IVA .......................................................... 17
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ................................... 18
2.4.1 Faktor Prediposisi (Predisposing Factors) .......................... 19
2.4.2 Faktor Pendukung (Enabling Factors) ................................ 25
2.4.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factors) ............................ 27

xii
2.5 Motivasi ......................................................................................... 29
2.5.1 Sumber Motivasi ................................................................ 31
2.5.2 Pengukuran Motivasi ......................................................... 32
2.6 WUS .............................................................................................. 32
2.7 Kerangka Teori .............................................................................. 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................................... 36


3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 36
3.2 Hipotesis........................................................................................ 36

BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 38


4.1 Jenis dan Desain Penelitian........................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampling .................................................................. 38
4.2.1 Populasi ............................................................................. 38
4.2.2 Besar Sampel .................................................................... 38
4.2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................... 39
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 39
4.3.1 Tempat Penelitian .............................................................. 39
4.3.2 Waktu Penelitian ................................................................ 40
4.4 Bahan dan Alat Penelitian.............................................................. 40
4.5 Variabel Penelitian ......................................................................... 40
4.6 Definisi Operasional....................................................................... 42
4.7 Alur Penelitian ............................................................................... 45
4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 46
4.8.1 Uji Validitas ........................................................................ 46
4.8.2 Pengujian Reliabilitas ......................................................... 47
4.9 Analisis Data.................................................................................. 48

BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 50


5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................ 50
5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 51
5.3 Tingkat Pengetahuan..................................................................... 52
5.4 Sikap WUS .................................................................................... 52
5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pendukung dan
Pendorong ..................................................................................... 53
5.6 Pengaruh Variabel Faktor Prediposisi, Faktor Pendukung, dan
Faktor Pendorong terhadap Keiikutsertaan Skrining IVA ............... 55
5.7 Analisis Regresi Logistik Berganda................................................ 59
5.8 Koefisien Determinasi .................................................................... 62

BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................... 65


6.1 Pengaruh Umur terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes ..................................................... 65
6.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 66
6.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 69
6.4 Pengaruh Pedapatan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 70
6.5 Pengaruh Paritas terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 72
6.6 Pengaruh Pengetahuan terhadap Keikutsertaan Skrining
Kanker Serviks dengan Metode IVA tes ........................................ 74

xiii
6.7 Pengaruh Sikap terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 77
6.8 Pengaruh Sarana dan prasarana terhadap Keikutsertaan
Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA tes........................... 79
6.9 Pengaruh Biaya terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 80
6.10 Pengaruh Jarak terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA tes .................................................... 81
6.11 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Keikutsertaan Skrining
Kanker Serviks dengan Metode IVA tes ........................................ 84
6.12 Pengaruh Dukungan Tenaga Medis terhadap Keikutsertaan
Skrining Kanker Serviks dengan Metode IVA tes........................... 86
6.13 Variabel Paling Berpengaruh dengan Keikutsertaan Skrining
Kanker Serviks dengan Metode IVA tes ........................................ 88
6.14 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 90

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 91


7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 91
7.2 Saran ............................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

LAMPIRAN ...................................................................................................... 100

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 145

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sampel Lokasi dan Responden ...................................................... 39

Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ................................ 51

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ......... 52

Tabel 5.3 Distribusi Responden dengan Jawaban Benar pada Kuesioner


Pengetahuan US ............................................................................ 52

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap ................................. 52

Tabel 5.5 Distribusi Responden dengan Jawaban Sikap WUS pada


Kuesioner Sikap WUS .................................................................... 53

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Faktor Pendukung dan Pendorong ......... 53

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kuesioner Sarana dan Prasarana .................... 54

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Kuesioner Biaya .............................................. 54

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Dukungan Suami ............................ 54

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Kuesioner Dukungan Tenaga Medis ................ 55

Tabel 5.11 Pengaruh Variabel-variabel terhadap Keikutsertaan Skrining ......... 55

Tabel 5.12 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial ...................................... 61

Tabel 5.13 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial Lanjutan ........................ 61

Tabel 5.14 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial Lanjutan ........................ 61

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kanker Serviks dari Stadium Awal sampai Stadium Lanjut .......... 10

Gambar 2.2 Kerangka Teori............................................................................ 33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 36

Gambar 4.1 Alur Penelitian ............................................................................. 45

Gambar 5.1 Peta Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.. 50

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Kelaikan Etik ................................................ 100

Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Plagiasi ............................................. 101

Lampiran 3 Bukti Accepted Jurnal............................................................... 102

Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian ........................................................... 104

Lampiran 5 Lembar Penjelasan Kepada Responden .................................. 105

Lampiran 6 Lembar Informed Concent ........................................................ 108

Lampiran 7 Lembaran Pengumpulan Data .................................................. 109

Lampiran 8 Lembaran Kuesioner ................................................................ 110

Lampiran 9 Lembaran Kunci Jawaban ........................................................ 115

Lampiran 10 Lampiran Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................... 116

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 126

Lampiran 12 Penghitungan Analisis Data ..................................................... 127

Lampiran 13 Rekapan Kuesioner dan Coding ............................................... 140

xvii
DAFTAR SINGKATAN

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

HPV : Human Papilloma Virus papilloma

IFGO : The Intrnational Federation Of Gynecology and


Obstetrics
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

LBC : Liquid Base Cytology

PRECEDE : Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in


Educational Diagnosis and Evaluation
PROCEED : Policy, Regulatory, Organizational, Construct, in
Educational and Environmental Development

PROV : Provinsi

POSBINDU-PTM : Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi

PUS : Pasangan Usia Subur

PT : Perguruan Tinggi

SD : Sekolah Dasar

SLTA : Sekolah lanjutan Tingkatan Atas

SLTP : Sekolah lanjutan Tingkatan Pertama

UMR : Upah Mininum Regional

VILI : Inspeksi Visual Lugoliodin

WHO : World Health Organization

WUS : Wanita Usia Subur

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks menjadi salah satu kanker yang paling sering terjadi pada

wanita. Penyebab dari kanker serviks berasal dari infeksi Human Papilloma Virus

(HPV), hal ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95%

kasus kanker serviks. Kanker serviks ini merupakan penyebab kematian kedua

secara global dan hampir 70% kematian kanker terjadi di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah (Kemenkes RI, 2018). Kanker serviks

merupakan penyebab kanker keempat tersering di dunia pada wanita. Pada 2020

terdapat 604.000 kasus baru dan 342.000 kasus kematian akibat penyakit

tersebut (WHO, 2021).

Kanker serviks menduduki urutan ke-2 di Indonesia, angka kejadian kanker

serviks pada 2018 sebesar 32.439 kasus dengan angka kematian sebesar 1.234

kasus (Kemenkes RI, 2020) Angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia

disebabkan karena 80% pasien datang stadium lanjut dan 94% pasien stadium

akhir meninggal dalam dua tahun (Andriani, 2020). Angka kejadian kanker serviks

menurut profil dinas Kesehatan Provinsi Riau sebesar 47I orang (1,1 %) dari

44.248 jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan. Deteksi dini rutin dilakukan

pada usia subuh 30-50 tahun diseluruh wilayah kabupaten atau kota seprovinsi

Riau (Wastikasari, 2019).

Pada Mei 2018, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengeluarkan seruan untuk bertindak

menghilangkan atau mencegah terjadinya kanker serviks (Zhang et al., 2020).

Direktur Jenderal meluncurkan strategi Global untuk mempercepat eliminasi

kanker serviks pada tahun 2030 meliputi: (1) cakupan vaksinasi Human

1
Papillomavirus (HPV) 90% pada anak perempuan yang memenuhi syarat, (2)

cakupan skrining 70% dengan tes kinerja tinggi dan (3) 90% wanita dengan tes

skrining positif atau lesi serviks dikelola dengan tepat (WHO, 2021). Kanker

serviks dapat didiagnosa dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinik.

Pada umumnya, lesi pra kanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi

kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding,

perdarahan saat berhubungan intim) keputihan. Pemeriksaan klinik pada pasien

kanker serviks dapat dilakukan dengan inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,

sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bonei scan, CT scan atau

MRI, PET scan. Terapi kanker serviks dibedakan menjadi dua yaitu terapi lesi

prakanker dan terapi kanker serviks invasif (Andrijono et al., 2016).

Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan metode IVA, pap smear,

pap net, cervicolography, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan (Nasution et al,

2018). Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu,

pemeriksaan di laboratorium akan dilakukan agar diketahui apakah di dalam

sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker. Berdasarkan penelitian

Natasya (2020) dijelaskan sensitivitas Pap smear berkisar 30-95% dan

spesifisitasnya sekitar 62-100%. Keberhasilan Pap smear dalam mendeteksi lesi

prakanker hampir 80%. Ketika pemeriksaan Pap smear tidak dapat dilakukan

maka metode IVA dapat dilanjutkan (Natasya, 2020).

Metode IVA merupakan metode skrining yang paling sederhana, mudah,

murah dan cepat dalam mendeteksi kelainan pada serviks. Tes IVA menggunakan

asam asetat 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata

langsung (mata telanjang) dengan tingkat keberhasilan 60-92% (Kemenkes RI,

2017). Akan tetapi metode IVA belum banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar

wanita. Jumlah cakupan pengguna IVA di Indonesia hanya berkisar 8.3% saja,

2
sedangkan pada Provinsi Riau total cakupan pengguna IVA mencapai 10.6%

(Kemenkes RI, 2020).

Inspeksi visuali asam asetat (IVA) termasuk kedalam programiPos Binaanni

Terpadu PenyakitiTidakiMenular (POSBINDU PTM) dikelolamoleh masyarakat

melalui pembinaan terpadunyangnidilakukan sebulanisekali. Untuk pemeriksaan

IVA dalam program POSBINDU-PTM ini dilakukan oleh bidan terlatih (Andrijono

et al., 2016). Di Indonesia wanita telah menjalani deteksinikanker iserviks melalui

IVA sampai dengan tahun 2020 dari hasil ipemeriksaanuIVA telah ditemukan

50.171 IVA positif dan 5.847 curiga kanker serviks (Kemenkes RI, 2020). Kegiatan

deteksi dini dengan pemeriksaan tes IVA telah dilaksanakan di semua layanan

Puskesmas di Kabupaten/ Kota Provinsi Riau sebanyak 49.218 orang (6,5%) dari

753.219 orang perempuan yang berusia 30-50 tahun (Dinkes Prov Riau, 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan, data cakupan deteksi dini kanker serviks

melalui metode IVA tes di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2019 sebesar 2,59% (782

orang dari jumlah sasaran perempuan usia 30-50 tahun sebanyak 30.105) (Dinkes

Prov Riau, 2020). Sedangkan dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskemas

Tandun I jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA selama 3 tahun terakhir

(2019–2021) berkisar antara 0,3%-0,6%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

cakupan pemeriksaan IVA di Puskesmas Tandun I masih sangat rendah

(Puskesmas Tandun I, 2022).

Keikutsertaan dalam skrining ikanker serviks dipengaruhi karakteristik

sosial demografi, biaya, serta pengetahuan dan sikap perempuan (Wulandari,

2010). Selain itu, jarak ke fasilitas kesehatan terdekat juga mempengaruhi

cakupan skrining. Jarak merupakan salah satu faktor pendukung berdasarkan

model precede-proceed. Jarak yang terlalu jauh dan akses kendaraan yang susah

menjadi faktor yang dapat menghambat WUS untuk melakukan tes IVA (Kholifah

et al., 2016). Pemeriksaan skrining kanker kerviks dapat dilihat atau dipengaruhi

3
oleh pengetahuan. Informasi tentang kanker serviks dan skrining kanker serviks

dapat membantu meningkatkan jumlah wanita keikutsertaan skrining kanker

serviks (Notoatmojo, 2014). Selain pengetahuan, hal penting lainnya adalah biaya.

Biaya dapat mempengaruhi keputusan seseorang melakukan pemeriksaan

kesehatan. Faktor bahwa ada harga terkait dengan menjalani pemeriksaan

skrining kankeri serviks dapat membatasi keterlibatan masyarakat. Penelitian di

amerika serikat menyebutkan program skrining kanker serviks gratis dapat

meningkatkan keikutsertaan skrining (Arevian et al., 2006).

Model Precede-Proceed (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes

in Educational Diagnosis and Evaluation) adalahi suatu model digunakan dalam

menentukan diagnosis masalah kesehatan. Precede digunakan pada fase

diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program terhadap

faktor perilaku. Adapun ketiga faktor utama antara lain: (1) Faktor ipredisposisi

(predisposing factors) terbentuk dipengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai,

dan lain-lainya. (2) Faktor pendorong (reinforcing factorsi) terbentuk di sikap dan

perilaku petugas kesehatan/ petugas lain yang menjadi kelompok referensi dari

perilaku imasyarakat maupun keluarga. (3) Faktor pendukung (enabling factorsi)

terbentuk di fasilitas-fasilitas sarana-sarana, alat metode IVA tes dan lain-lainnya.

Faktor pendukung perilaku terdiri dari fasilitas, sarana prasarana difasilitasi

terjadinya perilaku seseorang masyarakat. Misalnya untuk terjadinya perilaku

WUS yang melakukan IVA tes maka diperlukan bidan atau dokter sedangkan

untuk proceed (Policy, Regulatory, Organizational, Construct, in EducationaIl iand

EnvironmentalI Developmentt) udigunakan untuk imenetapkan sasaran dan

kriteria kebijakan, iserta implementasi idan ievaluasi (Lawrence W. Green and

Marshall W. Kreuter, 1991)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

4
rendahnya cakupan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes

pada WUS menurut model precede-proceed di Puskesmas Tandun I. Model

precede-proceed belum pernah digunakan untuk mengindentifikasi faKtor-faktor

yang berpengaruh terhadap keikutsertaan WUS dalam pemeriksaan IVA di

Kecamatan Tandun I.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana gambaran faktor prediposisi (umur, pendidikan, paritas,

pekerjaan, sikap dan tingkat pengetahuan) WUS terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes?

1.2.2 Bagaimana gambaran faktor pendukung (sarana dan prasarana, biaya,

jarak) WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes?

1.2.3 Bagaimana gambaran faktor pendorong (dukungan suami, dukungan tenaga

medis) WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes?

1.2.4 Apa saja faktor prediposisi yang berpengaruh dengan keikusertaan WUS

dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes?

1.2.5 Apa saja faktor pendukung yang berpengaruh dengan keikusertaan WUS

dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes?

1.2.6 Apa saja faktor pendorong yang berpengaruh dengan keikusertaan WUS

dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penulis

penelitian ini menjabarakan tujuan dari penelitian ini, yakni:

5
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran faktor prediposisi (tingkat pengetahuan,

paritas, pendidikan, pendapatan, usia, pekerjaan, sikap) WUS terhadap

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes.

1.3.2 Untuk mengetahui gambaran faktor pendukung (sarana dan prasarana,

biaya, jarak) WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes.

1.3.3 Untuk mengetahui gambaran faktor pendorong (dukungan suami, dukungan

tenaga medis) WUS terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes

1.3.4 Untuk mengetahui komponen faktor prediposisi yang berpengaruh dengan

keikusertaan WUS dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes.

1.3.5 Untuk mengetahui komponen faktor pendukung yang berpengaruh dengan

keikusertaan WUS dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes.

1.3.6 Untuk mengetahui komponen faktor pendorong yang berpengaruh dengan

keikutsertaan WUS dalam melakukan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan pemahaman Keikutsertaan skrining kanker

serviks dengan metode IVA tes pada WUS menurut model precede-proceed

di Puskesmas Tandun I.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam

melakukan penelitian keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes pada WUS menurut model precede-proceed di Puskesmas Tandun

I.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dalam

melakukan penelitian tentang Keikutsertaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes pada WUS menurut model precede-proceed di Puskesmas

Tandun I.

b. Bagi tenaga kesehatan,agar dapat menambahan wawasan tentang

Keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS

menurut model precede-proceed di Puskesmas Tandun I.

c. Bagi WUS secara tidak langsung sebagai masukan dalam mendapatkan

informasi tentang keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA

tes.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks

2.1.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks atau juga dikenal sebagai Kanker leher rahim adalah tumor

ganas yang mempengaruhi lapisan permukaan rahim atau leher rahim (epitel).

Sel-sel permukaan ini, tidak seperti sel normal, mengalami proliferasi dan

pembuahan yang dapat menyebabkan kanker. Pertumbuhan sel yang tidak

mengikuti pedoman normal dapat menyebabkan tumor, luka, atau borok yang

dapat menyebabkan keluhan atau gejala seperti keputihan yang berbau dan

pendarahan. Ciri lain dari sel-sel ganas ini adalah bahwa mereka dapat menyebar

baik secara fisik ke seluruh panggul dan melalui saluran karet, pembuluh limfatik,

dan pembuluh darah ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan tulang (Rasjidi,

2009: 20).

2.1.2 Etiologi Kanker Serviks

Kanker serviks disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai Human

Papilloma Virus, atau HPV (Human Papilloma Virus papilloma). Kehadiran HPV

adalah penyebab utama kanker serviks. HPV menyebabkan kanker serviks dalam

jangka waktu yang lama, antara 10 dan 20 tahun. Infeksi HPV dini, lesi prakanker,

dan kanker serviks stadium awal biasanya tidak menimbulkan gejala apapun pada

pasien. Akibatnya, sebagian besar kasus kanker serviks terlambat didiagnosis.

Banyak orang baru mengetahui bahwa mereka mengidap kanker serviks pada

stadium lanjut (Andriani et al., 2020).

Infeksi Human Papilloma Virus adalah salah satu penyebab paling umum

dari kanker serviks (HPV). Saat ini ada I38 jenis HPV yang telah didentifikasi,

dengan 40 di antaranya mampu ditularkan melalui kontak seksual. Beberapa jenis

8
virus HPV memiliki risiko kecil menyebabkan kanker, sedangkan yang lain memiliki

risiko tinggi. Meskipun begitu varietas HPV risiko tinggi dan risiko rendah dapat

menyebabkan perkembangan sel yang abnormal, tetapi hanya jenis HPV risiko

tinggi yang diketahui menyebabkan kanker. Virus HPV berisiko tinggi adalah tipe

16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 69, dan mungkin lebih banyak bentuk

virus HPV risiko tinggi dapat ditransfer selama hubungan seksual (Depkes RI,

2010).

Menurut penelitian (Abdi, 2019), tipe 16 dan 18 bertanggung jawab atas

lebih dari 90% keganasan serviks. HPV16 sendiri bertanggung jawab untuk lebih

dari setengah dari semua keganasan serviks. Kanker serviks memiliki

kemungkinan 5% berkembang pada seseorang yang telah terinfeksi HPV16.

2.1.3 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Pada fase awal infeksi HPV dan kanker serviks, tidak ada gejala. Jika

kanker telah lanjut atau mencapai stadium lanjut, gejala berikut dapat terjadi

(Rasjidi, 2009) :

1) Keputihan: semakin lama bau dan tidak sembuh, semakin buruk; bahkan bisa

bercampur dengan darah.

2) Perdarahan kontak setelah hubungan seksual adalah gejala serviks 75-80%.

3) Pendarahan spontan, yang dihasilkan dari pembukaan pembuluh darah dan

terjadi lebih sering semakin lama mereka terbuka.

4) Perdarahan wanita menopause

5) Anemia

6) Gagal ginjal yang disebabkan oleh infiltrasi sel tumor ke dalam ureter,

menghalangi sepenuhnya.

7) Perdarahan vagina yang tidak biasa

a) Pendarahan di antara periode menstruasi.

b) Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih berat dari biasanya.

9
c) Pengalihan setelah hubungan seksual atau inspeksi panggul.

d) Pendarahan terkait menopause pada wanita.

8) Nyeri

a) Nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri saat mengintip, dan

nyeri di daerah panggul.

b) Jika kanker telah berkembang ke stadium III atau lebih, akan menyebabkan

pembengkakan di berbagai tempat di tubuh, termasuk betis, paha, dan area

lainnya.

Gambar 2. 1 Kanker Serviks dari Stadium Awal sampai Stadium Lanjut (WHO
2021)

2.1.4 Stadium Kanker Serviks

Ahli medis menggunakan istilah stadium untuk mendefinisikan resistensi

kanker serta jumlah kanker yang telah menyebar dan menyerang jaringan

sekitarnya. Stadium kanker serviks mengacu pada stadium kanker dan waktu

kemunculannya. Pemilihan tahap ini merupakan hasil dari upaya komprehensif

untuk menemukan dan memilih pengobatan terbaik untuk mengobati penyakit.

Stadium klinis untuk perawatan kanker terjadi bersamaan dengan intervensi

bedah. Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011). The International Federation

10
Of Gynecology And Obstetrics (IFGO) mendefinisikan stadium paling umum dari

kanker serviks. Angka romawi 0 hingga IV mewakili stadium kanker dalam metode

ini, semakin tinggi angkanya, semakin berbahaya dan lanjut kankernya (Kemenkes

RI, 2018) Berikut ini adalah tingkat stadium kanker serviks :

1) Tahap pertama atau stadium 0.

Tahap ini, juga dikenal sebagai karsinoma in situ, yang menunjukkan

bahwa kanker belum menyebar ke bagian lain dari tubuh. Pada tahap ini,

perubahan sel abnormal hanya terlihat pada permukaan serviks. Ini termasuk

penyakit prakanker yang dapat diobati dan memiliki tingkat pemulihan hampir 100

persentase (Abdi, 2019).

2) Stadium Stadium I

Karsinoma serviks terbatas di uterus, maksudnya Kanker telah tumbuh di

leher rahim, tetapi belum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Stadium I saat ini

dibagi menjadi dua bagian IA dan IB.

a) Stadium IA

Stadium Pertumbuhan kanker stadium sangat kecil sehingga hanya dapat

dilihat di bawah mikroskop atau dengan kolposkop. Keganasan telah

berkembang menjadi ukuran kurang dari 3 mm, serta lebarnya kurang dari 7

mm pada stadium IAI sedangkan stadium IA 2 dengan kedalaman berukuran

antara3-5 mm dan lebar (ukuran horizontal) kurang dari 7 mm pada jaringan

serviks

b) Stadium I B

Kanker telah menyebar ke area yang lebih luas, tetapi belumbergerak di luar

jaringan serviks. Tanpa menggunakan mikroskop, kanker ini mudah terlihat.

Kanker stadium IB I biasanya memiliki diameter kurang dari 4 cm, sedangkan

kanker stadium IB 2 memiliki diameter lebih dari 4 cm ukuran horizontal.

(Kemenkes RI, 2018).

11
3) Stadium II

Pada stadium II kanker serviks sudah mulai menyebar di luar leher Rahim,

namun tidak sampai ke dinding Rahim dan sepertiga bagian bawah vagina dengan

pembagiannya menjadi 2 yaitu

a) Stadium II A

Kanker stedium II A berarti kanker telah menyebar hingga kebagian vagina

atas, pada stadium ini ukuran lebih dari 4 cm

b) Stadium II B

Pada stadium ini kanker sudah mulai menyebar kearea jaringan sekitar

vagina dan serviks namun tidak sampai panggul (Rasjidi, 2009).

4) Stadium III

Kanker serviks pada stadium ini telah menyebar disekitar jaringan lunak

dan serviks sepanjang dinding panggul dam memiliki kemungkinan untuk

menghambat aliran urine di kandung kemih. Dengan tingkatan stadium:

a) Stadium III A

Kanker telah menyebar di sepertiga bagian bawah dari vagina, tetapi belum

menyebar didinding panggul.

b) Stadium III B

Pada stadium ini penyebaran kanker sudah sampai pada dinding panggul

5) Stadium IV

Stadium akhir ini merupakan tingkatan kanker serviks paling parah.

Penyebaran karker sudah keluar dari area serviks dan rahim dengan tingkatan

sebagai berikut:

a) Kanker stadium IV A

Kanker pada Stadium ini telah menjalar diorgan sekitar serviks yaitu kandung

kemih dan rektrum

12
b) Kanker stadium IV B

Kanker telah menyebar di organ-organ yang sangat jauh dari serviks dalam

tubuh manusia, seperti paru-paru (Kemenkes RI, 2018).

2.1.5 Faktor Risiko Kanker Serviks

Kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus HPV risiko

tinggi. Virus ini menyebar melalui kontak kulit saat berhubungan seksual. Secara

umum, gaya hidup yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab kanker

serviks, serta cara merawat organ reproduksi wanita yang salah juga menjadi

penyebab terjadinya kanker serviks tanpa melihat batas usia. Selain itu Kanker

serviks dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi tambahan, termasuk:

1) Berhubungan seks sebelum berusia 20 tahun.

2) Bergonta ganti pasangan seksual

3) Penggunaan alat kontasepsi oral secara berkepanjangan

4) Riwayat kanker serviks pada keluarga

5) Defisiensi nutrisi

6) Lemahnya imunitas

7) Infeksi klamidia (Andriani et al., 2020)

2.1.6 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi dini merupakan satu-satunya metode untuk mendeteksi

keterlibatan HPV dan kanker serviks pada stadium awal. Mendeteksi kanker

sebelum menjadi ganas lebih efektif daripada menunggu sampai menjadi ganas.

Pap smear, pap net, cervicolography, tes IVA (Visual Acid Inspection), tes HPV,

kolposkopi, dan sitologi berbasis cairan (preparat pap smear lapis tipis) adalah

beberapa metode deteksi dini yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya

kanker serviks (Nasution et al., 2018).

Teknisi medis dapat melakukan tes skrining di bawah arahan dokter.

Skrining tidak dirancang untuk menggantikan diagnosis melainkan teknik untuk

13
mengidentifikasi perkembangan diagnosis sehingga dapat diperiksa untuk

diagnosis. Suatu diagnosis dapat membantu menetapkan uji validitas, sensitivitas,

dan spesifisitas selain untuk mengkonfirmasi atau menyanggah suatu uji skrining

(Kemenkes RI, 2008).

Metode IVA di Puskesmas Kota Padang yang digunakan dalam penelitian

(Aprianti et al., 2018) sebagian besar pada aspek-aspek yang relevan dengan

diagnosis dini kanker serviks. Faktor yang berhubungan dengan deteksi dini

kanker serviks dieksplorasi, Identifikasi dini kanker serviks dengan tes IVA, serta

metode IVA serviks, semuanya merupakan bagian dari perilaku suportif

kesehatan. Perilaku atau upaya seseorang untuk menjaga atau memelihara

kesehatan agar tidak sakit, serta upaya penyembuhan jika tidak sehat,

didefinisikan sebagai perilaku Kesehatan (Notoatmojo, 2014). Deteksi lesi pra

kanker terdiri dari berbagai metode: (1). Papsmear (konvensional atau liquid-base

cytology/LBC, (2). Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), (3). Inspeksi Visual

Lugoliodin (VILI), (4). Test DNA HPV (genotyping / hybrid captur) (Andrijono et al.,

2016)

2.2 Insfeksi Visual Asam Asetat (IVA)

2.2.1 Pengertian IVA

IVA tes adalah metode inspeksi visual dengan asam asetat, atau dikenal

juga dengan sebutan visual inspection with acetic acid. Seperti namanya, IVA tes

adalah suatu cara mendiagnosis dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan

menggunakan asam asetat. Metode deteksi dini kanker serviks yang populer di

Indonesia salah satunya adalah inspeksi asam asetat (IVA), tidak kalah

populernya dengan metode pap smear, jika pap smear dilakukan dengan

mengambil cairan leher rahim, tetapi IVA dilaksanakan dengan mengoles atau

mengusap leher rahim/ serviks dengan asam asetat 3-5% dan larutan iodium lugol

dengan bantuan lidi wotten. Metode ini dilakukan untuk mengamati perubahan

14
warna yang terjadi paska dioleskan selama 1-2 menit. Sehingga hasil dapat dilihat

dengan mata telanjang (Nasution et al., 2018).

Serviks dikatakan abnormal apabila pasca pengolesan asam asetat

berubah warna menjadi putih (aceto white epitelum), kemungkinan pasien memiliki

lesi prakanker jika hal tersebut dialami. Dan sebaliknya jika tidak ada perubahan

warna pada serviks, maka dapat dikatakan bahwa serviks dalam kondisi normal.

Namun penerapan metode IVA tidak dapat dilakukan pada wanita yang telah

manopouse. Dikarenakan daerah zona transisional sering terletak pada kanalis

serviksalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo (Novitaa & Sagita,

2020).

2.2.2 Kelompok Sasaran Skrining IVA

Sasaran kelompok skrining IVA dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Perempuan dengan usia 30-50 tahun

2) Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar

cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah (bahkan

jika di luar kelompok usia tersebut).

3) Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan

yang sedang hamil dapat menjalani skrining dengan aman, tetapi tidak boleh

menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat

dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal

4) Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB dianjurkan

untuk skrining kanker leher rahim (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

2.2.2 Peralatan Tes IVA

Prosedur pelaksanaan tes IVA cukup sederhana, dimana pemeriksaan ini

bisa dilakukan oleh tenaga medis selain dokter ginekologi tetapi sebelum

melaksanakan tes IVA perlu dipersiapkan Peralatan secara lengkap. Berikut ini

peralatan yang disiapkan untuk melaksanakan tes IVA, antara lain:

15
1) Sabun dan air untuk cuci tangan

2) Cahaya atau lampu terang guna mengamati seviks

3) Spekulum dengan disinfaksi tingat tinggi

4) Sarung tangan

5) Meja ginokologi

6) Lidi wotten dan kapas

7) Asam asetat 3-5% (Bisa juga asam cukai yang dipakai sehari-hari untuk

masak yaitu kandungannya berisi 20 % dengan perbandingan 1:4)

8) Larutan iodium lugol

9) Larutan klorin 0,5% dalam wadah untuk dikontaminasi

10) Instrument dan sarung tangan

11) Format pencatatan (Kemenkes RI, 2018).

2.2.3 Langkah Pemeriksaan Tes IVA

Pada umumnya pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara mengoleskan

asam asetat pada leher rahim pasien. Pasien diperiksa pada kondisi litotomi di

atas meja ginekologi, berikut langkah-langkahnya:

1) Sebelum peemeriksaan dimulai wajib bagi tenaga medis mencuci tangan dan

mengeringkannya.

2) Pasang speculum yang hiegenis dan masukkan kedalam vagina untuk melihat

leher rahim

3) Sesuaikan pencahayaan agar mendapatkan gambaran terbaik serviks

4) Bersihkan segala kotoran yang ada pada serviks menggunakan lidi wotten

5) Identifikasi daerah sambungan zona transformasi (skuamo-kolumnair

junction) dan area sekitarnya.

6) Masukkan lidi wotten yang telah diceupkan dengan asam asetat 3-5%

kedalam vagina sampai menyentuh portio, lalu tunggu 1-2 menit, guna melihat

perubahan yang terjadi pada serviks.

16
7) Amati dengan teliti area transformasi serta catatlah bila terjadi serviks mudah

berdarah dan terdapat plaque putih dan tebal bila menggunakan asam asetat

dan kuning bila menggunakan larutan lugol.

8) Bersihkan seluruh darah dan debris pada saaat pemeriksaan.

9) Bersihkan larutan asam asetat dan lugol dengan lidi wotten atau kasa bersih.

10) Catat hasil gambar daerah temuan (Kemenkes RI, 2018)

2.2.4 Pembacaan Hasil Tes IVA

Ketika hasil pemeriksaan positif terinfeksi sel kanker, dengan ditunjukkan

adanya area putih dan permukaan meninggi dan memiliki batas yang jelas diarea

transformasi, serta pemeriksaan IVA menunjukkan keabnormalan. Pasien akan

direkomendasikan untuk melakukan biopsy sebagai proses pengobatan lanjutan

(Abdi, 2019).

2.3 Keikutsertaan Mengikuti IVA

Keikutsertaan dalam kamus (KBBI, 2021) perihal ikut serta, tindakan ikut

serta. Partisipasi dalam metode yang sama adalah partisipasi dengan cara yang

hampir sama. Pengertian lainnya adalah keikutsertaan dan pengabdian

sekelompok orang atau sekelompok orang dalam aksi bersama yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan. Partisipasi individu atau sekelompok anggota

masyarakat dalam suatu tindakan didefinisikan sebagai penangkapan biasa.

Partisipasi terjadi sebagai akibat dari interaksi sosial antara orang-orang yang

berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat (Waryana, 2016).

Menurut temuan penelitian, Dewi (2019) rendahnya partisipasi wanita

subur dalam deteksi dini kanker serviks dengan tes IVA dapat dikaitkan dengan

kurangnya pengetahuan WUS, yang mengarah pada sikap negatif terhadap ujian,

serta variabel lingkungan seperti lingkungan suami mereka. penolakan untuk

menguji mereka. Pengaruh yang memperkuat, menurut teori Precede-proceed,

juga merupakan penentu perilaku seseorang, terutama sikap lingkungan

17
terdekatnya dalam situasi ini, sikap suami sangat signifikan dalam bertindak pada

tes IVA. Dalam masyarakat patriarki, suami sebagai pemimpin keluarga memiliki

peran penting dalam kesehatan keluarga, termasuk istri.

Sebagai hasil, informasi mengenai tes IVA diperlukan tidak hanya untuk

WUS yang menerima konseling IVA, tetapi juga untuk suami mereka sehingga

mereka dapat mendukung istri mereka selama tes. Berdasarkan hasil observasi,

terdapat hubungan yang kuat antara partisipasi WUS dalam tes IVA dengan

tingkat pengetahuan (p value 0,000), sikap (p value 0,041), akses informasi (p

value 0,000), dan dukungan suami (p value 0,000). 0,000) (S. A. Dewi, 2019).

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Simanjuntak et al. (2021) yang menemukan adanya hubungan antara persepsi

terhadap kanker serviks dengan sikap terhadap diagnosis dini IVA, dibuktikan

dengan hasil uji Kendal Tau T = 0,329 dengan signifikansi p = 0,00I (0,05). Ketika

seorang WUS memperoleh pengetahuan tentang kanker serviks, seperti

patofisiologi, implikasi yang terjadi ketika seorang wanita didiagnosis menderita

kanker serviks, dan bagaimana mencegah kanker serviks, dia tidak akan

berperilaku seperti yang dianggap biasa untuk kanker serviks. WUS akan

berupaya dalam mendapatkan pemeriksaan IVA untuk mencegah kanker serviks.

Pemberian informasi mengenai program pelayanan pemeriksaan IVA Puskesmas

Tandun I merupakan sarana atau sarana bagi ibu-ibu untuk mencapai perilaku

sehat tentang kanker serviks agar dapat berpartisipasi dalam pemeriksaan.

(Notoatmojo, 2014) mengusulkan gagasan IVA, yang mengklaim bahwa elemen

pengetahuan dan sikap merupakan predisposisi yang berkonstruksi.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Berdasarkan (KBBI, 2021) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu

terhadap rangsangan atau lingkungan. Orientasi terbentuknya sebuah perilaku

adalah tujuan, yang merupakan motivasi diri guna mencapai suatu tujuan.

18
Perilaku manusia hasil dari sebuah interaksi manusia dan pengalaman yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk itu perilaku adalah

respon/ reaksi seseorang yang timbul dari luar ataupun dari dirinya sendiri (Irwan,

2017).

Menurut model precede-proceed yang dikutip oleh (Saulle et al., 2020),

faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, pendidikan umur, berkenaan

dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas,

sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga,

petugas kesehatan dan lain-lainnya. Faktor-faktor yang menetukan perilaku

sehingga menimbulkan perilaku yang positif adalah:

2.4.1 Faktor Prediposisi (predisposing factors)

Notoatmodjo, (2007) pengetahuan diartikan sebagai hasil dari tahu karena

hal ini terjadi setelah individu atau kelompok pengamatan melalui suatu tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya:

1. Umur

Berdasarkan (KBBI, 2021) Umur atau usia adalah lama waktu hidup atau

ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur saat diagnosa merupakan faktor

prognostik untuk kanker serviks. Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kanker leher rahim dapat

terjadi pada usia mulai 18 tahun (Huclok, 1998). Penelitian menunjukkan semakin

muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar akan

mendapatkan kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu

muda (Ramadhaningtyas & Tenggara, 2020).

19
2. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat

agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara

(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau

tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh

pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaranya

melalui proses pembelajaran (Soekidjo, 2010).

Menurut Nursalam dapat disimpulkan bahwa orang yang mendapat

pendidikan tinggi maka ia akan mudah untuk menerima informasi sehingga dapat

menambah pengetahuannya sedangkan orang yang pendidikan rendah akan sulit

untuk merubah sikap mereka terhadap hal-hal baru yang baru diterimanya

(Nursalam, 2020).

3. Pekerjaan

Berdasarkan KBBI (2021), pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan

pokok penghidupan atau sesuatu yang dijadikan untuk mendapatkan. Pekerjaan

menjadi penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap kesehatannya. Tingkat

pendidikan yang mayoritas rendah menyebabkan sulit untuk mendapatkan

pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus dan diapatkan melalui jenjang

pendidikan normal. Kejadian kanker serviks berhubungan dengan pekerjaan

ringan atau pekerjaan kantoran, (sosial ekonomi menengah keatas), Wanita

pekerja seperti petani dan buruh (sosial ekonomi rendah), mempunyai risiko 4 kali

lebih tinggi (Zhang et al., 2020)

4. Status ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikonomia. Kata oikonomia

berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga,

sedangkan nomos berarti mengatur. Jadi oikonomia berarti mengatur rumah

tangga. Ekonomi berkembangan menjadi suatu ilmu, sehingga ekonomi berarti

20
pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur

rumah tangga. Rumah tangga diartikan secara lebih luas, rumah tangga disini

berkaitan dengan kelompok sosial yang dianggap sebagai rumah tangga sebagai

kesatuan kelompok manusia yang hidup menurut norma dan tata aturan tertentu

M.T Ritonga, 2000:36 dalam SYAIFI, (2016).

Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang

mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya

dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan (Richard G Lipsey dan Pete O Steiner, 1991:9). Tidak hanya di

Indonesia namun juga di luar negeri status sosial ekonomi seseorang berpengaruh

dalam kehidupan bermasyarakat, pekerjaan, bahkan pendidikan. Menurut Polak

(Abdulsyani, 2007:91) status (kedudukan) memiliki dua aspek yaitu aspek yang

pertama yaitu aspek struktural, aspek struktural ini bersifat hierarkis yang artinya

aspek ini secara relatif mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya terhadap

status-status lain, sedangkan aspek status yang kedua yaitu aspek fungsional

atau peranan sosial yang berkaitan dengan status-status yang dimiliki seseorang.

5. Paritas

Paritas merupakan keadaan dimana seseorang wanita pernah melahirkan.

Wanita yang memiliki jumlah paritas >3 memiliki risiko 5,5 lebih besar untuk

terjadinya kanker serviks daripada Wanita yang memiliki jumlah paritas ≤3

(Aballéa et al., 2020). Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak

lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat

menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim dan dapat

berkembang menjadi keganasan (Adoch et al., 2020).

6. Pengetahuan

Hasil dari “pemahaman” adalah pengetahuan, yang terjadi setelah orang

merasakan suatu hal tertentu pada suatu objek melalui panca indra yaitu Indra

21
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan manusia digunakan

untuk merasakan sesuatu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui indera penglihatan dan pendengaran (S Notoatmodjo, 2007).

a. Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan sama halnya dengan cara orang memecahkan

masalah dengan konsep dan kemampuan baru dalam pembelajaran di kelas,

jumlah pengetahuan adalah tingkat seberapa dalam seseorang dapat

menghadapi, memperdalam, memperdalam perhatian. Ada enam derajat untuk

mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara mendalam:

1) Mengetahui (know)

Mengetahui didefinisikan sebagai mengingat apa yang telah dipelajari

sebelumnya. Mengingat (recall) sesuatu yang spesifik dari materi yang

diperoleh atau dipelajari termasuk dalam pengetahuan tingkat ini. Sebutkan,

jelaskan, definisikan, nyatakan, dan kata kerja lainnya adalah contoh kata kerja

yang dipelajari untuk mengukur bahwa individu menyadari apa yang mereka

pelajari.

2) Memahami

Kemampuan untuk menjelaskan objek yang sudah dikenal dan dipahami

dengan tepat.

3) Aplikasi

Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerapkan apa yang telah

dipelajari dalam suatu keadaan atau dalam kehidupan nyata.

4) Analisis

Analisis Kemampuan untuk menguraikan bahan menjadi komponen-komponen

sambil tetap berada di dalam struktur dan memiliki hubungan satu sama lain.

22
5) Sintesis

Kemampuan untuk menggabungkan atau menghubungkan bagian-bagian yang

berbeda untuk membentuk satu kesatuan yang baru atau buat formula baru dan

saat ini.

6) Evaluasi atau Penilaian.

Ini menitikberatkan pada kemampuan menjustifikasi dan menilai suatu materi

atau item.

Setelah orang melihat suatu hal tertentu, mereka memperoleh

pengetahuan sebagai hasil pengamatan mereka. Indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan sentuhan manusia digunakan untuk merasakan sesuatu.

Green menekankan bahwa meskipun pengetahuan kesehatan tertentu diperlukan

sebelum tindakan kesehatan pribadi dilakukan, tindakan kesehatan yang

diharapkan tidak akan terjadi sampai seseorang menerima dorongan kuat dari

dalam untuk membuatnya bertindak berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan sangat penting, tetapi tidak cukup untuk mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang, diperlukan faktorpelengkap lainnya. Dalam rangka

meningkatkan pengetahuan WUS tentang kanker serviks dan diagnosis dini

kanker serviks menggunakan metode IVA, pemahaman tentang materi tentang

kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks menggunakan metode IVA harus

diberikan kepada WUS dan masyarakat. Dengan p-value 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

keterlibatan WUS dalam diagnosis dini kanker serviks menggunakan metode IVA.

Hal ini bisa jadi karena tingkat pengetahuan seseorang merupakan faktor

predisposisi yang membantu atau menentukan terjadinya perilaku kesehatan

seseorang yaitu keikutsertaan dalam deteksi dini serviks (Aprianti et al., 2018).

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

23
a) Tingkat pendidikan, yaitu upaya untuk menanamkan pengetahuan dalam

rangka mendorong perubahan perilaku yang positif.

b) Informasi, seseorang yang belajar lebih banyak akan menambah

pengetahuannya.

c) Pengalaman, yaitu sesuatu yang telah dilakukan seseorang, akan

meningkatkan pemahaman tentang topik informal.

d) Budaya, yang meliputi sikap dan keyakinan, merupakan perilaku manusia

dalam menyikapi kebutuhan.

e) Sosial ekonomi, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya (Riyanto, 2013)

c. Sumber Pengetahuan

Manusia dapat melakukan berbagai upaya untuk mempelajari informasi.

Upaya dan pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Orang yang memiliki otoritas

Salah satu cara bagi seseorang untuk mengumpulkan pengetahuan adalah

dengan bertanya kepada orang lain yang memiliki otoritas atau yang dianggap

lebih berpengetahuan. Orang-orang yang ditempatkan untuk memiliki otoritas

di zaman sekarang ini, misalnya, melalui pengakuan melalui gelar, termasuk

dalam situasi ini, hasil publikasi resmi kesaksian otoritas, seperti buku atau

publikasi resmi pengetahuan lainnya.

2) Indra

Manusia menggunakan Indra sebagai alat untuk mengakses salah satu sumber

informasi internalnya. Menurut filsafat ilmu pengetahuan modern, pengetahuan

sebagian besar terbentuk melalui persepsi indera, seperti penglihatan,

pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa.

24
3) Akal

Faktanya, manusia membangun pengetahuan yang bias tanpa terlebih dahulu

mempersepsikannya dengan indranya. Pengetahuan apa yang dapat diketahui

dengan pasti dan mandiri karena indera yang prospektif (Imas Masturoh &

Anggita, 2018).

7. Sikap

Defenisi sikap sebagai ideologi yang diikuti dengan keinginan bertindak

diikuti dengan sikap yang rasional. Charles Abraham alih dari bahasa Leony sally

(1997) dalam (Hoirun Nawalah, 2012) mengartikan sikap sosial sebagai

penyesuailan diri dengan orang lain yang diharuskan melalui dalam berperilaku

yang diekspresikan. Ada dua jenis sikap menurut Purba, (2009) yaitu:

1. Positif yaitu bila seseorang bersikap baik untuk terhadap suatu objek dengan

memberikan bantuan dengan perhatian.

2. Negatif yaitu apa bila individu melakukan kecaman, menghina, merusak

ataupun membunuh objek tersebut.

2.4.2 Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang

mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku. Merupakan perilaku

yang memungkinkan motivasi atau aspirasi dapat terlaksana termasuk didalamnya

kemampuan dan potensi yang diperlukan agar terwujudnya suatu perilaku yang

baik. Faktor ini dapat dilihat dari lingkungan fisik, dengan tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, ketersediaan transportasi, jarak,

biaya, waktu pelayanan dan keterampilan dari petugas kesehatan.

1. Sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh

mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali

oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung

25
ataupun bangunan gedung itu sendiri (Pelatihan et al., 2016) sedangkan

menurut Moenir (2006) sarana adalah segala jenis peralatan yang berfungsi

sebagai alat utama/ alat langsung untuk mencapai tujuan. Misalnya tempat tidur,

toilet, tempat sampah, dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah merupakan

seperangkat alat yang berfungsi secara tidak langsung untuk mencapai tujuan,

misalnya keadaan lingkungan sekitar ruang perawatan.

Sarana prasarana memiliki arti yang sama dengan fasilitas dapat

mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu

tujuan, sedangkan menurut Subroto di dalam Arianto (2008), fasilitas adalah

segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu

usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.

2. Biaya

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan

memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan

disuatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses

(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured

quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara

seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan

untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity),

efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu

sendiri (Depertemen Kesehatan RI, 2004)

3. Jarak

Menurut (Depkes RI, 2006), wilayah efektif Puskesmas adalah dalam

radius 5Km dan jarak optimal tempat pemeriksaan Kesehatan dalam radius 3

kilometer dengan waktu tempuh perjalanan sepeda motor kurang lebih 20 menit.

Pada umumnya rumah masyarakat pedesaan jauh dari fasilitas Kesehatan,

26
sehingga WUS kesulitan untuk memeriksanya.Jarak rumah dengan tempat

pemeriksaan dapat dilihat berdasarkan waktu tempuh, ukuran jarak, atas

sumberdaya dan jenis pelayanan (Rasmussen, 2021)

2.4.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

Faktor pendorong adalah memastikan apakah tindakan kesehatan

memperoleh bantuan (dukungan) atau tidak. Adapun sumber penguatan

tergantung pada tujuan dan jenis kegiatan/ program. Faktor pendorong ini juga

terbentuk dari perilaku petugas Kesehatan, guru, teman sebaya, dan keluarga

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. peraturan, undang-

undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (S

Notoatmodjo, 2007).

1. Dukungan Suami

Dukungan Keluarga, menurut Sholikhah et al. (2021), adalah sikap,

perilaku, dan penerimaan keluarga terhadap pasien yang sakit. Anggota keluarga

menganggap bahwa individu yang mendukung selalu bersedia membantu jika

diperlukan. Seorang suami yang berasal dari keluarga yang menjunjung tinggi

perilaku sehat akan menjadi pendukung yang kuat bagi istrinya. Dukungan

pasangan dapat membawa manfaat emosional, seperti rasa aman dan dorongan

bagi orang untuk terlibat dalam perilaku sehat (Aprianti et al., 2018). Macam-

macam dukungan suami adalah orang yang selalu bersedia membantu dan

membantu jika diperlukan dipandang positif oleh anggota keluarga. Macam-

macam dorongan menurut Sholikhah et al. (2021), antara lain:

a) Dukungan Informasi

Keluarga mengumpulkan dan menyebarkan informasi tentang dunia

sebagai penyendiri (penyebar). Ini tentang proposal saat ini, informasi yang dapat

digunakan untuk mengungkap masalah. Informasi yang diberikan dapat

berkontribusi pada tindakan sugesti khusus untuk individu, bantuan ini dapat

27
membantu untuk menekan timbulnya stresor. Ide, usul, saran, arahan, dan

informasi merupakan contoh bantuan ini.

c) Dukungan Penilaian

Sebagai sumber dan validator identitas anggota, keluarga berfungsi

sebagai panduan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah, dan memberikan dukungan, penghargaan, dan perhatian.

d) Dukungan instrumental

Kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan

terhindar dari kelelahan penderita merupakan sumber bantuan yang praktis dan

konkrit.

e) Dukungan emosional

Keluarga adalah tempat yang aman dan tenang untuk istirahat dan

rehabilitasi, serta dukungan emosional bagi penguasa. Dukungan yang

ditunjukkan dalam bentuk kasih sayang, kepercayaan, perhatian, serta

mendengarkan dan didengarkan merupakan contoh dukungan emosional.

Seorang suami yang berasal dari keluarga yang mendorong perilaku sehat

akan menjadi pendukung besar istrinya. Dukungan suami bahkan bisa

memberikan manfaat emosional, seperti memberikan rasa aman dan mendorong

orang untuk melakukan pilihan yang sehat (Noveria, 2017). Akibatnya, keterlibatan

suami sangat penting untuk tindakan individu, terutama dalam diagnosis dini

kanker serviks. Anda dapat meminta bantuan suami Anda untuk mendapatkan

dukungannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan WUS brosur/ leaflet yang

selanjutnya akan dibagikan kepada laki-laki/suami, dengan tujuan menjadikan

suami sasaran penyuluhan tentang pentingnya pendekatan deteksi dini kanker

serviks IVA.

Setelah mengontrol semua variabel lainnya, hasil penelitian Noveria (2017)

menunjukkan bahwa dukungan suami memiliki pengaruh variabel yang paling

28
besar terhadap partisipasi WUS dalam tes IVA, dengan nilai p 0,000 dan Odds

Ratio 46,6, menunjukkan bahwa WUS yang menerima dukungan suami memiliki

46. probabilitas mengikuti tes IVA dibandingkan dengan WUS yang tidak

mendapat dukungan suami. Perempuan lebih penurut dan mau mendengarkan

pandangan suaminya sebagai pemimpin keluarga dan pengambil keputusan

karena unsur budaya patriarki motivasi akibatnya, keterlibatan WUS dalam deteksi

dini kanker serviks metode IVA sangat dipengaruhi oleh dukungan suami.

2. Dukungan Tenaga Medis

Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

menjelaskan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis (dokter dan dokter gigi); tenaga

keperawatan (perawat dan bidan); tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi

dan asisten apoteker); tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator

kesehatan dan sanitarian); tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien); tenaga

keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara); tenaga

keteknisian medis (radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis,

analis kesehatan, refraksionis optisien, ortotik prostetik, teknisi transfusi dan

perekam medis) (Peraturan Pemerintah, 1996).

2.5 Motivasi.

Motivasi adalah motivasi suatu kegiatan yang menempatkan seseorang

atau sekelompok orang dalam situasi di mana mereka memiliki persyaratan

tertentu dan tujuan pribadi untuk menyelesaikan tugas. Faktor psikologis, impuls,

keinginan, tekanan, dan metode adalah bagian dari motivasi. Akumulasi pengaruh

29
internal dan eksternal inilah yang dimaksud. Variabel eksternal berasal dari luar

individu, sedangkan faktor internal berasal dari dalam individu. Faktor internal

adalah jumlah dari sifat-sifat internal individu, seperti kepribadian, kecerdasan,

atribut fisik, kebiasaan, kesadaran, semangat, antusiasme, dan sebagainya.

Lingkungan, baik itu lingkungan fisik, sosial, atau tekanan organisasi, merupakan

faktor sumber eksternal (Masturoh, 2016).

Semua faktor verbal, fisik, atau psikologis yang menyebabkan seseorang

merespon disebut sebagai motivasi. Motivasi adalah sifat psikologis manusia yang

berkontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Ini terdiri dari elemen-elemen

yang mengarah pada mempertahankan perilaku manusia ke arah tertentu.

Motivasi adalah kekuatan pendorong, dan kadang-kadang dapat dicapai dengan

mengesampingkan hal-hal yang tidak penting untuk mencapai tujuan. Manusia

lebih serius melakukan sesuatu ketika mereka termotivasi. Motivasi murni yang

didasarkan pada kebutuhan dan benar-benar terfokus pada pentingnya suatu

kegiatan (Uno, 2016).

Motivasi menurut Notoatmojo (2014:50), adalah dorongan internal yang

menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Menurut (Uno, 2016) motivasi adalah sifat kepribadian yang

mendorong partisipan untuk berinteraksi dalam tindakan tertentu guna

mengidentifikasi persyaratan lebih lanjut. Contoh kasus Ibu yang paling termotivasi

untuk mengetahui kanker serviks secara dini menggunakan metode Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) sambil menyelesaikan pemeriksaan IVA rutin setidaknya

setiap tiga tahun sekali untuk memastikan bahwa kesehatan serviks putrinya

dipantau dengan cermat Berdasarkan hasil temuan, di Kabupaten Banyumas

tahun 2012, motivasi belajar deteksi dini kanker serviks melalui metode Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) sebagian besar berada pada kategori tinggi, yaitu 47

30
orang (49,5%), dan terbanyak di Kabupaten Banyumas. kategori rendah, dengan

mayoritas kategori rendah (6,3 persentase) (Novitaa & Sagita, 2020).

2.5.1 Sumber Motivasi

Sumber-sumber motivasi menurut (Uno, 2016), dibagi menjadi dua

kategori:

1) Motivasi intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang muncul dari dalam diri

seseorang. Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari

perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah

dilakukan. Faktor yang mempengaruhi intrinsik adalah (a) Rasa senang,

merupakan hal yang dilakukan sesorang sesuai dengan hati Nurani, (b) Cita-cita,

merupakan karakteristik pribadi yang menyangkut kemampuan diri yang berasal

dari dalam diri sendiri, (c) Prestasi, dimana seseorang berjuang untuk mencapai

sukses, (d) Pengetahuan, merupakan keyakinan atau pemahaman sesorang

terhadap obyek tertentu, (e) Rekreasi, adalah kegiatan yang bertujuan untuk

menghilangkan kebosanan yang disebabkan rutinitas sehari-hari.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri

seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor yang

mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah (a) Lingkungan, merupakan sesuatu

yang berada diluar individi itu sendiri, (b) Pelatih, merupakan seseorang yang telah

berpengalaman dalam sebuah bidang tertentu, dan memberikan pengetahuan

yang didapat kepada anak didiknya, dengan menggunakan metode bervariasi agar

mudah dimengerti, (c) Alat dan fasilitas, tempat ataupun alat yang digunakan untuk

melakukan suatu kegiatan, (d) Penghargaan, adalah suatu bentuk rasa berterima

kasih karena telah berusaha atau bekerja keras untuk menjadi yang terbaik.

31
2.5.2 Pengukuran Motivasi

Skala Likert digunakan untuk mengukur sebagai instrumen. Ada lima opsi

untuk setiap item pernyataan. Tidak ada yang namanya jawaban yang salah (Uno,

2016), Skala Likert digunakan untuk menghasilkan instrumen yang mengukur

sikap, persepsi, pendapat, atau reaksi sekelompok orang terhadap potensi dan

masalah suatu objek, desain produk, proses pembuatan, dan pengembangan atau

kreasi produk. Jawaban untuk setiap item pada skala Likert, yang berkisar dari

sangat positif hingga sangat negatif dan dapat diungkapkan dengan kata-kata

seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. sangat tidak setuju,

selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah (Sugiono, 2018).

2.6 Wanita Usia Subur

Wanita usia subur merupakan wanita yang masuk pada usia 15-49 tahun

tanpa dilihat dari status perkawinan. pada usia 20-45 tahun wanita masa subur

memiliki organ reproduksi yang berfungsi dengan baik. usia subur wanita lebih

cepat dari pada wanita, dimana puncak kesuburan wanita pada rentang usia 20-

29 tahun, pada usia ini wanita memiliki potensi untuk hamil 95%, pada usia 30

tahunan potensi hamil wanita menjad 90%. Sedangkan pada usia 40 tahunan

potensi wanita untuk hamil adalah 40%. Setelah usia 40 tahun persentase potensi

hamil wanita hanya 10%, hal ini dikarenakan masa subur wanita hanya sampai

umur 45 tahun (Nurlela, 2018). Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal

yang sangat penting, untuk itu wanita pada masa subur harus menjaga dan

merawat Kesehatan dan personal hygiene alat reproduksi. Salah satu upa ya

yang dapat dilakukan adalah dengan mendeteksi dini kanker serviks (Keputusan

menteri Kesehatan, 2018).

32
2.7 Kerangka Teori

Kanker serviks

Deteksi dini kanker serviks

Papsmear IVA Tes DNA HPV


VILI

Keikutsertaan skrining kanker serviks

WUS

Model precede proceed

Faktor Predisposisi: Faktor pendukung: Faktor pendorong:


1. Umur 1. Sarana dan prasarana 1. Dukungan suami
2. Pendidikan 2. Biaya 2. Dukungan tenaga
3. Pekerjaan 3. Jarak medis
4. Status ekonomi
5. Paritas
6. Pengetahuan
7. sikap

Gambar 2. 2 Kerangka Teori

Narasi kerangka teori:

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang sering terjadi pada

wanita. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel serviks yang tidak normal berkembang

tanpa kendali. Kanker serviks dapat dideteksi secara dini melalui pemeriksaan

skrining secara berkala minimal satu tahun sekali sejak wanita berhubungan

33
seksual. Deteksi dini kanker serviks dapat menggunakan metode IVA tes, pap

smear dan tes HPV.

Metode IVA merupakan salah satu metode skrining yang paling sederhana,

tidak sakit, mudah, murah, efektif dan cepat dalam mendeteksi kelainan pada

serviks. Pemeriksaan tes IVA menggunakan asam asetat 3-5% secara inspekulo

dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang) dengan tingkat

keberhasilan 60-92%. Namun metode ini belum banyak dimanfaatkan oleh WUS

karena faktanya proporsi pemeriksaan IVA saat ini baru mencapai 40%. Hasil

positif apabila kulit bagian genital yang terinfeksi virus HPV berubah menjadi putih

setelah diolesi larutan asam asetat.

Tes pap smear rutin masih belum menjadi perhatian umum. Apalagi kanker

serviks ini juga tidak akan menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru

muncul saat kanker sudah mulai menyebar dan memasuki tahap stadium lanjut.

Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu,

pemeriksaan di laboratorium akan dilakukan agar diketahui apakah di dalam

sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker.

Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan

pada wanita untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko

tinggi. Infeksi HPV tipe risiko tinggi dapat memicu perubahan dalam sel serviks

dan dapat berubah menjadi kanker serviks atau jenis kanker lainnya, seperti

vagina dan anus.

Keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA dimulai dari usia

15 sampai 49 tahun, hal ini bisa mempercepat agar tidak terjadi kanker serviks

yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku WUS dalam

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA yaitu faktor prediposisi,

pendorong dan pendukung. Faktor prediposisi mempermudah seseorang untuk

merubah perilaku yang dapat dilihat dari umur, pendidikan, pekerjaan, status

34
ekonomi, paritas, pengetahuan, sikap. Faktor pendukung merupakan faktor yang

memungkinkan seseorang untuk terjadinya perubahan perilaku seperti

keterjangkauan sarana dan prasarana kesehatan sedangkan faktor pendorong

berupa adanya dukungan atau pengaruh yang cukup besar sehingga perilaku

orang tersebut dapat dilakukan seperti dukungan suami dan dukungan tenaga

medis.

35
BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Predisposisi :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Status ekonomi
5. Paritas
6. Pengetahuan
7. sikap

Faktor pendorong : Keikutsertaan


1. Dukungan suami skrining kanker
2. Dukungan tenaga serviks dengan
Medis metode IVA

Faktor pendukung :
1. Sarana dan
prasarana
2. Biaya
3. Jarak

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis utama:

H1: Faktor Predisposisi berpengaruh secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks dengan metode IVA pada WUS

Hipotesis khusus :

1. Terdapat pengaruh umur secara positif terhadap keikutsertaan skrining kanker

serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS

2. Terdapat pengaruh pendidikan secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

3. Terdapat pengaruh pekerjaan secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

36
4. Terdapat pengaruh kondisi pendapatan secara positif terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

5. Terdapat pengaruh paritas secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

6. Terdapat pengaruh pengetahuan secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

7. Terdapat pengaruh sikap secara positif terhadap keikutsertaan skrining kanker

serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS

Hipotesis utama :

H3 : Faktor Pendorong berpengaruh secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks dengan metode IVA pada WUS

Hipotesis khusus :

1. Terdapat pengaruh dukungan suami secara positif terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS

2. Terdapat pengaruh dukungan tenaga medis secara positif terhadap

keikutsertaan skrining kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS

Hipotesis utama :

H2 : Faktor pendukung berpengaruh secara positif terhadap keikutsertaan skrining

kanker serviks dengan metode IVA pada WUS.

Hipotesis khusus :

1. Terdapat pengaruh sarana dan prasarana secara positif terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

2. Terdapat pengaruh biaya secara positif terhadap keikutsertaan skrinning

kanker serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

3. Terdapat pengaruh jarak secara positif terhadap keikutsertaan skrinning kanker

serviks melalui metode deteksi IVA pada WUS.

37
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan

desain cross-sectional. Desain studi analitik cross-sectional yang dilakukan satu

kali secara bersamaan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Penelitian ini merupakan kajian ilmiah pada bidang kesehatan yang

berpengaruh dengan pembahasan beberapa variabel terhadap metode IVA dalam

deteksi kanker serviks pada wanita yang berusia subur, oleh karena itu desain ini

sesuai dengan kajian pembahasan penelitian. Selain itu penelitian ini berusaha

untuk mengungkap pengaruh antar variabel serta menyelidiki terkait penyebab dari

variabel x berkaitan dengan variabel y.

4.2 Populasi dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh WUS wilayah Puskesmas

Tandun I. Sampel penelitian yang digunakan meliputi WUS yang memenuhi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian.

4.2.2 Besar sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian.

Dalam penelitian penelitian ini digunakan tehnik simple random sampling, yaitu

tehnik yang dipilih secara acak dan memiliki kesempatan yang sama menjadi

sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pada WUS yang sesuai dengan

karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian dan dapat dijadikan responden.

Penentuan jumlah sampel yang representative menurut (Hair et al.,1998) dalam

38
Murti (2010) adalah tergantung pada jumlah prediktor dikali 5 sampai 10. Rumus

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

Sampel = jumlah indikator x 10

= 12 x10

= 120

Berdasarkan perhitungan diatas didapat untuk sampel berjumlah 120 responden.

Tabel 4. 1 Sampel Lokasi dan Responden


Wilayah Kerja Puskesmas Jumlah Responden
Desa Kumain 15
Desa Tandun 48
Desa Tandun Barat 16
Desa Koto Tandun 18
Desa Puo Raya 23
Total Responden 120

Teknik yang dipakai untuk mendapatkan sampel adalah simple random

sampling dan proporsional untuk tiap desa. Data hasil pemilihan sampel tersedia

di bagian lampiran (Random Number Genenerator Plus, 2021).

4.2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. WUS berumur 15 sampai 49 tahun yang telah menikah.

b. Berhubungan aktif seksual yang berada diwilayah Puskesmas Tandun I.

c. Sehat secara fisik dan mental.

d. Memiliki pasangan hidup (Kemenkes RI, 2018)

2 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Tidak bersedia menjadi responden.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan wilayah Puskesmas Tandun I dilima desa

yaitu kumain, puo raya, Tandun, Koto Tandun, Tandun barat kabupaten Rokan

Hulu Provinsi Riau.

39
4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan 28 April- 31 Mei 2022

4.4. Bahan dan Alat

4.4.1 Bahan

Sebagai upaya untuk menemukan jawaban atas penelitian yang

diselenggarakan oleh peneliti, maka terdapat beberapa bahan yang akan menjadi

unsur penting selama penelitian, bahan-bahan tersebut antara lain :

1. Data WUS Puskesmas

2. Data hasil pengisian angket yang dilakukan oleh responden

4.4.2 Alat

Beberapa alat yang digunakan serta berguna selama penelitian, alat

tersebut antara lain:

1. Angket sebagai alat instrumen pengumpulan data dari narasumber secara

langsung.

2. Handphone yang akan berguna dalam kegiatan observasi pengambilan gambar

selama penelitian

3. Komputer dengan spesifikasi mampu mengoperasikan software yang

membantu peneliti dalam mengolah data penelitian.

4. Software berupa SPSS yang akan digunakan selama pengolahan data.

4.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah ukuran atau sifat yang membedakan anggota

suatu kelompok dengan anggota kelompok lainnya. Variabel yang diteliti adalah:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi predisposisi (umur, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, paritas, pengetahuan, sikap), pendukung (sarana

dan prasarana, biaya, jarak), dan pendorong (dukungan suami dan

dukungan tenaga medis).

40
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keikutsertaan skrining kanker

serviks dengan metode IVA.

41
4.6 Definisi Operasional

Tabel 4. 2 Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Data

Independen
Faktor prediposisi
Umur Lama hidup responden dari lahir sampai saat Responden Kusioner 0. Berisiko <20 dan >35 tahun Nominal
penelitian (Ramadhaningtyas & Tenggara, mengisi sendiri. 1. Tidak berisiko 20-35 tahun
2020)
Pendidikan Tingkat sekolah formal yang dicapai Responden Kusioner 0. Tidak sekolah Ordinal
berdasarkan pengakuan WUS (Soekidjo, mengisi sendiri. 1. Tamat SD
2010) 2. Tamat SLTP
3. Tamat SLTA
4. Tamat penguruan tinggi (D1/D2/D3/
S1 /S2)
Pekerjaan Status aktifitas yang dilakukan WUS untuk Responden Kusioner 0. Bekerja Nominal
memperoleh upah/ uang (Zhang et al., 2020) mengisi sendiri. 1. Tidak Bekerja
Status Status keadaan yang menunjukkan Responden Kusioner 0. Rendah≤ 2.960.000 Nominal
ekonomi/ kemampuan keuangan keluarga dan mengisi sendiri. 1. Tinggi> 2.960.000
pendapatan kepemilikan peralatan material. Berdasarkan
dari UMR (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Rokan Hulu, 2021a)
Paritas Jumlah kelahiran hidup seorang Wanita Responden Kusioner 0. Nullipara (0) Ordinal
(Aballéa et al., 2020) mengisi sendiri. 1. Primipara (I)
2. Multipara (2- 4)
3. Grandemultipara (> 5)
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui WUS tentang Responden Kusioner 0. Kurang (skor≤ 4) Nominal
keikutsertaan dalam pemeriksaan IVA yang mengisi sendiri. 1. Baik (skor >4)
mampu menjawab minimal 8 pertanyaan
benar (S Notoatmodjo, 2007b).

42
Sikap Merupakan pendapat atau pandangan yang Responden Kusioner 0. Negatif (0-1) Jika skor ≤ 26) Nominal
berdasarkan pendirian dan kenyakinan mengisi sendiri. 1. Positif (2-3) Jika skor >26)
tentang faktor keikutsertaan dalam metode
IVA (Hoirun Nawalah, 2012)
Faktor Pendukung
Sarana dan Memadainya ketersediaan tempat dan alat Responden Kusioner 0. Tidak memadai (Jika skor ≤3) Nominal
prasarana pelayanan, petugas kesehatan dan jadwalnya mengisi sendiri. 1. Memadai (Jika skor >3)
(Pelatihan et al., 2016)
Biaya pengorbanan sumber daya ekonomi dalam Responden Kusioner 0. Tidak mampu (Jika jawaban ≤3) Nominal
satuan moneter yang telah terjadi atau mengisi sendiri. 1. Mampu (Jika jawaban >3)
diproyeksikan akan terjadi untuk tujuan
tertentu (Depertemen Kesehatan RI, 2004)
Jarak Panjang lintasan untuk satu perjalanan pulang Responden Kusioner 0. Dekat (bila berjalan kaki menempuh Nominal
pergi, dalam kilometer (Rasmussen, 2021). mengisi sendiri. jarak ≤ 3 km atau naik sepeda motor
menempuh waktu < 20 menit
1. Jauh (bila berjalan kaki menempuh
jarak > 3 km atau naik sepeda motor
menempuh waktu > 20 menit
Faktor Pendorong
Dukungan Peran dari suami maupun anggota keluarga Responden Kusioner 0. Tidak Mendukung (Jika skor ≤3) Nominal
Suami lainnya pada saat memberikan keputusan dan mengisi sendiri. 1. Mendukung (Jika skor>3)
persetujuan pemeriksaan IVA (Aprianti et al.,
2018).
Dukungan Peran dari orang-orang yang mendedikasikan Responden Kusioner 0. Tidak Mendukung (Jika skor ≤3) Nominal
tenaga medis diri pada bidang kesehatan dengan memiliki mengisi sendiri. 1. Mendukung (Jika skor >3)
kemampuan serta pengetahuan di bidang
kesehatan (Peraturan Pemerintah, I996).
Wanita Usia Subur (WUS)
WUS atau usia produktif yang berusia dari 15 samapai 49 tahun, yang telah menikah serta aktif berhubungan seksual (Kemenkes RI, 2018)
Dependen
Keikutsertaan Sikap dan tindakan yang ditunjukkan oleh Responden Kusioner 0. Tidak melakukan Nominal
skrinning responden terhadap kegiatan pemeriksaan mengisi sendiri. 1. Melakukan
kanker serviks

43
dengan skrinning kanker serviks dengan metode IVA
metode IVA tes (S Notoatmodjo, 2012).

44
4.7 Alur Penelitian

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dan teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data digambarkan secara jalas sebagai berikut:

Ijin penelitian dari Universitas Brawijaya lewat Kesbangpol Prov. Riau diteruskan
ke Kesbangpol Kab. Rokan Hulu, kemudian surat dibawa kePuskesmas Tandun I.
Populasi: Semua WUS yang mempunyai pasangan berada diwilayah Puskesmas
Tandun I

Teknik pengambilan sampel dengan cara teknik random sampling Penentuan


jumlah sampel menggunakan rumus resentative atau tergantung pada jumlah
preditor dengan total responden 120 WUS yang berada diwilayah Puskesmas
Tandun I

Kusioner

Informan Consent

Tidak Bersedia Bersedia

Variabel bebas:
1. Umur 7. Sikap
2. Pendidikan 8. Dukungan suami
3. Pekerjaan 9. Dukungan tenaga Medis
4. Pendapatan 10. Sarana dan prasarana
5. Paritas 11. Biaya
6. Pengetahuan 12. Jarak

Variabel terikat: Keikutsertaan skrining kanker serviks

Pengolahan dan Analisis data menggunakan univariat, bivariat dan multivariat

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4. 1 Alur Penelitian

45
4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data terlebih

dahulu dilakukan uji coba instrumen penelitian. Pengujian yang dilakukan adalah

pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur

tingkat ketepatan dan kehandalan angket sebagai alat pengumpul data.

4.8.1 Uji validitas

Uji validitas instrumen dilakukan untuk memperoleh butir pertanyaan pada

kuesioner yang tepat. Uji validitas dilakukan pada 20 sampel di wilayah Puskemas

Tandun II Uji validitas untuk pertanyaan dengan skala likert dilakukan dengan

menghitung Corrected item Total corection dengan tingkat kepercayaan 95%

(signifikansi 5% = 0,05). untuk variabel sikap. Item pertanyaan dianggap valid jika

nilai Corrected item-Total corection ≥ 0,3 yaitu 0,3. Berdasarkan hasil uji validitas

intrumen didapatkan nilai r hitung untuk variabel sikap lebih besar dari 0,3

sehingga dinyatakan valid. Sedangkan untuk pertanyaan variabel dengan skala

Guttman yaitu pengetahuan, sarana dan pra sarana, biaya, dukungan suami, dan

dukungan medis , validitas pertanyaan diuji dengan rumus Koefisien Skalabilitas

berikut (Usman Rianse dan Abdi, 2008):


e
𝐾𝑠 = 1 −
c(n−Tn)

2
𝐾𝑠 = 1 − 0,5(10.16)

2
𝐾𝑠 = 1 − 0,5(160)

2
𝐾𝑠 = 1 −
80

𝐾𝑠 = 1 − 0,025

𝐾𝑠 = 0,97

Keterangan:

Ks: Koefisien skabilitas

46
e : Jumlah kesalahan

k : Jumlah kesalahan yang di harapkan = c(n-Tn)

dimana c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban yang benar. Karena

jawaban adalah “Ya/ benar” dan Tidak/ salah” maka c=0,5

n : Jumlah total pilihan jawaban=jumlah pertanyaan x jumlah responden

Tn: Jumlah pilihan jawaban

Jika Ks > 0,60 maka dianggap baik untuk digunakan dalam penelitian.

Karena dalam perhitungan ini nilai Ks variabel pengetahuan, sarana prasarana,

biaya, dukungan suami dan dukungan tenaga medis secara berturut- turut adalah

0,97; 0,92; 0,92; 0,94, dan 0,94 maka item pertanyaan pada variabel- variabel

tersebut dianggap valid.

Dari hasil uji validitas variabel pengetahuan dengan 10 butir pertanyaan

soal, diperoleh 8 soal dinyatakan valid dengan nilai Ks 0,97.

4.8.2 Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2006).

Pengujian kuesioner yang menggunakan skala likert dilakukan dengan

menghitung nilai Alpha (cronbach’s) (Syamsuryadin & Wahyuniati, 2017), dengan

rumus sebagai berikut :

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas alpha

k : jumlah item pertanyaan

∑ 𝜎 2 𝑏 : jumlah varian butir

47
𝜎2𝑡 : varians total

Instrumen dikatakan reliabel jika cronbach alpha lebih dari 0,7. Hasil uji

reliabel pada instrumen sikap adalah 0,923, sehingga dinyatakan reliabel

dengan nilai Alpha Cronbach’s lebih dari 0,7 (lampiran 9).

Sedangkan untuk variable berskala Guttman, uji reliabilitas dilakukan

dengan rumus Kuder-Richardson (KR20) sebagai berikut:

Instrumen dikatakan reliabel jika r KR20 > 0,6. Hasil uji reliabilitas terhadap

variabel pengetahuan, sarana dan prasarana, biaya, dukungan suami, dukungan

tenaga Kesehatan dengan KR 20 secara berturut- turut adalah sebagai berikut :

0,834; 0,9149; 0,8902; 0,9460 dan 0,9362. Dengan demikian variabel- variabel

tersebut dapat dikatakan reliabel.

4.9 Analisis Data

Data yang terkumpul akan diperiksa secara statistik dengan menggunakan

langkah-langkah analisis berikut (S Notoatmodjo, 2012) :

1. Analisis Univariat

Karakteristik masing-masing variabel yang dianalisis dideskripsikan

dengan menggunakan distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti dan

disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan analisis univariat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah salah satu variabel

bebas dan variabel terikat mempunyai pengaruh (X2) dengan ambang signifikansi

= 0,05 dan rasio penggunaan uji chi square (prevalen CI 95 persentase) dilakukan

analisis/ Confidence Interval (Ghozali, 2016).

48
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-square

(X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi tidak melakukan skrining

dan melakukan skrining. Dengan pengambilan keputusan

1) Jika nilai P-value < α (0,05), maka Ho di tolak atau menerima H1

2) Jika nilai P-value > α (0,05), maka Ho di terima atau menolak H1

3. Analisis Multivariat

Tujuan dari analisis multivariat adalah untuk melihat seberapa banyak

faktor independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat

akan dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda kategori/

dikotomis.

Uji signifikansi parameter secara serentak dilakukan untuk mengetahui

apakah variabel prediktor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di

Puskesmas Tandun I. Uji signifikansi parameter secara parsial dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel yang signifikan dari hasil uji secara serentak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap model yang terbentuk.

49
BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Gambar 5. 1 Peta Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau


Sumber: Kompas, 2022

Kecamatan Tandun merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Rokan Hulu yang resmi terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Rokan Hulu Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pembagian Kecamatan

Tandun Lama menjadi Kecamatan Tandun, Kecamatan Ujung Batu dan

Kecamatan Kabun. Luas wilayah Tandun 277.630.000 km 2 yang terbesebar di 9

desa. Berdasarkan pembentukan wilayah kerja Puskesmas dibagi 2 yaitu

Puskesmas Tandun I dan Pusekesmas Tandun II. Wilayah Puskesmas Tandun I

memiliki 5 desa yaitu 1) Desa Kumain 2) Desa Tandun 3) Desa Tandun Barat 4)

Desa Koto Tandun 5) Desa Puo Raya dan wilayah kerja Puskesmas Tandun II

yang membawahi 4 desa, yaitu: 1) Desa Tapung Jaya 2) Desa Bono Tapung 3)

50
Desa Dayo 4) Desa Sei Kuning. Penelitian ini peneliti mengambil wilayah kerja

Puskesmas Tandun I (Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu, 2021).

5.2 Karakteristik Responden

Responden yang datang diPuskesmas Tandun I sifatnya beragam,

Karskteristik responden dapat dilihat tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


No Karakteristik Jumlah Persentase
N=120 100%
Umur
1 Berisiko 26 21.7
2 Tidak berisiko 94 78.3
Pendidikan
1 Tidak Sekolah 2 1.7
2 Tamat SD 10 8.3
3 Tamat SLTP 39 32.5
4 Tamat SLTA 61 50.8
5 Tamat PT 8 6.7
Pekerjaan
1 Bekerja 106 88.3
2 Tidak bekerja 14 11.7
Pendapatan
1 Rendah 99 82.5
2 Tinggi 21 17.5
Paritas
1 Nullipara 6 5.0
2 Primipara 40 33.3
3 Multipara 63 52.5
4 Grandemultipara 11 9.2

Tabel 5.1 merupakan responden tingkatan usia berisiko dari usia <20 dan

>35 tahun sebanyak 21,7% lebih banyak tidak berisiko dengan tingkatan usia

antara 20-35 tahun sebanyak 78,3% dari keseluruan responden. Responden untuk

pendidikan yang paling tinggi terdapat pada tingkat SLTA sebanyak 50,8% dikuti

dengan tingkat pendikakan SLTP sebanyak 32,5%, SD sebanyak 8,3%, kemudian

tingkat PT sebanyak 6,7% dan tidak sekolah sebanyak 1,7% Responden menurut

pekerjaan responden yang bekerja 83,3% lebih banyak daripada responden tidak

bekerja yaitu sebanyak 11,7%.

Tabel 5.1 berdasarkan UMR di Provinsi Riau bahwa responden

pendapatan rendah 82,5% lebih banyak dari pada responden yang berpendapatan

51
tinggi yaitu sebesar 17,5%. Berdasarkan responden paritas paling banyak pada

multipara sebanyak 52,5% diikuti responden primipara sebanyak 33,3%, kemudian

responden grandemultipara sebanyak 9,2% dan responden nullipara sebanyak

5,0%.

5.3 Tingkat Pengetahuan

Karakteristik responden pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai

berikut:

Tabel 5.2 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


No Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Kurang 49 40.8
2 Baik 71 59.2
Total 120 100.0

Responden yang memiliki pengetahuan kurang 40,8% lebih banyak

responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu 59,2%.

Tabel 5.3 Distribusi Responden dengan Jawaban Benar pada Kusioner


Pengetahuan WUS
No Kisi-kisi pertanyaan Jumlah Persentase (%)
(n)
1. Pengertian kanker serviks 88 73.3
2. Etiologi kanker serviks 23 19.1
3. Terapi pengobatan kanker serviks 93 77.5
4. Jenis-jenis kanker serviks 60 50

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh responden sebagian besar mempunyai

pengetahuan baik tentang pengertian kanker serviks orang (93) dan sebagian kecil

yang memiliki pengetahuan baik tentang etiologi kanker serviks yaitu 77,5.

5.4 Sikap Wanita Usia Subur

Karakteristik responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Karateristik Responden Berdasarkan Sikap


No Sikap Jumlah Persentase
1 Negatif 23 19.2
2 Positif 97 80.8
Total 120 100.0

52
Berdasarkan 5.4 responden yang memiliki sikap negatif terhadap skrining

sebanyak 19,2 persentase lebih banyak responden yang memiliki sikap positif

terhadap skrining sebesar 80,8%.

Tabel 5.5 Distribusi Responden dengan Jawaban Sikap WUS pada Kusioner
Sikap WUS
No Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah Presentase
(n) (%)
1 Informasi kanker serviks (P1, P2) 69 57.5
2 Deteksi dini kanker serviks (P3, P4, P5) 97 80.3
3 Metode IVA tes (P6, P7, P8) 98 81.6
4 Kesadaran diri (P9, P10) 75 62.5

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh responden sebagian besar responden

memiliki sikap positi 80% yaitu tentang metode IVA tes sebanyak 98 responden

(81,6%).

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pendukung dan Pendorong

Tabel 5.6 Karakteristik Reponden Faktor Pendukung dan Faktor Pendorong


No Karakteristik Jumlah Persentase
Sarana dan Prasarana
1 Tidak memadai 59 49.2
2 Memadai 61 50.8
Biaya
1 Tidak mampu 85 70.8
2 Mampu 35 29.2
Jarak
1 Dekat 67 55.8
2 Jauh 53 44.2
Dukungan Suami
1 Tidak mendukung 62 51.7
2 Mendukung 58 48.3
Dukungan Tenaga Medis
1 Tidak mendukung 52 43.3
2 Mendukung 68 56.7
Keikutsertaan Skrining
1 Tidak melakukan 102 85.0
2 Melakukan 18 15.0
Total 120 100

Responden sarana dan prasarana yang tidak memadai sebanyak 49,2%

lebih banyak responden sarana dan prasarana yang memadai sebesar 50,8%.

Responden berdasarkan biaya yang tidak mampu membiayai skrining sebanyak

53
70,8%, dan biaya yang mampu membiayai skrining sebanyak 29,2%. Tabel

berdasarkan jarak rumah responden yang diukur dengan google maps maka dekat

sebanyak 55,8% dan sedangkan jarak jauh sebanyak 44,2%. Responden yang

tidak mendapat dukungan keluarga sebanyak 51,7% sedangkan responden yang

mendapat dukungan keluarga sebanyak 48,3%. Tidak dapat dukungan tenaga

medis sebanyak 43,3% dan responden yang mendapat dukungan tenaga medis

sebanyak 56,7%.

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kusioner Sarana dan prasarana


No Kisi-kisi pertanyaan Jumlah Persentase (%)
(n)
1. Layanan Fasilitas (P1, P2, P3) 60 50
2. Layanan tenaga ahli (P4, P5) 59 49.2

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh responden sebagian besar responden

sarana dan prasarana memadai yaitu tentang layanan fasilitas sebanyak 60

responden.

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Kusioner Biaya


No Kisi-kisi pertanyaan Jumlah Persentase
(n) (%)
1. Pengobatan (P1, P2, P5) 29 24.1
2. Akomodosi (P3, P4) 39 32.5

Hasil tabel 5.8 diperoleh responden sebagian besar responden biaya

tentang layanan akomodasi sebanyak 39 orang (32,5%)

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kusioner Dukungan Suami


No Kisi-kisi pertanyaan Jumlah Persentase
(n) (%)
1. Informasi kanker serviks (P1, P2) 41 34.1
2. Emosional (P4, P5) 96 80
3. Instrumental (P3, P6) 84 70

Hasil dari tabel 5.9 diperoleh responden sebagian besar responden

dukungan keluarga yang memndukung yaitu tentang pengertian kanker serviks

96 responden (80%).

54
Tabel 5.10 Distribusi jawaban kusioner dukungan tenaga medis
No Kisi-kisi pertanyaan Jumlah Persentase
(n) (%)
1. Deteksi dini (P1, P2, P5) 14 11,6
2. Kecemasan (P3, P4, P6) 37 30,8

Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh responden sebagian besar responden

dukungan keluarga yang memndukung yaitu tentang pengertian kanker serviks 37

responden (30,8%).

5.6 Pengaruh Variabel Faktor Prediposisi, Faktor Pendukung, dan Faktor


Pendorong terhadap Keikutsertaan Skrining IVA

Tabel 5.11 Pengaruh Variabel-variabel Terhadap Keikutsertaan skrining.


Variabel Kategori Melakukan Tidak Total Nilai P
Melakukan
n % n % N %
Umur Beresiko 3 2.5 23 19.2 26 21.7 0.576
Tidak beresiko 15 12.5 79 65.8 94 78.3
Pendidikan Tidak sekolah 0 0.0 2 1.7 2 1.7 0.011*
Tamat SD 0 0.0 10 8.3 10 8.3
Tamat SLTP 1 0.8 38 31.7 39 32.5
Tamat SLTA 14 11.7 47 39.2 61 50.8
Tamat PT 3 2.5 5 4.2 8 6.7
Pekerjaan Bekerja 15 1.5 91 75.8 106 88.3 0.474
Tidak Bekerja 3 2.5 11 9.2 14 11.7
Pendapatan Rendah 11 9.2 88 73.3 99 82.5 0.010*
Tinggi 7 5.8 14 11.7 21 17.5
Paritas Nullipara 0 0.0 6 5.0 6 5.0 0.497
Primipara 6 5.0 34 28.3 40 33.3
Multipara 9 7.5 54 45.0 63 52.5
Grandepara 3 2.5 8 6.7 11 9.2
Pengetahuan Kurang 3 2.5 46 38.3 49 40.8 0.024*
Baik 15 12.5 56 46.7 71 59.2
Sikap Negatif 0 0.0 23 19.2 23 19.2 0.025*
Positif 18 15.0 79 65.8 97 80.8

Sarana dan Tidak 7 5.8 52 43.3 59 49.2 0.344


Prasarana Memadai
Memadai 11 9.2 50 41.7 61 50.8
Biaya Tidak Mampu 11 9.2 74 61.7 85 70.8 0.325
Mampu 7 5.8 28 23.3 35 29.2
Jarak Dekat 9 7.5 58 48.3 67 55.8 0.589
Jauh 9 7.5 44 36.7 53 44.2
Dukungan Tidak 5 4.2 57 47.5 62 51.7 0.028*
Keluarga Mendukung
Mendukung I3 10.8 45 37.5 58 48.3
Dukungan Tidak 3 2.5 49 40.8 52 43.3 0.013*
Tenaga Medis Mendukung
Mendukung 15 12.5 53 44.2 68 56.7

55
Berdasarkan Tabel 5.8 mengenai proporsi jumlah keikutsertaan skrining

berdasarkan umur berisiko sebesar 21,7% dan usia tidak berisiko sebesar 78,3%.

Diproleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar 0,576. Karena Nilai P-

value (0,576) > α (0,05), maka Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada

berpengaruh antara umur dengan keikutsertaan skrining kanker serviks

Hasil analisis pendidikan pada tabel 5.8 dimana proporsi keikutsertaan

skrining dengan dengan jenjang pendidikan tidak tamat sekolah sebesar 1,7%,

pendidikan Tamat SD sebesar 8.3%, jenjang pendidikan Tamat SLTP sebesar

32,5%, jenjang pendidikan Tamat SLTA sebesar 50,8%, tamat perguruan tinggi

sebesar 6,7%, dari proporsi diatas menunjukan ada perbedaan antara proporsi

setiap jenjang Pendidikan. Diproleh nilai p-value pada Pearson Chi-square

sebesar 0,011. Karena Nilai P-value (0,011) < α (0,05), maka Ho di tolak, dengan

demikian berarti ada berpengaruh antara jenjang pendidikan dengan keikutsertaan

skrining kanker serviks.

Berdasarkan Tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan Pekerjaan, dimana bekerja sebesar 88,3% dan proporsi

keikutsertaan skrining dengan responden yang tidak bekerja sebesar 11,7%, maka

nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar 0,474. Karena Nilai P-value (0,474)

> α (0,05), maka Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada pengaruh antara

pekerjaan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Hasil analisis table 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan pendapatan rendah sebesar 82,5% dan pendapatan tinggi

sebesar 17,5%. Diperoleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar 0,010.

Karena Nilai P-value (0,010) > α (0,05), maka Ho di tolak, dengan demikian berarti

ada pengaruh antara tingkatan pendapatan dengan keikutsertaan skrining kanker

serviks.

56
Berdasarkan Tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan paritas, nullipara sebesar 5%, primipara sebesar 33,3%,

multipara sebesar 52,2%, dan grandepara sebesar 9,2%. Diproleh nilai p-value

pada Pearson Chi-square sebesar 0,497. Karena nilai P-value (0,497) > α (0,05),

maka Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada pengaruh antara tingkatan

pendapatan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks

Hasil analisis tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan pengetahuan, kurang sebesar 40,8%, pengetahuan baik

sebesar 59,2%. Diproleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar 0,024.

Karena nilai p-value (0,024) < α (0,05), maka Ho di tolak, dengan demikian berarti

ada pengaruh antara tingkatan pendapatan dengan keikutsertaan skrining kanker

serviks.

Berdasarkan tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan sikap, dimana sikap negatif sebesar 19,2%, dan positif

sebesar 80,8%, maka diperoleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar

0,024. Karena nilai p-value (0,025) < α (0,05), maka Ho di tolak, dengan demikian

berarti ada pengaruh antara sikap dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Hasil analisis tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana, dimana belum memadai

sebesar 49,2%, dan yang memadai sebesar 50,8%, maka diperoleh nilai p-value

pada Pearson Chi-square sebesar 0,344. Karena nilai p-value (0,344) > α (0,05),

maka Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada pengaruh antara

kelengkapan sarana dan prasarana dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Berdasarkan tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan biaya, ketidak mampu biaya sebesar 70,8% dan yang

menjawab mampu membayar sebesar 29,2%. Dari uji terhadap variabel biaya

diproleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar 0,325. Karena nilai p-

57
value (0,325) > α (0,05), maka Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada

pengaruh antara biaya dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Hasil analisis tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan kemampuan jarak tempuh lokasi dengan Puskesmas

Tandun I, dimana jarak tempuh dekat sebesar 55,8%, dan jauh sebesar 44,2%,

dari proporsi diatas menunjukan ada perbedaan antara proporsi keikutsertaan

skrining sangat kecil. Dari uji terhadap variabel jarak diproleh nilai p-value pada

pearson chi-square sebesar 0,589. Karena nilai p-value (0,589) > α (0,05), maka

Ho di terima, dengan demikian berarti tidak ada pengaruh antara jarak tempuh

dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Berdasarkan tabel 5.8 Informasi mengenai proporsi jumlah keikutsertaan

skrining berdasarkan dukungan suami, dimana proporsi keikutsertaan skrining

dengan tidak didukung keluarga sebesar 51,7%, dan yang didukung keluarga

sebesar 48,3%, maka diperoleh nilai p-value pada Pearson Chi-square sebesar

0,028. Karena nilai p-value (0,028) < α (0,05), maka Ho di tolak, dengan demikian

berarti ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan skrining

kanker serviks.

Hasil analisis dukungan tenega medis pada tabel 5.8 proporsi

keikutsertaan skrining dengan tidak mendukung jumlah tenaga medis sebesar

43,3%, dan yang didukung tenaga medis keluarga sebesar 56,7% maka diperoleh

nilai p-value pada Pearson chi-square sebesar 0,013. Karena nilai p-value (0,013)

< α (0,05), maka Ho di tolak, dengan demikian berarti ada pengaruh antara

dukungan tenaga medis dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Dari penjelasan diatas diproleh variabel yang memiliki berhubungan

dengan keikutsertaan skrining kanker serviks yaitu variabel pendidikan,

pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga medis,

hal ini ditunjukan dengan uji Chi-Square keenam variabel yaitu nilai p-value < α

58
(0,05) dan variabel umur, pekerjaan, paritas, sarana dan prasarana, biaya dan

jarak tidak ada pengaruh dengan keikutsertaan Skrining kanker serviks, hal ini

ditunjukan dengan uji chi-square yaitu nilai p-value > α (0,05). Kemudian dilanjut

keenam variabel (pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, dukungan tenaga kesehatan) yang memiliki pengaruh dengan

keikutsertaan skrining kanker serviks akan dilanjutkan dianalisis yaitu regresi

logistik (uji multivariat).

5.7 Analisis Regresi Logistik Berganda

Regresi logistik berganda merupakan suatu metode analisis data yang

digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel respon (y) yang bersifat biner

atau dikotomus dengan variabel prediktor (x) yang bersifat politokomus. Berikut

adalah hasil analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyatakan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada

WUS di Puskesmas Tandun I.

5.7.1 Uji kesesuaian model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan menggunakan uji Hosmer and

Lemeshow Test. Hosmer and Lemeshow Test adalah uji Goodness of fit test

(GoF), yaitu uji untuk menentukan apakah model yang dibentuk sudah tepat atau

tidak. Dikatakan tepat apabila tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan

nilai observasinya. Dari uji ini diperoleh nilai p-value 0,978 > α (0,05), hal ini

menunjukkan model yang dibentuk sesuai dengan data, sehingga dapat di

lanjutkan dengan uji simultan dan parsial.

5.7.2 Hasil Uji Signifikansi Parameter secara Serentak

Uji signifikansi parameter secara serentak dilakukan untuk mengeahui

apakah variabel prediktor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap model.

Berikut merupakan hasil uji signifikansi parameter secara serentak terhadap

59
faktor-faktor yang diduga menyatakan keikutsertaan skrining kanker serviks

dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I.

Ho: variabel prediktor tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap model

H1: minimal terdapat satu variabel prediktor yang berpengaruh signifikan terhadap

model

Keputusan Ho ditolak jika nilai p-value < α (0,05), diproleh nilai p-value

(0,000)< (0,05), sehingga dapat diputuskan Ho ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa minimal terdapat satu variabel prediktor yang berpengaruh

signifikan terhadap model.

5.7.3 Hasil Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial

Uji signifikansi parameter secara parsial dilakukan untuk mengetahui

apakah variabel yang signifikan dari hasil uji secara serentak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap model yang terbentuk. Berikut hasil uji

pengujian signifikansi parameter secara parsial:

Ho: tidak ada pengaruh variabel dependen/variabel bebas terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas

Tandun I

H1: ada pengaruh variabel dependen/variabel bebas terhadap keikutsertaan

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas

Tandun I

Pada analisis bivariat dengan uji chi-square, diperoleh variabel yang

memiliki pengaruh yaitu pendidikan, pendapatan pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, dukungan tenaga medis dengan keikutsertaan skrining kanker serviks.

Sehingga ke-6 variabel tersebut yang dianalisis di uji multivariat, dan didapatkan

hasil sebagai berikut:

60
Tabel 5.12 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial
Variabel Koefisien Wald p-value Odds Ratio
Pendidikan 1.268 5.207 0.022 3.555
Pendapatan 1.721 4.627 0.031 5.591
Pengetahuan 1.540 3.690 0.055 4.664
Sikap 465 .518 0.472 1.593
Dukungan keluarga 1.401 4.153 0.042 4.050
Dukungan tenaga medis 2.234 6.837 0.009 9.337
Constant -9.468 18.658 0.000 0.000

Karena variabel sikap paling tinggi nilai p-value (0,472) tidak signifikan,

kemudian dieliminasi variabel sikap, dan dilanjutnya.

Tabel 5.13 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial lanjutan


Variabel Koefisien Wald p-value Odds Ratio
Pendidikan 1.288 5.421 0.020 3.624
Pendapatan 1.624 4.329 0.037 5.074
Pengetahuan 1.490 3.571 0.059 4.438
Dukungan keluarga 1.297 3.759 0.053 3.659
Dukungan tenaga medis 2.182 6.679 0.010 8.866
Constant -9.116 19.000 0.000 0.000

Karena variabel pengetahuan paling tinggi nilai p-value (0,059) tidak

signifikan, kemudian dieliminasi varaibel pengetahuan, dan dilanjutnya

Tabel 5.14 Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial lanjutan


Variabel Koefisien Wald p-value Odds Ratio
Pendidikan 1.203 5.135 0.023 3.331
Pendapatan 1.503 4.184 0.041 4.493
Dukungan suami 1.491 5.177 0.023 4.441
Dukungan tenaga medis 2.I95 7.196 0.07 8.984
Constant -7.886 18.032 0.000 0.000

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 5% variabel

pendidikan, pendapatan, dukungan keluarga, dukungan tenaga medis,

berpengaruh signifikan terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I. Hal tersebut ditunjukkan

dengan nilai p-value pendidikan (0,023), pendapatan (0,041), dukungan suami

(0,023) dan dukungan tenaga medis (0,07) <α (0,05). selanjutnya pembentukan

model dengan menggunakan variabel yang signifikan. Model logit yang terbentuk

adalah: g (x) = -7.886 + 1.203 𝑋1 + 1.503 𝑋2 + 1.491 𝑋3 + 2.195 𝑋4

61
model yang dibentuk adalah model logit, maka penjelasan model diatas

menggunakan nilai odds ratio.

1. Variabel pendidikan nilai odds ratio sebesar 3,331. maka peluang orang yang

memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung untuk mengikuti skrining kanker

serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar

3,331 kali dibandingkan tidak mengikuti dan berpendidikan rendah.

2. Variabel pendapatan nilai odds ratio sebesar 4,493 maka peluang orang yang

memiliki pendapatan lebih tinggi cenderung untuk mengikuti skrining kanker

serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar

4,993 kali dibandingkan tidak mengikuti dan berpendaptan rendah.

3. Variabel dukungan keluarga nilai odds ratio sebesar 4,441 maka peluang orang

yang memiliki dukungan keluarga cenderung untuk mengikuti skrining kanker

serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar

4,441 kali dibandingkan tidak mengikuti dan tidak mendapatkan dukungan

keluarga.

4. Variabel dukungan tenaga medis nilai odds ratio sebesar 8,984 maka peluang

orang dengan dukungan tenaga medis cenderung untuk mengikuti skrining

kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I

sebesar 8,984 kali dibandingkan tidak mengikuti dan tidak ada dukungan

tenaga medis.

5.8 Koefisien determinasi

Koefisien determinasi untuk melihat kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen, digunakan R-Square. Nilai R-square

diperoleh sebesar 0,371 yang menujukan bahwa kemampuan keempat variabel

independen (penddikan, pendapatan, dukungan keluarga dan dukungan tenaga

medis) dalam menjelasakan variabel dependen (Keikutsertaan skrining) sebesar

37,1 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Sesuai

62
dengan hasil analisis regresi logistik berganda pada tabel 5.14 didapat

keikutsertaan skrining kanker serviks = -7,886 + 1,203 (pendidikan) + 1,503

(pendapatan)+ 1,491 (dukungan keluarga) + 2,195 (dukungan tenaga medis),

sehingga persamaan model regresi logistik pada penelitian ini adalah

P= 1/((I + exp(−y))

P= 1/((1 + exp −(−7,886 + 1,203 + 1,503 + 1,491 + 2,195) )

Fungsi dari model persamaan regresi logistik ini adalah untuk memprediksi

probabilitas WUS untuk melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks. Contoh

perhitungan probabilitas berdasarkan model regresi logitik untuk responden 1 dan

2:

1. Untuk responden 1 (y=0)

Jika seorang WUS, berpendidikan terakhir SLTA dan memiliki pendapatan

rendah, tidak mendapat dukungan keluarga, dan walaupun mendapat

dukungan tenaga medis maka probabilitas untuk melakukan keikutsertaan

skrining kanker serviks (y=0) adalah:

g (y)= -7,886+ 1,203(2) + 1,503 (0)+ 1,491 (0)+ 2,195 (1)= -3,285

Maka probabilitasnya responden 1 dalam keikutsertaan skrining kanker serviks

yaitu :

Pr= 1/((1 + exp(−3,285) )

= 0,9639

Dari perhitungan diperoleh probabilitas responden 1 tidak mengikuti skrining

kanker serviks sebesar 0.9639 atau 96.39%.

2. Untuk Responden 9 (y=1)

Jika seorang WUS, berpendidikan terakhir SLTA dan memiliki pendapatan

tinggi, ada dukungan keluarga, dan mendapat dukungan tenaga medis maka

63
probabilitas untuk melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks (y=1)

adalah:

g (y)= -7,886+1,203(2) + 1,503 (1)+ 1,491 (1)+ 2,195 (1)= 0,912

Maka probabilitasnya responden 9 dalam keikutsertaan skrining kanker serviks

yaitu :

Pr = 1/((1+ exp (-0,912) )

= 0,7134

Dari perhitungan diperoleh probabilitas responden 9 untuk mengikuti skrining

kanker serviks sebesar 0,7134 atau 71,34%.

64
BAB 6

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan membahas hubungan dua variabel yaitu

antara variabel bebas (pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, dukungan tenaga medis) dengan variabel terikat (Keikutsertaan Skrining

kanker serviks dengan metode IVA).

6.1 Pengaruh Umur WUS terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA

Umur secara signifikan merupakan faktor paling dominan yang

berpengaruh dengan keikutsertaan wanita dalam skrining kanker serviks (Sutton,

2005). Kelompok umur sedang (29-39) tahun lebih banyak untuk ikut skrining

kanker serviks dibandingkan kelompok umur yang lebih tua. Pada wanita yang

lebih tua kurang berpartisipasi dan kurang responsif dalam skrining kanker serviks

karena mereka beranggapan bahwa deteksi dan pengobatan tidak membuat

perbedaan untuk kesehatan mereka (Nene et al., 2007).

Hasil penelitian menunjukan nilai uji statistik chi-square didapat nilai p-

value= 0,576 > 0,05, artinya tidak ada berpengaruh yang signifikan antara umur

responden dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA.

Disamping itu juga dari hasil tabulasi silang antara umur dengan keikutsertaan

skrining kanker serviks didapatkan bahwa dari 79 (65,8%) orang responden

dengan umur tidak berisiko dan tidak mengikutserkan skrining kanker serviks dan

15 (12,5%) orang mengikut skrining kanker serviks. Umur responden berisiko dan

tidak melakukan skrining kanker serviks yaitu 23 (19,2%) dan yang yang

melakukan skrining kanker serviks yaitu 3 (2,5%) orang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2010) yang

menyatakan bahwa umur 20-39 tahun banyak yang melakukan pemeriksaan IVA,

65
sedangkan umur 40 tahun ke atas banyak yang tidak melakukan pemeriksaan IVA.

Ini menunjukkan bahwa wanita yang lebih muda tingkat keikutsertaan dalam

skrining kanker serviks lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang lebih tua.

(Wulandari, 2010).

Skrining kanker serviks sangat dianjurkan dilakukan wanita pada umur

yang masih muda. Semakin dini seorang wanita melakukan skrining kanker serviks

maka manfaat yang didapat akan semakin besar. WHO merekomendasikan agar

setiap wanita yang berusia antara 25-35 tahun melakukan skrining kanker serviks

setiap 3-5 tahun, skrining setiap 5 tahun bagi wanita umur 50-64 tahun dan skrining

pada wanita umur 65 tahun ke atas hanya untuk wanita yang belum pernah

melakukan skrining kanker serviks untuk menghindari lolosnya kasus kanker

serviks (Kemenkes RI, 2020).

Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan keikutsertaan wanita dalam

melakukan skrining kanker serviks yaitu pemberian informasi tentang kanker

serviks dan cara pencegahannya kepada masyarakat khususnya wanita umur 20-

39 tahun, karena pada usia ini biasanya kanker serviks masih dalam stadium awal,

selain itu wanita yang lebih tua (umur 40 tahun ke atas) kurang responsif terhadap

kegiatan skrining karena mereka percaya bahwa skrining dan pengobatan kanker

serviks tidak memberikan manfaat. Pemberian informasi kepada wanita umur 40

tahun ke atas hendaknya menggunakan strategi khusus agar informasi yang

diberikan dapat diserap secara maksimal (Nene et al., 2007).

6.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

selanjutnya melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan. Pendidikan adalah

proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku

66
yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang, di

pengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya disekolah)

sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan

kepribadiannya (Helda yantl & Syahrani, 2021).

Hasil penelitian menujukan pada hasil uji chi-square diperoleh bahwa

Pendidikan dengan nilai p-value 0,01 < 0,05 yang artinya ada pengaruh antara

jenjang pendidikan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode

IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I. Hasil analisis tabulasi silang antara

pendidikan dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA menunjukkan

bahwa proporsi responden berpendidikan SLTA mayoritas yang melakukan

skrining kanker serviks dengan metode IVA yaitu 14 responden (11,7%) dan

responden berpendidikan SLTP dan SLTA mayoritas yang tidak melakukan

keikutseraan skrining dengan metode IVA 38 dan 47 responden (31,7% dan

39,2%). Berdasarkan hasil penelitian ini, responden yang memiliki pendidikan

menengah dan tinggi banyak yang tidak melakukan keikutsertaan skrining dengan

metode IVA.

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut ditunjukan dengan

uji parsial pada uji multivariat yaitu p-value 0,023< α (0,05). kemudian variabel

pendidikan nilai odds ratio sebesar 3,331 maka peluang orang yang memiliki

pendidikan lebih tinggi cenderung untuk mengikuti skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar 3,331 kali

dibandingkan tidak mengikuti dan berpendidikan rendah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Y. I. Dewi, (2014) dalam jurnalnya yang

berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker

serviks pada wanita usia subur. Hasil uji statistik di peroleh nilai p-value= 0,0375

67
artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku

pencegahan kanker serviks pada WUS, menyatakan bahwa perilaku pencegahan

seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan namun lebih dipengaruhi oleh

paparan informasi yang dimilikinya. Jadi dalam hal ini, pendidikan menjadi faktor

untuk seseorang melakukan keikutsertaan skrining dengan metode IVA (Y. I. Dewi,

2014).

Tingkat pendidikan kesehatan yang tinggi berdampak pada keputusan atau

pilihan individu untuk mengikuti tes IVA (Nurramadhani et al., 2022). Di sisi lain,

penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa keterpaparan informasi tidak

hanya berasal dari pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi

pengetahuan WUS dan dukungan teman juga dapat berperan signifikan terhadap

perilaku positif seseorang terhadap pencegahan penyakit (Parapat 2016;

Nurramadhani et al., 2022).

Menurut asumsi peneliti, walaupun responden memiliki pendidikan SLTA

dan SLTP belum mendapatkan informasi yang jelas tentang keikutsertaan skrining

dengan metode IVA membuat responden tidak mengetahui/ menyadari pentingnya

melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks dengan metode IVA serta

kesadaran untuk mencari pengobatan sebelum penyakit dirasakan parah masih

rendah. Sering sekali ibu datang periksa ketika stadium kanker sudah mencapai

stadium lanjut.

Faktor kurangnya informasi tentang skrining kanker serviks dengan metode

IVA baik dari petugas kesehatan, suami/ keluarga dan informasi lainnya yang

mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan tinggi tanpa diikuti dengan informasi skrining

kanker serviks dengan metode IVA yang jelas mempengaruhi perilaku ibu dalam

pelaksanaan tes IVA. Sedangkan pada hasil penelitian sebanyak 5 responden

(4,2%) yang berpendidikan PT yang tidak melakukan pemeriksaan/ keikutsertaan

68
skrining dengan metode IVA karena dapat disebabkan karena pada pendidikan

dimana pengetahuan dan cara pandang seseorang lebih sempit dan tidak mudah

untuk menerima ide atau saran yang baru sehingga responden lebih memilih untuk

tidak melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.

6.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA

Pekerjaan menjadi faktor penyebab seseorang untuk berperilaku terhadap

kesehatannya. Hal ini disebabkan karena pekerjaan menjadi faktor risiko

seseorang untuk mengalami sakit maupun penyakitnya. Wanita yang bekerja

memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan informasi tentang

kanker serviks dan cara pencegahannya. Wanita yang bekerja secara signifikan

berpengaruh dengan keikutsertaan dalam menjalani skrining kanker serviks (Lee

et al., 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa WUS yang bekerja yang melakukan

pemeriksaan IVA (12,5%) sedangkan WUS yang bekerja dan tidak melakukan

pemeriksaan skrining kanker serviks 91 (75,8%). Hasil uji statistik chi-square

diperoleh nilai p-value= 0,474 artinya tidak berpengaruh pekerjaan dengan

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA pada WUS.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Lee et al., 2008) di Chicago

yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan

dengan keikutsertaan wanita dalam skrining kanker serviks (p-value > 0,05).

Wanita yang bekerja merupakan prediktor bagi wanita untuk ikut serta dalam

melakukan skrining kanker serviks (Lee et al., 2008).

Menurut mediana sari (2021) yang berjudul Faktor-faktor yang

mempengaruhi Wanita usia subur dalam tindakan IVA (inspeksi visual asam

asetat) di Puskesmas glugur darat bahwa (Sari, 2021) tidak ada hubungan yang

signifikan antara pekerjaan dengan tindakan WUS melakukan IVA di Puskesmas

69
Glugur Darat T, artinya responden yang bekerja cenderung melakukan IVA 2,244

kali dibanding responden yang tidak bekerja.

Wanita yang bekerja mempunyai kesempatan lebih besar dalam

mendapatkan informasi khususnya informasi tentang kanker serviks dan cara

pencegahannya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita yang

bekerja lebih sering berinteraksi dengan banyak orang sehingga peluang wanita

tersebut melakukan tukar pendapat dengan orang-orang di sekitar lingkungan

kerjanya lebih tinggi sehingga informasi yang didapatkan wanita yang bekerja lebih

banyak dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja (Lee et al., 2008).

6.4 Pengaruh Pendapatan terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA

Pendapatan adalah uang yang diterima selama periode tertentu dari balas

jasa dari perusahaan yang bisa berupa bentuk gaji, upah, tunjangan,seperti

kesehatan dan pensiun. (Normalasari, 2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan IVA dan dengan

pendapatan rendah yaitu sebanyak 88 (73,3%) begitu juga sebaliknya responden

yang pernah melakukan pemeriksaan IVA dan dengan pendapatan rendah yaitu

sebanyak 11 responden (9,2%) sedangkan responden yang ikut serta melakukan

IVA dan memiliki pendapatan tinggi adalah sebanyak 7 responden (5,8%). Hal ini

dikarenakan sebagian besar responden adalah berpendidikan menengah

sehingga menyebabkan informasi yang didapatkan sangat kurang, selain itu

kemungkinan masih kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah

menyebabkan masyarakat terutama ibu rumah tangga tidak banyak mengetahui

mengenai deteksi dini dengan cara metode IVA.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi Square didapatkan nilai p-

value sebesar 0,010 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara pendapatan dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode

70
IVA di Puskesmas Tandun I. Hasil analisis tabulasi silang antara pendapatan

dengan keikutsertaan skrining dengan metode IVA menunjukkan bahwa proporsi

responden pendapatan rendah yang tidak melakukan skrining kanker serviks

dengan metode IVA yaitu 88 responden (73,3%) dan responden yang

berpendapatan tinggih yang tidak melakukan keikutseraan skrining dengan

metode IVA 14 responden (11,7%). Berdasarkan hasil penelitian ini, responden

yang memiliki rendah cenderung tidak melakukan skrining kanker serviks dengan

metode IVA.

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel pendapatan berpengaruh

signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut ditunjukan dengan

uji parsial pada uji multivariat yaitu p-value 0.04I< α (0,05). kemudian Variabel

pendidikan nilai odds ratio sebesar 4,493. maka peluang orang yang memiliki

pendapatan lebih tinggi cenderung untuk mengikuti skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar 4,493 kali

dibandingkan tidak mengikuti dan berpendapatan rendah.

Berdasarkan pengamatan peneliti adanya hubungan antara pendapatan

dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA disebabkan

karena responden yang berada di sekitar wilayah Puskesmas keadaan ekonomi

yang kurang dan belum pernah melakukan IVA sehingga. Meskipun pemeriksaan

dengan cara IVA tergolong mudah, murah, membutuhkan peralatan sederhana

dan dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan namun masih kurangnya

informasi yang disampaikan kepada masyarakat menjadi alasan mengapa masih

banyak ibu yang belum pernah melakukan IVA.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Wahyuni et al., 2019)

dengan judul penelitian hubungan pengetahuan, persepsi dan pendapatan

keluarga terhadap minat wanita dalam keluarga melakukan pemeriksaan IVA di

Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan

71
bahwa terdapat hubungan antara pendapatan, pengetahuan terhadap minat

wanita dalam keluarga melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai signifikan

sebesar 0,034 (Wahyuni et al., 2019). Berdasarkan Notoatmojo 2014

menyebutkan bahwa ketersediaan biaya merpakan salah satu faktor yang

memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat (Notoatmojo,

2014)

6.5 Pengaruh Paritas terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


Metode IVA

Wanita yang mempunyai banyak anak cenderung untuk melakukan

skrining kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang belum memiliki anak.

Semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka perilaku untuk

melakukan skrining semakin tinggi, ini disebabkan karena seringnya melahirkan

maka dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker serviks. Selain itu wanita

yang lebih sering melahirkan maka lebih sering berhubungan dengan tenaga

kesehatan sehingga kemungkinan untuk mendapatkan informasi terkait dengan

kesehatannnya dapat meningkatkan kesadaran, membuat wanita tersebut lebih

responsif terhadap skrining kanker serviks (Nene et al., 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji statistik chi-square didapat

nilai p-value sebesar 0,497 >α (0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan keikutsertaan WUS dalam melakukan skrining kanker

serviks dengan metode IVA. Hasil tabulasi silang antara paritas dengan

keikutsertaan kanker serviks didapat bahwa dari 120 responden dengan paritas

nullipara ada 6 orang (5,0%) yang tidak mengikutsertakan skrining kanker serviks

dan tidak yang melakukan skrining kanker serviks pada paritas Nullipara. Pada

paritas primipara terdapat 34 orang (28,3%) yang tidak mengikutsertakan skrining

kanker serviks dan terdapat 6 orang (5,0%) yang melakukan skring kanker serviks.

Pada paritas multipara terdapat 54 orang (45,0%) yang tidak mengikutsertakan

72
skrining kanker serviks dan terdapat 9 orang (7,5%) yang melakukan skrining

kanker serviks. Dan paritas grandmultipara terdapat 8 orang (6,7%) yang tidak

mengikutsertakan skrining kanker serviks dan terdapat 3 orang (2,5%) yang

melakukan skring kanker serviks.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Wulandari, 2010) yang

menunjukkan hasil uji statistik chisquare dengan p-value 0,308 (p>0,05). Hasil

penelitian ini yang menyatakan paritas tidak signifikan berhubungan dengan

keikutsertaan wanita dalam skrining kanker serviks dengan metode IVA

(Wulandari, 2010).

Penelitian Nene et al., (2007) di Maharashtra India menyatakan wanita

yang belum pernah melahirkan secara sangat signifikan (p-value <0.00I)

mempengaruhi wanita untuk tidak melakukan pemeriksaan skrining kanker

serviks. Paritas berhubungan dengan umur pertama kali saat melakukan

perkawinan. Semakin tua umur seorang wanita dalam melakukan perkawinan

maka ia akan mengalami persalinan yang pertama kali pada umur yang tua pula,

terlebih lagi pada persalinan yang kedua dan seterusnya. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka keikutsertaan dalam

melakukan skrining kanker serviks akan semakin rendah (Sutton & Rutherford,

2005).

Semakin banyak anak yang dimiliki maka semakin banyak pula tugas yang

harus dilakukan wanita sehingga umumnya mereka lebih memprioritaskan

kegiatan yang bersifat rutinitas. Hal ini dapat menjadi penyebab tidak adanya

hubungan secara signifikan antara paritas dengan keikutsertaan wanita dalam

melakukan pemeriksaan IVA. Disamping itu bisa disebabkan karena pada

kegiatan program skrining kanker serviks ini Puskesmas Tandun I tidak

memfokuskan pada WUS dengan paritas yang tinggi saja, sehingga pada

73
penelitian ini paritas tidak berhubungan dengan keikutsertaan WUS dalam

melakukan pemeriksaan IVA.

Disamping itu bisa disebabkan karena pada kegiatan program skrining

kanker serviks ini Puskesmas Tandun I tidak memfokuskan pada WUS dengan

paritas yang tinggi saja, sehingga pada penelitian ini paritas tidak berhubungan

dengan keikutsertaan WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA.

6.6 Pengaruh Pengetahuan terhadap WUS dalam Keikutsertaan Skrining


Kanker Serviks Metode IVA

Perubahan perilaku atau tindakan seseorang masyarakat berkaitan

dengan kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi

atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan

termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep atau pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengamatan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dari pengalaman

dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan (Nugrawati et al., 2021).

Peningkatan pengetahuan akan selalu menyebabkan perubahan perilaku

seseorang terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks, namun memperlihatkan

hubungan yang positif antara kedua variabel berikut, sehingga jika pengetahuan

baik maka perilakunya seseorang cenderung mengikuti skrining kanker serviks.

Hasil uji chi-square diperoleh bahwa pengetahuan dengan nilai p-value 0,024 <

0,05 yang artinya ada pengarauh antara tingkatan pengetahuan dengan

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di

Puskesmas Tandun I.

74
Hasil analisis tabulasi silang antara pengetahuan dengan keikutsertaan

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun

I menunjukkan bahwa proporsi pada responden yang berpengetahuan kurang

yang tidak melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan test IVA lebih

kecil yaitu 46 orang dibandingkan responden yang berpengetahuan baik yang

tidak melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan test IVA yaitu 56

orang.

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh

signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut ditunjukan dengan

uji parsial pada uji multivariat yaitu P-value 0,059 < α (0,025). kemudian variabel

pengetahuan nilai odds ratio sebesar 4,438 artinya peluang orang yang memiliki

pengetahuan lebih tinggi cenderung untuk mengikuti skrining kanker serviks

dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I sebesar 4.438 kali

dibandingkan tidak mengikuti dan berpengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Dinengsih &

Sitanggang, 2018) yaitu hasil dari faktor pengetahuan p value = 0,002 artinya ada

pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker

serviks dengan metode IVA pada WUS.

Menurut peneliti kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi WUS untuk

tidak melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA,

dipengaruhi oleh karena kurangnya informasi. Pengetahuan tentang kanker

serviks dan pemeriksaan dini kanker serviks dengan skrining menggunakan

metode IVA dapat diperoleh melalui TV, suami, teman kader kesehatan dan

petugas kesehatan. Kurangnya informasi dari petugas kesehatan sangat

mempengaruhi kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya

ibu akan pentingnya pemeriksaan IVA untuk penapisan kanker serviks.

Peningkatan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan keikutsertaan

75
pemeriksaan IVA dapat dilakukan dengan promosi dan penyuluhan, baik secara

formal dan informal oleh petugas kesehatan terlatih. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan ibu tentang IVA maka diharapkan semakin besar pula kemungkinan

ibu untuk keikutsertaan skrining kanker serviks (Dinengsih & Sitanggang, 2018).

Berdasarkan Notoatmojo 2014 dalam Ummiyati et al., (2017) menjelaskan

bahwa pengetahuan merupakan hasil pengenalan seseorang terhadap suatu

objek melalui penginderaan lingkungan sekitarnya. Tanpa pengetahuan,

seseorang tidak memiliki dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Proses menerima suatu perilaku

berdasarkan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). Upaya peningkatan pengetahuan

tentang kanker serviks dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penyuluhan

kepada ibu-ibu di kelompok agama, posyandu (Ummiyati et al., 2017).

Kurangnya informasi yang didapat menyebabkan kurangnya pengetahuan

tentang manfaat dari test IVA (Sahr & Kusumaningrum, 2018). Kurangnya

pengetahuan yang didapatkan dapat disebabkan karena banyak hal. Dengan hal

ini mengakibatkan ibu sedikit memiliki pengetahuan. seseorang yang memiliki

sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas

pula. masih banyaknya wanita usia subur yang belum memahami tentang

pemeriksaan IVA, hal ini dipengaruhi oleh Pendidikan, pekerjaan, usia, serta

informasi yang diperoleh (Nathalia, 2020).

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa jumlah tenaga kesehatan

khususnya bidan sebenarnya sudah mencukupi untuk pelaksanaan penyuluhan

secara rutin di tiap kelurahan dan desa, akan tetapi masih sedikit bidan/dokter

yang sudah terlatih/tersertifikasi untuk melakukan tes IVA. Sebaiknya dibuat suatu

kebijakan dari pemerintah bagi bidan yang belum terlatih agar mengikuti pelatihan

secara berkesimanbungan. Selain itu untuk meningkatkan cakupan IVA petugas

76
kesehatan bisa mengajak ibu-ibu untuk melaksanakan pemeriksaan IVA di

Puskesmas.

Peneliti melihat bahwa faktor kepercayaan mempunyai andil terhadap

tingginya ibu yang tidak melakukan keikutsertaan skrining dengan tes IVA

walaupun mempunyai pengetahuan yang baik. Hal ini terlihat dari responden yang

tidak melakukan pemeriksaan IVA tetapi mempunyai pengetahuan baik sebanyak

56 responden (46,7%). Rasa malu ketika membuka organ kewanitaannya pada

saat melakukan pemeriksaaan IVA dan rasa takut akan perasaan sakit yang

ditimbulkan pada saat pemeriksaan IVA menjadi penghambat ibu melakukan

pemeriksaan IVA.

6.7 Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode


IVA

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap stimulus atau objek tertentu. Campbell mendefinisikan bahwa sikap itu

adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau

objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala

kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

Hasil uji chi-square diperoleh bahwa sikap dengan nilai p-value 0,025 <

0,05 yang artinya ada pengaruh antara sikap dengan keikutsertaan skrining kanker

serviks dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Tandun I. Hasil analisis

tabulasi silang antara negatif dengan tidak mengikutsertakan skrining kanker

serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I menunjukkan

bahwa proporsi pada responden yang sikap negatif 23 (19,2%) yang tidak

melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan test IVA lebih kecil

dibandingkan responden yang sikap positif yang tidak melakukan keikutsertaan

77
skrining kanker serviks dengan tes IVA yaitu 79 orang (65,8%). Hasil uji parsial

menunjukan bahwa variabel sikap tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

keikutsertaan skrining hal tersebut ditunjukan dengan uji parsial pada uji multivariat

yaitu p-value 0,472 > α (0,05).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Ningsih, 2009) bahwa ibu

yang mempunyai sikap positif lebih banyak melakukan pemeriksaan IVA (70,0%),

dibandingkan ibu yang tidak periksa IVA (54,5%). Hal ini dikaitkan dengan

kesadaran dan kemauan responden yang masih rendah dan juga dikarenakan

akses penyampaian informasi tentang pemeriksaan IVA belum merata pada

masyarakat khususnya wanita pasangan usia subur (PUS) di wilayah kerja

Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran. Sikap yang baik belum tentu

menghasilkan tindakan yang baik pula. Mengacu dari hal tersebut bahwa sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap

positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan

nyata. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain sarana, prasarana

dan fasilitas (Ningsih, 2009).

Sikap perempuan tentang tes IVA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

(Monica & Ulfa, 2020), termasuk persepsi yang mempengaruhi pikiran, aspek,

keyakinan, dan emosi. Semua itu penting dalam membangun persepsi individu.

Persepsi merupakan salah satu komponen utama untuk membangun sikap

seseorang. Pembentukan keyakinan menjadi landasan persepsi individu tentang

apa yang diharapkan dari objek sikap. Selain dipengaruhi oleh persepsi, sikap

perempuan terhadap tes IVA juga dapat dipengaruhi oleh sumber sikapnya

(Nurramadhani et al., 2022)

78
6.8 Pengaruh Sarana dan Prasarana terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA

Pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat harus bersifat

berkesinambungan artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat

ada pada setiap saat yang dibutuhkan untuk berperilaku sehat disertai dengan

sarana dan prasarana pendukung. Keterjangkauan untuk mencapai tempat

layanan kesehatan tersebut, sangat mendukung seseorang untuk melakukan

tindakan (Khatimah & Sofiana, 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang tidak

memadai responden tidak melakukan skrining kanker serviks 52 (43,3%) dan 7

(5,8%) yang melakakukan skrining di Puskesmas Tandun I. Kemudian sarara dan

prasarana memadai terdapat 50 (41,7%) yang tidak mengikutsetakan skrining

kanker serviks dan terdapat 11 (9,2%) responden yang melakukan skrining kanker

serviks. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p-value 0,344 > α (0,05) hal ini

berarti tidak berpengaruh sarana dan prasarana seorang responden terhadap

keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA.

Berdasrakan Mc Donals (2017) menyebutkan bahwa adanya sarana

prasarana memengaruhi sikap wanita dalam melakukan skrining deteksi dini

kanker serviks. Wanita di pedesaan lebih terbatas dalam layanan skrining karena

fasilitas kelengkapan pemeriksaan yang tidak tersedia. di pedesaan adanya

keterbatasan dalam infrastruktur, terbatas dalam tenaga kesehatan seperti dokter

umum, bidan maupun praktisi lainnya seperti ahli onkologi dan terbatasnya

peralatan medis lainnya. Dan tidak maksimalnya layanan yang diterima oleh

wanita di pedesaan seperti skrining IVA sering tidak direkomendasikan dengan

baik oleh tenaga kesehatan setempat (McDonald et al., 2017)

79
6.9 Pengaruh Biaya terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks dengan
Metode IVA

Biaya memengaruhi seseorang untuk berperilaku dalam mendapatkan

pengobatan. Apabila biaya yang harus dikeluarkan mahal maka ia cenderung

untuk tidak mencari pengobatan, sedangkan bila harga pelayanan kesehatan

murah ataupun terjangkau maka individu tersebut mencari pelayanan kesehatan

untuk mengobati penyakitnya. Apalagi bila ada pengobatan gratis maka akan

semakin banyak masyarakat untuk berobat (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa WUS yang tidak mampu melakukan

skrining kanker serviks dengan metode IVA yaitu 74 (61,7%) lebih banyak

dibandingkan dengan yang mampu dan tidak melakukan skrining kanker serviks

yaitu 28 (23,3%) orang. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p-value 0,325 >

α (0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara biaya dengan

keikutsertaan WUS dalam melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA.

Penelitian ini sejalan dengan Nurramadhani et al., 2022 yang menyebutkan bahwa

tidak adanya korelasi antara biaya dengan skrining IVA, hal ini disebabkan karena

biaya pemeriksaan IVA telah ditanggung oleh Badan Penyelenggara Janinan

Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai lembaga yang memberikan jaminan kesehatan

cuma-cuma, sehingga ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemeriksaan

(Nurramadhani et al., 2022).

Hal ini tidak sejalan dengan riset yang dilakukan ida maryati tahun 2020

yang menemukan bahwai terdapat kaitan antara biaya pemeriksaan terhadap

kepatuhan ibu untuk memeriksaan secara rutin melakukan skrining kanker serviks

dengan IVA (Maryati et al., 2020).

Biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan skrining kanker serviks

antara lain adalah biaya yang terkait dengan perjalanan serta biaya untuk

pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan ini tentunya akan menambah pengeluaran

80
keluarga. WUS dengan status ekonomi keluarga yang kurang sering tidak

melakukan skrining kanker serviks, terutama jika harus mengeluarkan atau

membayar dengan sejumlah uang untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Hasil

penelitian Nene dkk, (2007) tentang keikutsertaan skrining kanker serviks di

Maharashtra India menyatakan bahwa biaya pemeriksaan yang gratis serta tidak

adanya biaya transportasi dapat membantu meningkatkan keikutsertaan wanita

untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Pemeriksaan IVA tidak dipungut biaya, tetapi biaya dalam penelitian ini

selain biaya pemeriksaan juga menyangkut biaya yang harus dikeluarkan oleh

WUS yang di mulai dari WUS tersebut berangkat sampai dengan WUS tersebut

pulang kembali ke rumahnya. Adanya biaya yang dikeluarkan untuk sarana

transportasi dalam melakukan pemeriksaan IVA maka akan menambah biaya

yang dikeluarkan, sementara WUS banyak dengan status ekonomi kurang

sehingga banyak yang tidak melakukan pemeriksaan IVA.

6.10 Pengaruh Jarak terhadap Keikiutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA

Faktor pendukung seseorang untuk melakukan pemeriksaan IVA adalah

jarak rumah ke tempat pemeriksaan kesehatan. Menurut teori Snehandu (1983)

terjangkaunya informasi dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak dalam

mencari pengobatan (Notoatmodjo, 2007), sedangkan Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2007) menganalisis bahwa keterjangkauan sarana dan prasarana

kesehatan yaitu jarak menjadi faktor pemungkin seseorang untuk dapat merubah

perilakunya dalam mencari pengobatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak yang dekat ke tempat

pemeriksaan tidak berhubungan dengan hasil uji statistik chi-square didapat nilai

p-value 0,589 > α (0,05) hal ini berarti tidak ada hubungan jarak seorang

81
responden terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Ini

dibuktikan dari WUS yang menyatakan jarak rumah ke tempat pemeriksaan yang

dekat yaitu 67 orang, dan ada 58 (48.3%) orang yang tidak melakukan

pemeriksaan skrining kanker serviks IVA sedangkan 9 orang (7,5%) melakukan

pemeriksaan skrining kanker serviks dengan metode IVA. Responden yang jauh

dari tempat pemeriksaan skrining kanker serviks terdapat 53 orang, dengan 44

(36,7%) tidak mengikutsertakan skrining kanker serviks dan 9 (7,5%) orang

melakukan skrining kanker serviks.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bhatla et al., (2020) di India bahwa

membagi responde menjadi 2 kelompok pada darah pedesaan dan perkotaaan

ditemukan hasil bahwa ibu yang mendapatkan akses menuju fasilitas pelayanan

kesehatan kepatuhan terhadap pemeriksaan IVA akan lebih tinggi dibandingkan

dengan ibu yang jarak rumahnya jauh seperti dipedesaan hal dikaitkan juga

dengan lebih banyaknya biaya yang dikorbankan (Bhatla et al., 2020).

Berdasarkan Mc Donals et al 2017 menyebutkan bahwa wanita di

pedesaan jika dibandingkan wanita yang tinggal di kota secara signifikan

terkendala jarak dan waktu perjalanan yang lebih jauh untuk mendapatkan layanan

perawatan kesehatan pemeriksaan kanker serviks. Wanita di pedesaan cenderung

tidak mencari atau mungkin menunda perawatan lanjutan dari kanker serviks

(McDonald et al., 2017).

Teori Lawrence Green menyatakan bahwa salah satu faktor pemungkin

atau pendorong seorang wanita melakukan pemeriksaan IVA bila ada

keterjangkauan sarana dan prasarana untuk berperilaku sehat, yaitu perilaku

skrining kanker serviks. Wanita yang melakukan skrining kanker serviks tidak

hanya karena dia tahu dan sadar manfaat skrining, melainkan wanita tersebut

dengan mudah mendapatkan fasilitas untuk melakukan skrining yang mendukung

terwujudnya perilaku kesehatan. Namun karena keterbatasan transportasi untuk

82
menuju ke tempat pemeriksaan dapat menjadi hambatan dalam melakukan

pemeriksaan IVA walaupun jaraknya dekat ke Puskesmas.

Hambatan dalam melakukan skrining kanker serviks dapat memengaruhi

keikutsertaan seseorang terhadap skrining itu sendiri. Walaupun jarak tempat

tinggal ke lokasi pemeriksaan relatif dekat, namun adanya biaya yang dikeluarkan

untuk transportasi merupakan hambatan dalam pencapaiannya ke lokasi

pemeriksaan IVA.

Jarak rumah ke tempat pemeriksaan yang jauh juga dapat meningkatkan

biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang wanita dalam melakukan program

skrining kanker serviks. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan secara otomatis

akan menjadi pertimbangan seorang wanita dalam melakukan pemeriksaan IVA.

Khususnya wanita dalam kegiatan kesehariannya mempunyai aktivitas yang

sangat padat. Hal ini terkait dengan tugasnya sebagai seorang istri yang berkaitan

dengan keluarga besar, sebagai seorang ibu, sebagai bagian dari masyarakat

yang harus bersosialisasi dengan lingkungan sekitar serta ikut serta membantu

suami dalam meringankan beban yang terkait dengan keuangan keluarga (peran

ganda). Banyaknya tugas ini juga dapat menjadi pertimbangan wanita yang jarak

rumah ke tempat pemeriksaannya dekat untuk tidak melakukan pemeriksaan IVA.

Masturoh (2016) menyebutkan bahwa jarak menuju tempat pelayanan

kesehatan berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan kanker serviks dengan

metode IVA dimana jarak fasilitas kesehatan yang terjangkau bagi WUS akan

meningkatkan perilaku pemeriksaan IVA. Hal ini disebabkan karena jarak

membatasi kemampuan dan kemauan wanita untuk mencari pelayanan

(Masturoh, 2016).

83
6.11 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker
Serviks dengan Metode IVA Tes

Dukungan keluarga merupakan hal yang perlu dikembangkan dalam suatu

keluarga agar terbina pengaruh saling membutuhkan antara anggota keluarga.

Selanjutnya. Dukungan yang di berikan dapat berupa menganjurkan, membantu

dan mengantar, dalam upaya mendapatkan pelayanan kesehatan dan

berpengaruh terhadap kunjungan ke pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga

dapat menjadi faktor pendorong (reinforcing factors) seseorang melakukan

tindakan. Dukungan keluarga merupakan bentuk dukungan sosial terdekat yang

berlangsung sepanjang masa kehidupan seseorang. Suami adalah orang yang

paling dekat dengan wanita, bahkan menjadi seorang yang dapat mempengaruhi

keputusan yang diambil seorang wanita. Dukungan suami adalah bentuk

dukungan sosial sebagai respon yang dapat dirasakan bermanfaat oleh anggota

keluarga.

Pada penelitian ini menujukan bahwa hasil uji chi-square diperoleh bahwa

Dukungan Keluarga dengan nilai p-value 0,028 < 0,05 yang artinya ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun I, yang artinya dukungan

keluarga khususnya suami menjamin ibu untuk melakukan tes IVA. Hasil analisis

tabulasi silang antara dukungan suami terhadap perilaku tes IVA menunjukkan

bahwa proporsi responden mayoritas yang mendapat dukungan keluarga tidak

melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA sebanyak 45

responden (37,5%).

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel dukungan keluarga

berpengaruh signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut

ditunjukan dengan uji parsial pada uji multivariat yaitu p-value 0,023 < α (0,05).

kemudian variabel dukungan keluarga nilai odds ratio sebesar 4,441. maka

84
peluang orang yang memiliki dukungan keluarga lebih tinggi cenderung untuk

mengikuti skrining kanker serviks dengan metode IVA tes di Puskesmas Tandun I

sebesar 4,441 kali dibandingkan tidak mendapat dukungan keluaraga.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eminia (2016) yaitu diperoleh p value

sebesar 0,022 < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara

dukungan keluarga dengan perilaku WUS dalam pemeriksaan kanker serviks

dengan metode IVA di Wilayah Kerja Puskemas Tandun I. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi mempengaruhi perilaku ibu

dalam melakukan keikutsertaan skrining kanker serviks dengan IVA. Hal ini terlihat

dari pernyataan responden yang menyatakan keluarga/suami memberikan

persetujuan ketika ibu ingin melakukan keikutsertaan skrining dengan metode IVA

10,8% (Eminia, 2016).

Dukungan keluarga yang dimaksud suami memiliki peran penting dalam

hal pengambilan keputusan dalam hal kesehatan dan pengobatan. Berdasarkan

studi kualitatif didapatkan Adanya dukungan suami memberikan sebuah semangat

dan dorongan dalam pengambilan keputusan dalan skrining kanker serviks

(Rasjidi, 2009).

Dukungan suami dianggap sebagai faktor terpenting yang terkait dengan

keterlibatan perempuan dalam deteksi dini kanker serviks. Dukungan suami dapat

memberikan manfaat emosional dan memberikan individu rasa aman dan motivasi

serta melakukan tindakan kesehatan, sementara kurangnya dukungan suami

dapat menjadi penghalang untuk pemeriksaan serviks bagi wanita. Dukungan

suami terdiri dari empat jenis dukungan: emosional. dukungan, informasi, bantuan

nyata, dan penghargaan. Dukungan emosional melibatkan dukungan dalam

bentuk cinta, iman, fokus dan mendengarkan, dan didengar. Dukungan informasi

adalah suami memberikan informasi yang digunakan untuk menyampaikan

masalah. Bantuan nyata adalah sumber bantuan langsung baik dari segi sumber

85
daya, tenaga kerja, dan sarana. Apresiasi meliputi pemberian umpan balik, saran,

dan penyelesaian masalah (Juwitasari et al., 2021; Rees et al., 2018).

Menurut pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Tandun, bahwa

selama ini yang menjadi sasaran dalam pencegahan kanker serviks adalah hanya

pada ibu-ibu saja. Perlu dilakukan penyuluhan secara rutin di masyarakat tentang

tes kanker serviks dengan metode IVA dengan melibatkan keluarga atau suami

agar keluaraga mendapatkan informasi yang benar sehingga mereka dapat

memberikan dukungan kepada para istri untuk tes kanker serviks dengan metode

IVA.

6.12 Pengaruh Dukungan Tenaga Medis terhadap Keikutsertaan Skrining


Kanker Serviks dengan Metode IVA Tes

Hasil uji chi-square diperoleh bahwa dukungan petugas kesehatan dengan

nilai p-value 0,013 < 0,05 yang artinya adanya pengaruh dukungan tenaga medis

terhadap perilaku dalam pelaksanaan tes IVA di wilayah kerja Tandun I. Hasil

tabulasi silang antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pelaksanaan

tes IVA. Dari 52 responden yang tidak mendapat dukungan dari petugas

kesehatan, ada 49 responden (40,8%) yang tidak melakukan tes skrining kanker

serviks dengan metode IVA dan 3 (4,5%) yang melakukan tes IVA. Terlihat bahwa

ada kecenderungan responden yang tidak mendapat dukungan petugas

kesehatan untuk tidak melakukan mengikuti keikutsertaan skrining dengan metode

IVA.

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel dukungan tenaga medis

berpengaruh signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut

ditunjukan dengan uji parsial pada uji multivariat yaitu p-value 0,007< α (0,05).

kemudian variabel dukungan tenaga medis nilai odds ratio sebesar 8,984 maka

peluang orang dengan dukungan tenaga medis cenderung untuk mengikuti

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun

86
I sebesar 8,984 kali dibandingkan tidak mengikuti dan tidak ada dukungan tenaga

medis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Turkistanli et el 2003 yang mrnyatakan bahwa bidan dan perawat atau tenaga ahli

yang bekerja pada pusat layanan Kesehatan mempunyai tanggung jawab untuk

memberikan peran dalam memberikan edukasi tentang program penurunan

deteksi dini kanker di negara Turki (Turkistanli et al., 2003). Hasil penelitian ini

sejalan dengan (S. A. Dewi, 2019) yang berjudul faktor determinan partisipasi

perempuan usia berisiko dalam pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA)

bahwa ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan tindakan melakukan

tes IVA dengan nilai p-value 0,013. Sesuai dengan survei awal yang dilakukan

peneliti, bahwa yang melakukan penyuluhan dan pelaksanaan tes kanker serviks

dengan metode IVA adalah bidan yang terlatih skrining kanker serviks dengan

metode IVA dari Puskesmas serta belum ada jadwal rutin pelaksanaan tes kanker

serviks dengan metode IVA (S. A. Dewi, 2019).

Bidan, perawat dan dokter mempunyai peran dalam program deteksi/

skrining permasalahan kanker serviks pada wanita. mereka merupakan tenaga

terlatih yang mampu mengadvokasi wanita sepanjang siklus kehidupannya.

perawat maupun bidan mempunyai kesempatan dalam pembentukan kelompok

Kesehatan berbasis masyarakat jika dibandingkan dengan tenaga Kesehatan

lainnya. Bidan/ perawat lebih banyak mendapatkan kesempatan dalam melakukan

kontak dengan masyarakat atau kelompok keluarga dalam berbagai aspek

kesehatannya termasuk Kesehatan ibu dan anak. Sehingga bidan/ perawat

mampu menggambil peran dalam skrining awal kanker serviks dengan

memberikan edukasi baik melalui media lisan atau memberi informasi terkini/

update dengan cara yang mudah dipahami oleh kaum Wanita, sehingga

diharapkan bidan/ perawat dapat mendapatkan pendidikan/ pelatihan yang lebih

87
tentang skrining kanker serviks dengan harapan mereka untuk medapatkan ilmu

lebih banyak sehingga keberhasilan dalam pemberian dukungan skrining kanker

serviks lebih maksimal (Turkistanli et al., 2003).

Tenaga Medis sebagai pendorong dari individu untuk berperilaku. Hal ini

dikarenakan petugas tersebut ahli dibidangnya sehingga dijadikan tempat untuk

bertanya dan pemberi input atau masukan untuk pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Pentingnya mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan karena

petugas kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat

mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat sehingga

akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Manurung, et al., 2021).

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua tenaga bidan yang ada di

desa juga dilibatkan. Jumlah tenaga kesehatan yang banyak tetapi masih sedikit

yang terlatih IVA. Sebaiknya dilaksanakan pelatihan berkesinambungan kepada

bidan tidak hanya di Puskesmas. Pengaruh petugas kesehatan (Bidan di Desa)

sebagai salah satu orang yang berpengaruh dan dianggap penting oleh

masyarakat, sehingga responden termotivasi melakukan tes IVA.

6.13 Variabel Paling Berpengaruh Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks


dengan Metode IVA.

Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel dukungan tenaga medis

berpengaruh signifikan terhadap variabel keikutsertaan skrining hal tersebut

ditunjukan dengan uji parsial pada uji multivariat yaitu p-value 0,007 < α (0,05).

kemudian variabel dukungan tenaga medis nilai odds ratio sebesar 8,984 maka

peluang orang dengan dukungan tenaga medis cenderung untuk mengikuti

skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada WUS di Puskesmas Tandun

I sebesar 8,984 kali dibandingkan tidak mengikuti dan tidak ada dukungan tenaga

medis.

88
Petugas medis/ bidan sebagai salah satu orang yang berpengaruh dan

dianggap penting oleh masyarakat sangat berperan dalam terjadinya perilaku

kesehatan pada masyarakat. Dukungan yang diberikan dapat berupa

menganjurkan, membantu dan mengantar, dalam upaya mendapatkan pelayanan

kesehatan dan berpengaruh terhadap kunjungan ke pelayanan kesehatan. Jenis

dukungan yang dibutuhkan dalam menimbulkan perubahan perilaku adalah

dukungan sosial yaitu berubah informasi atau nasehat verbal maupun nonverbal,

bantuan nyata atau perilaku yang di dapatkan karena kehadiran orang lain dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima

(Manurung, et al., 2021).

Tenaga medis sebagai pendorong dari individu untuk berperilaku. Hal ini

dikarenakan petugas tersebut ahli dibidangnya sehingga dijadikan tempat untuk

bertanya dan pemberi input atau masukan untuk pemanfaatan pelayanan

kesehatan. Pentingnya mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan karena

petugas kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat

mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat sehingga

akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Harleyanto, 2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan (S. A. Dewi, 2019) yang berjudul faktor

determinan partisipasi perempuan usia berisiko dalam pemeriksaan inspeksi

visual asam asetat (IVA) bahwa ada hubungan dukungan petugas kesehatan

dengan tindakan melakukan tes IVA dengan nilai p-value 0,013. Sesuai dengan

survey awal yang dilakukan peneliti, bahwa yang melakukan penyuluhan dan

pelaksanaan tes kanker serviks dengan metode IVA adalah bidan yang terlatih

skrining kanker serviks dengan metode IVA dari Puskesmas serta belum ada

jadwal rutin pelaksanaan tes kanker serviks dengan metode IVA (S. A. Dewi,

2019).

89
Peneliti melihat bahwa kendala yang didapatkan dilapangan bahwa jadwal

rutin pelaksanaan penyuluhan/ pelaksanaan tes skrining kanker serviks dengan

metode IVA yang belum ada. Selain hal diatas bahwa untuk memberikan

penyuluhan rutin ketiap-tiap desa/ kelurahan di wilayah Puskesmas Tandun I,

hanya mengandalkan dari tenaga medis seperti bidan yang terlatih pada skrining

kanker serviks dengan metode IVA dari Puskesmas maka sangat tidak

memungkinkan untuk peningkatan cakupan IVA.

Sebaiknya semua tenaga bidan yang ada di desa juga dilibatkan. Jumlah

tenaga kesehatan yang banyak tetapi masih sedikit yang terlatih IVA. Sebaiknya

dilaksanakan pelatihan berkesinambungan kepada bidan tidak hanya di

Puskesmas tetapi kepada seluruh bidan di desa yang menjadi ujung tombak

pelayanan kesehatan. Pengaruh petugas kesehatan (Bidan di desa) sebagai salah

satu orang yang berpengaruh dan dianggap penting oleh masyarakat, sehingga

responden termotivasi melakukan tes IVA. Peran petugas kesehatan khususnya

bidan disini adalah memberikan pengetahuan berupa informasi tentang kanker

serviks dan pentingnya deteksi dini khususnya tes IVA, mengajak, mengingatkan

dan memberikan motivasi/dorongan/arahan kepada wanita yang sudah menikah

untuk melakukan deteksi dini kanker serviks secara teratur. Kurangnya dukungan

petugas kesehatan terlihat dari mayoritas responden yang menjawab “tidak”

tentang petugas kesehatan mengajak ibu melakukan pemeriksaan IVA sebanyak

49 responden (40,8%)

6.14 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak membahas tentang kajian variabel psikologis dimana

WUS yang merasa takut, malu untuk mengikuti skrining kanker serviks dengan

metode IVA tes perlu direkomendasi penelitian ini dieksplorasi secara kualitatif,

yaitu sistem wawancara dimana responden bisa menjawab secara langsung

dengan jawaban benar dan akurat.

90
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Sesuai hasil penelitian terhadap 120 WUS di Puskesmas Tandun I dengan

judul keikutsertaan skrining kanker serviks pada WUS dengan metode IVA tes

disimpulkan bahwa:

1. Faktor prediposisi variabel pendidikan, pendapatan didapatkan hasil

berpengaruh signifikan dengan keikutsertaan dalam skring kanker serviks

2. Faktor pendukung variabel sarana dan prasarana, biaya, jarak tidak

berpengaruh signifikan terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks

3. Faktor pendorong variabel dukungan suami dan tenaga kesehatan

berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker serviks

4. Nilai R-Square model 0,371, menunjukan bahwa 37,1% variabel keikutsertaan

skrining mampu dijelaskan oleh variabel pendidikan, pendapatan, dukungan

suami, dukungan tenaga medis.

5. Faktor yang paling berpengaruh terhadap keikutsertaan skrining kanker

serviks di Puskesmas Tandun I adalah dukungan tenaga medis dengan nilai

odds ratio 8,984

7.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain, yaitu:

1. Praktisi

a. Diharapkan bagi para praktisi Kesehatan khususnya bidan yang bertugas di

Puskesmas Tandun I maupun di Puskesmas Pembantu agar terlatih dalam

skill melakukan tes IVA.

b. Praktisi Kesehatan Puskesmas Tandun I untuk lebih proaktif untuk

meningkatkan mutu materi penyuluhan/ promosi kesehatan tentang kanker

91
serviks, bahaya kanker serviks (bisa menyebabkan kematian) dan deteksi

dini kanker khususnya tentang metode IVA dengan menggunakan brosur/

leaflet /media audio visual yang menarik. Membuat jadwal rutin penyuluhan

dan memperluas sasaran promosi kesehatan kepada kedua calon pengantin

agar mempunyai pengetahuan dan motivasi untuk melaksanakan

pemeriksaan IVA secara teratur setelah menikah.

c. Untuk Stake Holder Puskesmas Tandun I dalam pengambilan kebijakan

dalam rangka peningkatan program promosi dan pengenalan tentang

skrining kanker serviks pada Wanita usia subur dan keluarga serta

memaksimalkan strategi dalam meningkatkan keikutsertaan skrining IVA

pada Wanita usia subur.

2. Akademis

a. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan

desain studi kualitatif

b. Berdasarkan penelitian yang ada, diharapkan bisa menjadi wawasan bagi

akademis tentang keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA

pada WUS menurut model precede-proceed

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

serta referensi khususnya tentang program deteksi dini kanker serviks

dengan metode IVA serta mengembangkan penelitian ini dengan melihat

pengaruh strategi promosi kesehatan dari petugas kesehatan terhadap

perubahan perilaku ibu dalam pelaksanaan skrining kanker serviks dengan

metode IVA

92
DAFTAR PUSTAKA

Aballéa, S., Beck, E., Cheng, X., Demarteau, N., Li, X., Ma, F., Neine, M., & Zhao,
F. H. (2020). Risk factors for cervical cancer in women in China: A meta-
model. Women’s Health, 16. https://doi.org/10.1177/1745506520940875

Abdi, A. P. (2019). Kemenkes: Kanker Payudara & Serviks Paling Banyak di


Indonesia. https://doi.org/https://tirto.id/dfSv

Adoch, W., Garimoi, C. O., Scott, S. E., Okeny, G. G., Moodley, J., Komakech, H.,
Walter, F. M., & Mwaka, A. D. (2020). Knowledge of cervical cancer risk
factors and symptoms among women in a refugee settlement: a cross-
sectional study in northern Uganda. Conflict and Health, 14(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s13031-020-00328-3

Andriani. (2020). Jenis Kanker yang Paling Banyak Diderita Masyarakat Indonesia.
Ini Jenis Kanker Yang Paling Banyak Diderita Masyarakat Indonesia, 1.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200225/106/1205840/ini-jenis-kanker-
yang-paling-banyak-diderita-masyarakat-indonesia

Andriani, Y., Sesrianty, V., & Delima, M. (2020). Penyuluhan Tentang Deteksi Dini
Kanker Serviks pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Baso.
2(1), 54–60.

Andrijono, Purwoto, G., Sekarutami, S. M., Handjari, D. R., Primariadewi, Nuhonni,


S. A., Witjaksono, F., Manikam, N. R. M., & Octovia, L. I. (2016). Panduan
Penatalaksaan Kanker Serviks. Kementerin Kesehatan Republik Indonesia.

Aprianti, A., Fauza, M., & Azrimaidalisa, A. (2018). Faktor yang Berhubungan
dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 14(1), 68.
https://doi.org/10.14710/jpki.14.1.68-80

Arevian, M., Noureddine, S., & Kabakian-Khasholian, T. (2006). Raising


awareness and providing free screening improves cervical cancer screening
among economically disadvantaged Lebanese/Armenian women. Journal of
Transcultural Nursing : Official Journal of the Transcultural Nursing Society,
17(4), 357–364. https://doi.org/10.1177/1043659606291542

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu. (2021a). Kabupaten Rokan Hulu
Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu, 293.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hulu (Ed.). (2021b). Kecamatan Tandun
dalam Angka 2021. CV. MN Grafik.

Bhatla, N., Singhal, S., Saraiya, U., Srivastava, S., Bhalerao, S., Shamsunder, S.,
Chavan, N., Basu, P., Purandare, C. N., Agarwal, P., Arora, M., Bhatla, N.,
Basu, P., Bhalerao, S., Batra, S., Banerjee, D., Chavan, N., Dhorepatil, B.,
Gupta, B., … Zutshi, V. (2020). Screening and management of preinvasive
lesions of the cervix: Good clinical practice recommendations from the
Federation of Obstetrics and Gynaecologic Societies of India (FOGSI). In

93
Journal of Obstetrics and Gynaecology Research (Vol. 46, Issue 2, pp. 201–
214). https://doi.org/10.1111/jog.14168

Depertemen Kesehatan RI. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,. Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, 1–16.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penilaian Kerja Puskesmas.

Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kanker.

Dewi, S. A. (2019). Faktor Determinan Partisipasi Perempuan Usia beresiko


Dalam Deteksi Dini kanker Serviks Metode IVA. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 6 No.02.

Dewi, Y. I. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan


kanker serviks pada wanita usia subur. Riau University.

Dinengsih, S., & Sitanggang, E. (2018). Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker
Serviks dengan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Acetat). Proceeding of
The URECOL, 37–45.

Dinkes Prov Riau. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020. 0761.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23


(Edisi 8). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harleyanto, B. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap WUS Dan


Dukungan Tenaga Kesehatan Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku
WUS Dalam PEmeriksa IVA/ Pap Smear Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lempake Samarinda.

Hastono, P. (2006). Analisis data. 1–212. FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Helda yantl, & Syahrani. (2021). Standar Bagi Pendidik Dalam Standar Nasional
pendidikan Indonesia. Jurnal of Education, 1(1), 61–68.

Hoirun Nawalah. (2012). Desa Siaga: Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang


Kesehatan Melalui Peran Bidan di Desa.

Imas Masturoh, & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatatan. In Pusat


Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Edisi Tahu, p. 307).
Kementerin Kesehatan Republik Indonesia.

Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan.

Juwitasari, Harini, R., & Rosyad, A. A. (2021). Husband Support Mediates the
Association between Self-Efficacy and Cervical Cancer Screening among
Women in the Rural Area of Indonesia. Asia-Pacific Journal of Oncology
Nursing, 8(5), 560–564. https://doi.org/10.4103/apjon.apjon-2085

94
KBBI. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses melalui
https://kbbi.web.id/.

Kemenkes RI. (2017). PMK RI Nomor 29 Tahun 2017 tantang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Kanker Payudara
dan Kanker Leher Rahim. Kemenkes RI, 1–40.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._29_ttg_Penang
gulangan_Kanker_Payudara_dan_Kanker_Leher_Rahim_.pdf

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Nasional Pelayanan kedokteran.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Program Nasional Gerakan Pencegahan dan


Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Kementerian
Kesehatan RI, April, 1–47.

Keputusan menteri Kesehatan, R. (2018). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN


KEDOKTERAN TATA LAKSANA KANKER SERVIKS. 11(1), 1–5.

Khatimah, H., & Sofiana, L. (2018). Evaluasi Program Pencegahan Kanker


Payudara dan Kanker Serviks di Kabupaten Sleman. Kesehatan Masyarakat,
1–14. http://eprints.uad.ac.id/15321/

Kholifah, S., Budihastuti, U. R., & Murti, B. (2016). Factors Affecting the Use of
Visual Inspection Acetic Acid Test : Multilevel Analysis on the Contextual
Effect of Health Center. 1–11.

Kompas. (2022). Ciri-ciri Kanker Serviks Stadium Awal dan Lanjut. In


https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/01/073000823/ciri-ciri-kanker-
serviks-stadium-awal-dan-lanjut.

Lawrence W. Green and Marshall W. Kreuter. (1991). Health Program Planning


An Educational and Ecological Approach Fourth Edition (Vol. 23, Issue 3).
http://ceph.org/criteria-revision/

Lee, E. E., Fogg, L., & Menon, U. (2008). Knowledge and beliefs related to cervical
cancer and screening among Korean American women. Western Journal of
Nursing Research, 30(8), 960–974.

Maryati, I., Fatmia, N. R., Rahmayani, O. S., & Widiastuti, R. R. (2020). A


Systematic Review of Intervention on Improving Cervical Cancer Screening
Rates. 3(4), 525–540.

Masturoh, E. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (Wus)


Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual Asam
Asetat (Iva). Skripsi, 1–148.

McDonald, Y. J., Goldberg, D. W., Scarinci, I. C., Castle, P. E., Cuzick, J.,
Robertson, M., & Wheeler, C. M. (2017). Health Service Accessibility and Risk
in Cervical Cancer Prevention: Comparing Rural Versus Nonrural Residence
in New Mexico on behalf of the New Mexico HPV Pap Registry Steering
Committee HHS Public Access. J Rural Health, 33(4), 382–392.

95
https://doi.org/10.1111/jrh.12202.Health

Murti, B. (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kuliatatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Pres.

Nasution, D. L., Sitohang, N. A., & Adella, C. A. (2018). Early Detection Of Cervical
Cancer In Fertile Age Women With Visual Asset Acid Inspection ( Iva Test )
In Maternity Clinic Meda. 3(2), 33–37.

Natasya, F. A. (2020). AKURASI SKRINING TES PAP SMEAR DAN VIA UNTUK
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS : KAJIAN SISTEMATIS.

Nathalia, I. K. (2020). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap WUS Tentang


Manfaat Iva Test Untuk Deteksi Dini Serviks Soreang. Jurnal Ilmiah Bidan,
5(2), 1–9.

Nene, B., Jayant, K., Arrossi, S., Shastri, S., Budukh, A., Hingmire, S., Muwonge,
R., Malvi, S., Dinshaw, K., & Sankaranarayanan, R. (2007a). Determinants of
women’s participation in cervical cancer screening trial, Maharashtra, India.
Bulletin of the World Health Organization, 85(4), 264–272.

Nene, B., Jayant, K., Arrossi, S., Shastri, S., Budukh, A., Hingmire, S., Muwonge,
R., Malvi, S., Dinshaw, K., & Sankaranarayanan, R. (2007b). Determinants of
women’s participation in cervical cancer screening trial, Maharashtra, India.

Normalasari, E. (2017). Journal Of Public Health Research And Development.


KEIKUTSERTAAN SOSIALISASI DAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP
KEIKUTSERTAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

Notoatmodjo, S. (2007a). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2007b). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revi). PT


RINEKE CIPTA, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Tahun 2012.

Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Noveria, E. Y. (2017). Hubungan Dukungan Suami Dengan Perilaku WUS


Melakukan Pemeriksaan IVA di Puskesmas Bantul. Jawa Tengah.
https://doi.org/digilib.unisayogya.ac.id/4003/1/NAS
KAH%20PUBLIKASI_ETHIKA%2 0NOVERIA%20Y._1610104366.pdf

Novitaa, M. A. M., & Sagita, Y. D. (2020). Universitas Aisyah Pringsewu DALAM


DETEKSI DINI KANKER SERVIKS METODE IVA FACTORS RELATED TO
BEHAVIOR OF WUS IN EARLY DETECTION OF. 2(2), 125–135.

Nugrawati, N., Suriani, Y., & Bakri, K. (2021). Peningkatan Pengetahuan Tentang
Deteksi Dini Kanker Mulut Rahim Dengan Iva Test. 2(2).

Nurlela. (2018). Determinan Perilaku WUS Dalam Melakukan Inspeksi Visual

96
Asetat di Wilayah kerja Puskesmas pangale. Poltekkes Yogyakarta.

Nurramadhani, E., Novani, D., Amelia, F. N., & Nisa, H. (2022). Intention towards
the Early Detection of Cervical Cancer Uptake among University Students
Intensi Terhadap Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Mahasiswa.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Pelatihan, K. P. P. dan, Jalan, Perumahan, P. dan, & Wilayah, P. I. (2016).


Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Peraturan Pemerintah, R. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32


Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.

Purba, R. (2009). Pengaruh Karakteristik Dan Peran Bidan Desa Terhadap Kinerja
Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Tesis Medan Universitas Sumatra Utara.

Ramadhaningtyas, A., & Tenggara, A. (2020). Hubungan Seksual Usia Dini Dapat
Meningkatkan Risiko Kanker Serviks. 46–56.

Random Number genenerator Plus (2.4.8). (2021). https://rng-


plus.id.aptoide.com/app

Rasjidi, I. (2009). Epidemiologi Kanker Serviks. III(3), 103–108.

Rasmussen, L. dan J. E. (2021). Aplikasi Google Maps.

Rees, I., Jones, D., Chen, H., & Macleod, U. (2018). Interventions to improve the
uptake of cervical cancer screening among lower socioeconomic groups: A
systematic review. Preventive Medicine, 111(November), 323–335.

Riyanto, A. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam


penelitian kesehatan.

Sahr, L. A., & Kusumaningrum, T. A. I. (2018). Persepsi dan Perilaku Wanita Usia
Subur dalam Melakukan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 13(2), 114.

Sari, M. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi WUS (Wanita Usia Subur)


dalam Tindakan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Puskesmas Glugur
Darat Tahun 2021. Journal of Healthcare Technologi and Medicine, 7(2),
1309–1321.

Saulle, R., Sinopoli, A., De Paula Baer, A., Mannocci, A., Marino, M., de Belvis, A.
G., Federici, A., & La Torre, G. (2020). The precede-proceed model as a tool
in public health screening: A systematic review. Clinica Terapeutica, 171(2),
E167–E177

Sholikhah, S., Santoso, S., & Widyasih, H. (2021). Dukungan Keluarga dan
Perilaku Deteksi Dini Kanker Servik Pada Wanita Usia Subur. Ilmiah
Kebidanan, 9 No 1. https://doi.org/http://doi.org.10.33992/jik.v91i.1472

97
Simanjuntak, Y. T., Siahaan, J., Panjaitan, M., Sari, U., Indonesia, M., & Serviks,
K. (2021). Hubungan Faktor Predispocing , Enabling Dan Predispocing ,
Enabling and Reinforcing Factors Relationship With the Participation of Wus
To Conduct Iva Examinations. 3(1), 12–22.

Soekidjo, N. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.

Sugiono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta


Bandung.

Sutton, S., & Rutherford, C. (2005). Sociodemographic and attitudinal correlates of


cervical screening uptake in a national sample of women in Britain. Social
Science & Medicine, 61(11), 2460–2465.

SYAIFI, H. M. (2016). PENGARUH STATUS EKONOMI ORANG TUA TERHADAP


KREATIVITAS ANAK.

Syamsuryadin, S., & Wahyuniati, C. F. S. (2017). Tingkat Pengetahuan Pelatih


Bola Voli Tentang Program Latihan Mental Di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi), 13(1), 53–59.
https://doi.org/10.21831/jorpres.v13i1.12884

Tandun, P. (2022). Register Deteksi dini Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim. In Kabupaten Rokan Hulu. Puskesman Tandun 1.

Turkistanli, E. C., Sogukpinar, N., Saydam, B. K., & Aydemir, G. (2003). Cervical
cancer prevention and early detection - The role of nurses and midwives.
Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 4(1), 15–21.

Ummiyati, M., Widati, S., & Hargono, R. (2017). The Effect of Family Income,
Knowledge and Cultural Value on Early Detection Behavior of Cervical
Cancer. Dama International Journal of Researchers Available @
Www.Damaacademia.Com Dama International Journal of Researchers,
018(7), 2343–6743.

Uno. (2016). Teori Motivasi dan Pengukurannya (Junwinanto (Ed.)). PT. Bumi
Aksara.

Usman Rianse dan Abdi. (2008). Metodologi penelitian sosial dan ekonomi : (teori
dan aplikasi). Alfabeta Bandung.

Wahyuni, P., Dewi, C. H. T., & Idhayanti, R. I. (2019). Determinat Factors


Corellated with IVA Test Among Couple of Childbearing Age. Determinat
Factors Corelated with IVA Test among Couple of Childbearing Age, 1(1), 38.
https://doi.org/10.31983/manr.v1i1.4065

Waryana. (2016). Promosi kesehatan, penyuluhan dan pemberdayaan


masyarakat (Promosi Ke). Yogyakarta Nuha Medika , 2016.

Wastikasari. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Riau. In Journal of Chemical


Information and Modeling (Issue 9, p. 19).

WHO. (2021). Interpretation of “WHO guideline for screening and treatment of

98
cervical pre-cancer lesions for cervical cancer prevention, second edition.” In
National Medical Journal of China (Vol. 101, Issue 34).
https://doi.org/10.3760/cma.j.cn112137-20210719-01609

Wulandari, I. A. (2010). Hubungan Faktor Sosial Demografi, Pengetahuan, Sikap


dan Biaya dengan Perilaku Wanita Dalam Menjalani Pemeriksaan IVA di
Puskesmas Mengwi II Kabupaten Badung Provinsi Bali. Tesis : Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.

Zhang, S., Xu, Sh., Zhang, Y., & Qiao, Y. (2020). Cervical cancer: Epidemiology,
risk factors and screening. Chinese Journal of Cancer Research, 32(6), 720–
728. https://doi.org/10.21147/j.issn.1000-9604.2020.06.05

LAMPIRAN

99
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik

100
Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Plagiasi

101
Lampiran 3 Bukti Accepted Jurnal

102
103
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

104
Lampiran 5 Penjelasan Kepada Responden

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya Sri Dewi Kristina Haloho mahasiswa Kebidanan Jurusan Magister


Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan ini meminta
ibu/sdr untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul “Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Dengan Metode IVA Tes
Pada WUS menurut Model Prpcede-proceed Di Puskesmas Tandun I.
2. a. Tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui gambaran faktor predisposing (tingkat pengetahuan,
pendidikan, usia, pekerjaan, sikap), reinforcing (dukungan suami,
dukungan tenaga kesehatan) enabling (sarana dan prasarana, biaya,
jarak). Untuk mengetahui komponen faktor predisposing, reinforcing,
enabling yang berhubungan dengan dengan Keikutsertaan Skrining
Kanker Serviks Dengan Metode IVA Tes Pada WUS menurut Model
Prpcede-proceed
b. Manfaat penelitian
o Bagi peneliti peneliti diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
dalam melakukan penelitian tentang Keikutsertaan skrining kanker
serviks dengan metode IVA tes pada WUS menurut model precede
di Puskesmas Tandun I.
o Bagi tenaga Kesehatan, agar dapat menambahan wawasan tentang
Keikutsertaan skrining kanker serviks dengan metode IVA tes pada
WUS menurut model precede di Puskesmas Tandun I.
o Bagi WUS secara tidak langsung sebagai masukan dalam
mendapatkan informasi tentang keikutsertaan skrining kanker serviks
dengan metode IVA tes.
o Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sumber
informasi dalam melakukan penelitian Keikutsertaan skrining kanker
serviks dengan metode IVA tes pada WUS menurut model precede-
proceed di Puskesmas Tandun I.
3. Penelitian ini akan berlangsung selama bulan April-Mei yang berlangsung
selama 30 menit dengan bahan penelitian berupa WUS yang ada diwilayah
Puskesmas Tandun I dan data hasil pengisian angket yang dilakukan oleh
responden. Yang akan diambil dengan cara acak atau tek tehnik simple
random sampling, yaitu tehnik yang dipilih secara acak dan memiliki
kesempatan yang sama menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini
adalah pada WUS yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan
dalam penelitian dan dapat dijadikan responden.
4. Keuntungan yang ibu peroleh dengan keikutsertaan ibu adalah menjadi
sumber informasi tambahan untuk ibu sendiri dan juga keluarga agar dapat
mencegah kanker serviks dan ikut melaksanakan program skrining yang
dilakukan oleh Puskesmas Tandun I.
Manfaat langsung yang ibu peroleh adalah bisa lebih mengetahui manfaat
dari deteksi dini kanker serviks.

105
Manfaat tidak langsung yang dapat diperoleh ibu bisa berbagi informasi
kepada keluarga atau masyarakat sekitar tentang penting deteksi dini
kanker serviks.

5. Ketidaknyamanan/ resiko yang mungkin muncul yaitu ibu mungkin merasa


terganggu waktunya, namun tidak perlu kawatir karena penelitian ini tidak
akan memberikan dampak buruk terhadap ibu/ WUS.
6. Pada penelitian ini, prosedur pemilihan subjek yaitu tehnik simple random
sampling (pengambilan sampel bertujuan) maka peneliti meminta
kesediaan ibu untuk mengikuti penelitian ini setelah penjelasan penelitian
ini diberikan.
7. Prosedur pengambilan sampel pada WUS (15-49 tahun) yang diambil
secara acak yang memenehuhi kriteria inklusi dan eklusi. Cara ini mungkin
menyebabkan ibu tidak nyaman tetapi tidak perlu kuatir karena penelitian
ini tidak menimbulkan efek samping.
8. Setelah ibu menyatakan kesediaan berpartisipasi dalam penelitian ini,
maka peneliti memastikan ibu dalam keadaan sehat
9. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti akan menerangkan cara mengisi
kuesioner kepada ibu, selama 5-6 menit, dengan cara menjelaskan
bagaimana cara pengisian identitas, keikutsertaan tes IVA atau tidak, faktor
prediposing (prediposisi), reinforcing (penguat), enabling (pendukung),
sesuai dengan pengalaman yang ibu alami dengan menggunakan tinta
hitam.
10. Sebelum pengisian kusioner, peneliti akan memberikan penjelasan
mengenai durasi atau waktu yang dibutuhkan dalam (30-35 menit) proses
pengsian dalam jawaban kusioner, hal apa saja yang ingin ditanyakan,
apabila dirasa tidak ingin dijawab oleh responden maka responden bisa
untuk tidak menjawabnya.
11. Selama pengsian kusioner, diperkenankan bagi ibu untuk menanyakan
apabila ada yang belum dipahami dari pertanyaan kusioner.
12. Setelah mengisi kuesioner, ibu dapat melakukan tukar pengalaman dan
tanya jawab dengan peneliti seputar faktor resiko kanker serviks dan
skrining kanker serviks dengan metode IVA tes,
13. Ibu dapat memberikan umpan balik dan saran pada peneliti terkait dengan
proses pengambilan data dengan kuesioner baik selama maupun setelah
proses pengisian kuesioner secara langsung pada peneliti.
14. Peneliti akan memberikan waktu satu hari pada ibu untuk menyatakan
dapat berpartisipasi / tidak dalam penelitian ini secara sukarela, sehari
sebelum pengisian kuesioner.
15. Jika ibu menyatakan bersedia menjadi responden namun disaat penelitian
berlangsung anda ingin berhenti, maka ibu dapat menyatakan
mengundurkan diri atau tidak melanjutkan ikut dalam penelitian ini. Tidak
akan ada sanksi yang diberikan kepada ibu/ responden terkait hal ini.
16. Nama dan jati diri ibu akan tetap dirahasiakan, sehingga diharapkan ibu
tidak merasa khawatir dan dapat mengisi kuisioner sesuai kenyataan dan
pengalaman ibu yang sebenarnya.

106
17. ika ibu merasakan ketidaknyamanan atau dampak karena mengikuti
penelitian ini, maka ibu/ saudari dapat menghubungi peneliti yaitu Sri dewi
Kristina haloho dengan melampirkan nomer handphone 08117556442
18. Perlu ibu ketahui bahwa penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang, sehingga ibu tidak perlu khawatir karena
penelitian ini akan dijalankan dengan menerapkan prinsip etik penelitian
yang berlaku.
19. Hasil penelitian ini kelak akan dipublikasikan namun tidak terdapat identitas
ibu dalam publikasi tersebut sesuai dengan prinsip etik yang diterapkan.
20. Peneliti akan bertanggung jawab secara penuh terhadap kerahasiaan data
yang ibu berikan dengan menyimpan data hasil penelitian yang hanya
dapat diakses oleh peneliti
21. Peneliti akan memberi tanda terima kasih berupa sembako (gula 1kg) dan
masker seharga Rp 25.000

Peneliti Utama

( Sri Dewi Kristina Haloho )

107
Lampiran 6 Informed Concent

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan dan
telah dijelaskan oleh peneliti
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk ikut serta
menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul “Keikutsertaan Skrining
Kanker Serviks Dengan Metode IVA Tes Pada WUS Menurut Model
Precede-Proceed Di Puskesmas Tandun I”

Tandun, .......................... , 2022

Peneliti Yang membuat pernyataan

(Sri Dewi Kristina Haloho) (..........................................)


NIM.206070400111020

Saksi I Saksi II

(.........................................) (................................................)

108
Lampiran 7 Pengampilan Data

Pengampilan data responden sejumlah 120.

Jumlah penduduk X 120


Total penduduk
Total penduduk WUS diTandun I yaitu 5140

1) Desa Tandun Jumlah WUS (15-49 tahun) sebanyak 2056= 48 responden

(1828, I307, 1077, I945, 1582, 1683, 1098, I76, 766, 836, 1040, I703, 310,

322, I747, 410, 109, 1690, 476, 70I, 396, 87, 984, 967, 114, 334, 85I, 1469,

410, I39I, 1423, 949, I93, 1050, 1844, 289, I24, I344, 1836, 152I, I28, 4I7,

160I, 1685, 457, 445, 187I, 18I7, 238, 1810)

2) Desa Kumain jumlah WUS (15-49 tahun) sebanyak 658= 15 responden (63I,

449, 473, 330, 474, 315, 149, 42I, 7I, 418, 208, 559, 364, 278, 367, 576, 582)

3) Desa Tandun Barat jumlah WUS (15-49 tahun) sebanyak 678= 16 responden

(496, 70, 514, 426, 663, 667, 4I3, 272, 574, 47I, 673, 593, 676, 52I, 663, I2,

326, 438)

4) Desa Koto Tandun berjumlah WUS (15-49 tahun) sebanyak 77I= 18

responden (500, 75I, 77, 624, 425, 437, 429, 503, 119, 287, 387, 399, 522,

466, 690, 447, 2I, 487, I36, 18)

5) Desa Puo Raya berjumlah WUS (15-49 tahun) sebanyak 977= 23 responden

(463, 952, 816, 105, 293, 722, 839, 298, 4I2, 557, 669, 484, 256, 40, 556, 27,

44I, 439, 514, 714, 727, 442, 118, 746, 554)

109
Lampiran 8 Instrumen Kusioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

1. Identitas Responden
I. Nama Responden :
2. Alamat :
3. No. Telp. :
4. Status Perkawinan :
5. Jenis Kelamin :

2. Apakah ibu pernah mengikuti pemeriksaan IVA tes selama ini

Tidak pernah

Pernah

3. Faktor Predisposisi

1. Umur : a. <20 tahun


b. 20-35 tahun
c. >35 tahun
2. Pendidikan : a. Tidak Tamat/Tidak Sekolah
b. Tamat Sekolah Dasar
c. Tamat Sekolah Menengah Pertama
d. Tamat Sekolah Menengah Atas
e. Tamat Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan : a. Tidak Bekerja


b. Bekerja (PNS, wiraswasta, swasta, buruh,
pedagang)

4. Status Ekonomi : a. Pendapatan ≤ Rp 2.960.000/bulan


b. Pendapatan > Rp. 2.960.000/bulan

5. Paritas (Jumlah atau : a. Belum pernah melahirkan anak sama sekali


banyaknya persalinan b. Pernah melahirkan satu kali
yang pernah dialami c. Pernah melahirkan dua hingga empat kali
ibu) d. Pernah melahirkan lebih dari lima kali

6. Pengetahuan
1) Apa yang Ibu ketahui mengenai a. Kanker serviks adalah
kanker serviks atau kanker mulut penyakit yang dapat
rahim? menyerang siapa saja
b. Kanker Serviks adalah
penyakit menyerang paru-

110
paru dan organ tubuh
c. lainnya
Kanker Serviks adalah
Tumor atau biasa disebut
kanker leher rahim yang ada
pada wanita saja

2) Bagian tubuh manakah yang a. Organ dalam seperti paru-


dapat terkena penyakit kanker paru, hati, dan jantung.
serviks/ kanker mulut rahim? b. Kanker serviks hanya
menyerang rahim dari
Wanita.
c. Kanker serviks menyerang
tubuh bagian luar seperti
kulit, dan lainnya

3) Apa penyebab seseorang dapat a. Kanker serviks dapat


memiliki penyakit kanker serviks/ muncul karena adanya
kanker mulut rahim? bakteri dan jamur pada
rahim wanita
b. Kanker serviks dapat terjadi
karena adanya infeksi HPV
(Human Papillomavirus)
c. Kanker serviks bisa
dideteksi karena
disebabkan oleh infeksi HIV
(Human Immunodeficiency
Virus)

4) Apa infeksi yang dialami oleh a. Terinfeksi HPV (Human


wanita sehingga mengalami Papillomavirus)
kanker serviks/ kanker rahim? b. Terinfeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
c. Terinfeksi Virus Influenza

5) Apa yang Ibu pahami mengenai a. Menular melalui hubungan


penularan penyakit kanker seksual dan sentuhan kulit
serviks? b. Menular melalui nafas
c. Menular melalui keringat
6) Bagaimana pengobatan kanker a. Dengan operasi,
serviks dilakukan? kemoterapi, dan terapi
penyinaran
b. Dengan operasi, fisioterapi,
dan vaksin
c. Dengan imunisasi, vaksin,
dan terapi penyinaran

7) Apa ciri-ciri seseorang terkena a. Pembengkakan pada salah


kanker serviks? satu tungkai, meningkatnya
frekuensi buang air kecil,
dan nyeri saat berhubungan
seksual

111
b. Terjadinya edema/
bengkak, sesak pada
pernafasan, dan mudah
c. lelah.
Keputihan tidak normal,
mengalami pusing kepala
hebat, dan mudah mual

8) Apa jenis kanker serviks yang ada a. Karsinoma Sel Skuamosa


saat ini? (KSS) dan Adenokarsinoma
b. Edema dan Neoplasma
Ganas
c. Edema dan Neoplasma
Ganas

7. Sikap
Jawaban
No. Pernyataan
S SS TS STS
1. Saya mengerti bahwa kanker serviks sebagai
penyakit yang dapat mengenai semua orang
2. Saya mengetahui bahwa kanker serviks
sebagai penyakit yang harus dideteksi sedini
mungkin agar mengurangi dampak di
kemudian hari
3. Jika terdapat pelayanan deteksi dini kanker
serviks disekitar rumah maka akan dengan
senang hati untuk mendatanginya
4. Setelah mengetahui akan bahaya kanker
serviks maka saya akan sesegera mungkin
untuk mencari cara untuk mendapatkan
layanan deteksi dini
5. Saya sangat menghargai jika akses layanan
deteksi dini metode IVA bisa mudah didapatkan
oleh semua kalangan
6. Saya menyadari bahwa metode IVA sebagai
salah satu solusi untuk mencegah kanker
serviks yang mengganas
7. Jika metode IVA tersedia di setiap layanan
kesehatan serta mudah untuk mengaksesnya
maka saya akan mematuhi setiap prosedur
serta arahan dari tenaga medis
8. Saya menilai bahwa metode IVA sebagai jalan
terbaik bagi semua wanita untuk mencegah
kanker serviks telat disadari hingga memasuki
kondisi yang berbahaya
9. Saya bertanggung jawab atas kesehatan diri
sendiri termasuk mencegahnya dari terkena
kanker serviks
10. Saya akan semakin meningkatkan kualitas
hidup baik makanan maupun kebiasaan dalam
rangka menghindar terjadinya kanker serviks.

112
4. PENDUKUNG
Sarana dan Prasarana
1. Apakah deteksi dini kanker serviks a. Memadai
memadai di fasilitas layanan kesehatan b. Tidak memadai
sekitar tempat tinggal Anda?
2. Apakah memadai ruang pelayanan a. Memadai
pendaftaran serta konsultasi deteksi dini b. Tidak memadai
kanker serviks difasilitas layanan kesehatan
sekitar tempat tinggal Anda?
3. Apakah memadai layanan deteksi metode a. Memadai
IVA di fasilitas layanan kesehatan di sekitar b. Tidak memadai
tempat tinggal Anda?
4. Apakah memadai tenaga ahli atau dokter a. Memadai
yang khusus menangani kanker serviks dan b. Tidak memadai
metode IVA di fasilitas kesehatan di sekitar
tempat tinggal Anda?
5. Apakah memadai layanan pengobatan atau a. Memadai
pemeriksaan gratis dari fasilitas kesehatan b. Tidak memadai
atau pemerintah setempat melalui berbagai
program seperti BPJS?

Biaya

1. Berdasarkan penghasilan keluarga, ibu a. Mampu


mampu untuk memenuhi pembayaran biaya b. Tidak mampu
pemeriksaan IVA?
2. Jika ada sumber penghasilan lain dalam a. Mampu
keluarga, apakah ibu mampu untuk b. Tidak mampu
memenuhi pembayaran biaya pemeriksaan
IVA?
3. Jika dari rumah ke Puskesmas a. Mampu
membutuhkan biaya transportasi, Apakah b. Tidak mampu
ibu mampu membayar biaya transportasi
tersebut?

4. Bagaimana biaya penanganan pasien jika a. Mampu


diharuskan untuk menginap di fasilitas b. Tidak mampu
kesehatan?
5. Bagaimana biaya yang dibebankan jika a. Mampu
pasien terdeteksi memiliki kanker serviks? b. Tidak mampu

5. PENDORONG
Dukungan suami
Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Apakah suami membantu mencari informasi tentang
pemeriksaan IVA?
2. Apakah suami pernah mengetahui tentang pemeriksaan IVA?
3. Apakah suami bersedia meluangkan waktunya menemani ibu
pemeriksaan IVA ke fasilitas kesehatan?

113
4. Apakah suami dapat menenangkan ibu saat ibu dalam kondisi
sedih atau takut untuk melakukan pemeriksaan IVA?
5. Apakah suami memberi perhatian yang lebih pada ibu
(misalnya berkaitan dengan keluhan yang terjadi pada ibu
terutama keluhan pada sistem reproduksi)?
6. Apakah suami mendukung ibu untuk melakukan pemeriksaan
IVA?

Dukungan Tenaga Medis


Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Apakah pemeriksaan kanker serviks dengan IVA membuat
ibu merasa malu karena merupakan pemeriksaan dalam.
2. Apakah pemeriksaan dini kanker serviks dengan IVA tidak
akan merugikan ibu
3. Apakah pemeriksaan kanker serviks dengan IVA diperlukan
untuk semua wanita yang sudah menikah.
4. Apakah ibu merasa takut untuk ikut serta pada pemeriksaan
dini kanker serviks dengan IVA
5. Apakah ibu merasa perlu melakukan pemeriksaan dini
kanker serviks dengan IVA jika saya ada gejala kanker leher
Rahim seperti perdarahan diluar waktu haid dan keputihan
yang berbau.
6. Apakah ibu takut untuk melakukan pemeriksaan dini kanker
leher rahim karena takut akan pengobatan kanker jika telah
dinyatakan memiliki kemungkinan penyakit kanker serviks

114
Lampiran 9 Kunci Jawaban Pengetahuan

Kunci jawaban dari soal variabel pengetahuan:


1. C
2. B
3. B
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A

115
Lampiran 10. Intrumen Uji validitas dan Reliabilitas

1 Variabel Pengetahuan

a. Pengujian Validitas
Pertanyaan/
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Total
Responden
R1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R2 1 1 1 1 1 1 1 1 8
R3 1 1 1 1 0 0 0 0 4
R4 0 0 0 0 1 0 0 0 1
R5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R8 1 1 1 1 1 1 1 1 8
R9 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R10 1 0 0 0 0 0 0 0 1
R11 0 1 0 0 0 0 0 0 1
R12 1 1 1 0 0 0 0 0 3
R13 1 1 1 0 1 1 1 1 7
R14 0 0 0 0 0 0 1 0 1
R15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R16 0 0 0 0 0 1 1 1 3
R17 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R18 1 1 1 1 1 1 1 1 8
R19 1 1 1 1 0 0 0 0 4
R20 0 0 0 0 1 0 0 0 1
e
Rumus: 𝐾𝑠 = 1 − c(n−Tn)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(10.20 − 30)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5 170)
(
2
𝐾𝑠 = 1 −
85
𝐾𝑠 = 1 − 0,023
𝐾𝑠 = 0,97
b. Pengujian Reliabilitas
N0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P Total
1 0 0 0 0 I 0 0 0 0 1 2
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

116
9 0 0 0 0 I 0 0 0 0 0 1
10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
11 0 I 0 0 I 0 0 0 0 0 2
12 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8
14 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
15 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
16 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
19 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
j 8 8 7 5 11 6 5 6 5 7 68
0.3 0.5 0.2 0.2
P 0.4 0.4 0.25 0.3 0.3 0.35
5 5 5 5
0.6 0.4 0.7 0.7
Q 0.6 0.6 0.75 0.7 0.7 0.65
5 5 5 5
0.2 0.2 0.18 0.2 0.1 0.1 0.22
Pq 0.24 0.2I 0.2I 2.165
4 275 75 475 875 875 75

K 10
varians 8.57
r11 0.8304
Kesimpulan:
r11 (0,8304) bernilai lebih besar dari 0,7 Sehingga variabel pengetahuan
dinyatakan reliabel
1. Variabel Sikap

a. Pengujian Validitas
Pertanyaan /
PI P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total
Responden
RI 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
R2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
R3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 22
R4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 27
R5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
R10 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 16
R11 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 16
R12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R13 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 14

117
R14 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 14
R15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
R16 0 2 3 2 2 0 3 2 2 2 18
RI7 0 2 3 2 2 0 3 2 2 2 18
R18 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 12
RI9 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 12
R20 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 12
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.923 10
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
SI 28.2500 36.618 .77I .914
S2 27.7500 42.5I3 .855 .914
S3 28.0500 37.3I3 .644 .925
S4 27.8000 4I.853 .84I .9I3
S5 27.8500 42.450 .795 .915
S6 28.3000 35.905 .818 .910
S7 28.1500 35.818 .757 .916
S8 27.7000 43.274 .724 .918
S9 27.8000 43.116 .801 .916
S10 27.8000 43.116 .801 .916

Scale Statistics
Std.
Mean Variance Deviation N of Items
3I.0500 49.208 7.01483 10

b. Pengujian Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.923 10
Kesimpulan:
Cronbach Alpha (0,923) bernilai lebih besar dari 0,7 sehingga variabel
sikap dinyatakan reliabel

118
2. Variabel Sarana dan Prasarana

a. Pengujian Validitas
Pertanyaan /
SPI SP2 SP3 SP4 SP5 Total
Responden
RI 0 0 0 0 0 0
R2 0 0 0 0 0 0
R3 1 1 1 1 1 5
R4 0 0 1 0 0 1
R5 0 0 0 0 0 0
R6 0 1 1 1 0 3
R7 1 0 0 0 0 1
R8 1 1 1 1 1 5
R9 0 0 0 0 0 0
R10 1 0 0 0 1 2
R11 0 0 0 0 0 0
R12 0 0 0 0 0 0
R13 1 0 0 0 0 1
R14 1 1 1 1 1 5
R15 1 0 0 0 0 1
R16 0 0 0 0 0 0
RI7 0 0 0 0 0 0
R18 0 0 0 0 0 0
RI9 1 1 1 1 1 5
R20 0 0 1 0 0 1
e
𝐾𝑠 = 1 −
c(n − Tn)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(5.10)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(50)
2
𝐾𝑠 = 1 −
25
𝐾𝑠 = 1 − 0,08
𝐾𝑠 = 0,92
b. Pengujian Reliabilitas
N0 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP Total
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 5
4 0 0 1 0 0 1
5 0 0 0 0 0 0
6 0 1 1 1 0 3
7 1 0 0 0 0 1
8 1 1 1 1 1 5

119
9 0 0 0 0 0 0
10 1 0 0 0 1 2
11 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0
13 1 0 0 0 0 1
14 1 1 1 1 1 5
15 1 0 0 0 0 1
16 0 0 0 0 0 0
I7 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0
19 1 1 1 1 1 5
20 0 0 1 0 0 1
j 8 5 7 5 5 30
p 0.4 0.25 0.35 0.25 0.25
q 0.6 0.75 0.65 0.75 0.75
pq 0.24 0.1875 0.2275 0.1875 0.1875 I.03

K 5
varians 3.84
r11 0.9149
Kesimpulan :
r11 (0.9149) bernilai lebih besar dari 0.7. Sehingga variabel sarana dan
prasarana dinyatakan reliabel

3. Variabel Biaya
a. Pengujian Validitas
Pertanyaan /
BI B2 B3 B4 B5 BTotal
Responden
R1 1 1 1 1 1 5
R2 1 1 1 1 0 4
R3 1 1 1 1 1 5
R4 1 1 1 1 1 5
R5 1 1 1 1 1 5
R6 1 1 1 1 1 5
R7 0 0 0 0 0 0
R8 1 1 1 1 1 5
R9 1 1 1 1 1 5
R10 1 1 1 1 1 5
R11 1 1 1 1 1 5
RI2 0 0 0 1 1 2
RI3 1 1 0 1 1 4
R14 0 1 0 0 0 1
R15 1 1 1 1 1 5
R16 1 1 1 1 1 5
R17 1 1 1 1 1 5

120
R18 1 1 1 1 1 5
RI9 1 1 1 1 1 5
R20 1 1 1 0 1 4
e
𝐾𝑠 = 1 −
c n − Tn)
(
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(5. 𝐼0)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(50)
2
𝐾𝑠 = 1 −
25
𝐾𝑠 = 1 − 0,08
𝐾𝑠 = 0,92

b. Pengujian Reliabilitas
N0 B1 B2 B3 B4 B5 B Total
1 1 1 1 1 1 5
2 1 1 1 1 0 4
3 1 1 1 1 1 5
4 1 1 1 1 1 5
5 1 1 1 1 1 5
6 1 1 1 1 1 5
7 0 0 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 5
9 1 1 1 1 1 5
10 1 1 1 1 1 5
11 1 1 1 1 1 5
I2 0 0 0 1 1 2
I3 1 1 0 1 1 4
14 0 1 0 0 0 I
15 1 1 1 1 0 5
16 1 1 1 1 1 5
I7 1 1 1 1 1 5
18 1 1 1 1 1 5
I9 1 1 1 1 1 5
20 1 1 1 0 1 4
j 17 18 16 17 17 85
p 0.85 0.9 0.8 0.85 0.85
q 0.15 0.1 0.2 0.15 0.15
pq 0.1275 0.09 0.16 0.1275 0.1275 0.6325

K 5
varians 2.20
r11 0.8902

121
Kesimpulan:
r11 (0,8902) bernilai lebih besar dari 0,7 sehingga variabel biaya dinyatakan
reliabel.

4. Variabel Dukungan Suami

a. Pengujian Validitas
Pertanyaan /
DS1 DS2 DS3 DS4 DS5 DS6 Total
Responden
R1 0 0 0 0 0 0 0
R2 1 1 1 1 1 1 6
R3 1 1 0 0 1 1 4
R4 1 1 1 1 1 1 6
R5 1 1 0 0 1 1 4
R6 1 0 0 0 1 0 2
R7 0 0 0 0 0 0 0
R8 0 1 1 1 0 1 4
R9 0 0 0 0 0 0 0
R10 0 1 0 0 0 1 2
R11 0 0 0 0 0 0 0
RI2 0 0 0 0 0 0 0
RI3 1 1 1 1 1 1 6
R14 0 0 0 0 0 0 0
R15 0 0 0 0 0 0 0
R16 0 0 0 0 0 0 0
RI7 0 0 0 0 0 0 0
R18 1 1 1 1 1 1 6
RI9 1 1 0 0 1 1 4
R20 1 1 1 1 1 1 6
e
𝐾𝑠 = 1 −
c(n − Tn)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(6.10)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(60)
2
𝐾𝑠 = 1 −
30
𝐾𝑠 = 1 − 0,06
𝐾𝑠 = 0,94
b. Pengujian Reliabilitas
N0 DS1 DS2 DS3 DS4 DS5 DS6 DS Total
1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 6
3 1 1 0 0 1 1 4
4 1 1 1 1 1 1 6
5 1 1 0 0 1 1 4

122
6 1 0 0 0 1 0 2
7 0 0 0 0 0 0 0
8 0 1 1 1 0 1 4
9 0 0 0 0 0 0 0
10 0 1 0 0 0 1 2
11 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0
13 1 1 1 1 1 1 6
14 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0
I7 0 0 0 0 0 0 0
18 1 1 1 1 1 1 6
I9 1 1 0 0 1 1 4
20 1 1 1 1 1 1 6
j 9 10 6 6 9 10 50
p 0.45 0.5 0.3 0.3 0.45 0.5
q 0.55 0.5 0.7 0.7 0.55 0.5
pq 0.2475 0.25 0.2I 0.2I 0.2475 0.25 I.415

K 6
varians 6.68
r11 0.9460
Kesimpulan:
r11 (0,8902) bernilai lebih besar dari 0,7 Sehingga variabel dukungan
suami dinyatakan reliabel

5. Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan

a. Pengujian Validitas
Pertanyaan /
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total
Responden
RI 1 1 1 1 1 1 6
R2 1 1 1 1 1 1 6
R3 1 1 1 1 1 1 6
R4 1 1 1 1 1 1 6
R5 1 1 1 1 1 1 6
R6 1 1 1 1 1 1 6
R7 0 1 0 1 0 0 2
R8 1 1 1 1 1 1 6
R9 1 1 1 1 1 1 6
R10 1 1 1 1 1 1 6
R11 1 1 1 1 1 1 6
RI2 1 0 1 0 0 0 2

123
R13 0 1 1 1 0 1 4
R14 0 0 0 0 0 0 0
R15 1 1 1 1 1 1 6
R16 1 1 1 1 1 1 6
RI7 1 1 1 1 1 1 6
R18 1 1 1 1 1 1 6
RI9 1 1 1 1 1 1 6
R20 1 1 1 1 1 1 6

e
Rumus: 𝐾𝑠 = 1 − c(n−Tn)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(6.10)
2
𝐾𝑠 = 1 −
0,5(60)
2
𝐾𝑠 = 1 −
30
𝐾𝑠 = 1 − 0,06
𝐾𝑠 = 0,94

b. Pengujian Reliabilitas
DTM DTM
N0 DTMI DTM2 DTM3 DTM4 5 DTM6 Total
I 1 1 1 1 1 1 6
I1
2 1 1 1 1 1 1 6
3 1 1 1 1 1 1 6
4 1 1 1 1 1 1 6
5 1 1 1 1 1 1 6
6 1 1 1 1 1 1 6
7 0 1 0 1 0 0 2
8 1 1 1 1 1 1 6
9 1 1 1 1 1 1 6
10 1 1 1 1 1 1 6
11 1 1 1 1 1 1 6
12 1 0 1 0 0 0 2
13 0 1 1 1 0 1 4
14 0 0 0 0 0 0 0
15 1 1 1 1 1 1 6
16 1 1 1 1 1 1 6
17 1 1 1 1 1 1 6
18 1 1 1 1 1 1 6
I9 1 1 1 1 1 1 6
20 1 1 1 1 1 1 6
j 17 18 18 18 16 17 104
p 0.85 0.9 0.9 0.9 0.8 0.85
q 0.15 0.1 0.1 0.1 0.2 0.15

124
pq 0.1275 0.09 0.09 0.09 0.16 0.1275 0.685

K 6
varians 3.12
r11 0.9362

Kesimpulan:
r11 (0,9362) bernilai lebih besar dari 0,7 sehingga variabel dukungan tenaga
kesehatan dinyatakan reliabel

125
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

126
Lampiran 12 Pengitungan Data

1. Uji Univariat
a) Umur
Frequenc
y Percent Valid Percent Cumulative Percent
Vali Beresiko 26 21.7 21.7 21.7
d Tidak beresiko 94 78.3 78.3 100.0
Total 120 100.0 100.0

b) Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak sekolah 2 1.7 1.7 1.7
Tamat SD 10 8.3 8.3 10.0
Tamat SLTP 39 32.5 32.5 42.5
Tamat SLTA 61 50.8 50.8 93.3
Tamat PT 8 6.7 6.7 100.0
Total 120 100.0 100.0

c) Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Bekerja 106 88.3 88.3 88.3
Tidak bekerja 14 11.7 11.7 100.0
Total 120 100.0 100.0

d) Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 99 82.5 82.5 82.5
Tinggi 2I 17.5 17.5 100.0
Total 120 100.0 100.0

e) Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Nullipara 6 5.0 5.0 5.0
Primipara 40 33.3 33.3 38.3
Multipara 63 52.5 52.5 90.8
Grandemultipara 11 9.2 9.2 100.0
Total 120 100.0 100.0

f) Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 49 40.8 40.8 40.8
Baik 7I 59.2 59.2 100.0
Total 120 100.0 100.0

g) Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 23 19.2 19.2 19.2
Positif 97 80.8 80.8 100.0
Total 120 100.0 100.0

127
h) Sarana dan Prasarana
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak memadai 59 49.2 49.2 49.2
Memadai 61 50.8 50.8 100.0
Total 120 100.0 100.0

i) Biaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Tidak mampu 85 70.8 70.8 70.8
d Mampu 35 29.2 29.2 100.0
Total 120 100.0 100.0

j) Jarak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Dekat 67 55.8 55.8 55.8
Jauh 53 44.2 44.2 100.0
Total 120 100.0 100.0

k) Dukungan Suami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak mendukung 62 51.7 51.7 51.7
Mendukung 58 48.3 48.3 100.0
Total 120 100.0 100.0

l) Dukungan Tenaga Medis


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak mendukung 52 43.3 43.3 43.3
Mendukung 68 56.7 56.7 100.0
Total 120 100.0 100.0

m) Keikutsertaan Skrining
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak melakukan 102 85.0 85.0 85.0
Melakukan 18 15.0 15.0 100.0
Total 120 100.0 100.0

2. Uji Bivariat
a) Umur * Keikutsertaan Skrining

Crosstab
Keikutsertaan Skrining
Tidak melakukan Melakukan Total
Umur Beresiko Count 23 3 26
% of Total I9.2% 2.5% 21.7%
Tidak Count 79 15 94
beresiko % of Total 65.8% I2.5% 78.3%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

128
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig.
Value df Significance (2-sided) (2-sided) (I-sided)
Pearson Chi-Square .3I2a 1 .576
Continuity .062 1 .804
Correctionb
Likelihood Ratio .328 1 .567
Fisher's Exact Test .760 .418
Linear-by-Linear .309 1 .578
Association
N of Valid Cases 120

a. I cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.90.
b. Computed only for a 2x2 table

b) Pendidikan * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak melakukan Melakukan
Pendidikan Tidak sekolah Count 2 0 2
% of Total 1.7% 0.0% 1.7%
Tamat SD Count 10 0 10
% of Total 8.3% 0.0% 8.3%
Tamat SLTP Count 38 1 39
% of Total 31.7% 0.8% 32.5%
Tamat SLTA Count 47 14 61
% of Total 39.2% 11.7% 50.8%
Tamat PT Count 5 3 8
% of Total 4.2% 2.5% 6.7%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square I3.049a 4 .011
Likelihood Ratio 15.845 4 .003
Linear-by-Linear Association 11.109 1 .001
N of Valid Cases 120
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.

c) Pekerjaan * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining
Tidak melakukan Melakukan Total
Pekerjaan Bekerja Count 91 15 106
% of Total 75.8% 12.5% 88.3%
Tidak bekerja Count 11 3 14
% of Total 9.2% 2.5% 11.7%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

129
Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .514a 1 .474
Continuity Correctionb .101 1 .750
Likelihood Ratio .471 1 .493
Fisher's Exact Test .440 .351
Linear-by-Linear .509 1 .475
Association
N of Valid Cases 120
a. I cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.10.
b. Computed only for a 2x2 table

d) Pendapatan * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak melakukan Melakukan
Pendapatan Rendah Count 88 11 99
% of Total 73.3% 9.2% 82.5%
Tinggi Count 14 7 2I
% of Total 11.7% 5.8% 17.5%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (I-sided)
Pearson Chi-Square 6.710a 1 .010
Continuity Correctionb 5.080 1 .024
Likelihood Ratio 5.648 1 .017
Fisher's Exact Test .017 .017
Linear-by-Linear 6.654 1 .010
Association
N of Valid Cases 120
a. I cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.15.
b. Computed only for a 2x2 table

e) Paritas * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak melakukan Melakukan
Paritas Nullipara Count 6 0 6
% of Total 5.0% 0.0% 5.0%
Primipara Count 34 6 40
% of Total 28.3% 5.0% 33.3%
Multipara Count 54 9 63
% of Total 45.0% 7.5% 52.5%
Grandemulti Count 8 3 11
para % of Total 6.7% 2.5% 9.2%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

130
Chi-Square Test
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.383a 3 .497
Likelihood Ratio 3.068 3 .381
Linear-by-Linear 1.265 1 .261
Association
N of Valid Cases 120
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .90.

f) Pengetahuan * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining
Tidak melakukan Melakukan Total
Pengetahuan Kurang Count 46 3 49
% of Total 38.3% 2.5% 40.8%
Baik Count 56 15 71
% of Total 46.7% 12.5% 59.2%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Test
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig.
Value Df Significance (2-sided) (2-sided) (I-sided)
Pearson Chi-Square 5.119a 1 .024
Continuity Correctionb 4.010 1 .045
Likelihood Ratio 5.659 1 .0I7
Fisher's Exact Test .035 .0I9
Linear-by-Linear 5.076 1 .024
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.35.
b. Computed only for a 2x2 table

g) Sikap * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak melakukan Melakukan
Sikap Negatif Count 23 0 23
% of Total 19.2% 0.0% I9.2%
Positif Count 79 18 97
% of Total 65.8% 15.0% 80.8%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Test
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. (I-
Value df Significance (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.021a 1 .025
Continuity Correctionb 3.671 1 .055
Likelihood Ratio 8.382 1 .004
Fisher's Exact Test .022 .015
Linear-by-Linear 4.979 1 .026
Association

131
N of Valid Cases 120
a. I cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.45.
b. Computed only for a 2x2 table

h) Sarana dan Prasarana * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak melakukan Melakukan
Sarana dan Tidak Count 52 7 59
Prasarana memadai % of 43.3% 5.8% 49.2%
Total
Memadai Count 50 11 61
% of 41.7% 9.2% 50.8%
Total
Total Count 102 18 120
% of 85.0% 15.0% 100.0%
Total
Chi-Square Test
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig. (I-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square .895a 1 .344
Continuity Correctionb .477 1 .490
Likelihood Ratio .902 1 .342
Fisher's Exact Test .445 .246
Linear-by-Linear .888 1 .346
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.85.
b. Computed only for a 2x2 table

i) Biaya * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining
Tidak
melakukan Melakukan Total
Biaya Tidak mampu Count 74 11 85
% of Total 61.7% 9.2% 70.8%
Mampu Count 28 7 35
% of Total 23.3% 5.8% 29.2%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig.
Value Df Significance (2-sided) (2-sided) (I-sided)
Pearson Chi-Square .969a 1 .325
Continuity Correctionb .494 1 .482
Likelihood Ratio .927 1 .336
Fisher's Exact Test .400 .237
Linear-by-Linear .961 1 .327
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.25.
b. Computed only for a 2x2 table

132
j) Jarak * Keikutsertaan Skrining
Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak
melakukan Melakukan
Jarak Dekat Count 58 9 67
% of Total 48.3% 7.5% 55.8%
Jauh Count 44 9 53
% of Total 36.7% 7.5% 44.2%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Test
Exact
Asymptotic Significance Exact Sig. Sig. (I-
Value Df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square .292a 1 .589
Continuity Correctionb .080 1 .777
Likelihood Ratio .29I 1 .590
Fisher's Exact Test .615 .386
Linear-by-Linear .290 1 .590
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.95.
b. Computed only for a 2x2 table

k) Dukungan Keluarga * Keikutsertaan Skrining


Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak
melakukan Melakukan
Dukungan Tidak mendukung Count 57 5 62
Keluarga % of Total 47.5% 4.2% 51.7%
Mendukung Count 45 I3 58
% of Total 37.5% 10.8% 48.3%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Test
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. (I-
Value df Significance (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.839a 1 .028
Continuity Correctionb 3.779 1 .052
Likelihood Ratio 4.965 1 .026
Fisher's Exact Test .040 .025
Linear-by-Linear 4.799 1 .028
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.70.
b. Computed only for a 2x2 table

133
l) Dukungan Tenaga Medis * Keikutsertaan Skrining
Crosstab
Keikutsertaan Skrining Total
Tidak
melakukan Melakukan
Dukungan Tidak Count 49 3 52
Tenaga Medis mendukung % of Total 40.8% 2.5% 43.3%
Mendukung Count 53 15 68
% of Total 44.2% I2.5% 56.7%
Total Count 102 18 120
% of Total 85.0% 15.0% 100.0%

Chi-Square Test
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. (I-
Value df Significance (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.I33a 1 .013
Continuity Correctionb 4.921 1 .027
Likelihood Ratio 6.750 1 .009
Fisher's Exact Test .019 .011
Linear-by-Linear 6.081 1 .014
Association
N of Valid Cases 120
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.80.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Uji Multivariat
Cases Processing Summary
Unweighted Cases* N Percent
Selected Cases Included In Analysis 120 100.0
Missing Cases 0 0
Total 120 100.0
Unseleted Cases 0 .0
Total 120 100.0
a. If weight in effect see classification table for the total number of cases

Dependent Variable Encoding


Original Value Interval Value
Tidak melakukan 0
Melakukan 1

a.b
Classification Table
Predicted
Keikutsertaan Skrining Percenage
Observed Correct
Tidak melakukan Melakukan
Step Keikutsertaan Tidak 102 0 100.0
0 Skrining melakukan
Melakukan 18 0 0
Overall Percentage 85.0
a. Constant is included in the model
b. The cut value is. 500

Variables in the Equation


B S.E Wald df Sig. Exp (B)
Step 0 onstant -1.735 .256 46.035 1 .000 .176

134
Variable not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan 11.203 1 .001
Pendapatan 6.710 1 .010
Pengetahuan 5.119 1 .024
Sikap .053 1 .818
D. Suami 4.839 1 .028
D. Tenaga Medis 6.133 1 .013
Overall Statistics 26.347 6 .000

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step1 Step 33.347 6 .000
Block 33.347 6 .000
Model 33.347 6 .000

Model sumamary
-2Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
68.103a .243 .425
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimation changed by
less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 3.194 8 .922

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Keikutsertaan Skrining= Keikutsertaan Skrining= Total
Tidak Melakukan Melakukan
Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 12 11.984 0 .016 12
2 12 11.931 0 .069 12
3 14 13.801 0 .199 14
4 11 11.680 1 .320 12
5 14 13.240 0 .760 14
6 10 9.940 1 1.060 11
7 7 7.697 2 1.303 9
8 10 9.538 2 2.462 12
9 8 8.390 5 4.610 13
10 4 3.799 7 7.201 11

Classification Tablea
Observed Predited
Keikutsertaan Skrining Percentag
Tidak melakukan Melakuka e Correct
n
Step Keikutserta Tidak melakukan 100 2 98.0
an Skrining
1 Melakukan 14 4 22.2
Overall Percentage 86.7
a. The cutvalue is. 500

B S.E Wald df Sig. Exp (B)


Step Pendidikan 1.268 .556 5.207 1 .022 3.555

135
1a Pendapatan 1.721 .800 4.627 1 .031 5.591
Pengetahuan 1.540 .802 3.690 1 .055 4.664
Sikap .465 .647 .518 1 .472 1.593
D. Suami 1.401 .687 4.153 1 .042 4.058
D. Tenaga Medis 2.234 .854 6.837 1 .009 9.337
Constant -9.468 2.192 18.658 1 .000 .000
a. Variable (s) entered on step 1: Pendidikan, Pendapatan, Pengetahuan, Sikap,
Dukungan suami dan Dukungan Tenaga Medis
 karena variabel sikap paling tinggi nilai p-value nya tidak signifikan, kemudian
dieliminasi varaibel sikap.

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Present
Selected Cases Included In Analysis 120 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 120 100.0
Unseleted Cases 0 .0
Total 120 100.0
a. If weight is effect, see classification table for the total number of cases

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak melakukan 0
Melakukan 1

a.b
Classification Table
Predicted
Keikutsertaan Skrining Percentage
Tidak Melakukan Correct
Observed melakukan
Step Keikutsertaan Tidak 102 0 100.0
0 Skrining melakukan
Melakukan 18 0 .0
Overall Percentage 85.0
a. Constant is Included In the model
b. The cutvalue is.500

Variables not in the Equation


B S.E Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.735 .256 46.035 1 .000 .176

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidkan 11.203 1 .001
Pendapatan 6.710 1 .010
Pengetahuan 5.119 1 .024
D. Suami 4.839 1 .028
D. Tenaga medis 6.133 1 .013
Overall Statistics 26.329 1 .000

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step1 Step 32.821 5 .000
Block 32.821 5 .000
Model 32.821 5 .000

136
Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 68.629a .239 .419
a. Estimation terminated at iteration number 7 bacause parameter estimates
changed by less than .001
Hosmer and Lesmeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.845 8 .985

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Keikutsertaan Skrining Keikutsertaan Skrining
= Tidak melakukan = Melakukan Total
Observed Expected Observed Expected
Step1 1 12 11.981 0 .019 12
2 12 11.927 0 .073 12
3 12 11.821 0 .179 12
4 10 9.760 0 .240 10
5 9 9.556 1 .444 10
6 12 12.410 1 .858 13
7 14 14.410 3 2.590 17
8 10 9.654 2 2.336 12
9 8 8.500 6 5.500 14
10 3 2.239 5 5.761 8

Classification Tablea
Predicted
Keikutsertaan Skrining Percentage
Tidak Melakukan Correct
Observed melakukan
Step Keikutsertaan Tidak 99 3 97.1
1 Skrining melakukan
Melakukan 13 5 27.8
Overall Percentage 86.7
a. The cutvalue is .500
Variable in the Equation
B S.E Wald df Sig. Exp (B)
Step Pendidikan 1.288 .553 5.421 1 .020 3.624
1a Pendapatan 1.624 .781 4.329 1 .037 5.074
Pengetahuan 1.490 .789 3.571 1 .059 4.438
D. suami 1.297 .669 3.759 1 .053 3.659
D. Tenaga Medis 2.182 .844 6.679 1 .010 8.866
Constant -9.116 2.091 19.000 1 .000 .000
a. Variable (s) entered on step 1: Pendidikan, Pendapatan, Pengetahuan, Dukungan
Suami dan Dukungan Tenaga Medis
 karena variabel pengetahuan paling tinggi nilai p-value nya tidak signifikan,
kemudian dieliminasi varaibel Pengetahuan.

Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casessa N Prercent
Selected Cases Included in Analysis 120 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 120 100.0

137
Unseleted Cases 0 .0
Total 120 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases

Dependent Variable Encoding


Original Value Interval Value
Tidak melakukan 0
Melakukan 1

Classification Tablea.b
Predicted Percentage
Observed Keikutsertaan Skrining Correct
Tidak melakukan Melakukan
Step Keikutsertaan Tidak melakukan 102 0 100.0
0 Skrining Melakukan 18 0 .0
Overall Percentage 85.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E Wald df Sig. Exp (B)
Step 0 Constant -1.735 .256 46.035 1 .000 .175

Variables in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variable Pendidikan 11.203 1 .001
Pendapatan 6.710 1 .010
D. suami 4.839 1 .028
D. Tenaga Medis 6.133 1 .013
Overall Statistics 23.975 4 .000

Omnibus Test of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 28.523 4 .000
Block 28.523 4 .000
Model 28.523 4 .000

Model Summary
Step -2Log Cox & Snell R Negelkerke R
likelihood Square Square
1 72.927a .212 .371
a. Estimatio termited at iteration number 6 because parameter estimates changed by
less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 2.084 8 .978

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


Keikutsertaan Skrining= Keikutsertaan
Tidak melakukan Skrining= melakukan Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1 15 14.948 0 .052 15
1 2 11 10.879 0 .121 11
3 8 7.848 0 .152 8

138
4 13 12.508 0 .492 13
5 12 12.207 1 .793 13
6 17 16.892 2 2.108 19
7 8 8.516 2 1.484 10
8 5 4.621 1 1.379 6
9 7 8.365 6 4.635 13
10 6 5.215 6 6.785 12

Classification Tablea
Predicted
Keikutsertaan Skrining Percentage
Observed Tidak melakukan Melakukan Correct
Step Keikutsertaan Tidak Melakukan 100 2 98.0
1 Skrining Melakukan 14 4 22.2
86.7
a. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E Wald df Sig. Exp (B)
Step Pendidikan 1.203 .531 5.135 1 .023 3.331
1a Pendapatan 1.503 .735 4.184 1 .041 4.493
D.suami 1.491 .655 5.177 1 .023 4.441
D. Tenaga Medis 2.195 .818 7.196 1 .007 8.984
Constant -7.886 1.857 18.032 1 .000 .000
a. Variable (s) enterted on step 1: Pendidikan, Pendapatan, Dukungan Suami dan
Dukungan Tenaga Medis

139
Lampiran 13 Rekapan Kusioner dan Coding

Rekapan Data Koesioner


P
e
P
Pe n J S
ek P
Resp U nd d a kr
er ar Sarana & Dukungan Dukungan
onde m idi a Pengetahuan Sikap Biaya r ini
ja it prasarana keluarga Tenaga Medis
n ur ka p a n
a as
n at k g
n
a
n
R1 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
R2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R3 1 2 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
R4 1 2 0 0 3 1 1 0 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
R5 1 3 0 0 3 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
R6 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
R7 1 3 0 1 2 1 1 0 1 1 1 0 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1
R8 0 2 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R9 1 3 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 0 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
R10 1 2 0 1 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
R11 0 2 0 0 3 1 1 0 0 1 1 1 0 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
RI2 0 1 0 1 2 1 1 0 0 1 1 0 0 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 I 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1
R13 1 3 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
R14 1 3 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
R15 1 3 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1
R16 1 4 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R17 1 3 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0
R18 0 3 0 0 2 1 1 1 1 1 I 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
R19 1 3 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2 0 0 1 0 1 0 0
R20 0 2 0 1 2 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
R21 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 I 0 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 0 0 0 0 I 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0

140
R22 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3 0 0 0 0 I 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0
R23 1 2 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R24 1 3 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R25 1 3 0 0 3 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1
R26 1 2 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R27 0 3 0 0 2 1 1 0 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R28 0 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
R29 1 3 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 0 3 2 2 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
R30 1 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
R3I 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R32 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R33 1 4 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R34 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
R35 1 3 1 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
R36 1 3 0 1 2 0 1 0 1 1 0 0 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R37 1 3 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 0 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
R38 0 2 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R39 0 2 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R40 1 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
R41 0 3 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R42 1 4 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 I 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
R43 0 3 0 0 2 1 1 0 1 0 0 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 I 0
R44 1 4 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
R45 1 3 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 2 3 3 3 3 3 3 3 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0
R46 1 3 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0
R47 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 1 3 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
R48 1 4 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
R49 1 3 0 0 2 1 1 1 1 0 0 0 0 I 3 3 3 3 3 3 3 2 3 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
R50 1 3 0 0 2 1 1 1 1 0 0 0 0 I 3 3 3 3 3 3 3 2 3 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
R51 1 3 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
R52 1 3 0 0 I 1 1 0 1 1 1 1 1 I 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
R53 0 2 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 I 3 3 3 3 2 3 3 3 3 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

141
R54 1 3 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
R55 0 3 0 0 2 1 1 0 0 1 0 1 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
R56 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 3 2 2 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R57 0 3 0 0 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
R58 1 2 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
R59 0 3 0 0 2 0 1 1 1 1 1 0 1 0 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
R60 1 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
R61 0 3 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
R62 1 2 0 0 2 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
R63 0 2 0 0 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 2 1 3 1 1 3 3 3 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
R64 1 0 0 0 2 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R65 0 2 1 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
R66 1 2 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R67 1 4 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 0 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R68 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 0 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
R69 1 2 0 0 2 0 1 0 1 0 1 1 0 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
R70 1 2 0 0 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
R7I 1 3 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
R72 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 I 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0
R73 1 3 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R74 1 3 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R75 1 2 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R76 1 3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R77 1 3 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
R78 1 1 0 0 3 1 1 0 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0
R79 1 4 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
R80 1 3 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
R8I 1 2 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 I 0 1 1 1 1 1
R82 1 3 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
R83 1 1 0 0 3 1 1 0 0 1 I 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
R84 1 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
R85 0 2 0 0 3 0 1 0 1 0 I 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

142
R86 0 2 0 0 2 0 1 0 1 0 0 0 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R87 1 3 0 0 2 1 1 0 1 1 0 0 1 2 2 2 3 3 3 3 3 0 3 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
R88 1 3 0 0 2 1 1 1 0 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
R89 1 3 0 0 2 0 1 1 0 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
R90 3 2 1 0 2 0 1 0 0 1 1 1 0 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
R9I 1 3 0 0 2 1 1 1 0 0 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R92 0 I 0 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
R93 1 3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
R94 1 1 0 0 2 1 1 1 1 0 I 1 0 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
R95 1 2 1 0 2 0 1 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
R96 0 3 0 0 2 1 1 0 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0
R97 1 1 1 0 2 1 1 0 0 1 1 0 0 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R98 1 3 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
R99 1 4 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
R100 0 1 0 1 2 0 1 0 0 1 1 1 1 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
R101 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0
R102 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R103 1 2 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
R104 1 2 0 0 3 1 1 0 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
R105 1 3 0 0 3 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
R106 1 2 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 I 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
R107 1 3 0 1 2 1 1 0 1 1 1 0 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R108 0 2 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 0 0 0 0 0 I 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
R109 1 3 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 0 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 0 0 0 0 0 I 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 I 0 1 1 0
R110 1 2 0 1 2 1 1 0 0 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
R111 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
R112 1 3 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 I
R113 1 2 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I I 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R114 1 3 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I I 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
R115 1 3 0 0 3 1 1 0 0 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I I 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1
R116 1 2 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
R117 0 3 0 0 2 1 1 0 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 I 1 0 1 1 1 1 0

143
R118 0 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
R119 1 3 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 0 3 2 2 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
R120 1 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1

144
RIWAYAT HIDUP

Sri Dewi Kristina Haloho, lahir di Pasir pengarayan, 02

Agustus 1982 anak keenam dari enam bersaudara putri dari Bapak

Jabosar Haloho dan Ibu Dongnauli Bertina Simarmata. Lulus SD

Negeri 003 Rambah Pasir pengarayan tahun 1993, SMP Negeri 1

Rambah lulus tahun 1999, SMU Parulian 2 Medan lulus tahun

2002, D-III STiKes Prima Husada Medan lulus tahun 2005,

melanjutkan Pendidikan D-IV pada tahun 2017 di Al- Insyirah

Pekanbaru, lulus tahun 2018. Pada tahun 2020 penulis melanjutkan Pendidikan Program Studi

Magister Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Tahun 2006

sampai 2007 penulis bekerja sebagai bidan desa Pasir baru di Kabupaten Rokan Hulu,

kemudian akhir tahun 2007 sampai sekarang penulis bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

145

Anda mungkin juga menyukai