Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA)


PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANGKANCANA TAHUN 2022

Di susun oleh :
Lia Dahlia
P20624322071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2022
ABSTRAK

Di Indonesia, kanker serviks merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi. WUS
di Provinsi Bengkulu yang periksa IVA hanya 678 orang dari 49.011 orang dengan jumlah
IVA positif sebesar 7,23%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, tingkat pendidikan dan sikap dengan perilaku pemeriksaan IVA tes pada
WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan metode Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel dalam penelitian berjumlah 93 orang yang diambil dengan tehnik non probability
accidental sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square dan regresi logistik.Hasil
penelitian didapatkan ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan IVA (p-value=
0,007; OR=3,75), tidak ada hubungan pendidikan dengan pemeriksaan IVA (p-value=
0,336; OR=1,750), dan ada hubungan sikap dengan pemeriksaan IVA (p-value= 0,002;
OR=4,674). Faktor yang paling berpengaruh terhadap pemeriksaan IVA adalah sikap
dengan nilai Exp B= 3,948.Diharapkan Puskesmas dapat meningkatkan penyuluhan rutin
terhadap masyarakat dan skrining melalui pemeriksaan IVA sebagai upaya deteksi dini
kanker serviks.

Kata Kunci : Pemeriksaan IVA, Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, WUS


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Serviks adalah penyebab kanker kedua yang paling umum terjadi setelah

kanker payudara pada kaum wanita. Angka kajadian kanker serviks Menurut World

Health Organization (WHO) Tahun 2013, sekitar

270.000 wanita dengan jumlah kematian lebih dari 85% terutama terjadi di negara

berkembang.

Di Indonesia, kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan angka kejadian

tertinggi. pada tahun 2013 kasus Kanker Serviks di Indonesia meningkat menjadi 98.632

penderita dan kasus tertinggi di Jawa Tengah terdapat 19.734 penderita (Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

Kejadian kanker serviks tertinggi terdapat di 3 Provinsi di Indonesia yaitu

D.I Yogyakarta , Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Maluku, di D.I Yogyakarta

memiliki pravelensi kanker serviks tertinggi sebesar 1,5% (Kemenkes RI ,2015).

Jumlah penderita kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur (21.313)

dan Provinsi Jawa Tengah (19.734). Kemudian di Provinsi Bengkulu jumlah keseluruhan

kanker serviks sebesar 5,02 % dengan perkiraan jumlah penderita kanker serviks

sebanyak 127 penderita (Profil kesehatan Provinsi bengkulu, 2015)

Faktor penyebab penyakit kanker serviks adalah multifaktor yang dibedakan atas faktor

risiko mayor, minor dan ko-faktor. Faktor resiko mayor yaitu Infeksi Human Papilloma Virus

(HPV) onkogenik merupakan risiko tertinggi penyebab yang berperan paling besar untuk terjadinya

Kanker serviks.
Sementara faktor risiko minor adalah paritas tinggi dengan jarak persalinan

pendek, hubungan seksual dini di bawah umur 17 tahun, multipartner seksual, merokok

aktif dan pasif, status sosial ekonomi rendah. Sedangkan faktor ko-faktornya antara lain

infeksi klamidia trakomatis, HSV-2, HIV/AIDS, infeksi kronis dan lainnya

(Suwiyoga,2007)

Faktor lain dari tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia dikarenakan

kurangnya pengetahuan dan kesadaran wanita yang merasa tidak perlu mengetahui resiko

dari kanker leher rahim yang merupakan penyakit mematikan (klug,2005). Maka dari itu

dilakukanlah Deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis

yang bertujuan untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan serta

untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas karena kanker (Rasijidi,2009)

Salah satu program pemerintah untuk mencegah kanker serviks ini adalah skrining

lesi pra kanker, skrining ini dapat mendeteksi kanker pada tahap awal dan memiliki

potensi penyembuhan yang tinggi. Karena lesi pra kanker memerlukan waktu bertahun-

tahun untuk berkembang. cakupan skrining yang efektif dapat menurunkan angka

kesakitan dan kematian kanker serviks adalah 85% (Rasjidi, 2010).

Skrining direkomendasikan untuk setiap wanita berusia 30 – 49 tahun setidaknya

sekali dalam seumur hidup dan idealnya lebih sering. Ada 3 jenis tes skrining yang telah

ada saat ini yaitu uji konvensional (Pap) dan sitologi berbasis cairan (LBC), Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA), dan pengujian HPV untuk tipe HPV berisiko tinggi (WHO,

2016).

Upaya penurunan kanker serviks dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim yaitu

dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan pengobatan segera dengan

krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif.
Metode ini lebih mampu dilakukan karena murah, praktis, efektif dan hasil langsung bisa diketahui

(Rasijidi, 2009). IVA adalah skrining yang ditemukan oleh Hinselmen di

tahun 1925 yang bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher rahim, sebelum

menjadi kanker.

Data WHO tahun 2006, Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama 5

tahun akan menurunkan insiden kanker leher rahim secara signifikan dan sensitifitas IVA

sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%). Target

program IVA saat ini adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai pada

tahun 2019. Namun pemeriksaan IVA di Indonesia dari tahun 2008–2016 hanya 4,34%

(1.623.913) dari total target 37.500.000 WUS (Kementrian Kesehatan RI 2016),

sedangkan di provinsi Bengkulu Cakupan IVA tes hanya 7,23% (Dinas kesehatan Kota

Bengkulu.,2016), hal ini menunjukan bahwa masih rendahnya cakupan pemeriksaan IVA

tes di Indonesia.

Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan deteksi dini kanker

serviks yaitu harus memperhatikan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan WUS.

Maka dari itu, seorang tenaga kesehatan harus mengetahui latar belakang pengetahuan

dan pendidikan WUS sehingga mampu memberikan penyuluhan deteksi dini Kanker

Serviks secara optimal dengan penyebaran informasi melalui yayasan, organisasi

masyarakat atau agama, sekolah dan universitas serta melalui media cetak dan elektronik

yang diharapkan timbul kesadaran WUS ingin melakukan pemeriksaan kesehatan agar

ditemukan penyakit kanker sedini mungkin (Sabrida,2015)

Kurangnya cakupan pemeriksaan IVA tes tersebut karena tidak pernah

mendapatkan media cetak berupa leaflet tentang informasi IVA test di


tempat pelayanan kesehatan ataupun di tempat lainnya, serta kurangnya penyampaian

informasi berupa bentuk koseling, penyuluhan dan promosi kesehatan dengan poster

leaflet dan lain-lain tentang manfaat dari pemeriksaan IVA test sebagai deteksi dini

kanker serviks.

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian yaitu rendahnya cakupan deteksi dini pemeriksaan IVA tes. Dengan

pertanyaan penelitian yaitu apakah ada hubungan pengetahuan, tingkat pendidikan dan

sikap dengan perilaku pemeriksaan IVA tes pada WUS di wilayah kerja Puskesmas

Karangkancana Kabupaten Kuningan.

C. Tujuan Umum

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan,tingkat pendidikan dan sikap terhadap perilaku

pemeriksaan IVA Tes pada WUS di wilayah kerja puskesmas Karangkancana

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan, pendidikan dan sikap WUS

dalam prilaku pemeriksaan IVA tes di wilayah kerja Puskesmas Karangkancana

b. Diketahui hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan dan sikap

WUS terhadap prilaku pemeriksaan IVA tes di wilayah kerja Puskesmas


Karangkancana

c. Diketahui variable yang paling berpengaruh antara pengetahuan, pendidikan dan

sikap WUS terhadap prilaku pemeriksaan IVA tes di wilayah kerja puskesmas

Karangkancana.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Akademik

Sebagai acuan bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan penelitian sejenis dan

serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian dasar untuk penelitian lebih lanjut khususnya

tentang pemeriksaan IVA Test.

2. Manfaat bagi Puskesmas.

Sebagai masukan dalam merencanakan strategi pelayanan khususnya pada pemeriksaan

IVA Test di wilayah puskesmas tersebut.

3. Manfaat bagi Peneliti lain.

Dapat menambah pengetahuan tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dan

dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta melatih kemampuan dalam

analisis data penelitian.

Anda mungkin juga menyukai