Anda di halaman 1dari 32

MINI REVIEW

PRAKONSEPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Praktek Klinik (Stase II)
Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

LIA DAHLLIA
NIM: P2.06.24.8.24.059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2024
A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih
haid (BBKBN, 2016). Pada pasangan usia suami istri subur yang baru
menikah atau ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat
yang paling ditunggu. Hal itu juga merupakan saat menegangkan ketika
sebuah kehidupan baru betumbuh dan berkembang di dalam rahim. Kesehatan
yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan yang
positif mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat
sebelum mereka hamil. Keadaan yang kurang mendukung kondisi – kondisi
prakonsepsi akan berdampak kurang baik pula terhadap pembentukan
terjadinya proses konsepsi.
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah wanita akan mejalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan
masa sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup
waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Status gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga sampai enam bulan pada
masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Prasyarat
gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal
dan sehat (Susilowati & Kuspriyanto,2016).
Periode prakonsepsi merupakan salah satu periode penting dalam
mendukung perbaikan outcome pada masa kehamilan, namun masih terdapat
sejumlah permasalahan gizi. Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu
langkah – langkah penilaian dari intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis, perilaku, dan sosial
kesehatan wanita serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi (Hadar, et
al, 2015).
Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria.
Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan
hasil kehamilan yang sehat. Masalah umum dalam perawatan prakonsepsi
yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang sehat, skrining dan
pengobatan penyakit menular. Memperbarui imunisasi yang tepat, dan
pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil
kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi dapat berubah dan meningkat maka membutuhkan
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, tenaga kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan proses pendidikan seseorang mengenai
kesehatan yaitu pelaksanaan dari suatu proses perencanaan berdasarkan teori-
teori pendidikan yang dilaksanakan terhadap individu, kelompok, atau
masyarakat yang dilaksanakan dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan
berujuan untuk menumbuhkan kesadaran untuk perubahan perilaku sehingga
meningkatkan kesehatan di masa datang yang dapat dilakukan dilingkungan
masyarakat.

B. Tinjaun Literatur

1. Definisi Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sel sperma
sehingga terjadi pembuahan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu
dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi. Tapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari
sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum
terjadi prakonsepsi.

Masa Prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil. Perempuan


prakonsepsi diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau Perempuan
Usia Subur yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini
berbeda dengan remaja, anak-anak, ataupun lansia. Prasyarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal
dan sehat (Susilowati, 2016).
Wanita yang siap menjadi ib, merencanakan kehamilan dengan
memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan
lingkungan, serta pekerjaannya. Oleh sebab itu masa prakonsepsi ini harus
diawali dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makan yang dimakan
oleh calon ibu.

2. Pentingnya Gizi Prakonsepsi


Gizi yang optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat penting
dalam proses pembuahan dan kehamilan. Keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu
pada masa dewasa dan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau selama
menjadi wanita usia subur (WUS) (Indriani dkk. 2013).
Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi kondisi janin dalam
tumbuh kembangnya selama kehamilan, menurunkan risiko kesakitan
pada bayi, menunjang fungsi optimal dari alat-alat reproduksi dan
meningkatkan produksi sel telur dan sperma yang berkualitas.
Menurut Bappenas (2011) status gizi janin dalam kandungan
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu pada saat
sebelum hamil.
Kurang gizi pada janin akan menyebabkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami
kegagalan pertumbuhan (foetal growth retardation). Bayi dengan
kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya tidak segera diperbaiki
maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya,
kondisi ini akan berlanjut sampai dewasa. Salah satu cara untuk
memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada masa
prakonsepsi (Susilowati dkk. 2016).
Setidaknya ada dua alasan utama mengapa calon ibu harus menjaga
kondisi gizi sebelum hamil, yaitu:
1. Gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi, seperti lancarnya proses pematangan sel telur,
produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses
pembuahannya yang sempurna.
2. Gizi yang baik berperan penting dalam mempersiapkan
cadangan nutrisi bagi tumbuh kembang janin. Bagi calon ibu,
gizi yang cukup dan seimbang memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa pembuahan (konsepsi) dan
kehamilan.

Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi


sumber makanan yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu
penyebab kekurangan gizi pada calon ibu. Kurangnnya pengetahuan
dan kesadaran seimbang, pola makan yang tidak teratur, konsumsi
berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis makanan, konsumsi
junkfood dan diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus dihindari
sebelum terlambat (Susilowati dkk. 2016).

3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi


Wanita prakonsepsi adalah wanita yang sudah memasuki usia
dewasa, atau dapat dikatakan wanita usia subur (WUS). Kementerian
Kesehatan RI (2010) mengklasifikasikan rentang usia WUS adalah 15-
49 tahun. Kebutuhan gizi pada WUS tentunya mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan kebutuhan semasa bayi dan anak-anak
(Arisman dalam Patimah 2017). Gizi yang mempengaruhi pada masa
prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa
kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti
zinc, besi, kalsium, dan omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status
gizi yang baik dari ibu penting untuk perkembangan optimal janin.
Konsumsi sumber makanan yang bervariasi adalah penting sebelum
pembuahan dan selama kehamilan.
Pola makan bergizi seimbang akan mengatur secara proporsional
keanekaragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah
sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok WUS (wanita
prakonsepsi). Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri
atas sumber karbohidrat kompleks, sayur dan buah, protein hewani,
serta protein nabati. Makanan dan minuman yang tinggi lemak hanya
dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Berikut zat gizi yang perlu
diperhatikan dalam masa prakonsepsi agar calon ibu dapat memenuhi
kecukupan gizinya:
a. Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan
energi invidu. Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling
berperan sebagai penyedia energi bagi ibu dan janin. AKG 2013
merekomendasikan bagi WUS atau wanita pranikah setiap harinya
harus mengonsumsi sekitar 309-340 gram karbohidrat untuk
memenuhi glukosa bagi perkembangan janin. Karbohidrat yang
dianjurkan adalah karbohidrat kompleks karena memiliki kadar
indeks glikemik yang rendah (Fikawati, dkk 2015).
Karbohidrat dengan kadar indeks glikemik yang tinggi akan
mengakibatkan tubuh lebih cepat kenyang dan berdampak pada
resiko kegemukan. Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar gula
sehingga akan terjadi penumpukan berupa lemak dalam tubuh.
Lemak jahat adalah Trans Fatty Acids (TFA), semakin tinggi kadar
TFA maka akan semakin tinggi risiko seseorang untuk terkena
penyakit degeratif seperti Diabetes. Hal ini karena lemak yang
menumpuk akan menganggu sistem produksi hormon insulin tubuh
serta dapat merusak kualitas sperma pada pria. Karbohidrat yang
disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti nasi, jagung,
sereal, umbian-umbian) dan disarankan membatasi konsumsi
monosakarida (seperti gula, sirup, makanan dan minuman yang
tinggi kadar gula) (Susilowati, dkk 2016).
b. Protein
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, protein tersusun oleh
asam amino, dan salah satunya adalah arginin. Arginin berfungsi
memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan.
Mengonsumsi sumber protein dapat membantu merangsang
produksi hormon estrogen pada wanita dimana hormon ini
berfungsi untuk mengurangi peradangan serta kram pada saat
menstruasi. Selain itu protein berperan penting dalam pembentukan
dan pemeliharaan sel yang menunjang pertumbuhan janin,
perbanyakan sel payudara, rahim dan plasma. Protein juga dapat
menjadi cadangan energi. Cadangan ini dipakai untuk persiapan
persalinan, masa sehabis melahirkan, dan menyusui. Sebaiknya 2/3
porsi protein yang dikonsumsi berasal dari sumber protein yang
bernilai biologi tinggi, yaitu bersumber dari protein hewani, seperti
daging, ikan, telur, susu dan hasil olahannya (Fikawati, dkk 2015).
c. Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain sebagai antioksidan (bekerja sama
dengan Vitamin E dan β-karoten), vitamin C berperan melindungi
sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi.
d. Asam Folat (Vitamin B9)
Asam folat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan
trimester pertama. Kecukupan asam folat terbukti dapat
mengurangi bayi lahir dengan risiko kecacatan sistem syaraf
dengan neural tube defect (NTD) seperti spina bifida sebanyak
70%. Asam folat juga dibutuhkan untuk pembelahan sel normal
dan sangat penting selama periode pertumbuhan dan
perkembangan janin.
e. Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 akan mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon. Padahal, keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Bersama dengan asam amino vitamin B6 akan mensintesis
Hemoglobin dan mengangkut oksigen oleh sel darah merah.
Kekurangan vitamin B6 akan menganggu pembentukan hem yang
berdampak pada terjadinya anemia (Schlenker, dkk dalam Patimah
2017).
f. Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan kesuburan hingga
75% serta gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju,
minyak ikan, ikan tuna dan ikan salmon.
g. Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan
sintesis DNA dan kematangan dari hematopoesis yang
menimbulkan peningkatan anemia, ditandai oleh sel darah merah
lebih besar dari pada ukuran normal (anemia makrositik), serta
dapat berdampak pada perkembangan organ janin yang abnormal
yang nantinya akan berakibat cacat bawaan, jenis makanan yang
mengandung asam folat yaitu hati, sayuran hijau, kacang-
kacangan, daging, jeruk dan telur (Fikawati, dkk 2015).
h. Vitamin A
Di dalam tubuh vitamin A digunakan untuk mensintesis Hb
dan memobilisasi cadangan besi ke jaringan tubuh untuk
membangun sel darah baru (IHE Report dalam Patimah 2017).
Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pengangkutan zat
besi dari tempat penyimpanan di dalam tubuh (hepar, sumsum
tulang, sel-sel retikuloendithel) ke dalam sirkulasi dan
konsekuensinya terhadap hematopoietic jaringan tubuh.
Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki kadar Hemoglobin.
Kuning telur, hati dan mentega tergolong makanan yang banyak
mengandung vitamin A. Selain itu, sayuran berwarna hijau dan
buah-buahan berwarna kuning, terutama wortel, tomat, apel,
nangka juga merupakan sumber vitamin A (Fikawati, dkk 2015).
i. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam stabilisasi membran sel darah
merah, meningkatkan fungsi dan daya tahan sel darah merah.
Vitamin E yang tidak adekuat mengakibatkan dampak yang buruk
pada sel darah merah. Ketika PUFA dalam membran lipid darah
dari sel darah merah terkena radikal bebas, maka membran akan
pecah, isi sel menghilang, dan sel menjadi rusak. Kehilangan sel
darah merah secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia
hemolitik (Schlenker, dkk dalam Patimah 2017).
j. Zinc
Zinc sangat penting bagi calon ibu karena dapat membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Zinc berperan
penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga berkontribusi
untuk produksi ovum serta kesuburan pada wanita. Anemia karena
kekurangan zat besi sering terjadi bersamaan dengan kekurangan
zink. Hal ini dikarenakan zink ikut berperan dalam proses
penyerapan dan tersedianya zat besi dalam tubuh . Makanan
sumber zinc antara lain hasil laut, kerang, daging, kacang-
kacangan, dan produk olahan susu. (Schlenker, dkk dalam Patimah
2017).
k. Zat Besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan
anemia dengan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi.
Zat besi (Fe) juga berperan dalam proses memperlancar ovulasi.
Ketika terjadi ketidakseimbangan besi akan menimbulkan
gangguan perkembangan dari anemia karena kekurangan zat besi
yang merupakan rangkaian dari perubahan cadangan zat besi,
transport besi, akhirnya terhadap fungsi metabolik yang terkait
dengan zat besi. Sumber makanan yang mengandung zat besi
adalah hati, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna
hijau.
l. Kalsium
Kalsium sangat dibutuhkan pada masa sebelum kehamilan,
karena simpanan kalsium yang cukup akan mencegah kelainan
tulang pada janin (Fikawati, dkk 2015). Selain itu kekurangan
kalsium dapat mengakibatkan janin mengambil persedian kalsium
pada tulang ibu yang menyebabkan ibu menderita kerapuhan
tulang atau osteoporosis. Sumber kalsium berasal dari susu dan
hasil olahannya seperti keju, serta kacang- kacangan dan sayuran
hijau.
m. Fosfor
Kecukupan zat fosfor diperlukan agar pembuahan dapat
berlansung dengan baik. Fosfor berhubungan dengan kalsium,
sebagian besar kedua zat gizi ini berbentuk garam kalsium fos fat
di dalam jaringan keras tubuh yaitu tulang dan gigi. Zat gizi ini
bisa ditemui pada makanan berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan
teri.
n. Selenium
Selenium berkontribusi terhadap terjadinya anemia melalui
pemiliharaan konsentrasi optimal glutation perioxidase yang
merupakan antioksidan seleno-enzim penting dalam eritrosit.
Glutation peroxidase membantu melindungu hemoglobin melawan
oksidasi (radikal bebas) dalam eritrosit (Semba, dalam Patimah
2017).
o. Asam lemak Omega-3
Jenis asam lemak omega-3 yang sangat bermanfaat pada
calon ibu adalah eicosapentaeonic acid (EPA) dan
docosahexaeonic acid (DHA). EPA dan DHA mampu menunjang
fungsi otak, mata, dan sistem saraf pusat sehingga penting bagi ibu
pada masa kehamilan. Peningkatan konsumsi omega-3 terbukti
dapat mencegah bayi lahir prematur dan dapat meningkatkan berat
badan bayi saat lahir, makanan yang menjadi sumber omega-3
adalah ikan dan makanan laut lainnya (Susilowati, dkk 2016).
4. Permasalahan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Ibu hamil yang anemia mengalami kekurangan pasokan oksigen
dan masukan nutrisi, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan janin. Sebuah studi juga menyebutkan
kekurangan besi pada masa prakonsepsi telah terbukti meningkatkan
risiko anemia defisiensi besi selama kehamilan dan bayi yang
dilahirkan memiliki cadangan besi yang rendah, serta terkait dengan
meningkatnya kelahiran prematur. Wanita merupakan kelompok
wanita prakonsepsi yang rentan mengalami anemia. Wanita
prakonsepsi rentan mengalami anemia dikarenakan asupan zat
gizi yang kurang, mengalami menstruasi setiap bulannya, mayoritas
menjadi pekerja dengan aktivitas fisik yang sedang hingga berat dan
terbatasnya waktu untuk mengonsumsi makanan. Defisiensi asupan
zat gizi makro, vitamin dan mineral berhubungan dengan kejadian
anemia karena saling mempengaruhi dalam sintesis Hb. Zat gizi
makro yang berperan dalam sintesis Hb adalah energi dan protein.
Tubuh membutuhkan energi untuk berlangsungnya proses fisiologis
dan sintesis Hb. Kekurangan energi menyebabkan kapasitas kerja tubuh
terganggu dan terjadi pembongkaran cadangan protein. Protein
berperan dalam transport besi, penyimpanan dan komponen
hemoglobin, serta berperan dalam absorbsibesi

1. Strategi Pengambilan Jurnal


Metode yang digunakan adalah studi tinjauan literatur (literature
review) yaitu sebuah pencarian literatur baik internasional maupun nasional
yang mencoba menggali daun kelor untuk meningkatkan kadar hemoglobin
pada WUS dengan anemia. Dilakukan dengan menggunakan mesin pencarian
GARUDA, Google Scholar, dan NCBI. Diperoleh 10 artikel dari 2016-2021
menggunakan kata kunci “prakonsepsi dan asuhan kebidanan pada masa
prakonsepsi” yang teridentifikasi, belum di eksplorasi relevansi dari artikel
yang ada. Dari jumlah tersebut hanya diambil 10 jurnal yang dianggap relevan
dengan masa prakonsepsi pada pasangan usia subur.
2. Pembahasan Penelitian

Review Jurnal 1

Judul Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita Prakonsepsi


Di Kabupaten Semarang
Jurnal Jurnal Gizi
Volume Vol. 6 No. 2
Tahun 2019
Penulis Annisa Khaira Maadi
Latar 1. Wanita prakonsepsi yang mengalami anemia berisiko
Belakang mengalami berbagai masalah saat kehamilan. Salah
satu faktor risiko anemia yaitu asupan zat gizi
yang tidak adekuat.
2. Pengantin wanita merupakan kelompok wanita
prakonsepsi yang rentan mengalami anemia. Wanita
prakonsepsi rentan mengalami anemia dikarenakan
asupan zat gizi yang kurang, mengalami menstruasi
setiap bulannya, mayoritas menjadi pekerja dengan
aktivitas fisik yang sedang hingga berat dan terbatasnya
waktu untuk mengonsumsi makanan. Berdasarkan
Riskesdas 2013, prevalensi anemia pada wanita
usia subur (WUS) cukup tinggi sebesar 26,9%.
Angka ini lebih besar dari prevalensi anemia pada
daur kehidupan remaja, yaitu 26,5%.4Defisiensi
asupan zat gizi makro, vitamin dan mineral
berhubungan dengan kejadian anemia karena saling
mempengaruhi dalam sintesis Hb. Zat gizi makro
yang berperan dalam sintesis Hb adalah energi dan
protein. Tubuh membutuhkan energi untuk
berlangsungnya proses fisiologis dan Hb.
Kekurangan energi menyebabkan kapasitas kerja tubuh
terganggu dan terjadi pembongkaran cadangan
protein.Protein berperan dalam transport besi,
penyimpanan dan komponen hemoglobin, serta
berperan dalam absorbsibesi.
Tujuan untuk menganalisis faktor asupan zat gizi yang berpengaruh
Penelitian terhadap kadar Hb wanita prakonsepsi.
Subjek pengantin wanita, tidak merokok, tidak mengalami sakit
Penelitian kronis atau dalam perawatan dokter, tidak sedang
menstruasi saat pengambilan darah serta bersedia mengisi
formulir informed consent.
Metode Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup keilmuan gizi
Penelitian masyarakat dengan rancangan cross-sectional study
Hasil 1. Kadar Hb wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh
asupan energi, protein, zat besi, dan status gizi. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap kadar Hb adalah
asupan energi dan status gizi.
2. prevalensi anemia dan status gizi kurang sebanyak 11,4%
dan 15,7%. Asupan energi, protein, vitamin B2, seng, besi
dan asam folat tergolong kurang. Asupan energi (p=0,004),
protein (p=0,007), zat besi (p=0,009), dan status
gizi(p=0,055) merupakan faktor yang mempengaruhi
kadar Hb. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kadar
Hb adalah asupan energi dan status gizi.Kesimpulannya
adalah kadar Hb pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh
asupan energi, protein, zat besi dan status gizi.
Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah asupan
energi dan status gizi.

Review Jurnal 2

Judul KUALITAS DIET, STATUS GIZI DAN STATUS


ANEMIA WANITA PRAKONSEPSI ANTARA
DESA DAN KOTA
Jurnal Jurnal Gizi
Volume Vol. 43 (1)
Tahun 2020
Penulis Cindy Fariski
Latar Belakang Status kesehatan periode prakonsepsi berperan
penting untuk mempersiapkan kehamilan. Keadaan
wilayah tempat tinggal akan mempengaruhi akses
pangan, informasi dan pola konsumsi
masyarakatsehingga bisa mempengaruhi kualitas
diet dan status gizi.
Masalah kesehatan yang sering dialami wanita
prakonsepsi selain KEK dan dapat mempengaruhi
selama masa kehamilan adalah anemia. Wanita
prakonsepsi adalah kelompok yang paling berisiko
mengalami anemia karena mengalami siklus
menstruasi setiap bulannya6 . Kejadian anemia
pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi
yaitu 37,1 persen. 3 Secara global, prevalensi
anemia pada wanita hamil 42 persen dan wanita
tidak hamil sebesar 30 persen.7 Menurut data
WHO sebanyak 58 persen ibu hamil yang
menderita anemia juga mengalami anemia sebelum
kehamilan6 .Oleh karena itu penting adanya
tindakan pencegahan anemia mulai dari masa
prakonsepsi. Gizi prakonsepsi dan atau selama
awal kehamilan trimester kedua dan atau ketiga
dimana proses utama seperti organogenesis telah
selesai.
Terdapat perbedaan prevalensi kejadian
anemia dan risiko KEK antara wanita di wilayah
desa dan kota. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013
prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di
wilayah perdesaan sebesar 37,8 persen lebih tinggi
dibandingkan wilayah perkotaan sebesar 36,4
persen.3 Selain anemia, prevalensi risiko KEK
WUS tidak hamil di perdesaan sebesar 22,7 persen
juga lebih tinggi dibandingkan perkotaan yaitu
sebesar 19,1 persen.3 Faktor yang dapat
mempengaruhi perbedaan kejadian anemia dan
KEK pada wilayah desa dan kota yaitu keadaan
sosial ekonomi, ketahanan pangan, akses pangan,
pendidikan, pengetahuan, serta sosial budaya di
desa dan kota. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi pola konsumsi masyarakat baik
aspek kuantitas maupun kualitas di kedua wilayah.
Tujuan Penelitian untuk menganalisis perbedaan kualitas diet, status
gizi dan stats anemia wanita prakonsepsi di wilayah
desa dan kota.
Subjek Penelitian 68 subjek pengantin wanita berusia 16-35 tahun
dan dipilih dengan metode consecutive sampling
Metode Penelitian desain cross-sectional
Hasil 1. Menunjukkan subjek di wilayah desa maupun
kota memiliki kualitas diet rendah. Skor
variasi jenis asupan protein, total lemak dan
lemak jenuh lebih tinggi pada subjek desa
dibandingkankota (p=0,001; p=0,013;
p=0,002). Rerata IMT dan LILA subjek kota
lebih tinggi dibandingkan desa namun kadar
hemoglobin subjek desa lebih tinggi
dibandingkan kota. Subjek anemia di kota
(23,5%) lebih tinggi dibandingkan desa
(14,7%) namun risiko KEK di desa (55,9%)
lebih tinggi dibandingkan kota (11,8%). Tidak
ada perbedaan kualitas diet dan kadar
hemoglobin antara subjek didesa dan
kota(p=0,990; p=0,116). Ada perbedaan status
gizi berdasarkan IMT dan LILA antara subjek
didesa dan kota (p=0,026; p=<0,001).
Simpulan ada perbedaan status gizi
berdasarkan IMT dan LILA di kedua wilayah.
Tidak ada perbedaan kualitas diet dan kadar
Hemogoblin subjek wilayah kota dan desa.
2. Terdapat perbedaan signifikan pada variabel
usia, lama pendidikan, pengetahuan gizi,
risiko KEK berdasarkan LiLA, dan status
gizi berdasarkan IMT subjek di wilayah
desa dan kota. Akan tetapi, tidak ada
perbedaan signifikan antara kadar Hb dan
kualitas diet subjek di desa dan kota, namun
dari komponen variasi ditemukan variasi
jenis protein, asupan total lemak dan lemak
jenuh yang dikonsumsi subjek di wilayah
desa lebih tinggi dibandingkan wilayah
kota.

Review Jurnal 3

Judul Program Pencegahan Anemia Bagi Wanita Masa Prakonsepsi


Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen Kabupaten Karangasem
Jurnal Jurnal Pengabdian Masyarakat
Volume VOL 17 (03), 2018
Tahun 2018
Penulis L.S.Ani
Latar Anemia dan atau defisiensi besi (ADB) masih merupakan
Belakang masalah kesehatan yang pentingterkait prevalenisnya yang
tinggi serta efek sampingnya, terutama pada wanita hamil.
Bebagai studi melaporkan bahwa anemia pada wanita hamil
dapat memberikan efek buruk terhadap output kehamilan
seperti BBLR, stillbirth,kelahiran preterm, perdarahan masa
kehamilan, post partum, bahkan mengarah kepada kematian
ibu.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 1
tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
dilaporkan sebesar 37,1 %. Upaya pencegahan melalui program
pemberian tablet Fe pada seluruh ibu hamil pada masa
kehamilan belum memenuhi harapan, dimana cakupan
pemberian tablet besi di Indonesia pada tahun 2012 hanya
sebesar 85 %. Sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
cakupan pemberian tablet tambah darah pada wanita hamil
tahun 2011 yaitu sebesar 83,3 %.
Kejadian anemia pada ibu hamil di Bali bervariasi
tergantung metode dan wilayah penelitian di laksanakan.
Secara umum kejadian anemia pada wanita hamil di Bali
sebesar 46,2% 2. Diantara Kabupaten di Provinsi Bali, angka
kejadian anemia pada wanita hamil paling besar di Kabupaten
Karangasem yaitu sebesar 60,5% dan KEK sebesar 19%3.
Disamping itu Kabupaten Karangasem juga menyimpan
beberapa masalah gizi paling banyak dibandingkan dengan
kabupaten lainnya di Provinsi Bali, masalah kurang gizi dan
gizi buruk pada balita, kejadian kurang energi kronis pada ibu
hamil.
Kecamatan Sidemen sebagai salah satu wilayah di
Kabupaten Karangasem juga memiliki masalah yang sama.
Kejadian anemia pada ibu hamil sebesar 60,5% KEK sebesar
21%, gizi kurang pada balita 8,1%, gizi buruk 1,2%, dan gizi
lebih sebesar 1,7%. Wilayah sidemen juga menyimpan masalah
stunting pada anak usia bawah tiga tahun sebesar 15,7%
Meskipun Puskesmas Sidemen sudah melaksaan program
KIA dan perbaikan gizi keluarga melalui pemberikan 90 tablet
Fe kepada ibu hamil, serta pemberian PMT pada balita dengan
gizi kurang dan buruk, tetapi kejadian anemia dan masalah gizi
lainnya masih tinggi.
Hal ini diduga karena anemia dan atau kekurangan nutrisi
sudah terjadi pada masa preconsepsi.Masa prakonsepsi diukur
pada 1 tahun setelah melahirkan dimana pada masa ini sangat
merefleksikan status nutrisi pada wanita fertile. Sedangkan,
masa perikonsepsi adalah periode mulai fertil sampai stage
awal kehamilan.

Tujuan untuk menurunkan kejadian anemia pada wanita masa


Penelitian prakonsepsi atau pada masa hamil
Subjek 37 wanita masa prakonsepsi
Penelitian
Metode -
Penelitian
Hasil Sebanyak 37 wanita prakonsepsi yang turut berpartisipasi
dilakukan pretest dan posttest tentang anemia. Score nilai
jawaban benar pada pretest sebesar 22,1, sedangkan score
jawaban benar pada postest adalah 52,25. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan tentang anemia pada wanita
prakonsepsi sebesar 30,1.
Pengetahuan wanita prakonsepsi tentang anemia masih
rendah dengan nilai score tingkat pengetahuan sebesar 52,25.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin didapatkan
sebanyak 43,2% wanita prakonsepsi mengalami anemia.
Wanita prakonsepsi dengan anemia cendrung ditemukan pada
wanita dengan usia >35 tahun (40%), tingkat pendidikan
rendah (53,3%), tidak memiliki pekerjaan (56,2%), memiliki
anak <2 orang (40%), dan memiliki keluhan anemia (62,5%).
Review Jurnal 4

Judul Asupan Zat Besi dan Vitamin C dengan Status Anemia Gizi
Besi pada ibu hamil di Kelurahan Tuatunu Pangkalpinang
Jurnal Jurnal Kesehatan Manarang
Volume Vol. 4 No. 1
Tahun 2018
Penulis Ade Devriany
Latar Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Belakang Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan
konsumsi tablet Fe dan vitamin C dengan status Anemia pada
ibu hamil (Sulastri, Nurhidayati, & Dyah, 2013). Hasil
penelitian
sebelumnya yang dilakukan di Desa Jatigawi Kecamatan
Sumberpucung Kabupaten Malang di peroleh nilai OR=0,215
yang berarti bahwa setiap penambahan 1 miligram zat besi
akan meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5%
(Misterianingtiyas, Asmaningsih, & Pudjirahaju, 2007). Hal
ini disebabkan karena pada ibu hamil, kehadiran janin dalam
rahim menyebabkan produksi sel darah merah mengalami
peningkatan 2 – 30%
Anemia gizi besi pada ibu hamil merupakan masalah
kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan
komplikasi yang dapat timbul pada ibu dan janin. Menurut
WHO, di suatu daerah dapat dikatakan terjadi masalah
kesehatan masyarakat (public health problem) apabila sudah
melewati nilai ambang batas (cut off point) masalah Anemia
Gizi Besi sebesar 20% dengan kategori sedang (WHO, 2001).

Tujuan untuk menguji dan menilai hubungan antara asupan zat besi
Penelitian (Fe) dan vitamin C dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu
hamil di Kelurahan Tua Tunu Kecamatan Gerunggang Kota
Pangkalpinang..
Subjek seluruh ibu hamil yang tercatat di Puskesmas Gerunggang
Penelitian
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
Penelitian analitik untuk untuk mencari hubungan antara asupan zat besi
(Fe) dan vitamin C dengan status anemia gizi besi
(Notoatmojo, 2010).
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lebih
dari 80% ibu hamil di Kelurahan Tuatunu memiliki asupan zat
besi maupun asupan vitamin yang tergolong kurang. Kejadian
anemia gizi besi pada ibu hamil sebesar 56,7% dengan rata-rata
kadar Hb 10,45 gr/dl serta asupan zat besi dan asupan vitamin
C secara signifikan berhubungan dengan status anemia gizi
besi ibu hamil.
Upaya untuk pencegahan dan penanggulangan kejadian anemia
gizi besi pada ibu hamil, memerlukan perbaikan asupan zat
besi dan vitamin C. Salah satu penyebab terjadinya anemia gizi
besi adalah kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi
tidak mencukupi kebutuhan tubuh serta kurangnya konsumsi
makanan yang dapat mempercepat absorbsi zat besi (Dewi et
al., 2013).

Review Jurnal 5

Judul Efektifitas Ekstrak Daun Kelor Terhadap Peningkatan Kadar


Hemoglobin Pada Remaja Putri
Jurnal Jurnal Kesehatan
Volume Vol. 2
Tahun 2019
Penulis Erma Nur Fauziandari
Latar Anemia adalah masalah gizi yang sering terjadi di negara
Belakang berkembang dengan prevalensi terbesar adalah pada anak-anak
dan wanita usia subur (15-49 tahun). Kejadian anemia pada
wanita usia subur (WUS) adalah 30 persen. Target WHO pada
tahun 2025 terjadi penurunan anemia pada WUS yaitu 25
persen. Angka kejadian anemia pada WUS di Indonesia adalah
35,3 persen. Kejadian anemia pada WUS akan berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi yaitu melahirkan bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan komplikasi lain selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
Hasil penelitian Sukidjo (2016) bahwa anemia gizi besi
paling banyak di tanggulangi dengan konsumsi zat besi.
Menurut beberapa penelitian daun kelor (moringa oliefera)
adalah sebagai salah satu sumber zat besi. Daun kelor (moringa
oliefera) dikenal mempunyai berbagai macam kandungan gizi.
salah satunya adalah zat besi, protein, vitamin A, Vitamin C,
kalium dan kalsium. Daun kelor menjadi alternatif untuk
mengatasi kondisi anemia karena memiliki kandungan zat besi
sebesar 28,2 mg. Daun kelor juga menjadi alternatif untuk
pengobatan karena dipercaya mengandung berbagai zat
antioksidan.
Tujuan mengetahui efektifitas peningkatan kadar hemoglobin dengan
Penelitian megonsumsi ekstrak daun kelor
Subjek Sampel pada penelitian ini adalah 15 sampel remaja putri
Penelitian
Metode Penelitian ini dilakukan dengan rancangan pre post test design.
Penelitian Dengan observasi yang dilakukan pada sampel sebelum dan
sesudah mengkonsumsi ekstrak daun kelor. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
pre eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan the
one group pretest-posttest design dimana observasi dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
puposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasar kriteria
inklusi dan eksklusi. Dengan kriteria inklusi remaja putri usia
17-24 tahun dan kriteria ekslusi adalah remaja putri yang
menderita penyakit kronis
Hasil 1. Hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hb
sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun kelor.
Dengan hasil p value 0,009 < 0,005. Berdasarkan p value
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ektrak daun kelor
efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada
remaja putri.
2. Berdasarkan hasil analisis dengan Paired t test maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin
sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun kelor
(Molinga Oliefera pada remaja putri. Artinya bahwa
konsumsi ekstrak daun kelor dapat meningkatkan kadar
hemoglobin pada remaja putri dan dapat dijadikan
alternatif untuk mengatasi kejadian anemia pada remaja
putri. 2. SARAN Bagi remaja putri disarankan untuk
menjaga pola makan dengan menu seimbang dimana
setiap hari harus mengkonsumsi makanan dengan sumber
zat besi baik makanan dari sumber hewani maupun nabati.
Sumber zat besi dari hewani adalah daging merah, hati dan
sumber protein hewani lainnya. Sumber zat besi dari
nabati adalah sayursayuran hijau termasuk didalamnya
adalah daun kelor, kangkung, bayam, sawi, brokoli dan
lainnya

Review Jurnal 6
Judul Pentingnya nutrisi wanita masa pra konsepsi untuk
status gizi anak di masa mendatang
Jurnal Jurnal Kebidanan
Volume Vol. 6 (2)
Tahun 2020
Penulis Tilawaty Apriani
Latar Belakang Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak sebagai akibat dari gizi buruk,
infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak
memadai. Status gizi buruk dan gizi kurang pada anak
di Indonesia masih tinggi. Stunting pada anak
mendapatkan banyak perhatian karena memiliki
dampak jangka panjang bagi anak tersebut dan juga
bagi negara. Anak – anak dengan stunting akan
mengalami kesulitan belajar. Dampak buruk stunting
sudah diketahui oleh banyak orang, namun patofisiologi
stunting masih kurang dipahami. Nutrisi, berat badan
lahir rendah, jenis kelamin, kelahiran premature,
infeksi.
Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan nutrisi wanita di masa prakonsepsi
Subjek Penelitian Wanita Usia Subur
Metode Penelitian Meode menggunakan cross sectional. Penelitian
mengambil sampel dilakukan pada bulan September
2019.
Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan
ibu dan status gizi pada anak. Tinggi badan wanita
merupakan indikator dalam menentukan status gizi
pentingnya status gizi wanita pada masa pra konsepsi
untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang
optimal. Pelayanan yang diberikan adalah pemberian
informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis,
konseling, pendidikan keterampilan sehat.
Review Jurnal 7

Judul Efektifitas Konseling Gizi Dalam Peningkatan Asupan


Zat Gizi Wanita Yang Merencanakan Kehamilan
Jurnal Kebidanan
Volume Vol. 12 (2)
Tahun 2016
Penulis Nur Chabibah
Latar Belakang Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi telah
banyak dilakukan, tidak hanya pada upaya kuratif dan
rehabilitatif tetapi juga melalui upaya preventif dan
promotif. Upaya preventif yang belum banyak tersentuh
adalah pelayanan di masa prakonsepsi. Pelayanan ini
dapat mengidentifikasi faktor risiko sebelum
dimulainya kehamilan sehingga asuhan yang tepat dapat
dipersiapkan sesuai kondisi ibu.
Upaya mencegah hasil akhir kehamilan yang buruk
dengan memberi tindakan perawatan prenatal
berkualitas. Penatalaksanaan ini meningkatkan
prognosa baik terhadap penyakit diabetes mellitus
dalam kehamilan, persalinan preterm, penyakit jantung,
dan gangguan hipertensi.
Perawatan prakonsepsi yang terpenting meliputi
pendidikan kesehatan pada wanita dan pasangannya,
identifikasi faktor risiko, dan asuhan sesuai dengan
faktor risiko pada wanita dan pasangannya untuk
mengurangi faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kehamilannya di masa yang akan datang
Tujuan Penelitian Mengetahui pengetahuan dan sikap pada pasangan usia
subur.
Subjek Penelitian Pasangan Usia Subur
Metode Penelitian Quasi eksperimen dengan rancangan one group pre test-
post test design.
Hasil Wanita yang merencanakan kehamilan yang dilakukan
konseling mengalami peubahan perilaku berupa
peningkatan asupan gizi yang dibutuhkan pada masa
prakonsepsi. Dapat dikatakan bahwa konseling gizi
pada masa prakonsepsi dapat meningkatkan kualitas
hidup. Hal ini mendukung pencegahan kasus infertil
ketidaksuburan dan komplikasi pada kehamilan
dikarenakan mal gizi.

Review Jurnal 8

Judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education


Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Wanita Usia Subur Di Wilayah Kabupaten
Agam Tahun 2016
Jurnal Jurnal Kebidanan
Volume Vol. 4 (1)
Tahun 2016
Penulis Yulizawati
Latar Belakang Untuk dapat menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat
dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining
prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif
terhadap kesehatan ibu dan anak. Penerapan kegiatan
promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif
sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan
anak sehingga membawa manfaat kesehatan untuk
remaja, perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis dan
sosial() WHO, 2015).
3. Kesehatan prakonsepsi dapat berubah dan
meningkat maka membutuhkan perubahan
pengetahuan, sikap, dan perilaku individu,
tenaga kesehatan. Untuk mencapai perubahan
perilaku ada dua cara pendekatan yang dapat
dilakukan yaitu secara pendekatan pendidikan
dan secara paksaan. Pendidikan merupakan
upaya pembelajaran pada masyarakat agar mau
melakukan tindakan – tindakan yang dapat
memelihara kesehatannya yang biasanya proses
ini memerlukan waktu relative lama, tetapi dapat
bertahan lama di individu.
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan
metode peer education mengenai skrining prakonsepsi
terhadap pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur di
Kabupaten Agam Tahun 2016.
Subjek Penelitian Semua Wanita Usia Subur
Metode Penelitian Quasi eksperimental, dengan metode one group pretest-
posttest design. Populasi 62 WUS yang akan menikah.
Waktu pada bulan September – November 2016.
Hasil 1. Dilakukan analisis uji Wilcoxon karena data tidak
berdistribusi normal, hasil uji menunjukkan
terdapat tidak terdpaat pengaruh pendidikan
kesehatan yang signifikan terhadap motivasi WUS
(p<0,05) Dilakukan analisis Mann-Whitney pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
didapatkan terdapat perbedaan motivasi yang
signifikan antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol.
2. Berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan
sebelumnya, maka didapatkan hasil berupa
deskripssi atau gambaran karakteristik responden,
kebermaknaan hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
Review Jurnal 9

Judul Konseling Kesehatan Reproduksi Meningkatkan


Pengetahuan Tentang Kesuburan dan Kesadaran
Kesehatan Prakonsepsi
Jurnal Kebidanan
Volume Vol. 3 (1)
Tahun 2021
Penulis Neneng Siti Lathifah
Latar Belakang Prevalensi perkawinan usia anak Indonesia telah
mengalami penurunan lebih dari dua kali lipat dalam
beberapa tahun terakhir tetapi masih merupakan salah
satu yang tertinggi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Sejalan dengan berbagai upaya yang telah dilakukan
pemerintah dalam menangani angka pernikahan dini,
BKKBN telah gencar melakukan kampanye namun
masih kurang optimal, melalui GenRe diharapkan bisa
menekan angka penikahan dini diindonesia yaitu
dibawah 21 tahun untuk perempuan dan dibawah 25
tahun untuk laki-laki(BKKBN, 2016).
Persiapan pranikah yang dilakukan di Indonesia masih
sebatas pemberian imunisasi TT belum terkait dengan
pemberian edukasi tentang kesehatan reproduksi secara
khusus. Dari segala pelayanan yang masih terbatas pada
tenaga professional yang memberi edukasi kurangnya
pengetahuan para calon pengantin sehingga
memungkinkan tidak dilakukannya penundaan
kehamilan, padahal kehamilan < 20 tahun bisa
memunculkan berbagai komplikasi pada saat
melahirkan.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui konseling kesehatan reproduksi
meningkatkan pengetahuan tentang kesuburan dan
kesadaran kesehatan prakonsepsi.
Subjek Penelitian Wanita Usia Subur
Metode Penelitian Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan quasi
eksperimen dengan two group pretet-posttest.
Hasil Hasil penelitian pelaksanaan dalam kegiatan konseling
pranikah bagi calon pengantin dengan harapan agar
calon pengantin (catin) dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kesuburan dan kesadaran
kesehatan reproduksi prakonsepsi.

Review Jurnal 10

Judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


Gizi Seimbang Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota
Makassar
Jurnal Jurnal Kebidanan
Volume Vol. 2 (2)
Tahun 2018
Penulis Waode Fifin Ervina
Latar Belakang Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil,
wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa
atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu,
dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan
masa anak-anak, remaja ataupun lanjut usia.
Salah satu yang menyebabkan masalah status gizi
wanita dewasa di Indonesia adalah masalah
praktik/tindakan yang dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan tentang gizi. Karena pengetahuan
merupakan salah satu fakto yang berhubungan dengan
praktik/tindakan dalam memilih makanan asupan
makanan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
status gizi seseorang. Status gizi yang baik tentu
berawal dari asupan makanan yang berkualitas.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku gizi seimbang pada wanita prakonsepsi
di kota Makassar
Metode Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah cross
sectional study. Dilaksanakan pada bulan Januari –
April. Populasi adalah seluruh wanita prakonsepsi usia
18-35 tahun.
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap
mengenaimelakukan aktivitas fisik hal ini terlihat pada
pertanyaan yang banyak di jawab benar oleh para
responden. Ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden baru pada tingkatan pertama yaitu tahu
(Know) yaitu baru mengetahui dan mampu
menyebutkan namun belum mampu untuk
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
Bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap
gizi seimbang mengenai mengonsumsi makanan
beragam (p=0,000), tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap gizi seimbang mengenai
melakukan aktifitas fisik (p=0,858) serta tidak terdapat
hubungan antara sikap dengan perilaku gizi seimbang
mengenai pola hidup bersih dan sehat (p=0,104).

Hasil Review dari 10 jurnal didapatkan bahwa Periode prakonsepsi


merupakan salah satu periode penting dalam mendukung perbaikan
outcome pada masa kehamilan. Namun masih terdapat sejumlah
permasalahan gizi pada kelompok tersebut. Asupan energi dan zat gizi
kemungkinan berhubungan dengan status gizi pada wanita prakonsepsi.
Berdasarkan penelitian Annisa, Kadar Hb wanita prakonsepsi
dipengaruhi oleh asupan energi, protein, zat besi, dan status gizi. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap kadar Hb adalah asupan energi dan
status gizi. Prevalensi anemia dan status gizi kurang sebanyak 11,4% dan
15,7%. Asupan energi, protein, vitamin B2, seng, besi dan asam folat
tergolong kurang. Asupan energi (p=0,004), protein (p=0,007), zat besi
(p=0,009), dan status gizi(p=0,055) merupakan faktor yang
mempengaruhi kadar Hb. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kadar
Hb adalah asupan energi dan status gizi.Kesimpulannya adalah kadar Hb
pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh asupan energi, protein, zat
besi dan status gizi. Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah
asupan energi dan status gizi.

Salah satu masalah gizi yang di hadapi Indonesia adalah masalah


gizi masa kehamilan. Gizi pada masa kehamilan adalah salah satu faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan embrio dan janin serta status
kesehatan ibu hamil.

3. Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasangan usia subur telah
dilakukan sesuai dengan teori dan evidence based yaitu dengan melakukan
pengkajian, pemeriksaan, analisa data (penegakan diagnosa) dan
penatalaksanaan yang sesuai dengan keadaan klien dan berdasar pada teori
yang ada.
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan, pemberian edukasi
tentang prakonsepsi sangat penting diberikan KIE mengenai nutrisi, pola
hidup sehat sebagai persiapan kehamilan dimasa yang mendatang.

4. Kelebihan dan Kekurangan


Jurnal Kelebihan Kelemahan
1 Pembahasan dilakukan secara Tidak mendorong dilakukannya
rinci dan menyeluruh. penelitian lanjutan
2 Subjek pada penelitian ini sudah Pembahasan belum meluas Tidak
terdapat populasi dan sampel. mendorong dilakukannya penelitian
Adanya kelompok pembanding. lanjutan:
3 Hasil pembahasan dibahas desain penelitian tidak sempurna
secara rinci dan menyeluruh
4 Subjek pada penelitian ini sudah Bahasa Abstrak yang tidak mudah di
terdapat populasi dan sampel. mengerti menggunkan bahasa inggris
tidak ada terjemahan
5 Metode penelitian dijelaskan Sampel yang kecil
secara detail
6 Subjek pada penelitian ini sudah Pembahasan mengenai pengaruh terhadap
terdapat populasi dan sampel. peningkatan kadar hemoglobin belum
Adanya kelompok pembanding. jelas
7 Pembahasan dilakukan secara Tidak ada pengaruh dalam hasil
rinci dan menyeluruh. penelitian
8 Pembahasan dilakukan secara Belum memunculkan sampel dalam
rinci dan menyeluruh. penelitian
9 Subjek pada penelitian ini sudah Belum memunculkan referensi dari
terdapat populasi dan sampel. sumber internasional.
Adanya kelompok pembanding.
10 Latar belakang terbaru pada Tidak ada kelompok pembanding di
tahun 2021 sampel.

5. Daftar Pustaka
Annisa Khaira Maadi, 2019. Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin
Wanita Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang. Jurnal Gizi Vol. 6
No. 2

Cindy Fariski, 2020. Kualitas diet, status Gizi dan Status anemia Wanita
Prakonsepsi antara desa dan kota. Jurnal Gizi Vol. 43 (1)
L.S.Ani, 2018. Program Pencegahan Anemia Bagi Wanita Masa
Prakonsepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen Kabupaten
Karangasem Jurnal Pengabdian Masyarakat VOL 17 (03)

Ade Devriany, 2018. Asupan Zat Besi dan Vitamin C dengan Status
Anemia Gizi Besi pada ibu hamil di Kelurahan Tuatunu
Pangkalpinang. Jurnal Kesehatan Manarang Vol. 4 No. 1

Erma Nur Fauziandari, 2019. Efektifitas Ekstrak Daun Kelor Terhadap


Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri. Jurnal
Kesehatan Vol. 2

Tilawaty Apriani, 2020. Pentingnya nutrisi wanita masa pra konsepsi


untuk status gizi anak di masa mendatang. Jurnal Kebidanan Vol.
6 (2)

Yulizawati. 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer


education mengenai skrining prakonsepsi terhadap pengetahuan
dan sikap wanita usia subur di wilayah kabupaten agam. Jurnal
Kebidanan Vol 12 No 1 Halaman 11 – 20

Nur Chabibah. 2016. Efektifitas Konseling Gizi Dalam Peningkatan


Asupan Zat Gizi Wanita Yang Merencanakan Kehamilan. Jurnal
Kebidanan Vol 3 No 1 Halaman 90 - 100

Neneng Siti Lathifah. 2021. Konseling Kesehatan Reproduksi


Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesuburan Dan
Kesadaran Kesehatan Prakonsepsi. Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Vol 2 No 2 Halaman 163-169

Waode Fifin. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


Gizi Seimbang Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota Makassar.
Jurnal Kebidanan Vol 2 No 1

Anda mungkin juga menyukai