Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN AIR RAMUAN JAHE MERAH TERHADAP

PENDERITA ASAM URAT

YULIANTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian yang di lakukan oleh Ambar Dwi whidi Astuti
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas semarang. Penelitian ini bertujuan membuktikan
kebenaran tentang jahe merah yang telah di lakukan sebelumnya oleh para peneliti. Penelitian
ini diharapkan bisa membantu penderita asam urat di Desa Pinang Banjar. Langkah penelitian
adalah prapenelitian, tahap penelitian, dan tahap pascapenelitian. Subyek penelitian ini adalah
masyarakat Desa Pinang Banjar Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim yang
menderita penyakit asam urat. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat kualitatif
dengan jenis penelitian quasi eksperimental. Penelitian ini juga menggunakan teknik
purposive sampling dan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam
(indepth interview). Data dan sumber informasi digali dari beragam sumber data dan jenis
sumber data yang meliputi: (1) Puskesmas Gelumbang (2) Wawancara masyarakat penderita
asam urat di Desa Pinang Banjar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar
asam urat antara sebelum dan sesudah diberi ramuan jahe dan akar kucing, atau dengan kata
lain Ha diterima dan berarti ada pengaruh ramuan jahe dan akar kucing terhadap penurunan
kadar asam urat. Hal ini sesuai dengan manfaat jahe merah secara empiris dapat digunakan
dalam pengobatan penyakit gout (Asam urat) (Ravindran dan Nirman Babu, 2005)

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat di dunia mulai beralih


menggunakan pengobatan herbal dalam penyembuhan penyakit yang diderita. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan kepercayaan terhadap status kesehatan dari
masyarakat (Ebadi, 2007). Dengan adanya peningkatan penggunaan pengobatan herbal,
keamanan dan efikasi, serta kontrol kualitas dari obat herbal yang sesuai prosedur menjadi
perhatian penting bagi kesehatan. Pemanfaatan obat herbal umumnya digunakan secara
empiris sehingga diperlukan pengujian khasiat dan keamanannya sehingga mutu obat herbal
dapat terjamin (WHO, 2000).
Salah satu penyakit yang umumnya diobati dengan pengobatan herbal adalah
hiperurisemia. Keadaan ini ditandai dengan kadar asam urat melebihi 7,8 mg/dL pada pria
dan 6,0 mg/dL pada wanita yang dapat terjadi karena adanya peningkatan kadar asam urat
dalam darah atau terjadi penurunan ekskresinya (Dipiro et al., 2005). Kadar asam urat dapat
meningkat tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin, dan asupan makanan yang
mengandung purin (Sutedjo,A.Y, 2007). Kadar asam urat darah yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan kristal asam urat yang berbentuk seperti jarum terutama di
persendian sehingga menimbulkan rasa sakit dan muncul sindrom klinis yang disebut
penyakit gout (Murrray et al., 2003). Alopurinol merupakan obat sintetik yang banyak
digunakan untuk mengobati hiperurisemia. Alopurinol merupakan satu-satunya obat yang
bekerja menurunkan sintesis dari asam urat melalui penghambatan xantin oksidase yang
berfungsi mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya xantin menjadi asam urat
(Wilmana, 2003).
Melihat begitu banyaknya manfaat, maka muncul suatu ide untuk melanjutkan dan
membuktikan kebenarannya dan pada akhirnya dengan keberhasilan ini dapat membantu
warga di desa Pinang Banjar. Hasil survey menunjukkan bahwa kurang lebih 20 warga
menderita asam urat. Hasil wawancara awal dengan beberapa warga kurang lebih 10 orang.
Jika menurut WHO masyarakat dunia telah banyak yang menggunakan obat tradisional tetapi
lain hal dengan masyarakat yang ada di Desa Pinang Banjar kecamatan Gelumbang ini,
karena pada saat di wawancarai sebelum di lakukannya penelitian masyarakat banyak yang
belum tahu manfaat dari jahe dan akar kucing untuk pengobatan asam urat, adapun sebagian
yang tahu tetapi tidak tahu dengan pasti cara menggunakan tanaman jahe dan akar kucing
secara baik dan benar.

Kerangka Teori
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu
kelompok struktur kimia pembentuk DNA (gambar 2.1). Yang termasuk kelompok purin
adalah adenosin dan guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil
akhirnya berupa asam urat (Rodwell, 2003).
Pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat mengeluarkan zat asam urat secara seimbang
sehingga menyebabkan penumpukan atau kelebihan asam urat dalam darah. Penumpukan zat
asam tersebut dalam bentuk kristal dan dapat terjadi di persendian maupun di dalam ginjal
itu sendiri. Kondisi penumpukan atau kelebihan inilah yang di sebut dengan asam urat.
Penyakit ini menimbulkan peradangan dan rasa nyeri pada bagian sendi tempat
menumpuknya kristal asam urat. Rasa nyeri ini disebabkan kristal-kristal asam urat yang
saling bergesekan pada saat sendi bergerak.
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen
karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali
kuat, AU membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam

Gambar 1. Struktur asam urat

Berdasarkan penyebabkan penyakit asam urat di bagi menjadi dua jenis, yaitu asam
urat primer dan asam urat sekunder. Penyebab penyakit asam urat primer berasal dari dalam
tubuh, sedangkan penyebab penyakit asam urat sekunder berasal dari luar tubuh.
penyakit asam urat primer
Penyakit asam urat sekunder belum diketahui secara pasti, namun, sebagian besar kasus ini
disebabkan faktor genetik dan ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh. Faktor-faktor
tersebut menyebabkan gangguan pada metabolisme yang dapat meningkatkan produksi asam
urat.
Selain faktor genetik dan ketidakseimbangan hormonal, gangguan pada ginjal juga
dapat mengakibatkan terganggunya proses pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.
penyakit asam urat sekunder
Penyebab asam urat sekunder berkaitan dengan asupan makanan dan minuman ke dalam
tubuh. Makanan yang mengandung banyak purin merupakan penyebab utama terjadinya
penyakit asam urat sekunder . semakin sering mengkonsumsi makanan yang mengandung
purin, semakin banyak pula kandungan purin yang ada dalam tubuh.
Pembentukan asam urat dalam darah juga dapat meningkat yang disebabkan oleh
factor dari luar tertama makanan dan minuman yang merangsang pembentukan asam urat.
Adanya gangguan dalam proses ekskresi dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan asam
urat di dalam ginjal dan persendian. Jalur kompleks pembentukan asam urat dimulai dari
ribose 5-phosphate, suatu pentose yang berasal dari glycidic metabolism, dirubah menjadi
PRPP (phosphoribosyl pyrophosphate) dan kemudian phosphoribosilamine, lalu
ditransformasi menjadi inosine monophosphate(IMP). Dari senyawa perantara yang berasal
dari adenosinemonophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate (GMP),
purinicnucleotides digunakan untuk sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang kemudian
akan mengalami degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan akhirnya menjadi uric acid
(McCrudden Francis H.2000).
Jahe merah memiliki nama latin zingiber Officinale Linn Var rubru. Jahe merrah
merupakan tanaman dengan rimpang kuat dan menjalar. Jahe merah berbatang semu dan
berwarna hijau kemerahan. Batang terdiri dari pelepah daun daun posisinya berhadapan. Jahe
merah mempunyai rimpang kecil berlapis-lapis dengan aroma yang sangat tajam, berwarna
jingga muda sampai merah. Rimpang berdiameter 4-4,5, tinggi 5-11 cm, dan panjang 12-13
cm.
Kandungan senyawa aktif jahe merah mengandung minyak atsiri,oleoresin, dan pati.
Selain itu, rimpang jahe merah mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10-dehydrogingerdione,
arginine, zingeron, alphalinolenic acid, aspartic, beta-sitossterol, capyrlic acid, dan unsur pati.
Minyak atsiri yang terkandung pada jahe sekitar 2,58-2,72%, termasuk volatile oil atau
minyak yang menguap. Minyak atsiri merupakan komponen yang memberikan bau atau
aroma yang khas. Sementara itu, oleoresin termasuk non-volatile oil atau minyak yang tidak
menguap. Oleoresin merupakan komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas. Jahe
merah meiliki rasa yang lebih pedas dibandingkan dengan jahe biasa dan jahe gajah. Hal ini
akibat adanya kandungan oleoresin pada jahe merah yang mencapai 3%.
Berdasarkan beberapa penelitian, unsur-unsur yang terkandung pada jahe merah yaitu
n-nonyl aldehyde, d-champene, d0beta pheellandrene, methylheptenone, cineol, d-borneol,
geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, dan zingiberene. Unsur-unsur tersebut
memiliki arti penting dalam indsutri farmasi dan obat-obatan.
Jahe merah biasa di gunakan sebagai campuran bahan obat. Hal ini disebabkan
adanya efek farmakologis jahe merah dapat memperkuat khasiat bahan lain yang di
campurkan sebagai ramuan herbal. Jahe merah sendiri memiliki banyak khasiat yang telah di
buktikan melalui beberapa penelitian maupun pengalaman yang dilakukan secara turun
temurun.
Khasiat jahe merah yang dikutip dari buku Penyakit Asam Urat Kandas Berkat
Herbal menjelaskan bahwa jahe merah berfungsi sebagai anti radang, mengatasi rasa nyeri
akibat asam urat, merangsang aktivitas saraf pusat, merangsang keluarnya Asi. Memperbaiki
sistem kekebalan tubuh, sebagai obat pencahar dan sakit encok, mengatasi radang, asma,
nyeri otot, demam, dan anemia, mengobati masuk angin.
Jahe merah memiliki efek anti radang sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
peradangan dan mengurangi rasa nyeri akibat asam urat efek anti radang ini disebabkan
komponen aktif jahe merah yang terdiri dari gingerol, gingerdione, dan zingeron yang
berfungsi menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator radang
Akar kucing adalah tumbuhan semak yang termasuk dalam tanaman dengan famili
Euphorbiaceae. Taksonomi dari tanaman ini adalah sebagai berikut(Tjitrosoepomo,1991) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Filum : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Monochlamydeae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Species : Acalypha indica Linn.
Akar kucing disebut juga Indian Acalypha, tetapi di Indonesia sering disebut kucing-
kucingan, akar kucing, lelatang, rumput kekosongan, dan rumput bolong. (Van Valkenburg,
2002).
Morfologi
Akar kucing merupakan tumbuhan semak yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di
pinggir jalan, lapangan rumput, atau di lereng gunung. Tanaman ini merupakan herba
semusim, tumbuh tegak dengan tinggi rata-rata 30-50 cm.Tinggi maksimal mencapai 1,5
meter. Akarnya merupakan akar tunggang yang berwarna putih kotor. Batangnya tegak,
masif, bulat, berambut halus, dan bewarna hijau (Van Valkenburg, 2002). Daunnya tunggal,
tersebar, berbentuk belah ketupat yang ujungnya runcing. Pangkal daunnya membulat dan
tipis, tepinya bergerigi, tulang daun menyirip dengan panjang 34 cm, lebar 23 cm,
tangkainya silindris dengan panjang 34 cm, dan bewarna hijau. Akar kucing memiliki
bunga majemuk yang berbentuk bulir dan berkelamin satu. (IPTEKnet, 2005)
Daun, batang, dan akar tanaman akar kucing mengandung alkaloid, tanin, saponin,
sterol, glikosida sianogenik, dan flavonoid (Chitravadivu et al., 2009). Pada daerah batang
mengandung acalypin (0,3%) yang merupakan derivat 3- sianopiridin (Van Valkenburg,
2002).
Akar kucing dapat digunakan sebagai obat analgesik, antibakteri, karminativum,
antiemetik, menghentikan perdarahan, arhtritis, infeksi, gout, dan untuk penyembuhan luka.
Penggunaan tanaman ini dikontraindikasikan pada penderita iritasi lambung dan dapat
menimbulkan alergi pada beberapa orang (Duke, 2002). Dalam beberapa penelitian, akar
tanaman akar kucing diketahui memiliki khasiat menurunkan kadar asam urat (Pratita, 2005).

Tinjauan Penelitian Sebelumnya


Penelitian yang dilakukan di Iran membuktikan bahwa jahe merah memiliki efek yang
sama dengan ibu profen dalam mengatasi gejala-gejala osteoartrithis termasuk rasa nyeri. Hal
ini juga di dukung dengan hasil penelitian yang di lakukan di Amerika yang menunjukkan
bahwa jahe memiliki efek signifikan dalam mengurangi gejala osteortrithis pada lutut.
Penelitian lain yang mendukung di lakukan oleh Ambar Dwi whidi Astuti mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas semarang, menunjukkan bahwa extra jahe merah sebanyak
4,8 gram perhari yang di konsumsi selama 10 hari dapat mengatasi nyeri.
Pada penelitian terdahulu, pemberian oral ekstrak etanol-air dari jahe merah
(50100mg/kg) memperlihatkan efektivitas sebagai antiinflamasi terhadap mencit yang
diinduksi karaginan (Kitagata-Cho, 2007). Proses ekstraksi jahe merah berdasarkan rujukan
dari buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1 menggunakan campuran
pelarut etanol-air dengan konsentrasi 70% (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2004).
Rimpang jahe merah memiliki aktivitas farmakologi yang besar sebagai antiinflamasi karena
adanya kandungan gingerol dan shogaol (Hassanabat, 2005). Selain itu, secara empiris jahe
merah juga dapat digunakan dalam pengobatan penyakit gout (Ravindran dan Nirman Babu,
2005). pada penelitian diujikan kombinasi akar kucing dengan jahe merah sehingga
diharapkan kombinasi tersebut dapat mempengaruhi penurunan kadar asam urat.
Penelitian terkait juga di lakukan oleh Anita Ayu Dwi Ajie Saputri mahasiswi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia di Depok Juli 2011. Pada
penelitiaannya tersebut Anita Ayu Dwi Ajie Saputra meneliti pengaruh pemberian
kombinasi ekstrak air akar tanaman akar kucing dengan ekstrak rimpang jahe merah terhadap
penurunan kadar asam urat tikus putih jantan dari hasil penelitiannya pemberian rebusan
akar dari A. indica Linn ini mempunyai efek menurunkan kadar asam urat pada tikus putih
jantan yang diinduksi kalium oksonat pada dosis
2,7g/ 200 g bb; 5,4 g/ 200g bb; dan 10,8 g/200 g bb. Ketiga dosis ini dapat menurunkan kadar
asam urat tikus (Pratita, 2005). Pada penelitian lainnya telah dilakukan uji toksisitas akut
ekstrak air akar tanaman akar kucing dan pengaruhnya terhadap hematologi dan histologi
organ pada mencit. Hasil yang didapatkan adalah ekstrak air tanaman akar kucing praktis
tidak toksik (> 15 g/kg) dan pemberiannya secara oral tidak mempengaruhi hematologi dan
histologi organ jantung dan paru mencit (Anggraini, 2005).Pengobatan herbal sering
dikombinasikan dari beberapa tanaman obat untuk meningkatkan potensi dan khasiatnya.
Penderita gout kadang disertai dengan timbulnya inflamasi. Oleh karena itu, pengobatan
herbal pada penyakit gout dapat diberikan salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai
antiinflamasi, yaitu jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest
untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar kucing dan jahe terhadap penurunan
kadar asam urat, dengan membandingkan kadar asam urat sebelum diberi rebusan akar
kucing dan jahe dan sesudah diberi rebusanakar kucing dan jahe.
Data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa informasi yang
bersifat kualitatif. Informasi digali dari beragam sumber data dan jenis sumber data yang
meliputi: (1) Puskesmas Gelumbang (2) Wawancara masyarakat penderita asam urat di Desa
Pinang Banjar
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita asam urat di Desa
Pinang Banjar Kecamatan Gelumbang sejumlah 20 orang.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai responden. (Hidayat,
2009) Dari 20 responden, penulis mendapatkan 20 sampel yang digunakan sebagai penelitian,
dimana 12 responden tersebut sudah memenuhi kriteria inklusi yang sudah penulis tetapkan.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu cara pengambilan
sampel yang sesuai dengan tujuan dan kriteria yang sudah ditetapkan peneliti. (Sangadji dan
Sopiah, 2010)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
(indepth interview). Wawancara jenis ini biasanya lentur dan terbuka, tidak terstruktur, tidak
dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang-ulang kepada informan yang sama
(Patton dalam Sutopo, 2002:184). Kemudian dengan pengumpulan data dari puskesmas
Gelumbang Kecamatan Gelumbang
Unit analisis dalam penelitian ini adalah penderita asam urat Desa Pinang Banjar. Model
analisis yang dikembangkan adalah analisis interaktif (Miles & Huberman, dalam Sutopo,
2002/2005:186). Terdapat empat komponen dalam model ini, yaitu pengumpulan data,
reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses siklus.
Teknik analisa data juga menggunakan analisa univariat. Analisa univariat digunakan untuk
mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel yaitu nyeri pada penderita asam urat
sebelum dan sesudah di beri air ramuan jahe dan akar kucing
Berkaitan dengan proses pelaksanaan penelitian, tahap-tahap yang ditempuh meliputi tahap
prapenelitian, tahap penelitian, dan tahap pascapenelitian (Moleong, 1985). Pertama, tahap
prapenelitian merupakan kegiatan persiapan untuk mempertajam permasalahan penelitian.
Yang dilakukan adalah observasi di lapangan, pengumpulan bahan-bahan tertulis. Kemudian,
peneliti merumuskan permasalahan yang masih bersifat tentatif dalam bentuk
konsep awal yang pada akhirnya diperbaiki berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh. Termasuk dalam tahap ini adalah persiapan bahan atau perlengkapan
penelitian, penyiapan tape recorder, dan pengurusan perizinan. Kedua, tahap ini adalah tahap
yang sesungguhnya selama berada di lapangan.Pada tahap ini penelitian dilakukan di
lapangan dengan melibatkan anggota peneliti dan tenaga lapangan. Pada tahap ini pula,
dilakukan analisis data awal, dan pembuatan draft awal laporan hasil penelitian. Analisis data
awal dan draft awal ini diperbaiki menjadi laporan penelitian akhir yang disusun pada tahap
ketiga. Ketiga, tahap pascapenelitian adalah tahap kembali dari lapangan. Pada
tahap ini, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan antara lain menyusun konsep
laporan penelitian

HASIL
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan karakteristik responden berdasarkan umur,
jenis kelamin, distribusi frekuensi kadar asam urat sebelum diberi ramuan jahe merah dan
akar kucing terhadap penurunan kadar asam urat di DesaPInang Banjar Kecaamatan
Gelumbang, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Kadar Asam Urat Sebelum Diberi
ramuan jahe dan akar kucing

Kadar F %
Asam Urat
f%

11,7 1 8,3
7,1 1 1 8,3
7,2 1 8,3
8,4 1 8,3
8,7 3 25,0
9,0 3 25,0
9,2 1 8,3
9,7 1 8,3
Total 12 1000,0
Mean 8,87

Median 8,85

St.Dev. 1,71

Dari tabel di atas ditemukan ada 1 responden (8,3%) dengan kadar asam urat 11,7 mg/dl, 7,1
mg/dl, 7,2 mg/dl , 8,4 mg/dl, 9,2 mg/dl dan 9,7 mg/dl. Sedangkan ada 3 responden (25 %)
dengan kadar asam urat 8,7 mg/dl dan 9,0 mg/dl.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi
Kadar Asam Urat Sesudah Diberi
ramuan jahe dan akar kucing

Kadar Asam f %
Urat
5,7 2 16,7
5,9 4 33,3
6,8 1 8,3
7,2 1 8,3
7,3 2 16,7
7,8 1 8,3
8,7 1 8,3
total 12 100,0
mean 66,8
Median 6,35
St. Dev 9,88

Dari tabel di atas ditemukan ada 2 responden (16,7%) dengan kadar asam urat 5,7 mg/dl dan
7,3 mg/dl, 4 responden (33,3%) dengan kadar asam urat 5,9 mg/dl, 1 responden (8,3%)
dengan kadar asam urat 6,8 mg/dl, 7,2 mg/dl, 7,8 mg/dl dan 8,7 mg/dl.
Tabel 3
Perbandingan Kadar Asam Urat
Sebelum Dan Sesudah Diberi
ramuan jahe dan akar kucing
No. Res Pre Post
1 9,2 5,9
2 8,7 5,7
3 11,7 7,3
4 9,0 8,7
5 9,0 7,8
6 7,1 6,8
7 7,2 5,9
8 8,4 7,2
9 8,7 5,7
10 9,7 7,3
11 8,7 5,9
12 9,0 5,9

Dari tabel dapat dilihat bahwa ada perbedaan kadar asam urat sebelum diberi rebusan daun
salam dan sesudah diberi rebusan daun salam. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai kadar asam
urat responden pada tabel.

Tabel 4
Pengaruh Jahe Merah dan Akar Kucing
Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat
Mean T-test Ket
Pre Post Ada pengaruh
8,7 6,68 0,0000 (Ha) diterima

Dari data di atas diperoleh informasi bahwa untuk nilai rata-rata kadar asam urat sebelum
diberi ramuan jahe dan akar kucing 8.87 dan sesudah diberi ramuan jahe dan akar kucing
6.68 maka dapat disimpulkan bahwa ada penurunan kadar asam urat setelah diberi ramuan
jahe dan akar kucing. Hasil uji t-test adalah 0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan
kadar asam urat antara sebelum dan sesudah diberi ramuan jahe dan akar kucing, atau dengan
kata lain Ha diterima dan berarti ada pengaruh ramuan jahe dan akar kucing terhadap
penurunan kadar asam urat di Desa Pinang Banjar

PEMBAHASAN
. Hasil Perbandingan Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat di Desa
Pinang Banjar. Dari data yang diperoleh sebelum diberi ramuan jahe merah dan akar kucing,
kadar asam urat 7,1 mg/dl sampai 11,7 mg/dl. Artinya, semua responden
mempunyai kadar asam urat di atas batas normal. Setelah diberi ramuan jahe merah dan akar
kucing kadar asam urat responden berkisar antara 5,7 mg/dl sampai 8,7 mg/dl. Dimana 7
responden dari 12 responden sudah dalam batas normal untuk kadar asam uratnya.
Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
yaitu sebesar 66,7 % dengan kadar asam urat tinggi. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Agromedia (2009), bahwa secara alamiah laki laki berusia di atas 30 tahun lebih rentan
terkena penyakit asam urat. Pasalnya, kadar asam urat pada laki-laki cukup tinggi. Sementara,
kadar asam urat pada wanita umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause.
Responden wanita yang mengalami peningkatan kadar asam urat rata-rata
berusia diatas 50 tahun dan sudah pada masa menopause. Ini artinya, rebusan daun salam
dapat bermanfaat bagi penderita asam urat.
Hasil Analisa Univariat Perbandingan Sebelum dan Sesudah diberi ramuan jahe
merah dan akar kucing
Dari data diperoleh nilai ratarata sebelum diberi rebusan ramuan jahe merah dan akar kucing
adalah 8,87 lebih besar daripada setelah diberi ramuan jahe merah dan akar kucing yaitu 6,68.
Untuk nilai tengah sebelum diberi rebusan daun ramuan jahe merah dan akar kucing 6,35
yang berarti kadar asam urat responden mengalami penurunan dari awal sebelum diberi
ramuan jahe merah dan akar kucing. Mayoritas responden pada saat sebelum dilakukan
pemberian ramuan jahe merah dan akar kucing mengatakan bahwa responden sering
merasakan kaku-kaku pada
sendinya. Seperti yang diungkapkan oleh Misnadiarly (2007), bahwa tanda dan gejala asam
urat yang sering dialami berupa rasa nyeri di persendian yang terjadi secara mendadak.
Umumnya, terjadi pada malam hari atau menjelang pagi hari. Gejala lain yang muncul di
antaranya kemerahan dan pembengkakan di bagian yang diserang, demam, kedinginan,
dan detak jantung cepat. Pada umumnya, serangan pertama terjadi pada satu bagian sendi
dan serangan akan cepat menghilang. Serangan dapat terjadi lagi, tetapi dalam jangka
waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Serangan awal yang cepat menghilang ini membuat
banyak penderita tidak menyadari bahwa telah mengalami gejala asam urat.
Apabila tidak diobati dalam jangka waktu yang lama, serangan akan lebih sering terjadi dan
gejala asam urat akan menjadi lebih parah. Gejala asam urat yang sudah berat dapat
menyebabkan perubahan bentuk di bagian bagian tubuh yang terserang. Perubahan bentuk
biasanya terjadi di pergelangan kaki, punggung, lengan, lutut, tendon belakang, dan daun
telinga. Setelah diberi ramuan jahe merah dan akar kucing selama 7 hari, responden
mengatakan bahwa badan rasanya lebih nyaman dan kaku sendi sudah berkurang.

SIMPULAN
Dari data yang diperoleh sebelum diberi ramuan jahe merah dan akar kucing kadar
asam urat 7,1 mg/dl sampai 11,7 mg/dl. Artinya, semua responden mempunyai kadar asam
urat diatas batas normal. Setelah diberiramuan jahe merah dan akar kucing , kadar asam urat
responden berkisar antara 5,7 mg/dl sampai 8,7 mg/dl. Dimana 7 responden dari 12
responden sudah dalam batas normal untuk kadar asam uratnya.
Dari data diperoleh nilai rata-rata sebelum diberi ramuan jahe merah dan akar kucing
adalah 8,87 lebih besar daripada setelah yang diberi ramuan jahe merah dan akar kucing yaitu
6,68. Untuk nilai tengah sebelum diberi ramuan jahe merah dan akar kucing adalah 8,85
sedangkan untuk post pemberian ramuan jahe merah dan akar kucing adalah 6,35 yang berarti
kadar asam urat responden mengalami penurunan dari awal sebelum diberi ramuan jahe
merah dan akar kucing
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Asam Urat dan Rematik. PT Agromedia
Pustaka, Jakarta
Herliana, Ersi. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. FMedia, Jakarta.
Herman. 2014. Sandjaya. Buku Sakti Pencegahan dan Penanganan Asam Urat. Mantra
Books, Yogyakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika, Jakarta.
Mahmud D. 2008. Buku Pintar Sehat Seumur Hidup. Yayasan Media Kesehatan Alternatif
Sarana Bantuan Kesehatan, Jakarta.
Winasis. E.G. 2015. Penakluk Asam Urat dan Diabetes. Araska, Yogyakarta.
Kloppenburg, J. Versteegh. 1983, Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-Tanaman di
Indonesia dan Khasiatnya sebagai Obat-Obatan Tradisional, Jilid I (Yogyakarta: Yayasan
Dana Sejahtera, CD. RS. Bethesda, dan Andi Offset)>
Dewani dan Maloedyn Sitanggang (2006). 33 Ramuan Penakluk Asam Urat. Jakarta :
AgroMedia Putaka
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma (2006). Atasi Rrematik dan Asam Urat Ala Hembing.
Jakarta: Pupa Swara
Ir. Lukas Tersono Adi (2007). Tanaman Obat dan Jus untuk Asam Urat dan Rematik.Jakarta:
Agro Media Pustaka
Anita Ayu Dwi Ajie Saputri. Pengaruh Pemberian Jahe Merah dan tanaman Akar Kucing
Pada Penderita Asam Urat, FMIPA UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai