Anda di halaman 1dari 7

ANEMIA

Anemia sering disebut sebagai penyakit kurang darah. pengertian tersebut sebenarnya
kurang tepat, sebab anemia ditemui juga pada seseorang yang mempunyai jumlah sel
darah merah normal, namun ternyata jumlah hemoglobin dalam setiap sel darah
merahnya kurang. Jadi, anemia sebenarnya adalah penyakit akibat kekurangan
hemoglobin di dalam darah.

Penyebab anemia dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya


kandungan hemoglobin dalam eritrosit, kurangnya jumlah eritrosit dalam darah, dan
atau kurangnya volume darah dari volume normal. Kekurangan hemoglobin ini
menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen menjadi rendah . lihat gambar 10!

Gb.10. perbedaan jumlah eritrosit dalam darah antara orang sehat


(kiri) dengan orang penderita anemia (kanan)
Anemia juga dapat terjadi jika tubuh seseorang terluka dan mengeluarkan banyak
darah, misalnya skibat kecelakaan. Kekurangan darah ini dapat diatasi dengan transfusi
darah. Anemia juga dapat terjadi karena kekurangan ion besi, atau kekurangan vitamin
B12 (yang membantu pematangan sel darah merah), anemia ini disebut anemia
pernisiosa. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B12 atau
mengkonsumsi makanan sumber zat besi.

Ada jenis anemia yang bersipat genetis dan mematikan, yaitu thalasemia dan sickle
cell anemia (anemia sel sabit). Apakah perbedaan antara
keduanya? Thalasemia disebabkan kegagalan pembentukan hemoglobin akibat
kerusakan gen globin. Sedangkan anemia sel sabit disebabkan adanya eritrisit yang
berbentuk bulan sabit.

Anemia pada ibu hamil dan menyusui dapat diatasi atau dicegah dengan mengkonsumsi
makanan sumber zat besi dan vitamin B12, seperti susu, telur, hati ayam dan hati sapi.

THALASEMIA

Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi kelainan genetika dimana
tubuh tidak mampu memproduksi globin, suatu protein pembentuk hemoglobin.
Kalaupun penderita thalasemia mampu memproduksi eritrosit, biasanya usia sel
darahnya lebih singkat dan lebih rapuh atau lebih mudah rusak. Penyakit ini bersipat
genetis, artinya diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya,secara resesif.
Gb.11. kondisi eritrosit pada orang sehat (kiri) dan Pada penderita thalasemia
(kanan).

Secara klinis thalasemia dibedakan menjadi 3 tingkatan sesuai beratnya gejala klinis,
yaitu thalasemai mayor, thalasemia intermedia, thalasemia minor atau troit (pembawa
sifat). Batas di antara tingkatan tersebut sering kurang jelas. Namun gejala dari ketiga
tingkatan thalasemia tersebut dapat diperkirakan.yaitu sebagai berikut:

Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)

Penderita thalasemia ini mengalami anemia berat, mulai umur 3-6 bulan setelah lahir
dan tidak dapat hidup tanpa di tranfusi. Ini dapat berakibat fatal, karena efek samping
dari tranfusi darah yang terus menerus yaitu berupa kelebihan zat desi (Fe). Hati dan
limpa mengalami pembesaran akibat penangkapan dan penghancuran sel darah merah
yang rusak secara berlebihan. Bahkan limpa yang membesar tersebut dapat
menghancurkan sel darah merah yang belum rusak.

Salah satu ciri fisik dari penderita thalasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang
pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol(disebut gacies cooley), penonjolan
dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.
Pertumbuhan gigi pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai umur atau berat badan kurang. Dan perut membuncit.
Jika penderita tidak sering mendapat tranfusi darah, kulit akan menjadi kelabu serupa
dengan besi akibat penimbunan besi dalam jarinagn kulit.

Gb.12. penderita thalasemia mayor.

Thalasemia intermedia. Penderita thalasemia tingkat ini kedaan klinisnya lebih baik
atau gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan penderita thalasemia mayor. Gejala
anemia tergolong sedang. Gejala perubahan bentuk wajah seperti pada thalesemia
mayor dan gambaran kelebiahan beban besi, baru nampak pada masa dewasa.

Thalasemia minor atau troit (pembawa sifat).

Penderita thalasemia ini umumnya tidak memiliki gejala klinis yang khas, hanya ditandai
oleh anemia mikrositin atau anemia ringan.

Dapatkah thalasemia dicegah atau diobati?

Untuk mencegah terjadinya thalasemia pada keturunan atau anak, pasangan wanita dan
pria yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai
hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.

Peluang untuk sembuh dari thalasemia memang masih tergolong kecil karena
dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan darah donor dan biaya. Untuk bisa bertahan
hidup, penderita thalasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan
tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya normal
yaitu 12gr/dL (gram per desiliter), dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk
memantau kadar zat besi di dalam tubuh.

Penderita thalasemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau


diasamkan dan produk fermentasi. Karena makanan tersebut dapat meningkatkan
penyerapan zat besi di dalam tubuh. Salah satu cara untuk mengobati thalasemia adalah
dengan transflantasisumsum tulang dan teknologi sel punca (stem cell). Pada tahun
2009, seorang penderita thalasemia dari india berhasil sembuh setelah memperoleh
ekstrak sel punca dari adiknya yang baru lahir.

LEUKIMIA (KANKER DARAH)

Leukimia (kanker darah) adalah gangguan pada sistem peredaran darah dimana jumlah
sel darah putih (leukosit) jauh diatas jumlah normal, akibat pembelahan sel leukosit
yang tak terkendali. Disamping itu, sel darah puti akan menjadi ‘ganas’ karena
memakan sel-sel darah merah (eritrosit), sehingga orang tersebut menjadi anemia
berat.

Gb.13. fotomikrograf sel kanker penyebab leukimia

Penderita leukimia menunjukan gejala seperti mudah terkena penyakit infeksi, anemia
dan pendarahan. Ada 2 tingkatan leukimia, yaitu leukimia akut dan leukimia
kronis. Perbedaan di antara keduanya adalah; pada leukimia akut di tandai oleh suatu
‘perjalanan’ penyakit yang sangat cepat, memburuk, dan mematikan. Apabila penderita
penyakit ini tidak segera mendapat perawatan atau di obati, maka dapat menyebabkan
kematian dalam hitungan minggu atau hari.
Sedangkan pada leukimia kronis ditandai dengan suatu ‘perjalanan’ penyakit yang
tidak begitu cepat, sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari
satu tahun. Leukimia dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis selnya yaitu leukimia
limfositik, dan leukimia mielositik. Apabila pada saat pemeriksaan diketahui leukimia
mempengaruhi limfosit atau sel limfoid maka maka disebut leukimia limfositik.
Sedangkan apabila leukimia mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan
eosinofil maka disebut leukimia mielositik.

Gb.14.sel kanker: (a)leukimia limfositik,(b) leukimia mielositik.

HEMOFILIA

Hemofilia adalah penyakit pada darah dimana darah sulit membeku. Luka yang sedikit
saja dapat menyebabkan darah akan mengucur terus sehingga penderita dapat
mengalami kekurangan darah, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyak ini bersifat
menurun, diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya. Kaum pria lebih besar
kemungkinan mendapat warisan penyakit ini karena gen hemofilia menampakkan
pengruhnya pada laki-laki. Sebaliknya, hemofilia bersifat mematikan sehingga anak
perempuan penderita akan mati sebelum dewasa. Karena menurun penyakit ini tidak
bisa disembuhkan. Untuk mencegahnya, hindari perkawinan dengan orang yang
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan penderita hemofilia.

VARISES

Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) sehingga tampak membesar.

Penyebab varises:

1) Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena


melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagai mana mestinya.
Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu
pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan dinamisasi otot disekitarnya.
2) Rusaknya katup pembuluh vena, kita ketahui bahwa katup atau klep ini bertugas
menahan darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang
rusak membuat darah bekumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang
mengganggu aliran darah.

Pemicu varises antara lain adalah faktor keturunan, kehamilan, kurang gerak, merokok,
terlalu banyak berdiri, menderita kolesrterol tinggi dan kencin manis, juga karena sering
memakai sepatu hak tinggi. Karenanya, agar seseorang dapat terhindar dari varises atau
meminimalkan resiko timbulnya varises, maka tinggalkan kebiasaan hidup yang memicu
timbulnya varises. Misalnya dengan rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan yang
sehat, tidak merokok, dan atau meliruskan posisi kaki saat duduk. Gejala terjadinya
varises:
 Mula-mula kaki dan tungkai terasa berat, di ikuti otot yang mudah pegal, kaki
panas, dan sakit seputar kaki maupun tungkai. Biasanya rasa sakit dirasakan
menjelang malam, akibat tidak lancarnya aliran darah.
 Mudah kram, meski kaki dalam kondisi santai.
 Muncul pelebaran pembuluh darah rambut yang mirip jaring laba-laba (spider
navy).
 Kaki bengkak (oedema) karena adanya pembendungan darah.
 Perubahan pada pembuluh vena luar, misalnya di betis bagian belakang tampak
urat kebiru-biruan dan berbelok-belok. Keadaan ini merupakan gejala varises kronis.

Gambar 15.varises pada pembuluh balik (Vena) kaki

ANGINA PEKTORIS

Angina pektoris yang dikenal sebagai Angin Duduk merupakan suatu sindroma
gangguan pada dada berupa rasa nyeri atau tertekan yang bersifat sementara, saat
sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan. Gangguan yang menyerang
jantung ini terjadi karena kurangnya pasokan oksigen akibat terganggunya aliran darah
ke arteri yang mengalirkan darah ke dalam miokardium (otot jantung). Penyumbatan
atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan angina adalah jika penyumbatan
mencapai 70%. Namn beberapa orangyang mengalami nyeri dada, terkadang memiliki
arteri jantung normal. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan komponen darah,
kekurangan oksigen, adanya anemia parah, atau kebiasaan merokok.

Penderita angina biasanya laki-laki berusia diatas 50 tahun atau wanita berusia diatas 60
tahun. Beberapa lokasi di tubuh yang bisa merasakan nyeri antara lain bahu kiri atau di
lengan kiri sebelah dalam, punggung, tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan
(kadang-kadang). Angina pektoris dapat berkembang menjadi infark
miokard (serangan jantung). Apabila serangan ini datang ketika kita sedang sendiri,
yang perlu dilakukan adalah jangan panik, ambil nafas dalam-dalam dan berusahalah
batuk sekencang mungkin, karena hal ini dapat memberikan asupan oksigen yang
dibutuhkan jantung.

Angina pektoris dibedakan menjadi 3 macam, yaitu Angian klasik (stabil),Angina


varian, dan Angina tidak stabil. Angina klasik biasanya terjadi saat seseorang
melakukan aktifitas fisik. Angina varian biasanya terjadi saat istirahat dan biasanya
terjadi di pagi hari. Sedangkan angina tidak stabil tidak dapat di prediksi waktu
kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat melakukan kegiatan fisik.
Gb.16. arterosklerosis jantung, penyebab angina.

JANTUNG KORONER

Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding bagian dalam dari pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Hal inilama
kelamaan diikuti oleh berbagai prose4s antara lain seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran dan pembekuan darah pada dinding pembuluh jantung tersebut, yang
semua itu akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. menyenpitnya
pembuluh darah jantung ini tentu dapat mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan angina pektoris (nyeri
dada) atau bahkan hingga infark jantung ( serangan jantung) yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.

Adapun beberapa faktor penyebab penyakit jantung koroner adalah: tekanan darah
tinggi (hipertensi), kadar kolesterol (LDL) tinggi sedangkan kolesterol HDL rendah,
merokok, diabetes melitus, kegemukan (obesitas), faktor keturunan, kurang olah raga,
dan stres.
Apabila terdapat dua atau lebih faktor penyebab tersebut pada diri seseorang, maka
akan berlipat kali pula resiko terkena penyakit jantung koroner.

Gb.17. potongan melintang pembuluh arteri yang (a) normal, dan yang (b)
menyempit karena timbunan kolesterol.

Siswa SMP demikian uraian singkat mengenai Penyakit Pada Sistem Peredaran Darah
Manusia, diharapkan kamu sudah memahaminya. Kini kamu dapat membedakan antara
penyakit atau gangguan yang menyerang darah dengan yang menyerang alat peredaran
darah, bukan? Selain itu kamu juga dapat membedakan penyakit-penyakit tersebut dari
gejala-gejalanya, bukan? Bagus! Sekarang coba kamu kerjakan Latihan soal 4 berikut
ini. Usahakan tidak melihat kembali ke uraian meteri, agar kamu mengetahui sejauh
mana pemahaman kamu tentang uraian materi yang sudah kamu pelajari

Anda mungkin juga menyukai