Anda di halaman 1dari 41

CASE PRESENTATION

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM KAPITASI BERBASIS


KOMPETENSI (KBK) DI UPTD PUSKESMAS HALMAHERA
KOTA SEMARANG TAHUN 2018

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh:

Rinda Irandriana
30101407307
HALAMAN JUDUL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM KAPITASI BERBASIS


KOMPETENSI (KBK) DI UPTD PUSKESMAS HALMAHERA

KOTA SEMARANG TAHUN 2018

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Rinda Irandriana

30101407307

Telah diterima dan disetujui di depan tim penilai

UPTD Puskesmas Halmahera

Mengetahui

Kepala Puskesmas Halmahera Pembimbing IKM

dr. Turi Setyawati dr. Suryani Yulianti, M.Kes


Kepala Bagian IKM FK Unissula Pembimbing Puskesmas Halmahera

dr. Siti Thomas Zulaikha, SKM, M.Kes dr. Turi Setyawati

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus mengenai manajemen pelaksanaan sistem kbk (kapitasi berbasis
komitmen pelayanan) di puskesmas ngaliyan semarang.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka


menjalankan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini
memuat data tentang Manajemen pelaksanaan sistem kbk (kapitasi berbasis
komitmen pelayanan) di Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2018.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
a. dr. Turi Setyawati, selaku Kepala Puskesmas Halmahera yang telah
memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Halmahera
Kota Semarang.
b. dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes selaku pembimbing Ilmu Kesehatan
Masyarakat FK UNISSULA
c. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Halmahera atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus Manajemen
pelaksanaan sistem kbk (kapitasi berbasis komitmen pelayanan) di puskesmas
Halmahera Kota Semarang ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….…………………………………………………………i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

PRAKATA.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3

1.4 Manfaat...........................................................................................................4

1.4.1 Manfaat untuk Puskesmas.......................................................................4

1.4.2 Manfaat untuk Mahasiswa.......................................................................4

BAB II ANALISIS SITUASI DAN DASAR TEORI..........................................5

2.1 Profil Puskesmas............................................................................................5

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)...............................................................5

2.3 Kapitasi...........................................................................................................6

2.4 Kapitasi Berbasis Kompetensi........................................................................9

2.5 Indikator KBK..............................................................................................10

2.6 Indikator Komitmen Pelayanan....................................................................12

2.6.1 Angka Kontak (AK)...............................................................................12

2.6.2 Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS)...............14

2.6.3 Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP (RPPB).................15

2.6.4 Indikator Tambahan dalam Komitmen Pelayanan.................................21

4
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA MASALAH...................................27

3.1 Pembahasan..................................................................................................27

3.1.1 Data Jumlah Peserta BPJS di Puskesmas Halmahera tahun 2018.........27

3.1.2 Pencapaian Indikator Komitmen Layanan terhadap Jumlah Kapitasi


yang dibayarkan pada Puskesmas Halmahera tahun 2018.............................28

3.2 Pencapaian Indikator Komitmen Layanan terhadap Biaya Kapitasi yang


dibayarkan pada FKTP :.....................................................................................29

3.3 Analisis Masalah..........................................................................................29

3.3.1 Analisis Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem......29

3.4 Usulan Pemecahan Masalah.........................................................................32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................34

4.1 Kesimpulan...................................................................................................34

4.2 Saran.............................................................................................................35

BAB V PENUTUP................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia.
Negara bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan sosial nasional bagi
upaya kesehatan perorangan (UU Nomor 36 Tahun 2009). Untuk
mengupayakan komitmen tersebut maka pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan suatu badan penyelenggara
jaminan sosial. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
menetapkan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
sebagai badan penyelenggara program jaminan kesehatan tersebut
(Permenkes No. 28, 2014).

Berdasarkan BPJS Kesehatan (2014), dapat disimpulkan bahwa


program JKN menitikberatkan pada prinsip managed care, dimana terdapat
empat pilar, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prinsip ini
difokuskan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, seperti puskesmas,
klinik, dan praktek dokter yang menjadi gerbang utama peserta BPJS
Kesehatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. FKTP sebagai pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama sekaligus bertindak sebagai
gatekeeper harus mampu melaksanakan empat fungsi pokok pelayanan
primer yang meliputi kontak pertamapelayanan (first contact), pelayanan
berkelanjutan (continuity), pelayanan paripurna (comprehensiveness), dan
koordinasipelayanan (coordination).Untuk itu, kualitas FKTP harus
ditingkatkan agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik
(BPJS Kesehatan, 2014).

6
Konsep Primary Health Care (PHC) dalam penguatan fasilitas
pelayanan kesehatan primer dapat mendorong efisiensi dalam pelayanan
kesehatan. Penguatan peran petugas upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan di layanan primer menjamin keberlangsungan
program JKN. Kendali mutu dan kendali biaya pelayanan primer untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau perlu
ditunjang oleh sumber daya kesehatan yang bekerja di pelayanan primer,
kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup pelayanan, dan komitmen
pelayanan (Utami, 2016). BPJS Kesehatan selain mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan juga mengembangkan sistem kendali mutu pelayanan
dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan melalui pembayaran Kapitasi
Berbasis Komitmen Pelayanan (KBK) (BPJS Kesehatan, 2016).
Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan adalah penyesuaian
besaran tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator
pelayanan kesehatan perseorangan yang disepakati berupa komitmen
pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan. Dalam pelaksanaan pembayaran KBK, penilaian terhadap
FKTP dilihat berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi; Angka
Kontak ≥ 150 per mil, Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik < 5%,
dan Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP ≥ 50%. Apabila
FKTP dapat memenuhi indikator tersebut, maka FKTP termasuk di dalam
zona aman dan jika melebihi terget indikator tersebut, maka FKTP termasuk
di dalam zona prestasi. Khusus bagi puskesmas, terdapat indikator tambahan
untuk mengetahui peneyelenggaraan kegiatan promotif preventif di
puskesmas, yaitu Rasio Kunjungan Rumah yang harus mencapai 8,33% per
bulan atau 100% per tahun(PB No. 3/2016).
Berdasarkan hasil capaian KBK Puskesmas Halmahera Semarang
pada bulan januari - september 2018 didapatkan bahwa target indikator
angka kontak berada di zona aman. Sedangkan indikator rasio rujukan non
spesialis dan rasio prolanis berkunjung ke FKTP didapatkan hasil berada
pada zona aman pada bulan januari-september 2018. Namun target
pencapaian masing-masing indikator belum dapat mencapai zona prestasi.
Maka penting dilakukan penelitian mengenai Pelaksanaan Sistem KBK
(Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan) Jaminan Kesehatan Nasional di
Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana capaian target indikator dalam Sistem KBK di UPTD


Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2018?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisa capaian target indikator sistem


KBK tahun 2018, serta memberikan alternatif pemecahan masalah
dalam rangka upaya perbaikan kinerja di Puskesmas Halmahera
Kota Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dalam hasil


capaian indikator KBK bulan januari – september 2018 di
Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah dalam
hasil capaian indikator KBK bulan januari – september
2018 yang ditemukan di Puskesmas Halmahera Kota
Semarang.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari
prioritas masalah dalam hasil capaian indikator KBK bulan
januari – september 2018 yang ditemukan di Puskesmas
Halmahera Kota Semarang.
1.3.2.4 Mahasiswan mampu alternatif pemecahan masalah dari
prioritas masalah dalam hasil capaian indikator KBK bulan
januari – september 2018 yang ditemukan di Puskesmas
Halmahera Kota Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

8
1.4.1. Bagi Puskesmas

Sebagai salah satu sumber informasi bagi Puskesmas


Halmahera Kota Semarang dalam rangka penentuan arah kebijakan,
perbaikan dalam hal dalam hasil capaian indikator KBK di
Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
1.4.2. Bagi Mahasiswa

1.4.3.1. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan

yang ada di Puskesmas Halmahera Kota Semarang

berkaitan dengan sistem KBK.


1.4.3.2. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai

penemuan masalah sampai memberikan alternatif

pemecahan masalah.
BAB II

ANALISIS SITUASI DAN DASAR TEORI

2.1. Profil Puskesmas


2.1.1. Data Umum
2.1.2.1. Data Wilayah

Puskesmas Halmahera mempunyai beberapa ruang

pelayanan, diantaranya pelayanan pemeriksaan umum,

ruang tindakan, ruang MTBS, gigi, farmasi, KIA,

pertolongan persalinan, pasca persalinan dan ruang rawat

inap. Sedangkan jumlah penduduk Puskesmas Halmahera

31.438 jiwa.

2.1.2.2. Batas Wilayah

Kel.
Kel. Bojong Salaman

Peku
nde
n

Kel. Kel.
Lem Pete
pong rong
sari an

Gambar 2.1. Peta wilayah kerja Puskesmas Halmahera Semarang

Keterangan:

Sebelah Barat Laut : Kelurahan Sari Rejo

Sebelah Timur Laut : Kelurahan Rejosari

10
Sebelah Barat Daya : Kelurahan Karang Turi

Sebelah Tenggara : Kelurahan Karang Tempel

2.1.2.3. Data Penduduk

Tabel 2.2. Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran

Luas Kepadatan
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Wilayah Penduduk RT RW
Penduduk KK
(Km2) (Jiwa/Km2)
1 Karangtempel 0,53 4.217 7957 40 5 1.306
2 Karangturi 0,92 2.995 3255 27 5 805
3 Sarirejo 0,99 8.337 8421 50 8 2.866
4 Rejosari 0,67 15.889 23715 131 15 3.517
Jumlah 3,11 31.438 288 33 8.494
2.1.2.4. Visi, Misi, Motto, Tupoksi, dan Tata Nilai

1. Visi Puskesmas

” Menjadikan Puskesmas Unggulan dengan Pelayanan


Kesehatan yang bermutu dan Profesional menuju
Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”
2. Misi Puskesmas

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,


mudah, cepat, dan tepat.
b. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan
masyarakat untuk hidup sehat.
3. Motto Puskesmas

“ Tiada Hari Tanpa Pelayanan Prima”


4. Tugas Pokok Puskesmas

UPT Puskesmas mempunyai tugas pokok

melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna

kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas

juga harus melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan.

5. Fungsi Puskesmas

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan
Sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.


b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjanya dalam rangka peningkatan kemampuan

hidup sehat.

12
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
- Pelayanan Kesehatan Perorangan
- Pelayanan Kesehatan Masyarakat

6. Tata Nilai Puskesmas

“Hebat Oke”
 Humanis
 Empati
 Berani
 Akuntabilitas
 Tanggap
 Optimis
 Kemitraa
 Edukasi
2.1.2.5. Sarana dan Prasarana

Tabel 2.3. Sarana Prasarana Puskesmas Halmahera

No Nama bangunan Jumlah ruangan Kondisi


1 Ruang Kepala Puskesmas 1 Baik
2 Ruang Ka. Sub. Bag. Tata 1 Baik
Usaha
3 Ruang BP umum 2 Baik
4 Ruang Anak / MTBS 1 Baik
5 Ruang BP Gigi 1 Baik
6 Ruang Gizi / Laktasi 1 Baik
7 Ruang KIA 1 Baik
8 Ruang KB 1 Baik
9 Ruang Imunsasi 1 Baik
10 Ruang Bp Lansia 1 Baik
11 Ruang obat 1 Baik
12 Ruang Laborat 1 Baik
13 Gudang Obat 1 Baik
14 Ruang loket 1 Baik
15 Ruang Tunggu 1 Baik
16 Ruang Dapur 1 Baik
17 Ruang Gudang 1 Baik
18 Ruang UGD 1 Baik
19 Ruang jaga perawat 1 Baik
20 Ruang Rawat Inap 2 Baik
21 Ruang Jaga Bidan 1 Baik
22 Ruang VK 1 Baik
23 Ruang Perawatan Bersalin 1 Baik
24 Ruang Perpustakaan 1 Baik
25 Ruang RM / Data 1 Baik
26 Ruang klinik sanitasi 1 Baik
27 Ruang Pendidikan dan data 1 Baik
28 Ruang rapat 2 Baik
29 Ruang aula besar 1 Baik
30 Garasi Mobil Puskesling 1 Baik

14
2.1.2. Situasi Sumber Daya Kesehatan

2.1.2.1. Ketenagakerjaan

Tabel 2.4. Jumlah Ketenagaan Puskesmas Halmahera

No Jenis Tenaga Jumlah Lebih Kurang


1 Kepala Puskesmas 1 - -
2 Ka. Sub. Bag Tata Usaha 1 - -
3 Dokter Umum/Fungsional 3 - -
4 Dokter gigi 1 - -
5 Bidan 11 - -
6 Perawat 10 - -
7 Perawat Gigi 1 - -
8 Sanitarian 1 - -
9 Apoteker 1 - -
10 Ass Apoteker 1 - -
10 Analis Kesehatan/ laborat 2 - -
11 Nutrisionis 1 - -
12 Epidemiolog 1 - -
13 Pengolah simpus/data 2 - -
14 Bendahara/Pengurus barang - - 1
15 Penyuluh Kes.Masyarakat - - 1
16 Bendahara APBD - - 1
17 Bendahara BOK - - 1
18 Bendahara BLUD - - 1
19 Pengadministrasi 2 - -
20 Petugas Loket 3 - -
21 Penjaga malam 1 - 1
22 Pengemudi 2 - 1
23 Petugas kebersihan / CS 4 - -
Jumlah 50 8
Tabel 2.5. Standar tenaga minimal Puskesmas Menurut PMK No. 75
Tahun 2014

Diketahui dari data tersebut bahwa ketenagaan di Puskesmas Halmahera tidak


kekurangan dan sudah mencukupi standar tenaga minimal menurut PMK No. 75
Tahun 2014.

16
KEPALA PUSKESMAS

dr. Turi Setyawat

Ka Sub Bag Tata


Usaha

Heri Tavianto, SH

Perencanaan Keuangan Adm /U

Wuri Suhest, Amd. Yuci Purwaning S, Sri Kha


Keb Amd AK Khayat

Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Jaringan
Penanggung Jawab UKP, UKM dan Kepeawatan
Pelayanan Puskesmas dan Jejaring
Kefarmasian dan Laboratorium Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Masyarakat

Arvin Faizatun,
dr. Elianna Widiastut drg. Susilowat
Sfarm,Apt

Rawat Bersalin Gizi Klinik

Theresia Spika SKM


Tri Suksesi H, S.Tr Keb. dr. Sri Windart

Promkes

Rawat Inap Nunik Iscahyani,Amk

Mastko, Amk Apotk

KIA/KB
Arvin Faizatun,
S.Farm, Apt
Laboratorium Sri Sugiyant,S Si T

Nur Aini Amalia, Amd AK.

Kesehatan Lingkungan

Rawat Jalan Mulyadi Bidan / Dokter

Mey Heny Puji Astut, Amk dr. Cahyaningrum

Pencegahan Penyakit

Mastko, Amk
Farmasi
Perkesmas
Arvin Faizatun, S.Farm Apt
Indah Kurniawat,Amk

Pengembangan /
Lansia

Sri Rejeki

Gambar 2.2. Struktur organisasi Puskesmas Halmahera

18
2.2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia


merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan
Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui Asuransi Kesehatan Sosial yang
bersifat wajib. Tujuannya adalah agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi
dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes RI, 2013).

Pembiayaan jaminan kesehatan terdiri dari:

1. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan


secara teratur oleh peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk
program Jaminan Kesehatan (PERPRES No. 19/2016).

2. Pembayar Iuran

a) Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

b) Bagi peserta Pekerja Penerima Upah, iurannya dibayar oleh


Pemberi Kerja dan Pekerja.

c) Bagi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta Bukan


Pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.

d) Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan


ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial,
ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak (Kemenkes RI,
2013).

3. Pembayaran Iuran

Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan


berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau
suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap
pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan
iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan
iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh)
jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja. Peserta pekerja bukan
penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib membayar iuran pada
setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran dapat
dilakukan di awal. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan iuran sesuai dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal
terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan
memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran.
Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan
pembayaran iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pembayaran iuran diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan
(Kemenkes RI, 2013).

2.3 Kapitasi
Kapitasi adalah sebuah metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan
dimana penyedia layanan dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa
memperhatikan jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya diberikan. Tarif
kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan (PB No.
3/2016).

BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada FKTP secara praupaya


berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar di FKTP. Penetapan
besaran tarif kapitasi dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara BPJS
Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan dengan mempertimbangkan
kriteria sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup
pelayanan, dan komitmen pelayanan (PMK No.12/2016).

20
Standar tarif kapitasi di FKTP sebagaimana yang tertulis di Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 12 tahun 2016 ditetapkan sebagai berikut:

a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00 (tiga


ribu rupiah) sampai dengan Rp6.000,00 (enam ribu rupiah) per peserta
per bulan;

b. rumah sakit kelas D pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas
kesehatan yang setara sebesar Rp8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai
dengan Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per peserta per bulan; dan

c. praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp2.000,00 (dua ribu rupiah) per
peserta per bulan.

2.4 Kapitasi Berbasis Kompetensi


Berdasarkan Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
dan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor
HK.02.05/III/SK/089/2016 Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembayaran Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama dapat diketahui bahwa:

a. Komitmen pelayanan adalah komitmen FKTP untuk meningkatkan mutu


pelayanan melalui pencapaian indikator pelayanan kesehatan
perseorangan yang disepakati.

b. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan adalah penyesuaian


besaran tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator
pelayanan kesehatan FKTP dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Berdasarkan Info BPJS Kesehatan (2016), pelaksanaan KBK adalah
salah satu upaya untuk membangun pelayanan bermutu bagi peserta JKN
dengan mengintegrasikan sistem pembiayaan dan penilaian kinerja
FKTP. Tujuan dari penerapan KBK ini adalah meningkatkan performa
FKTP, diukur melalui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian
kinerja atas indikator tertentu akan menimbulkan konsekuensi, bila
kinerja baik di FKTP mendapat reward. Sebaliknya jika kinerja buruk,
maka ada pengurangan besaran kapitasi. Manfaat adanya pengakuan
dengan mendapat reward, otomatis dapat kepercayaan dari masyarakat.

Pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan pada FKTP


merupakan bagian dari pengembangan sistem kendali mutu pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Perjanjian kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan FKTP mengenai
penerapan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan pada
FKTP dilaksanakan setelah adanya kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan
Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (PB No.
3/2016).

2.5 Indikator KBK


Pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan
dinilai berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi:
a. Angka kontak
Angka kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat
aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh
peserta berdasarkan jumlah peserta JKN (per nomor identitas
peserta) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan
baik di dalam gedung maupun di luar gedung tanpa
memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.
Indikator angka kontak dihitung dengan formulasi perhitungan
sebagai berikut:
Angka Kontak = jumlah peserta yang melakukan kontak x 1000
jumlah peserta yang terdaftar di FKTP

Jumlah peserta terdaftar adalah jumlah peserta JKN yang


terdaftar di suatu FKTP per bulan. Bentuk kontak yang menjadi
penilaian adalah sebagai berikut:
a) Tempat kontak, yang berada di FKTP (puskesmas, klinik,
dokter praktik perorangan (DPP), rumah sakit kelas D
pratama), jaringan pelayanan puskesmas (puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa), jejaring

22
fasilitas pelayanan kesehatan (apotek, laboratorium, bidan,
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya), upaya kesehatan
berbasis masyarakat (UKBM) seperti pos pelayanan terpadu
(posyandu), pos pembinaan terpadu (posbindu), pos
kesehatan kesa (poskesdes), posyandu lansia, dan tempat
kontak lainnya yang disepakati.
b) Jenis pelayanan, diberikan oleh FKTP dalam bentuk; 1)
Kunjungan sakit, seperti pelayanan pemeriksaan,
pengobatan, dan konsultasi medis termasuk pelayanan obat
dan bahan medis habis pakai, pelayanan tindakan medis non
spesialistik, baik operatif maupun non operatif, termasuk
transfusi darah, pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama, pelayanan rawat inap tingkat
pertama, pelayanan persalinan, kebidanan dan neonatal
sesui dengan kondisi fasilitas kesehatan, pelayanan gawat
darurat termasuk penanganan kasus medis yang
membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan, home visit pasien sakit, pelayanan kasus medis
rujuk balik termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan
konsultasi medis, pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai; dan 2) Kunjungan sehat, seperti pelayanan imunisasi,
pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau
kelompok, pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, serta
keluarga berencana (KB), home visit, dan senam sehat.
c) Bentuk kontak lain yang dapat diukur dan telah disepakati
antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan BPJS
Kesehatan, baik kunjungan sakit maupun kunjungan sehat.
Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil
pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis
pelayanan yang dicatatkan pada aplikasi P-Care (PB
No.3/2016).
b. Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS)
Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik merupakan indikator
untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara
FKTP dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan kualitas
pelayanan di FKTP sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai
indikasi medis dan kompetensi FKTP.
Indikator rasio rujukan rawat jalan non spesialistik dihitung
dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik x 100
jumlah rujukan FKTP

Jumlah rujukan rawat jalan non spesialistik adalah jumlah


peserta yang dirujuk dengan diagnosa yang termasuk dalam jenis
penyakit yang menjadi kompetensi dokter di FKTP sessuai ketentuan
peraturan perundang-undangan atau berdasarkan kesepakatan antara
BPJS Kesehatan, FKTP, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Organisasi Profesi dengan memperhatikan kemampuan pelayanan
FKTP dan progresifitas penyakit yang merupakan keadaan khusus
pasien dan/atau kedaruratan medis, serta dituangkan secara tertulis
dalam perjanjian kerjasama. Jumlah rujukan FKTP adalah total
jumlah peserta yang dirujuk ke FKTRL oleh FKTP.
Pembahasan dan kesepakatan bersama terkait 144 diagnosa yang
harus ditangani secara tuntas di FKTP serta kriteria Time-Age-
Complication- Comorbidity (TACC) untuk kelayakan rujukan kasus
tersebut (yang telah disepakati dapat ditangani secara tuntas) ke
FKTRL, dilakukan melalui kegiatan pertemuan daerah antara BPJS
Kesehatan dan FKTP yang melibatkan Dinas Kesehatan, Tim
Kendali Mutu Kendali Biaya dan Organisasi Profesi wilayah
setempat, yang selanjutnya disebut sebagai peer review kasus non
spesialistik. Hasil kesepakatan dari kegiatan peer review kasus non
spesialistik menjadi dasar perhitungan rasio rujukan rawat jalan
kasus non spesialistik di masing-masing FKTP. Sumber data yang
digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan

24
rujukan peserta ke FKTRL yang dicatatkan pada aplikasi P-
Care. Angka rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang dihitung
adalah kasus rujukan dengan diagnosa yang termasuk dalam
kesepakatan (PB No.3/2016).
c. Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP (RPPB)
Rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP
merupakan indikator untuk mengetahui kesinambungan pelayanan
penyakit kronis yang disepakati oleh BPJS Kesehatan dan FKTP
terhadap peserta prolanis.
Indikator rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP dihitung
dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
RPPB = jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung x 100
jumlah peserta prolanis terdaftar di FKTP

Jumlah peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP adalah


jumlah peserta JKN yang terdaftar dalam prolanis (per nomor
identitas peserta) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP
per bulan, baik di dalam gedung maupun di luar gedung, tanpa
memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam satu bulan.
Jenis penyakit kronis yang termasuk dalam prolanis yang dihitung
dalam indikator adalah penyakit diabetes melitus dan hipertensi, atau
diagnosa lain dalam program rujuk balik (jantung, asma, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), epilepsi, stroke, schizophrenia, dan
systemic lupus erythematosus (SLE)) yang kemudian dinyatakan
termasuk dalam prolanis. Jenis penyakit kronis yang akan dihitung
sebagai dasar penghitungan jumlah peserta prolanis sesuai dengan
kesepakatan antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, FKTP, dan
BPJS Kesehatan.
Aktivitas prolanis yang akan termasuk dalam perhitungan
adalah apabila terdapat salah satu atau lebih dari kegiatan prolanis,
seperti edukasi klub, konsultasi medis, pemantauan kesehatan
melalui pemeriksaan penunjang, senam prolanis, home visit,
pelayanan obat secara rutin. Sumber data yang digunakan dalam
indikator ini adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan peserta
yang terdaftar sebagai peserta prolanis dengan jenis aktivitas
prolanis yang dicatatkan pada aplikasi P-Care (PB No.3/2016).
d. Indikator Tambahan dalam Komitmen Pelayanan
Khusus bagi puskesmas, terdapat indikator tambahan dalam
pemenuhan komitmen pelayanan untuk mengetahui penyelenggaraan
kegiatan promotif preventif di puskesmas dengan fokus pada
kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan dalam bentuk pendekatan
keluarga untuk mencapai program Indonesia Sehat pada semua
keluarga di wilayah kerja puskesmas tanpa melihat peserta JKN atau
bukan peserta JKN. Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi
setiap keluarga di wilayah kerja, diharapkan puskesmas dapat
menangani masalahmasalah kesehatan dengan pendekatan siklus
hidup (life cycle).
Indikator rasio kunjungan rumah dihitung setiap bulan
dengan formulasi
perhitungan sebagai berikut:
RKR =
jumlah keluarga (KK)yang dikunjungi dalam program pendekatan keluarga x 100
jumlah keluarga (KK)yang ada di wilayah kerja puskesmas

Rasio kunjungan rumah (RKR) adalah perbandingan jumlah


keluarga (berdasarkan kartu keluarga) yang dikunjungi dalam
program pendekatan keluarga dengan jumlah keluarga yang ada di
wilayah kerja puskesmas dikali 100 (seratus). Jumlah keluarga yang
dikunjungi dalam program pendekatan keluarga adalah jumlah
peserta JKN atau bukan peserta JKN yang terdapat pada wilayah
kerja puskesmas yang dikunjungi oleh petugas puskesmas dalam
satu bulan. Jumlah keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas
adalah jumlah seluruh KK yang terdapat dalam wilayah kerja
puskesmas. Terhadap pencapaian indikator tambahan tersebut,

26
puskesmas akan memperoleh kompensasi dalam bentuk
pelatihan/workshop/seminar untuk meningkatkan kompetensi
dan/atau performa puskesmas.
Sumber data jumlah keluarga yang dikunjungi dalam
program pendekatan keluarga adalah hasil pencatatan data petugas
puskesmas yang terdapat pada masing-masing puskesmas,
sedangkan sumber data untuk jumlah keluarga yang ada di wilayah
kerja puskesmas adalah hasil pencatatan data jumlah KK yang
terdapat pada kecamatan (PB No.3/2016).
BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISA MASALAH

3.1 Pembahasan

3.1.1 Data Jumlah Peserta BPJS di Puskesmas Halmahera tahun 2018

No Bulan Jumlah Peserta BPJS Biaya Kapitasi


1 Januari 16.427 5.700
2 Februari 16.565 6.000
3 Maret 16.703 6.000
4 April 16.910 6.000
5 Mei 17.256 6.000
6 Juni 17.785 6.000
7 Juli 17.557 6.000
8 Agustus 17.785 6.000
9 September 17.256 6.000

Tabel 3.1 Data Jumlah Peserta BPJS Puskesmas Halmahera tahun 2018

Tabel 3.1 diatas menunjukkan jumlah Peserta BPJS yang terdaftar di


Puskesmas Halmahera tahun 2018. Jumlah Peserta BPJS setiap bulannya dalam
satu tahun tidak tetap, dengan trend cenderung mengalami kenaikan. Jumlah
peserta BPJS per bulan mempengaruhi biaya kapitasi yang di bayarkan oleh BPJS
kepada Puskesmas setiap bulannya.
Biaya kapitasi yang dibayarkan oleh BPJS kepada Puskesmas di tahun 2018
sudah menggunakan penilaian Kapitasi Berbasis Pemenuhan Kompetensi
Layanan, yang meliputi 3 indikator Pencapaian Komitmen Layanan, sehingga
jumlah peserta BPJS yang paling banyak tidak mutlak menjadikan biaya kapitasi
yang dibayarkan juga paling banyak, karena perhitungan kapitasi dapat berkurang
disebabkan belum terpenuhinya indikator-indikator yang sudah ditetapkan oleh
BPJS.

28
3.1.2 Pencapaian Indikator Komitmen Layanan terhadap Jumlah Kapitasi
yang dibayarkan pada Puskesmas Halmahera tahun 2018

No Bulan Kont Zona % Zona % Zona Kesimpulan


ak RNS Kunj KBK
Rate (PBK) PRB
(KB (PBK)
K)
1 Januari 242,4 Aman Aman Aman
0 66,25 Zona 100 %
1
2 Februari 219,5 Aman Aman Aman
0 64,94 Zona 100 %
6
3 Maret 225,6 Aman Aman Aman
0 62,19 Zona 100 %
5
4 April 165,7 Aman 0 Aman 61,43 Aman Zona 100 %
5 Mei 178,5 Aman Aman Aman
0 65,42 Zona 100 %
5
6 Juni 178,1 Aman 0 Aman 56,34 Aman Zona 100 %
7 Juli 200,6 Aman Aman Aman
0 62,91 Zona 100 %
1
8 Agustus 185,1 Aman Aman Aman
0 62,5 Zona 100%
7
9 September 154,3 Aman Aman Aman
0 62,9 Zona 100%
3

Tabel 3.2 Pencapaian Indikator Komitmen Layanan terhadap Jumlah


Kapitasi yang dibayarkan pada Puskesmas Halmahera tahun 2018

Tabel 3.2 diatas menunjukkan Pencapaian Indikator Komitmen Layanan


terhadap Biaya Kapitasi yang dibayarkan pada FKTP Puskesmas Halmahera tahun
2018. Tiga indikator KBK tersebut yang saling mempengaruhi untuk pencapaian
menurut zonanya yang berpengaruh pada besaran jumlah kapitasi yang dibayarkan
sesuai dengan peraturan PERDIR BPJS 02/2015 tentang Norma Penetapan
Besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen
Pelayanan pada FKTP.
Seluruh indikator komitmen layanan terhadap biaya kapitasi di Puskesmas
Halmahera dari bulan Januari hingga bulan September pada tahun 2018 mencapai
zona aman, namun pencapaian setiap bulannya tidak tetap. Indikator angka kontak
cenderung mengalami penurunan dan indikator kunjungan prolanis cenderung
tidak stabil.
Pencapaian Indikator Komitmen Layanan terhadap Biaya Kapitasi yang
dibayarkan pada FKTP :
1. Terpenuhi 3 indikator Zona PRESTASI
Kapitasi 115% dari norma kapitasi yang ditetapkan
2. Terpenuhi 2 indikator Zona PRESTASI
Kapitasi 110% dari norma kapitasi yang ditetapkan
3. Terpenuhi 1 indikator Zona PRESTASI
Kapitasi 105% dari norma kapitasi yang ditetapkan
4. Terpenuhi 3 indikator Zona AMAN
Kapitasi 100% dari norma kapitasi yang ditetapkan
5. Terpenuhi 2 indikator Zona AMAN
Kapitasi 90% dari norma kapitasi yang ditetapkan
6. Terpenuhi 1 indikator Zona AMAN
Kapitasi 80% dari norma kapitasi yang ditetapkan
7. Tidak Terpenuhi 3 indikator Zona AMAN
Kapitasi 75% dari norma kapitasi yang ditetapkan.

3.2 Analisis Masalah


Dilihat dari hasil KBK pada bulan Januari hingga September tahun 2018
dapat dianalisis nahwa masalah KBK yang terjadi adalah pada indikator capaian
angka kontak. Indikator capaian angka kontak cenderung mengalami penurunan
dari bulan Januari hingga September tahun 2018. Dari hasil wawancara
didapatkan bahwa hasil ini disebabkan oleh angka kunjungan sehat seperti dalam
program posyandu balita, posyandu lansia, ataupun kegiatan penyuluhan.
Kecenderungan penurunan indikator capaian anka kontak ini nantinya dapat

30
berakibat pada tidak tercapainya zona aman dan penurunan biaya kapitasi yang
dibayarkan oleh BPJS kepada puskesmas.

3.2.1 Analisis Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem


Komponen Kekurangan
Input - Tenaga penyuluh kesehatan sebelumnya belum ada dan baru
Man mulai aktif di bulan Oktober.
- Tenaga pada bagian loket atau pencatatan terdiri dari 3
orang dan hanya 2 diantaranya yang merupakan tenaga
rekam medis.
Market - Belum ada peraturan dari puskesmas bagi peserta untuk
wajib membawa fotocopy KK ataupun Kartu BPJS yang
diberlakukan pada saat program kunjungan sehat.
Money -
Method -
Machine -
Material -
Environment - Persaingan Pelayanan Kesehatan.
- Informasi BPJS yang masih belum jelas.
Proses - Kurangnya sosialisasi mengenai sistem pelayanan yang
P1 diberikan oleh puskesmas.
- Sistem penginputan data dilapangan yang belum tuntas.
P2 -
P3 -
Lingkungan -
Umpan Balik -
Analisis kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan Fishbone Analys

MAN MARKET MONEY METHODE

Belum ada peraturan dari


- Tenaga penyuluh kesehatan puskesmas bagi peserta untuk
sebelumnya belum ada dan wajib membawa fotocopy KK
ataupun Kartu BPJS yang
baru mulai aktif di bulan
diberlakukan pada saat
Oktober. program kunjungan sehat.
- Tenaga pada bagian loket atau
pencatatan terdiri dari 3 orang Meningkatnya capaian angka
dan hanya 2 diantaranya yang
merupakan tenaga rekam kontak
medis.

- Persaingan Pelayanan
Kesehatan.
- Informasi BPJS yang masih
belum jelas.

MACHINE MATERIAL ENVIRONMENT

32
3.3 Usulan Pemecahan Masalah
Tabel Plan of Action

Tolak ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Pendanaan Metode Tolak ukur hasil
proses

1 Memberikan Tenaga Puskesmas Kepala 2018 - Memberikan Peningkatan Peningkatan


Sosialisasi pemahaman Kesehatan Halmahera Puskesmas penjelasan kepada kinerja hasil KBK
kepada seluruh kepada tenaga di dan Bagian tenaga kesehatan di untuk pada
tenaga
kesehatan Puskesmas Administra Puskesmas mengenai capaian Pencapaian
kesehatan
mengenai Ngaliyan si Indikator Komitmen yang masuk Indikator
mengenai
Indikator Indikator Layanan dalam Komitmen
Komitmen Komitmen indikator Layanan
Layanan Layanan komitmen
layanan
2 Mempermudah Masyarakat Wilayah Petugas 2018 - Memberikan Peningkatan Peningkatan
petugas dalam Puskesmas Puskesmas puskesmas penjelasan kepada ketertiban indikator
pencatatan Halmahera Halmahera yang masyarakat mengenai dan capaian
Sosialisasi
kepada seluruh peserta yang memberika kewajiban membawa kesadaran angka kontak
masyarakat terdaftar untuk berkunjung n persyaratan berupa diri dari untuk
mengenai kunjungan ke pelayanan fotocopy KK atau masyarakat kunjungan
kewajiban
sehat penyuluhan, atau kartu BPJS saat sehat
membawa
posyandu penyuluhan datang ke penyuluhan
persyaratan
saat datang ke kesehatan atau posyandu balita
penyuluhan (dokter, maupun lansia
atau posyandu dokter gigi,
balita maupun
perawat
lansia
dan
penyuluh
kesehatan)

34
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Terdapat masalah pada indikator KBK khususnya pada indikator capaian angka kontak. Indikator capaian angka kontak

cenderung mengalami penurunan dari bulan Januari hingga September tahun 2018.

b. Penyebab tidak tercapainya indikator angka kontak KBK pada bulan juni dan September adalah :

 Tenaga penyuluh kesehatan sebelumnya belum ada dan baru mulai aktif di bulan Oktober.
 Tenaga pada bagian loket atau pencatatan terdiri dari 3 orang dan hanya 2 diantaranya yang merupakan tenaga rekam medis.
 Belum ada peraturan dari puskesmas bagi peserta untuk wajib membawa fotocopy KK ataupun Kartu BPJS yang
diberlakukan pada saat program kunjungan sehat.
 Persaingan Pelayanan Kesehatan.
 Informasi BPJS yang masih belum jelas.
 Kurangnya sosialisasi mengenai sistem pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.
 Sistem penginputan data dilapangan yang belum tuntas.
4.2 Saran

 Sosialisasi kepada seluruh tenaga kesehatan mengenai Indikator Komitmen Layanan.


 Sosialisasi kepada seluruh masyarakat mengenai kewajiban membawa persyaratan saat datang ke penyuluhan atau posyandu
balita maupun lansia.

36
BAB V
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan tentang

manajemen pelaksanaan sistem kbk (kapitasi berbasis komitmen pelayanan) di

Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2018. Saya menyadari bahwa

kegiatan ini sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, karena dokter

juga berperan sebagai manajer. Akhir kata saya berharap laporan ini bermanfaat

sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di

Puskesmas Halmahera Kota Semarang.


DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Sistem Rujukan Berjenjang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan tahun 2011

BPJS Kesehatan. 2014. “Penguatan Faskes Primer Sebagai Ujung Tombak


Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan”. https://bpjs-kesehatan.go.id.

______________. 2015. “Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan


Penyakit Kronis)” https://bpjs-kesehatan.go.id.

______________. 2015. “Sosialisasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis


(Prolanis) dan Teknis Pelaksanaannya”. Tangerang: BPJS Kesehatan.

______________. 2016. “Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan Dorong FKTP


Tingkatkan Mutu Pelayanan” Info BPJS Kesehatan Media Eksternal BPJS

Kesehatan Edisi 38 Tahun 2016 (Online). https://bpjs-kesehatan.go.id.

Campbell, S, David R, Evangelos K, Elizabeth M, Bonnie S, dan Martin R. 2007.


“Quality of Primary Care in England with the Introduction of Pay for
Performance”. The New England Journal of Medicine (Online). www.nejm.org.
Diakses Tanggal 11 Agustus 2017.

Divisi Regional II BPJS Kesehatan. 2015. “Uji Coba Sistem Pembayaran Berbasis
Kinerja di Puskesmas di Divisi Regional II BPJS Kesehatan” BPJS Kesehatan
(Online). https://bpjs-kesehatan.go.id

Fachrurrazi. 2017. “Tinjauan Pelaksanaan Kapitasi Berbasis Komitmen


Pelayanan” The 4th Indonesian Health Economic Association (InaHEA) Annual
Scientific Meeting and International Seminar on Health Economics. Surabaya:
BPJS Kesehatan.

Faulina, AC. 2016. “Kajian Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang dalam


Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di UPT Pelayanan Kesehatan
Universitas Jember” Jurnal IKESMA (Online).

Gibson, James L, John MI, dan James HD. 1997. Organisasi: Perilaku,Struktur,
Proses Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. “Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional” https://depkes.go.id.

_____________________. 2016. “Pedoman Umum Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga”. https://depkes.go.id. Diakses Tanggal 22 Februari
2018.

38
Leksana. 2016. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Rasio Rujukan Non
Spesialistik Pasien BPJS Kesehatan di Puskesmas di Provinsi DIY dan Jawa
Tengah” (Tesis). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Lestari, M. 2016. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian


Indikator Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada Puskesmas di
Kota Padang Tahun 2016” (Tesis). Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.

Mangkunegara, AP. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Martha, E dan Sudarti K. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk


BidangKesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moeheriono. 2014. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Edisi Revisi.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mullen, Kathleen J, Richard GF, dan Meredith BR. 2009. “Can You Get What You
Pay For? Pay For Performance and the Quality of Healthcare Providers”. RAND
Journal of Economics (Online). www.nber.org.

PIP LAN. 2014. “Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan (JKN): Permasalahan


dan Rekomendasi” Policy Brief Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
Administrasi Negara (Online). https://inovasi.lan.go.id.
Maret 2017. Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan Direktur BPJS Kesehatan Nomor
HK.02.05/III/SK/089/2016. 2016. Nomor: 3. Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Tanggal 10 Juni 2016.

Peraturan Direktur Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nomor 02 tahun 2015


tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi Berbasis
Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada FKTP.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2014 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Nomor: 75. Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: 17 Oktober 2014.

___________________________. 2016. Nomor: 12. Tentang Perubahan Atas


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Jakarta: Tanggal 17 Maret 2016
.
Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2016. Nomor: 19. Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan. Jakarta: Tanggal 29 Februari 2016.

Rahma, A. 2015. “Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan Primer Puskesmas


Sebagai Gatekeeper dalan Program JKN (Studi di Puskesmas Juwana Kabupaten
Pati)” Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) (Online). https://e-journal-
sl.undip.ac.id.

Rosdiana, AI. 2017. “Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis


(Prolanis)” Higeia Journal of Public Health Research and Development (Online).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.

Rusady, MA. 2017. “Peranan BPJS Kesehatan dalam Peningkatan Pelayanan


Kesehatan” Rapat Kerja Nasional BPJS Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan.

Sari, NM. 2015. “Analisis Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis


(Prolanis) BPJS Kesehatan pada Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo” (Skripsi).
Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Sitompul, S.
2016. “Analisis Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
BPJS Kesehatan pada Dokter Keluarga di Kabupaten Pekalongan Tahun 2016”
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) (Online). https://ejournal-
sl.undip.ac.id.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: CV. Alfabeta. Thabrany, H. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Utami, DS. 2016. “Kajian Implementasi Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan


Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Surakarta” Digital Library Universitas
Sebelas Maret (Online). https://digilib.uns.ac.id.
2017

40

Anda mungkin juga menyukai