Anda di halaman 1dari 30

MINICEX

PREEKLAMPSIA BERAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang
Periode 24 Juni 2019 – 24 Agustus 2019

Disusun oleh:
Ahmad Yassir
30101407121

Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RSI SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Nama Mahasiswa : Ahmad Yassir

NIM : 30101407121

Dokter Pembimbing : dr. Rini Aryani, Sp.OG

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Suami : Tn. AM
Agama : Islam
Alamat : Desa Purwosari, Sayung, Demak
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Rekam Medis : 01 - 04 - ** - **
Ruang : Baitunnisa II
Kelas : II
Asuransi : BPJS Non-PBI
Tanggal Masuk : 30 Juni 2019
Tanggal Keluar : 3 Juli 2019

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.00 WIB di Ruang VK RSI Sultan Agung Semarang.

Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak ± 3 hari SMRS.

1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien wanita 37 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu datang ke Poliklinik Obsgyn
RSI Sultan Agung dengan keluhan nyeri kepala yang sering dirasakan sejak 3 hari
terakhir. Nyeri kepala dirasakan seperti tegang hingga ke tengkuk. Nyeri
dirasakan pasien semakin memberat 1 hari terakhir. Keluhan dirasa berkurang
saat istirahat dan memberat saat beraktivitas. Keluhan lain yaitu pandangan kabur
terutama saat nyeri kepala dan kedua kaki bengkak. Pasien tidak mengeluhkan
sesak napas, mual-muntah, maupun nyeri ulu hati. BAK dan BAB dalam batas
normal. Pasien mengaku belum merasa kenceng-kenceng dan belum keluar lendir
darah dari jalan lahir. Selama masa kehamilan tekanan darah pasienn normal.
Namun 3 hari terakhir tekanan darah meningkat yang diperiksakan ke bidan dan
tekanan darah terakhir saat pemeriksaan di bidan 175/110.

Riwayat Menstruasi
- Menarche : 17 tahun
- Siklus : 28 hari, teratur
- Lama : 7-8 hari, ganti pembalut 3x/hari
- HPHT : 6 Oktober 2018
- HPL : 13 Juli 2019
- UK : 38 minggu

Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
- Menikah saat usia : 27 tahun
- Usia pernikahan : 10 tahun
- Jumlah anak :2

Riwayat Obstetri
G3P2A0 hamil 38 minggu
• G1 : Laki-laki, persalinan ditolong bidan, dilahirkan secara spontan, BBL 3100
gram, PB 46 cm, AS 9-10-10, sehat, usia 9 tahun.
• G2 : Laki-laki, persalinan ditolong bidan, dilahirkan secara spontan, BBL 2330
gram, PB 44 cm, AS 9-10-10, sehat, usia 5 tahun.
2
• G3 : Hamil sekarang

Riwayat ANC
Pasien melakukan ANC di bidan dan Puskesmas setempat sebanyak 4x pada
hamil ini dan diberikan vitamin dan suplemen besi. Selain itu pasien juga
melakukan vaksin TT.

Riwayat KB
Pasien pernah menggunakan KB pil dan suntik.

Riwayat Nifas Sebelumnya


Tidak ada kelainan dan komplikasi.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta.
Biaya kesehatan ditanggung BPJS.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


3
Status Pasien :
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Suhu : 36,2 0C
TD : 227/119 mmHg
Nadi : 81x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
GCS : E4 M6 V5 (GCS = 15)
TB : 155 cm
BB : 93 kg

Status Internus
1. Kepala : Mesocephale
2. Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
3. Telinga : Discharge (-), bentuk normal
4. Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-)
5. Mulut dan Tenggorok:
Bibir : Sianosis (-), pucat (-)
Lidah : Kotor (-)
Uvula : Di tengah
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
6. Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar
7. KGB : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
8. Payudara : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi areola mamae,
papila mamae menonjol, benjolan abnormal (-)
9. Thorax
Paru :
Inspeksi : Retraksi (-), simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
4
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup, batas-batas jantung tidak dapat ditentukan karena
terhalang pembesaran pada mammae
Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), bekas operasi (+), terlihat gerak janin (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Nyeri tekan ( - ), terasa pembesaran uterus dengan bagian-
bagian janin
11. Anus dan Genitalia : Tak tampak adanya benjolan dari vagina
12. Ekstremitas atas : Akral hangat, oedem -/-, tonus otot baik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, oedem +/+, tonus otot baik
13. Neurologis : Tidak ditemukan adanya defisit neurologis

Status Obstetri
 Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), bekas operasi (-), terlihat gerak janin (+).
 Palpasi :
- Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. xyphoideus, teraba
bagian besar, bulat, lunak.
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan
bagian kecil - kecil di sebelah kanan.
- Leopold III : Teraba bagian besar, bulat, keras.
- Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
 His :-
 TFU : 28 cm
 TBJ : (28 - 11) x 155 = 2635 gr
 Auskultasi : DJJ 12-12-12, teratur, = 144x/menit
5
Genitalia
 Eksterna
- Inspeksi : air ketuban (-), lendir darah (-), vulva oedem (+), tanda radang
(-), massa (-), hemoroid (-).
 Interna (VT)
Pembukaan :-
Penipisan :-
KK : (+)
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
Penurunan : H-I
Point of Direction :-
Sarung tangan : Lendir darah (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (30 Juni 2019)

6
7
Pemeriksaan EKG (28 Mei 2019)

V. RESUME
Wanita G3P2A0 37 tahun, hamil 38 minggu datang ke IGD RSISA dengan
keluhan nyeri kepala sejak 3 hari terakhir. Keluhan disertai dengan nyeri tengkuk,
pandangan kabur, dan kedua kaki bengkak. Pasien mengaku belum merasa
kenceng-kenceng dan belum keluar lendir darah dari jalan lahir. Pasien tidak
memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil. Riwayat operasi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik tekanan darah pasien diatas normal yaitu 227/117 mmHg.
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan bengkak pada kedua tungkai. Pada
pemeriksaan protein urine kuantitatif didapatkan 300 mg/dL.

Status Obstetri
 Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), bekas operasi (-), terlihat gerak janin (+).
 Palpasi :
- Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. xyphoideus, teraba
bagian besar, bulat, lunak.
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan
bagian kecil - kecil di sebelah kanan.
- Leopold III : Teraba bagian besar, bulat, keras.
- Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
 His :-
 TFU : 28 cm
 TBJ : (28 - 11) x 155 = 2635 gr
8
 Auskultasi : DJJ 12-12-12, teratur = 144x/menit
Genitalia
 Eksterna
- Inspeksi : air ketuban (-), lendir darah (-), vulva oedem (+), tanda radang
(-), massa (-), hemoroid (-).
 Interna (VT)
Pembukaan :-
Penipisan :-
KK : (+)
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
Penurunan : H-I
Point of Direction :-
Sarung tangan : Lendir darah (-)

VI. DIAGNOSA
G3P2A0 usia 37 tahun, hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak
kepala, punggung kiri, aterm, belum inpartu, dengan PEB (pre eklamsia dengan
pemberat).

VII. PENATALAKSANAAN
 Initial Plan Of Monitoring
- Pemeriksaan KU, Vital Sign, DJJ (tiap 2 jam sekali) selama rawat inap
- Hematologi, kimia pre dan post operasi
 Intial Plan Of Therapy
 Terapi Pre operasi
- MgSO4 40% 4 gram + Aquabidest/NaCl 10 cc berikan IV selama 5 menit
- Infus RL 500cc + MgSO4 40% 6 gram selama 6 jam
- Nifedipin 3x10mg
 Terapi Post operasi
- Inj. Cefotaxim 2x1gr
- Inj. Ketorolac 2x30mg
- Kaltrofen Supp 3x100mg
- Dopamet 3x500mg

9
 Operatif
- Terminasi kehamilan secara perabdominal
 Initial Plan Of Education
1. Kontrol 1 minggu post rawat inap
2. Rawat luka
3. Perbanyak konsumsi makanan bergizi dan seimbang

VIII. PROGNOSIS
Kehamilan : Dubia ad bonam
Persalinan : Dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP
Tanggal 1 Juli 2019 pukul 12.20 WIB
S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan - Inj. Cefotaxim 2
operasi TD : 144/99mmHg MOW H+1 x 1 gr
Nadi : 66x/menit - Inj. Ketorolac 2 x
Suhu 36.5 30mg
RR : 20x/menit - Kaltrofen Supp 3
Skala nyeri 6 x 100mg
- Dopamet 3 x
500mg PO

Tanggal 1 Juli 2019 pukul 16.00 WIB

S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan - Dopamet 2 x 500
operasi TD : 120/80mmHg MOW H+1 mg PO jika TD
Nadi : 80x/menit >=140/90
Suhu 36,8
RR : 20x/menit

10
Skala nyeri 6

Tanggal 2 Juli 2019 pukul 11.20 WIB

S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan Terapi lanjut
operasi TD : 150/60mmHg MOW H+2 - Cefadroxil 3 x 500
Nadi : 90x/menit mg PO
Suhu 36.5 - Dopamet 3 x
RR : 22x/menit 500mg PO jika TD
>=140/90mmHg
- Ferofort 1 x 1 PO
- Asam Mefenamat
3 x 500 mg PO

Tanggal 2 Juli 2019 pukul 18.00 WIB

S O A P
Nyeri luka operasi KU : Baik Post SCTP dan Terapi lanjut
TD : 135/85mmHg MOW H+2
Nadi : 80x/menit
Suhu 37.1
RR : 20x/menit
Skala nyeri 4

11
Tanggal 3 Juli 2019 pukul 13.30 WIB

S O A P
Pasien Ku : Baik Post SCTP dan - Dopamet 2 x
mengatakan sudah TD : 120/90mmHg MOW H+3 500mg PO
bisa jalan Nadi : 88x/menit - Adalat oros 1 x
Suhu 36.5 30mg PO jika TD
RR : 20x/menit >=160/90mmHg
Skala nyeri 2 - Ganti perban
- Boleh pulang

PENDAHULUAN
PREEKLAMSIA BERAT

Perubahan fisiologi tubuh pada kehamilan menimbulkan penyulit


sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Salah satu komplikasi yang
12
sering terjadi adalah hipertensi pada kehamilan. Penyakit ini menyebabkan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah kesehatan
pada masyarakat. (Chen XK, et al., 2006).
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (JAMA 2003) atau berdasarkan riwayat
hipertensi sewaktu periksa kehamilan ke petugas kesehatan. Beberapa komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi pada kehamilan antara lain: kekurangan
cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal, gangguan
hematologis, gangguan kardiovaskular, gangguan hati, gangguan pernafasan,
sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), serta
gangguan pada janin seperti pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga
kematian dalam rahim. Hipertensi pada kehamilan juga dapat berlanjut menjadi
preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun
janin. (Yudasmara, 2010).
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari semua kehamilan, 10%
pada kehamilan anak pertama dan 20–25% pada perempuan hamil dengan
riwayat hipertensi sebelum hamil. Pada janin, preeklamsia bisa menyebabkan
berat badan lahir rendah, keguguran dan lahir prematur (Gibson, 1998).
Sedangkan yang menjadi eklamsia sekitar 0,05–0,20% (Sibai BM, 1981). Setiap
tahun sebanyak 250 ribu ibu hamil di Amerika menderita hipertensi atau 5–10%.
Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai
wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama
berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Bila seorang wanita memenuhi kriteria
preeklampsia dan disertai kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit
neurologis dan atau koma maka ia dikatakan mengalami eklampsia. Umumnya
wanita hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau
hipertensi sebelumnya. Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan
diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.

13
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA BERAT

1.1 DEFINISI
14
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Menurut Cunningham (2005) kriteria minimum untuk
mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai proteinuria minimal.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300 mg protein
dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. Hipertensi dalam
kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi kronik, preeklampsia-
eklampsia, hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, dan hipertensi
gestasional.

Adapun menurut Brooks (2011) Preeklampsia adalah kelainan malfungsi


endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi
vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya
penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya
hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300 mg per 24 jam atau
30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu.

Kumpulan gejala itu berhubungan dengan vasospasme, peningkatan


resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ. Kelainan yang
berupa lesi vaskuler tersebut mengenai berbagai sistem organ, termasuk plasenta.
Selain itu, sering pula dijumpai peningkatan aktivasi trombosit dan aktivasi
sistem koagulasi.

1.2 KLASIFIKASI

Hipertensi dalam kehamilan :

15
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau
diketahui sebelum usia kehamilan 20 mingu, tidak ada proteinuria, dan
menetap setelah persalinan.
b. Hipertensi gestasional adalah kondisi tidak ada riwayat hipertensi sebelum
hamil, timbul setelah usia kehamilan >20 minggu, tidak ada proteinuria,
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan. Diagnosis pasti ditegakkan pasca
persalinan.
c. Superimposed Preeklampsia pada hipertensi kronik ibu hamil dengan riwayat
hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu), proteinuria
>+1 atau trombosit <100.000 pada usia kehamilan >20 minggu. Dapat disertai
tanda dan gejala preeklampsia.
d. Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu Preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat

Preeklampsia ringan meliputi:

1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg 2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
atau >=1+ dipstick.

3. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

4. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ 2. Preeklampsia Berat


Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Preeklampsia berat meliputi:

1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam.

2. Trombosit 3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif
bisa disertai dengan: a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam) b. Keluhan serebral,
gangguan pengelihatan c. Nyeri abdomen d. Gangguan fungsi hati e. Gangguan
perkembangan Intrauterine.

16
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut :

- Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif.

Trombositopenia (<100.000 selo/UI), hemolysis mikroangiopati

- Peningkatan SGOT dan SGPT >2x

- Nyeri abdomen kuadran kanan atas

- Sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium

- Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion

- Edema paru / CHF

- Oligouria (<400mg/24jam), kreatinin >1,2 mg/dL

e. Eklampsia adalah penderita preeklampsia yang disertai kejang menyeluruh atau


koma.

1.3 ETIOLOGI, FAKTOR RESIKO, DAN PATOFISIOLOGI


Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the
disease of theory” :

1. Peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan


ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa

2. Peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia


kehamilan

3. Perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus

4. Penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan


berikutnya

17
5. Mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma.

Terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat ini, yaitu:

1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat
berkembang menjadi iskemia plasenta.

2. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).

3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri spiralis oleh


sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang diperantarai oleh
peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas.

4. Genetik. Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-
faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah faktor
penyebab atau merupakan akibat.

18
Gambar 1.1 Etiologi preeklampsia menurut teori iskemik plasenta

Faktor resiko :

- Umur >40 tahun

- Nulipara

- Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya

- Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru

- Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih

- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan

- Kehamilan multipel

- Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

- Hipertensi kronik

- Penyakit ginjal

- Sindrom antifosfolipid (APS)

- Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio

- Obesitas sebelum hamil

Sumber lain (Cuningham et al 2010) menyebutkan bahwa etiologi dari


preeklamsia adalah :

- Teori kelainan vaskuler plasenta


- Intoleransi imun antar maternal, paternal (plasenta) dan janin
- Maladaptasi cardiovaskular maternal atau perubahan inflamasi selama
kehamilan
- Predisposisi genetik

19
Gambar 1.2 Tahapan fisiologi preeklampsia

Gambar 1.3 Invasi trofoblas abnormal

Gambar 1.4 Kerusakan endotel

20
Gambar 1.5 Faktor imunologi

Gambar 1.6 Faktor genetik

21
Gambar 1.7 Patofisiologi preeklampsia

(Cuningham et al 2010)

1.4 EPIDEMIOLOGI

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak


faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
sekitar 3- 10% (Triatmojo, 2003), sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan
bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6
kasus per 1.000 kelahiran (Dawn C Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi
preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia
dan eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari
1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000,
dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%).
Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida
(17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis,

22
umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005).
Surjadi, dkk (1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien
preeklampsia di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu
dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada
usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan
kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka
memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13
% : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi.

1.5 MANIFESTASI KLINIS


1.5.1 Gejala Subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat
dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo,
2005).
1.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan
tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat
lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih
dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga
akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran,
hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael, 2005).
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang
terjadi biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol
sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah.
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan
23
tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal.
2. Proteinuria. Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu
penyebab fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria
mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang
berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l. Proteinuria
hampir selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya
terjadi setelah kenaikan berat badan yang berlebihan. 21-3.
3. Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin
sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah
frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
Pada Universitas Sumatera Utara wanita hamil yang mengalami serangan
eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang
pertama.
4. Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi
presiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan
oleh regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
5. Gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya
pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total.
Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada
korteks oksipital.

1.6 DIAGNOSIS
Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih pada usia kehamilan >20 minggu.

• Proteinuria 5 gr/24 jam pada uji kuantitatif dan ≥ +2 pada tes celup.

Atau disertai keterlibatan organ lain :

• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam

• Sakit kepala, skotoma pengelihatan

24
• Trombositopenia (<100.000 sel/µL), hemolisis mikroangiopati

• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas

• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion

1.8 KOMPLIKASI
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus
berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut
maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat
kelahiran maupun sesudah kelahiran (Pernoll, 1987). Komplikasi yang sering
terjadi pada preklampsia berat adalah (Wiknjosastro, 2006) :

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang
menderita hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 %
solusio plasenta terjadi pada pasien preeklampsia. 2. Hipofibrinogenemia. Pada
preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia. 3.
Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut. 4. Perdarahan otak. Komplikasi
ini merupakan penyebab utama kematian maternal. 5. Kelainan mata. Kehilangan
penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama seminggu dapat terjadi.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat dan
akan terjadi apopleksia serebri. 6. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada
pasien preeklampsia-eklampsia diakibatkan vasospasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati. 7. Sindroma
HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet. 8. Kelainan
ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. 9. Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin intrauterin. 10. Komplikasi lain berupa lidah

25
tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat kejang, pneumonia aspirasi dan
DIC.

1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat:

a. Penanganan umum.
Ibu dengan Preelampsia harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.

1. Tatalaksana kejang :
 Bila kejang perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).
 MgSO4 diberikan secara IV pada ibu Preeklampsia Berat (tatalaksana
pencegahan kejang) dan Eklampsia (tatalaksana kejang).
 Lakukan intubasi jika terjadi kejang.

Cara pemberian MgSO4 :

 Dosis awal  ambil 4gr larutan MgSO4 (10 ml MgSO4 40%) larutkan
dengan 10 ml akuades, berikan secara IV selama 20 menit, jika akses IV sulit
berikan IM bokong kiri dan kanan masing-masing 5gr.
 Dosis rumatan  ambil 6gr MgSO4 (15ml MgSO4 40%) larutkan ringer
laktat 500ml berikan IV dengan 20-28 tpm selama 6 jam.
 Syarat pemberian MgSO4  Tersedia Ca Glukonas 10%, refleks patella
+, urin minimal 0.5ml/KgBB/jam.
 Lakukan PF setap jam.

2. Tatalaksana Hipertensi :
ACEi, ARB, Klorothiazid Kontraindikasi pada ibu hamil.
a) Nifedipin 4x10-30mg (short acting), 1x20-30mg (long acting).
b) Nikardipin 5mg/jam hingga maksimum 10 mg/jam.
c) Metildopa 2x250-500 mg peroral dosis maksimal 2000mg/hari.

3. Pertimbangan Persalinan / Terminasi Kehamilan

26
 Pada ibu denga preeklampsia berat dimana janin sudah viable namun usia
kehamilan belum mencapai 34 minggu manajemen ekspektan dianjurkan asalkan
tidak ada kontraindikasi.
 Pada ibu dengan preeklampsia berat dimana usia kehamilan antara 34 da 37
minggu, manajemen ekspektan dianjurkan asalkan tidak terdapat hipertensi yang
tak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.
 Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan
dianjurkan.

1.10 PENCEGAHAN
 Pelaksanaan antenatal care yang teratur dan teliti.
 Mengenali tanda bahaya sedini mungkin.
 Perhatikan faktor predisposisi.
 Pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, dan karbohidrat.
 Menjaga kenaikan berat badan.

Pada pencegahan preeklampsi, suplemen yang paling sering diteliti adalah


kalsium. Review oleh Cochrane mengidentifikasi 28 penelitian eksperimental,
salah satu diantaranya masih berlangsung, 6 penelitian diantaranya dilakukan
pada populasi dengan intake kalsium rendah, resiko preeklampsi dpat diturunkan
sebesar dua per tiga pada kelompuk yang diberi suplementasi.

1.11 PROGNOSIS
Penderita preeklampsia/eklampsia yang terlambat penangannya akan dapat
berdampak pada ibu dan janin dikandungnya. Pada ibu dapat terjadi
perdarahan otak, dekompensasi kordis dengan edema paru, gagal ginjal dan
aspirasi isi lambung saat kejang. Pada janin dapat terjadi kematian kerana
hipoksia intrauterin dan kelahiran prematur (Wiknjosastro, 1999).

KOMPLIKASI

27
PREEKLAMSIA BERAT

Komplikasi yang sering terjadi akibat perubahan fisiologi tubuh selama


kehamilan adalah hipertensi pada kehamilan. Hipertensi pada kehamilan juga
dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu maupun janin. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklampsia dibagi
menjadi 2 yaitu Preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia
ringan terjadi kitika kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg 2 dan proteinuria secara kuantitatif
>0,3 gr/l dalam 24 jam sedangkan preeklampsia berat ketika tekanan darah
160/110 mmHg atau lebih pada usia kehamilan >20 minggu dan proteinuria 5
gr/24 jam pada uji kuantitatif dan ≥ +2 pada tes celup. Penatalaksanaan dari
preeklampsia berat meliputi tatalaksana antikonvulsan yaitu dengan MgSO4
dan tataklaksana hipertensi dengan obat anti-hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

28
1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Indonesia tahun 2007. Jakarta; Departemen Kesehatan RI; 2008.
2. Lindheimer MD, Katz AI. Hypertension in Pregnancy. N Eng J. Med. 1985; 313:
675–80.
3. Mailhot T. Uterine prolapse Available at : http://www.emedicine.com Accessed
on : 19 May 2016
4. Moeloek FA, Hudono ST. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Dalam:
Wiknjosastro H, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2005.
hal.402-428
5. Pramana C, Sp.OG. Obstetri. Semarang; 2013. 68-75.
6. Sibai BM, McCubin JH, Anderson GD, Lipshitz J, Dilts PV Jr. Eclampsia I:
observation from 67 recent cases. Obstet Gynecol. 1981: 58: 608–13
7. The seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), JAMA 2003; 290:
197.
8. WHO-SEARO. Regional Health Report 1998: focus on women, New delhi,
WHO-SEARO; 1998. p. 1–3.
9. Widjaja S. Anatomi Alat-Alat Rongga Panggul. Jakarta: Balai Pustaka Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal 12.
10.Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Dalam Ilmu Kebidanan. Edisi
kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta;2006; ha.428-33.
11.Wisnuwardhani SD, Santoso BI. Buku tahunan 1990– 1992. Jakarta. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKUI; 1993.
12.Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
13. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (editors). William Obstetrics. 23rd
Edition. New York: McGraw-Hill.2010.

29

Anda mungkin juga menyukai