PREEKLAMPSIA BERAT
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang
Periode 24 Juni 2019 – 24 Agustus 2019
Disusun oleh:
Ahmad Yassir
30101407121
Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG
NIM : 30101407121
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Suami : Tn. AM
Agama : Islam
Alamat : Desa Purwosari, Sayung, Demak
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Rekam Medis : 01 - 04 - ** - **
Ruang : Baitunnisa II
Kelas : II
Asuransi : BPJS Non-PBI
Tanggal Masuk : 30 Juni 2019
Tanggal Keluar : 3 Juli 2019
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 30 Juni 2019 pukul
10.00 WIB di Ruang VK RSI Sultan Agung Semarang.
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak ± 3 hari SMRS.
1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien wanita 37 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu datang ke Poliklinik Obsgyn
RSI Sultan Agung dengan keluhan nyeri kepala yang sering dirasakan sejak 3 hari
terakhir. Nyeri kepala dirasakan seperti tegang hingga ke tengkuk. Nyeri
dirasakan pasien semakin memberat 1 hari terakhir. Keluhan dirasa berkurang
saat istirahat dan memberat saat beraktivitas. Keluhan lain yaitu pandangan kabur
terutama saat nyeri kepala dan kedua kaki bengkak. Pasien tidak mengeluhkan
sesak napas, mual-muntah, maupun nyeri ulu hati. BAK dan BAB dalam batas
normal. Pasien mengaku belum merasa kenceng-kenceng dan belum keluar lendir
darah dari jalan lahir. Selama masa kehamilan tekanan darah pasienn normal.
Namun 3 hari terakhir tekanan darah meningkat yang diperiksakan ke bidan dan
tekanan darah terakhir saat pemeriksaan di bidan 175/110.
Riwayat Menstruasi
- Menarche : 17 tahun
- Siklus : 28 hari, teratur
- Lama : 7-8 hari, ganti pembalut 3x/hari
- HPHT : 6 Oktober 2018
- HPL : 13 Juli 2019
- UK : 38 minggu
Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
- Menikah saat usia : 27 tahun
- Usia pernikahan : 10 tahun
- Jumlah anak :2
Riwayat Obstetri
G3P2A0 hamil 38 minggu
• G1 : Laki-laki, persalinan ditolong bidan, dilahirkan secara spontan, BBL 3100
gram, PB 46 cm, AS 9-10-10, sehat, usia 9 tahun.
• G2 : Laki-laki, persalinan ditolong bidan, dilahirkan secara spontan, BBL 2330
gram, PB 44 cm, AS 9-10-10, sehat, usia 5 tahun.
2
• G3 : Hamil sekarang
Riwayat ANC
Pasien melakukan ANC di bidan dan Puskesmas setempat sebanyak 4x pada
hamil ini dan diberikan vitamin dan suplemen besi. Selain itu pasien juga
melakukan vaksin TT.
Riwayat KB
Pasien pernah menggunakan KB pil dan suntik.
Status Internus
1. Kepala : Mesocephale
2. Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
3. Telinga : Discharge (-), bentuk normal
4. Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-)
5. Mulut dan Tenggorok:
Bibir : Sianosis (-), pucat (-)
Lidah : Kotor (-)
Uvula : Di tengah
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
6. Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar
7. KGB : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
8. Payudara : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi areola mamae,
papila mamae menonjol, benjolan abnormal (-)
9. Thorax
Paru :
Inspeksi : Retraksi (-), simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
4
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup, batas-batas jantung tidak dapat ditentukan karena
terhalang pembesaran pada mammae
Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), bekas operasi (+), terlihat gerak janin (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Palpasi : Nyeri tekan ( - ), terasa pembesaran uterus dengan bagian-
bagian janin
11. Anus dan Genitalia : Tak tampak adanya benjolan dari vagina
12. Ekstremitas atas : Akral hangat, oedem -/-, tonus otot baik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, oedem +/+, tonus otot baik
13. Neurologis : Tidak ditemukan adanya defisit neurologis
Status Obstetri
Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), bekas operasi (-), terlihat gerak janin (+).
Palpasi :
- Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. xyphoideus, teraba
bagian besar, bulat, lunak.
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan
bagian kecil - kecil di sebelah kanan.
- Leopold III : Teraba bagian besar, bulat, keras.
- Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
His :-
TFU : 28 cm
TBJ : (28 - 11) x 155 = 2635 gr
Auskultasi : DJJ 12-12-12, teratur, = 144x/menit
5
Genitalia
Eksterna
- Inspeksi : air ketuban (-), lendir darah (-), vulva oedem (+), tanda radang
(-), massa (-), hemoroid (-).
Interna (VT)
Pembukaan :-
Penipisan :-
KK : (+)
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
Penurunan : H-I
Point of Direction :-
Sarung tangan : Lendir darah (-)
6
7
Pemeriksaan EKG (28 Mei 2019)
V. RESUME
Wanita G3P2A0 37 tahun, hamil 38 minggu datang ke IGD RSISA dengan
keluhan nyeri kepala sejak 3 hari terakhir. Keluhan disertai dengan nyeri tengkuk,
pandangan kabur, dan kedua kaki bengkak. Pasien mengaku belum merasa
kenceng-kenceng dan belum keluar lendir darah dari jalan lahir. Pasien tidak
memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil. Riwayat operasi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik tekanan darah pasien diatas normal yaitu 227/117 mmHg.
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan bengkak pada kedua tungkai. Pada
pemeriksaan protein urine kuantitatif didapatkan 300 mg/dL.
Status Obstetri
Inspeksi : Perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum
(+), linea nigra (+), bekas operasi (-), terlihat gerak janin (+).
Palpasi :
- Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. xyphoideus, teraba
bagian besar, bulat, lunak.
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan
bagian kecil - kecil di sebelah kanan.
- Leopold III : Teraba bagian besar, bulat, keras.
- Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
His :-
TFU : 28 cm
TBJ : (28 - 11) x 155 = 2635 gr
8
Auskultasi : DJJ 12-12-12, teratur = 144x/menit
Genitalia
Eksterna
- Inspeksi : air ketuban (-), lendir darah (-), vulva oedem (+), tanda radang
(-), massa (-), hemoroid (-).
Interna (VT)
Pembukaan :-
Penipisan :-
KK : (+)
Bagian bawah janin : Bulat keras, Kepala
Penurunan : H-I
Point of Direction :-
Sarung tangan : Lendir darah (-)
VI. DIAGNOSA
G3P2A0 usia 37 tahun, hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, letak
kepala, punggung kiri, aterm, belum inpartu, dengan PEB (pre eklamsia dengan
pemberat).
VII. PENATALAKSANAAN
Initial Plan Of Monitoring
- Pemeriksaan KU, Vital Sign, DJJ (tiap 2 jam sekali) selama rawat inap
- Hematologi, kimia pre dan post operasi
Intial Plan Of Therapy
Terapi Pre operasi
- MgSO4 40% 4 gram + Aquabidest/NaCl 10 cc berikan IV selama 5 menit
- Infus RL 500cc + MgSO4 40% 6 gram selama 6 jam
- Nifedipin 3x10mg
Terapi Post operasi
- Inj. Cefotaxim 2x1gr
- Inj. Ketorolac 2x30mg
- Kaltrofen Supp 3x100mg
- Dopamet 3x500mg
9
Operatif
- Terminasi kehamilan secara perabdominal
Initial Plan Of Education
1. Kontrol 1 minggu post rawat inap
2. Rawat luka
3. Perbanyak konsumsi makanan bergizi dan seimbang
VIII. PROGNOSIS
Kehamilan : Dubia ad bonam
Persalinan : Dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
Tanggal 1 Juli 2019 pukul 12.20 WIB
S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan - Inj. Cefotaxim 2
operasi TD : 144/99mmHg MOW H+1 x 1 gr
Nadi : 66x/menit - Inj. Ketorolac 2 x
Suhu 36.5 30mg
RR : 20x/menit - Kaltrofen Supp 3
Skala nyeri 6 x 100mg
- Dopamet 3 x
500mg PO
S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan - Dopamet 2 x 500
operasi TD : 120/80mmHg MOW H+1 mg PO jika TD
Nadi : 80x/menit >=140/90
Suhu 36,8
RR : 20x/menit
10
Skala nyeri 6
S O A P
Nyeri luka KU : Baik Post SCTP dan Terapi lanjut
operasi TD : 150/60mmHg MOW H+2 - Cefadroxil 3 x 500
Nadi : 90x/menit mg PO
Suhu 36.5 - Dopamet 3 x
RR : 22x/menit 500mg PO jika TD
>=140/90mmHg
- Ferofort 1 x 1 PO
- Asam Mefenamat
3 x 500 mg PO
S O A P
Nyeri luka operasi KU : Baik Post SCTP dan Terapi lanjut
TD : 135/85mmHg MOW H+2
Nadi : 80x/menit
Suhu 37.1
RR : 20x/menit
Skala nyeri 4
11
Tanggal 3 Juli 2019 pukul 13.30 WIB
S O A P
Pasien Ku : Baik Post SCTP dan - Dopamet 2 x
mengatakan sudah TD : 120/90mmHg MOW H+3 500mg PO
bisa jalan Nadi : 88x/menit - Adalat oros 1 x
Suhu 36.5 30mg PO jika TD
RR : 20x/menit >=160/90mmHg
Skala nyeri 2 - Ganti perban
- Boleh pulang
PENDAHULUAN
PREEKLAMSIA BERAT
13
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA BERAT
1.1 DEFINISI
14
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Menurut Cunningham (2005) kriteria minimum untuk
mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai proteinuria minimal.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300 mg protein
dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. Hipertensi dalam
kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi kronik, preeklampsia-
eklampsia, hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, dan hipertensi
gestasional.
1.2 KLASIFIKASI
15
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau
diketahui sebelum usia kehamilan 20 mingu, tidak ada proteinuria, dan
menetap setelah persalinan.
b. Hipertensi gestasional adalah kondisi tidak ada riwayat hipertensi sebelum
hamil, timbul setelah usia kehamilan >20 minggu, tidak ada proteinuria,
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan. Diagnosis pasti ditegakkan pasca
persalinan.
c. Superimposed Preeklampsia pada hipertensi kronik ibu hamil dengan riwayat
hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu), proteinuria
>+1 atau trombosit <100.000 pada usia kehamilan >20 minggu. Dapat disertai
tanda dan gejala preeklampsia.
d. Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu Preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat
1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg 2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
atau >=1+ dipstick.
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam.
2. Trombosit 3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif
bisa disertai dengan: a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam) b. Keluhan serebral,
gangguan pengelihatan c. Nyeri abdomen d. Gangguan fungsi hati e. Gangguan
perkembangan Intrauterine.
16
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut :
- Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau +4 dalam pemeriksaan kualitatif.
17
5. Mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma.
Terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat ini, yaitu:
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat
berkembang menjadi iskemia plasenta.
4. Genetik. Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-
faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah faktor
penyebab atau merupakan akibat.
18
Gambar 1.1 Etiologi preeklampsia menurut teori iskemik plasenta
Faktor resiko :
- Nulipara
- Kehamilan multipel
- Hipertensi kronik
- Penyakit ginjal
19
Gambar 1.2 Tahapan fisiologi preeklampsia
20
Gambar 1.5 Faktor imunologi
21
Gambar 1.7 Patofisiologi preeklampsia
(Cuningham et al 2010)
1.4 EPIDEMIOLOGI
22
umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005).
Surjadi, dkk (1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien
preeklampsia di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu
dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada
usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan
kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka
memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan preeklampsia (13
% : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi.
1.6 DIAGNOSIS
Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih pada usia kehamilan >20 minggu.
• Proteinuria 5 gr/24 jam pada uji kuantitatif dan ≥ +2 pada tes celup.
24
• Trombositopenia (<100.000 sel/µL), hemolisis mikroangiopati
1.8 KOMPLIKASI
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus
berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut
maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat
kelahiran maupun sesudah kelahiran (Pernoll, 1987). Komplikasi yang sering
terjadi pada preklampsia berat adalah (Wiknjosastro, 2006) :
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang
menderita hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 %
solusio plasenta terjadi pada pasien preeklampsia. 2. Hipofibrinogenemia. Pada
preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia. 3.
Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut. 4. Perdarahan otak. Komplikasi
ini merupakan penyebab utama kematian maternal. 5. Kelainan mata. Kehilangan
penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama seminggu dapat terjadi.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat dan
akan terjadi apopleksia serebri. 6. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada
pasien preeklampsia-eklampsia diakibatkan vasospasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati. 7. Sindroma
HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet. 8. Kelainan
ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. 9. Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin intrauterin. 10. Komplikasi lain berupa lidah
25
tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat kejang, pneumonia aspirasi dan
DIC.
1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat:
a. Penanganan umum.
Ibu dengan Preelampsia harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.
1. Tatalaksana kejang :
Bila kejang perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).
MgSO4 diberikan secara IV pada ibu Preeklampsia Berat (tatalaksana
pencegahan kejang) dan Eklampsia (tatalaksana kejang).
Lakukan intubasi jika terjadi kejang.
Dosis awal ambil 4gr larutan MgSO4 (10 ml MgSO4 40%) larutkan
dengan 10 ml akuades, berikan secara IV selama 20 menit, jika akses IV sulit
berikan IM bokong kiri dan kanan masing-masing 5gr.
Dosis rumatan ambil 6gr MgSO4 (15ml MgSO4 40%) larutkan ringer
laktat 500ml berikan IV dengan 20-28 tpm selama 6 jam.
Syarat pemberian MgSO4 Tersedia Ca Glukonas 10%, refleks patella
+, urin minimal 0.5ml/KgBB/jam.
Lakukan PF setap jam.
2. Tatalaksana Hipertensi :
ACEi, ARB, Klorothiazid Kontraindikasi pada ibu hamil.
a) Nifedipin 4x10-30mg (short acting), 1x20-30mg (long acting).
b) Nikardipin 5mg/jam hingga maksimum 10 mg/jam.
c) Metildopa 2x250-500 mg peroral dosis maksimal 2000mg/hari.
26
Pada ibu denga preeklampsia berat dimana janin sudah viable namun usia
kehamilan belum mencapai 34 minggu manajemen ekspektan dianjurkan asalkan
tidak ada kontraindikasi.
Pada ibu dengan preeklampsia berat dimana usia kehamilan antara 34 da 37
minggu, manajemen ekspektan dianjurkan asalkan tidak terdapat hipertensi yang
tak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.
Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinan
dianjurkan.
1.10 PENCEGAHAN
Pelaksanaan antenatal care yang teratur dan teliti.
Mengenali tanda bahaya sedini mungkin.
Perhatikan faktor predisposisi.
Pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, dan karbohidrat.
Menjaga kenaikan berat badan.
1.11 PROGNOSIS
Penderita preeklampsia/eklampsia yang terlambat penangannya akan dapat
berdampak pada ibu dan janin dikandungnya. Pada ibu dapat terjadi
perdarahan otak, dekompensasi kordis dengan edema paru, gagal ginjal dan
aspirasi isi lambung saat kejang. Pada janin dapat terjadi kematian kerana
hipoksia intrauterin dan kelahiran prematur (Wiknjosastro, 1999).
KOMPLIKASI
27
PREEKLAMSIA BERAT
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Indonesia tahun 2007. Jakarta; Departemen Kesehatan RI; 2008.
2. Lindheimer MD, Katz AI. Hypertension in Pregnancy. N Eng J. Med. 1985; 313:
675–80.
3. Mailhot T. Uterine prolapse Available at : http://www.emedicine.com Accessed
on : 19 May 2016
4. Moeloek FA, Hudono ST. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Dalam:
Wiknjosastro H, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2005.
hal.402-428
5. Pramana C, Sp.OG. Obstetri. Semarang; 2013. 68-75.
6. Sibai BM, McCubin JH, Anderson GD, Lipshitz J, Dilts PV Jr. Eclampsia I:
observation from 67 recent cases. Obstet Gynecol. 1981: 58: 608–13
7. The seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), JAMA 2003; 290:
197.
8. WHO-SEARO. Regional Health Report 1998: focus on women, New delhi,
WHO-SEARO; 1998. p. 1–3.
9. Widjaja S. Anatomi Alat-Alat Rongga Panggul. Jakarta: Balai Pustaka Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal 12.
10.Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Dalam Ilmu Kebidanan. Edisi
kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta;2006; ha.428-33.
11.Wisnuwardhani SD, Santoso BI. Buku tahunan 1990– 1992. Jakarta. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKUI; 1993.
12.Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
13. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL (editors). William Obstetrics. 23rd
Edition. New York: McGraw-Hill.2010.
29