Oleh:
Kelompok Puskesmas Nanggalo Periode: 24 Februari – 31 Maret 2021
Mengetahui / Menyetujui:
Pebimbing Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Definisi Remaja.........................................................................................6
2.2 Definisi Anemia........................................................................................6
2.3 Epidemiologi Anemia................................................................................7
2.4 Klasifikasi Anemia....................................................................................8
2.5 Anemia pada Remaja.................................................................................9
2.5.1 Faktor Risiko......................................................................................9
2.5.2 Pencegahan Anemia Defesiensi Besi pada Remaja Putri................10
2.6 Program Pemberian TTD pada Remaja Putri…………………………..11
2.7 Telemedicine...........................................................................................12
BAB 3 ANALISIS SITUASI.................................................................................15
3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Nanggalo…………….……………..……..15
3.2 Gambaran Umum Puskesmas………………………………….……….15
3.3 Keadaan Demografi…………………………………………………….16
3.4 Sarana dan Prasarana…………..……………………………………….17
3.5 Ketenagaan……………..……………………………………………….18
iv
3.6 Program Tablet Tambah Darah Berbasis Sekolah di Wilayah Puskesmas
Nanggalo………………………………………………….……….……18
BAB 4 ANALISIS MASALAH............................................................................23
4.1 Identifikasi Masalah…………………………………………………….23
4.2 Penentuan Prioritas Masalah…………………………………………....24
4.3 Analisis Sebab Masalah……………………………………………...…30
4.4 Diagram Ishikawa……………………………………………..………..32
4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah……………………………………..…33
BAB 5 RENCANA KEGIATAN..........................................................................38
5.1 Plan (Tahapan Perencanaan)…………………...……………………….38
5.2 Alur Intervensi Pemecahan Masalah…………..………………………..39
5.2.1 Pencacatan Cakupan Konsumsi TTD menggunakan Whats Auto
dan Google form……………………………………………………...…
39
5.2.2 Pembuatan Alur Pencatatan, Pelaporan dan Follow Up Cakupan
Konsumsi TTD………………………………………………………….40
5.3 SWOT Analisis…………………………………………………………42
5.4 Indikator Keberhasilan……………………………………………….…43
5.5 Timetable Kegiatan…………………………………………………..…43
5.6 Alur Kegiatan………………………………………………………...…45
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................46
6.1 Kesimpulan….…………...………………………..……………………46
6.2 Saran………………………… ………………………...…...
…………..46
DAFTAR PUSTAKA…………............................................................................48
LAMPIRAN………………………...……………………………………………51
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 10. SWOT Analysis Optimalisasi Peran Duta Anemia dalam Pencatatan,
Pelaporan dan Follow Up Cakupan Konsumsi TTD dengan Pemanfaatan Whats
App CERIA (Cegah Anemia pada Remaja)…………………………….………..42
vii
DAFTAR SINGKATAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 cakupan TTD yang diperoleh remaja
putri adalah 76,2%, dan 80,9% nya mendapatkan dari sekolah. Pemberian TTD
dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam bentuk sediaan
Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro Glukonat) dan 0.4 mg asam folat.
Pelaksanaan pemberian TTD sebelumnya adalah 1 (satu) tablet per minggu.2
Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo memiliki 7 sekolah menengah yang
terdiri dari SMP 29 Padang, SMP 22 Padang, SMA 12 Padang, SMP Pertiwi
Padang, SMA Muhammadiyah Padang, SMP IT Padang, dan SMA DIBS Padang,
dengan total jumlah keseluruhan siswi sebagai penerima TTD sebanyak xxxxxxxx
orang. Pelaksanaan program pemberian TTD dari puskesmas ke sekolah terhenti
pada bulan Maret 2020 hingga Juli 2020 akibat pandemik COVID-19 yang
menyebabkan proses belajar mengajar dialihkan lewat daring. Program kembali
berjalan pada bulan Agustus 2020 melalui distribusi ke wilayah kerja dan
distribusi kepada remaja putri yang berkunjung ke puskesmas selama pelayanan.
Program pemberian TTD ke sekolah-sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo direncanakan dilakukan kembali pada bulan Maret 2021. Cakupan
program pemberian TTD di Puskesmas Nanggalo tahun 2020 adalah 58,7%
dengan gap pencapaian sebesar 41,3%. Capaian program TTD pada remaja ini
menurun dari tahun 2019 yaitu 100%.1 Salah satu faktor yang memengaruhi
penurunan capaian adalah follow up dan pencatatan konsumsi TTD oleh sekolah
dan puskesmas belum maksimal di masa pandemi.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Puskesmas Nanggalo dengan
berkerjasama dengan sekolah dalam peningkatan capaian adalah melalui program
duta anemia. Duta anemia adalah pemberdayaan siswa/ ekskul PMR untuk
memantau konsumsi TTD teman sekelasnya. Program ini sudah berjalan sejak
tahun 2018, namun di tahun 2020 terhenti karena pengalihan proses belajar
mengajar menjadi daring di masa pandemi.
Indonesia mulai terkena dampak pandemi COVID-19 sejak awal tahun
2020, Covid-19 merupakan penyakit akibat virus yang dapat menular melalui
pernapasan, sampai bulan Februari 2021 sudah terdapat 1,2 juta kasus
terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia. Laporan dinas kesehatan Kota Padang
menunjukan pada bulan Februari 2021 kasus konfirmasi covid-19 di kota padang
3
sudah mencapai 14.038 kasus, ini merupakan 50% dari seluruh kasus yang terjadi
di Sumatera Barat. Dampak pandemi ini berpengaruh kepada banyak berbagai
sector kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan.3
Beberapa media dapat digunakan sebagai sarana telemedicine seperti SMS,
website, aplikasi smartphone, media sosial, dan aplikasi chatting. Berdasarkan
data dari Kemkominfo sekitar 64,5% dari populasi Indonesia yang terkoneksi
internet dan jumlah pengguna media sosial mencapai 160 juta orang atau sekitar
59% populasi Indonesia adalah pengguna media sosial. Berdasarkan data yang
dihimpun dari Kemkominfo tersebut, penyelenggaraan telemedicine dengan
cakupan yang tinggi penggunaan SMS karena dapat masuk ke seluruh ponsel
sasaran meskipun tanpa koneksi internet, telemedicine berbasis internet dapat
menjangkau maksimal 64,5% populasi.3
Berdasarkan uraian diatas, penulis kemudian tertarik untuk mengajukan
Plan of Action (POA) yang berjudul “Optimalisasi Peran Duta Anemia dalam
Pencacatan, Pelaporan, dan Follow Up Konsumsi TTD dengan Pemanfaatan
WhatsApp CERIA (Cegah Anemia pada Remaja) Puskesmas Nanggalo”.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah kesehatan yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo
2. Mengetahui prioritas pogram pemberian TTDdi wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo
3. Mengetahui penyebab masalah pogram pemberian TTD di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo
4. Mencari alternatif penyelesaian masalah untuk meningkatkan angka
konsumsi TTD di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
peningkatan plasma volume, yang maksimal terjadi pada 20-24 minggu kehamilan
dan didefinisikan sebagai "pseudoanemia".6
7
besi menyebabkan tingginya kematian ibu dan persalinan prematur. Beberapa
faktor berkontribusi pada prevalensi defisiensi mikronutrien yang meluas di Asia
Selatan termasuk defisiensi zat besi dalam makanan, kesehatan yang buruk,
penyebab genetik, infeksikronis, malaria dan schistosomiasis. Prevalensi anemia
sangat bervariasi di berbagai belahan dunia dan lebih menonjol di kelas
sosialekonomi yang lebih rendah.7
Asia Tenggara memiliki jumlah wanita dan anak-anak terbesar yang
menderita anemia, dengan lebih dari 200 juta wanita dan 96 juta anak-anak, dan
lebih dari setengahnya terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, anemia
merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi, dengan prevalensi 22,7% pada
wanita usia subur, 37,1% pada wanita hamil dan 30,0% hingga 46,6% pada
pekerja wanita. Anemia, khususnya anemia defisiensi zat besi terkait dengan
masalah gizi yang dianggap sebagai masalah kesehatan nasional. Pada tahun
2012, United Nations Children's Fund bekerjasama dengan pemerintah Indonesia
melakukan survei gizi di 3 kabupaten. Mereka menemukan bahwa sekitar 6%
anak-anak dan 45% wanita hamil menderita anemia, dan diantara anak-anak, 30%
mengalami stunting, 20,8% kurus, 8,6% kurus dan 1,2% malnutrisi.8
8
Hipotiroidisme
c. Anemianormositik (MCV 80 hingga 100 fL)
Supresi sumsum tulang (anemia aplastik dan anemia myelophthisic)
Anemia penyakit kronis
9
membantu remaja putri yang memilki kekurangan zat besi sehingga menjadi lebih
fit lagi dan dapat menjalankan keseharian secara optimal.
10
Pencegahan anemia pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya:11
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas)
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
d. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang
setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja putri perlu minum tablet
tambah darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat
besi untuk mengganti darah yang hilang. Tablet tambah darah mampu
mengobati penderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar,
kemampuan bekerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi
penerus. Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet tambah darah
seminggu sekali dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid.
Dianjurkan mengonsumsi tablet tambah darah dengan air putih, jangan
minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan
zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
e. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
11
2. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan distribusi TTD ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan distribusi TTD ke
Puskesmas dan jejaringnya serta Rumah Sakit.
4. Puskesmas melakukan pendistribusian TTD ke sekolah melalui kegiatan
UKS/M; serta secara bertahap melakukan pemeriksaan Hb sebagai bagian
dari kegiatan penjaringan Kesehatan anak sekolah dan pekerja perempuan
yang ada di institusi tempat kerja di wilayahnya
5. Tim Pelaksana UKS/M melakukan pemantauan kepatuhan remaja putri
mengkonsumsi TTD.
6. Memberikan laporan secara berjenjang atas kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
7. Dalam pelaksanaannya agar melibatkan Dinas Pendidikan dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota
1.7 Telemedicine
Telemedicine merupakan istilah yang digunakan untuk teknologi
telekomunikasi yang dipakai sebagai alat untuk memberikan perawatan kesehatan
kepada populasi dengn akses terbatas ke perawatan. 12 Awalnya dikembangkan
untuk membantu perawatan astronot di luar angkasa, teknologi telemedicine
segera diadaptasi dan dipelajari untuk meningkatkan akses ke perawatan bagi
populasi di bumi.13 Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan perawatan langsung.14 Faktor-faktor ini telah memicu minat
berkelanjutan dalam meningkatkan pemberian perawatan kesehatan dengan
mengintegrasikan telekonsultasi dengan perawatan klinis tradisional secara
langsung.
Layanan telemedicine dapat menggunakan berbagai terknologi
telekomunikasi untuk mendukung perwatan klinis. Ada dua pendekatan utama
untuk layanan telemedicine yaitu format sinkron atau asinkron. Pasien dan
konsultan dapat terlibat secara virtual dan sinkron atau asinkron. Pertama
menggunakan teknologi video interaktif secara real time, yang terakhir
menyimpan dan meneruskan atau mengirimkan elemen data klini, seperti laporan
medis, gambar, dan rekaman video, untuk diinterpretasikan di lain waktu.
12
Pendekatan terakhir ini dikenal sebagai “storage-forward”. Layanan telemedicine
dapat menggunakan salah satu atau kedua format ini dengan atau tanpa konsultasi
langsung secara intermiten berdasarkan kebutuhan klinis. Pemeriksaan fisik dapat
dilakukan secara virtual, dengan pengcualian palpasi dan/atau data dapat
dikumpulkan oleh dokter setempat dan diteruskan ke telekonsultan. Keterampilan
yang diperlukan untuk telekonsultasi, pendidikan profesional kesehatan berbasis
tim menganai penyampaian layanan telemedicine sangat penting bagi tim
telekonsultasi. Pendidikan dan orientasi pasien tentang telemedicine dan apa yang
diharapkan mempromosikan perawatan dan keterlibatan yang berpusat pada
pasien.15
Telemedicine memiliki potensi untuk membantu dengan mengizinkan
pasien yang sakit ringan mendapatkan perawatan suportif yang mereka butuhkan
sambil meminimalkan keterpaparan mereka ke pasien sakit akut lainnya. Agar
mendorong pendekatan telemedicine, hampir semua rencana kesehatan dan
perusahaan besar menawarkan beberapa bentuk pertangungan untuk layanan
telemedicine. Meskipun penggunaan telemedicine telah meningkat selama 2 - 3
tahun terakhir, tingkat adopsi telemedicine diantara ahli alergi masih rendah.
Menanggapi situasi covid-19 saat ini, Pusat Layanan Mediacare & Mediacaid dan
rencana kesehatan komersial sebagian besar telah dibebaskan. Membayar bersama
untuk kunjungan telemedicine sebagai cara untuk mendorong pemanfaaatan pada
saat dibutuhkan, dan ahli alergi perlu memperhatikan hal ini.16,17
Ada sebuah survei baru-baru ini menujukkan bahwa pasien bersedia untuk
menggunakan teleheatlh, tetapi hambatan masih ada, yaitu :
1. Pada saat dibutuhkan, banyak orang kembali ke apa yang mereka lakukan
dan cara mereka sebelumnya berinteraksi dengan layanan kesehatan
langsung.
2. Pasien lebih suka jika dilayani oleh kenalan mereka sendiri melalui
telemedicine dibandingkan seseorang yang sebelumnya tidak memiliki
hubungan dengan mereka
3. Pasien mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki telemedicine
sebagai pilihan dan mungkin tidak tahu bagaimana mengaksesnya.18
13
Perencanaan kesehatan, pemberi kerja, sistem rumah sakit, dan saluran media
harus bekerja sama untuk mengatasi hambatan ini dengan perencanaan seperti
berikut:
1. Mendidik masyarakat bahwa telemedicine adalah alternatif yang efektif
dan lebih aman dalam keadaan saat ini.
2. Memperluas cakupan penggantian biaya jaringan bagi dokter untuk
melihat pasien mereka melalui telemedicine.
3. Membuat orang sadar bahwa ada manfaat telemedicine, dengan petunjuk
langkah demi langkah tentang bagaimana itu dapat diakses.
4. Membantu orang-orang memahami cara kerja telemedicine.
5. Mengurangi hambatan biaya untuk mengakses telemedicine.
14
BAB 3
ANALISI SITUASI
15
3.3 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Nanggalo Tahun 2020 sebanyak
38.624orang yang terdiri dari 19.327 laki-laki dan 19.297 perempuan, terdiri atas
penduduk asli dan pendatang. Kecamatan Nanggalo terdiri dari 3 kelurahan,
dimana tercakup 134 RT dalam 33 RW. Peningkatan jumlah penduduk yang
besar, penyebaran penduduk yang tidak merata serta pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan berdampak kepada peningkatan pleayanan kesehatan dan kondisi
kesehatan. Berdasarkan data dari badan pusat statistik (BPS) diperoleh data
kependudukan sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Nanggalo Tahun 2020
16
ini menunjukkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Nanggalo tergolong dalam
wilayah dengan kepadatan penduduk sangat padat, sehingga berbagai masalah
dapat bermunculan.
3.4 Sarana dan Prasarana
Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo memiliki beberapa fasilitas
kesehatanyang bekerja sama dengan BPJS dalam hal ini sebagai FKTP yang dapat
dipiliholeh peserta JKN diantaranya adalah Puskesmas Nanggalo, Praktek dokter
umum, dan praktek dokter gigi, serta adanya apotik dan optikal yang bekerja sama
dengan BPJS. Pelayanan ambulan di Puskesmas Nanggalo hanya diberikan untuk
rujukanantar fasilitas kesehatan. Sarana Kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 4. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2020
17
3.5 Ketenagaan
Tersedianya SDMK yang bermutu dapat menjamin terselengaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Berikut tenaga kesehatan di Puskesmas Nanaggalo pada kondisi 31 Desember
2020.17
Tabel 5. Sumber Daya Manusia Kesehatan Puskesmas Nanggalo Tahun 2020
18
1. SMPN 29 Padang
2. SMPN 22 Padang
3. SMAN 12 Padang
4. SMP Pertiwi Siteba Padang
5. SMA Muhammadyah 3 Padang
6. SMP IT Dar-El Iman Padang
7. SMA Dar el-iman Islamic Boarding School Padang
Upaya puskesmas bekerja sama dengan pihak sekolah di wilayah kerja
puskesmas Nanggalo adalah dengan memberdayakan siswi disekolah membentuk
Duta Anemia di masing - masing kelas. Pelaksanaan program pemberian TTD di
Puskesmas Nanggalo adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan TTD di puskesmas di gudang obat Puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kota Padang dilakukan setiap 3 bulan sekali dan
bila persediaan di gedung obat sudah tidak cukup, petugas melapor
ke DKK.
b. Pemegang program mengambil TTD ke gedung obat setiap 3 bulan
sekali.
c. Pemegang program gizi dan tim (bekerja sama dengan pemegang
program Unit Kesehatan Sekolah) mendistribusikan TTD ke
sekolah-sekolah setiap 2,5 bulan sekali sebanyak 10 tablet per siswi
di sekolah tersebut.
d. Tablet diberikan kepada guru penanggung jawab program TTD di
masing-masing sekolah. Guru penanggung jawab program masing
masing sekolah dijelaskan di tabel 6.
e. Duta Anemia masing-masing kelas mengambil obat TTD ke guru
penanggung jawab dan membagikannya ke masing-masing siswi di
kelasnya.
f. Siswi mengonsumsi TTD sebanyak 1 tablet setiap minggu.
19
Tabel 6. Pelaksanaan pemberian TTD di Sekolah Wilayah Puskesmas Nanggalo
Proses PBM
Pelaksanaan Pemberian
No. Sekolah Jumlah Siswi (selama
TTD
pandemi)
1. SMP 29 Padang 419 orang 3 hari daring PJ program TTD: UKS
3 hari tatap muka Duta anemia: ada, 1 orang
(selang-seling) per kelas
2. SMP 22 Padang 352 orang 3 hari daring PJ program TTD: UKS
3 hari tatap muka Duta anemia: ada, 1 orang
(selang-seling) per kelas
3. SMP Pertiwi 56 orang 3 hari daring PJ program TTD: Guru
Siteba Padang 3 hari tatap muka BK
(selang-seling) Duta anemia: ada, ada, 1
orang per kelas
4. SMP IT 184 orang Tatap muka PJ program TTD: UKS
Duta anemia: ada, 2 orang
per kelas
5. SMA 30 orang Daring PJ program TTD: UKS
Muhammadiyah Duta anemia: ada, 1 orang
3 Padang per kelas
6. SMA DIBS 85 orang Tatap muka PJ program TTD: Wakil
Padang Kesiswaan
Duta anemia: ada, 1 orang
per kelas
7. SMA 12 528 orang 3 hari daring PJ program TTD: UKS
Padang 3 hari tatap muka Duta anemia: ada, 1 orang
(selang-seling) per kelas
20
Pelaksanaan program pemberian TTD pada remaja Puskesmas Nangalo
pada Desember 2019 sampai Desember 2020 adalah sebagai berikut.
Gambar 3.2 Grafik Pelaksanaan Program Pemberian TTD Pada Remaja
Puskesmas Nanggalo Desember 2019- Desember 2020
120%
100%100%100%
100%
80%
62%
60% 50%
45% 45%
40%
40%
21%
20%
0% 0% 0% 1%
0%
19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 t-20 -20 -20
c- an- eb- ar- pr- ay- un- Jul- ug- ep- v c
De J F M A M J A S Oc No De
21
Gambar 3.3 Alur Pelaksanaan program pemberian TTD di Puskesmas
Nanggalo
Pemegang program
Tablet diberikan
TTD diberikan ke Duta gizi mendistribusikan
kepada penanggung
Anemia TTD ke sekolah (tiap
jawab di sekolah.
2,5 bulan)
Duta Anemia
Siswi mengonsumsi
membagikan obat TTD
TTD 1 tablet setiap
ke masing-masing siswi
minggu.
di kelasnya
22
BAB 4
ANALISIS MASALAH
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program, serta laporan
tahunan Puskesmas Nanggalo, dan perwakilan sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa
laporan Penilaian Kerja Puskesmas Nanggalo tahun 2020. Masalah yang
diidentifikasi adalah semua permasalahan yang terdapat di Puskesmas Nanggalo.
Beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi di Puskesmas Nanggalo
dijelaskan pada tabel 4.1
Tabel 7. Identifikasi Masalah
23
4.2 Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa masalah yang
perlu mendapat penyelesaian segera. Namun, tidak semua permasalahan dalam
program puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan
penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar dan terpenting
yang mungkin untuk diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan penentuan
prioritas masalah terbesar dan terpenting yang mungkin untuk diselesaikan.
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth). Setelah menentukan prioritas masalah, langkah
selanjutnya asalah pembuatan diagram Plan, Do, Check, Action untuk mengatasi
masalah yang menjadi prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness,
dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan
dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
24
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan
Tabel 8. Analisis Prioritas Masalah
25
Seriousness: 4 (besar)
Masa pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang penting untuk
mempengaruhi kesejahteraan anak selanjutnya. Hal tersebut berkaitan dengan
proses tumbuh kembang fisik, kebutuhan gizi, emosi, bahkan kecerdasan/
intelektual. Deteksi dini adanya kelainan pada proses tumbuh kembang anak perlu
untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan kedepannya. Retardasi
pertumbuhan hebat memiliki hubungan yang kuat dengan morbiditas dan
mortalitas balita, sedangkan keterlambatan perkembangan berhubungan kuat
dengan kegagalan psikososial dan perkembangan intelektual dan kemampuan
belajar.
Growth: 4 (besar)
Dampak jangka panjang akibat tidak optimalnya pemantauan pertumbuhan
balita adalah terjadinya masalah gizi pada anak seperti stunting dan wasting. Hal
ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup anak pada masa yang akan
datang dan generasi selanjutnya.
2. Depot Air Minum yang Memenuhi Syarat
Urgency: 2 (kecil)
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital manusia
salah satunya sebagai air minum. Air yang digunakan harus memenuhi sayarat
bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air
minum yang memenuhi syarat tersebut makin lama semakin berkurang.
Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Nanggalo 2020 terdapat 12
penyelenggara air minum di 3 kelurahan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo dan angka pencapaian DAMIU yang memenuhi syarat kesehatan adalah
22 (57,89%) dari 38 depot air minum yang ada.
Seriousness: 3 (sedang)
Bahaya atau risiko kesehatan yang berhubungan dengan air minum yang
tidak memenuhi syarat secara umum dapat diklasifikasikan menjadi bahaya
langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/
masyarakat dapat terjadi akibat mengonsumsi air yang tercemar atau air dengan
kualitas yang buruk. Sedangkan bahaya tak langsung dapat terjadi misalnya akibat
26
mengonsumsi hasil perikanan dimana produk-produk tersebut dapat
mengakumulasi zat-zat atau polutan berbahaya.
Growth: 3 (sedang)
Pencemaran air minum oleh air limbah dan/atau oleh organisme yang
dapat menimbulkan penyakit, virus, bakteri patogen dan sebagainya, dapat
menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan air minum tersebut,
serta dapat menyebabkan peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah,
terutama diare. Kasus diare yang ditangani di Puskesmas Naggalo berdasarkan
Laporan Tahunan Puskesmas 2020 adalah 180 kasus.
3. Neonatal Komplikasi yang Ditangani
Urgency: 2 (kecil)
Neonatus adalah bayi yang baru lahir sampai dengan 28 hari pertama.
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan/atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan dan/atau kematian, seperti asfiksia, ikterus,
hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun
yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda. Komplikasi ini nantinya akan mempengaruhi
kualitas hidup anak pada masa yang akan datang dan meningkatkan Angka
Kematian Bayi (AKB). Puskesmas Nanggalo merupakan Puskesmas PONED di
Kota Padang, sehingga mampu menyelenggarakanpelayanan obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi tingkat dasar, namun, metode rujukan tetap disesuikan
dengan jenis klasifikasi kasus rujukan yang berdasarkan skor Poedji Rochjati yang
bersifat elektif maupun emergency.
Seriousness: 4 (besar)
Angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu masalah prioritas bidang
kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Target pencapaian Sustainable Development
Goals (SDGs), menetapkan bahwa akan mengakhiri kematian bayi baru lahir dan
balita di Indonesia dari rata-rata 32 meninggal per 1000 kelahiran hidup menjadi
12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Adanya risiko kematian yang tinggi
dan berbagai serangan komplikasi pada minggu pertama, maka setiap bayi baru
lahir harus mendapatkan pemeriksaan (minimal 2 kali) pada minggu pertama.
27
Langkah ini dilakukan sebagai deteksi dini terhadap penyakit atau tanda bahaya
pada neonates. Keterbatasan pelayanan kesehatan juga menjadi kendala.
Growth: 3 (sedang)
Kematian bayi terbanyak terjadi disebabkan oleh faktor ibu dari kurangnya
kesadaran ibu untuk memelihara kesehatannya. Kematian bayi tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor dari ibu yang jarang memeriksakan
kandungannya ke bidan, ibu hamil mengalami anemia, kurangnya asupan gizi
bagi ibu dan bayinya, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, fasilitas sanitasi
dan higienitas yang tidak memadai. Rendahnya asupan gizi dan status gizi ibu
hamil selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik bagi
ibu dan bayi. Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Nanggalo Tahun 2020
terdapat 101 orang dengan komplikasi kebidanan dan 28 orang neonates
komplikasi.
4. Remaja yang Mendapat TTD
Urgency: 4 (besar)
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %,
artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Penanganan kasus anemia pada
remaja putri berusia 10-19 tahun perlu diprioritaskan karena anemia pada remaja
bisa menurunkan kemampuan daya ingat sehingga prestasi akademik tidak
optimal dan program ini dapat memutus siklus anemia pada ibu hamil. Angka
Pencapaian Presentase Remaja Putri yang Mendapat TTD di puskesmas Nanggalo
hanya 58,7%, angka ini juga merupakan angka distribusi TTD sehingga tidak
menggambarkan angka konsumsi TTD. Rendahnya pencapaian ini terutama
diakibatkan terhentinya proses belajar mengajar sementara selama pandemi,
sehingga sulit melakukan pemberian karena jarak rumah murid yang jauh dan
sulit dilakukan pemantauan minum TTD oleh guru.
Seriousness: 4 (besar)
Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya
mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas
dan produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan
28
penyakit pada saat dewasa dan berpeluang menimbulkan anemia pada ibu hamil
sehingga melahirkan generasi yang bermasalah gizi.
Growth: 4 (besar)
Program ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong terwujudnya
SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing sesuai arah pembangunan
kesehatan 2020-2024. Minum TTD secara teratur sangat bermanfaat karena dapat
mengatasi lesu, letih, lemah, lelah dan lalai akibat anemia dan meningkatkan daya
tahan tubuh dan konsentrasi belajar. Program ini dapat memutus siklus anemia
pada ibu hamil sehingga mencegah kelahiran bayi dengan kognitif rendah akibat
ibu hamil yang anemia.
5. Skrining Usia Produktif
Urgency: 3 (sedang)
Terjadinya peningkatan tren PTM dan pergeseran pola penyakit yang kini
mulai mengancam kelompok usia produktif. Pada puskesmas nanggalo saat ini
penyakit hipertensi sudah mulai ditemukan pada usia muda (>18 tahun) dan pada
penjaringan usia >15 tahun didapatkan 83,17% mengalami obesitas. Pelayanan
kesehatan pada usia produktif yakni usia 15-59 tahun dianggap cukup penting
karena skrining, diharapkan masyarakat yang memiliki permasalahan kesehatan
dapat ditatalaksana lebih awal guna meningkatkan derajat kesehatan dan harapan
hidup masyarakat usia produktif. Di Puskesmas Nanggalo, capaian program ini
baru 18,43% dibandingkan target 100%. Selama pandemi, kegiatan skrining
masih bisa diusahakan oleh puskesmas seiring dengan pelayanan puskesmas dan
melibatkan kader yang ada, POSBINDU PTM juga akan direncakan dibuka
kembali tanggal 8 Maret 2021 Dengan melaksanakan protocol kesehatan dalam
pelaksanaannya.
Seriousness: 3 (sedang)
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
95,5 % masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah 33,5% kurang
aktivitas fisik, 29,3% usia produktif merokok setiap hari. Hal ini bila terus
berlanjut akan berdampak bagi sumber daya manusia dan perekonomian Indonesia
ke depan karena di tahun 2030-2040 Indonesia akan menghadapi bonus
29
demografi, yang mana usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan kelompok
usia nonproduktif.
Growth: 4 (besar)
Jika program pelayanan kesehatan pada usia produktif berjalan dengan
baik, secara umum dapat meningkatkan mutu kesehatan, meningkatkan
perkembangan dan juga meningkatkan produktivitas serta diharapkan nantinya
masyarakat usia produktif yang sehat dapat berpartisipasi aktif dalam
pembangunan maupun ekonomi negara. Serta meningkatkan kecerdasan dan
kepedulian masyarakat terkait kesehatan.
4.3 Analisis Sebab Masalah
Berdasarkan penilaian terhadap masalah rendahnya pencapaian program
Remaja yang Mendapat TTD di Puskesmas Nanggalo pada tahun 2020, sehingga
program Remaja yang Mendapat TTD dipilih menjadi prioritas masalah.
Berdasarkan dari analisis data primer dan data sekunder maka didapatkan
beberapa sebab dari masalah ini, diantaranya:
1. Metode
Sampai saat ini metode pencatatan dan pelaporan angka konsumsi TTD
dari sekolah kepada puskesmas masih belum maksimal. Indikator keberhasilan
pelaksanaan program pemberian TTD di Puskesmas Nanggalo hanya terbatas
angka distribusi obat Puskesmas ke sekolah saja sehingga dinilai tidak
menggambarkan keberhasilan sesuai tujuan program.
Pemantauan konsumsi obat oleh puskesmas juga dinilai masih kurang.
Puskesmas hanya melakukan Follow up sekali dalam dua setengah bulan. Salah
satu upaya puskesmas untuk meningkatkan Follow up adalah dengan bekerja
sama dengan pihak sekolah untuk menunjuk duta anemia di masing-masing
sekolah yang bertugas untuk mengedukasi dan memantau konsumsi TTD di kelas
masing-masing, namun pada pelaksanaannya guru kurang melakukan Follow up
dan tidak ada nya pelaporan dari duta anemia kepada guru sehingga tidak bisa
dinilai keberhasilan program.
Beberapa sekolah juga mengatakan sosialiasi program ke guru dan murid
masih kurang. Sosialisasi oleh Puskesmas biasanya dilakukan sekali dua tahun.
Beberapa guru tidak mengetahui adanya program konsumsi TTD dan kegiatan
30
sosialisasi juga terhalang larangan membuat kerumumanan, sehingga metode
sosialisasi yang biasa di lakukan puskesmas tidak bisa dilakukan. Sampai saat ini
sosialisasi yang dilakukan sebatas pelaksanaan penyuluhan dengan media infocus
dan powerpoint, belum adanya sosialisasi dengan media lainnya (cetak/poster).
2. Manusia
Beberapa murid menolak meminum TTD karena pemahaman yang salah
dari siswi mengenai keamanan dan efek samping obat TTD. Upaya puskesmas
untuk memberdayakan SDM yang ada berupa penunjukan duta anemia di sekolah-
sekolah belum dijalankan dengan maksimal. Hal ini terlihat dari masih ada
sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo belum memiliki duta
anemia dan pelaksanaan duta anemia di sekolah lainnya hanya sebatas membantu
mendistribusi dan mengingatkan konsumsi TTD di kelas.
3. Sarana
Kendala sarana yang ditemukan di Puskesmas Nanggalo adalah pendanaan
untuk pelaksanaan program TTD kepada remaja yang belum ada sehingga
program sulit berlangsung secara maksimal.
4. Lingkungan
Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadi perubahan pada berbagai aspek
kehidupan. Selama pandemic, Proses Belajar Mengajar (PBM) terhambat dan
dialihkan menjadi daring, sehingga pendistribusian tablet TTD oleh puskesmas ke
murid tidak dapat dijalankan.
31
4.4 Diagram Ishikawa
METODE MANUSIA
SARANA LINGKUNGAN
32
4.5 Alternatif Penyelesaian Masalah
Metode
1. Pencatatan, pelaporan dan Follow up cakupan konsumsi TTD dari sekolah
belum maksimal
Rencana : Optimalisasi peran duta anemia dalam pencatatan, pelaporan dan
Follow up cakupan konsumsi TTD melalui pembuatan alur
pelaporan dan Follow up konsumsi TTD dengan pemanfaatan
googleform, Whats Auto dan grup Whats App CERIA (Cegah
Anemia pada Remaja).
Pelaksana : Duta anemia sekolah, Guru penanggung jawab program,
pemegang program Puskesmas
Sasaran : Siswi SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Waktu : Tentatif
Tempat : Puskesmas Nanggalo dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo
Target :
- Terbentuknya alur pelaporan angka cakupan konsumsi dengan
pemanfaatan googleform dan Whats Auto oleh duta anemia kelas.
- Ditentukannya jadwal/ hari konsumsi TTD per minggu dan Follow up
konsumsi oleh Duta anemia di grup WA kelas minimal 1x seminggu.
- Terbentuknya grup Whats App antara pemegang program puskesmas,
guru penanggung jawab serta duta anemia sebagai media Follow up
rutin
2. Kurangnya sosialisasi program TTD ke guru dan murid
Rencana : Pelaksanaan webinar oleh puskesmas ke guru dan murid sekolah
mengenai program TTD pada remaja.
Sasaran : Guru dan murid sekolah di Wilayah kerja puskesmas
Waktu : Tentatif
Tempat : Zoom
Target : Terlaksananya webinar oleh puskesmas yang diikuti oleh guru
dan murid sekolah di wilayah kerja puskesmas minimal 1x setahun
dan diikuti oleh seluruh guru dan murid.
33
Manusia
1. Pemahaman yang salah dari siswi mengenai keamanan dan efek samping obat
TTD
Rencana : Pelaksanaan KIE berbasis online menggunakan akun social
media Program Pemberian TTD pada remaja.
Pelaksana : Duta anemia sekolah, pemegang program Puskesmas
Sasaran : Siswi SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Waktu : Tentatif
Tempat : Puskesmas Nanggalo dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo
Target :
- Terbentuknya akun social media instagram dan twitter CERIA (Cegah
Anemia pada Remaja) masing-masing sekolah
- Terlaksananya KIE berbasis online melalui akun social media oleh
Puskesmas dan duta anemia
2. Terdapat sekolah yang program duta anemia nya belum ada dan duta anemia
belum diberdayakan secara maksimal
Rencana : Pemilihan duta anemia minimal satu orang per kelas dan
bimbingan/pelatihan oleh pemegang program puskesmas
Pelaksana : Guru penanggung jawab program, pemegang program Puskesmas
Sasaran : Siswi SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Waktu : Tentatif
Tempat : Puskesmas Nanggalo dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo
Target :
- Terpilihnya duta anemia yang aktif, mandiri dan mampu memberikan
pemahaman yang baik kepada temannya mengenai obat TTD
- Terlaksananya pelatihan duta anemia oleh pemegang program puskesmas
Nanggalo minimal satu kali dalam dua setengah bulan
Material
1. Pendanaan puskesmas terhadap program TTD kepada remaja belum ada
34
Rencana : Mengajukan pendanaan program ke Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kota Padang
Pelaksanaan : Pemegang program dan Kepala Puskesmas
Sasaran : Puskesmas Nanggalo, Dinas Kesehatan Kota
Waktu : Tentatif
Tempat : Kantor Dinas Kesehatan
Target : Dibuatnya proposal pengajuan pendanaan program TTD remaja
kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Padang.
Lingkungan
1. Pendistribusian tablet TTD ke murid tidak bisa dijalankan selama
pelaksanaan PBM daring akibat pandemi
Rencana : Pendistribusian TTD berdasarkan wilayah rumah
Pelaksanaan : Pemegang program
Sasaran : Siswi SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Waktu : Tentatif
Tempat : Wilayah kerja puskesmas Nanggalo
Target : Terdatanya kelompok wilayah rumah dan penunjukan perwakilan
pendistribusian berdasarkan wilayah rumah.
a. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah untuk
mengintervensi, rendahnya capaian pemberian TTD pada Remaja
Puskesmas Nanggalo dipilih menggunakan metode Analisis Pembiayaan
(Cost Analysis) yang lebih dikenal dengan Efektivitas Efisiensi.
Penggunaan metode ini dengan memperhitungkan efektivitas dan efisiensi
dalam penetapan pilihan jenis intervensi yang dilakukan dengan
menggunakan rumus penetapan prioritas kegiatan sebagai berikut.
Keterangan :
-M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)
-I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan masalah)
-V = Vulnerability (ketepatan jalan keluar untuk masalah)
35
-C = Cost (biaya yang dikeluarkan) dimana kriterianya ditetapkan
Nilai 1 = Biaya sangat murah
Nilai 2 = Biaya murah
Nilai 3 = Biaya cukup murah
Nilai 4 = Biaya mahal
Nilai 5 = Biaya sangat mahal
Tabel 4.3 merupakan penentuan penetapan prioritas alternatif
pemecahan masalah melalui metode cost analysis sebagai berikut.
Tabel 9. Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
Angka Capaian Program Pemberian TTD pada Remaja
36
5. Pemilihan duta anemia
minimal satu orang per
kelas dan
3 3 3 3 9 4
bimbingan/pelatihan oleh
pemegang program
puskesmas
6. Mengajukan pendanaan
program ke Puskesmas dan
3 4 5 2 4,8 5
Dinas Kesehatan Kota
Padang
7. Pendistribusian TTD
5 4 5 3 12 3
berdasarkan wilayah rumah
Pada tabel diatas didapatkan prioritas alternatif pemecahan masalah yang
utama yaitu optimalisasi peran duta anemia dalam pencatatan cakupan
konsumsi TTD dengan pemanfaatan googleform dan Whats Auto serta
penggunaan grup Whats App sebagai media Follow up.
37
BAB 5
RENCANA KEGIATAN
5.1 Plan (Tahapan Perencanaan)
Tahap persiapan yang dilakukan adalah mengkaji data laporan tahunan
Puskesmas Nanggalo 2020 dan menyimpulkan berbagai permasalahan yang
terjadi di Puskesmas Nanggalo dalam bentuk capaian dan persentase setiap
programnya. Permasalahan yang ada diidentifikasi dan di konfirmasi kepada
masing-masing pemegang program, kemudian ditentukan tingkat prioritasnya
berdasarkan metode USG sehingga didapatkan masalah yang layak untuk
dipecahkan melalui Plan of Action (PoA).
Perumusan kegiatan dan jadwal rangkaian PoA dibuat pada tanggal 3
Maret 2021 dengan agenda sebagai berikut:
1. Diskusi internal dengan Penanggung Jawab masing-masing UKM
mengenai analisis masalah di Puskesmas Nanggalo
2. Diskusi penentuan prioritas masalah menggunakan metode USG
3. Diskusi internal dengan Pemegang program Gizi, pertemuan internal
membahas:
a. Kegiatan dan bentuk pelaksanaan program pemberian TTD pada
remaja yang sudah dilakukan Puskesmas
b. Identifikasi masalah yang menyebabkan capaian yang tidak memenuhi
target program
c. Pengumpulan data mengenai data capaian program tahun 2020, data
sekolah dan contact person perwakilan masing-masing sekolah.
d. Perencanaan program upaya peningkatan capaian program pemberian
TTD pada remaja di sekolah wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
e. Hal lain yang dapat mendukung pelaksanaan program.
4. Diskusi dengan kepala sekolah/guru masing-masing sekolah, via telefon
untuk mengidentifikasi masalah dari sudut pandang pihak sekolah,
membahas:
a. Kendala yang dialami sekolah dalam pelaksanaan program pemberian
TTD
b. Evaluasi pelaksanaan program TTD dan peran duta anemia di sekolah
38
c. Saran terhadap pelaksanaan program pemberian TTD remaja
d. Metode pelaksanaan proses belajar mengajar di masing-masing
sekolah
5. Merancang rumusan kegiatan dan pembuatan timetable kegiatan PoA.
6. Merancang sistem Follow up dan alur pelaporan konsumsi TTD di sekolah
menggunakan grup Whats App, Whats Auto dan Google form.
5.2 Alur Intervensi Pemecahan Masalah
5.2.1 Pencatatan cakupan konsumsi TTD menggunakan Whats Auto dan
Google form.
1. Survei preintervensi
Survei dilakukan untuk mengumpulkan database siswi, data jumlah duta
anemia dan data pengguna aplikasi Whats App di tiap sekolah. Survei
dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner singkat melalui google form
yang dikirimkan melalui Whats App atau aplikasi lainnya kepada seluruh siswi
remaja SMP dan SMA.
2. Pembuatan link pelaporan konsumsi TTD di Google form siswi per tingkat
kelas yang bisa di akses oleh masing-masing duta anemia per kelas, langkah-
langkahnya:
- Mengakses situs pembuatan Google form
- Merancang poin-poin pelaporan mencakup alamat email, nama, kelas,
tanggal dan waktu konsumsi, lampiran bukti berupa foto bungkus TTD
yang telah diminum
- Membuat formulir pelaporan per kelas dan merekap link yang telah dibuat
3. Pembuatan akun official Program CERIA (Cegah Anemia pada Remaja) di
Whats App
- Mengunduh dan memasang aplikasi Whats App Business, aplikasi ini
tersedia dan dapat diunduh secara gratis
- Masukkan nomor handphone yang akan menjadi nomor akun (nomor
pemegang program gizi Puskesmas Nanggalo)
- Membuat nama dan kategori akun, isi bagian nama dengan “Cegah
Anemia pada Remaja” dan kategorikan sebagai “Medic and Health”
- Mengatur pesan sambutan dan pesan balasan cepat
39
4. Pembuatan Whats Auto CERIA (Cegah Anemia pada Remaja)
- Mengunduh dan memasang aplikasi Whats Auto
- Memasukkan e-mail Puskesmas Nanggalo
- Mengatur auto reply: klik “ON” pada kotak auto reply
5. Membuat database di Google Sheet, berisikan kata kunci dan pesan balasan
yang telah diatur agar sesuai dengan kata kuncinya.
Database ini terdiri dari:
- KIE mengenai TTD dan pentingnya mengonsumsi TTD pada remaja
- Link google form pelaporan konsumsi TTD per tingkat kelas
- Contact person konsultasi (pemegang program puskesmas/ Guru
pemegang program dan contact person duta anemia)
- Mengaktifkan Google Sheet dan sinkronisasi pada Whats Auto
6. Uji Coba pencatatan menggunakan Whats App CERIA
7. Sosialisasi Mengenai Penggunaan Aplikasi kepada Petugas Puskesmas
Sebelum memberikan sosialisasi kepada guru dan siswi, diberikan sosialisasi
kepada petugas puskesmas. Sosialisasi bertujuan agar petugas puskesmas
dapat mengerti penggunaan aplikasi tersebut.
8. Sosialisasi penggunaan aplikasi kepada guru dan duta anemia
9. Sosialisasi penggunaan aplikasi kepada seluruh siswi remaja sekolah di wilayah
kerja Puskesmas Nanggalo.
10. Penggunaan Whats App CERIA
11. Evaluasi Program
5.2.2 Pembuatan alur pencatatan, pelaporan dan Follow up cakupan
konsumsi TTD
1. Survei preintervensi
Survei dilakukan dengan mengumpulkan database duta anemia tiap kelas
dan diskusi dengan guru dan duta anemia mengenai penetapan jadwal
konsumsi TTD dalam tiap minggu nya. Survey bisa menggunakan kuesioner
singkat melalui google form dan diskusi bisa dilakukan melalui pertemuan via
zoom atau secara langsung dengan melaksanakan protokol kesehatan.
40
2. Sosialisasi alur pencatatan, Follow up dan pelaporan kepada guru, duta anemia
oleh Puskesmas dan penyesuaian strategi dengan kondisi masing-masing
sekolah
3. Pembuatan grup Whats App antara pemegang program Puskesmas, Guru
penanggung jawab program dan seluruh duta anemia
4. Pencatatan dan Follow up konsumsi TTD
Menggunakan link google form yang di share melalui Whats Auto, siswi
mengisi form di hari dan waktu yang ditentukan setelah mengonsumsi TTD.
Duta anemia di kelas tersebut kemudian bertugas rekap data konsumsi
kemudian melakukan Follow up berupa feedback di grup Whats App kelas
dengan mengingatkan dan membagikan daftar anggota kelasnya yang belum
mengisi form/ belum mengonsumsi TTD di hari tersebut.
5. Pelaporan
Laporan mingguan kelas dilaporkan di Grup Whats App oleh duta anemia
maksimal H+1 sehingga bisa di pantau oleh guru penanggung jawab dan
pemegang program gizi Puskesmas. Guru penanggung jawab membuat
laporan bulanan masing-masing sekolah dan diberikan kepada puskesmas
per2,5 bulan (sesuai waktu distribusi).
6. Feedback
Guru dan Puskesmas rutin memberikan feedback setiap laporan mingguan,
dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi duta anemia selama
pelaksanaan program
7. Evaluasi program
Melakukan penilaian terkait program yang sudah dilakukan, evaluasi
dilakukan per enam bulan dengan menilai meningkatnya cakupan konsumsi
TTD.
8. Reward
Audiensi kepada pihak sekolah dan Puskesmas untuk pemberian reward
pada duta anemia setiap tahunnya dan reward lebih bagi pencatatan yang rutin
dan rapi.
41
5.3 SWOT Analysis
Tabel 10. SWOT Analysis Optimalisasi Peran Duta Anemia dalam Pencatatan,
Pelaporan dan Follow Up Cakupan Konsumsi TTD dengan Pemanfaatan Whats
App CERIA (Cegah Anemia pada Remaja)
42
5.4 Indikator Keberhasilan
Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah program dilaksanakan dengan
maksimal. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan dilihat dari:
1. Terdapatnya pencatatan dan peningkatan data angka cakupan konsumsi TTD
pada Remaja wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
2. Terlaksananya pelaporan rutin cakupan konsumsi masing-masing sekolah
kepada Puskesmas.
5.5 Timetable Kegiatan
No. Kegiatan Maret April Mei Juni
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Plan
(Perencanaan)
1. Identifikasi masalah dan
menetapkan prioritas
masalah
2. Perumusan kegiatan PoA
dan pembuatan timetable
Do
(Pelaksanaan)
3. Survei awal, mengumpulkan
database dan analisis situasi
4. Pembuatan link pelaporan
konsumsi TTD di Google
form
5. Pembuatan akun official
Program Cegah Anemia
pada Remaja di Whats App
6. Pembuatan Whats Auto
CERIA
7. Uji Coba pencatatan
menggunakan Whats App
CERIA
43
8. Sosialisasi alur pencatatan,
Follow up, pelaporan dan
penggunaan Whats App
CERIA
9. Penggunaan Whats App
CERIA
10 Evaluasi Program
44
5.6 Alur Kegiatan
45
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi masalah yang didapatkan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program, petugas
yang menjalankan program dan analisis dari Laporan Tahunan Puskesmas
Nanggalo yaitu; balita ditimbang (D/S), depot air minum yang memenuhi
syarat, presentase remaja putri yang mendapat TTD, neonatal komplikasi
ditangani, dan skrining usia produktif. Prioritas masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo yang ditentukan menggunakan metode
USG adalah presentase remaja putri yang mendapat TTD. Capaian remaja
putri yang mendapat TTD di Puskesmas Nanggalo berdasarkan Analisa
Situasi Masalah Gizi di Puskesmas Nanggalo Tahun 2020 adalah 58,7%.
2. Beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya capaian remaja putri
yang mendapat TTD adalah pencatatan, pelaporan dan Follow up cakupan
konsumsi TTD dari sekolah belum ada, kurangnya sosialisasi program
TTD ke guru dan murid, pemahaman yang salah dari siswi mengenai
keamanan dan efek samping obat TTD, terdapat sekolah yang program
duta anemia nya belum ada dan duta anemia belum diberdayakan secara
maksimal, pendanaan puskesmas terhadap program TTD kepada remaja
belum ada, dan pendistribusian tablet TTD ke murid tidak bisa dijalankan
selama pelaksanaan PBM daring akibat pandemic.
3. Alternatif pemecahan masalah belum tercapainya presentase remaja putri
yang mendapat TTD adalah dengan melakukan intervensi pada masing-
masing faktor penyebab yaitu metode, manusia, sarana dan lingkungan.
4. Upaya optimalisasi Peran Duta Anemia dalam Pencatatan, Pelaporan Dan
Follow up Cakupan Konsumsi TTD dengan pemanfaatan Whats App
CERIA (Cegah Anemia pada Remaja)
6.2 Saran
1. Sosialisasi penggunaan Whats App CERIA (Cegah Anemia pada Remaja)
diharapkan lebih masif ke seluruh guru dan siswi remaja Sekolah di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
46
2. Diperlukan optimalisasi kerjasama dengan sekolah dalam follow up dan
pelaporan angka cakupan konsumsi TTD ke Puskesmas Andalas. 3.
Masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam penggunaan aplikasi 'Ayo
Ceting' untuk capaian balita ditimbang di wilayah kerja Puskesmas
Andalas serta melaporkan hasil penimbangan balita secara rutin melalui
aplikasi
3. Pihak sekolah diharapkan berpartisipasi aktif dalam melancarkan program
Optimalisasi Peran Duta Anemia dalam Pencatatan, Pelaporan Dan
Follow up Cakupan Konsumsi TTD dengan pemanfaatan Whats App
CERIA (Cegah Anemia pada Remaja) karena pelaksanaan program
tergantung komitmen, keaktifan dan kerjasama antara duta anemia, guru
dan Puskesmas
47
DAFTAR PUSTAKA
48
11. Shaka MF, Wondimagegne YA. Anemia, a moderate public health concern
among adolescents in South Ethiopia. PLoS ONE; 13. Epub ahead of print
July 1, 2018. DOI: 10.1371/journal.pone.0191467.
12. Howson CP, Kennedy ET, Horwitz A. Prevention of Micronutrient
Deficiencies. National Academies Press, 1998. Epub ahead of print February
24, 1998. DOI: 10.17226/5962.Nizma Nuniek Fajriyah, Laelatul M. Huda
13. Institute of Medicine. Telemedicine: A guide to assessing
telecommunications for health care. Washington, DC: The National
Academies Press; 1996.
14. Freiburger G, Holcomb M, Piper D. The STARPAHC collection: part of an
archive of the history of telemedicine. J Telemed Telecare. 2007;13:221-223.
15. Chen YY, Guan BS, Li ZK, et al. Effect of telehealth intervention on breast
cancer patients’ quality of life and psychological outcomes: a meta-analysis. J
Telemed Telecare. Epub 2017 Jan 1.
16. Lopez AM, Avery D, Krupinski E, et al. Increasing access to care via tele-
health: the Arizona experience. J Ambul Care Manage. 2005;28:16-23.
17. Lacktman N, Rosen D.Telemedicine and Ditigal Health Survey. 2017.
18. American Telemedicine Association. ATA commends. Congress for giving
HHS authority to waive restrictions on telehealth for Medicare beneficiaries
in response to the COVID-19 outbreak. Arlington, VA: American
Telemedicine Association. Updated March 14, 2021.
19. American Well. Telehealth index: 2019 consumer survey (Internet). 2019.
Available from:
https://static.americanwell.com/app/uploads/2019/07/American-Well-
Telehealth-Index-2019-Consumer-Survey-eBook2.pdf.Accessed March 14,
2021.
20. Puskesmas Nanggalo. Laporan Tahunan Puskesmas Nanggalo Tahun 2020.
Padang.Puskesmas Nanggalo.2020.
21. Permatasari T, Briawan D, Madanijah S. Efektivitas Program Suplementasi
Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor Effectiveness of Iron
Supplementation Programme in Adolescent girl at Bogor City.Media Kesehat
Masy Indones.2018;14(1):1-8.
49
22. Siska. 2017. Faktor yang berhubungan dengan Anemia Pada Remaja Putri.
Jakarta. Diakses pada 14 Maret 2021.
23. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Rencana Aksi Kegiatan
Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2020-2025.
50
LAMPIRAN
51
2. Setelah google spreadsheet terbuka, maka isilah sesuai dengan perintah
yang diinginkan. Contoh : memasukkan kata “info” pada kolom A dan
untuk penjelasan dari kolom A dapat dibuat di kolom B. Hal itu dapat
dilanjutkan ke baris berikutnya dengan pola yang sama.
52
3. Buka aplikasi Whatsauto menggunakan smartphone. Login menggunakan
akun goggle yang telah dibuat goggle spreadsheet tadi. Setelah login pilih
“Menu” lalu pilih “Spreadsheet”.
53
5. Selanjutnya kita dapat mengunakan teks balasan otomatis. Pertama
aktifkan ”Jawab otomatis”, setelah itu kita dapat membuat teks balasan
otomatis sesuai dengan keinginan.
54
55
Berikut contoh pengaplikasian whatsauto :
56
57
58
59