Anda di halaman 1dari 3

Nur Elistiani Eksadita

1706985823
Pandangan Islam Terhadap Narkoba
Menurut BNN, Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik,
Psikotropika, dan Zat Aditif (NAPZA) adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. 1 Berdasarkan data Badan
Narkotika Nasional (BNN), saat ini, setidaknya 3,6 juta penduduk Indonesia menjadi
pengguna barang haram itu. Sebagian besar pengguna narkotika itu adalah pelajar dan
mahasiswa.2
Masalah narkoba sudah menjadi perhatian pemerintah dan banyak kalangan
masyarakat beberapa dekade terakhir. Pada 10 Februari 1976, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa haram terhadap peredaran dan
penyalahgunaan narkotika. Selain mengharamkan narkotika, MUI pun
menganjurkan kepada organisasi keagamaan, pendidikan dan sosial serta
kemasyarakatan, terutama para orang tua untuk bersama-sama menyatakan ''Perang
Melawan Narkoba''.
Dalam Islam, narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, dan
lainnya disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini,
apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Tak ada satu pun

ulama yang menyelisihkan keharaman mukahddirat tersebut3.

Para ulama mengqiyaskan hukum mukhaddirat pada hukum khamar. Mereka


berdalil dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA, "Khamar adalah
segala sesuatu yang menutup akal." (HR Bukhari Muslim). Jadi, narkotika masuk

dalam cakupan definisi khamar seperti yang disebutkan Umar bin Khattab RA.

Dr Yusuf Qardhawi dalam kumpulan fatwa kontemporernya menerangkan, akibat


yang ditimbulkan pemakai narkotika sama saja dengan orang yang mabuk karena
khamar. Sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari pengaruh
benda-benda memabukkan itu. Hal ini bukti hilangnya kesadaran seseorang akibat
narkotika. Lebih lanjut, Qardhawi menerangkan, kalau barang-barang mukhaddirat

1 Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bolango


2
Sasongko, Agung. Bagaimana Hukum Islam Memandang Narkotika?, republika.co.id
3 Ibid
tersebut tidak dimasukkan dalam kategori khamar atau memabukkan, ia tetap haram
dari segi melemahkan (menjadikan loyo). Banyak orang yang memang tidak mabuk
mengonsumsi narkoba. Namun, tubuh mereka akan menjadi lemah dan memiliki efek
halusinasi. 4 Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah mengatakan,
"Rasulullah SAW melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan
(menjadikan lemah)." (HR Abu Daud).
Selain itu, narkoba juga termasuk sesuatu yang membahayakan karena dapat
menyebabkan gangguan sistem syaraf bahkan dapat mengakibatkan kematian. Hal ini
semakin membuat narkoba terlarang dan haram hukumnya. Allah SWT dalam Q.S Al
A’raf:157 berfirman:

"…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk."
Segala sesuatu yang membahayakan manusia adalah haram. Hal ini ditegaskan
dalam Alquran QS an-Nisa' [4]: 29

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu”
Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai apa yang wajib diberlakukan terhadap
orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan bahwa semua itu jaiz, halal,
dan mubah?
"Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk
seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau
banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram
menurut kesepakatan kaum Muslim," jelas Ibnu Taimiyah5.
Sedangkan, orang yang menganggap bahwa ganja halal, menurut Ibnu Taimiyah,
maka dia terhukum kafir dan diminta agar bertobat. Jika ia bertobat maka selesailah
urusannya, tetapi jika tidak mau bertobat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir
murtad, yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak
boleh dikubur di permakaman kaum Muslim.

4 Republika, 2010. ‘Narkotika Dalam Fikih Islam’


5 Muhammad Abduh Tuasikal. Narkoba dalam Pandangan Islam.
https://muslim.or.id/9077-narkoba-dalam-pandangan-islam.html
Namun demikian, keharaman mengonsumsi Narkotika ini mengecualikan untuk
kepentingan medis/pengobatan, sebagaimana penjelasan Sayyid Utsman bin

Muhammad Syatha ad-Dimyathi (w. < 1302 H/1885 M) dalam I’anah at-Thalibi
Adapun sanksi atau hukuman bagi pengonsumsi narkoba yang bukan dalam
rangka pengobatan menurut Mayoritas Ahli Fikih adalah hukuman ta’zir yang
disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Ta’zir dapat berupa hukuman penjara,
denda, dan selainnya, yang menurut pemerintah dapat memberi efek jera baginya.
Bahkan dalam konteks ini menurut Fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah pemerintah
dapat memberlakukan hukuman mati bila memang kasusnya berulang-ulang dan
pelaku tidak jera dengan hukuman lainnya.6
Memproduksi Narkoba (yang ilegal bukan dalam kepentingan medis) dalam
tinjauan Hukum Islam adalah haram, seperti dijelaskan oleh Syaikh Wahbah
az-Zuhaili:
“Menanam hashish, khaskhas (papaver nudicaule/tanaman bahan mentah
opium), qat (chata edulius/teh Arab), memproduksi opium, kokain, dan heroin.
Sungguh setiap aktifitas yang mengantarkan pada keharaman maka hukumnya haram,
dan setiap aktifitas yang menolong kemaksiatan maka merupakan maksiat.”7
Hukum mengedarkan narkotika dengan menjual, membeli, menyelundupkan, dan
semisalnya sama dengan hukum memproduksi, yaitu haram karena termasuk kategori
memfasilitasi maksiat (i’anah ‘ala ma’shiyah), yang juga masuk dalam keumuman
larangan al-Qur’an:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah.” (QS. Al-Maidah: 2)
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mengonsumsi narkoba dan memproduksi narkoba
dari jenis apapun haram hukumnya dalam islam dan melanggar peraturan negara. Namun,
narkotika boleh digunakan untuk kepentingan medis dan dalam jumlah yang sedikit.

6 Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami, VII/450.

7 Ibid

Anda mungkin juga menyukai