resiko
Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin untuk hamil maka ia bisa saja
tidak mengurus dengan baik kehamilannya. Dengan begitu ia menghindari kewajiban
untuk mengkonsumsi makanan dan vitamin kehamilan serta menolak memeriksakan
kehamilannya. Dengan sikap-sikap tersebut, sulit dijamin adanya kualitas kesehatan
bayi yang baik.
Kehamilan tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya aborsi yang tidak aman
oleh tenaga non profesional. Aborsi yang disengaja seringkali beresiko lebih besar
pada remaja putri. Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan
karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan atau bahkan mereka tidak sadar
sedang hamil. Secara fisik, tindakan aborsi memberikan dampak jangka pendek secara
langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak
jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas. Menurut
WHO (2003), kehamilan tidak diinginkan pada remaja memiliki resiko kematian lebih
tinggi 2-4 kali.
Secara psikologis, kehamilan tidak diinginkan memberikan dampak hilangnya
harga diri, perasaan dihantui dosa dan takut hamil.
Selain berakibat kurang baik bagi kesehatan mental dan psikologis, kehamilan
tidak diinginkan yang biasanya terjadi di luar penikahan dapat mempengaruhi
kehidupan sosial seperti mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan formal. Padahal pendidikan formal yang baik merupakan dasar untuk
membangun masa depan. Selain itu, kehamilan tidak diinginkan dapat menjadikan
remaja tersebut dikucilkan oleh masyarakat.
5. Upaya Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Begitu besarnya kasus kehamilan tidak diinginkan dikalangan remaja yang tidak saja
merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena kehilangan remaja-remaja
potensialnya membuat kita merasa perlu untuk melakukan suatu upaya pencegahan
berupa:
a. Pemberian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang
berhubungan dengan seks dalam bentuk yang wajar.
b. Melibatkan kelompok masyarakat yang lebih luas seperti ulama rohaniawan,
petinggi adat untuk menilai, merencanakan dan melaksanakan program yang
paling tepat untuk kesehatan reproduksi remaja, termasuk juga mendorong
keterbukaan dan komunikasi dalam keluarga
Pada remaja yang mengalami KTD dapat merusak masa depan mereka, oleh karena
itu para remaja harus mencegah terjadinya KTD dengan :
a. Cara paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah