Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

MENGENAL FORMALIN

Disusun Oleh :

Kelompok 3 ( Pendidikan Bidan )

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2008

MENGENAL FORMALIN

Disusun Oleh :

Kelompok 3 ( Pendidikan Bidan )


1. Elga Mia Nirbita

(010810119)

2. Galuh Widiarnita

(010810193)

3. Rizki Kusuma Ningrum

(010810181)

4. Yasintha Kurnia

(010810021)

5. Melida Ika Safitri

(010810013)

6. Dewi Risnawati

(010810002)

7. Kasyafiya Jayanti

(010810112)

8. Nabila Maida

(010810152)

9. Veterina Rizki Amalia

(010810677)

10. Mega Faridatun Nisak

(010810094)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

2008

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sejak Desember 2005 lalu dibuat geger dengan isu formalin pada makanan
olahan. Puncaknya, pekan lalu BP POM yang pertama kali melempar isu itu ke tengah
masyarakat, kantornya meledak secara misterius.
Secara ekonomi, dampak isu formalin itu amat memprihatinkan. Tak sedikit penjual
mi basah, bakso, tahu, ikan segar, ikan asin, dan makanan olahan lain yang diisukan
mengandung formalin mengalami penurunan omzet dan bahkan banyak yang gulung tikar.
Hampir semua orang mengecam makanan berformalin. Pokoknya semua yang pakai
formalin, bahaya! Itulah opini yang tertancap kuat di masyarakat.
Fakta Formalin
Formalin adalah nama dagang untuk larutan formaldehyde (CH2O) dalam air yang
mengandung metanol 8-12 persen sebagai stabilisator. Kadar formaldehyde tidak kurang dari
34 % dan tidak lebih dari 38 %. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah
diencerkan, yaitu larutan formaldehyde 40 %, 30 %, 20 %, dan 10 %. Ada juga dalam bentuk
tablet seberat 5 gram.
Formalin ini merupakan bahan yang biasanya digunakan untuk pembersih, antiseptik,
pengontrol kecoa, pengawet kayu, atau juga pengawet mayat. Dalam dunia industri ia
digunakan untuk kayu lapis, plastik, kertas, cat, dan konstruksi.
Penelitian WHO
Di tengah gencarnya pemberitaan sepihak seputar formalin, yang perlu
dipertimbangkan bahwa kandungan formalin yang membahayakan adalah sebesar 6 (enam)
gram. Pada kadar itulah baru terjadi toksifikasi (keracunan) atau pengaruh negatif.
Tinjauan Fiqih Islam
3

Dalam kacamata hukum Islam (fiqih), terdapat kaidah fiqih yang terkenal : al-ashlu
fi al-asy-yaa` al-ibahah maa lam yarid dalil al-tahrim. (Hukum asal benda adalah mubah,
selama tidak terdapat dalil yang mengharamkannya) (Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram
dalam Islam, hal. 14).
Atas dasar ini, semua benda misalnya hewan atau tumbuhan adalah halal dimakan
atau dimanfaatkan, kecuali ada nash tertentu yang menyatakan keharamannya. Misalnya saja
bangkai, daging babi, atau darah (lihat QS Al-Maa`idah : 3).
Fakta ini dapat dihukumi secara tepat dengan kaidah fikih yang mengatakan, Setiap
kasus dari suatu perbuatan/benda yang mubah, jika berbahaya atau membawa pada bahaya,
maka kasus itu saja yang haram, sedang hukum asalnya tetap mubah. Prinsip ini dalam teks
Arabnya berbunyi : Kullu fardin min afrad al-amr al-mubah idzaa kaana dhaaran aw
mu`addiyan ila dharar hurrima dzalika al-fardu wa zhalla al-amru mubahan (Taqiyuddin
an-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, III/451).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa formalin itu?
2. Bagaimana formalin dari segi kesehatan?
3. Bagaimana formalin dari segi agama?
4. Apa tindakan lebih lanjut terhadap formalin?

1.3 TUJUAN
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Agama Islam. Di samping itu juga
untuk menambah wawasan tentang penggunaan formalin ditinjau dari segi kesehatan dan
dari segi agama.

1.4 MANFAAT
Dapat mengembangkan pola fakir kita tentang apa itu formalin dan bahaya serta manfaat
formalin dalam kehidupan sehari-hari ditinjau dari berbagai aspek.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI FORMALIN


Formalin Adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.di dalam formalin
terkandung sekitar 37 persenformaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15
persen sebagai pengawet. Formalindikenal sebagai bahan pembunuh hama ( desinfektan )dan
banyak digunakan dalam industri.
Nama lain formalin
- Formol Methylene aldehyde Paroforin
- Morbicid-Oxomethane Polyoxymethylene glycol
- Methanal- Formoform- Superlysoform
- Formic aldehyde- Formalith- Tetraoxymethylene
- oxyemethylene- methyylene

2.2 FORMALIN DITINJAU DARI SEGI KESEHATAN


Penggunaan Formalin
1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih : lantai, gudang , pakaian dan
kapal.
2. Pembasmi lalat dan serangga lainnya
3. Bahan pembuat Sutra buatan, Zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia Fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas
5. Bahan pembentuk pupuk berupa Urea
6. Bahan pembuatan produk parfum
5

7. Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku


8. Pencegah korosi untuk sumur minyak
9. Bahan untuk isulasi busa
10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)
11. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1 persen ) digunakan sebagai pengawet, Untuk
berbagai barang konsumen, seperti pembersi rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, Shampo mobil, lilin dan karpet
12. Methyl Oxide- karsan- Trioxane

Bahaya utama formalin


Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : Luka baker pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi
alergi dan bahaya kanker pada manusia.

Bahaya Jangka Pendek (akut)


1. Bila terhirup
* Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan
tenggorokan serta batuk-batuk
* Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan
paru.
* Tanda-tanda lainnya meliputu bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang
berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah.
* Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian .
2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah,
mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar
3. Bila terkena Mata
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya
sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan

beronsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan
terjadi kerusakan pada lensa mata
4. Bila tertelan
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala,
hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal.
Bahaya Jangka panjang ( kronis )
1. Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua
pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal
dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head
dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan,
paru dan otak
2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit kulit terasa panas,mati rasa serta gatal-gatal serta memerah,kerusakan
pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit dan terjadi radang kulit yang
menimbulkan gelembung .
3. Bila terkena Mata
Jika terkena mata bahaya yang menonjol terjadinya radang selaput mata
4. Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-muntah dan kepala
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

Tindakan Pencegahan :
1. Terhirup
Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung untuk pernafasan seperti
masker, kain atau alat pelindung lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya
formalin kedalam hidung atau mulut Lengkapi alat ventilasi dengan penghisap udara
( exhaust fan )yang tahan ledakan
2. Terkena Mata
Gunakan pelindung mata / kaca mata,penahan yang tahan terhadap percikan Sediakan kran
air untuk mencuci mata ditempat kerjayang berguna apabila terjadi keadaan darurat
3. Terkena Kulit
Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok Gunakan sarung tangan yang tahan
bahan kimia
4. Tertelan
Hindari makan,minum dan merokok selama berkerja, cuci tangan sebelum makan
Tindakan Pertolongan Pertama
1. Bila Terhirup
Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ketempat yang aman bila perlu
gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis unuk melakukan pernafasan buatan Segera
hubungi Dokter.
2. Bila terkena Mata
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan pastikan
tidak ada lagi sisa formalin di mata Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur
0,9 persen ( seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air ) secara terus
menerus sampai penderita siap dibawa ke Rumah Sakit Segera bawa ke Dokter.
3. Bila terkena Kulit
Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena Formalin, cuci kulit selama 15- 20
8

menit dengan sabun atau deterjen lunak dan cair yang banyak dan dipastikan dan dipastikat
sudah tidak ada lagi bahan yang tersisa dikulit ,pada bagian yang terbakar ,lindungi luka
dengan pakian yang kering ,steril dan longgar,bila perlu segera hubungi dokter.

4. Bila tertelan
Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

Cara penyimpanan Formalin :


- Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah150C.
- Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat,alumunium murni,polietilen atau
polyester yang dilapisi fiberglass.
- Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi,tembaga,nikel atau campuran seng
dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi.
- Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60
derajat celcius

2.3 FORMALIN DITINJAU DARI SEGI AGAMA


Akhir tahun 2005 kita dihenyakkan dengan pemberitaan soal ditemukannya Formalin di
dalam makanan keseharian seperti tahu, ikan asin, dan mie basah. Bahkan dalam temuan
selanjutnya, banyak sumber makanan lain yang mengandung zat yang biasa dipakai untuk
mengawetkan jenazah ini. Diantaranya: ayam potong, empek-empek, bakso, kwiteau.
Penelitian menunjukkan bahwa produk-produk yang menggunakan zat berbahaya tersebut
tidak hanya ditemukan di pasar-pasar tradisional, tetapi juga di supermarket dan toko-toko
swalayan besar lainnya.
Hasil pengujian Balai Besar POM di Jakarta pada November-Desember 2005 terhadap 98
sampel produk pangan yang dicurigai mengandung formalin mencengangkan kita. Sebanyak
56 sampel di antaranya (57% lebih) dinyatakan positif mengandung formalin (Kompas,
28/12). Di beberapa tempat lainnya di seluruh Indonesia juga ditemukan kenyataan yang
hampir sama. Itu artinya, jika kita memakan 10 produk di atas yang dibeli dari pasar
tradisional atau supermarket, maka kemungkinan mengandung formalin setidaknya 5
9

diantaranya. Celakanya lagi, ikan segar dengan ikan yang mengandung formalin dengan
kadar minimum, nyaris tidak bisa dibedakan.
Aspek Thayyib dan Halal
Sebagaimana diketahui, di dalam Islam (sebagai mayoritas di Indonesia), syarat makanan
yang kita makan tidak saja Thayyib, tetapi juga Halal. Thayyib berkenaan dengan
pemenuhan kriteria dari segi kualitas makanan, sedangkan Halal lebih kepada batasan
syariat (agama) terhadap boleh tidaknya memakan makanan tersebut. Bagaimanapun, setiap
yang thayyib belum tentu halal. Kehalalan produk, karenanya, merupakan syarat utama, baik
dari sisi cara perolehannya maupun zatnya.
Dalam kasus Formalin di atas, jika berlebihan, maka makanan tersebut sudah tentu masuk
kategori tidak thayyib, alias dari sisi kualitas tidak layak kita makan. Kalau masih dalam
batas minimum bisa dikatakan thayyib untuk jangka pendek, tetapi tidak untuk jangka
panjang. Itu sama artinya, bahwa kita pun seharusnya menghindari pemakaian zat itu
meskipun dalam kadar yang sedikit.
Bagaimana dengan kehalalan Formalin? Inilah pertanyaan yang seharusnya lebih krusial
untuk dikejar.
Di banyak media penulis temukan bahwa Formalin hanya ditulis sebagai nama dagang untuk
formaldehyde, yakni berupa larutan formaldehyde dalam air dengan kadar 30-40 persen. Ada
yang menuliskan bahwa kadar airnya 50 persen dan sisanya adalah pelarut lainnya.
Tentu saja, informasi ini cukup menyesatkan. Mengapa? Ternyata, pelarut lain yang
digunakan itu biasanya adalah methanol, yang berfungsi sebagai stabilisator. Methanol, atau
dikenal juga dengan methyl alcohol atau wood alcohol (CH3OH) merupakan keluarga
alkohol yang paling sederhana, ringan, mudah menguap, tak berwarna, tak berasa, mudah
terbakar, dan cairan beracun dengan sedikit bau. Alkohol berasal dari kata bahasa Arab AlKhukul. Tentu saja, Alkohol biasa digunakan sebagai campuran drug atau minuman keras
(dalam bahasa agama, al-khamr). Al-khamr adalah segala minuman yang memabukkan, yang
memiliki efek menghilangkan kesadaran si peminum dengan berkurangnya respon sistem
syaraf pusatnya.

10

Alkohol, khususnya dari hasil proses kimiawi, sebagai al-khamr sudah jelas-jelas
keharamannya, baik banyaknya maupun sedikitnya. Dalam Q.S. Al-Baqarah: 219 Allah
SWT telah berfirman:




Mereka bertanya kepadamu tentang khamar (segala minuman yang memabukkan) dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir.

Jika penggunaan Alkohol sebagai campuran minuman atau makanan kita hukumnya haram,
maka seharusnya demikian juga dengan penggunaan methanol, karena ia merupakan
keluarga Alkohol. Jika pernyataan ini benar adanya, maka penggunaan Formalin dengan
pelarut methanol untuk mengawetkan berbagai jenis makanan di atas, termasuk memakan
makanan berformalin itu sendiri, akal sehat kita tentu akan menghukuminya haram juga.
Padahal pelarangan penggunaan Formalin pada makanan sebenarnya sudah ada sejak 1982
dan dikuatkan dengan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Perlindungan Pangan
(tempointeraktif, 24/6). Itu berarti kasus penggunaan formalin pada makanan seperti yang
mencuat akhir-akhir ini sebenarnya sudah terjadi sejak masa lampau.
Tindak Lanjut dan Tantangan
Agak mengkhawatirkan jika kemudian ambang batas aman akhirnya dijadikan semacam
justifikasi agar produsen memproduksi makanannya dengan penggunaan Formalin di bawah
batasan itu. Di sisi lain, masyarakat perlu dididik mengenai kandungan formalin yang
berbahaya bagi kesehatan. Dengan demikian diharapkan masyarakat tidak panik dan
menolak segala bahan yang diperkirakan mengandung formalin, karena masih di bawah
ambang batas yang diperbolehkan.
JIka mengacu pendapat penulis di atas, maka masalahnya sebenarnya tidak sesederhana
demikian, karena bukan saja menyangkut thayyib tidaknya makanan berformalin itu, tetapi
lebih gawat dari itu, yakni menyangkut masalah halal atau haram. Oleh karena itu, penulis
menghimbau kepada Majlis Ulama Indonesia (MUI) dibantu Lembaga Pengawasan
11

Penggunaan Obat, Makanan dan Kosmetika (LP POM MUI) yang selama ini berkecimpung
pada pengawasan makanan halal di Indonesia untuk menaruh perhatian lebih pada masalah
ini.
Masalahnya tentu saja sangat kompleks. Produsen tahu, mie, ikan asin, dan sebagainya di
atas mencakup jumlah yang sangat banyak dan tersebar pada area yang sangat luas, bahkan
seluruh Indonesia. Disamping itu, ternyata jenis produk yang menggunakan Formalin juga
sangat beragam. Zat ini juga ditemukan pada asap rokok, pada produk seperti antiseptik,
obat, cairan pencuci piring (dish washer), pelembut cucian (softener), perawatan sepatu,
pembersih karpet, perabot dari bahan melamin. Dan jangan heran jika Formalin juga
merupakan bahan yang biasa dipakai pada sampo bayi, deodorant, parfum, cat rambut,
cairan penyegar mulut, dan pasta gigi (Suara Pembaharuan, 30/12).
Tantangan lainnya adalah seperti ilustrasi berikut. Nelayan di Lamongan Jawa Timur biasa
pergi melaut mencari ikan selama 14 hari. Untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya,
mereka biasa menggunakan es balok. Pada saat ini, karena biaya operasional yang
meningkat dua kali lipat seiring dengan naiknya harga BBM, khususnya solar, dan diikuti
dengan harga-harga lainnya termasuk es balok, maka mau tak mau mereka harus mengurangi
biaya itu agar tidak merugi. Akhirnya mereka nekat menggunakan Formalin untuk
menggantikan es balok. Setelah dicampur air, satu liter Formalin cukup untuk mengawetkan
10 ton ikan. Satu liter Formalin harganya Rp. 7.000,- Jika menggunakan es balok, untuk
mengawetkan 10 ton ikan itu diperlukan sekitar 350 buah. Jika satu es balok seharga Rp.
7.500,- maka diperlukan dana lebih dari Rp. 2,6 juta hanya untuk es balok (Kompas, 27/12).

BAB III
PENUTUP
12

3.1 SIMPULAN
Jika ditinjau dari berbagai aspek,pada dasarnya formalin merupakan zat yang sangat
berbahaya. Karena penggunaan dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu
pendek dapat menimbulkan dampak negatif, mulai dari terjadi iritasi, peradangan organ
tubuh, timbulnya kanker hingga menimbulkan kematian jika digunakan dengan dosis yang
sangat tinggi. Namun hal seperti ini sering kali diabaikan oleh masyarakat. Mereka tidak
sadar bahwa banyak sekali makanan yang mereka konsumsi sehari-hari itu juga terdapat
kandungan formalin, contohnya : ikan asin, tahu, mie, dsb. Dari segi agama formalin itu
hukumnya haram jika terkandung dalam makanan dan minuman. Meskipun demikian, dalam
dosis tertentu formalin juga dapat memberikan manfaat, khususnya dalam bidang
kedokteran, salah satunya digunakan sebagai pengawet mayat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa formalin itu boleh digunakan, namun harus secara
tepat dan pada dosis yang tepat pula, kecuali dalam makanan, formalin haram untuk
digunakan. Haram karena hal itu dapat menimbulkan berbagai macam kerugian.

3.2

DAFTAR PUSTAKA

http://kompas.com/kompas-cetak/0602/23/humaniora/2460950.htm
Judarwanto, Widodo,Dr.RS Bunda Jakarta. 2008. Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh
13

Kompas Cyber Media. Jumat, 30 Desember 2005


www.google.com
Bahtiar HS / megaBlog. 4 Januari 2006
Departemen Kesehatan Indonesia.2008.OKE (Open Knowledge and Education)

14

Anda mungkin juga menyukai