HIPNOTERAPI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Jiwa Aceh
Oleh:
dr. Juwita Saragih, Sp.KJ
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan refarat yang berjudul “Hipnoterapi”. Shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas
semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Juwita Saragih, Sp. KJ yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar....................................... 3
2.2 Definisi Hipnoterapi ................................................................. 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini hipnotis perlahan namun pasti mulai menjadi
ilmu baru yang tenar di bumi Indonesia. Mulai dari stage of hypnosis yang
diramaikan di dunia televisi maupun hipnoterapi yang digunakan untuk terapi
psikis manusia. Karena berdasarkan watak dan budaya orang Indonesia yang
notebene tidak menyukai hal-hal yang rumit mendorong segalanya untuk dengan
mudah didapatkannya sehingga sesuatu yang berifat instan sangat favorit untuk
orang-orang Indonesia.(1)
Dari penelitian pun ditemukan fakta bahwa sekitar 75% dari semua
penyakit yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber dari masalah mental
dan emosi. Namun sayangnya kebanyakan pengobatan atau terapi sulit
menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran bawah sadar. Saat seseorang pergi
ke dokter, yang diobati adalah gejalanya atau paling jauh akibat yang
ditimbulkannya, bukan sumber masalahnya.(1)
1
2
3
4
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa ada pembatasan antara bagian
dalam susunan otak manusia, yakni otak kanan dan otak kiri. Sisi kiri adalah
belahan yang penting karena otak kirilah yang membuat manusia berbeda dengan
makhluk lainnya di bumi ini. Belahan kanan bersifat tambahan. Belahan bagian
kiri itu rasional, analitis, dan logis. Belahan kanan bersifat diam, tidak linear, dan
naluriah. Proses Hipnotis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipnotis
adalah keadaan hipnosis; yaitu “keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada
taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan
sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali”. Satu hal
yang perlu diketahui dalam hipnotis bahwa proses hipnosis hanya dapat terjadi
jika pihak antara pembicara dan pendengar dapat saling memahami bahasanya.
Artinya, hipnotis hanya bisa berlangsung jika dilakukan dalam satu bahasa.
Dengan demikian, media utama hipnotis adalah bahasa.
Hipnotis merupakan sebuah fenomena yang cukup paradoks karena
keadaan fisik terasa sangat rileks, nyaman, namun tetap dalam keadaan sadar.
Ketika seseorang mengalami hipnotis, aktivitas otaknya berada pada kondisi yang
menyerupai keadaan bengong atau melamun. Kondisi ini dapat dilihat di siaran-
siaran televisi secara jelas bahwa orang yang dihipnotis masih dapat menerima
perintah dari sang master hipnotis.
1. Kondisi Otak Manusia Otak merupakan benda yang menjadi pusat
pengendali semua sistem dalam tubuh manusia.
Termasuk kemampuan berbahasa seseorang juga dikendalikan oleh otak.
Sejumlah peneliti pernah mengkalkulasi bahwa jika seluruh sel saraf manusia
yang berjumlah sepuluh milyar dapat disambung menjadi satu, elektroda
pengukur akan mencatat angka seperlima juta hingga seperlimapuluh juta volt.
Atas dasar itulah didapatkan informasi bahwa gelombang listrik pada otak
manusia juga memiliki pembagian kategori dan fungsi yang berbeda-beda. Selain
berdasarkan otak kiri dan otak kanan, otak manusia juga dapat dibedakan
berdasarkan aspek kesadaran. Aspek tersebut adalah beta, alpha, theta, dan delta.
2. Sistem Pikiran Manusia
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena memiliki otak.
Otaklah yang menjadi pusat intim manusia yang memengaruhi segala aktivitas
7
manusia. Jika salah satu bagian pada otak ada yang rusak, yakinlah bahwa ada
sistem dalam tubuh manusia yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Otak dan
pikiran adalah sumber penggerak segala aktivitas manusia yang diterjemahkan
melalui bahasa verbal (lisan) dan bahasa nonverbal (bahasa tubuh). Berpikir yang
baik berarti kita telah berbahasa yang baik. Ada tiga jenis sistem yang bekerja
sama di dalam otak utuk menjalankan fungsi-fungsi organ dalam tubuh manusia.
a) Conscious mind atau yang disebut dengan alam sadar. Ini bersifat logika
dan analitis. Conscious mind berfungsi mencari alasan serta berurusan
dengan memori sementara.
b) Subconscious mind atau yang biasa dikenal dengan istilah alam bawah
sadar. Alam bawah sadar tugasnya bertanggung jawab terhadap
penyimpanan memori jangka panjang dan pengekspresian emosi.
Kapasitas memori alam bawah sadar tidak terbatas.
c) Unconscious mind atau biasa dikenal dengan istilah alam tidak sadar.
Sistem ini merupakan sistem yang mengontrol fungsi tubuh yang sama
sekali berada di luar kendali kita, seperti: pernapasan, kekebalan tubuh,
detak jantung, pencernaan lambung, dan lain sebagainya.
3. Prinsip Operasi Pikiran Manusia
Ada beberapa prinsip operasi pikiran manusia yang perlu diketahui.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut ini.
a. Setiap ide akan memengaruhi kondisi fisik seseorang. Artinya,
orang yang memiliki ide atau pikiran sehat akan membuat kondisi
fisiknya menjadi lebih sehat.
b. Imajinasi lebih kuat daripada logika atau kehendak. Buktinya,
aktivitas membayangkan sesuatu lebih mudah daripada
memikirkan sesuatu.
c. Sesuatu yang sudah terekam tidak dapat dihapus. Maksudnya,
semua aktivitas yang kita kerjakan akan terekam dan tersimpan
rapi di otak; dan dalam kondisi tertentu, rekaman tersebut akan
muncul dari memori manusia.
8
d. Pikiran adalah sebuah magnet bagi diri sendiri. Hal inilah sering
disebut sugesti, artinya pikiran yang positif dapat memberikan
motivasi yang positif pula.
e. Setiap sugesti yang diterima akan memudahkan sugesti berikutnya.
Maksudnya, setelah manusia sukses melakukan satu pekerjaan,
pasti akan semakin termotivasi melakukan pekerjaan yang lebih
sukses lagi. Psikolinguistik Proses berbahasa seperti yang
dipaparkan bagian awal tulisan ini dimulai dari enkode semantik,
enkode gramatikal, enkode fonologi, yang dilanjutkan dengan
dekode fonologi, dekode gramatika, dan diakhiri dengan dekode
semantik.(6)
Proses enkode semantik dan gramatikal terjadi di dalam otak penutur
sedangkan enkode fonologi dilaksanakn oleh alat ucap penutur. Demikian juga
sebaliknya, dekode fonologi dimulai di telinga pendengar kemudian dekode
gramatikal dan dekode semantik diterima dan diproses di otak pendengar. Hal di
atas menunjukkan bahwa aktivitas berbahasa manusia tidak dapat dilepas dari
otak manusia. Aktivitas berbahasa merupakan aktivitas yang bersifat dua arah atau
timbal balik. Suatu saat, satu pihak bisa menjadi pembicara dan pihak lain
menjadi pendengar. Begitu pula sebaliknya, suatu saat pihak pembicara kembali
menjadi pendengar lalu pendengar kembali menjadi pembicara.
Fungsi kebahasaan otak seperti yang pernah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, bahwa belahan (hemisfer) otak dapat dibagi dua bagian. Hemisfer
kiri otak mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara-
bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri
juga disebut hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya disebut korteks
Bahasa. Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu, isyarat
(gestur), baik emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk
fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan, pembicaraan
seseorang akan menjadi monoton, tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat;,tanpa
menampakkan adanya emosi, dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Fungsi
kedua hemisfer ini akan terlihat perbedaannya dari kata-kata yang diresponnya.
Dekode semantik yang diterima telinga akan dipilah berdasarkan maknanya. Ada
9
kata-kata yang memang maknanya lebih cepat direspon oleh hemisfer kanan. Jika
dihubungkan antara fungsi otak kanan dengan dekode yang semantik yang
diterima, ada perlakuan berbeda mengenai cara meresponnya. Kata-kata yang
direspon oleh otak kanan cenderung dinikmati secara emosional seperti kata:
santai, nyaman, bahagia, sukses, dan lain-lain. Atas dasar inilah, diksi-diksi atau
kosakata yang digunakan di berbagai aktivitas, dapat dianalisis berdasarkan fungsi
otak atau hemisfer yang bekerja meresponnya.
Pada awalnya kata hipnoterapi terdiri dari dua kata benda yang memilik
kedudukan yang cukup jelas. Secara harfiah, kata hipnoterapi terdiri dari dua kata,
yaitu hypno dari hipnotis dan terapi. Keduanya memiliki makna yang utuh, seperti
10
hipnotis, bahwa hipnotis itu awalnya dari neuro-hypnotism atau tidurnya sistem
saraf. Adapun secara istilah hipnotis adalah suatu keadaan yang muncul secara
alami dimana kesadaran seseorang menjadi lebih mudah untuk menerima sugesti
dari luar. Keadaan hipnotis meningkatkan memori dan persepsi, serta bisa
menjadi pemicu penyembuhan, peningkatan kreatifitas dan perbaikan kualitas
hidup lainnya. Kemudian terapi adalah pengobatan.(2)
Jadi jika disimpulkan bahwa hipterapi secara harfiah adalah terapi dengan
cara hipnotis. Secara istilah hipnoterapi adalah terapi yang digunakan atau
diterapkan kepada pasien dalam keadaan hipnosis. Banyak definisi mengenai
hipnoterapi, karena setiap hipnoterapis memiliki setidaknya satu definisi. Oleh
karena itu hipnoterapi adalah sebuah terapi yang sangat popoler dan tidak aneh
lagi ditelinga kita yang menggunakan hipnotis sebagai alat bantu yang utama.
disertai dengan ambisi yang kuat serta dengan penuh keyakinan bagi
keperluan apa saja yang menjadi tujuan, seperti memperlancar segala
usaha bisnis, memperkuat rasa percaya diri, membakar semangat,
mengatasi berbagai kesulitan, membuang rasa takut, membuang rasa
rendah diri, mencerdaskan otak dan membentuk kepribadian yang kokoh.
Kecuali itu sugesti-sugesti dapat dirancang untuk membentuk karakter
seseorang.
2. Erotic Hypnosis adalah hipnotis yang dipergunakan untuk mengatasi
permasalahan seksual, atau dengan kata lain adalah aplikasi hipnotis yang
berrujuan untuk meningkatkan kualitas dalam menjalin hubungan rumah
tangga.
3. Methaphysical Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk meneliti
berbagai fenomena metafisik seperti ESP, Clairovance, Clairaudience Out
of body, travel, meditasi, inner body, inner beauty, inner self dan
eksperimen-eksperimen metafisika lainnya.
4. Comedy Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan dengan tujuan sebagai
hiburan semata, hipnotis ini dapat dilakukan di panggung, di jalan, di mall,
di tempat rekreasi, di kampus, di pasar, dan lain-lain.
5. Clinical Hypnosis (Hipnoterapi) adalah hipnotis yang dlgunakan untuk
terapi psikis dan fisik yang ditekankan untuk mengobati dari pangkal
penyakit. Hipnoterapi berprinsip dalam penyembuhan dengan
menghilangkan penyebab, selebihnya pribadi didorong untuk mampu
meyakini bahwa rasa sakit yang dideritanya telah sembuh.
6. Medical and Dental Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk dunia
medis. Hipnotis jenis ini biasanya digunakan oheh dokter-dokier bedah
untuk rnenciptakan efek enestesia tanpa menggunakan obat biur,
sehinggangga pasien tidak merasakan sakit sedikit pun.
7. Forensic Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk nrengungkap
perilaku kejahatan. Jenis hipnotis ini digunakan untuk menggali informasi
yang rerjadi sebenarnya dari sang korban.(5)
12
1
13
terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme. Setelah
pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan melibatkan rekan kerja
yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia lakukan, akhirnya hipnoterapi dapat
dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan
oleh dunia kedokteran Inggris. Dengan demikian, Braid dipandang sebagai
“Bapak hipnoterapi”.(1)
Di abad 20 Milton H. Erickson (1901-1980), mengembangkan hipnosis
untuk dunia terapi. Dimana Eriskson memanfaatkan hipnosis ini untuk digunakan
dalam menterapi seseorang yang memiliki masalah psikis. Banyak korban psikis
pasca perang dunia ke II yang berhasil diselamatkan oleh Erickson. Metode yang
digunakan oleh Erickson inilah yang kemudian sering disebut dengan Ericksonian
Hypnotherapy. Metode Erickson inilah yang menandai era Hipnoterapi modern
Di tahun 1973, dari Santa Cruz, dua orang ilmuwan bernama Richard
Bandler dan Professor John Grinder, mengembangkan sebuah ilmu komunikasi
yang diturunkan dari Hipnosis. Ilmu ini selanjutnya dikenal sebagai Neuro
Linguistic Programming yang biasa dikenal dengan NLP. Dengan NLP, ternyata
Bandler dan Grinder tidak saja memperbesar keampuhan hipnoterapi dalam
keadaan tidur semata bahkan mengikuti jejak gurunya Erickson, NLP mampu
mempercepat pemulihan trauma dalam keadaan sadar dan dalam tempo yang
sangat singkat.
Selama perang dunia II, hipnosis menjadi alternatif pengobatan bagi para
korban perang yang meliputi mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan
kecemasan (neurosis), dan pengalaman yang traumati yang mengganggu. Dari
kegiatan inilah hipnosis menjadi sebuah alternatif penanganan gangguan psikis
yang cukup populer. Hingga kahirnya, setelah perang dunia II, hipnosis untuk
kegiatan terapi diakui secara berturut-turut oleh lembaga medis dan psikologi di
negara Inggris dan Amerika serikat. Pada tahu 1955 diakui penggunaannya oleh
British Medical Association (AMA), dan 1960 oleh American Psyichological
Association (APA).
Saat ini hipnosis digunakan sebagai bentuk terapi (hipnoterapi) suatu
metode penyelidikan untuk memulihkan daya ingat yang hilang, dan sebagai
perangkat riset.
14
Annaa adalah seorang peneliti penerus karya dan pemikiran Maxwell Cade
dan penulis buku The Awaken Mind dari Inggris. Selama 8 tahun belajar di Inggris
kemudian pulang ke Amerika. Penelitian 6000 jam mengamati pola gelombang
otak manusia dan mencoba memahami bagaimana kaitannya dengan kondisi
kesadaran manusia. Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah
dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia
secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta. Berbasis hasil penelitian
Maxwell Cade dan Anna Wise, berikutnya Saraswati mengatakan bahwa tingkatan
gelombang otak meliputi :
1. Beta
Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas
normal. Beta (frekuensi 12-25 Hz) dominan pada saat orang terjaga dan
menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntuk logika/analisis, sehingga
daerahnya meliputi kognitif, analitis, logika, otak kiri, pemilihan pikiran
sadar, dengan kondisi aktif, cemas, was-was, khawatir, stress, fight.
2. Alpha
Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada
saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Alpha (frekuensi 8-12 Hz)
dominan pada saat orang dalam kondisi rileks dan tetap waspada, yang
daerahnya meliputi khusyuk, rileks, mediatif, focus, alertness,
superlearning, akses nurani bawah sadar, dalam kondisi ikhlas puas,
nyaman, tenang, santai, istirahat, segar, bahagia, endorphine serotonin.
Kondisi Alpha merupakan titik pertemuan antara otak kiri dan otak kanan,
intelektual dan imajinasi, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Untuk
memasuki pikiran bawah sadar minimal harus pada kondisi Alpha.
3. Theta
Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
15
sensasi nyeri yang berkurang dan amnesia parsial atau seluruhnya. Trance dalam
menimbulkan pengalaman visual dan auditorik serta amnesia dalam. Distorsi
waktu terjadi pada semua tingkat trance tetapi paling menonjol pada trance dalam.
Di dalam sugesti pascahipnotik, seseorang diinstruksikan untuk melakukan
tindakan sederhana atau merasakan sensasi tertentu setelah bangun dari keadaan
trance. Sugesti tersebut dapat menyebabkan seseorang merasakan rasa tidak enak
terhadap rokok atau makanan tertentu sehingga dapat membantu di dalam
menerapi keterganyunagn nikotin atau obesitas. Sugesti pascahipnotik terkait
dengan keadaan trance dalam.
Pasien di dalam trance hipnotik dapat mengingat kembali ingatan yang tidak
tersedia didalam kesadaran pada keadaan nonhipnotik. Di dalam terapi, ingatan
tersebut dapat memperkuat hipotesis psikoanalitik mengenai dinamik pasien atau
dapat memungkinkan pasien menggunakan daya ingat tersebut sebagai katalis
untuk asosiasi baru. Beberapa pasien dapat menginduksi regresi umur, saat pasien
mengalami kembali peristiwa yang pernah terjadi pada masa awal kehidupan.
Masih kontroversial mengenai apakah pasien merasakan peristiwa tersebut seperti
yang benar-benar terjadi atau tidak, tetapi hal-hal yang dicetuskan dapat
digunakan untuk terapi lebih lanjut. Pasien di dalam keadaan trance dapat
menggambarkan peristiwa berintensitas serupa dengan aslinya (abreaksi) dan
dapat merasakan sensasi lega sebagai hasil. Keadaan trance memainkan peranan
di dalam menerapi gangguan amnestic dan fugue disosiatif, meskipun klinisi
harus waspada bahwa membawa ingatan yang terepresi secara cepat ke dalam
kesadaran dapat berbahaya dan dapat membuat pasien kewalahan dengan ansietas
yang timbul.
Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur
sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak
membuat pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap dalam keadaan sadar, serta
mampu mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari
segala sesuatu yang diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan
dengan keinginan atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini
dilakukan, telah ada kesepakatan antara pasien dengan penghipnotis untuk
melakukan hipnoterapi
19
2.7 Kontraindikasi
Pasien yang dihipnotis berada pada keadaan ketergantungan atipikal pada
terapis : mereka dapat menimbulkan transferens yang kuat ditandai denagan
20
kelekatan positif yang harus dihargai dan diinterpretasikan. Pada keadaan lain,
transferens negatif dapat muncul pada pasien yang rapuh atau memiliki kesulitan
didalam uji realitas. Pasien yang memiliki masalah dengan kepercayaan dasar,
seperti pada pasien yang memiliki masalah dengan paranoid atau pada pasien
yang tidak suka menyerahkan kendali, seperti pada pasien obsesif kompulsif,
bukanlah kandidat yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etis yang aman penting
untuk semua terapi dan terutama untuk hipnoterapi, di sini pasien (terutama
mereka yang berada dalam trance dalam) sangat mudah disugesti dan udah
dipengaruhi. Terdapat kontroversi mengenai apakah pasien dapat melakukan
tindakan selama trance yang mereka rasa menjijikkan atau yang berjalan
berlawanan dengan kode moral mereka. Rasa takut mengenai hipnosis masih ada,
umumnya akibat salah informasi.
Sugesti menurut kamus bahasa Inggris yang berarti saran, usul, nasihat,
sedangkan dalam arti yang bebas, sugesti adalah sebuah pesan atau usuian rencana
yang terprograrn, dibuat untuk menimbulkan atau memengaruhi respons dalam
ucapan perasaan pikiran maupun tindakan. Sugesti dapat diklasifikasikan menjadi
sugesti primer dan sekunder, atau sugesti langsung dan sugesti tak langsung.
Secara teoritis tingkat sugestibilitas manusia dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yakni :5% sulit, 8% moderat, dan 10% mudah. Selanjutnya untuk
memudahkan sugesti masuk ke dalam pikiran bawah sadar dengan tepat, ada
beberapa aturan yang harus dipenuhi diantaranya berorientasi pada hasil, pasti
dimengerti, menguntungkan, makna jelas, spesifik, menghindari pharsing,
termasuk melewati area kritik pikiran sadar.(8)
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam. Duduk atau
berbaring, terapis sebagai fasilitator. Akan tetapi, pada proses selanjutnya, klien
lah yang menghipnosis dirinya sendiri (otohipnosis), berikut proses tahapan
hipnoterapi menurut (Hisyam. A. Fachri).
1. Pre- Induction (interview)
Pada tahap awal ini hinpnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu, setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya, hipnoterapis
membuka percakapan untuk membangun kepercayaan klien, menghilangkan rasa
takut terhadap hipnotis/hipnoterapi dan menjelaskan mengenai hipnoterapi dan
menjawab semua pertanyaan klien. Sebelumnya hipnoterapis harus mengenali
aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain terhadap hipnotis dan seterusnya.
Pre-indusksi adalah tahap mengkondisikan seseorang/kelompok orang
untuk siap dihipnotis. Fungsi preindusksi adalah membangun hubungan baik
dengan klien, mengatasi rasa takut klien pada proses hipnoterapi yang akan
dijalankan, membangun harapan klien dan mengumpulkan data dan informasi.
Kecuali itu pre-induksi juga dapat meliputi penyiapan tempat, suasana, aroma,
properti dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses hipnotis. Pre-
Induction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain
yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien
(rapport building). Hipnoterapis juga akan membangun penghargaan mental klien
terhadap masalah yang dihadapinya (building mental expectancy).
22
2. Suggestibility Test
Tes sugestibilitas merupakan proses untuk menguji sugestibilitas
seseorang, apakah mudah disugesti atau tidak. Maksud dan uji sugestibilitas
adalah untuk menentukan apakah klien masuk ke dalam orang yang mudah
menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai
pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi,
uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi
yang terbaik bagi sang klien.
3. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar,
dengan menembus apa yang dikenal dengan critical area. Induksi merupakan
proses untuk menurunkan level kesadaran seseorang. Jika dikaitkan dengan
gelombang otak manusia, teknik induksi bertujuan mereduksi/ menurunkan
gelombang otak manusia dari betha menuju ke alpha atau theta.
Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks maka frekuensi gelombang
otak dari klien akan turun dari beta, alfa, kemudian theta. Semakin turun
gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance.
Inilah yang dinamakan kondisi ter-hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui
kedalaman trance klien dengan melakukan depth level test (tingkat kedalaman
trance klien).
4. Dept Level Test (Pendalaman Trance)
Trance Level Test/Dept Level Test adalah proses untuk memastikan bahwa
klien benar-benar telah memasuki kondisi hipnotis yang dibutuhkan untuk
menjalani proses selanjutnya. Deepening merupakan proses untuk memperdalam
level kesadaran seseorang untuk diinduksi. Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan
membawa klien ke trance yang lebih dalam. Proses ini dinamakn deepening.
5. Suggestions/Sugesti
Sugesti/afirmasi adalah proses pemberian saran/pesan/ lnformasi yang
diberikan kepada klien ketika sudah beraela dalam kondisi hipnotis. Selanjutnya
hipnoterapis akan memberikan sugesti-sugesti positif yang bersifat mengobati
23
kepada klien. Sugesti-sugesti ini yang diharapkan akan tertanam di pikiran bawah
sadar klien dan menghasilkan perubahan positif terhadap masalah klien.
Pada saat klien masih berada dalam kondsi trance, hipnoterapis juga akan
memberi post hypnotic suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien pada saat
proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran
bawah sadar klien meskipin klien telah keluar dari proses hipnotis. Post hypnotic
suggestion adalah salah satu unsur terpenting dalam proses hipnoterapi.
6. Termination
Termination adalah proses membangunkan klien dari lrondlsi hipnotis
yang dialami. Yang mana ini merupakan sesi akhir dari suatu penghipnotisan.
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan-lahan akan
membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya ke keadaan yang
sepenuhnya sadar.
7. Post Hypnotic
Post hypnotic adalah mengatakan pada klien tentang perilaku baru saat
subjek telah terbangun dalam tidurnya.
24
Teknik hipnoterapi yang sesuai pada kondisi nyeri kronik adalah bertahap
yakni tahap pertama relaksasi kemudian dilanjutkan dengan cognitive distraction
dan diakhiri dengan anchoring. Anchoring inilah yang akan bersifat memandirikan
pasien dengan anchoring maka pasien dapat melakukan Self hypnosis.
Kemampuan self hypnosis pernah ditulis oleh Downe S et al pada pengelolaan
nyeri intrapartum pada wanita nullipara. Teknik relaksasi menggunakan standard
deepening yakni berupaya memasukkan pasien dalam stase hipnotik yang dimulai
dengan menghadirkan kembali kenangan tempat/situasi yang nyaman bagi pasien.
Dimulai dengan memposisikan tubuh dengan nyaman (berbaring-duduk),
dan dapat dibantu dengan iringan musik relaksasi kemudian mengambil napas
panjang sebanyak 3 kali, inspirasi melalui hidung dan ekspirasi melalui mulut
secara perlahan. Setelah pernapasan ketiga kalinya maka pasien diarahkan untuk
menutup mata. Secara sistematis, pasien dipandu dengan hitungan mundur dari
sepuluh hingga satu dengan semakin berkurangnya hitungan maka gambaran tadi
semakin nyata dan dapat dirasakan kembali secara fisik dengan ditandai adanya
REM (Rapid Eye Movement). Setelah tercapai kondisi REM maka pasien
diarahkan untuk menikmati sejenak kenyamanan tersebut Tahap selanjutnya
dalam kondisi REM dipertahankan, teknik cognitif distraction diterapkan. Teknik
ini akan memandu pasien mengubah gambaran nyaman tadi menjadi urutan
sensasi suhu dan warna tanpa menghilangkan sensasi nyaman yang ada. Dengan
tetap nyaman, pasien dipandu untuk mengumpamakan warna merah sebagai rasa
panas dan panas tersebut dianalogikan dengan rasa nyeri.
Lambat laun terapis akan memandu pasien mengubah warna merah secara
bertahap menjadi merah muda, kuning, hijau muda, hijau tua, biru tua dan biru
langit yang nyaman di mata seiring perubahan warna tadi pasien disugesti suhu
pada bagian tubuh yang nyeri tadi menjadi semakin sejuk hingga sensasi nyeri
tadi berkurang atau bila pasien memiliki sugestibilitas tinggi, rasa nyeri tadi
menghilang. Setelah beberapa saat terapis akan menanyakan kepada pasien
kondisi sensasi nyeri tersebut, biasanya jawaban dari pasien akan lambat
merespon sehingga tunggu saja sejenak, Bila jawaban pasien masih nyeri dan
mengganggu maka proses analogi warna dan suhu diulang sampai rasa nyeri
berkurang. Setelah mendapat respon bahwa rasa nyeri berkurang maka dengan
tetap mempertahankan pada fase REM akan dilanjutkan pada tahap anchoring.
25
Pada tahap anchoring pasien diminta untuk menikmati rasa nyaman baik
dengan kondisi tubuh yang tidak nyeri sambil dikembalikan gambaran peristiwa
menyenangkan pada saat tahap relaksasi. Terapis akan memandu dengan hitungan
maju dari 1-10.
a. Pada hitungan ke-1 pasien mulai dipandu untuk membentuk
gambaran di pikiran tentang visualisasi keadaan yang nyaman.
b. Hitungan ke-2 intensitas visualisasi diperkuat untuk
mengembalikan suasana secara detail.
c. Hitungan ke-3 pasien disugesti untuk melibatkan ke seluruhan
pancaindera dan dilibatkan secara emosional.
d. Hitungan ke-4 pasien diarahkan untuk fokus pada sensasi emosi
yang dirasakan akibat visualisasi yang diperkuat.
e. Hitungan ke-5 intensitas emosional mulai ditingkatkan.
f. Hitungan ke-6 intensitas emosional terus ditingkatkan dan
disugestikan sebagai realitas dalam pikiran pasien.
g. Hitungan ke-7 pasien disugestikan untuk semakin fokus pada
sensasi emosi yang dirasakan.
h. Hitungan ke-8 dimana 80% rasa nyaman memuncak maka terapis
akan memberikan sebuah stimulus (misalkan sentuhan di bahu
kanan atau mengarahkan pasien tarik napas).
i. Pada hitungan ke-9 pasien disugesti untuk menikmati sensasi
emosi yang ada.
j. Hitungan ke-10 pasien diajak untuk perlahan memasuki alam sadar
dan memperhatikan menghilangnya sensasi secara perlahan,
kemudian pasien diarahkan untuk mengangguk bila sensasi sudah
menghilang secara sempurna, kemudian pasien diajak untuk
membuka mata pada hitungan ke-3.(9)
serta menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Bahkan, beberapa
penelitian menunjukkan fakta menarik yang menyatakan bahwa pada dasarnya
sekitar 75% dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang bersumber dari
masalah mental atau emosi. Karena itu, tidak mengherankan jika hipnoterapi
banyak digunakan dalam mengatasi gangguan yang berkenaan dengan kecemasan
(axiety), ketegangan (stress), depresi (depression), fobia (phobia); menghilangkan
kebiasaan buruk (bad habits), seperti ketergantungan terhadap rokok, alkohol dan
obat-obatan; serta pemberdayaan diri, seperti membangkitkan motivasi dan
melangsingkan tubuh.
Hipnoterapi bahkan bermanfaat dalam kasus-kasus klinis yang
berhubungan dengan medis. Beberapa pendapat spekulatif dari sebagian ahli yang
menyatakan bahwa saat seseorang berada dalam kondisi hipnosis, tubuhnya
menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter (zat kimia yang terdapat
dalam otak), enchepalin, dan endhorphin yang berfungsi meningkatkan perasaan
nyaman sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala
fisik lainnya. Bagaimana pun, kenyataannya kondisi hipnosis yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan anesthesia (mati rasa) dan analgesia (berkurangnya
sensasi rasa sakit) sehingga berguna untuk kegiatan-kegiatan medis terkait, seperti
pencabutan gigi, pembedahan tanpa obat bius, dan persalinan atau melahirkan.
Pakar hipnosis medis S.J. van Pelt mantan presisden British Medical
Hypnosis Society pada dekade 1950-an mengatakan bahwa hipnosis efektif untuk
dimanfaatkan dalam pemeliharaan keseimbangan organ tubuh. Ini karena sara
takut, perasaan cemas, dan hal-hal jenis sejenisnya merupakan faktor utama yang
memengaruhi kinerja sistem otonom (automatic nervous system). Kenyataan ini
berkaitan dengan mekanisme lawan (fight) atau lari (flight) yang dilakukan oleh
fungsi saraf otonom tersebut (melalui fungsi saraf simpatis dan parasimpatis),
yang berpengaruh terhadap fungsi pupil mata, saluran nafas, jantung, kelenjar
ludah, lambung, dan organ seksual.
Pendapat lebih lanjut dikemukakan dalam buku Hypnosis and Counseling
in the Treatment of Chronic Illness (2003) yang dirtulis D. Frank dan B. Mooney.
Mereka menyatakan bahwa dalam kondisi hipnosis, fungsi amigdala menjadi non-
aktif dan menyebabkan sistem saraf otomatis (automatic nervous system) menjadi
27
lebih relaks. Hal ini memberikan kesempatan kepada tubuh dan sistem
kekebalannya untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh sehingga
menjadikannya lebih sehat. Fungsi amigdala juga memberikan pengaruh besar
terhadap sistem endoktrin, termasuk kelenjar adrenalin dan kelenjar lendir
(pituitari) yang mengatur kegiatan hormon tubuh dan sistem saraf otomatis
melakukan fungsi kontrol terhadap detak jantung dan tekanan darah. Oleh karena
itu, hipnosis sangat bermanfaat pula untuk dimanfaatkan dalam kegiatan
perlakuan medis terhadap gangguan penyakit kronis (chronic pain).
Kini, beberapa ahli meyakini bahwa dalam kaitannya dengan
keterhubungan fungsi tubuh dan pikiran (mind body connection), dengan
membimbing seseorang ke dalam kondisi hipnosis memberikan kesempatan untuk
memfungsikan pikiran bawah sadarnya mencari permasalahannya sendiri terhadap
gangguan tubuh atau penyakit yang dideritanya. Spegel menyatakan bahwa
meskipun masih belum diketahui dengan jelas bagaimana keterkaitan hipnosis
dengan mekanisme kerja otak, banyak contoh kasus yang membuktikan bahwa
hipnosis dapat membantu seseorang secara efektif dalam mengakses segala
macam sumber daya di bawah sadarnya untuk memecahkan masalah dirinya
sendiri. Banyak keberhasilan dicapai oleh penerapan hipnosis ini, bahkan ketika
obat-obatan modern gagal mengatasinya.
Pengaruh hipnoterapi pada presepsi nyeri hipnosis didefinisikan sebagai
kondisi perubahan persepsi subyek bersifat sementara waktu dengan bantuan
orang lain dan kondisi tersebut dapat memunculkan fenomena bervariasi secara
spontan. Fenomena ini meliputi perubahan tingkat kesadaran dan ingatan sehingga
sangat mudah menerima sugesti dimana pada saat tidak masuk kondisi hipnosis
respon atas fenomena yang terjadi sangat tidak lazim bagi subyek yang
bersangkutan. Hipnoterapi sangatlah berbeda dengan hipnotis untuk tujuan
hiburan atau yang lebih dikenal stage hypnosis. Hipnoterapi membutuhkan
kesediaan dan kepercayaan pasien terhadap terapis sebab hipnoterapi adalah salah
satu bentuk dari metode berkomunikasi yang tidak dapat bersifat satu arah saja
dan masih memberikan ruang kebebasan individu dalam menjalani proses terapi.
Sugesti pada hipnoterapi dapat dilakukan pada orang yang tingkat
sugestifitas tinggi sehingga pada diperlukan konseling beberepa kali untuk
meningkatkatkan sugestifitas pasien. Pada saat pasien mengalami fase hipnosis
28
30
34
2. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan dan Sadock edisi kedua. Jakarta: EGC;
2014.
7. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2014.
35