Anda di halaman 1dari 35

Refarat

HIPNOTERAPI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Jiwa Aceh

Oleh:
dr. Juwita Saragih, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT JIWA ACEH
BANDA ACEH
2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan refarat yang berjudul “Hipnoterapi”. Shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas
semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Juwita Saragih, Sp. KJ yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.

Banda Aceh,Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar....................................... 3
2.2 Definisi Hipnoterapi ................................................................. 9

2.3 Sejarah Hipnoterapi.................................................................. 12


2.4 Tingkat Gelombang Otak Manusia......................................... 14
2.5 Kaitan Neurofisiologik Hipnosis.............................................. 17
2.6 Kapasitas Hipnotik dan Induksi ............................................. 17
2.7 Indikasi dan Penggunaan Hipnoterapi ................................... 20
2.8 Kontraindikasi Hipnoterapi..................................................... 20
2.9 Tahapan Hipnoterapi................................................................ 20
2.10 Manfaat Hipnoterapi................................................................. 26
BAB III KESIMPULAN ......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ...............................................32

3
BAB I
PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini hipnotis perlahan namun pasti mulai menjadi
ilmu baru yang tenar di bumi Indonesia. Mulai dari stage of hypnosis yang
diramaikan di dunia televisi maupun hipnoterapi yang digunakan untuk terapi
psikis manusia. Karena berdasarkan watak dan budaya orang Indonesia yang
notebene tidak menyukai hal-hal yang rumit mendorong segalanya untuk dengan
mudah didapatkannya sehingga sesuatu yang berifat instan sangat favorit untuk
orang-orang Indonesia.(1)
Dari penelitian pun ditemukan fakta bahwa sekitar 75% dari semua
penyakit yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber dari masalah mental
dan emosi. Namun sayangnya kebanyakan pengobatan atau terapi sulit
menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran bawah sadar. Saat seseorang pergi
ke dokter, yang diobati adalah gejalanya atau paling jauh akibat yang
ditimbulkannya, bukan sumber masalahnya.(1)

Kini, beberapa ahli meyakini bahwa dalam kaitannya dengan


keterhubungan fungsi tubuh dan pikiran (mind body connection), dengan
membimbing seseorang ke dalam kondisi hipnosis memberikan kesempatan untuk
untuk memfungsikan pikiran bawah sadarnya mencari permasalahannya sendiri
terhadap gangguan tubuh atau penyakit yang dideritanya.(2) Hal ini diungkapkan
oleh Muriel Prince Warren dalam bukunya yang berjudul Talking to the Amigdala:
Expanding the Science of Hypnosis (2009) dan mengacu pada pernyataan Dr.
Davis Spiegel, peneliti Stanford University, dalam kongres tahunan ke-54 The
Society of Clinical and Experimental Hypnosis tahun 2003. Spegel menyatakan
bahwa meskipun masih belum diketahui dengan jelas bagaimana keterkaitan
hipnosis dengan mekanisme kerja otak, banyak contoh kasus yang membuktikan
bahwa hipnosis dapat membantu seseorang secara efektif dalam mengakses segala
macam sumber daya di bawah sadarnya untuk memecahkan masalah dirinya
sendiri. banyak keberhasilan dicapai oleh penerapan hipnosis ini, bahkan ketika
obat-obatan modern gagal mengatasinya.(3)

1
2

Oleh karena itu hipnoterapi sangat efektif untuk mengatasi permasalahan


yang bersifat kejiwaan manusia karena proses hipnoterapi tidaklah lama dan tidak
bertele-tele seperti terapi yang lain. Proses praktik hipnoterapi hanya
membutuhkan waktu dalam hitungan menit untuk mengatasi masalah taruma dan
fobia akan sesuatu. Disamping kelebihannya itu terdapat pula kelemahan yang
terdapat hipnoterapi yaitu kesembuhan pasien hanya berkisar sampai dua atau tiga
bulan setelah proses treatment. Alasannya karena proses penyembuhan dengan
hipnoterapi dilakukan pada saat kondisi sang pasien dalam pikiran bawah sadar.(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar

Segmun Freud psikiater Austria (1856-1939) membagi tiga kondisi pikiran


manusia yang dipilahkan menjadi: Consius, Subconsius, dan Unconsius, dan
dikatakan oleh Sandi Mc Gregor, dalam kehidupan manusia pikiran sadar 12%
sedangkan pikiran bawah sadar 88%. Selanjutnya Adi W Gunawan, mengatakan
bahwa pikiran ditinjau dari sisi kesadaran dalam konteks hipnotis, dibagi menjadi
dua jenis, yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar (consius dan unconcius).
Kedua pikiran ini saling berkomunikasi dan bekerja dalam waktu tecara paralel.
Pikiran sadar memiliki empat fungsi utama yaitu mengidentifikasi informasi,
membandingkan, menganalisis, dan memutuskan. Sedangkan pikiran bawah sadar
mempunyai fungsi menyimpan, kebiasaan, emosi, memori jangka panjang,
kepribadian, intuisi, kreativitas, persepsi, keyakinan, dan nilai.
Alam bawah sadar jauh lebih cerdas, bijaksana, dan cepat pikiran sadar.
Alam bawah sadar dapat menangani 3.300.000 bit informasi dalam satu waktu,
sementara pikiran sadar hanya mampu menangani 7-9 bit informasi dalam suatu
saat. Berikutnya Sya’fie mengatakan bahwa pikiran bawah sadar memiliki fungsi
menyimpan kebiasaan, emosi, memori jangka panjang, kepribadian, intuisi,
kreativitas, persepsi dan nilai. Pikiran bawah sadar mengamati dan memberikan
respons terhadap suatu peristiwa dengan jujur. Sedangkan untuk pikiran sadar
fungsinya mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis dan memutuskan.
para pakar psikologi memberikan perbandingan kontribusi dominan dalam
kehidupan 10% untuk pikiran sadar dan 90% untuk pikiran bawah sadar.(5)
Diantara pikiran sadar dan bawah sadar terdapat Critical Factor, yang
dalam keadaan Beta filter ini tertutup sangat rapat sehingga pikiran bawah sadar
sukar diakses, pada kondisi alpha atau theta, critical factor ini agak terbuka
sehingga memungkinkan sugesti masuk ke pikiran bawah sadar pada saat
seseorang sadar dan tidak tertidur. Pada kondisi delta, Critical Factor terbuka
lebar, berarti kondisi ini merupakan kondisi dalam pikiran bawah sadar

3
4

sepenuhnya. Menurut Milton Eriction dalam bukunya tentang pikiran bawah


sadar:
a. Kernampuan pikiran bawah sadar terpisah dari pikiran sadar.
b. Pikiran bawah sadar adalah gudang penyirnpanan informasi.
c. Pikiran bawah sadar adalah potensi yang belum digunakan.
d. Pikiran bawah sadar sangat cerdas.
e. Pikiran bawah sadar bersifat sangat sadar.
f. Pikiran bawah sadar mengamati dan merespons dengan jujur.
g. Pikiran bwah sadar menyerupai pikiran seorang anak.
h. Pikiraln bawah sadar merupakan sumber emosi.
i. Pikiran bawah sadar bersifat universal.
Pikiran bawah sadar mengandung kekuatan dan kompleksitas yang
sedemikian besar sehingga benar-benar mengejutkan imajinasi. Pikiran bawah
sadar mengendalikan dan mengatur fungsi-fungsi bagian tubuh, mulai dari darah
ke semua bagian tubuh sampai pernapasan dan pencernaan. Pikiran bawah sadar
dapat merekam setiap kejadian yang pernah terjadi. Setiap insiden dalam sejarah
kehidupan pribadi direkam dari dalam bersama ernosi-emosi dan berbagai
pemikiran yang oleh insiden-insiden tersebut. Juga dari pikiran ini, seseorang bisa
menerima petunjuk, dan arahan yang tak terkira harganya. Melalui mimpi,
instuisi, perasaan, firasat, alam bawah sadar akan membawakan gagasan
wawasan-wawasan, solusi-solusi yang dibutuhkan untuk memenuhi semua
kebutuhan dan hasrat keinginan.
5

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita merasa sangat optimis


dan bersemangat melakukan sesuatu, merasa sangat membosankan, merasa sangat
pintar, atau merasa sangat senang mempelajari pelajaran tertentu. Kondisi-kondisi
ini sebenarnya mudah diketahui ketika kita memahami konsep pikiran, yaitu
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran manusia adalah satu kesatuan
dengan tubuh dan jiwa manusia itu sendiri. Selain otak kiri, ada beberapa bentuk
aktivitas berbahasa yang dihasilkan atau diproses di otak kanan. Selama ini kita
berpikir bahwa aktivitas mendengarkan musik itu direspon oleh otak kanan. Akan
tetapi, mungkin kita jarang berpikir bahwa mengapa mendengarkan lagu membuat
otak kanan yang banyak bekerja. Salah satu jawabannya adalah karena lagu
tersebut dinikmati oleh otak kanan dan tidak bertentangan dengan pemikiran di
otak kiri. Hal ini tentu disebabkan oleh penggunaan kata-kata dalam lagu tersebut
mudah dipahami dan dinikmati.
6

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa ada pembatasan antara bagian
dalam susunan otak manusia, yakni otak kanan dan otak kiri. Sisi kiri adalah
belahan yang penting karena otak kirilah yang membuat manusia berbeda dengan
makhluk lainnya di bumi ini. Belahan kanan bersifat tambahan. Belahan bagian
kiri itu rasional, analitis, dan logis. Belahan kanan bersifat diam, tidak linear, dan
naluriah. Proses Hipnotis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipnotis
adalah keadaan hipnosis; yaitu “keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada
taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan
sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali”. Satu hal
yang perlu diketahui dalam hipnotis bahwa proses hipnosis hanya dapat terjadi
jika pihak antara pembicara dan pendengar dapat saling memahami bahasanya.
Artinya, hipnotis hanya bisa berlangsung jika dilakukan dalam satu bahasa.
Dengan demikian, media utama hipnotis adalah bahasa.
Hipnotis merupakan sebuah fenomena yang cukup paradoks karena
keadaan fisik terasa sangat rileks, nyaman, namun tetap dalam keadaan sadar.
Ketika seseorang mengalami hipnotis, aktivitas otaknya berada pada kondisi yang
menyerupai keadaan bengong atau melamun. Kondisi ini dapat dilihat di siaran-
siaran televisi secara jelas bahwa orang yang dihipnotis masih dapat menerima
perintah dari sang master hipnotis.
1. Kondisi Otak Manusia Otak merupakan benda yang menjadi pusat
pengendali semua sistem dalam tubuh manusia.
Termasuk kemampuan berbahasa seseorang juga dikendalikan oleh otak.
Sejumlah peneliti pernah mengkalkulasi bahwa jika seluruh sel saraf manusia
yang berjumlah sepuluh milyar dapat disambung menjadi satu, elektroda
pengukur akan mencatat angka seperlima juta hingga seperlimapuluh juta volt.
Atas dasar itulah didapatkan informasi bahwa gelombang listrik pada otak
manusia juga memiliki pembagian kategori dan fungsi yang berbeda-beda. Selain
berdasarkan otak kiri dan otak kanan, otak manusia juga dapat dibedakan
berdasarkan aspek kesadaran. Aspek tersebut adalah beta, alpha, theta, dan delta.
2. Sistem Pikiran Manusia
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena memiliki otak.
Otaklah yang menjadi pusat intim manusia yang memengaruhi segala aktivitas
7

manusia. Jika salah satu bagian pada otak ada yang rusak, yakinlah bahwa ada
sistem dalam tubuh manusia yang tidak dapat berfungsi dengan baik. Otak dan
pikiran adalah sumber penggerak segala aktivitas manusia yang diterjemahkan
melalui bahasa verbal (lisan) dan bahasa nonverbal (bahasa tubuh). Berpikir yang
baik berarti kita telah berbahasa yang baik. Ada tiga jenis sistem yang bekerja
sama di dalam otak utuk menjalankan fungsi-fungsi organ dalam tubuh manusia.
a) Conscious mind atau yang disebut dengan alam sadar. Ini bersifat logika
dan analitis. Conscious mind berfungsi mencari alasan serta berurusan
dengan memori sementara.
b) Subconscious mind atau yang biasa dikenal dengan istilah alam bawah
sadar. Alam bawah sadar tugasnya bertanggung jawab terhadap
penyimpanan memori jangka panjang dan pengekspresian emosi.
Kapasitas memori alam bawah sadar tidak terbatas.
c) Unconscious mind atau biasa dikenal dengan istilah alam tidak sadar.
Sistem ini merupakan sistem yang mengontrol fungsi tubuh yang sama
sekali berada di luar kendali kita, seperti: pernapasan, kekebalan tubuh,
detak jantung, pencernaan lambung, dan lain sebagainya.
3. Prinsip Operasi Pikiran Manusia
Ada beberapa prinsip operasi pikiran manusia yang perlu diketahui.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut ini.
a. Setiap ide akan memengaruhi kondisi fisik seseorang. Artinya,
orang yang memiliki ide atau pikiran sehat akan membuat kondisi
fisiknya menjadi lebih sehat.
b. Imajinasi lebih kuat daripada logika atau kehendak. Buktinya,
aktivitas membayangkan sesuatu lebih mudah daripada
memikirkan sesuatu.
c. Sesuatu yang sudah terekam tidak dapat dihapus. Maksudnya,
semua aktivitas yang kita kerjakan akan terekam dan tersimpan
rapi di otak; dan dalam kondisi tertentu, rekaman tersebut akan
muncul dari memori manusia.
8

d. Pikiran adalah sebuah magnet bagi diri sendiri. Hal inilah sering
disebut sugesti, artinya pikiran yang positif dapat memberikan
motivasi yang positif pula.
e. Setiap sugesti yang diterima akan memudahkan sugesti berikutnya.
Maksudnya, setelah manusia sukses melakukan satu pekerjaan,
pasti akan semakin termotivasi melakukan pekerjaan yang lebih
sukses lagi. Psikolinguistik Proses berbahasa seperti yang
dipaparkan bagian awal tulisan ini dimulai dari enkode semantik,
enkode gramatikal, enkode fonologi, yang dilanjutkan dengan
dekode fonologi, dekode gramatika, dan diakhiri dengan dekode
semantik.(6)
Proses enkode semantik dan gramatikal terjadi di dalam otak penutur
sedangkan enkode fonologi dilaksanakn oleh alat ucap penutur. Demikian juga
sebaliknya, dekode fonologi dimulai di telinga pendengar kemudian dekode
gramatikal dan dekode semantik diterima dan diproses di otak pendengar. Hal di
atas menunjukkan bahwa aktivitas berbahasa manusia tidak dapat dilepas dari
otak manusia. Aktivitas berbahasa merupakan aktivitas yang bersifat dua arah atau
timbal balik. Suatu saat, satu pihak bisa menjadi pembicara dan pihak lain
menjadi pendengar. Begitu pula sebaliknya, suatu saat pihak pembicara kembali
menjadi pendengar lalu pendengar kembali menjadi pembicara.
Fungsi kebahasaan otak seperti yang pernah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, bahwa belahan (hemisfer) otak dapat dibagi dua bagian. Hemisfer
kiri otak mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara-
bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri
juga disebut hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya disebut korteks
Bahasa. Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu, isyarat
(gestur), baik emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk
fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan, pembicaraan
seseorang akan menjadi monoton, tidak ada prosodi, tidak ada lagu kalimat;,tanpa
menampakkan adanya emosi, dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Fungsi
kedua hemisfer ini akan terlihat perbedaannya dari kata-kata yang diresponnya.
Dekode semantik yang diterima telinga akan dipilah berdasarkan maknanya. Ada
9

kata-kata yang memang maknanya lebih cepat direspon oleh hemisfer kanan. Jika
dihubungkan antara fungsi otak kanan dengan dekode yang semantik yang
diterima, ada perlakuan berbeda mengenai cara meresponnya. Kata-kata yang
direspon oleh otak kanan cenderung dinikmati secara emosional seperti kata:
santai, nyaman, bahagia, sukses, dan lain-lain. Atas dasar inilah, diksi-diksi atau
kosakata yang digunakan di berbagai aktivitas, dapat dianalisis berdasarkan fungsi
otak atau hemisfer yang bekerja meresponnya.

2.2 Definisi Hipnoterapi

Herbert Spiegel mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan meningkatnya


kosentrasi dan penerimaan fokal. Hipnosis ditandai dengan perasaan involuntari :
gerakan tampak otomatik, dan persepsi yang ditanamkan dapat mengubah atau
menggantikan persepsi yang sebenarnya. Hipnosis juga dijelaskan sebagai
perubahan keadaan kesadaran, keadaan disosiasi, dan keadaan regresi. Martin
Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi saat seseorang dapat
berespon terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi,
daya ingat, atau mood. Ciri penting hipnosis adalah perubahan eksperimental
subjektif. Milton Erickson, seorang pelopor induksi hipnotik klinis
menggambarkan proses trans klinis sebagai periode bebas saat individualitasdapat
tumbuh subur. (7)

Hipnoterapis menganggap hipnosis klinis dan trans teurapetik sebagai


perluasan proses lazim di dalam kehidupan sehari-hari. Lamunan dan preokupasi
interna, saat orang tampak secara otomatis melalui gerakan rutinitas sehari-hari,
adalah contoh yang khas. Selama periode ini, orang secara spontan memfokuskan
perhatian ke dalam, seperti pada keadaan trance, seorang pasien diinduksi untuk
menjadi reseptif terhadap pengalaman interna. Pandangan yang sama dari
hipnoterapis dan psikoterapis lainnya adalah penghargaan dan pemahaman
dinamik dari proses perilaku yang tidak disadari.

Pada awalnya kata hipnoterapi terdiri dari dua kata benda yang memilik
kedudukan yang cukup jelas. Secara harfiah, kata hipnoterapi terdiri dari dua kata,
yaitu hypno dari hipnotis dan terapi. Keduanya memiliki makna yang utuh, seperti
10

hipnotis, bahwa hipnotis itu awalnya dari neuro-hypnotism atau tidurnya sistem
saraf. Adapun secara istilah hipnotis adalah suatu keadaan yang muncul secara
alami dimana kesadaran seseorang menjadi lebih mudah untuk menerima sugesti
dari luar. Keadaan hipnotis meningkatkan memori dan persepsi, serta bisa
menjadi pemicu penyembuhan, peningkatan kreatifitas dan perbaikan kualitas
hidup lainnya. Kemudian terapi adalah pengobatan.(2)

Jadi jika disimpulkan bahwa hipterapi secara harfiah adalah terapi dengan
cara hipnotis. Secara istilah hipnoterapi adalah terapi yang digunakan atau
diterapkan kepada pasien dalam keadaan hipnosis. Banyak definisi mengenai
hipnoterapi, karena setiap hipnoterapis memiliki setidaknya satu definisi. Oleh
karena itu hipnoterapi adalah sebuah terapi yang sangat popoler dan tidak aneh
lagi ditelinga kita yang menggunakan hipnotis sebagai alat bantu yang utama.

Hipnotis adalah seni komunikasi untuk memengaruhi seseorang sehingga


mengubah tingkat kesadarannya untuk tujuan positif, yang dicapai dengan cara
menurunkan gelombang otak dari beta ke alpha atau theta. Atau dengan kata lain
kalau ditinjau dari maknanya adalah merupakan suatu keahlian memasukkan
pesan positif ke dalann diri orang lain, yang mengakibatkan orang yang
bersangkutan akan bergerak dan termotivasi untuk melaksanakan pesan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa hipnotis adalah salah satu metode
eksplorasi pemanfaatan potensi alam bawah sadar manusia, dengan proses
menenangkan pikiran ke dalam gelombang otak theta, yang menyiapkan pikiran
alam bawah sadar untuk menerima informasi yang masuk ke dalam otak secara
tidak kritis. Selanjutnya untuk penggunaannya, hipnotis dapat digunakan untuk
penyembuhan, kemajuan pribadi atau orang lain, therapy, dan lain-lain. Jenis-
jenis hipnotis dari segi manfaatnya, Hypnosis for the moving intellectual, lrotic
hypnosis, Metaphisical hypnosis, Comedy hypnosis, Clinical hypnosis,Medical
and Dental hypnosis, Forensic Hypnosis sedangkan ditinjau dari subjeknya
hipnotis dapat diklasifikasikan menjadi self hypnosis, hipnotis untuk orang lain
dan hipnosis untuk binatang.
1. Hypnosis for The Moving Intelectual/Hipnotis untuk Kemajuan Pribadi
adalah hipnotis yang digunakan untuk kemajuan pribadi. Dengan
melakukan autosugesti atau sasaran terhadap diri sendiri atau diri subjek
11

disertai dengan ambisi yang kuat serta dengan penuh keyakinan bagi
keperluan apa saja yang menjadi tujuan, seperti memperlancar segala
usaha bisnis, memperkuat rasa percaya diri, membakar semangat,
mengatasi berbagai kesulitan, membuang rasa takut, membuang rasa
rendah diri, mencerdaskan otak dan membentuk kepribadian yang kokoh.
Kecuali itu sugesti-sugesti dapat dirancang untuk membentuk karakter
seseorang.
2. Erotic Hypnosis adalah hipnotis yang dipergunakan untuk mengatasi
permasalahan seksual, atau dengan kata lain adalah aplikasi hipnotis yang
berrujuan untuk meningkatkan kualitas dalam menjalin hubungan rumah
tangga.
3. Methaphysical Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk meneliti
berbagai fenomena metafisik seperti ESP, Clairovance, Clairaudience Out
of body, travel, meditasi, inner body, inner beauty, inner self dan
eksperimen-eksperimen metafisika lainnya.
4. Comedy Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan dengan tujuan sebagai
hiburan semata, hipnotis ini dapat dilakukan di panggung, di jalan, di mall,
di tempat rekreasi, di kampus, di pasar, dan lain-lain.
5. Clinical Hypnosis (Hipnoterapi) adalah hipnotis yang dlgunakan untuk
terapi psikis dan fisik yang ditekankan untuk mengobati dari pangkal
penyakit. Hipnoterapi berprinsip dalam penyembuhan dengan
menghilangkan penyebab, selebihnya pribadi didorong untuk mampu
meyakini bahwa rasa sakit yang dideritanya telah sembuh.
6. Medical and Dental Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk dunia
medis. Hipnotis jenis ini biasanya digunakan oheh dokter-dokier bedah
untuk rnenciptakan efek enestesia tanpa menggunakan obat biur,
sehinggangga pasien tidak merasakan sakit sedikit pun.
7. Forensic Hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk nrengungkap
perilaku kejahatan. Jenis hipnotis ini digunakan untuk menggali informasi
yang rerjadi sebenarnya dari sang korban.(5)
12

2.3 Sejarah Hipnoterapi

Pada dasarnya, perjalanan panjang kaidah keilmuan hipnosis mengalami


kemajuan atas dasar kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya untuk kegiatan
penyembuhan. Menurut sejarah, kegiatan hipnosis telah dikenal sejak tahun 2980
SM berdasarkan catatan kuno di Mesir yang menuliskan adanya praktik
penyembuhan dengan “terapi tidur” di kul-kuil Mesir yang dilakukan oleh seorang
penyembuh yang bernama imhotep.1 Awal perkembangan hipnosis modern yang
dipertimbangkan kaidah-kaidahnya oleh Franz Anton Mesmer (1734-1815) dalam
kegiatan magnetisme pada abad ke-18 pun menitikberatkan pemanfaatannya
untuk penyembuhan manusia. Namun, hingga pada masa tersebut masih terdapat
kerancuan akan pemanfaatan kondisis “tidur” seperti ini sehubungan dengan
praktik-praktik penyembuhan, seperti apa saja yang mampu dilakukan dalam
kondisi ini.
Setelah magnetisme yang diperkenalkan oleh Mehmer, beberapa ahli
memanfaatkan kondisis tidur “untuk” untuk kegiatan anesthesia (penghilanagn
rasa nyeri atau sakit) dan penanganan gangguan saraf, salah satunya dilakukan
oleh John Elliotson (1791-1868), seorang dokter berkebangsaan Inggris dan James
Esdaile (1808-1859), dokter asal Skotlandia. Hingga atas jasa Jean Martin Charcot
(1825-1893), neurologi asal Prancis, hipnotisme mulai diterima di kalangan
profesional medis.(2)
Saat itu, upaya Charcot dalam mengkaji lebih lanjut tentang fenomena
hipnosis masih bersandarkan pada keterkaitannya terhadap neurologis dan
fisiolohis. Karena itulah banyak ahli medis yang menganggap kondisi timbul
sebagai kegiatan histeria yang terjadi karena gangguan fisik atau somatis.
Pemahaman ini tidak lama kemudian dikoreksi oleh Pierre Janet (1859-1947) dan
Sigmund Freud (1856-1939) sebagai kajian psikologis yang tidak berkaitan
dengan fisiologis.
James Braid adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan fenomena
mesmerisme dari sudut pandang ilmu psikologi. Ia adalah seorang ahli bedah dan
seorang penulis yang produktif dan andal. Ia juga sangat dihormati oleh British
Medical Associatian. Pada tahun 1841, ia melakukan pemeriksaan medis pertama

1
13

terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme. Setelah
pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan melibatkan rekan kerja
yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia lakukan, akhirnya hipnoterapi dapat
dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan
oleh dunia kedokteran Inggris. Dengan demikian, Braid dipandang sebagai
“Bapak hipnoterapi”.(1)
Di abad 20 Milton H. Erickson (1901-1980), mengembangkan hipnosis
untuk dunia terapi. Dimana Eriskson memanfaatkan hipnosis ini untuk digunakan
dalam menterapi seseorang yang memiliki masalah psikis. Banyak korban psikis
pasca perang dunia ke II yang berhasil diselamatkan oleh Erickson. Metode yang
digunakan oleh Erickson inilah yang kemudian sering disebut dengan Ericksonian
Hypnotherapy. Metode Erickson inilah yang menandai era Hipnoterapi modern
Di tahun 1973, dari Santa Cruz, dua orang ilmuwan bernama Richard
Bandler dan Professor John Grinder, mengembangkan sebuah ilmu komunikasi
yang diturunkan dari Hipnosis. Ilmu ini selanjutnya dikenal sebagai Neuro
Linguistic Programming yang biasa dikenal dengan NLP. Dengan NLP, ternyata
Bandler dan Grinder tidak saja memperbesar keampuhan hipnoterapi dalam
keadaan tidur semata bahkan mengikuti jejak gurunya Erickson, NLP mampu
mempercepat pemulihan trauma dalam keadaan sadar dan dalam tempo yang
sangat singkat.
Selama perang dunia II, hipnosis menjadi alternatif pengobatan bagi para
korban perang yang meliputi mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan
kecemasan (neurosis), dan pengalaman yang traumati yang mengganggu. Dari
kegiatan inilah hipnosis menjadi sebuah alternatif penanganan gangguan psikis
yang cukup populer. Hingga kahirnya, setelah perang dunia II, hipnosis untuk
kegiatan terapi diakui secara berturut-turut oleh lembaga medis dan psikologi di
negara Inggris dan Amerika serikat. Pada tahu 1955 diakui penggunaannya oleh
British Medical Association (AMA), dan 1960 oleh American Psyichological
Association (APA).
Saat ini hipnosis digunakan sebagai bentuk terapi (hipnoterapi) suatu
metode penyelidikan untuk memulihkan daya ingat yang hilang, dan sebagai
perangkat riset.
14

2.4 Tingkat Gelombang Otak Manusia

Annaa adalah seorang peneliti penerus karya dan pemikiran Maxwell Cade
dan penulis buku The Awaken Mind dari Inggris. Selama 8 tahun belajar di Inggris
kemudian pulang ke Amerika. Penelitian 6000 jam mengamati pola gelombang
otak manusia dan mencoba memahami bagaimana kaitannya dengan kondisi
kesadaran manusia. Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah
dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia
secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta. Berbasis hasil penelitian
Maxwell Cade dan Anna Wise, berikutnya Saraswati mengatakan bahwa tingkatan
gelombang otak meliputi :
1. Beta
Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas
normal. Beta (frekuensi 12-25 Hz) dominan pada saat orang terjaga dan
menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntuk logika/analisis, sehingga
daerahnya meliputi kognitif, analitis, logika, otak kiri, pemilihan pikiran
sadar, dengan kondisi aktif, cemas, was-was, khawatir, stress, fight.
2. Alpha
Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada
saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Alpha (frekuensi 8-12 Hz)
dominan pada saat orang dalam kondisi rileks dan tetap waspada, yang
daerahnya meliputi khusyuk, rileks, mediatif, focus, alertness,
superlearning, akses nurani bawah sadar, dalam kondisi ikhlas puas,
nyaman, tenang, santai, istirahat, segar, bahagia, endorphine serotonin.
Kondisi Alpha merupakan titik pertemuan antara otak kiri dan otak kanan,
intelektual dan imajinasi, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Untuk
memasuki pikiran bawah sadar minimal harus pada kondisi Alpha.
3. Theta
Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
15

seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang


pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM
(Rapid Eye Movement). Theta (frekuensi 4-8 Hz) dominan pada saat
orang meditasi, mengantuk, tidur, mimpi, dalam daerah sangat khusyuk,
deep mediation, problem solving, mimpi, intuisi, nurani bawah sadar
dalam kondisi ikhlas, hening, imajinasi.
4. Delta
Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Delta (frekuensi 0,1-4
Hz) tidur lelap tanpa mimpi, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran
dan perasaan.
Gelombang otak beta, alpha, theta, delta adalah blok-blok utama dari
kesadaran yang ada. Mereka bekerja satu konser mahakarya dari sebuah
aransemen yang menentukan dan mendasari kondisi kesadaran pada waktu
tertentu.(5)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maxewell Code terhadap lebih dari
8000 subjek tentang kondisi pikiran, kesadaran, dan korelasinya gelombang otak,
menghasilkan gelombang otak beta. Alpha, theta, dan delta yang selanjutnya Anna
Wise melanjutkan penelitiannya sehingga menemukan kondisi pikiran dan pola
gelombang yang lebih rinci. Pikiran yang tercerahkan adalah kondisi kesadaran
khusus yang tampak dalam benuk pola dan komponen gelombang otak yang
sangat spesifilk.
Setiap gelombang otak memiliki kualitas dan karakter, dan banyak variasi
kompleks dari kombinasi gelombang otak, ssehingga jarang sekali seseorang akan
menghasilkan halnya satu tipe gelombang otakpada satu momen tertentu. Sebagai
contoh meskipun gelombang beta sering kali menghilang saat kondisi focus,
namun beta tetap dibutuhkan agar dapat menyadari, sehingga tanpa beta, semua
kreativitas yang merupakan hasil pikiran alam bawah sadar akan terkunci di dalam
alam bawah sadar.
Tabel Kategori Gelombang Otak
Kategori Gelombang Otak
Beta Kognitif, analitis, logika, otak kiri,
12-25 Hz kosentrasi, pemilahan, prasangka,
pikiran sadar.
16

Aktif, cemas, was-was, khawatir, stres,


fight or flight, disease, cortisol,
norepinephrine.
Alpha Khusyuk, relaksasi, mediatif, focus-
8-12 Hz alertness, superlearning, akses nurani
bawah sadar.
Ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat,
puas, segar, bahagia, endorphine,
serotonin.
Teta Sangat khusyuk, deep mediation,
4-8 Hz problem solving, mimpi, intuisi, nurani
bawah sadar.
Iklas, kreatif, integrative, hening,
imajinatif, catecholamines, AVP
(arginin-vasopresin).
Delta Tidur lelap (tanpa mimpi), non physical
0,5-4 Hz state, nurani bawah sadar, kolektif.
Tidak ada pikiran dan perasaan, seluller
regeneration, HGH (Human Growt
Hormone)
17

2.5 Kaitan Neurofisiologik Hipnosis


Tidak ada temuan neurofisiologis spesifik pada orang yang sedang berada
didalam keadaan terhipnotis. Tidak seperti tidur, yang memiliki perubahan
ensefalografik (EEG) yang khas. EEG orang yang terhipnosis serupa dengan EEG
pada orang yang benar-benar terjaga dan perhatian. Sejumlah peneliti menemukan
peningkatan aktivitas alfa tetapi hal ini bukanlah temuan yang konsisten. Studi
Pasitron Emission Tomography (PET) menunjukkan beberapa perubahan di
korteks frontalis pada orang yang terhipnotis.(2)

2.6 Kapasitas Hipnotik dan Induksi


Terapis dapat menggunakan beberapa prosedur khusus untuk membantu
pasien dihipnotis dan berespons terhadap sugesti. Prosedur ini menggunakan
fenomena mirip hipnosis yang terjadi alami dan mungkin telah dialami sebagian
besar orang. Tetapi karena pengalaman ini jarang dibicarakan, pasien
merasakannya sebagai hal yang menakjubkan. Contohnya, ketika mendiskusikan
hipnosis dengan seoang pasien, terapis dapat bertanya : “apakah anda pernah
menyetir mobil pulang ke rumah saat berpikir suatu masalah yang menjadi
preokupasi bagi anda dan tiba-tiba anda menyadari bahwa meskipun anda telah
sampai dengan selamat, anda tidak dapat ingat bahwa anda telah melalui tanda-
tanda yang akrab. Ini seakan-akan anda tertidur tetapi anda berhenti pada semua
lampu merah dan menghindari tabrakan. Anda entah bagaimana berjalan-jalan
dengan pilot otomatik.” Sebagian besar orang mengingat pengalaman ini dan
biasanya senang menggambarkan pengalaman pribadi yang serupa.
Ketika pasien menyadari bahwa mereka mungkin pernah menjalani episode
mirip hipnosis, mereka dapat mengerti bahwa mereka memiliki kapasotas untuk
menggunakan cara hipnotik, yang hampir merupakan perluasan keadaan tersebut.
Meskipun episode tidak selalu keadaan hipnotik, tingkat saat seseorang
mengalaminya terkait dengan kemampuannya untuk dihipnotis.
Orang yang berada dalam pengaruh hipnotis dikatakan berada dalam
keadaan trance, yang dapat ringan, sedang, atau berat (dalam). Di dalam trance
ringan, terdapat perubahan aktivitas motorik : otot data merasa relaks, tangan
dapat diangkat, dan paresthesia dapat diinduksi. Trance sedang ditandai dengan
18

sensasi nyeri yang berkurang dan amnesia parsial atau seluruhnya. Trance dalam
menimbulkan pengalaman visual dan auditorik serta amnesia dalam. Distorsi
waktu terjadi pada semua tingkat trance tetapi paling menonjol pada trance dalam.
Di dalam sugesti pascahipnotik, seseorang diinstruksikan untuk melakukan
tindakan sederhana atau merasakan sensasi tertentu setelah bangun dari keadaan
trance. Sugesti tersebut dapat menyebabkan seseorang merasakan rasa tidak enak
terhadap rokok atau makanan tertentu sehingga dapat membantu di dalam
menerapi keterganyunagn nikotin atau obesitas. Sugesti pascahipnotik terkait
dengan keadaan trance dalam.
Pasien di dalam trance hipnotik dapat mengingat kembali ingatan yang tidak
tersedia didalam kesadaran pada keadaan nonhipnotik. Di dalam terapi, ingatan
tersebut dapat memperkuat hipotesis psikoanalitik mengenai dinamik pasien atau
dapat memungkinkan pasien menggunakan daya ingat tersebut sebagai katalis
untuk asosiasi baru. Beberapa pasien dapat menginduksi regresi umur, saat pasien
mengalami kembali peristiwa yang pernah terjadi pada masa awal kehidupan.
Masih kontroversial mengenai apakah pasien merasakan peristiwa tersebut seperti
yang benar-benar terjadi atau tidak, tetapi hal-hal yang dicetuskan dapat
digunakan untuk terapi lebih lanjut. Pasien di dalam keadaan trance dapat
menggambarkan peristiwa berintensitas serupa dengan aslinya (abreaksi) dan
dapat merasakan sensasi lega sebagai hasil. Keadaan trance memainkan peranan
di dalam menerapi gangguan amnestic dan fugue disosiatif, meskipun klinisi
harus waspada bahwa membawa ingatan yang terepresi secara cepat ke dalam
kesadaran dapat berbahaya dan dapat membuat pasien kewalahan dengan ansietas
yang timbul.
Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur
sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak
membuat pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap dalam keadaan sadar, serta
mampu mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari
segala sesuatu yang diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan
dengan keinginan atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini
dilakukan, telah ada kesepakatan antara pasien dengan penghipnotis untuk
melakukan hipnoterapi
19

Melakukan hipnoterapi terhadap pasien sama halnya dengan melakukan


terapi lainnya. Pasien harus tahu persis mengapa diperlukan bantuan hipnotis
dalam terapinya, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model
terapi lainnya. Proses hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan
tanpa paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien harus terlebih dahulu
menjalani pemeriksaan fisik, dan bila perlu disusul dengan menjalani pemeriksaan
laboratorium (darah, urine, dan lain-lain).(2)
Terapis sebagai fasilitator dan pasien sebagai subjek perlu menjalani
kerjasama yang baik sebelum proses hipnotis dimulai. Pemahaman pasien akan
masksud dan tujuan hipnoterapi merupakan kunci efektifitas terapi. Karena itu
diperlukan informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan
agar persepsi yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah
sadar.
Secara konvensional, Hipnotherapi dapat diterapkan kepada pasien yang
memenuhi persyaratan dasar, yaitu :
1. Bersedia dengan sukarela
2. Memiliki kemampuan untuk fokus
3. Memahami komunikasi verbal.

2.6 Indikasi dan Penggunaan Hipnoterapi


Hipnosis telah digunakan dengan berbagai derajat kesuksesan, untuk
mengendalikan obesitas dan gangguan terkait zat seperti penyalahgunaan alkohol
dan ketergantungan nikotin. Operasi besar pernah dilakukan tanpa anestesik
kecuali hipnosis. Hipnosis juga telah diterapkan untuk mengelola gangguan nyeri
kronis, asma, kutil, pruritus, afonia, dan gangguan konversi. Pasien bias dengan
mudah memperoleh relaksasi dengan hipnosis, sehingga mereka bisa menghadapi
fobia dengan mengendalikan ansietasnya. Hipnosis juga dapat menginduksi
relaksasi didalam desensitisasi sistematik.

2.7 Kontraindikasi
Pasien yang dihipnotis berada pada keadaan ketergantungan atipikal pada
terapis : mereka dapat menimbulkan transferens yang kuat ditandai denagan
20

kelekatan positif yang harus dihargai dan diinterpretasikan. Pada keadaan lain,
transferens negatif dapat muncul pada pasien yang rapuh atau memiliki kesulitan
didalam uji realitas. Pasien yang memiliki masalah dengan kepercayaan dasar,
seperti pada pasien yang memiliki masalah dengan paranoid atau pada pasien
yang tidak suka menyerahkan kendali, seperti pada pasien obsesif kompulsif,
bukanlah kandidat yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etis yang aman penting
untuk semua terapi dan terutama untuk hipnoterapi, di sini pasien (terutama
mereka yang berada dalam trance dalam) sangat mudah disugesti dan udah
dipengaruhi. Terdapat kontroversi mengenai apakah pasien dapat melakukan
tindakan selama trance yang mereka rasa menjijikkan atau yang berjalan
berlawanan dengan kode moral mereka. Rasa takut mengenai hipnosis masih ada,
umumnya akibat salah informasi.

2.8 Tahapan Hipnoterapi


Menurut Departemen Pendidikan USA Departement of Education, Human
Services Division, definisi hipnotis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar
diikuti dengan diterimanya suatu pikiran atau sugesti. Selain itu dapat pula
dikatakan bahwa hipnotis adalah suatu kondisi ketika perhatian menjadi terpusat
sehingga tingkat sugestibialitasnya (daya terima saran) menjadi sangat tinggi.
Hipnotis menurut Andi Hakim merupakan kondisi ketika seseorang mudah
menerima saran, informasi, dan sugesti yang mampu mengubah seseorang menuju
kea rah yang lebih positif. Selanjutnya mengatakan bahwa hipnosis merupakan
teknik yang memudahkan untuk memotivasi seseorang secara cepat dan efisien.
Afirmasi merupakan cara yang paling mudah dan sederhana untuk mempengaruhi
pikiran bawah sadar. Menurut Andi Haikim, afirmasi merupakan sekumpulan kata
yang memiliki makna, maksud, tujuan, dan yang sesungguhnya. Sedangkan
menurut Isma, afirmasi adalah pernyataan singkat, sederhana, dan mengandung
hal-hal yang positif, yang diulang baik secara pelan dan diucapkan keras secara
bersama-sama, yang ditujukan untuk mempengaruhi dan membangun keyakinan.
Macam-macam afirmasi menurut R. Wahdi yakrni: afirmasi lisan, dalam
hati,perasaan (keyakinan), dan tindakan.
21

Sugesti menurut kamus bahasa Inggris yang berarti saran, usul, nasihat,
sedangkan dalam arti yang bebas, sugesti adalah sebuah pesan atau usuian rencana
yang terprograrn, dibuat untuk menimbulkan atau memengaruhi respons dalam
ucapan perasaan pikiran maupun tindakan. Sugesti dapat diklasifikasikan menjadi
sugesti primer dan sekunder, atau sugesti langsung dan sugesti tak langsung.
Secara teoritis tingkat sugestibilitas manusia dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yakni :5% sulit, 8% moderat, dan 10% mudah. Selanjutnya untuk
memudahkan sugesti masuk ke dalam pikiran bawah sadar dengan tepat, ada
beberapa aturan yang harus dipenuhi diantaranya berorientasi pada hasil, pasti
dimengerti, menguntungkan, makna jelas, spesifik, menghindari pharsing,
termasuk melewati area kritik pikiran sadar.(8)
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam. Duduk atau
berbaring, terapis sebagai fasilitator. Akan tetapi, pada proses selanjutnya, klien
lah yang menghipnosis dirinya sendiri (otohipnosis), berikut proses tahapan
hipnoterapi menurut (Hisyam. A. Fachri).
1. Pre- Induction (interview)
Pada tahap awal ini hinpnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu, setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya, hipnoterapis
membuka percakapan untuk membangun kepercayaan klien, menghilangkan rasa
takut terhadap hipnotis/hipnoterapi dan menjelaskan mengenai hipnoterapi dan
menjawab semua pertanyaan klien. Sebelumnya hipnoterapis harus mengenali
aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain terhadap hipnotis dan seterusnya.
Pre-indusksi adalah tahap mengkondisikan seseorang/kelompok orang
untuk siap dihipnotis. Fungsi preindusksi adalah membangun hubungan baik
dengan klien, mengatasi rasa takut klien pada proses hipnoterapi yang akan
dijalankan, membangun harapan klien dan mengumpulkan data dan informasi.
Kecuali itu pre-induksi juga dapat meliputi penyiapan tempat, suasana, aroma,
properti dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses hipnotis. Pre-
Induction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain
yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien
(rapport building). Hipnoterapis juga akan membangun penghargaan mental klien
terhadap masalah yang dihadapinya (building mental expectancy).
22

2. Suggestibility Test
Tes sugestibilitas merupakan proses untuk menguji sugestibilitas
seseorang, apakah mudah disugesti atau tidak. Maksud dan uji sugestibilitas
adalah untuk menentukan apakah klien masuk ke dalam orang yang mudah
menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai
pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi,
uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi
yang terbaik bagi sang klien.
3. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar,
dengan menembus apa yang dikenal dengan critical area. Induksi merupakan
proses untuk menurunkan level kesadaran seseorang. Jika dikaitkan dengan
gelombang otak manusia, teknik induksi bertujuan mereduksi/ menurunkan
gelombang otak manusia dari betha menuju ke alpha atau theta.
Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks maka frekuensi gelombang
otak dari klien akan turun dari beta, alfa, kemudian theta. Semakin turun
gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance.
Inilah yang dinamakan kondisi ter-hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui
kedalaman trance klien dengan melakukan depth level test (tingkat kedalaman
trance klien).
4. Dept Level Test (Pendalaman Trance)
Trance Level Test/Dept Level Test adalah proses untuk memastikan bahwa
klien benar-benar telah memasuki kondisi hipnotis yang dibutuhkan untuk
menjalani proses selanjutnya. Deepening merupakan proses untuk memperdalam
level kesadaran seseorang untuk diinduksi. Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan
membawa klien ke trance yang lebih dalam. Proses ini dinamakn deepening.
5. Suggestions/Sugesti
Sugesti/afirmasi adalah proses pemberian saran/pesan/ lnformasi yang
diberikan kepada klien ketika sudah beraela dalam kondisi hipnotis. Selanjutnya
hipnoterapis akan memberikan sugesti-sugesti positif yang bersifat mengobati
23

kepada klien. Sugesti-sugesti ini yang diharapkan akan tertanam di pikiran bawah
sadar klien dan menghasilkan perubahan positif terhadap masalah klien.
Pada saat klien masih berada dalam kondsi trance, hipnoterapis juga akan
memberi post hypnotic suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien pada saat
proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran
bawah sadar klien meskipin klien telah keluar dari proses hipnotis. Post hypnotic
suggestion adalah salah satu unsur terpenting dalam proses hipnoterapi.
6. Termination
Termination adalah proses membangunkan klien dari lrondlsi hipnotis
yang dialami. Yang mana ini merupakan sesi akhir dari suatu penghipnotisan.
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan-lahan akan
membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya ke keadaan yang
sepenuhnya sadar.
7. Post Hypnotic
Post hypnotic adalah mengatakan pada klien tentang perilaku baru saat
subjek telah terbangun dalam tidurnya.
24

Teknik hipnoterapi yang sesuai pada kondisi nyeri kronik adalah bertahap
yakni tahap pertama relaksasi kemudian dilanjutkan dengan cognitive distraction
dan diakhiri dengan anchoring. Anchoring inilah yang akan bersifat memandirikan
pasien dengan anchoring maka pasien dapat melakukan Self hypnosis.
Kemampuan self hypnosis pernah ditulis oleh Downe S et al pada pengelolaan
nyeri intrapartum pada wanita nullipara. Teknik relaksasi menggunakan standard
deepening yakni berupaya memasukkan pasien dalam stase hipnotik yang dimulai
dengan menghadirkan kembali kenangan tempat/situasi yang nyaman bagi pasien.
Dimulai dengan memposisikan tubuh dengan nyaman (berbaring-duduk),
dan dapat dibantu dengan iringan musik relaksasi kemudian mengambil napas
panjang sebanyak 3 kali, inspirasi melalui hidung dan ekspirasi melalui mulut
secara perlahan. Setelah pernapasan ketiga kalinya maka pasien diarahkan untuk
menutup mata. Secara sistematis, pasien dipandu dengan hitungan mundur dari
sepuluh hingga satu dengan semakin berkurangnya hitungan maka gambaran tadi
semakin nyata dan dapat dirasakan kembali secara fisik dengan ditandai adanya
REM (Rapid Eye Movement). Setelah tercapai kondisi REM maka pasien
diarahkan untuk menikmati sejenak kenyamanan tersebut Tahap selanjutnya
dalam kondisi REM dipertahankan, teknik cognitif distraction diterapkan. Teknik
ini akan memandu pasien mengubah gambaran nyaman tadi menjadi urutan
sensasi suhu dan warna tanpa menghilangkan sensasi nyaman yang ada. Dengan
tetap nyaman, pasien dipandu untuk mengumpamakan warna merah sebagai rasa
panas dan panas tersebut dianalogikan dengan rasa nyeri.
Lambat laun terapis akan memandu pasien mengubah warna merah secara
bertahap menjadi merah muda, kuning, hijau muda, hijau tua, biru tua dan biru
langit yang nyaman di mata seiring perubahan warna tadi pasien disugesti suhu
pada bagian tubuh yang nyeri tadi menjadi semakin sejuk hingga sensasi nyeri
tadi berkurang atau bila pasien memiliki sugestibilitas tinggi, rasa nyeri tadi
menghilang. Setelah beberapa saat terapis akan menanyakan kepada pasien
kondisi sensasi nyeri tersebut, biasanya jawaban dari pasien akan lambat
merespon sehingga tunggu saja sejenak, Bila jawaban pasien masih nyeri dan
mengganggu maka proses analogi warna dan suhu diulang sampai rasa nyeri
berkurang. Setelah mendapat respon bahwa rasa nyeri berkurang maka dengan
tetap mempertahankan pada fase REM akan dilanjutkan pada tahap anchoring.
25

Pada tahap anchoring pasien diminta untuk menikmati rasa nyaman baik
dengan kondisi tubuh yang tidak nyeri sambil dikembalikan gambaran peristiwa
menyenangkan pada saat tahap relaksasi. Terapis akan memandu dengan hitungan
maju dari 1-10.
a. Pada hitungan ke-1 pasien mulai dipandu untuk membentuk
gambaran di pikiran tentang visualisasi keadaan yang nyaman.
b. Hitungan ke-2 intensitas visualisasi diperkuat untuk
mengembalikan suasana secara detail.
c. Hitungan ke-3 pasien disugesti untuk melibatkan ke seluruhan
pancaindera dan dilibatkan secara emosional.
d. Hitungan ke-4 pasien diarahkan untuk fokus pada sensasi emosi
yang dirasakan akibat visualisasi yang diperkuat.
e. Hitungan ke-5 intensitas emosional mulai ditingkatkan.
f. Hitungan ke-6 intensitas emosional terus ditingkatkan dan
disugestikan sebagai realitas dalam pikiran pasien.
g. Hitungan ke-7 pasien disugestikan untuk semakin fokus pada
sensasi emosi yang dirasakan.
h. Hitungan ke-8 dimana 80% rasa nyaman memuncak maka terapis
akan memberikan sebuah stimulus (misalkan sentuhan di bahu
kanan atau mengarahkan pasien tarik napas).
i. Pada hitungan ke-9 pasien disugesti untuk menikmati sensasi
emosi yang ada.
j. Hitungan ke-10 pasien diajak untuk perlahan memasuki alam sadar
dan memperhatikan menghilangnya sensasi secara perlahan,
kemudian pasien diarahkan untuk mengangguk bila sensasi sudah
menghilang secara sempurna, kemudian pasien diajak untuk
membuka mata pada hitungan ke-3.(9)

2.9 Manfaat Hipnoterapi


Sekarang, hipnosis untuk keperluan terapi (hipnoterapi) efektif digunakan
dalam penanganan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis untuk mengubah
mekanisme pikiran manusia dalam menginterpretasikan pengalaman hidupnya,
26

serta menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Bahkan, beberapa
penelitian menunjukkan fakta menarik yang menyatakan bahwa pada dasarnya
sekitar 75% dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang bersumber dari
masalah mental atau emosi. Karena itu, tidak mengherankan jika hipnoterapi
banyak digunakan dalam mengatasi gangguan yang berkenaan dengan kecemasan
(axiety), ketegangan (stress), depresi (depression), fobia (phobia); menghilangkan
kebiasaan buruk (bad habits), seperti ketergantungan terhadap rokok, alkohol dan
obat-obatan; serta pemberdayaan diri, seperti membangkitkan motivasi dan
melangsingkan tubuh.
Hipnoterapi bahkan bermanfaat dalam kasus-kasus klinis yang
berhubungan dengan medis. Beberapa pendapat spekulatif dari sebagian ahli yang
menyatakan bahwa saat seseorang berada dalam kondisi hipnosis, tubuhnya
menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter (zat kimia yang terdapat
dalam otak), enchepalin, dan endhorphin yang berfungsi meningkatkan perasaan
nyaman sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala
fisik lainnya. Bagaimana pun, kenyataannya kondisi hipnosis yang terjadi dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan anesthesia (mati rasa) dan analgesia (berkurangnya
sensasi rasa sakit) sehingga berguna untuk kegiatan-kegiatan medis terkait, seperti
pencabutan gigi, pembedahan tanpa obat bius, dan persalinan atau melahirkan.
Pakar hipnosis medis S.J. van Pelt mantan presisden British Medical
Hypnosis Society pada dekade 1950-an mengatakan bahwa hipnosis efektif untuk
dimanfaatkan dalam pemeliharaan keseimbangan organ tubuh. Ini karena sara
takut, perasaan cemas, dan hal-hal jenis sejenisnya merupakan faktor utama yang
memengaruhi kinerja sistem otonom (automatic nervous system). Kenyataan ini
berkaitan dengan mekanisme lawan (fight) atau lari (flight) yang dilakukan oleh
fungsi saraf otonom tersebut (melalui fungsi saraf simpatis dan parasimpatis),
yang berpengaruh terhadap fungsi pupil mata, saluran nafas, jantung, kelenjar
ludah, lambung, dan organ seksual.
Pendapat lebih lanjut dikemukakan dalam buku Hypnosis and Counseling
in the Treatment of Chronic Illness (2003) yang dirtulis D. Frank dan B. Mooney.
Mereka menyatakan bahwa dalam kondisi hipnosis, fungsi amigdala menjadi non-
aktif dan menyebabkan sistem saraf otomatis (automatic nervous system) menjadi
27

lebih relaks. Hal ini memberikan kesempatan kepada tubuh dan sistem
kekebalannya untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh sehingga
menjadikannya lebih sehat. Fungsi amigdala juga memberikan pengaruh besar
terhadap sistem endoktrin, termasuk kelenjar adrenalin dan kelenjar lendir
(pituitari) yang mengatur kegiatan hormon tubuh dan sistem saraf otomatis
melakukan fungsi kontrol terhadap detak jantung dan tekanan darah. Oleh karena
itu, hipnosis sangat bermanfaat pula untuk dimanfaatkan dalam kegiatan
perlakuan medis terhadap gangguan penyakit kronis (chronic pain).
Kini, beberapa ahli meyakini bahwa dalam kaitannya dengan
keterhubungan fungsi tubuh dan pikiran (mind body connection), dengan
membimbing seseorang ke dalam kondisi hipnosis memberikan kesempatan untuk
memfungsikan pikiran bawah sadarnya mencari permasalahannya sendiri terhadap
gangguan tubuh atau penyakit yang dideritanya. Spegel menyatakan bahwa
meskipun masih belum diketahui dengan jelas bagaimana keterkaitan hipnosis
dengan mekanisme kerja otak, banyak contoh kasus yang membuktikan bahwa
hipnosis dapat membantu seseorang secara efektif dalam mengakses segala
macam sumber daya di bawah sadarnya untuk memecahkan masalah dirinya
sendiri. Banyak keberhasilan dicapai oleh penerapan hipnosis ini, bahkan ketika
obat-obatan modern gagal mengatasinya.
Pengaruh hipnoterapi pada presepsi nyeri hipnosis didefinisikan sebagai
kondisi perubahan persepsi subyek bersifat sementara waktu dengan bantuan
orang lain dan kondisi tersebut dapat memunculkan fenomena bervariasi secara
spontan. Fenomena ini meliputi perubahan tingkat kesadaran dan ingatan sehingga
sangat mudah menerima sugesti dimana pada saat tidak masuk kondisi hipnosis
respon atas fenomena yang terjadi sangat tidak lazim bagi subyek yang
bersangkutan. Hipnoterapi sangatlah berbeda dengan hipnotis untuk tujuan
hiburan atau yang lebih dikenal stage hypnosis. Hipnoterapi membutuhkan
kesediaan dan kepercayaan pasien terhadap terapis sebab hipnoterapi adalah salah
satu bentuk dari metode berkomunikasi yang tidak dapat bersifat satu arah saja
dan masih memberikan ruang kebebasan individu dalam menjalani proses terapi.
Sugesti pada hipnoterapi dapat dilakukan pada orang yang tingkat
sugestifitas tinggi sehingga pada diperlukan konseling beberepa kali untuk
meningkatkatkan sugestifitas pasien. Pada saat pasien mengalami fase hipnosis
28

maka akan terjadi fenomena perubahan aktifitas pada neurofisiologi yakni


perubahan aktifitas metabolik kortikal (ditunjukkan dengan positron emission
tomography), perubahan aliran darah dalam otak dan korda spinalis (ditunjukkan
dengan alat functional magnetic resonance imaging), dan perubahan aktifitas
elektrik pada korteks yang diamati dengan electroencephalography. Impikasi
hipnoterapi pada neurofisiolgi akan memunculkan relaksasi yang optimal. Pada
saat relaksasi maka pasien akan sangat mudah menerima panduan dan sugesti
yang diberikan terapis.
Hipnoterapi membantu dalam mengatasi berbagai masalah psikologis yang
menyangkut :

1. Kecemasan, Depresi, atupun Fobia.


2. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti : merokok, makan berlebihan,
menggigit kuku, memaksimalkan potensi diri, menyembuhkan luka
emosional, dan mongontrol pola hidup.
3. Dalam pembelajaran mampu mengoptimalkan cara belajar, seperti :
meningkatkan daya ingat, meningkatkan focus, meningkatkan kreativitas,
danembangkitkan percaya diri.
Hipnoterapi mengurangi kecemasan pada pasien kolonoskopi Pada kasus
tersebut rasa nyeri yang diraskan pasien sangat minimal atau dapat dikatakan
bahwa ambang nyeri pasien meningkat. Bagian otak yang teraktivasi pada saat
ada rangsang nyeri adalah thalamus, primary somatosensory cortex (PSI),
secondary somatosensory cortex (SII), insula, prefrontal cortex (PFC), amigdala,
anterior cingulated cortex (ACC). Bagian-bagian otak tersebut sangat dipengaruhi
dengan kondisi emosi dan proses berpikir seseorang.
Hipnoterapi mempengaruhi ACC dimana akan berefek pada proses afeksi
terhadap pengalaman nyeri. Modulasi afeksi akan mempengaruhi presepsi otak
terhadap pengalaman nyeri tersebut sehingga mampu menimbulkan koping
positif. Nyeri tidak dapat dihilangkan akan tetapi koping positif akan membuat
seseorang dapat menerima dan menyadari rasa nyeri dengan lebih nyaman seiring
perubahan presepsi otak selama proses hipnoterapi dan paska hipnoterapi.(9)
29
BAB III
KESIMPULAN

 Hipnosis adalah keadaan atau kondisi saat seseorang dapat berespon


terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi, daya
ingat, atau mood. Sedangkan hipnoterapi adalah kegiatan psikoterapi yang
menggunakan hypnosis sebagai jalan penyembuhan dari suatu penyakit.

 Ada enam tahap yang terdapat dalam proses hipnoterapi, yatitu :


(1) Pre-Induction
(2) Suggestibility Test
(3) Induction
(4) deepenin
(5) suggestion
(6) termination.
(7) Post hypnotic
 Hipnoterapi membantu dalam mengatasi berbagai masalah psikologis yang
menyangkut :

1. Kecemasan, Depresi, atupun Fobia.


2. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti : merokok, makan berlebihan,
menggigit kuku, memaksimalkan potensi diri, menyembuhkan luka
emosional, dan mongontrol pola hidup.
3. Dalam pembelajaran mampu mengoptimalkan cara belajar, seperti :
meningkatkan daya ingat, meningkatkan focus, meningkatkan
kreativitas, danembangkitkan percaya diri.
 Indikasi hipnoterapi : Untuk mengendalikan obesitas, untuk
mengendalikan gangguan terkait zat seperti penyalahgunaan alkohol dan
ketergantungan nikotin, pada operasi besar pernah dilakukan tanpa
anestesi kecuali hypnosis, dan untuk mengelola gangguan nyeri kronis,
asma, kutil, pruritus, afonia, dan gangguan konversi.

30
34

 Kontraindikasi hipnoterapi : Pasien yang memiliki masalah dengan


kepercayaan dasar, seperti pada pasien yang memiliki masalah dengan
paranoid atau pada pasien yang tidak suka menyerahkan kendali, seperti
pada pasien obsesif kompulsif, bukanlah kandidat yang baik untuk
hypnosis dan pada pasien yang tidak mengerti bahasa yang digunakan
untuk komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wong Willy. Membongkar Rahasia Hipnosis. 2010. Jakarta : Visi Media.

2. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan dan Sadock edisi kedua. Jakarta: EGC;
2014.

3. Adiyanto. 2007. Hipnosis penurunan rasa nyeri Pengamatan Efek Hypnosis


Pada Otak Melalui Brain Imaging. www.ibh.com.

4. Hypnotherapy, Ady W. Gunawan. www.googlebuku.html.

5. Subiyono dkk. Hypnometafisika. Jakarta: Deepublish; 2010.

6. Rijal S. Hipnolinguistik : Bahasa Alam Bawah Sadar. (1):190–8.

7. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2014.

8. Novrizal R, Pengantar K. Keefektifan Hipnoterapi Terhadap Penurunan


Derajat Kecemasan dan Gatal Pasien Liken Simpleks Kronik Di Poliklinik
Penyakit Kulit Dan Kelamin RSDM Surakarta PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS I PSIKIATRI. 2010;

9. Nugraha LN, Universitas K, Duta K, Yogyakarta B. Hipnoterapi pada


pasien nyeri kronik. 2017;(April):317–24.

35

Anda mungkin juga menyukai