3
BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM UROGENITAL DAN ENDOKRINOLOGI KHUSUS
PENYUSUN
Visi
Menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang
profesional dan terkemuka berbasis nilai-nilai islami di tingkat
nasional pada tahun 2035
Misi
Tujuan
1. Menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan yang kompeten
dan berkarakter islami.
2. Terlaksananya penelitian-penelitian dalam bidang kedokteran
dan kesehatan yang unggul dan inovatif.
3. Terlaksananya pengabdian masyarakat sebagai penerapan
hasil penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
4. Peningkatan prestasi dosen dan mahasiswa di tingkat
nasional.
Visi
Menjadi Program Studi (Prodi) pendidikan dokter yang profesional
di tingkat nasional dengan keunggulan penemuan dan
pemanfaatan bahan alam bidang kedokteran yang berlandaskan
nilai Rabbani, Amanah dan Beradab (RAB) pada Tahun 2035.
Misi
1) Menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Dokter
yang profesional dengan tata kelola yang sesuai standar mutu
dengan implementasi nilai-nilai RAB.
2) Melaksanakan pendidikan yang menghasilkan lulusan
sarjana kedokteran yang profesional dan memiliki keunggulan
dalam penemuan dan pemanfaatan bahan alam bidang
kedokteran yang berlandaskan nilai RAB.
3) Melaksanakan penelitian di bidang kedokteran dengan
keutamaan di bidang keunggulan prodi dalam usaha
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai RAB.
4) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
yang menerapkan hasil penelitian terutama di bidang unggulan
prodi dalam usaha menyelesaikan masalah kesehatan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai RAB.
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan sarjana kedokteran yang profesional
dengan tata kelola yang sesuai standar mutu dengan
implementasi nilai-nilai RAB.
2. Menghasilkan lulusan sarjana kedokteran yang profesional dan
memiliki keunggulan dalam penemuan dan pemanfaatan bahan
alam bidang kedokteran yang berlandaskan nilai RAB.
Penyusun
Referensi ....................................................................................... 71
• Sesi I:
1. Pretest
• Sesi II :
1. Pretest
2. Tutor melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
genitalia dan pemasangan kateter uretra pada pria dengan
menggunakan manekin
3. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan
pemasangan kateter uretra pada pria dengan menggunakan
manekin
4. Mahasiswa dan instruktur mendiskusikan kesalahan–
kesalahan yang muncul
5. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil bergantian
melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan pemasangan
kateter uretra pada pria dengan menggunakan manekin (tutor
mengoreksi jika terdapat kesalahan)
• Sesi III :
1. Pretest
2. Tutor melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
genitalia dan pemasangan kateter uretra pada wanita dengan
menggunakan manekin
3. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan
pemasangan kateter uretra pada wanita dengan
menggunakan manekin
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 10
4. Mahasiswa dan instruktur mendiskusikan kesalahan–
kesalahan yang muncul
5. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil bergantian
melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan pemasangan
kateter uretra pada wanita dengan menggunakan manekin
(tutor mengoreksi jika terdapat kesalahan)
• Sesi IV
1. Pre test
2. Mahasiswa satu kelompok PKK dikelompokkan menjadi
kelompok-kelompok kecil (masing-masing 2/3 orang)
3. Setiap kelompok kecil akan mendapatkan satu kasus untuk
dilakukan role play sebagai dokter dan pasien
4. Mahasiswa berdiskusi dengan tutor
1.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik ginjal dan permintaan pemeriksaan BNO-
IVP adalah salah satu prosedur yang harus dimiliki oleh mahasiswa
sebagai calon dokter dengan standar mampu melakukan dengan
baik. Dalam keterampilan klinis calon dokter diperkenalkan dan
diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik bimanual ginjal,
pemeriksaan nyeri ketok ginjal, perkusi kandung kemih serta
mengetahui prosedur permintaan pemeriksaan radiologi BNO-IVP,
tujuan pemeriksaan, indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan,
pesiapan sebelum pemeriksaan dan bagaimana teknik
pemeriksaan BNO-IVP.
2.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia pria dan keterampilan klinis
pemasangan kateter pada pria adalah prosedur yang harus dimiliki
oleh mahasiswa sebagai calon dokter dengan standar mampu
melakukan dengan baik. Mahasiswa juga diminta mampu
memahami prinsip pemeriksaan fisik genitalia pria yang terdiri dari
inspeksi dan palpasi penis, prostat, pemeriksaan transluminasi
serta TSE (Testicular Self Exammination) / pemeriksaan testis
sendiri.
Penis
Inspeksi :
Kulit (perhatikan kulit yang terdapat di basis penis, amati
apakah terdapat kutu di rambut pubis), preputium (jika ada ditarik
ke belakang untuk melihat adanya ulkus, karsinoma, smegma),
glans penis (perhatikan adanya ulkus, jaringan parut, nodul atau
tanda – tanda inflamasi), letak meatus uretra eksternus. Glans
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 26
penis ditekan antara jari telunjuk di atas dan ibu jari di bawah.
Manuver ini akan membuka meatus uretra eksternus dan
memudahkan kita mengamati secret yang ada. Pada keadaan yang
normal, secret tidak ditemukan. Jika pasien datang dengan keluhan
adanya secret akan tetapi saat diperiksa tidak tampak, maka minta
pasien untuk mengurut penis dari dasarnya ke glans penis.
Sediakan objek glass dan persiapan kultur.
Palpasi :
Penis dipalpasi dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.
Amatilah adanya nyeri atau indurasi.
Pemeriksaan perianal
Inspeksi daerah di sekitar anus, apakah ada kutil, vesikel,
erosi, ulkus, ataupun lesi lainnya.
Pendahuluan
Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-
buli melalui uretra. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates
yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan instrumentasi
untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan
kateter yang terbuat dari karet th 1779, sedangkan Foley membuat
kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah yang saat ini
masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine
dari buli-buli.
Kateterisasi Uretra
Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan
kateter (selang kecil) melalui saluran uretra kedalam vesika
urinaria. Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat
pemakaian dan percabangan. Ukuran kateter dinyatakan dalam
skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter
luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan kateter
dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan
lateks dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter
untuk drainase digunakan ukuran 16F – 18F. Adapun indikasi
dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan diagnosis
dan terapi, yaitu
Tujuan kateterisasi:
-Menegakkan Diagnosis:
1. Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh
urine untuk pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan
dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sample urine
oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar kulit vulva atau
vagina
-Terapi Nonfarmako:
1. Mengeluarkan urin dari buli-buli pada keadaan obstruksi
infravesikal baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat
maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat
uretra
2. Mengeluarkan urine pada disifungsi buli-buli
3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian
bawah yaitu pada prostektomi, vesikolitotomi
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan
stabilisasi uretra
5. Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika
atau antiseptic untuk buli-buli.
Indikasi kateterisasi:
o Retentio urine
o Monitoring ketat produksi urin
o Operasi uretra / bladder outlet
o Buli-buli neuropathy
o Urine sampling
o Instilasi ke dalam buli-buli
o Spalk urethra
Ukuran kateter
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriem's (French).
Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Cheriere (Ch)
atau 1 French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mm a3 FR. Jadi kateter yang
berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter tersebut adalah 6 mm.
Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu mempunyai
diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah
lumen pada keteter itu.
Bahan katater
Bahan kateter dapat berasal dan logam (stainless), karet
(lateks), lateks dengan lapisan silicon (siliconized) dan silicon.
Perbedaan bahan kateter menentukan biokompatibilitas kateter di
dalam buli-buli, sehingga akan mempengaruhi pula daya tahan
kateter yang terpasang di buli-buli.
Persiapan kateterisasi
• lnformasi lengkap dan informed consent
• Memperhatikan prinsip pemasangan kateter:
• Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi
secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi
pada kulit genetalia
• Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien
Teknik Kateterisasi:
1. Pada Pria
• Baringkan pasien
• Dokter berdiri disebelah kiri pasien
• Dokter memakai sarung tangan steril
• Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah
sekitarnya, daerah genitalia dipersempit dengan kain steril
(doek steril)
• Keteter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dipegang
seperti memegang pensil, kemudian dimasukkan ke dalam
orrifisium uretra eksterna
• Pelan-pelan kateter di dorong masuk dan kira-kira pada
daerah bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna)
akan terasa tahanan dalam hal ini pasien diperintahkan untuk
rnengambil napas dalam/menelan supaya sfingter uretra
eksterna menjadi lebih relaks.
• Kateter terus di dorong hingga masuk ke dalam buli-buli yang
ditandai dengan keluarnya urine dan lubang kateter.
Perhatikan urine ; jernih, keruh, merah, volume total (dicatat)
2. Pada Wanita
Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita
jarang menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek.
Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara
uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau tertutupnya
muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks.
3.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia wanita dan keterampilan klinis
pemasangan kateter pada wanita adalah prosedur yang harus
dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon dokter dengan standar
mampu melakukan dengan baik. Mahasiswa juga diminta mampu
memahami prinsip pemeriksaan fisik genitalia wanita yang terdiri
dari pemeriksaan genitalia eksterna, pemeriksaan vagina dan
pemeriksaan serviks.
Inspeksi Vagina
Setelah ujung spekulum melewati serviks, skrup dibuka
kemudian pembukaan spekulun dipertahankan dengan tangan.
Spekulum ditarik perlahan-lahan sambil memperhatikan mukosa
vagina . Amati warnanya, apakah terdapat inflamasi, secret,
ulserasi atau massa. Spekulum ditutup ketika terlihat di introitus,
untuk menghindari peregangan yang berlebihan pada mukosa.
A B C
Gambar: A. Identifikasi Uretra, B. Memasukkan Uretra, C.
Pengembangan balon setelah kateter masuk kedalam Vesika
Urinaria
SKENARIO 1
IDENTITAS:
Nama : Ny. SARAH
Usia : 62 tahun
Alamat : Sukajadi
Pekerjaan : Pensiunan guru
SKENARIO 2
IDENTITAS:
Nama : Ny. Ani
Umur : 40 tahun
Alamat : jl. Garuda sakti
Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS:
Keluhan utama : sulit buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik umum dengan keluhan sulit buang air
kecil sejak 3 hari yang lalu. Buang air kecil dirasakan sering, namun
hanya sedikit-sedikit. Keluhan ini dirasakan semakin berat dan
disertai dengan nyeri saat BAK, rasa penuh di perut bagian bawah,
serta urin yang keluah berwarna merah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti terbakar dan dirasakan sepanjang buang air kecil.
Pasien juga mengeluh mual, namun tidak disertai muntah. Pasien
menyangkal adanya demam.
Kebiasaan :
Kegiatan sehari-harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Pasien rata-rata mengkonsumsi 1 liter air mineral perhari. Makanan
dan minuman sehari-hari pasien adalah air putih, teh, susu, dan
sayur-sayuran seperti bayam dan kangkung.
REFERENSI
1. Adams, Physical Examination, Elsevier, Jakarta:2009
2. S. Bickley Lyn, Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan,
EGC, Jakarta: 2003
3. S. Bickley Lyn, Bates Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan,
EGC, Jakarta: 2003