Anda di halaman 1dari 73

MODUL 3.

3
BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM UROGENITAL DAN ENDOKRINOLOGI KHUSUS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2020/2021
MODUL 3.3
BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM KETERAMPILAN KLINIS
SISTEM UROGENITAL DAN ENDOKRINOLOGI KHUSUS

PENYUSUN

dr. May Valzon MSc

Copyright ® 2020 oleh PSPD Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab


Desain oleh Pengelola modul Sistem Urogenital dan Endokrinologi Khusus
Desain sampul oleh : PSPD Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh


isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa izin dari Fakultas
Kedokteran Universitas Abdurrab

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 1


LEMBAR PENGESAHAN DEKAN

Pejabat yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Prof. DR. dr. Yanwirasti, PA(K)
NIK : 112010320009
Jabatan : Dekan

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, maka


dengan ini kami menyatakan :
Judul Buku :“Buku Panduan Praktikum Keterampilan
Klinis Sistem Urogenital dan Endokrinologi
Khusus“
Penyusun : dr. May Valzon, M.Sc
Editor : dr. Riski Dwi Utami
Dr. Dea May Fitry
Unit kerja : Medical Education Unit
Penanggung Jawab PKK : dr. Dea May Fitry

Dapat digunakan sebagai pelaksanaan PKK Modul 3.3 Berbasis


Kompetensi (KBK) Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
Universitas Abdurrab. Demikianlah pernyataan ini dibuat semoga
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, Januari 2021


Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Abdurrab

Prof. DR. dr. Yanwirasti, PA(K)


NIK: 112010320009

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 2


VISI & MISI
FAKULTAS KEDOKTERAN

Visi
Menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang
profesional dan terkemuka berbasis nilai-nilai islami di tingkat
nasional pada tahun 2035

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran dan kesehatan


sesuai dengan standar nasional yang berbasis nilai-nilai
islami.
2. Mengembangkan penelitian-penelitian di bidang kedokteran
dan kesehatan yang unggul dan inovatif.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai
penerapan hasil penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan.
4. Menyiapkan dosen dan mahasiswa untuk berprestasi di tingkat
nasional.

Tujuan
1. Menghasilkan dokter dan tenaga kesehatan yang kompeten
dan berkarakter islami.
2. Terlaksananya penelitian-penelitian dalam bidang kedokteran
dan kesehatan yang unggul dan inovatif.
3. Terlaksananya pengabdian masyarakat sebagai penerapan
hasil penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan.
4. Peningkatan prestasi dosen dan mahasiswa di tingkat
nasional.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 3


VISI & MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Visi
Menjadi Program Studi (Prodi) pendidikan dokter yang profesional
di tingkat nasional dengan keunggulan penemuan dan
pemanfaatan bahan alam bidang kedokteran yang berlandaskan
nilai Rabbani, Amanah dan Beradab (RAB) pada Tahun 2035.

Misi
1) Menyelenggarakan Program Studi Pendidikan Dokter
yang profesional dengan tata kelola yang sesuai standar mutu
dengan implementasi nilai-nilai RAB.
2) Melaksanakan pendidikan yang menghasilkan lulusan
sarjana kedokteran yang profesional dan memiliki keunggulan
dalam penemuan dan pemanfaatan bahan alam bidang
kedokteran yang berlandaskan nilai RAB.
3) Melaksanakan penelitian di bidang kedokteran dengan
keutamaan di bidang keunggulan prodi dalam usaha
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai RAB.
4) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
yang menerapkan hasil penelitian terutama di bidang unggulan
prodi dalam usaha menyelesaikan masalah kesehatan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai RAB.

Tujuan
1. Menghasilkan lulusan sarjana kedokteran yang profesional
dengan tata kelola yang sesuai standar mutu dengan
implementasi nilai-nilai RAB.
2. Menghasilkan lulusan sarjana kedokteran yang profesional dan
memiliki keunggulan dalam penemuan dan pemanfaatan bahan
alam bidang kedokteran yang berlandaskan nilai RAB.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 4


3. Menghasilkan penelitian di bidang kedokteran dengan
keutamaan di bidang keunggulan prodi dalam usaha
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai RAB.
4. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat yang
menerapkan hasil penelitian terutama di bidang unggulan prodi
dalam usaha menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai RAB.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 5


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha


Esa, maka selesai juga penyusunan Buku Panduan Praktikum
Keterampilan Klinis Modul 3.3 Sistem Urogenital dan Endokrin
Lanjutan. Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk
pelaksanaan praktikum keterampilan klinis Modul 3.3 yang
dilaksanakan di ruang skill lab.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini
dan perlu dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya. Untuk itu
diharapkan saran dan kritik bagi penyempurnaan buku ini.
Terima kasih kepada kontributor, sejawat dan seluruh pihak
yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga Modul 3.3 dapat
berjalan sesuai tujuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Januari 2021

Penyusun

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 6


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ..................................................................... 2


Visi dan Misi................................................................................... 3
Kata Pengantar .............................................................................. 6
Daftar Isi ........................................................................................ 7
Tata Tertib Pelaksanaan PKK ........................................................ 8
Deskripsi Singkat ........................................................................... 9
Pemetaan Pencapaian Kompetensi .............................................. 12

Praktikum Keterampilan Klinis 1


Pemeriksaan Fisik Ginjal Serta Permintaan Pemeriksaan
BNO-IVP ........................................................................................ 13
Praktikum Keterampilan Klinis 2
Pemeriksaan Fisik Genitalia Pria Dan Pemasangan Kateter
Uretra Pada Pria ............................................................................ 25
Praktikum Keterampilan Klinis 3
Pemeriksaan Fisik Genitalia Wanita Dan Pemasangan
Kateter Uretra Pada Wanita ........................................................... 45
Praktikum Keterampilan Klinis 4
Anamnesis ..................................................................................... 62

Referensi ....................................................................................... 71

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 7


TATA TERTIB PELAKSANAAN
PRAKTIKUM KETERAMPILAN KLINIS

1. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu dengan batas


keterlambatan 15 menit. Jika mahasiswa datang setelah
Praktikum Keterampilan Klinis (PKK) berlangsung selama 15
menit, mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti PKK.
2. Mahasiswa wajib mengisi/ menandatangani daftar hadir
sebelum PKK dimulai serta membawa buku panduan PKK.
3. Mahasiswa memakai baju PKK dan name tag sebelum masuk
ruangan.
4. Sebelum PKK dilaksanakan, diadakan pretest tentang materi
yang akan dipelajari dalam PKK tersebut , jika nilai pretest
dibawah 50 maka nilai OSCE akan mendapatkan
pengurangan nilai sebanyak 5 poin sesuai dengan materi
pretest yang mendapat nilai kurang dari 50.
5. Selama PKK berlangsung, mahasiswa tidak diperbolehkan
makan, minum, merokok, bergurau atau hal-hal lain yang dapat
mengganggu suasana PKK.
6. Mahasiswa harus merapikan kuku-kuku jari (kuku yang panjang
tidak di perkenankan mengikuti PKK)
7. Seusai PKK, mahasiswa wajib membersihkan dan merapikan
ruangan seperti semula.
8. Mahasiswa yang merusak atau menghilangkan peralatan yang
digunakan selama PKK, wajib mengganti peralatan tersebut.
9. Jika berhalangan hadir karena sakit atau sebab yang lain
segera dilaporkan pada tutor / PJ PKK disertai bukti berupa
surat (jika sakit ada surat dari dokter yang tidak memiliki
hubungan keluarga dengan mahasiswa).

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 8


DESKRIPSI SINGKAT

Pelatihan keterampilan pada modul ini merupakan bagian dari


pelatihan keterampilan klinik yang ditujukan agar mahasiswa
memiliki pengalaman dalam melakukan pemeriksaan sistem
urogenital yaitu pemeriksaan fisik ginjal serta permintaan
pemeriksaan BNO-IVP, pemeriksaan fisik genitalia dan
pemasangan kateter uretra pada pria dan wanita serta melakukan
anamnesis. Pelatihan dilakukan dengan berlatih menggunakan role
play antar mahasiswa dan menggunakan manekin.

Kompetensi yang diharapkan:


1. Mahasiswa kompeten dalam melakukan pemeriksaan fisik ginjal
serta permintaan pemeriksaan BNO-IVP dengan menerapkan
prosedur yang benar dan legeartis
2. Mahasiswa kompeten dalam melakukan pemeriksaan fisik
genitalia, pemasangan kateter uretra pada pria dan wanita
sesuai dengan prosedur yang benar dan legartis.
3. Mahasiswa kompeten melakukan anamnesis sistem urogenital
dan endokrin lanjutan.

Kegiatan ini akan dilaksanakan ke dalam 4 sesi :


Sesi I : Pemeriksaan fisik ginjal serta permintaan pemeriksaan
BNO-IVP
Sesi II : Pemeriksaan fisik genitalia, pemasangan kateter uretra
pada pria
Sesi III : Pemeriksaan fisik genitalia, pemasangan kateter uretra
pada pria
Sesi IV : Anamnesis

• Sesi I:
1. Pretest

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 9


2. Tutor menjelaskan dan memberi contoh pemeriksaan fisik
ginjal serta permintaan pemeriksaan BNO-IVP
3. 2-4 mahasiswa melakukan role play pemeriksaan fisik ginjal
4. Mahasiswa dan tutor mendiskusikan kesalahan-kesalahan
yang muncul.
5. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil, masing-
masing kelompok terdiri dari 3 orang, dimana secara
bergantian 1 orang menjadi dokter, 1 orang menjadi pasien
dan seorang lainnya menilai dengan menggunakan checklist
pemeriksaan fisik ginjal.

• Sesi II :
1. Pretest
2. Tutor melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
genitalia dan pemasangan kateter uretra pada pria dengan
menggunakan manekin
3. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan
pemasangan kateter uretra pada pria dengan menggunakan
manekin
4. Mahasiswa dan instruktur mendiskusikan kesalahan–
kesalahan yang muncul
5. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil bergantian
melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan pemasangan
kateter uretra pada pria dengan menggunakan manekin (tutor
mengoreksi jika terdapat kesalahan)

• Sesi III :
1. Pretest
2. Tutor melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
genitalia dan pemasangan kateter uretra pada wanita dengan
menggunakan manekin
3. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan
pemasangan kateter uretra pada wanita dengan
menggunakan manekin
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 10
4. Mahasiswa dan instruktur mendiskusikan kesalahan–
kesalahan yang muncul
5. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil bergantian
melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan pemasangan
kateter uretra pada wanita dengan menggunakan manekin
(tutor mengoreksi jika terdapat kesalahan)

• Sesi IV
1. Pre test
2. Mahasiswa satu kelompok PKK dikelompokkan menjadi
kelompok-kelompok kecil (masing-masing 2/3 orang)
3. Setiap kelompok kecil akan mendapatkan satu kasus untuk
dilakukan role play sebagai dokter dan pasien
4. Mahasiswa berdiskusi dengan tutor

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 11


PEMETAAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
KETERAMPILAN KLINIS SISTEM UROGENITAL
DAN ENDOKRIN LANJUTAN

Sistem Ginjal dan Saluran Kemih


Pemeriksaan Fisik
Keterampilan Kompeten
si
Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A
Perkusi kandung kemih 4A
Prosedur Diagnostik
Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A
Interpretasi BNO-IVP 3
Teraupetik
Pemasangan kateter uretra 3
Sistem Reproduksi Pria
Keterampilan Kompeten
si
Inspeksi penis 4A
Inspeksi skrotum 4A
Palpasi penis, testis, duktus spermatik epididimis 4A
Transluminasi skrotum 4A
Sistem Reproduksi Wanita
Keterampilan Kompeten
si
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna 4A
Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks 4A
Pemeriksaan bimanual: palpasi vagina, serviks, korpus uteri, 4A
dan ovarium
Pemeriksaan rektal: palpasi kantung Douglas, uterus, adneksa 3
Pemeriksaan combined recto-vaginal 3
Sistem Endokrin, Metabolisme Dan Nutrisi
Keterampilan Kompeten
si
Penatalaksanaan diabetes melitus tanpa komplikasi 4A
Pemeriksaan gula darah (dengan Point of Care Test (POCT) 4A
Pemeriksaan glukosa urine (Benedict) 4A
Anamnesis dan konseling kasus gangguan metabolisme dan 4A
endokrin

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 12


Praktikum Keterampilan Klinis 1
Pemeriksaan Fisik Ginjal serta Permintaan Pemeriksaan
BNO-IVP

1.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik ginjal dan permintaan pemeriksaan BNO-
IVP adalah salah satu prosedur yang harus dimiliki oleh mahasiswa
sebagai calon dokter dengan standar mampu melakukan dengan
baik. Dalam keterampilan klinis calon dokter diperkenalkan dan
diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik bimanual ginjal,
pemeriksaan nyeri ketok ginjal, perkusi kandung kemih serta
mengetahui prosedur permintaan pemeriksaan radiologi BNO-IVP,
tujuan pemeriksaan, indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan,
pesiapan sebelum pemeriksaan dan bagaimana teknik
pemeriksaan BNO-IVP.

1.2 Tujuan Pembelajaran


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah melakukan pelatihan ketrampilan klinik pemeriksaan fisik
ginjal dan permintaan pemeriksaan BNO-IVP mahasiswa mampu
melaksanakan pemeriksaan fisik bimanual ginjal, pemeriksaan
nyeri ketok ginjal, palpasi kandung kemih serta prosedur
permintaan pemeriksaan BNO-IVP.

Tujuan Instruksional Khusus :


 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bimanual ginjal
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nyeri ketok ginjal
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi kandung
kemih
 Mahasiswa mampu menuliskan permintaan pemeriksaan BNO-
IVP
 Mahasiswa mengetahui prosedur dan tujuan pemeriksaan BNO-
IVP
 Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 13
BNO-IVP
 Mahasiswa mengetahui pesiapan sebelum pemeriksaan dan
bagaimana teknik pemeriksaan BNO-IVP

1.3 Pemeriksaan Fisik Ginjal


Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan
masing-masing fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk
mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan non elektrolit
serta mengeksresikan kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga
mengeluarkan sampah metabolisme (seperti ureum, kreatinin dan
asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan eksresi,
ginjal juga mensekresi renin, bentuk aktif vitamin D dan eritropoetin.
Struktur yang menyusun sistem urinaria terdiri dari:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Vesika Urinaria
4. Uretra

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 14


Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang,
terletak di kedua sisi kolumna vetebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena terdorong oleh hepar. Ginjal
normalnya tidak teraba, akan tetapi ginjal kanan kadang-kadang
dapat dipalpasi terutama pada pasien yang kurus dan berelaksasi
maksimal. Jika teraba bisa sedikit terasa nyeri. Pasien biasanya
menyadari saat ginjal tersebut diraba oleh tangan pemeriksa.
Vesika urinaria normalnya tidak dapat diperiksa jika tidak
mengalami distensi hingga diatas simfisis pubis. Pada palpasi,
kubah vesika urinaria yang mengalami distensi tersebut teraba rata
dan bulat. Periksa apakah ada nyeri. Perkusi untuk mengetahui
adanya suara redup dan untuk menentukan seberapa tinggi vesika
urinaria di atas simfisis pubis. Biasanya pemeriksaan ginjal
dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan abdomen secara
keseluruhan.

Pemeriksaan Bimanual Ginjal


A. Ginjal Kanan
 Letakkan tangan kiri di belakang pasien, pararel pada costa
12, dengan ujung jari menyentuh sudut costovertebral. Angkat
dan cobalah mendorong ginjal kanan ke depan.
 Letakkan tangan kanan dengan lembut pada kuadran kanan
atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus.
Mintalah pasien untuk bernafas dalam. Pada waktu puncak
inspirasi, tekanlah tangan ke kuadran kanan atas, di bawah
arkus costa dan cobalah “menangkap” ginjal di antara kedua
tangan
 Mintalah pasien membuang nafas kemudian menahan nafas.
Pelan-pelan lepaskan tekanan tangan kanan dan rasakan
bagaimana ginjal kembali ke posisi pada waktu ekspirasi.
(apabila teraba, tentukan ukuran dan ada tidaknya nyeri
tekan).

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 15


B. Ginjal Kiri
 Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita.
 Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari
belakang dan tangan kiri untuk meraba pada kuadran kiri atas.
 Lakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan ginjal kanan

Gambar Pemeriksaan bimanual ginjal

Nyeri Tekan dan Nyeri Ketok Ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen,
tetapi juga dapat diakukan pada sudut costovetebrae. Letakkan
satu tangan pada sudut costovertebrae dan pukulah sisi ulner
kepalan tangan anda dengan kepalan tangan. Nilai apakah pasien
merasa nyeri atau tidak.

Nyeri Ketok Ginjal

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 16


Melakukan palpasi kandung kemih
Pasien dalam posisi berbaring. Lalu lakukan palpasi kandung
kemih di daerah supra pubis. Nilai apakah kandung kemih
penuh/tidak, ada massa/ tidak, ada nyeri tekan/ tidak.

1.4 Pemeriksaan BNO-IVP


BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang
merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass =
Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam
bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi,
pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen /
pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut
khususnya pada sistem urinaria.
Fungsi BNO diantaranya adalah:
 Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal
(pada foto rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque (putih)).
 Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian
pemeriksaan BNO IVP.
IVP (Intra Venous Pyelography) atau PIV (Pyelography Intra
Venous) merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria
(dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui
pembuluh darah vena . Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan
dengan menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan
dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial yang
disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke
ureter, dan ke kandung kemih. Bahan kontras atau media kontras
adalah suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi yang berguna
untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto
rontgen biasa.

Syarat bahan kontras yang digunakan pada pemeriksaan IVP


adalah:
▪ Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor
atomnya 53), sehingga zat kontras akan tampak putih pada
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 17
jaringan.
▪ Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh.
▪ Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air
artinya dapat dengan mudah diserap atau dikeluarkan dari
tubuh setelah pemeriksaan.

Efek samping penggunaan bahan kontras ini adalah:


1. Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi
merah dan bentol-bentol
2. Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal
tenggorokan
3. Efek samping berat, seperti syok, pingsan, gagal jantung.

Adapun tindakan pencegahannya:


1. Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap
bahan kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit
(subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau edema diare itu,
segera laporkan radiolog / dokter yang jaga.
2. Melakukan Intravena test setelah skin test dinyatakan aman. IV
test yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc
kedalam vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
3. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin
sebelum pemasukan bahan kontras .

Persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan IVP:


1. Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk
makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap)
maksudnya supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus
sehingga faeces tidak keras.
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan)
supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa
sampai pemeriksaan berakhir.
3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif
(dulcolax) sebanyak 4 tablet.
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 18
4. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan
minum untuk menjaga kadar cairan.
5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta
untuk memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya
usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.
6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak
bicara dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas
disaluran pencernaan)
7. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Ureum dan Kreatinin. Nilai
kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal
atau tidak. Nilai kreatinin yang dianggap normal dan boleh
melakukan pemeriksaan IVP biasanya < 2,0. Nilai kreatinin yang
tinggi saat pemeriksaan IVP menyebabkan kontras tidak dapat
disaring dalam ginjal sehingga membahayakan bagi pasien.

Prosedur Pemeriksaan IVP:


1. Pasien dianamnesis untuk mengetahui sejarah klinis dan
riwayat alergi
2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat
persetujuan tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua
prosedur pemeriksaan)
3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.
4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test
dan IV test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena
fossa cubiti
5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih
dahulu.
6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan
menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan
dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin
dirasakan pasien
7. Membuat foto 5 menit post injeksi
8. Membuat foto 15 menit post injeksi
9. Membuat foto 30 menit post injeksi
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 19
10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang
air kecil (pengosongan blass) kemudian difoto lagi post miksi.
11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika
kontras belum turun.

Sebelum rangkaian foto IVP dibuat dan sebelum bahan


kontras diinjeksikan terlebih dahulu dibuat foto pendahuluan (plain
photo BNO) yang bertujuan:
1. Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien
2. Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus
urinaria secara umum.
3. Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan
berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena
kesalahan faktor eksposi.
Tujuan foto “5”, “15”, “30”, “PM” adalah:
 Foto 5 menit untuk menilai fungsi ginjal
 Foto 15 menit untuk melihat ureter
 Foto 30 menit untuk melihat vesica urinaria apakah sudah terisi
kontras atau belum
 Foto PM untuk melihat pengosongan blass

Foto IVP 5 menit

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 20


Foto IVP 15 menit

Foto IVP 30 menit dan Post Miksi

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 21


Check list Pemeriksaan Fisik Ginjal
Nilai
NO Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat,
2.
pekerjaan)
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang akan
dilakukan.
3.
2: Menjelaskan keduanya
1: Menjelaskan salah satunya
0: Tidak menjelaskan keduanya
4. Meminta izin/ persetujuan kepada pasien.
Meminta pasien membuka baju seperlunya agar daerah
5.
pemeriksaan terbuka
6. Memeriksa pasien dari sebelah kanan.
Inspeksi
Inspeksi abdomen (menilai bentuk abdomen apakah
datar, cembung/ cekung, bekas luka/operasi,
massa/benjolan, tanda-tanda radang/ trauma, gerakan
7. peristaltik, dsb).
2 : menyebutkan semua item
1 : menyebutkan 2-3 item
0 : selain kriteria di atas
Palpasi Ginjal
Ginjal Kanan:
Letakkan tangan kiri di belakang pasien, pararel pada
costa 12, dengan ujung jari menyentuh sudut
costovertebral. Angkat dan cobalah mendorong ginjal
8. kanan ke depan.
2 : teknik sempurna (melakukan semua tahap)
1 : teknik kurang sempurna (tidak melakukan semua
tahap)
0 : selain kriteria di atas

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 22


Letakkan tangan kanan dengan lembut pada kuadran
kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap
otot rektus. Mintalah pasien untuk bernafas dalam.
Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan ke
kuadran kanan atas, di bawah arkus costae, dan
9.
cobalah “menangkap” ginjal di antara kedua tangan.
2 : teknik sempurna (melakukan semua tahap)
1 : teknik kurang sempurna (tidak melakukan semua
tahap)
0 : selain kriteria di atas
Mintalah pasien membuang nafas kemudian menahan
nafas. Pelan-pelan lepaskan tekanan tangan kanan
dan rasakan bagaimana ginjal kembali ke posisi pada
waktu ekspirasi. (apabila teraba, tentukan ukuran dan
10. ada tidaknya nyeri tekan)
2 : teknik sempurna (melakukan semua tahap)
1 : teknik kurang sempurna (tidak melakukan semua
tahap)
0 : selain kriteria di atas

Untuk pemeriksaan palpasi ginjal kiri, pemeriksa


berpindah posisi ke sebelah kiri pasien lalu ulangi
11.
prosedur seperti pada pemeriksaan palpasi ginjal
kanan (disebutkan saja)

Palpasi Kandung Kemih


Menilai apakah kandung kemih penuh/ tidak, ada
12.
tidaknya massa/benjolan, ada tidaknya nyeri tekan.
Nyeri Ketok Ginjal
Meminta pasien untuk duduk membelakangi
13.
pemeriksa
Ginjal kanan :
Letakkan telapak tangan kiri pada sudut costovertebral
kanan dan diketok dengan sisi ulner kepalan tangan
14. kanan. Nilai apakah pasien merasa nyeri atau tidak.
2 : teknik sempurna dan menyebutkan 1 item
1 : teknik kurang sempurna dan menyebutkan 1 item
0 : selain kriteria di atas
Ginjal kiri :
Letakkan telapak tangan kiri pada sudut costovertebral
15. kiri dan diketok dengan sisi ulner kepalan tangan
kanan. Nilai apakah pasien merasa nyeri atau tidak.
2 : teknik sempurna dan menyebutkan 1 item
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 23
1 : teknik kurang sempurna dan menyebutkan 1 item
0 : selain kriteria di atas
Menyatakan bahwa pemeriksaan telah selesai dan
16. pasien dipersilahkan mengenakan pakaiannya
kembali.
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mencatat dalam
17.
rekam medis.

Total Skor = _____ x 100 % = %


24

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 24


Praktikum Keterampilan Klinis 2
Pemeriksaan Fisik Genitalia Pria dan Pemasangan
Kateter Uretra Pada Pria

2.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia pria dan keterampilan klinis
pemasangan kateter pada pria adalah prosedur yang harus dimiliki
oleh mahasiswa sebagai calon dokter dengan standar mampu
melakukan dengan baik. Mahasiswa juga diminta mampu
memahami prinsip pemeriksaan fisik genitalia pria yang terdiri dari
inspeksi dan palpasi penis, prostat, pemeriksaan transluminasi
serta TSE (Testicular Self Exammination) / pemeriksaan testis
sendiri.

2.2 Tujuan Pembelajaran


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah melakukan pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan fisik
urogenitalia pria dan keterampilan klinis pemasangan kateter uretra
pria mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik urogenitalia
priadan pemasangan kateter uretra pria secara benar.

Tujuan Instruksional Khusus :


o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan daerah inguinal
dan penis
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan testis
o Mahasiswa mampu melakukan TSE (Testicular Self
Examination)
o Mahasiswa mampu melakukan tes transluminasi skrotum
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleks kremaster
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Epididymis,
Spermatic cord dan Vas deferens
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan perianal.
o Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter uretra
pada pria
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 25
2.3 Pemeriksaan Fisik Urogenitalia Pria dan TSE
Sebelum dilakukan pemeriksaan urogenital pria, terlebih
dahulu harus mengetahui anatominya.

Gambar: Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Gambar Anatomi Genitalia Pria

Pemeriksaan dapat dilakukan saat pasien berdiri atau


berbaring. Untuk memeriksa adanya hernia atau varikokel
sebaiknya pasien berada dalam posisi berdiri. Pemeriksa
hendaknya menggunakan sarung tangan selama pemeriksaan.

Penis
Inspeksi :
Kulit (perhatikan kulit yang terdapat di basis penis, amati
apakah terdapat kutu di rambut pubis), preputium (jika ada ditarik
ke belakang untuk melihat adanya ulkus, karsinoma, smegma),
glans penis (perhatikan adanya ulkus, jaringan parut, nodul atau
tanda – tanda inflamasi), letak meatus uretra eksternus. Glans
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 26
penis ditekan antara jari telunjuk di atas dan ibu jari di bawah.
Manuver ini akan membuka meatus uretra eksternus dan
memudahkan kita mengamati secret yang ada. Pada keadaan yang
normal, secret tidak ditemukan. Jika pasien datang dengan keluhan
adanya secret akan tetapi saat diperiksa tidak tampak, maka minta
pasien untuk mengurut penis dari dasarnya ke glans penis.
Sediakan objek glass dan persiapan kultur.

Palpasi :
Penis dipalpasi dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.
Amatilah adanya nyeri atau indurasi.

Gambar Teknik Palpasi Penis

Skrotum dan Isinya


Inspeksi :
Angkat skrotum sehingga pemeriksa dapat melihat permukaan
posterior. Amati kulit dan kontur skrotum (apakah ada
pembengkakan, massa dan kelainan pemb.darah vena).

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 27


Palpasi :
Palpasi masing-masing epididimis dan testis antara ibu jari dan
kedua jari lainnya. Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi dan nyeri
serta adanya nodul. Normalnya penekanan pada testis akan
memberikan rasa nyeri visceral.

Gambar Teknik Palpasi Testis


Palpasi ‘spermatic cord’ mulai dari epididimis sampai annulus
inguinalis superfisialis. Perhatikan adanya nodul atau
pembengkakan.

Gambar Teknik Palpasi Spermatic Cord

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 28


Pembengkakan skrotum di luar tetis misalnya hidrokel dapat
diperiksa dengan transluminasi. Ruangan dalam kondisi yang
sedikit gelap, sinari skrotum dari belakang sehingga cahaya
melewati massa tersebut. Jika massa berisi cairan serosa maka
tampak transmisi cahaya berupa merah terang. Jika massa berisi
darah atau jaringan seperti tumor atau hernia maka tidak akan
tampak transmisi cahaya.

Gambar Teknik Transluminasi

Pemeriksaan Testis Sendiri (Testicular Self Exammination/


TSE)
TSE diajarkan kepada pasien untuk meningkatkan kesadaran
terhadap adanya gangguan seperti kanker testis. Jika dideteksi
dengan cepat maka akan memberikan prognosis yang lebih baik.
Pemeriksaan ini paling baik dilakukan setelah mandi air hangat.
Suhu yang hangat akan merelaksasikan skrotum sehingga lebih
mudah diperiksa.
Tata cara TSE :
a. Berdiri di depan cermin, periksa apakah terdapat pembengkakan
pada kulit skrotum.
b. Periksa masing-masing testis dengan kedua tangan, ibu jari di
bagian atas; jari tengah dan jari telunjuk di bagian bawah testis.
c. Gerakkan testis antara ibu jari dan jari lainnya. Salah satu testis

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 29


bisa memiliki ukuran yang lebih besar. Hal ini normal, akan tetapi
harus diperhatikan adanya benjolan/massa atau nyeri.
d. Temukan epididimis berupa struktur lunak yang terletak di
belakang testis.
Jika menemukan benjolan/massa, langsung temui dokter.
Benjolan tersebut mungkin suatu infeksi atau tumor.

Gambar Teknik TSE

Pemeriksaan refleks kremaster


Penggoresan sisi medial paha dengan benda tumpul amati
kontraksi testis

Gambar Pemeriksaan Refleks Kremaster

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 30


Pemeriksaan Epididimis, Spermatic cord dan Vas deferens
Palpasi epididimis, tentukan ukurannya, apakah ada nyeri atau
tidak, serta apakah ada indurasi atau tidak. Rasakan sulcus yang
terbentuk diantara testis dan epididimis. Dalam keadaan normal
sulcus tersebut mudah teraba. Pada keadaan infeksi akut
(patologis) sulcus tersebut sulit teraba.

Palpasi spermatic cord


Pada kedua sisi menggunakan ibu jari dan telunjuk. Tentukan
apakah ada nyeri atau tidak, penebalan, dan juga apakah simetris
atau tidak.

Pemeriksaan perianal
Inspeksi daerah di sekitar anus, apakah ada kutil, vesikel,
erosi, ulkus, ataupun lesi lainnya.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 31


Checklist Dasar - Dasar Pemeriksaan Genitalia Pria
Nilai
NO ASPEK KETERAMPILAN
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, dan
pekerjaan)
3. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan, menjamin
kerahasiaan pasien dan meminta izin/persetujuan pasien
2: Menjelaskan keduanya
1: Menjelaskan salah satunya
0: Tidak menjelaskan keduanya
4. Meminta asisten/perawat untuk menemani selama
pemeriksaan.
5. Mempersilahkan pasien berbaring di tempat tidur dan
membuka celananya.
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
7. Melakukan palpasi daerah supra pubik dan
mendeskripsikan apakah ada distensi kandung kemih
Pemeriksaan Daerah Ingunal dan Penis
8. Melakukan Inspeksi dan mendeskripsikan kondisi penis
dan orifisium uretra eksterna:
- Observasi distribusi rambut pubis,
- Perhatikan apakah terdapat ulkus, jaringan parut,
nodul/massa, tanda – tanda inflamasi,
- letak meatus uretra eksternus dan apakah terdapat
sekret.
2 : menyebutkan 6-7 item
1 : menyebutkan 4-5 item
0 : selain criteria di atas
9. Jika ada preputium, ditarik kebelakang untuk melihat
adanya ulkus, karsinoma, smegma) (sebutkan saja).
10. Lakukan pinching menggunakan ibu jari dan telunjuk
(masing-masing pada arah jam 6 dan jam 12), lalu inspeksi
apakah ada sekret atau tidak.
2 : teknik benar dan menyebutkan interpretasi
1 : teknik benar dan tidak menyebutkan interpretasi atau
salah
0 : teknik salah
11. Palpasi batang penis dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah. Amatilah adanya nyeri atau indurasi.
2 : teknik benar dan menyebutkan 2 item

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 32


1 : teknik benar dan menyebutkan 1 item
0 : teknik salah
Inspeksi dan palpasi daerah inguinal untuk mengetahui
apakah ada limfadenopati. Apabila ada, tentukan ukuran,
konsistensi, mobilitasnya dan juga nyeri.
12.
2 : teknik benar dan menyebutkan 4 item
1 : teknik benar dan menyebutkan 2-3 item
0 : teknik salah
Pemeriksaan Skrotum dan Isinya (testis, epididimis,
dan vas deferens)
Inspeksi kulit dan kontur skrotum kanan. Angkat skrotum
sehingga pemeriksa dapat melihat permukaan
posteriornya. Perhatikan apakah ada pembengkakan /
13. massa, ulserasi atau tanda-tanda peradangan.
2 : teknik benar dan menyebutkan 4 item
1 : teknik benar dan menyebutkan 2-3 item
0 : teknik salah
Melakukan pada skrotum kiri dengan cara yang sama.
14.
(disebutkan saja)
Melakukan palpasi testis dan epididimis antara ibu jari dan
15. kedua jari lainnya. Perhatikan ukuran, bentuk, nyeri atau
adanya nodul.
Melakukan palpasi spermatic cord pada kedua sisi
menggunakan ibu jari dan telunjuk. Perhatikan apakah
nyeri, adanya nodul atau pembengkakan.
16.
2 : teknik benar dan menyebutkan 3 item
1 : teknik benar dan menyebutkan 1-2 item
0 : teknik salah
Melakukan pada skrotum kiri dengan cara yang sama
17.
(disebutkan saja)
18. Melakukan test transluminasi skrotum kanan dengan
menggunakan senter. Sinari skrotum dari belakang
sehingga cahaya melewatinya dan mampu menyebutkan
interpretasinya
2 : teknik benar dan interpretasi benar
1 : teknik benar dan interpretasi salah
0 : tekniksalah
19. Melakukan pada skrotum kiri dengan cara yang sama
(disebutkan saja)
20. Melakukan pemeriksaan refleks kremaster, amati kontraksi
testis
Pemeriksaan Perianal

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 33


21. Inspeksi daerah disekitar anus, apakah ada kutil, vesikel,
erosi, ulkus, atau pun lesi lainnya.
2: menyebutkan 5 item
1: menyebutkan 3-5 item
0: < 3 item
22. Menyatakan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah
selesai dan mempersilahkan pasien mengenakan kembali
celananya.
23. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
24. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam Rekam Medik

Total Skor = _____ x 100 % = %


33

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 34


2.4 Pemasangan Kateter Uretra

Pendahuluan
Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-
buli melalui uretra. Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates
yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan instrumentasi
untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan
kateter yang terbuat dari karet th 1779, sedangkan Foley membuat
kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah yang saat ini
masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine
dari buli-buli.

Kateterisasi Uretra
Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan
kateter (selang kecil) melalui saluran uretra kedalam vesika
urinaria. Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat
pemakaian dan percabangan. Ukuran kateter dinyatakan dalam
skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter
luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr = 0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan kateter
dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan
lateks dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter
untuk drainase digunakan ukuran 16F – 18F. Adapun indikasi
dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan diagnosis
dan terapi, yaitu

Tujuan kateterisasi:
-Menegakkan Diagnosis:
1. Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh
urine untuk pemeriksaan kultur urine. Tindakan ini diharapkan
dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sample urine
oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar kulit vulva atau
vagina

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 35


2. Mengukur residu (sisa) urine yang dikerjakan sesaat setelah
pasien miksi
3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
antara lain: sistografi atau pemeriksaan adanya refluks vesico-
ureter melalui pemeriksaan voiding cysto urethro graphy
(VCUG)
4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra
vesika
5. Menilai produksi urine pada saat dan setelah operasi besar

-Terapi Nonfarmako:
1. Mengeluarkan urin dari buli-buli pada keadaan obstruksi
infravesikal baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat
maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat
uretra
2. Mengeluarkan urine pada disifungsi buli-buli
3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian
bawah yaitu pada prostektomi, vesikolitotomi
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan
stabilisasi uretra
5. Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain : sitostatika
atau antiseptic untuk buli-buli.

Indikasi kateterisasi:
o Retentio urine
o Monitoring ketat produksi urin
o Operasi uretra / bladder outlet
o Buli-buli neuropathy
o Urine sampling
o Instilasi ke dalam buli-buli
o Spalk urethra

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 36


Kontraindikasi :
Cedera uretra yang ditandai antara lain keluarnya darah dari
uretra, hematom yang luas di daerah perineal serta adanya
perubahan letak prostat (pada pria) pada colok dubur. Pemasangan
kateter pada keadaan ini ditakutkan akan terjadi salah jalur melalui
cedera maupun menambah parahnya cedera. Perlu diperhatikan
bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah tujuan
pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai
tujuan terpenuhi.

Ukuran kateter
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriem's (French).
Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Cheriere (Ch)
atau 1 French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mm a3 FR. Jadi kateter yang
berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter tersebut adalah 6 mm.
Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu mempunyai
diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah
lumen pada keteter itu.

Bahan katater
Bahan kateter dapat berasal dan logam (stainless), karet
(lateks), lateks dengan lapisan silicon (siliconized) dan silicon.
Perbedaan bahan kateter menentukan biokompatibilitas kateter di
dalam buli-buli, sehingga akan mempengaruhi pula daya tahan
kateter yang terpasang di buli-buli.

Persiapan kateterisasi
• lnformasi lengkap dan informed consent
• Memperhatikan prinsip pemasangan kateter:
• Dilakukan secara aseptik dengan melakukan desinfeksi
secukupnya memakai bahan yang tidak menimbulkan iritasi
pada kulit genetalia
• Diusahakan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 37


Dipakai kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif
untuk melakukan drainase urine, yaitu untuk orang dewasa
ukuran 16Fr-18Pr. Kateter logam tidak digunakan pada tindakan
kateterisasi pada pria karena akan menimbulkan kerusakan
uretra
Jika dibutuhkan pemakaian kateter menetap, diusahakan
memakai system tertutup yaitu dengan menghubungkan kateter
pada saluran penampung urine (urine bag)
Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin sampai
dilakukan tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine.
Makin lama kateter dipasang, penyulit berupa infeksi atau
cedera uretra semakin mungkin terjadi.

Teknik Kateterisasi:
1. Pada Pria
• Baringkan pasien
• Dokter berdiri disebelah kiri pasien
• Dokter memakai sarung tangan steril
• Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah
sekitarnya, daerah genitalia dipersempit dengan kain steril
(doek steril)
• Keteter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dipegang
seperti memegang pensil, kemudian dimasukkan ke dalam
orrifisium uretra eksterna
• Pelan-pelan kateter di dorong masuk dan kira-kira pada
daerah bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna)
akan terasa tahanan dalam hal ini pasien diperintahkan untuk
rnengambil napas dalam/menelan supaya sfingter uretra
eksterna menjadi lebih relaks.
• Kateter terus di dorong hingga masuk ke dalam buli-buli yang
ditandai dengan keluarnya urine dan lubang kateter.
Perhatikan urine ; jernih, keruh, merah, volume total (dicatat)

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 38


• Sebaiknya kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli
lagi hingga percabangan kateter menyentuh meatus uretra
eksterna → critical step
• Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 ml air steril
• Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan
urine bag
• Kateter di fiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha
bagian proksimal. Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang
mengarah ke kaudal, akan menyebabkan terjadinya
penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi
nekrosis sehingga akan timbul striktura uretra atau fistel uretra

2. Pada Wanita
Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita
jarang menjumpai kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek.
Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara
uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau tertutupnya
muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks.

Kesulitan dalam memasukkan keteter:


o Pada pria kateter sering tertahan di uretra pars bulbosa yang
bentuknya seperti huruf “S”.
o Ketegangan dari sfingter uretra eksterna karena pasien merasa
kesakitan dan ketakutan
o Terdapat sumbatan organik di uretra yang disebabkan batu
uretra, striktur uretra, kontraktur leher buli-buli, atau tumor uretra

Ketegangan sfingter uretra eksterna dapat diatasi dengan:


• Menekan tempat itu selama beberapa menit dengan ujung
kateter sampai terjadi relaksasi sfingter dan diharapkan kateter
dapat masuk dengan lancar ke buli-buli
• Pemberian anastesi topikal berupa campuran lidokain
hidroklorida 2% dengan jelly 10-20 ml yang dimasukkan per-
uretram, sebelum dilakukan kateterisasi
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 39
• Pemberian sedatif perenteral sebelum kateterisasi
• Pemakaian kateter menetap akan mengundang timbulnya
beberapa penyulit jika pasien tidak merawatnya dengan benar.
Karena itu beberapa hal yang pertu dijelaskan pada pasien
adalah :
➢ Pasien harus banyak minum untuk menghindari
terjadinya enkrustasi pada kateter dan tertimbunnya
debris/kotoran dalam buli-buli
➢ Selalu membersihkan nanah, darah dan getah/sekret
kelenjar periureter yang menempel pada meatus uretra
atau kateter dengan kapas basah. Jangan
mengangkat/meletakkan kantong penampung urine
karena dapat terjadi aliran balik urine ke buli-buli
➢ Jangan sering membuka saluran penampung yang
dihubungkan dengan kateter karena akan mempermudah
masuknya kuman
➢ Mengganti kateter setiap 2 minggu sekali dengan yang
baru untuk kateter jenis lateks atau 4 minggu sekali untuk
jenis silikon.

Alat dan bahan :


1. Sarung tangan steril
2. Spuit 10cc/25 cc berisi NaCl fisiologis/aquades, spuit 5 cc
3. Foley Kateter no 16F, urine bag
4. Kasa betadin, plester
5. Lidokain, Jelly

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 40


Gambar Kateter Urin

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 41


Checklist Pemasangan Kateter Uretra Pada Pria

Aspek Yang Dinilai Nilai


NO
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien (nama, umur,
2
alamat dan pekerjaan)
Menjelaskan tujuan dan cara pemasangan
kateter uretra, menjelaskan kemungkinan rasa
sakit dan meminta persetujuan pada pasien.
3.
2 : Menjelaskan keduanya
1 : Menjelaskan salah satunya
0 : Tidak menjelaskan keduanya
Meminta asisten/ perawat untuk menemani
4.
selama tindakan. *critical step
Mempersilahkan pasien menuju ke tempat tidur
5.
dan membuka celananya.
Mencek semua persiapan alat dan bahan.
Steril: Handscoen, duk bolong, kateter Foley,
urine bag, spuit 10 cc, spuit 3 cc, kasa steril,
povidone iodine, kasa steril yang sudah
dituangi jelly
6.
Tidak steril: aquades, botol jelly, lidokain,
plester, gunting
2 : menyiapkan semua alat dan bahan
1 : lupa salah satu alat/ bahan
0 : selain kriteria di atas
Mencuci tangan secara aseptic (disebutkan
saja) dan
7.
menggunakan sarung tangan steril *critical
step
Mencek balon kateter apakah berfungsi/ tidak
8. dan menghubungkan urine bag dengan foley
kateter *critical step
Menyiapkan lubrikan : ambil spuit 3 cc, minta
asisten memasukkan jelli kedalam spuit (spuit
tetap dipegang oleh dokter) kemudian asisten
9.
membuka lidokain dan dokter mengambil
dengan spuit tanpa menyentuh ampulnya/
prinsip aseptic (disebutkan saja)
Mengisi spuit dengan 10 cc aquades dengan
10.
bantuan asisten (disebutkan saja)

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 42


Membersihkan glans penis secara melingkar
11. dengan kasa betadin kemudian kasa dibuang
ketempat sampah medis
12. Memasang duk bolong
Memegang badan penis dengan tangan kiri dan
13.
menegakkannya.
Melakukan lubrikasi uretra dengan jelly steril +
14. lidocaine (dengan cara menyemprotkan spuit
ke uretra) (simulasi)
15. Melumasi kateter dengan jelly
Memasukkan kateter secara perlahan ke
meatus uretra eksterna dan didorong terus ke
arah proximal. (Tidak memaksakan bila ada
tahanan, karena akan menimbulkan trauma
16.
uretra)
2: tahapan dil;akukan dengan sempurna
1: tahapan dilakukan dengan tidak sempurna
0: tidak melakukan
Bila tahanan terjadi pada daerah spincter, minta
pasien untuk relaks dengan menarik nafas
dalam sehingga kateterisasi bisa lancar
(disebutkan saja) dan dihentikan ketika terasa
sudah masuk vesica urinaria dengan melihat
urine yang keluar melalui kateter (Urine yang
17. mengalir ke urine bag mengindikasikan
keberhasilan kateterisasi) *critical step
2 : tahapan dilakukan dengan sempurna dan
tetap septik
1 : tahapan dilakukan tidak sempurna akan
tetapi tetap septik
0 : tidak aseptik
Mengembangkan balon dengan
menginjeksikan 5-10 cc NaCl fisiologis/
18. aquades pada bagian jalur balon.
1 : melakukan dengan tepat
0 : menyuntikan pada slang yang salah
19. Lepaskan duk bolong
Merekatkan kateter yang berada di luar pada
paha depan pasien dengan plester dan
20.
menggantungkan urine bag dengan kasa di
samping tempat tidur

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 43


Membuang spuit kedalam tempat sampah
21.
medis.
Membuka sarung tangan dan mencuci tangan
22.
secara aseptik
Menyatakan kepada pasien bahwa tindakan
23. pemasangan kateter telah selesai dan
mencatat dalam rekam medis.
24 Merapikan alat kembali.

Total Skor = x 100


28

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 44


Praktikum Keterampilan Klinis 3
Pemeriksaan Fisik Genitalia Wanita Dan Pemasangan
Kateter Uretra Pada Wanita

3.1 Pendahuluan
Pemeriksaan fisik genitalia wanita dan keterampilan klinis
pemasangan kateter pada wanita adalah prosedur yang harus
dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon dokter dengan standar
mampu melakukan dengan baik. Mahasiswa juga diminta mampu
memahami prinsip pemeriksaan fisik genitalia wanita yang terdiri
dari pemeriksaan genitalia eksterna, pemeriksaan vagina dan
pemeriksaan serviks.

3.2 Tujuan Pembelajaran


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah melakukan pelatihan ketrampilan klinik pemeriksaan fisik
urogenitalia wanita dan keterampilan klinis pemasangan kateter
uretra pada wanita, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
fisik urogenitalia wanita dan pemasangan kateter uretra pada
wanita dengan baik dan benar.

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan genitalia eksterna
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan vagina
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan serviks
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter uretra pada
wanita.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 45


3.3 Pemeriksaan Genitalia Wanita

Gambar Anatomi Genitalia Wanita

Pemeriksaan genitalia pada wanita (pemeriksaan pelvis)


dilakukan jika terdapat keluhan seperti gangguan menstruasi,
keputihan, nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya,
berhubungan dengan KB dll.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 46


Pasien Pemeriksa
Tidak melakukan hubungan seksual Menjelaskan setiap tahap
atau menggunakan KB/supositoria pemeriksaan kepada pasien.
vagina selama 24-48 jam sebelum
pemeriksaan.
Mengosongkan vesica urinaria Selimuti badan pasien dari bagian
sebelum pemeriksaan. tengah abdomen sampai ke lutut
dan turunkan selimut antara kedua
lutut agar pemeriksa tetap bisa
mempertahankan kontak mata
dengan pasien.
Pasien berbaring dengan kepala dan Hindari gerakan yang tiba-tiba
bahu sedikit lebih tinggi, kedua selama pemeriksaan.
lengan di samping badan atau
disilang di dada untuk melemaskan
otot abdomen.
Hangatkan spekulum dengan air
hangat
Perhatikan kenyamanan selama
pemeriksaan dengan melihat wajah
pasien.
Teknik pemeriksaan dilakukan
sebaik mungkin terutama saat
memasukkan spekulum.

Sebelum melakukan pemeriksaan, harus disiapkan alat-alat


yang diperlukan terlebih dahulu, di antaranya speculum vagina
berbagai ukuran. Speculum bisa terbuat dari besi ataupun plastic.
Berdasarkan bentuknya speculum dibagi menjadi dua yaitu
Pedersen dan Graves serta keduanya terdapat dalam tiga ukuran :
kecil, sedang dan besar. Spekulum Pedersen ukuran kecil
digunakan pada wanita dengan introitus kecil (usia tua) sedangkan
ukuran sedang biasanya digunakan untuk wanita yang seksual
aktif. Spekulum Graves biasanya digunakan untuk wanita multipara
dengan prolaps vagina.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 47


Pemeriksaan genitalia eksterna :
Pada pasien yang remaja, karakteristik rambut pubis dapat
diperiksa dan ditentukan tingkatannya berdasarkan Tanner stage.
Perhatikan mons pubis, labia mayora dan perineum. Pisahkan
kedua labia mayora, perhatikan labia minora, klitoris, meatus uretra
dan introitus vagina. Lihat apakah ada inflamasi, ulkus, sekret,
pembengkakan atau nodul. Jika terdapat lesi, palpasilah dan jika
terdapat riwayat pembengkakan labia, periksalah kelenjar bartolini.
Masukkan jari telunjuk ke dalam vagina dekat ujung posterior
introitus. Letakkan ibu jari di sisi luar, tepatnya di posterior labia
mayor. Palpasilah antara kedua jari tersebut apakah terdapat
pembengkakan ataunyeri. Perhatikan apakah ada eksudat yang
keluar dari kelenjar tersebut.

Gambar Macam - Macam Spekulum

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 48


Gambar Teknik Pemeriksaan Kelenjar Bartholini

Pemeriksaan genitalia interna


Sebelumnya kita bisa memeriksa apakah terdapat kelemahan
pada jaringan yang menyangga vagina. Jari telunjuk dan jari tengah
membuka labia kemudian pasien disuruh mengedan, perhatikan
apakah terdapat bulging pada dinding vagina.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 49


A. Memasukkan spekulum
Pilihlah spekulum dengan ukuran dan bentuk yang tepat.
Spekulum dapat dilicinkan dengan air hangat. Pemakaian lubrikan
lain boleh saja jika tidak akan melakukan pemeriksaan
mikroorganisme ataupun sitologi. Telunjuk dan jari tengah tangan
kanan dilicinkan dengan air hangat kemudian menekan batas
bawah introitus ke arah bawah. Spekulum dalam keadaan tertutup
dipegang dengan tangan kiri terlihat pada gambar. Ujung speculum
diarahkan ke bawah (ke jari tangan kanan) dalam keadaan miring.
(Boleh menggunakan tangan sebaliknya). Setelah speculum masuk
ke dalam vagina, speculum diputar sampai posisi horizontal dan
masukkan sampai ke ujung vagina kemudian speculum dipegang
dengan tangan kanan seperti terlihat pada gambar. Jangan
membuka spekulum sebelum speculum sampai ke ujung vagina.

Gambar Teknik Memasukkan Spekulum dan Memegang Spekulum


Pada saat ini kita juga bisa melakukan pengambilan spesimen
untuk pemeriksaan bakteri ataupun sitologi. Spesimen diambil
dengan alat berupa cervical brush.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 50


Teknik Pengambilan Sekret dari Serviks dengan Cervical Brush

Inspeksi Vagina
Setelah ujung spekulum melewati serviks, skrup dibuka
kemudian pembukaan spekulun dipertahankan dengan tangan.
Spekulum ditarik perlahan-lahan sambil memperhatikan mukosa
vagina . Amati warnanya, apakah terdapat inflamasi, secret,
ulserasi atau massa. Spekulum ditutup ketika terlihat di introitus,
untuk menghindari peregangan yang berlebihan pada mukosa.

Melakukan pemeriksaan VT (Vaginal Toucher) dan bimanual


Jari telunjuk dan jari tengah dilumasi kemudian dimasukkan ke
dalam vagina. Ibu jari diabduksikan, jari manis dan jari kelingking
difleksikan. Rasakan apakah terdapat pembengkakan/nodul atau
nyeri di dinding vagina.
 Palpasi serviks, perhatikan posisi, bentuk, konsistensi,
regularitas, mobilitas dan nyeri. Serviks yang normal tidak nyeri
bila digerakkan. Raba forniks di sekeliling serviks.
 Palpasi uterus letakkan tangan yang satu lagi di tengah

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 51


abdomen pasien di antara umbilicus dan simfisis pubis. Jari
yang ada di dalam mendorong serviks ke arah atas sementara
tangan yang di luar menekan ke bawah, rasakan uterus di
antara kedua tangan tersebut. Perhatikan ukuran, bentuk,
konsistensi, mobilitas dan identifikasi adanya nyeri atau massa.
Kemudian pindahkan jari dari forniks posterior ke forniks anterior
untuk merasakan dinding anterior uterus. Jika tidak bisa
merasakan uterus dengan manuver ini, mungkin uterus berada
dalam keadaan retrofleksi/retroversi.

Gambar Pemeriksaan Bimanual Palpasi Uterus, Palpasi Ovarium


dan Palpasi Massa
Palpasi ovarium
Geser tangan yang ada di atas abdomen dari tengah ke
kuadran kanan bawah dan tangan yang ada di dalam digeser ke
forniks lateral kanan. Tangan yang ada di abdomen menekan ke
bawah, mendorong struktur adneksa ke arah tangan yang ada di
dalam. Cobalah identifikasi ovarium kanan atau adanya massa.
Dengan menggerakkan tangan secara perlahan, jika
memungkinkan dapat diidentifikasi struktur adneksa dari ukuran,
bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri. Ulangi prosedur ini di
sebelah kiri. Ovarium normal terasa sedikit nyeri, biasanya teraba
pada pasien yang kurus dan otot abdomennya relaksasi.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 52


Gambar Teknik Palpasi Ovarium
Pemeriksaan rektovagina
Jari ditarik keluar perlahan-lahan. Tambahkan lubrikan jika
perlu. Pada saat memakai lubrikan, ujung tube nya tidak boleh
menyentuh tangan, karena akan menyebabkan kontaminasi
lubrikan tersebut. Jari telunjuk dimasukkan kembali secara perlahan
ke dalam vagina sedangkan jari tengah dimasukkan ke dalam
rectum. Minta pasien untuk relaks kemudian lakukan maneuver
seperti pemeriksaan bimanual. Jari yang ada di rectum meraba
daerah di posterior serviks. Pemeriksaan rektovagina ini terutama
penting untuk mengetahui adanya uterus yang retrofleksi/retroversi.
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, bersihkan genitalia
eksterna dan rektum atau berikan kepada pasien tisu sehingga bisa
membersihkannya sendiri.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 53


Gambar berbagai bagian uterus yang dapat dipalpasi melalui
rektum berdasarkan posisinya

Gambar tumor uterus (Mioma) dan prolaps uteri

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 54


Checklist Pemeriksaan Genitalia Wanita
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien (nama,umur, alamat,dan
pekerjaan)
3. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan, adanya
jaminan kerahasiaan pasien dan kemungkinan rasa
tidak nyaman serta meminta izin/persetujuan.
2: menjelaskan ketiganya dengan bahasa pasien
1: menjelaskan 1-2 hal
0: selain kriteria di atas
4. Meminta asisten/perawat untuk menemani selama
pemeriksaan *critical step
5. Mempersiapkan alat (lampu periksa, spekulum, air
hangat, kasa steril, NaCl fisiologis, handschoen)
1: menyebutkan dengan lengkap
0: menyebutkan tidak lengkap
6. Mempersilahkan pasien membuka pakaian bawahnya,
tidur terlentang di meja ginekologi, meletakkan kaki
pasien pada tempatnya dan memajukan pantat
sehingga terletak tepat pada ujung meja ginekologi.
1: menyebutkan dengan lengkap
0: menyebutkan tidak lengkap
7. Menyalakan lampu pemeriksaan ginekologi
8. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
9. Pemeriksa duduk di depan pasien
Pemeriksaan Genitalia Eksterna
10. Melakukan inspeksi genitalia eksterna.
Melihat mons pubis (termasuk distribusi rambut), labia
mayora (apakah ada tanda-tanda radang,
pembengkakan / bartolinitis ), keadaan perineum
(tanda-tanda radang, dll).
2 : menyebutkan 3 item dan masing-masing subitem
dengan lengkap
1 : menyebutkan 3 item akan tetapi sub item tidak
lengkap
0 : selain kriteria di atas
13. Pisahkan kedua labia mayora, periksa labia minora,
klitoris, orificium uretra eksterna dan introitus vagina.
Lihat apakah ada inflamasi, ulkus, sekret,

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 55


pembengkakan atau nodul.
2 : menyebutkan 4 item dan subitem dengan lengkap
1 : menyebutkan 3 item akan tetapi subitem tidak
14. lengkap
0 : selain kriteria di atas
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan membuka
labia kemudian pasien disuruh mengedan, perhatikan
apakah terdapat bulging pada dinding vagina (sistokel,
uretrokel, rektokel atau prolapsus uteri).
2 : teknik benar (mengerjakan semua tahapan) dan
menyebutkan 4 item
1 : teknik benar (mengerjakan semua tahapan) dan
menyebutkan 2-3 item
0 : selain kriteria di atas
15. Periksa kelenjar bartolini : Masukkan jari telunjuk ke
dalam vagina dekat ujung posterior introitus. Letakkan
ibu jari di sisi luar, tepatnya di posterior labia mayor.
1 : teknik sempurna
0 : teknik salah
Perhatikan apakah ada pembengkakan, nyeri dan
16. eksudat yang keluar dari kelenjar tersebut.
Pemeriksaan Vagina dan Serviks
17. Membersihkan mulut vagina dengan kasa basah steril
dan membuang kasa ke tempat sampah medis.
18. Spekulum dilicinkan dengan air hangat atau lubrikan
lain (jika tidak akan melakukan pemeriksaan
mikroorganisme/sitologi) (disebutkan saja)
19. Memasukkan spekulum :
Telunjuk dan jari tengah tangan kiri menekan batas
bawah introitus ke arah bawah. Spekulum dalam
keadaan tertutup dipegang dengan tangan kanan.
Ujung speculum diarahkan ke bawah dalam keadaan
miring. Setelah speculum masuk ke dalam vagina,
speculum diputar sampai posisi horizontal dan
masukkan sampai ke ujung vagina. Posisikan ujung
speculum sampai melingkupi serviks. Spekulum
dibuka dengan hati-hati. Putarlah skrup untuk
menguncinya.
2 : teknik sempurna(mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik kurang sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
Menilai portio : amati warna, posisi, ostium,
20. karakteristik permukaan (apakah terdapat ulserasi,
nodul/massa, secret dan perdarahan).
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 56
2 : menyebutkan 4 item dan 4 subitem
1 : menyebutkan 4 item akan tetapi subitem tidak
lengkap
0 : selain kriteria di atas
21. Skrup dibuka kemudian pembukaan spekulum
dipertahankan dengan tangan. Spekulum ditarik
perlahan-lahan sambil memperhatikan mukosa vagina.
1 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)
0 : teknik tidak sempurna / salah
Amati dinding mukosa vagina (warnanya, apakah
terdapat inflamasi, sekret, ulserasi/massa).
2 : menyebutkan 4 subitem
1 : menyebutkan 2-3 subitem
22. 0 : selain kriteria di atas

23. Spekulum dikeluarkan, ditutup ketika terlihat di


introitus dan diletakkan pada tempatnya (bengkok).
1 : melakukan dengan sempurna
0 : tidak sempurna

Pemeriksaan Vaginal Toucher


24 Melakukan VT dengan cara memasukan jari telunjuk
dan jari tengah dilumasi kemudian dimasukkan ke
dalam vagina. Ibu jari diabduksikan, jari manis dan jari
kelingking difleksikan. Raba vagina dan serviks.
2 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik belum sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
25. Palpasi dinding vagina: apakah terdapat
pembengkakan/nodul atau nyeri di dinding vagina.
Palpasi serviks : perhatikan posisi, konsistensi,
26. regularitas, mobilitas dan nyeri.
2 : menyebutkan 5 item
1 : menyebutkan 3-4 item
0 : selain kriteria di atas
Pemeriksaan Bimanual
27 Palpasi uterus :
. Letakkan tangan yang satu lagi di tengah abdomen di
antara umbilicus dan simfisis pubis. Jari diletakkan di
forniks posterior dan mendorong serviks ke arah atas
sementara tangan yang di luar menekan ke bawah,
rasakan uterus di antara kedua tangan tersebut.
2 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 57


1 : teknik belum sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
28 Perhatikan ukuran, konsistensi, mobilitas, adanya nyeri
. atau massa.
2 : menyebutkan 5 item
1 : menyebutkan 3-4 item
0 : selain kriteria di atas
29 Palpasi ovarium :
. Geser tangan yang ada di atas abdomen dari tengah ke
kuadran kanan bawah dan tangan yang ada di dalam
digeser ke forniks lateral kanan. Tangan yang ada di
abdomen menekan ke bawah, mendorong struktur
adneksa ke arah tangan yang ada di dalam.
2 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik belum sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
30 Ulangi prosedur ini di sebelah kiri (disebutkan saja)
. 1 :menyebutkan
0 : tidak menyebutkan
Pemeriksaan Rektovagina
31. Jari telunjuk dimasukkan kembali secara perlahan ke
dalam vagina sedangkan jari tengah dimasukkan ke
dalam rectum. Minta pasien untuk relaks kemudian
lakukan maneuver seperti pemeriksaan bimanual (spt
palpasi uterus). Jari yang ada di rectum meraba
daerah posterior serviks.
2 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik belum sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
32. Perhatikan ukuran, konsistensi, mobilitas, adanya
nyeri atau massa dan termasuk juga kavum douglas.
2 : menyebutkan 6 item
1 : menyebutkan 4-5 item
0 : selain kriteria di atas
33. Jari dikeluarkan, bersihkan genitalia eksterna dan
rectum dengan kasa.
34. Menyatakan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah
selesai.
35. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan secara
aseptik.
36. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam rekam medik
dan merapikan alat kembali
Total Skor = x 100
48
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 58
3.4 Pemasangan Kateter Uretra pada Wanita

Alat dan bahan :


1. Sarung tangan steril
2. Spuit 10cc/25 cc berisi NaCl fisiologis/aquades, spuit 5 cc
3. Foley Kateter no 16F, urine bag
4. Kasa betadin, plester
5. Lidocaine, Jelly

A B C
Gambar: A. Identifikasi Uretra, B. Memasukkan Uretra, C.
Pengembangan balon setelah kateter masuk kedalam Vesika
Urinaria

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 59


Checklist Pemasangan Kateter Uretra Pada Wanita

Aspek Yang Dinilai Nilai


No
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menanyakan identitas pasien (nama, umur,alamat,dan
2
pekerjaan)
Menjelaskan tujuan dan cara pemasangan kateter uretra
serta menjelaskan kemungkinan rasa sakit dan meminta
persetujuan pasien
3.
2 : Menjelaskan keduanya
1 : Menjelaskan salah satunya
0 : Tidak menjelaskan keduanya
Meminta asisten/ perawat untuk menemani selama
4.
tindakan. *critical step
Mempersilahkan pasien menuju ke tempat tidur dan
5.
membuka celananya.
Mencek semua persiapan alat dan bahan.
Steril: Handscoen, duk bolong, kateter Foley, urine bag,
spuit 10 cc, kasa steril, povidone iodine, kasa steril yang
sudah dituangi jelly
6.
Tidak steril: aquades, botol jelly, plester, gunting
2 : menyiapkan semua alat dan bahan
1 : lupa salah satu alat/ bahan
0 : selain kriteria di atas
Mencuci tangan secara aseptik (disebutkan saja) dan
7.
menggunakan sarung tangan steril *critical step
Mencek balon kateter apakah berfungsi/ tidak dan
8. menghubungkan urine bag dengan foley kateter *critical
step
Mengisi spuit dengan 10 cc aquades dengan bantuan
9.
asisten (disebutkan saja)
Membersihkan vulva dan sekitar meatus uretra eksternum
10. secara melingkar dengan kasa betadine kemudian kasa
dibuang ke tempat sampah medis
11. Memasang duk bolong
12. Melumasi kateter dengan jelly
Membuka labia minora dengan satu tangan hingga
13.
tampak meatus uretra eksterna

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 60


Memasukkan kateter secara perlahan ke meatus uretra
eksterna dan didorong terus ke arah proximal. (Tidak
memaksakan bila ada tahanan, karena akan
14. menimbulkan trauma uretra)
2: tahapan dilakukan dengan sempurna
1: tahapan dilakukan dengan tidak sempurna
0: tidak melakukan
Bila tahanan terjadi pada daerah spincter, minta pasien
untuk relaks dengan menarik nafas dalam sehingga
kateterisasi bisa lancar (disebutkan saja) dan dihentikan
ketika terasa sudah masuk vesica urinaria dengan melihat
urin yang keluar melalui kateter (Urine yang mengalir ke
15. urine bag mengindikasikan keberhasilan kateterisasi)
*critical step
2 : tahapan dilakukan dengan sempurna dan tetap septik
1 : tahapan dilakukan tidak sempurna akan tetapi tetap
septic
0 : tidak aseptic
Mengembangkan balon dengan menginjeksikan 5-10 cc
NaCl fisiologis/ aquades pada bagian jalur balon.
16.
1 : melakukan dengan tepat
0 : menyuntikan pada slang yang salah
17. Lepaskan duk bolong
Merekatkan kateter yang berada di luar pada paha depan
18. pasien dengan plester dan menggantungkan urine bag
dengan kasa di samping tempat tidur
19. Membuang spuit kedalam tempat sampah medis.
Membuka sarung tangan dan mencuci tangan secara
20.
aseptik
Menyatakan kepada pasien bahwa tindakan pemasangan
21. kateter telah selesai, mencatat dalam rekam medis dan
merapikan alat kembali.

Total Skor = x 100


26

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 61


Praktikum Keterampilan Klinis 4
Anamnesis

Saat melakukan anamnesis pada pasien, jangan lupa


menerapkan aspek komunikasi efektif, yaitu:
• Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya
• Mengumpulkan informasi
• Memahami perspektif pasien
• Memberi penjelasan dan informasi

4.1 Sistematika Data Anamnesis


Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting
sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang (didahului keluhan utama)
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Anamnesis sistem
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.

4.1.1 Identitas pasien


Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, suku, agama, status perkawinan, dan pekerjaan. Seperti
diketahui, data-data dari identitas pasien ini sangat penting oleh
karena data tersebut sangat berkaitan dengan masalah klinik
maupun gangguan sistem atau organ tertentu misal penyakit
tertentu berkaitan dengan umur, jenis kelamin, perkerjaan dan suku
bangsa tertentu pula.

4.1.2 Riwayat penyakit sekarang


Dalam mendalami riwayat penyakit sekarang (simptom) jangan
lupa mengejar anamnesisnya di dalam kerangka “Tujuh Butir
Mutiara” di bawah ini:
 Lokasi keluhan
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 62
 Karakter atau sifat keluhan
 Berat ringannya kelainan (severity)
 Waktu terjadinya
 Faktor-faktor pencetus dan yang memperberat
 Faktor yang meringankan keluhan
 Manifestasi lain yang menyertainya (seringkali simptom ini
merupakan bagian dari satu sindrom)
Pada anamnesis untuk sistem muskuloskletal, keluhan utama
yang dapat muncul adalah nyeri, bengkak, kelumpuhan dan
kelainan bentuk.
Nasihat bagi pemula anamnesis adalah sebagai berikut:

Pikirkan Organ serta Prosesnya, bukan Penyakitnya

Pelajarilah bahan preklinik serta klinik yang telah anda terima


sebabdalam anamnesis ini anda akan mencari apa yang anda
ketahui serta ingat. “Anda melihat apa yang anda cari dan
anda mengenali apa yang anda ketahui.”

4.1.3 Riwayat penyakit dahulu


Catatlah penyakit-penyakit yang pernah diderita beserta
waktunya, yang ditanyakan termasuk apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan atau operasi, maupun keadaan alergi.
Hal tersebut diatas merupakan data-data penting oleh karena,
akan memberikan informasi mengenai :
Apakah ada gejala sisa?
Apakah ada kaitannya dengan penyakit sekarang?
Apakah ada pengaruh/kaitan terhadap pengelolaan pasien
selanjutnya?
Beberapa contoh pertanyaan, untuk riwayat penyakit dahulu:
Pernahkah anda menderita penyakit berat dalam hidup anda?
Pernahkah anda mengalami masalah emosional?
Pernahkah anda mengalami pembedahan?
Apakah ada obat-obatan yang pernah menyebakan gangguan pada
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 63
anda?
Pernahkah anda menderita penyakit tertentu? kapan?
Riwayat penyakit dahulu ini mencakup anamnesis tentang
penyakit sistem kardiovaskular (demam reumatik akut, dll), sistem
pernapasan (difteri, batuk rejan, influenza, tonsilitis, pneumonia,
pleuritis, tuberkulosa, dll), saluran pencernaan (disentri, hepatitis,
tifus abdominal, kulit(cacar air, morbili), infeksi (malaria, demam
berdarah), dll. Hal yang dicatat ialah keterangan terperinci semua
penyakit dengan komplikasinya yang pernah dialami dan sedapat
mungkin dicatat menurut urutan waktu.Jangan mencatat penyakit-
penyakit yang tidak pernah diderita, kecuali ada hal khusus untuk
penyakit sekarang (contohnya pada pasien penyakit jantung
reumatik dituliskan apakah pernah menderita tonsillitis/arthritis).
Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi dicatat
keterangan tentang tanggal, lama operasi, obat anestesi, jenis
operasi, lama perawatan di rumah sakit, lamanya penyembuhan,
sembuh sempurna atau tidak, beberapa lama tidak berkerja.Pada
pasien wanita dengan riwayat kehamilan atau keguguran
ditanyakan, dan dicatat secara kronologis tentang jumlah kehamilan
serta sebab keguguran.

4.1.4 Anamnesis sistem


Tulislah dibawah ini judul-judul yang bersangkutan, semua
keluhan dan kelainan patologis yang bukan bagian dari penyakit
sekarang dan yang belum ditulis dalam bahasan riwayat penyakit
dahulu. Jika tidak ada keluhan tulislah negatif, tanpa tambahan lain.
Bila ada keluhan , catatlah deskripsi lengkap.
Kepala : Trauma, sakit kepala, nyeri pada sinus
Mata : Nyeri, sekret, kelainan penglihatan, penglihatan
kurang jelas, kacamata
Telinga : Nyeri sekret,nyeri tekan mastoid, tinius,
penurunan pendengaran.
Hidung : Trauma, nyeri, sekret, epitaksis, penyumbatan,

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 64


pilek, post nasal drip, kelainan alat bantu.
Mulut : Gigi-geligi, bibir, gusi, selaput lendir, lidah,
kelainan mengecap atau mengunyah, sekresi
ludah, stomatitis.
Tenggorokan : Nyeri tenggorokan, tonsillitis, abses peritonsil,
laryngitis, kelianan suara, tak bersuara.
Leher : Pembesaran kelenjar gondok dan limfe, tanda
radang.
Jantung dan : Nyeri dada, berdebar, sesak napas, batuk,
paru sianosis, ortopneu, edema, bronchitis, asma,
pilek, batuk darah, berkeringat malam hari.
Lambung : Kembung, mual, muntah, rasa kurang enak dan
dan usus nyeri, disfagia, muntah darah, konstipasi, ikterus,
hemoroid, sifat tinja (diare, tinja yang berdarah,
hitam seperti aspal atau putih seperti dempul),
obstipasi.
Alat kelamin : Disuria, poliuria,nokturia, polakisuria, hematuria,
kencing batu, pasir, kencing nanah, ngompol,
kolik ginjal, atau ureter, oliguri, anuria, kencing
menetes, inkontinensia, penyempitan uretra,
prostatitis.
Saraf dan : Anestesia, parestesia,otot lemah, atau lumpuh,
otot pingsan, tidak sadar, kedut, kejang, tinnitus,
vertigo, pusing, afasia, gangguan bicara, sukar
mengingat, amnesia, ataksia, bilamana
menurunnya berat badan, dalam waktu berapa
bulan, berat badan sekarang, gangguan
berkemih, kerusakan NI-NXII.
Kejiwaan : Perangai stabil atau labil
Berat badan : Berat badan rata-rata, berat yang tertinggi.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 65


4.1.5 Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga meliputi: kakek, nenek, ayah, ibu, saudara,
laki-laki, saudara perempuan, dan ank-anak pasien. Tanyakan
tentang umur dan keadaan kesehatan masing-masing anggota
keluarga bila masih hidup atau umur waktu meninggal dan
sebabnya. Cari tahu hal-hal yang berhubungan dengan peran
hereditas atau kontak diantara anggota keluarga yang dekat atau
agak dekat, misalnya tuberkulosis, sifilis, hemophilia, penyakit
saraf, penyakit jiwa, neoplasma, penyakit metabolic, penyakit
endokrin, penyakit kardio-renal-vaskular, dll. Bila mengenai
penyakit herediter misal diabetes mellitus, buatlah gambar diagram
untuk mencari anggota-anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama.

4.1.6 Riwayat pribadi, sosial ekonomi dan budaya


Dimulai dengan keterangan kelahiran (tempat dan cara partus,
bila diketahui), diteruskan dengan peristiwa penting semasa kanak-
kanak dan sikap pasien terhadap keluarga dekat. Riwayat sosial
mencakup keterangan pendidikan, perkerjaan (macam jam kerja,
pengaruh lingkungan kerja, dll), asuransi, aktivitas diluar kampus
(olahraga, hobi, organisasi), perumahan, perkawinan (lamanya,
jumlah anak, keluarga berencana,perkawinan sebelumnya),
tanggungan, makanan (teratur atau tidak, variasi, banyaknya,
berapa kali makan sehari, komposisi makan sehari-hari,
pengunyahan, nafsu makan, dan pencernaan), tidur (lamanya,
teratur, ventilasi, jumlah orang dalam satu kamar tidur, penyebab
gangguan tidur), kebiasaan merokok, teh, kopi, alkohol,obat dan
jamu.
Hal terakhir yang ditanyakan ialah tentang kesulitan hidup yang
dihadapi pasien, yang mungkin mengenai masalah perkerjaan,
keluarga, keuangan, dan sebagainya. Data-data dari riwayat
pribadi, sosial ekonomi, budaya dan keluarga inii merupakan
informasi penting, baik dalam kaitannya dengan masalah klinik atau
penyakit yang diderita saat ini dan sebagai bahan pertimbangan
Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 66
dalam pengelolaan yang optimal untuk pasien selanjutnya.

SKENARIO 1
IDENTITAS:
Nama : Ny. SARAH
Usia : 62 tahun
Alamat : Sukajadi
Pekerjaan : Pensiunan guru

Keluhan utama : Nyeri di pinggang kanan belakang


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik umum dengan keluhan nyeri pinggang
sebelah kanan belakang yang dirasakan semakin memberat sejak
1 bulan yang lalu.
Nyeri muncul mendadak, dirasakan seperti ditusuk, hilang timbul,
dan dirasakan menjalar ke perut. Saat merasakan nyeri, pasien
juga merasa mual dan sempat muntah sebanyak 3 kali.
Badan pasien juga berkeringat bila rasa nyeri muncul. Pasien juga
mengeluh jika buang air kecil pinggangnya terasa sakit. Tidak ada
riwayat buang air kecil sedikit-sedikit dan tidak lampias. Pasien
juga mengeluhkan adanya riwayat kencing berwarna merah
sebanyak 3 kali sejak 1 bulan terakhir.
Pasien menyangkal adanya demam, gangguan buang air besar,
maupun trauma pada punggung dan abdomen.
Riwayat penyakit dahulu :
Terdapat riwayat pernah keluar batu saat buang air kecil pada
tahun 2015, namun pasien tidak memeriksakan dirinya ke dokter
karena tidak ada keluhan yang dirasakan menggangu.
Tidak pernah menderita keluhan yang sama, operasi (-), Alergi (-),
penyakit jantung (-), penyakit paru (-), riwayat kuning (-), DM (-),
hipertensi (-).

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 67


Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.
Kebiasaan gizi dan sosial ekonomi:
Pasien saat ini merupakan pensiunan guru dengan kegiatan sehari-
harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien rata-rata
mengkonsumsi 1 liter air mineral perhari. Makanan dan minuman
sehari-hari pasien adalah air putih, teh, susu, dan sayur-sayuran
seperti bayam dan kangkung. Pasien terkadang mengkonsumsi
daging ayam dan sapi.

SKENARIO 2
IDENTITAS:
Nama : Ny. Ani
Umur : 40 tahun
Alamat : jl. Garuda sakti
Pekerjaan : IRT

ANAMNESIS:
Keluhan utama : sulit buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik umum dengan keluhan sulit buang air
kecil sejak 3 hari yang lalu. Buang air kecil dirasakan sering, namun
hanya sedikit-sedikit. Keluhan ini dirasakan semakin berat dan
disertai dengan nyeri saat BAK, rasa penuh di perut bagian bawah,
serta urin yang keluah berwarna merah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti terbakar dan dirasakan sepanjang buang air kecil.
Pasien juga mengeluh mual, namun tidak disertai muntah. Pasien
menyangkal adanya demam.

Riwayat penyakit dahulu :


Tidak pernah menderita keluhan yang sama, operasi (-), Alergi (-),
penyakit jantung (-), penyakit paru (-), riwayat kuning (-), DM (+),
hipertensi (-).

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 68


Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

Kebiasaan :
Kegiatan sehari-harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Pasien rata-rata mengkonsumsi 1 liter air mineral perhari. Makanan
dan minuman sehari-hari pasien adalah air putih, teh, susu, dan
sayur-sayuran seperti bayam dan kangkung.

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 69


Check List Keterampilan Komunikasi (Anamnesis)
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan serta
menunjukkan empati (dinilai terakhir)
1 2 : sempurna
1 : tidak sempurna
0 : buruk
Menggunakan bahasa yang dipahami responden
(dinilai terakhir)
2
1 : tidak sempurna
0 : tidak melakuka
Memberi salam dan memperkenalkan diri
3 1 : melakukan keduanya
0 : melakukan< 2
Menanyakan identitas penderita
Nama, umur, alamat, pekerjaan
4
1 : menanyakan dengan lengkap
0 : tidak lengkap / tidak menanyakan
Menanyakan keluhan utama (KU)**
5 1 : melakukan
0 : tidak melakukan
Menggali riwayat penyakit sekarang (menggali KU
untuk poin a - f)
6
1 : melakukan
0 : tidak melakukan
a. onset dan durasi
b. frekuensi
c. karakter atau sifat keluhan
d. berat ringannya kelainan (severity)
e. faktor – faktor yang memperberat
f. faktor – faktor yang meringankan keluhan
g.keluhan lain yang menyertai (pertanyaan terbuka:
apakah ada keluhan lain?)
7 Melakukan anamnesis sistem lain* yang berhubungan
dengan keluhan utama (menyangkut sistem lain yang
belum disampaikan pasien pada poin 5 g)
2 : minimal 3 sistem lain yang berhubungan erat
1 : < 3 sistem lain
0 : tidak melakukan

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 70


Menanyakan riwayat pengobatan
Untuk pasien yg memiliki riwayat pengobatan:
2 : menanyakan nama obat, dosis obat, dan siapa yang
memberikan obat
8 1 : menanyakan kurang dari 3 poin
0 : tidak menanyakan
Untuk pasien yang tidak memiliki riwayat pengobatan:
2 : menanyakan riwayat pengobatan
0 : tidak melakukan
Menggali riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
2 : menanyakan dan berhubungan dengan RPS
9
1 : menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS
0 : tidak menanyakan
Menggali riwayat penyakit keluarga dan lingkungan
yang berhubungan
1 : menanyakan dan berhubungan dengan RPS (untuk
10
penyakit infeksi menular, bisa menanyakan tentang
orang dilingkungan dekat)
0 : tidak menanyakan
Menanyakan kebiasaan dan gizi
2 : jika menanyakan kebiasaan dan gizi terkait dengan
11 RPS
1 : jika menanykan kebiasaan dan gizi tidak terkait RPS
0 : tidak melakukan
Melakukan cross check terhadap jawaban pasien
12 1 : melakukan
0 : tidak melakuka
Menanyakan pada pasien apakah masih ada yang ingin
disampaikan
13
1 : melakukan
0 : tidak melakukan
Mencatat hasil kesimpulan anamnesis dan menutup
anamnesis
14
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

REFERENSI
1. Adams, Physical Examination, Elsevier, Jakarta:2009
2. S. Bickley Lyn, Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan,
EGC, Jakarta: 2003
3. S. Bickley Lyn, Bates Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan,
EGC, Jakarta: 2003

Panduan Praktikum Keterampilan Klinis Modul 3.3 71

Anda mungkin juga menyukai