Anda di halaman 1dari 9

Annisa Mayasni

1911201006
Tugas Fisiologi Pendengaran
Fisiologi Pendengaran

SOAL :
1. Sensasi mendengar
2. Sistem konduksi suara : membran dan
tulang
3. Determinasi frekuensi dan amplitude
suara
4. Pusat pendengaran dan mekanisme
mendengar
5. Abnormalitas pendengaran (Tipe Tuli)
SENSASI MENDENGAR
Sensasi mendengar merupakan suatu persepsi
neural terhadap energi utama. Gelombang suara
dibagi atas rapatan dan renggangan. Intensitas
gelombang berbanding terbalik dengan jarak.
Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh
saraf. Pendengaran melibatkan dua aspek:
identifikasi suara (apa) dan lokalisasinya (di
mana). Kita mula-mula akan mempelajari dan
otak memproses masukan suara untuk
menghasilkan pendengaran.
Sistem konduksi suara : membran dan tulang
1. Gelombang suara tiba di membrane timpani
2. Pergerakan membrane timani menyebabkan pergerakan pada tulang pendengaran
3. Pergerakan stapes pada oval window membentuk tekanan gelombang di paralimfe di ductus vestibular
4. Getaran pada membrane basilaris menyebabkan getaran pada sel rambut terhadap membrane tektorial
5. Informasi tentang regio dan intensitas dari stimulasi tersebut akan disampaikan ke sistem saraf pusat mealui
percabangan koklea dari saraf kranial VIII

Membran
Membran timpani adalah selaput tipis dan halus yang merupakan bagian awal dari sistem konduksi
pada telinga tengah. Gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini
dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, inkus, dan stapes) yang membentang
di telinga tengah. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,
rangkaian tulang- tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi
getaran ini dari membran timpani ke jendela oval.
Tulang
Tulang Karena labirin terletak di dalam tulang temporal → getaran dari
kranium bisa di terjemahkan sebagai suara, misalnya pada penggunaan garputala
dan diletakkan ditulang cranium (mis: mastoid) → dasar dalam tes pendengaran
(Rinne, Swabach). Suara manusia → tidak mungkin melalui jalur ini.
Determinasi frekuensi dan amplitude suara

Diskriminasi nada (kemampuan membedakan antara berbagai frekuensi gelombang


suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membran basilaris, yang menyempit
dan kaku di ujung jendela ovalnya serta lebar dan lentur di ujung helikotremanya . Berbagai
bagian membran basilaris secara alami bergetar maksimal pada frekuensi yang berbeda-beda;
yaitu, setiap frekuensi memperlihatkan vibrasi puncak di posisi yang berbeda di sepanjang
membran basilaris. Ujung sempit yang paling dekat dengan jendela oval bergetar maksimal
pada nada berfrekuensi tinggi, sementara ujung lebar yang paling dekat dengan bergetar
maksimal pada nada berfrekuensi rendah
Pusat pendengaran dan mekanisme mendengar

Pusat pendengaran berada di korteks auditorius Lobus temporalis.

Mekanisme mendengar
Gelombang Suara masuk ke telinga → Getaran di membran timpani →
Getaran di tulang telinga → Getaran ke oval window → Gerakan cairan
di dalam koklea → Getara membrane basilaris → Menekuk rambut di
sel rambut reseptor dalam organ corti sewaktu getaran basillaris
menggerser rambut ini relative terhadap membrane tektorium di
atasnya, yang berkontak langsung dengan rambut → Perubahan
potensial berjenjang di sel reseptor → Perubahan frekuensi potensial
aksi yang dihasilkan di saraf auditorius → Penambatan potensial aksi
ke korteksi auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara.
Abnormalitas pendengaran

• Tuli Konduktif: Pada tes weber biasanya di telinga yang sakit akan terdengar kuat, pada tes rinne
Getaran di udara tidak terdengar setelah getaran tulang berakhir, pada tes schwabach Kondusi
tulang lebih bagus daripada keadaan normal.

• Tuli neurosensorial: Pada tes weber Suara lebih kuat pada telinga normal, pada tes rinne getaran
setelgah konduksi tulang masih terdengar apabila tuli nervusnya bersifat parsial, pada tes
schwabach Konduksi tulang lebih buruk daripada normal.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai