Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI

“SISTEM INDRA”

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Anatomi Fisiologi

Dosen Pengampu

Astika Nur Rohmah, S.Kep, Ns., M.Biomed

Disusun oleh:

ILMAN ALMUZAKIR HADJARATI

(2111604102)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS „AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ilmu perasa, berlangsung pada bulan Agustus 2014 dan mengumpulkan
sekelompok ilmuwan dan praktisi internasional dari berbagai disiplin ilmu
(biofisika, fisiologi, ilmu sensorik, ilmu saraf, nutrisi, psikologi, epidemiologi,
ilmu makanan, gastronomi, gastroscience, dan antropologi) untuk membahas
kemajuan dalam ilmu rasa. Sebagai ciri khusus, simposium ini menyelenggarakan
dua acara mencicipi yang diselenggarakan oleh koki terkemuka, yang
menunjukkan interaksi antara koki kreatif dan ilmuwan. Simposium tersebut
menghasilkan kumpulan makalah khusus berikut yang menjelaskan pengetahuan
kita saat ini tentang ilmu rasa.

1.2 Manfaat
1. Mengetahui Fisiologi Pendengaran
2. Mengetahui Fisiologi Penghidu
3. Mengetahui Anatomi hidung
4. Mengetahui nilai normal Fisiologi penglihatan
5. Mengetahui Anatomi mata

1.3 Tujuan
Tujuannya untuk memenuhi tugas dari mata kuliah anatomi “Sistem Indra”
dengan baik dan benar.

1.4 Waktu Dan Tempat Pratikum


Hari/Tanggal : Senin ,17-01-2022
Pukul :08.00 Wita Sampai dengan selesai
Tempat Pratikum :Via Elearning(Lensa)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Pendengaran
Anatomi umum dari telinga terdiri atas tiga yaitu telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar yaitu dari daun telinga sampai ke
membran timpani. Kemudian telinga tengah ini berupa sebuah ruangan yang
berisi tulang pendengaran yang disebut dengan kavum timpani di mana tulang
pendengaran ini terdiri dari 3 yaitu maleus, incus, dan stapes. Maleus
berhubungan langsung dengan bagian belakang dari membran timpani.
Kemudian pada telinga dalam terdapat koklea yang merupakan organ sensorik
dari pendengaran.
Telinga dalam terdiri dari dua pembangun yaitu tulang dan
membranosa. Jadi ada yang dinamakan dengan labirin osseus dan labirin
membranosa. Labirin membranosa berada di dalam labirin osseous. Ada dua
lubang yang sangat berkaitan erat nanti dengan fisiologi pendengaran yaitu
ada foramen ovale yang akan berhubungan langsung dengan tulang stapes dan
ada foramen rotundum. Diantara labirin osseus dengan labirin membranosa itu
terdapat sebuah cairan yang disebut dengan perilymph kemudian di dalam
labirin membranosa itu terdapat cairan yang disebut dengan cairan endolim
yaitu sangat berpengaruh nanti pada fisiologi pendengaran.

Ketika bagian labirin membranosa dan labirin osseus itu dipotong


secara melintang akan nampak bagian yang putih itu adalah bagian labirin
osseus sedangkan bagian yang warna pink itu adalah bagian labirin
membranosanya. Koklea sebagai sensorik dari pendengaran di mana lebih
detailnya sebenarnya sebagai organ sensorik pendengaran itu adalah organ
corti. Kalau misalkan bagian koklea yang seperti rumah siput itu bagian yang
kita potong melintang di bagian depannya. Kemudian akan terdapat tiga
ruangan terbagi yaitu scala vestibuli di atas, scala media, dan skala tymphani.
Pada scala media itu adalah ruangan yang berada di labirin
membranosa yang di mana di dalamnya itu ada cairan endolim sedangkan
pada scala vestibuli dan skala tymphani itu adalah ruangan yang terletak
antara labirin osseus dan labirin membranosa di mana di dalam ruangan itu
terdapat cairan perlim. Adanya batas antara scala vestibuli dengan scala media
dan ada batas antara skala tymphani dengan skala media. Pada membran yang
membatasi antara skala vestibuli dengan skala media itu yaitu membran
reuniens sedangkan membran yang membatasi antara skala tymphani dengan
skala media yaitu membran basilar. Membran basilar ini yang nantinya akan
menjadi penampang pada organ corti sebagai organ sensorik pendengaran.
Fisiologi dari pendengaran yaitu kita mendengar sumber suara baik itu
frekuensi yang rendah, frekuensi sedang, dan frekuensi tinggi itu akan
ditangkap pertama kali oleh daun telinga lalu sumber suara itu akan
dilanjutkan menuju meatus akustikus eksternus atau liang telinga lalu akan
menggetarkan membran tymphani. Dimana pada saat dia menggetarkan
membran tymphani ini berubah rangsangan itu dari rangsangan suara menjadi
rangsangan mekanik. Membran tymphani ini dia langsung menempel di
sanamanubrium malleus. Jadi tulang-tulang pendengaran malleus itu melekat
langsung ke membran tymphani. Jadi pada saat ada rangsangan suara berubah
menjadi rangsangan mekanik lalu dia menggetarkan tulang-tulang
pendengaran yang paling awal digetarkan itu adalah os malleus. Jadi pada saat
ada getaran di membran tymphani ini os malleus ini akan ditarik oleh
muskulus tensor tymphani ke arah dalam sedangkan ostapes yang tadi
berikatan atau melekat ke arah telinga dalam dengan foramen ovale itu dia
akan ditarik ke arah luar oleh musculus stapedius. Nah kenapa kedua otot ini
bekerja secara berlawanan yang satu muskulus tensor timpani menarik os
malleus ke dalam sedangkan muskulus stapedius akan menarik ostapes ke
arah luar.
Ada tiga fungsi mengapa dia bergerak berlawanan :
1. Agar dia mengatur intensitas bunyi ke konduksi tulang. Jadi pada saat
ada suatu frekuensi yang rendah di mana pada saat frekuensi rendah
itu kan membran timpani tidak bergetar terlalu kuat sehingga akan
mengatasi kekakuan dari tulang-tulang pendengaran ini. Jadi walaupun
dengan frekuensi rendah musculus tensor timpani ini akan tetap
menarik ke dalam sedangkan musculus stapedius juga akan tetap
menarik stapes ke arah luar sehingga tidak terjadi kekakuan pada
tulang pendengaran pada saat frekuensinya rendah.
2. Dia sebagai refleks peredaman. Dimana refleks peredaman ini pada
saat ada suara yang begitu keras maka pergerakan yang berlawanan
dari musculus tensor tymphani dan musculus stapedius ini dia akan
melindungi agar koklea itu tidak mengalami kerusakan sedangkan
pada frekuensi yang sangat rendah atau misalkan kita berada pada
beberapa sumber suara dengan frekuensi yang berbeda maka kita akan
difokuskan pada frekuensi suara yang lewat dari 1000 Hz. Jadi pada
saat seseorang berbicara lebih pelan dan ada orang lain yang berbicara
lebih keras maka gerakan kedua otot yang berlawanan ini akan
membuat kita berfokus atau fokus pada suara yang lebih keras
sehingga kita bisa mendengar suara orang yang lebih keras
dibandingkan orang yang memiliki frekuensi suara yang rendah.
3. Dia akan menurunkan sensitifitas telinga kita agar tidak mendengar
suara kita sendiri terlalu keras. Jadi itu adalah bentuk antisipasi dia
agar suara kita keluarkan tidak terlalu terdengar begitu keras di telinga
kita. Kemudian getaran tadi sudah digetarkan membran tymphani dan
bergetar tulang pendengaran dengan gerakan dari muskulus tensor
timpani dengan muskulus stapedius maka stapes itu dia akan
mendorong kebagian foramen ovale. Antara skala vestibuli dengan
skala media itu ada membran reuniens dan antara skala media dengan
skala timpani itu ada membran basilar dimana pada membran basilar
itulah di atasnya itu terdapat organ korti. Pada saat getaran tadi kan
sudah diubah suara menjadi mekanik maka getaran tadi akan
menggetarkan cairan perilymph yang ada pada skala vestibuli
sehingga pada saat seseorang mendengarkan suara dalam frekuensi 20-
20.000 Hz maka dia akan menggetarkan membran reuniens dan
akhirnya melalui rambatan di cairan endolymph di scala media akan
menggetarkan juga membran basilar. Kemudian pada saat tergetar
membran basilar nanti akan tergetar organ korti.
Kalau misalkan frekuensi yang terdengar kurang dari 20 Hz
atau lewat dari 20.000 Hz maka getaran tadi pada stapes yang
menyatakan foramen ovale maka dia akan merambat saja melalui
cairan perilymph yang ada pada skala vestibuli dilanjutkan ke bagian
helicotrema ruangan antara skala vestibuli dengan skala timpani tanpa
menggetarkan membran reuniens bahkan sampai membran basilar
sehingga nanti dia akan dikeluarkan langsung ke skala vestibuli,
hericotrema, dan skala timpani. Dan pada akhirnya dia keluar melalui
foramen rotundum agar cairan perilymph itu pada saat dia keluar pada
saat mendengar frekuensi suara yang tidak seharusnya di dengar
manusia dia akan keluar melalui tuba auditivus sehingga tidak
tertumpuk cairan itu di cavum tymphani.
Pada saat membran basilar tadi bergetar kan kita tahu bahwa
organ korti ini dia terdiri dari struktur yang terlihat yaitu silia,
streosilia dan membran tectorial. Jadi pada saat ada getaran di
membran basilar maka akan tergetar juga bagian silia. Silia bergetar
maka bagian streosilia yang di atas silia itu akan bergetar juga. Jadi
ada bentuk khusus pada streosilia ini ada satu streosilia itu yang paling
besar pada saat dia mendapatkan energi getaran atau ada sumber suara
dari luar maka dia akan bergerak ke arah streosilia yang paling besar
sehingga tipling yang ada pada bagian atas dari streosilia yang kecil-
kecil itu akan mengeluarkan K+ dan akan masuk ke dalam membran
silia. Pada saat dia masuk ke membran silia K+ tadi dia akan bertukar
dengan Ca2+ yang ada di luar dari silia sehingga Ca2+ dan K+ keluar
terjadilah depolarisasi di membran silia tersebut. Pada saat terjadi
depolarisasi di membran silia maka akan terbentuk vesikal presinap
yang berisi neurotransmitter glutamat lalu dilepaskan menuju ke
nervus vestibulocochlearis, tapi di sini untuk pendengaran itu nervus
koklearis sehingga nanti kita bisa mempersepsikan apa yang kita
dengar pada saat dia disampaikan ke lobus temporal sebagai pusat
pada pendengaran kita. Nah disini perlu ditekankan bahwa pada saat
stereosilia itu dia tidak menerima getaran suara maka stereosilia yang
kecil itu dia akan menjauhi bagian stereosilia yang paling besar tadi
sehingga tidak terjadi depolarisasi pada membran silia. Jadi dia hanya
mengalami depolarisasi pada saat ada getaran di membran basilarnya.
2.2 Fisiologi penghidu
Penghidu berarti berhubungan dengan sistem indera yaitu hidung sebagai
indra pembau. Terkait masalah fisiologi penghidu, maka yang paling penting
adalah bagian dari hidung yaitu bulbus olfactorius.
a. Anatomi Hidung

Konka adalah bagian yang menonjol, sedangkan meatus itu adalah


bagian yang seperti bagian ke dalam atau seperti selokan. Bagian yang
paling atas yaitu konka superior lalu meatus superior diikuti dengan konka
medial lalu meatus medial setelah itu konka inferior dan meatus inferior.
Pada bagian tengah yang membagi lubang menjadi dua yaitu septum
nasal. Posisi dari bulbu olfaktorius berada pada bagian superior nasal.
Bagian superior nasal ini pada bagian medial dia akan membentuk suatu
lipatan atau dia menjalar sampai sana kebagian. superior dari septum
nasal, sedangkan ke bagian lateral dia akan bentuk juga lipatan ke arah
sampai ke konka superior. Bahkan ada yang mengatakan sampai kekonk
medial. Penyebarannya itu dari septum nasal superior sampai ke konka
medial pada bagian superior nasal.
b. Bulbus Olfaktorius

Bulbus olfaktorius terdapat sel sel olfaktorius, sel-sel olfaktorius


adalah cabang langsung atau tidak langsung dari sel-sel bipolar sistem
saraf pusat. dia merupakan suatu bagian dari sel saraf yang berasal
langsung dari sistem saraf pusat, yang berada disekitar sel sustentakular
atau yang kita sebut dengan sel penyangga. Dimana pada bagian membran
olfaktorius ini tidak hanya terdapat sel olfaktorius, sel sustentakular atau
sel penyangga, tetapi juga terdapat kelenjar bowman yang nanti akan
berperan pada produksi dari lupus untuk tempat divonisnya zat kimia yang
masuk nantinya sebagai bentuk rangsangan dari luar untuk indera pembau.
Sel-sel olfaktorius nantinya akan menjalar ke luar membentuk silia
olfaktorius di mana siliaolfaktorius akan membentuk penampang pada
lapisan mukus, lapisan mukus itu berasal dari kelenjar bowman yang ada
pada membran olfaktorius.
c. Fisiologi Penghidu
Pada saat senyawa kimia masuk zat kimia masuk menjadi rangsang
bagi sistem penghidu, dia bisa masuk dalam bentuk yang terbawa oleh
udara atau bisa juga dia larut dalam air atau bisa juga hanya kimianya ini
zat kimia yang jenis larut dalam lemak. Pada awalnya dia akan menyebar
secara difus pada lapisan mukus yang ada pada bagian superior nasal,
yaitu tempat penampung dari silia olfaktorius.
Pada akhirnya nanti ketika dia sudah difus protein reseptor yang
terdapat di olfaktorius akan menangkap zat kimia yang sudah terlarut di
dalam lapisan mukus. Pada akhirnya nanti pada saat protein reseptor
sudah teraktivasi atau sudah berikatan dengan zat kimia, maka akan
teraktivasi proteinG yang akan meningkatkan jumlah molekul yang
terdapat pada membran olfaktorius. Sehingga ini akan berhubungan, jadi
dia saling berhubungan pada saat sudah masuk zat kimia ke lapisan mukus
dan tersebar secara difus, lalu setelah itu ditangkap oleh protein reseptor
yang ada di silia olfaktorius, lalu setelah itu protein reseptor yang
berikatan dengan zat kimia tadi dia akan meningkatkan atau mengaktivasi
protein G sehingga terjadi terjadi aktivasi atau peningkatan jumlah dari
adanel siklase yang terdapat di membran olfaktorius.
Akhirnya nanti akan terjadi peningkatan atau pengaktifan dari CAMP
atau adeno monofosfat siklik. CAMP akan berperan untuk membuka kanal
ion natrium sehingga pada akhirnya natrium dia akan masuk ke dalam
membran sel olfaktoris. sehingga ion natrium dia akan masuk ke dalam sel
olfaktorius, sehingga di dalam sel olfaktorius terjadi dipolaritasi, yaitu
perubahan dari zat kimia tadi menjadi listrik. Jadi pada saat sudah terjadi
depolarisasi pada sel olfaktorius maka listrik itu akan di alirkan atau
dijalarkan menuju sistem persyarafan ke pusatnya di lobus temporal dan
juga dia akan dipersepsikan di sistem limbik sehingga selain kita
mengetahui bau yang kita cium, kita juga akan mengetahui bahwa bau ini
pernah sebelumnya kita hirupp karena ada resepti di sistem limbik.
2.3 Fisiologi penglihatan
a. Anatomi mata
Jadi ada 3 lapisan pada mata saat mata di potong secara sagital, yaitu
ada tunika fibrosa, ada tunika vaskulosa dan ada tunika internal atau bisa
juga kita sebut dengan pertina. Pada bagian tunika fibrosa ini terdiri atas
kornea dan sklera.Sedangkan tenika vaskulosa itu yang kita sebut dengan
koroid atau vaskularisasi pada mata yang kaya akan pembuluh darah. Lalu
ada tunika internal yaitu bagian retina.
Pada bagian tunika internal dimana disana terdapat makula lutea
dan.Fovea sentralis tempat jatuhnya cahaya itu nantinya agar seseorang
dapat melihat. Seperti halnya misalkan seseorang dia melihat kapal, maka
pada saat cahaya itu jatuh di fovea sentralis di makula lutea dia akan
mendapatkan bayangan dalam bentuk nyata, terbalik dan diperkecil.
Ada nama diproses di mata itu yang kita kenal dengan refraksi atau
mekanisme pembiasan. Dimana disini ada 4 bagian yang berfungsi
sebagai sistem refraksi ada mata. Pertama adalah bagian kornea, lalu ada
bagian kamera okuli anterior atau bilik mata depan di mana di sana
terdapat aliran akuos humor. Lalu yang ketiga itu ada lensa. Dan keempat
itu adalah korpus vitreus. Keempat 4 media ini, dia akan bekerja sama
untuk mengumpulkan cahaya yang banyak tadi sehingga nanti menjadi
satu garis cahaya dan dia jatuh tepat di satu titik yaitu di fovea sentralis.
Lalu bagian lapisan yang ada pada bagian retina. Dimana retina ini
secara konvensional terdiri atas 3 lapisan, ada lapisan untuk sel batang dan
sel kerucut. Lalu ada sel bipolar dan ganglion sel. dan ganglion sel dn sel
bipolar merupakan struktur dari sel saraf sehingga pada saat cahaya masuk
diubah di fotoreseptor atau di sel batang dan sel kerucut menjadi energi
listrikdan akan di teruskan menuju sel sel persyarafan dan akhirnya
menuju ke nervus optikus. Perbedaan antara foto sel batang dan sel
kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya masuk tadi
menjadi energi listrik, dimana bagian fotoreseptor yang sel batang dan sel
kerucut ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dimana sel batang
ini dia yang berperan pada saat kita melihat dalam keadaan gelap,
sedangkan sel kerucut ini yang berfungsi dalam ketika kita melihat dalam
keadaan yang terang. Sel batang ini dia jumlahnya jauh lebih banyak
dibandingkan sel kerucut. sel sebatang ini dia ada 120 juta, sekitar satu
juta berada dibagian perifer, sedangkan sel kerucut dia ada sekitar 6 juta
dan berada tepat di fovea jadi tepat di bagian pusat.
Sensitivitas dari sel batang itu lebih tinggi dibandingkan sel kerucut.
Karena dengan cahaya sangat sedikit saja sel batang dia akan bisa melihat
dalam keadaan gelap walaupun hanya dengan cahaya yang sedikit, karena
memang sensitivitas dari sel batang ini sangat tinggi tapi ketajamannya
rendah. Sedangkan pada saat kerucut dengan banyak cahaya dulu baru
bisa kita melihat benda karena sensitivitasnya rendah, tetapi tingkat
ketajamannya sangat tinggi. Sel batang dan sel kerucut ini sama saja
fungsinya sama sama mengubah cahaya masuk tadi menjadi energi listrik.
Dan pada akhirnya dia akan dijalankan menuju sel bipolar ganglion sel
dan pada akhirnya menuju ke nervus optikus.
Salah satu media refraksi tadi adalah kamera okuli anterior.
Sebenarnya kamera okuli pada mata itu tidak hanya pada bagian anterior,
tapi juga ada pada bagian posterior. Kamera okuli anterior itu terdapat
diantara kurnia dengan lensa, sedangkan kamera posterior itu terdapat
antara iris dengan.lensa. Kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior
ini, di dalamnya terdapat cairan humor akuos, memiliki fungsi yang paling
utama. Fungsinya adalah untuk memberikan nutrisi pada pada lensa dan
kornea. Karena kita tahu bahwa bagian mensa dan kornea ini dia tidak
mendapat vaskularisasi dari percabangan arteri mika jadi benar benar tidak
ada fasilitasi untuk memberikan nutrisi pada lensa dan kornea, sehingga
disanalah fungsi dari aliran humor akuos ini, di mana aliran humor akuos
ini produksi cairan nya itu atau produksi aliran itu berasal dari corpu
siliaris, tepatnya pada proses sosialis dimana pada corpus siliaris ini
terdapat terdapat pembuluh darah. Sama halnya seperti ketika aliran arteri
kapiler untuk memberikan cairan atau memberikan nutrisi pada bagian
perifer tubuh sama halnya dengan ini, jadi dia akan keluar cairan itu
melalui epitel corpus siliaris terlebih dahulu. Lalu dia menuju ke bagian
kamera okuli posterior. Pada akhirnya nanti ada celah Antara iris dengan
lensa, maka cairan itu melewati arah sana jadi kamera okuli posterior.
Lalu ke celah tersebut selalu ke kamera okuli anterior.
Pada akhirnya nanti ada yang di kita namakan dengan trabe kulor
meswork. Nanti dia lewat di sana dan pada akhirnya ke kanal slem. Nanti
dia akan dialirkan ke sistem limfa dan aliran vena. Tetapi pada dasarnya
ada sekitar 10% dari produksi cairan ini akan ditinggalkan di kamera okuli
posterior dan kamera okuli anterior dan sisanya akan dibuang atau
dialirkan kembali ke aliran vena melalui kanal selam. Jadi dia tidak pernah
ada kekosongan cairan di kamera kali posterior atau pun kamera okuli
anterior sehingga kornea atau komensa saya itu tidak akan mengalami
kekurangan nutrisi. Jadi kalau misalkan ada uh sumbatan dan sebagainya
bisa pada celah tadi atau pada kanal selam atau bahkan
produksinya.kurang maka akan terjadi gangguan di sini.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah melakukan pratikum Anatomi Fisiologi terkait “Sistem Indra” kita
dapat mengetahui bahwa sistem Sistem Indra atau ilmu perasa, berlangsung pada
bulan Agustus 2014 dan mengumpulkan sekelompok ilmuwan dan praktisi
internasional dari berbagai disiplin ilmu (biofisika, fisiologi, ilmu sensorik, ilmu
saraf, nutrisi, psikologi, epidemiologi, ilmu makanan, gastronomi, gastroscience,
dan antropologi) untuk membahas kemajuan dalam ilmu rasa. Sebagai ciri
khusus, simposium ini menyelenggarakan dua acara mencicipi yang
diselenggarakan oleh koki terkemuka, yang menunjukkan interaksi antara koki
kreatif dan ilmuwan. Simposium tersebut menghasilkan kumpulan makalah
khusus berikut yang menjelaskan pengetahuan kita saat ini tentang ilmu rasa.
DAFTAR PUSTAKA

Mouritsen, O. G. (2015). The science of taste. Flavour, 4(1), 1-2.

Fisiologi Sistem Indra - Part 2 (Fisiologi Penghidu) | Physiology Video eps. 01

Fisiologi Sistem Indra - Part 1 (Fisiologi Pendengaran) | Physiology Video eps. 01

Fisiologi Sistem Indra - Part 3 (Fisiologi Penglihatan) | Physiology Video eps. 01

Anda mungkin juga menyukai