BLOK SSS
Disusun oleh :
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manusia mempunyai lima alat indera yaitu mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.
Indera merupakan organ yang dapat menangkap rangsang yang berasal dari luar. Salah satu
indera yang kita kenal adalah indera pendengaran atau telinga. Prinsip dari indera pendengaran
adalah untuk menerima rangsang berupa getaran (suara) yang kemudian diubah menjadi bentuk
impuls dan dikirimkan selanjutnya di otak. Sistem pendengaran memiliki struktur yang sangat
kompleks dan semua bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jika tidak terdapat
gangguan dari telinga luar, tengah dan dalam, maka telinga akan bekerja dengan baik.
Telinga dalam fungsi pendengeran dapat melakukan transduksi getaran suara dengan
amplitudo yang sangat kecil menjadi signal listrik dengan kecepatan 1000 kali lebih cepat dari
fotoreseptor merespons cahaya. Organ pendengaran dapat membedakan berbagai nada,
intensitas suara dengan kisaran yang lebar, serta mengenali warna suara.
Selain berfungsi untuk mendengar, telinga juga berfungsi sebagai salah satu pusat
keseimbangan pada tubuh. Keseimbangan adalah Ada 2 macam keseimbangan, yaitu:
1. keseimbangan statis dengan reseptor macula dan sacula. Cara menstimulasinya ada
dengan cara memiringkan kepala, akselerasi dan deselerasi linier.
2. keseimbangan dinamis yg akan dihantarkan dari vestibuler ke batang otak, pons,
sampai ke cerebellum yg berawal dari reseptor pada kanalis semisirkularis.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian terhadap fungsi pendengaran, pengujian
mengenai ketulian, dan pengujian terhadap sikap serta keseimbangan badan.
Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pendengaran
Organ pendengaran dapat membedakan berbagai nada, intensitas suara dengan kisaran
yang lebar, serta mengenali warna suara. Pendengaran adalah suatu organ yang menakjubkan,
sebab reseptornya dapat melakukan transduksi getaran suara dengan amplitudo yang sangat
kecil (sekecil diameter atom emas (0,3mm) menjadi signal listrik dengan kecepatan 1000 kali
lebih cepat dari fotoreseptor merespon cahaya. Gelombang suara adalah getaran udara yang
merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)
molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan molekul tersebut.
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang
tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip gelombang
pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana
tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila
deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut
akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak.
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan.
Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah
neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001).
Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran
timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran
normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran
timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga hantaran tulang, adalah
penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar
Page | 4
langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras
(Ganong, 2002).
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Hal diatas dapat kita buktikan
pada bunyi piano yang menghasilkan frekuensi dari lebih kurang 27 sampai 4.200 Hz. Tidak
semua spesies dapat mendengar dengan rentang frekuensi yang sama, sebagai contoh peluit
untuk memanggil anjing yang menggunaka nada terlalu tingi frekuensinya bagi telinga kita.
Noise adalah bunyi yang tersusun dari banyaknya frekuensi yang tidak mempunyai
hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain. Para ahli akustik kadang- kadang
bericara tentang bunyi murni (white noise) bilamana menggambarkan suatu bunyi yang
tersusun dari semua frekuensi dalam spektrum suatu tingkat energi atau loundness yang kurang
lebih sama.
Ketika garputala bergetar, terdapat urutan gelombang komprensi dan ekspansi. Jika
gapura tala membuat 100 kali getaran perdetik, maka akan terdapat gelombang suara dengan
100 komprensi perdetik (yaitu, 100 Hz). Bunyi yang tekanannya terkorelasi dengan gelombang
sinus yang disebut nada murni, bentuk gelombang bunyi apapun (tidak peduli betapa
kompleksnya) dapat dipecah menjadi serangkaian gelombang sinus yang berbeda dengan
amplitudo yang sesuai. Bila gelombang sinus tersebut ditambahkan lagi, hasilnya akan sama
dengan bentuk gelombang aslinya. Melihat Sinyal Suara dengan
menggunakan Oscilloscope kita dapat melihat gelombang suara. Hasilnya grafik yang
menunjukkan bagaimana tekanan berubah sesuai dengan waktu.
Page | 6
Seperti di koklea, semua komponen apartus vestibularis dikelilingi oleh perilimfe dan
di dalamnya mengandung endolimfe. Komponen vestibularis juga mengandung sel-sel rambut
yang berespon terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe.
Masing-masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang 3
dimensi yang tegak lurus satu sama lain yang terdiri dari kanalis horizontal, kanalis superior
dan posterior yang ketiganya tersusun secara tiga dimensi. Kanalis horizontal berperan pada
saat kepala ditekukan ke bawah 30o. Struktur reseptornya yaitu krista ampularis, terletak di
ujung tiap-tiap kanalis membranosa yang melebar (ampula). Setiap krista dilapisi oleh sel
rambut dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah gelatinosa (kupula) yang menutupi
ampula.
Page | 7
belakang atau ke samping). Sedangkan rambut sakulus berespon secara selektif terhadap
gerakan miring kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bagun dari tempat tidur) dan
terhadap akselerasi dan deselerasi linear vertikal (meloncat naik-turun/naik tangga berjalan).
Sinyal dari segala komponen aparatus vestibularis dibawa melalui nervus vestibulokoklearis
ke nukleus vestibularis untuk kemudian dilanjutkan ke serebelum. Serebelum dan nuleus
vestibularis tidak hanya menerima input dari vestibular, namun juga dari bagian visual dan
somatik (kulit, otot dan sendi). Setelah dari nukleus vestibularis, impuls dikirimkan pada salah
satu dari dua daerah output yaitu pengatur gerakan mata atau pengontrol otot skeletal di leher.
Page | 8
sikap dan gerak anggota tubuh. Sistem tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi
untuk selanjutnya diolah di susunan saraf pusat.
3. Tes Jatuh
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-sel
dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan
lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang yang
sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis :
horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan dan posterior kiri-posterior
kanan. Pada waktu rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara
yang satunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat
percepatan dalam bidang horisontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka serabut-
serabut aferen dari kanalis horisontal kanan akan tereksitasi, sementara serabut-serabut
yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan, maka
kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis posterior
akan terinhibisi.
Konduksi tulang adalah konduksi energi akustik oleh tulang-tulang tengkorak ke dalam
telinga tengah, sehingga getaran yang terjadi di tulang tengkorak dapat dikenali oleh telinga
manusia sebagai suatu gelombang suara. Secara umum tekanan suara di udara harus mencapai
lebih dari 60 dB untuk menimbulkan efek konduksi tulang ini.
Jangkauan tekanan dan frekuensi suara yang dapat diterima oleh telinga manusia sebagai
suatu informasi yang berguna, sangat luas. Suara yang nyaman diterima oleh telinga kita
bervariasi tekanannya sesuai dengan frekuensi suara yang digunakan, namun suara yang tidak
menyenangkan atau yang bahkan menimbulkan nyeri adalah suara-suara dengan tekanan
tinggi, biasanya di atas 120 dB. Ambang pendengaran untuk suara tertentu adalah tekanan suara
minimum yang masih dapat membangkitkan sensasi auditorik. Nilai ambang tersebut
tergantung pada karakteristik suara (dalam hal ini frekuensi). Ambang pendengaran minimum
(APM) merupakan nilai ambang tekanan suara yang masih dapat didengar oleh seorang yang
masih muda dan memiliki pendengaran normal, diukur di udara terbuka setinggi kepala
pendengar tanpa adanya pendengar. Nilai ini penting dalam pengukuran di lapangan, karena
Page | 9
bising akan mempengaruhi banyak orang dengan banyak variasi. Pendengaran dengan kedua
telinga lebih rendah 2 sampai 3 dB.
II.8 Masking
Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural (perseptif), dan
tuli campuran.
1. Tuli konduktif
Tuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga
bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat
terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di
liang telinga.
2. Tuli sensorineural (saraf)
Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat
kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
Ada 2 macam yaitu tuli sensorineural koklea dan retrokoklea
Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia(kongenital), labirntitis (oleh bakteri/virus),
alkohol, garamisin, kanamisin selain itu tuli mendadak, trauma kapitis dan pajanan bisingan
yang terus-menerus.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh mieloma
multiple, cedera otak, perdarahan otak dan kelainan otak
lainnya.
3. Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu
gangguan yang merupakan campuran kedua
jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami
kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga
mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
Page | 10
2. Dasar Teori : Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat
didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Normal getaran melalui udara
dapat didengar selama 70 detik, maka getaran melalui tulang dapat didengar selama 40
detik.
3. Tes Weber
1. Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
2. Tes Schwabach
1. Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
2. Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh
getaran yang datang melalui udara dan getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporal.
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis
Positif Tidak ada
Sama dengan Normal
lateralisasi
pemeriksa
Negatif Lateralisasi ke
Memanjang Tuli konduktif
telinga yang sakit
Positif Lateralisasi ke
Memendek Tuli sensorineural
telinga yang sehat
Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif
Page | 11
Hz) dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis
ketulian ini.
Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan
hantaran udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000,
4000 dan 6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara
dan masing-masing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000
dan 8000 Hz).
Page | 12
BAB III
METODE PERCOBAAN
Page | 13
4. Pada saat itu, pemeriksa mengangkat penala dari procesus mastoideus op dan
kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang
telinga yang sedang diperiksa tersebut
5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut:
Positif: bila op masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal
Negatif: bila op tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal
6. Cara Weber
1. Getarkan penala (frekuensi 256 Hz) dengan cara memukul salah satu ujung
jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulnya dengan benda keras.
2. Tekan ujung tangkai penala pada dahi op di garis median
3. Tanyakan kepada op apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di
kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi
4. Bila pada op tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi
secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah
pemeriksaan.
P1: Jelaskanlah mekanisme lateralisasi!
J: Lateralisasi adalah suara yang terdengar pada satu sisi telinga pada
pemeriksaan Weber. Pada praktikum ini, lateralisasi terjadi ke arah telinga
yang tertutup oleh kapas karena penutupan liang telinga menyebabkan
hilangnya sumber suara pengganggu dari luar pada telinga yang bersangkutan,
sehingga suara dari garputala akan lebih terfokus dan terdengar lebih keras
pada telinga yang ditutup. Sedangkan bila terdapat lateralisasi pada telinga
yang sehat berarti terdapat tuli sensorineural karena pada telinga yang sakit
terdapat gangguan saraf sehingga tidak dapat mendengar dengan baik.
5. Cara Swabach
1. Getarkan penala (frekuensi 256 Hz) dengan cara memukul salah satu ujung
jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulnya dengan benda keras.
2. Tekan ujung tangkai penala pada procesus mastoideus salah satu telinga op
3. Minta op untuk mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi
menghilang
Page | 14
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari procesus
mastoideus op ke procesus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga
pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti
oleh op masih didengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan ialah Swabach
memendek.
Page | 15
6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat
nistagmus tersebut.
P3: Apa yang dimaksud dengan rotatory nystagmus dan postrotatory
nystagmus?
J: Nistagmus pemutaran adalah gerakan involunter bola mata sesuai gerak
rotasi dari aksis. Nistagmus pasca pemutaran yaitu ketika seseorang sedang
berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, maka komponen cepat dari nistagmus
berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya. Maka selama rotasi, bila
mata berputar ke kanan maka komponen cepat akan ke kanan. Namun,
nistagmus pasca pemutaran terjadi akibat pergerakan kupula saat perputaran
dihentikan memiliki arah yang berlawanan, sehingga ketika perputaran ke
kanan dihentikan tiba-tiba akan timbul nistagmus dengan komponen cepat ke
arah kiri.
Page | 16
J: Saat mata op dalam keadaan terbuka, op dapat menyentuh jari tangan
dengan tepat. Namun ketika setelah dilakukan pemutaran dengan mata op
tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari op karena sensasi perputaran
yang dialaminya.
8. Tes jatuh
1. Minta op untuk duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi. Tutup kedua mata op dengan saputangan serta bungkukkan kepala
dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120° dari posisi normal
P5: Apa maksud penundukan kepala op 120° dari posisi normal?
J: Pada saat kepala tunduk ke depan 120˚ dan diputar ke kanan, posisi kanalis
semisirkularis posterior pada bidang horizontal sehingga saat diputar ke
kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior ikut bergerak pada
pemutaran maksimal. Ketika kanalis semisirkularis posterior mulai diputar ke
kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis posterior tertinggal sehingga
krista ampularis bergerak ke arah berlawanan dengan arah putar. Kemudian
setelah putaran diteruskan, endolimfe bergerak mengikuti arah putaran dan
krista ampularis kembali dalam posisi istirahat. Pada saat putaran dihentikan,
cairan endolimfe tetap terus berputar sedangkan kanalis sermisirkularisnya
berhenti. Pada saat ini, krista ampularis berbelok ke arah yang berlawanan
tubuh.
2. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruh op
menegakkan kembali kepala dan badannya
4. Perhatikan kemana op akan jatuh dan tanyakan kemana rasanya ia akan jatuh
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada op lain dengan:
1. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90° terhadap
posisi normal
2. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60°
P6: Apa maksud tindakan butir e tersebut terhadap posisi kanalis
semisirkularis tertentu?
J: Pada saat kepala dimiringkan 90˚ ke bahu kanan, kanalis semisirkularis
superior berada dalam posisi horizontal sehingga saat diputar ke kanan,
Page | 17
endolimfe dalam kanalis semisirkularis lateral ikut bergerak pada
pemutaran maksimal. Karena kepala dimiringkan ke kanan, arah putaran
endolimfe saat rotasi, putaran ke arah kiri berarti depan dan kanan berarti
belakang. Pada mulanya kanalis semisirkularis posterior mulai diputar ke
kanan, endolimfe dalam kanalis semisirkularis lateral tertinggal sehingga
krista ampularis bergerak kearah berlawanan dengan arah putar.
Kemudian setelah beberapa saat berputar stabil, endolimfe bergerak
mengikuti arah putaran. Saat dihentikan, endolimfe masih ikut bergerak
sesuai arah gerak, sedangkan kanalis sudah berhenti berputar sehingga
krista ampularis bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah gerak
sebelumnya, ke arah depan. Akibatnya OP masih merasa bergerak ke
depan. Otomatis tubuh bergerak mengkompensasi hal tersebut dengan
menjatuhkan tubuh ke arah belakang.
3. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada
kanalis semisirkularis yang terangsang
4. Kesan (sensasi)
1. Gunakan op yang lain
Suruh op duduk di kursi Barany dan tutup kedua matanya dengan saputangan
2. Putarkan kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur-
angsur pula sampai berhenti
3. Tanyakan kepada op arah perasaan berputar
1. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
2. Sewaktu kecepatan putar menetap
3. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
4. Segera setelah kursi dihentikan
5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh op
Page | 18
1. Minta op dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30°, berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali
dalam 30 detik
2. Suruh op berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka
3. Perhatikan apa yang terjadi
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah
jarum jam
P7: Apa yang saudara harapkan terjadi pada op ketika berjalan lurus ke muka
setelah berputar 10 kali searah jarum jam? Bagaimana penjelasannya?
J: Op berjalan tidak lurus, tetapi miring ke arah kanan. Saat kepala tiba-tiba
berputar ke suatu arah, cairan endolimfe di dalam kanalis semisirkularis
cenderung menetap sedangkan kanalis semisirkularis akan berputar sehingga
cairan endolimfe mengalir dalam kanalis semisirkularis dengan arah yang
berlawanan dengan rotasi kepala. Namun, ketika kepala tiba-tiba berhenti, cairan
endolimfe masih melanjutkan gerakan ke arah rotasi sehingga kupula dan rambut-
rambut secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya yang berlawanan
dengan arah lengkung pada saat kepala baru berotasi.
Page | 19
BAB IV
HASIL PERCOBAAN dan PEMBAHASAN
1.Audiometri
OP : Miftah Mudrikah
Hasil:
Frekuensi
Amplitude 60dB 65dB 75dB 55dB 50dB 40dB 30dB 20dB 25dB
kanan
Amplitude 60dB 70dB 70dB 50dB 55dB 40dB 30dB 20dB 25dB
kiri
Pembahasan:
Rata-rata telinga kanan = 46,67 dB (kehilangan pendengaran sedang)
Rata-rata telinga kiri = 46,67 dB (kehilangan pendengaran sedang)
Namun hasil ini dipengaruhi oleh kebisingan di ruang praktikum sehingga hasilnya kurang
akurat.
Kehilangan dalam Klasifikasi
desibel
Kesimpulan : Pada hasil tidak didapatkan air bone gap sehingga tidak terdapat tuli konduksi.
Page | 20
Fungsi tes audiometri ini untuk mengidentifikasi perilaku dari kehilangan kemampuan
mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari op
setelah memberikan op tersebut rangsangan auditori dengan berbagai intensitas level.
2.Tes Garputala
Terdapat berbagai macam tes penala, seperti :
Tes Rinne
Nama OP : Balqis Okta Putry
Keterangan :
Pembahasan
Hasil menunjukkan bahwa kedua telinga op dapat mendengar kembali getaran garpu tala)
artinya Rinne (+). Maka, sesuai teori dari Smeltzer, op termasuk dalam kondisi normal karena konduksi
udara lebih lama dari konduksi tulang, tidak mengalami kelainan konduktif maupun sensorineural.
Karena hantaran udara lebih baik dari tulang. Teori menyebutkan bahwa pendengaran subjek
dikatakan normal apabila subjek mendengar getaran di udara setelah hantaran tulang selesai.
Kesimpulan
Hasil tes Rinne pada telinga kanan dan kiri OP positif, artinya OP memiliki pendengaran yang
normal pada telinga kanan dan kiri.
Tes Weber.
Page | 21
Hasil tes pada OP menunjukan normal karena tidak didapatkan lateralisasi sehingga tidak ada
kelainan pada tes Weber berupa tuli konduktif maupun tuli sensorineural.
Apabila dilakukan manipulasi, yaitu dengan menutup salah satu telinga maka akan
terdengar dengungan yang lebih keras pada telinga yang ditutup tersebut. Maka terjadi
lateralisasi (kearah bagian telinga yang ditutup).
Tes Schwabach
Nama OP : Balqis Okta Putry
Telinga kanan Telinga kiri
Keterangan :
Positif : mendengar
Negative : tidak mendengar
Catatan: telinga pemeriksa harus normal
Pembahasan
Hasil menunjukan pada telinga kanan dan kiri op adalah sama dengan pemeriksa. Artinya hantaran
tulang op sama dengan hantaran tulang normal sehingga pendengaran op dikatakan normal. Jika
keterangan hasil pada salah satu telinga op memendek maka artinya suara getaran masih terdengar di
hantaran tulang pemeriksa setelah hantaran tulang op selesai.Ini menunjukkan bahwa hantaran tulang
op kurang baik dibandingkan hantaran tulang pemeriksa sebagai pembanding.
Kesimpulan
Hasil tes menunjukan telinga kanan dan kiri op sama dengan pemeriksa yang dianggap normal berarti
pendengaran op normal, berarti op tidak diindikasikan mengalami gangguan pendengaran.
Perlakuan Hasil
Page | 22
Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
kuat ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kanan
kuat ke kiri serta mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
kuat ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kiri
kuat ke kanan serta mata tertutup
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak
jatuh.
Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
OP berjalan tidak lurus, miring, hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, dan lebih merasa
pusing saat diputar ke arah jarum jam.
Page | 23
Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph
terganggu atau bergejolak.
Ketika OP disuruh berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam, OP
berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan. Hal ini terjadi karena endolimf bergerak
lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf masih
cenderung mengikuti perputaran tersebut.
KESIMPULAN
Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta pergerakan
cairan endolimph-perilimph.
Dari praktikum pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter di laboratorium
faal, angka yang muncul pada percobaan suara pelan (mengobrol biasa) adalah 80 dB, sedangkan
angka yang muncul pada percobaan suara keras (teriak) adalah 100 dB. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin keras suara yang dihasilkan di suatu tempat maka tingkat kebisingan
di tempat tersebut akan semakin tinggi. Tingkat kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas yaitu
sebesar 85 dB dapat berisiko menimbulkan ketulian.
Perlakuan Hasil
Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
kuat ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kanan
kuat ke kiri serta mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
kuat ke kanan
Page | 24
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kiri
kuat ke kanan serta mata tertutup
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak
jatuh.
Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
OP berjalan tidak lurus, miring, hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, dan lebih merasa
pusing saat diputar ke arah jarum jam.
Ketika OP disuruh berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam, OP
berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan. Hal ini terjadi karena endolimf bergerak
lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf masih
cenderung mengikuti perputaran tersebut.
KESIMPULAN
Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta pergerakan
cairan endolimph-perilimph.
Page | 25
Jenis dan arah Arah Gerakan
Posisi kepala nistagmus penyimpangan kompensasi Sensasi
(komponen cepat) penunjukkan (arah jatuh)
Dari praktikum pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter di laboratorium
faal, angka yang muncul pada percobaan suara pelan (mengobrol biasa) adalah 80 dB, sedangkan
angka yang muncul pada percobaan suara keras (teriak) adalah 100 dB. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin keras suara yang dihasilkan di suatu tempat maka tingkat kebisingan
di tempat tersebut akan semakin tinggi. Tingkat kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas yaitu
sebesar 85 dB dapat berisiko menimbulkan ketulian.
HASIL
PEMBAHASAN
Percobaan nistagmus :
OP pada percobaan nistagmus di putar dengan kursi Barany sebanyak 10x dengan mata
terpejam dan kepala menunduk 30o. Setelah itu kursi diberhentikan. Setelah percobaan dilakukan,
Dapat diamati bahwa terjadi nistagmus pada bola mata OP, bola mata bergerak lambat ke arah kanan
dan bergerak cepat ke arah kiri. Hal ini terjadi karena sewaktu rotasi dimulai, mata bergerak lambat
dalam arah berlawanan dengan arah rotasi, untuk mempertahankan fiksasi penglihatan sebagai refleks
vestibulookular. Bila batas gerakan tercapai, mata dengan cepat berputar kembali ke titik fiksasi lalu
kembali bergerak lambat ke arah lain. Komponen lambat dicetuskan impuls di labirin dan komponen
cepat oleh batang otak. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular(VOR) yang
merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala
dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala,sehingga
mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.
Percobaan arah penyimpangan penunjukkan :
Page | 26
Setelah melakukan pemutaran 10 kali pada OP dengan mata tertutup dan kepala ditundukan
30o kemudian dihentikan tiba-tiba dan dilakukan tes tunjuk pada OP dan didapatkan adanya
deviasi, menurut teori, cairan endolimfe masih dalam keadaan berputar kearah kanan hingga kupula
membelok kearah kanan pula, ketika berhenti, kupula akan mengarah ke sebaliknya (kiri) dan tubuh
seakan-akan jatuh kesebelah kiri sehingga OP mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh
tidak jatuh ke kiri. Hal ini terlihat saat OP menjulurkan tangan kanannya kearah pemeriksa, tangan OP
jatuh lebih kearah kanannya sehingga OP tidak menyentuh tangan pemeriksa.
Percobaan arah jatuh (tes jatuh) :
1. Pada percobaan ini OP diputar ke kanan dengan posisi kepala 60o ke belakang. Kanalis
semisirkularis yang berpengaruh adalah kanalis semisirkularis posterior. Begitu
berhenti lalu OP ditegakkan, endolimfe di kanalis tersebut akan berputar dari arah
kanan ke kiri dengan posisi yang sudah berada pada posisi semula. Saat itu, OP akan
merasa (sensasi) jatuh ke kanan, maka ia akan menahan dirinya ke kiri.
2. Pada percobaan ini OP diputar ke kanan dengan posisi kepala 120o ke depan. Kanalis
semisirkularis yang berpengaruh adalah kanalis semisirkularis posterior. Begitu
berhenti lalu OP ditegakkan, endolimfe di kanalis tersebut akan berputar dari arah kiri
ke kanan dengan posisi yang sudah berada pada posisi semula. Saat itu, OP akan
merasa (sensasi) jatuh ke kiri, maka ia akan menahan dirinya ke kanan.
3. Pada percobaan ini OP diputar ke kanan dengan posisi kepala miring 90o ke bahu
kanan. Kanalis semisirkularis yang berpengaruh adalah kanalis semisirkularis anterior.
Begitu berhenti lalu OP ditegakkan, endolimfe di kanalis tersebut akan berputar dari
arah depan ke belakang dengan posisi yang sudah berada pada posisi semula. Saat itu,
OP akan merasa (sensasi) jatuh ke depan, maka ia akan menahan dirinya ke belakang.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular.
Akselerasi atau deselerasi sewaktu kepala berotasimenyebabkan gerakan endolimfe paling tidak
pada salah satu kanalissemisirkularis. Ketika seseorang mulai menggerakkan kepala, tulang kanalis
semisirkularis dan sel-sel rambut yang terbenam di dalam kupula bergerak bersama gerakan kepala.
Namun, pada awalnya cairan dalam kanalis semisirkularis tidak bergerak searah rotasi kepala
tertinggal atau cenderung menetap akibat inersia, sehingga cairan dalam bidang yang sama dengan
arah gerakan bergeser dala arah yang berlawanan dengan gerakan kepala.Gerakan ini menyebabkan
kupula miring dalam arah yang berlawanan dengan arah kepala. Ketika gerakan kepala berlanjut
dengan kecepatan dan arah yang sama,maka endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama gerakan
kepala sehingga rambut - rambut kembali keposisi tidak melengkung. Saat kepala melambat dan
berhenti, endolimfe masih melanjutkan gerakan ke arah rotasi akibatnya kupula dan rambut - rambut
secara transien melengkung ke arah putaran sebelumnya yang berlawanan dengan arah lengkung saat
akselerasi.
Page | 27
Kesan (sensasi) :
1. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah : perasaan berputar ke kanan.
2. Sewaktu kecepatan putar menetap : perasaan berputar ke kanan.
3. Sewaktu kecepatan putar dikurangi : perasaan berputar ke kanan.
4. Segera setelah kursi dihentikan : OP masih rasa berputar, tetapi dengan perasaan
berputar ke kiri.
Perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada telinga.
Saat kursi mulai di putar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri.
Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian kupula akan
bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat
kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat
kursi dihentikan, kupula akan bergerak kearah sebaliknya, yaitu ke kiri, sehingga OP akan merasa
berputar ke kiri.
Page | 28
BAB V
HASIL DAN KESIMPULAN
1.Audiometri
1. 250 Hz : 60 dB dan 60 dB
2. 500 Hz : 70 dB dan 65 dB
3. 1000 Hz : 70 dB dan 0 dB
4. 1500 Hz : 50 dB dan 55 dB
5. 2000 Hz : 55 dB dan 50 dB
6. 3000 Hz : 40 dB dan 40 dB
7. 4000 Hz : 30 dB dan 30 dB
8. 6000 Hz : 20 dB dan 20 dB
9. 8000 Hz : 25 dB dan 25 dB
Pembahasan:
Rata-rata telinga kanan = 46,67 dB (kehilangan pendengaran sedang)
Rata-rata telinga kiri = 46,67 dB (kehilangan pendengaran sedang)
Kesimpulan : Pada hasil tidak didapatkan air bone gap sehingga tidak terdapat tuli konduksi.
Fungsi tes audiometri ini untuk mengidentifikasi perilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan
untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari op setelah memberikan op
tersebut rangsangan auditori dengan berbagai intensitas level.
Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran
tulang. Pada percobaan didapatkan hasil op masih mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal (hantaran tulang).
Page | 29
Pada op didapatkan tidak ada lateralisasi berarti pada tes weber tidak ada kelainan
dimana op tidak terdapat kelainan tuli konduktif maupun tuli saraf. Tetapi pada
percobaan dilakukan manipulasi agar didapatkan hasil laterasasi dekstra, op
menutup telinga dekstra kemudian di lakukan tes weber sekali lagi didapatkan op
mendengar dengungan yang lebih keras di telinga kanan, maka hasilnya adalah
lateralisasi kanan. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit)
berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi
pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
Suara biasa : 80 dB
Suara berteriak 100 dB
5. Nistagmus
Setelah dilakukan pemutaran searah jarum jam, putaran dihentikan dan OP diharuskan
untuk membuka kedua matanya. Kemudia OP diminta untuk menyentuh jari tangan
pemeriksa, didapatkan hasil bahwa OP mengalami penyimpangan ke arah kanan dan
mengalami kesulitan untuk menyentu jari pemeriksa.
7. Tes jatuh
Page | 30
2. Kepala OP ditundukan 120o ke depan Arah jatuh ke kanan
Sensasi jatuh yang dirasakan oleh OP dan arah jatuh yang diobservasi tidak akan sama
karena tubuh melakukan kompensasi terhadap sensasi jatuh yang dirasakan oleh OP.
Apabila OP memiringkan kepala 90o kearah kanan, kanalis semisirkularis anterior akan
berada pada bidang horizontal, menjadi sumbu rotasi. Akibatnya, setelah
diberhentikan, OP akan merasakan sensasi jatuh kedepan dan tubuhnya akan
mengkompensasi hal tersebut dan mencodongkan badan ke belakang sehingga yang
terlihat adalah subjek seakan-akan akan jatuh ke belakang.
Sedangkan ketika subjek menunduk 120o, maka sensasi jatuh yang dirasakan adalah
seolah-olah ditarik kebelakang dan tubuh subjek terlihat condong kearah kanan. Hal
ini dikarenakan ketika kepala memnunduk ke depan membentuk sudut 120°, kanalis
semikularis posterior berada pada posisi horizontal sehingga efek pemutaran kursi
Barany pada kanalis semikularis posterior akan maksimal, akibatnya bila putaran
dihentikan dan kepala ditegakkan, aliran endolimfe akan menekukan kupula kearah
rotasi sehingga OP merasa seolah-olah terdapat jurang pada sisi kanannya.
Sensasi jatuh hanya akan dirasakan apabila vestibular apparatus mendeteksi adanya
perubahan akselerasi. Ketika OP memiringkan kepala, maka aka nada perubahan pada
kanalis semisirkularis dan pada endolymph. Kanalis semisirkularis ketika memiringkan
kepala dan memindahkan posisi-posisi tersebut sehingga efek yang dirasakan oleh OP
semakin besar. Endolymph yang bergerak menciptakan sensasi gerakan pula pada
tubuh pasien sehingga otot kompensasi dengan terjadinya kontraksi pada arah yang
berlawanan dengan sensasi jatuh tersebut
Page | 31
dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan
rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.
Gerakan kompensasi
Posisi Kepala Sensasi
(Arah jatuh)
OP berjalan tidak lurus, miring, hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, dan lebih merasa
pusing saat diputar ke arah jarum jam. Ketika OP disuruh berjalan lurus ke muka setelah berputar
10 kali searah dengan jarum jam, OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan. Hal
ini terjadi karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.
Page | 32
KESIMPULAN
Bunyi adalah sebuah gelombang longitudinal dalam suatu medium. Telinga manusia peka
terhadap gelombang dalam jangkauan frekuensi dari sekitar 20 sampai 20.000 Hz, yang
dinamakan jangkauan yang dapat didengar (audible range). Gelombang bunyi biasanya
berjalan menyebar ke semua arah dari sumber bunyi dengan amplitudo yang bergantung pada
arah dan jarak dari sumber itu. Jika sumber bunyi ada di sebelah kiri, maka telinga kiri akan
menerima bunyi lebih dahulu dibandingkan telinga kanan. Perbedaan waktu penerimaan bunyi
ini membantu otak menentukan dari mana asal bunyi.
Tubuh dalam status setimbang atau balans apabila gaya yang berkerja padanya saling
meniadakan dan tubuh tetap dalam keadaan istirahat. Indera keseimbangan merupakan indera
khusus yang terletak di dalam telinga. Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula(kristal) dan
organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus dan sakulus.
Page | 33