Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Tiara Dwi Saskia Tanggal Pemeriksaan :


NPM : 11522468 Nama Asisten :
Kelas : 1PA27 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indra Pendengaran


Nama Percobaan : Percobaan Rine
Nama Subjek Percobaan : Tiara Dwi Saskia
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Membuktikan bahwa transmisi melalui udara
lebih baik daripada tulang.
b. Dasar Teori : Fungsi sistem pendengaran adalah
mempersepsikan suara. Suara adalah molekul
udara yang merangsang sistem pendengaran.
Manusia hanya mendengar getaran molekul
antara sekitar 20-20.000 hertz (siklus per detik)
(Pinel dan Barnes, 2018). Sinyal getaran timbul
secara cepat dan berulang-ulang serta dapat
dideteksi sebagai suatu getaran sampai 700
getaran per detik. Sinyal getaran dengan
frekuensi yang lebih tinggi berasal dari badan
pacini pada kulit dan jaringan dalam, namun
sinyal dengan frekuensi rendah (sekitar di bawah
200 per detik) dapat berasal dari badan Meissner.
Sinyal ini hanya dikirimkan melalui jaras
kolumna dorsalis. Dengan alasan ini, pemberian
rangsangan getaran (contohnya, dengan sebuah
"garpu tala") pada bermacam-macam bagian
tubuh perifer merupakan alat bantu penting yang
digunakan oleh para neurolog untuk menguji
integritas fungsional kolumna dorsalis (Guyton
dan Hall, 2011). Joseph Guichard Duverney
(1683) mengajukan teori yang menyatakan
bahwa frekuensi disandikan menjadi nada secara
mekanis, yaitu melalui resonansi. Jika garpu tala
diketuk dengan piano, dawai piano yang senada
dengan frekuensi garpu tala mulai bergetar.
Telinga bekerja dengan cara yang serupa.
Telinga memiliki struktur seperti instrument
berdawai, dengan tiap bagiannya sesuai dengan
frekuensi tertentu, sehingga jika frekuensi
tersebut dipresentasikan ke telinga, bagian yang
bersesuaian yang akan bergetar. Gagasan ini
terbukti benar. Struktur itu adalah membrane
basilaris. Telinga memiliki dua sistem, yaitu
sistem transmisi suara dan sistem transduksi
suara. Sistem transmisi suara melibatkan telinga
bagian luar yang terdiri dari daun telinga dan
liang telinga, dan telinga tengah yang terdiri dari
gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran.
Sedangkan sistem transduksi suara melibatkan
telinga dalam yang terdiri dari koklea, dimana
reseptor pendengaran berada (Asiyah, 2014).
c. Alat yang Digunakan : Dua buah Garputala
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Asisten membunyikan dua buah garputala
di atas kepala praktikan, kemudian
pindah di samping telinga praktikan.
1.2. Asisten membunyikan dua buah garputala
di belakang kepala praktikann, kemudian
pindah di samping telinga praktikan.
e. Hasil Percobaan : Suara garputala yang dibunyikan asisten lebih
terdengar dipercobaan pertama, yaitu ketika
garputala ditempatkan di atas kepala dan di
samping telinga praktikan. Sedangkan
dipercobaan kedua kurang terdengar ketika
garputala ditempatkan di belakang kepala dan di
samping telinga praktikan.
f. Kesimpulan : Sistem pendengaran berfungsi mempersepsikan
suara. Suara adalah molekul udara yang
merangsang sistem pendengaran. Telinga
memiliki dua sistem, yaitu sistem transmisi suara
dan sistem transduksi suara. Sistem transmisi
suara melibatkan telinga bagian luar yang terdiri
dari daun telinga dan liang telinga, dan telinga
tengah yang terdiri dari gendang telinga dan
tulang-tulang pendengaran. Sedangkan sistem
transduksi suara melibatkan telinga dalam yang
terdiri dari koklea, dimana reseptor pendengaran
berada.
g. Daftar Pustaka : Asiyah, S. N. (2014). Kuliah Psikologi Faal.
Zifatama Publisher.
http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1379/1/Siti
%20Nur%20Asiyah_Kuliah%20psikologi%20fa
al.pdf
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Textbook of
Medical Physiology. Saunders Elsevier.
Terjemahan_Guyton_and_Hall_Textbook.pdf
Pinel, J. P. J., & Barnes, S. J. (2018). Biopsychology.
Pearson.
file:///C:/Users/user/Downloads/Biopsychology,
%20Global%20Edition%20(John%20P.%20J.%
20Pinel,%20Steven%20Barnes)%20(Z-
Library).pdf
2. Percobaan : Indra Pendengaran
Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi
Nama Subjek Percobaan : Tiara Dwi Saskia
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi.
b. Dasar Teori : Telinga diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
dan telinga bagian dalam. Suara adalah hasil dari
pergerakan atau vibrasi (getaran) suatu benda
(Asiyah, 2014). Dalam sistem auditori terdapat
beberapa bentuk persepsi, salah satunya adalah
perception of spatial location yaitu manusia
dapat menentukan lokasi sumber suara (apakah
di depan atau di belakang). Dalam sistem
auditori hanya terdapat sebuah jaringan jalur
auditori yang kompleks. Jalur sistem auditori
lebih kompleks dibandingkan dengan sistem
visual yang lurus jalurnya. Karena terlalu
kompleks, membuat analisis pada sistem auditori
sulit, tetapi ada salah satu sistem subkortikal
yang mudah untuk dipahami sehingga
memudahkan analisis, yaitu adanya lokalisasi
bunyi dalam ruang. Lokalisasi bunyi di ruangan
dimediasi oleh superior olives lateral dan
medial, tetapi dengan cara yang berbeda. Bila
bunyi itu berasal dari telinga kanan seseorang,
maka pertama-tama getaran akan masuk melalui
gelombang udara ke telinga kanan sehingga
terdengar keras pada telinga kanan. Lalu
sebagian neuron dalam medial superior olives
akan merespon perbedaan tipis pada waktu
sinyal-sinyal datang dari dua telinga, sedangkan
neuron dalam lateral superior olives akan
merespon perbedaan tipis dalam amplitudo bunyi
dari kedua telinga (Hapsari, dkk., 2012). Teori
Retherfood atau disebut teori telfon atau teori
frekuensi mengemukakan bahwa analisa nada
suara adalah fungsi dari cortex cerebri di lobus
temporalis. Teori ini dinamakan analisa central.
Kerja dari teori ini adalah : membran pada alat
telinga bekerja seperti alat telepon, yaitu
mengubah getaran suara menjadi impuls listrik
yang diantarkan oleh kawat menuju ke alat
penerima dan alat penerima ini akan mengubah
impuls listrik menjadi getaran suara seperti
semula. Menurut teori ini yang bekerja sebagai
membran telepon adalah membran basilares
(Iswari dan Nurhastuti, 2018).
c. Alat yang Digunakan : Pipa karet
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Asisten memposisikan pipa karet di sisi
telinga kanan melewati belakang kepala
menuju sisi telinga kiri.
1.2. Asisten menekan pipa tersebut di
belakang kepala praktikan, kemudian
praktikan diminta menjawab di mana
letak praktikan menekan pipa karet.
Kemudian asisten berpindah di sisi kanan
dan kiri kepala.
e. Hasil Percobaan : Praktikan menjawab dengan benar posisi pipa
karet disemua percobaan, yaitu di belakang
kepala, di sisi kanan, dan sisi kiri kepala.
f. Kesimpulan : Telinga diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
dan telinga bagian dalam. Suara adalah hasil dari
pergerakan atau vibrasi (getaran) suatu benda.
Dalam sistem auditori terdapat beberapa bentuk
persepsi, salah satunya adalah perception of
spatial location yaitu manusia dapat menentukan
lokasi sumber suara (apakah di depan atau di
belakang). Teori Retherfood atau disebut teori
telfon atau teori frekuensi mengemukakan bahwa
analisa nada suara adalah fungsi dari cortex
cerebri di lobus temporalis. Teori ini dinamakan
analisa central.
g. Daftar Pustaka : Asiyah, S. N. (2014). Kuliah Psikologi Faal.
Zifatama Publisher.
http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1379/1/Siti
%20Nur%20Asiyah_Kuliah%20psikologi%20fa
al.pdf
Hapsari, I. I., Puspitawati, I., & Suryaratri, R. D.
(2012). Psikologi Faal. PT Remaja
Rosdakarya.
Iswari, M., & Nurhastuti. (2018). Anatomi,
Fisiologi dan Genetika.
http://repository.unp.ac.id/20541/1/BUKU%
20Anatomi%2C%20Fisiologi%20dan%20G
enetika%20edit.pdf
3. Percobaan : Indra Pendengaran
Nama Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Nama Subjek Percobaan : Tiara Dwi Saskia
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk memeriksa ketajaman pendengaran.
b. Dasar Teori : Suara merupakan hasil getaran suatu benda
yang dapat menimbulkan sensasi pendengaran
pada telinga normal bila suara yang bergetar
dari getaran benda yang teratur maka hal ini
dinamakan nada atau tone. Tetapi bila suara
berasal dari getaran benda tidak teratur
dinamakan bising atau noist (Iswari dan
Nurhastuti, 2018). Teori yang dikemukakan
oleh Lord Rutherford (1886) yang menyatakan
bahwa gelombang suara menyebabkan seluruh
membrana basilaris bergetar. Kecepatan getaran
sesuai dengan frekuensi suara dan kecepatan
getaran membran menentukan kecepatan
impuls serabut saraf di saraf auditorius. Jika
terdapat gelombang suara dengan frekuensi
1000 Hz, maka akan menyebabkan membrana
basilaris bergetar 1000 kali per detik, yang
menyebabkan saraf di saraf auditorius memicu
1000 impuls per detik, dan otak
menginterpretasikan hal ini sebagai nada
tertentu. Teori ini disebut dengan teori temporal
atau teori frekuensi. Hermann Von Helmholtz
(1800) juga mengajuka teori yang
mengembangkan hipotesis resonansi menjadi
teori tempat tentang persepsi nada. Teori ini
menyatakan bahwa tiap tempat spesifik di
sepanjang membrana basilaris akan
menghasilkan sensasi-sensasi nada khusus.
Dalam faktanya, ada banyak tempat di
membrana basilaris yang sesuai dengan banyak
reseptor untuk nada (Asiyah, 2014). Teori yang
mengemukakan bahwa analisa nada suara
adalah fungsi dari cortex cerebri di lobus
temporalis. Teori ini dinamakan analisa central.
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh
Retherfood dan disebut teori telfon atau teori
teori frekuensi. Kerja dari teori ini adalah :
membran pada alat telinga bekerja seperti alat
telepon, yaitu mengubah getaran suara menjadi
impuls listrik yang diantarkan oleh kawat
menuju ke alat penerima dan alat penerima ini
akan mengubah impuls listrik menjadi getaran
suara seperti semula. Menurut teori ini yang
bekerja sebagai membran telepon adalah
membran basilares (Iswari dan Nurhastuti,
2018). Tahap pendengaran yaitu, pertama-tama
bunyi masuk ke liang telinga dan menyebabkan
gendang telinga bergetar. Gendang telinga
bergetar oleh bunyi. Lalu getaran bunyi
bergerak melalui osikula ke rumah siput
bergetar. Getaran bunyi menyebabkan cairan
dalam rumah siput bergetar. Getaran cairan
menyebabkan sel rambut melengkung. Sele
rambut menciptakan sinyal saraf yang
kemudian ditangkap oleh saraf auditori. Sel
rambut pada salah satu ujung rumah siput
mengirim iinformasi bunyi nada rendah dan sel
rambut pada ujung lain mengirim informasi
nada tinggi. Sarah auditori mengirim sinyal ke
otak, sinyal ditafsirkan sebagai bunyi
(Apriyanti, dkk., 2021).
c. Alat yang Digunakan : Stopwatch dan meteran
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Praktikan diminta berdiri, kemudian
asisten menyalakan stopwatch hingga
berbunyi. Stopwatch yang berbunyi di
dekatkan di telinga kiri praktikan, lalu
asisten menjauhkan stopwatch hingga
praktikan tidak bisa mendengar
bunyinya lagi. Jika bunyi dari
stopwatch sudah tidak terdengar,
praktikan diminta untuk memberitahu
asisten. Asisten akan mengukur
panjang dari telinga hingga tempat
berhentinya bunyi stopwatch
menggunakan meteran.
1.2. Asisten melakukan hal yang sama pada
telinga kanan.
e. Hasil Percobaan : Pada telinga kiri, panjang jarak antara telinga
hingga tempat berhentinya bunyi adalah 2,3
cm. Sedangkan pada telinga kanan adalah 3,3
cm.
f. Kesimpulan : Suara merupakan hasil getaran suatu benda
yang dapat menimbulkan sensasi pendengaran
pada telinga normal bila suara yang bergetar
dari getaran benda yang teratur maka hal ini
dinamakan nada atau tone. Tetapi bila suara
berasal dari getaran benda tidak teratur
dinamakan bising atau noist. Tahap
pendengaran yaitu, pertama-tama bunyi masuk
ke liang telinga dan menyebabkan gendang
telinga bergetar. Gendang telinga bergetar oleh
bunyi. Lalu getaran bunyi bergerak melalui
osikula ke rumah siput bergetar. Getaran bunyi
menyebabkan cairan dalam rumah siput
bergetar. Getaran cairan menyebabkan sel
rambut melengkung. Sele rambut menciptakan
sinyal saraf yang kemudian ditangkap oleh
saraf auditori. Sel rambut pada salah satu ujung
rumah siput mengirim iinformasi bunyi nada
rendah dan sel rambut pada ujung lain
mengirim informasi nada tinggi. Sarah auditori
mengirim sinyal ke otak, sinyal ditafsirkan
sebagai bunyi.
g. Daftar Pustaka : Apriyanti, E., Agustina, D. K., Kuntoadi, G. B.,
dkk. (2021). Teori Anatomi Tubuh
Manusia. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
https://libs5umduellao2wb2i7mp6sabc.1lib
.at/book/18592360/20342d.
Asiyah, S. N. (2014). Kuliah Psikologi Faal.
Zifatama Publisher.
http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1379/1/Si
ti%20Nur%20Asiyah_Kuliah%20psikologi%2
0faal.pdf.
Iswari, M., & Nurhastuti. (2018). Anatomi,
Fisiologi dan Genetika.
http://repository.unp.ac.id/20541/1/BUKU
%20Anatomi%2C%20Fisiologi%20dan%2
0Genetika%20edit.pdf.
4. Percobaan : Indra Pendengaran
Nama Percobaan : Percobaan Keseimbangan
Nama Subjek Percobaan : Tiara Dwi Saskia
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan
perilymph yang terdapat pada telinga kita
bergejolak (goyang) dan menyebabkan
keseimbangan seseorang terganggu.
b. Dasar Teori : Indra keseimbangan terdiri atas organ otolith
(utrikulus dan sakulus) dan kanalis
semisirkularis. Organ otolith berfungsi untuk
mendeteksi gerak translasi dipercepat dan
posisi kepala dalam ruang gravitasi. Kanalis
semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi
rotasi kepala gerak berputar (Harlan, 2018).
Indra keseimbangan terletak didalam telinga.
Secara struktural terletak dekat dengan indra
pendengaran, yaitu bagian belakang telinga
dalam yang membentuk struktur utrikulus dan
sakulus serta kanalis semisirkularis.
Keseimbangan dibagi menjadi dua, antara lain;
(1) keseimbangan statis, merupakan
keseimbangan yang berhubungan dengan
orientasi letak kepala (badan) terhadap gaya
gravitasi bumi, dan (2) keseimbangan diamis,
merupakan suatu upaya pertahanan
keseimbangan tubuh terhadap gerakan-gerakan
dari berbagai arah, seperti berputar, percepatan,
jatuh, dan lain sebagainya (Apriyanti, dkk.,
2021). Selain berfungsi sebagai indra
pendengaran, telinga juga berperan dalam
mempertahankan keseimbangan (sistem
vestibular). Saat seseorang berputar-putar,
cairan koklea di da;am koklea juga berputar-
putar dan mengirimkan sinyal ke otak. Lalu jika
berhenti tiba-tiba, maka akan merasa pusing
dan terjatuh. Hal ini karena cairan koklea masih
belum berhenti berputar walaupun tubuh telah
diam. Sehingga sensor di dalam telinga masih
mengirikam ke otak seakan-akan masih
berputar. Hal inilah yang membuat seseorang
pusing dan merasa seperti akan terjatuh
(Hapsari, dkk., 2012).
c. Alat yang Digunakan : -
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Praktikan diminta berjalan lurus, lalu
berbalik dengan kepala menghadap ke
arah samping dengan cepat sambil
berjalan ke depan.
e. Hasil Percobaan : Praktikan tidak merasa pusing ketika
melakukan percobaan.
f. Kesimpulan : Selain berfungsi sebagai indra pendengaran,
telinga juga berperan dalam mempertahankan
keseimbangan (sistem vestibular). Indra
keseimbangan terletak didalam telinga. Indra
keseimbangan terdiri atas organ otolith
(utrikulus dan sakkulus) dan kanalis
semisirkularis. Organ otolith berfungsi untuk
mendeteksi gerak translasi dipercepat dan
posisi kepala dalam ruang gravitasi. Kanalis
semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi
rotasi kepala gerak berputar. Keseimbangan
dibagi menjadi dua, yaitu keseimbangan statis
dan keseimbangan dinamis.
g. Daftar Pustaka : Apriyanti, E., Agustina, D. K., Kuntoadi, G. B.,
dkk. (2021). Teori Anatomi Tubuh
Manusia. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
https://libs5umduellao2wb2i7mp6sabc.1lib
.at/book/18592360/20342d.
Hapsari, I. I., Puspitawati, I., & Suryaratri, R.
D. (2012). Psikologi Faal. PT Remaja
Rosdakarya.
Harlan, J. (2018). Psikologi Faal. Gunadarma.
https://libs5umduellao2wb2i7mp6sabc.1lib
.at/book/5790036/a3ac63

Anda mungkin juga menyukai