Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Berliana .J Tanggal Pemeriksaan :


NPM : Nama Asisten :
Kelas : 1PA23 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan.


Nama Percobaan : Percobaan rine, tempat sumber bunyi,
pemeriksaan ketajaman pendengaran, cara
kerja kedudukan kepala dan mata normal, cara
kerja kanalis, semi sirkuralis, horizontal, dan
cara kerja nistagmus.
Nama Subjek Percobaan : Berliana Juniartika.
Tempat Perobaan : Laboratorium Psikologi Faal.
a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transimisi melalui
udara lebih baik daripada tulang, untuk
menentukan sumber bunyi, untuk memeriksa
ketajaman pendengaran, dan untuk memahami
bahwa cairan endolymph dan perilymph yang
terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang)
akan menyebabkan keseimbangan seseorang
terganggu; memahami bahwa keseimbangan
yang terganggu mudah dikembalikan seperti
sediakala; melihat adanya nistagmus.
b. Dasar Teori : Menurut Kimbal (1983), gerak tubuh manusia
dideteksi pada ketiga saluran lingkaran di
bagian atas masing-masing telinga dalam.
Ketiga saluran tersebut merupakan tiga ke
salah satu dari ketiga bidang ruang. tabung
berisi cairan, masing-masing mengarah Pada
satu ujung setiap saluran ada ruangan kecil
yang berisi sel-sel rambut sensori. Setiap kali

1
kepala digerakkan, saluran setengah lingkaran
itu pun bergerak. Akan tetapi, cairan
didalamnya itu gerakannya lambat, dan
akibatnya ada gerak relatif di antara dinding
saluran dan cairan. Gerak ini menstimulasi sel-
sel rambut untuk mengirimkan kembali impuls
ke otak. Pemeliharaan keseimbangan yang
sesuai selama kegiatan atletik secara praktis
tidak mungkin tanpa mekanisme ini. Bila sel-
sel rambut distimulasi dalam cara-cara yang
tidak dikenal, seperti misalnya dalam kapal
laut atau kapal terbang selama cuaca buruk,
dapat terjadi mabuk.
Menurut Aryulina, dkk (2004), indera
keseimbangan merupakan indera khusus yang
terletak dalam telinga. Indera keseimbangan
secara struktural terletak dekat indera
pendengaran, yaitu dibagian belakang telinga
dalam yang membentuk struktur utrikulus dan
sakulus, serta kanalis semi-sirkularis. Struktur
tersebut berfungsi dalam pengaturan
keseimbangan tubuh yang dihubungkan dengan
bagian keseimbangan dari saraf otak. Dengan
demikian saraf otak mengandung dua
komponen yaitu komponen pendengaran dan
komponen keseimbangan.
Menurut Sukirman, dkk (2007), di belakang
tingkat oval terdapat rongga yang disebut
utrikel dan sakula. Pada rongga tersebut
terdapat ujung-ujung saraf keseimbangan.
Selain itu, terdapat saluran berbentuk sengah

2
lingkaran yang jumlahnya ada tiga buah. Pada
pangkal masing-masing setengah lingkaran
terjadi pembesaran membentuk rongga yang
disebut ampula. Di dalam ampula terdapat juga
ujung-ujung saraf keseimbangan. Ujung saraf
keseimbangan meliputi cairan gelatin kental
membentuk bangunan yang disebut kupula.
Pada rongga tersebut dan juga pada saluran-
saluran setengah lingkaran terdapat cairan
endolymph. Jika tubuh atau khususnya kepala
berubah posisi, maka cairan endolymph ikut
bergerak. Gerakan cairan endolymph tersebut
menggerakan kupula perubahan posisi kupula
berupa ujung-ujung saraf keseimbangan
diterusakan ke otak. Jika seorang anak bermain
berputar-putar, maka cairan endolymph ikut
mengalir. Saat anak berhenti berputar
endolymph masih bergerak. Hal itu
mengakibatkan anak menjadi terhuyung hilang
keseimbangannya karna merasa tanah masih
berputar.
Menurut Nugroho dan Wiyadi (2009),
pendengaran merupakan salah satu organ yang
penting dalam tubuh kita. Organ ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Proses mendengar adalah proses yang tidak
sederhana, agar dapat mendengar manusia
harus memiliki organ pendengaran dan fungsi
pendengaran yang baik. Sistem organ
pendengaran dibagi menjadi perifer dan
sentral. Pendengaran perifer dimulai dengan

3
adanya sumber bunyi yang ditangkap aurikula
dan dilanjutkan ke saluran meatus akustikus
eksternus kemudian terjadi getaran pada
membran timpani, membran timpani ini yang
memiliki hubungan dengan tulang pendengaran
akan menggerakkan rangkaian tulang
pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus
dan stapes yang menempel pada foramen
ovale. Gerakan stapes pada foramen ovale akan
menggerakan cairan yang ada dalam organ
koklea, akibatnya terjadi potensial listrik
mengakibatkan terjadinya perubahan energi
mekanik menjadi energi listrik yang diteruskan
oleh saraf auditori ke batang otak (disinilah
batas sistem organ pendengaran perifer dan
sentral) kemudian energi listrik dilanjutkan ke
kortek terletak pada bagian girus temporalis
superior. Kortek serebri membuat manusia
mampu mendeteksi dan menginterpretasikan
pengalaman auditori, Sehingga pendengaran
merupakan salah satu indera yang sangat
penting bagi manusia.
Menurut Suprihatin dkk (2013), mendengar
adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi
mekanis (getaran) yang kita sebut yang kita
sebut suara. Telinga terdiri dari tiga bagian,
yaitu telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
Menurut Puspitawati (2014), telinga adalah
organ tubuh yang menakjubkan. Indera
pendengaran merupakan suatu proses yang
mekanis. Telinga terbagai menjadi tiga bagian,

4
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah,
dan telinga bagain dalam. Alur proses
pendengaran dapat digambarkan sebagai
berikut. Telinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan
getaran dari telinga luar ke telinga dalam.
Reseptor yang ada pada telinga dalam akan
menerima rangsang bunyi dan mengirimnya
berupa impuls ke otak untuk diolah.
Gelombang suara atau bunyi berjalan turun
melalui ear canal yang akan menyebabkan
gendang telinga bergetar (bervibrasi).
Getaran ini kemudian dikirim ke tiga
tulang ossicles. Getaran sanggurdi akan
memicu getaran selaput yang disebut oval
window, yang selanjutnya getarannya akan
dikirim ke kohlea. Setiap perubahan tekanan
pada oval window  berjalan di sepanjang
organ corti sebagai gelombang. Organ corti
terdiri dari dua selaput, yaitu  basiliar
membrane  (selaput basiler) dan  tektorial
membrane  (selaput tektorial). Reseptor 
auditori hair cells  menempel diselaput basiler
dan selaput tektorial menempel pada sel-sel
rambut. 95% informasi yang diterima akson
berasal dari  cilia inner  (aksonnya tebal dan
bermielin), 5% dari cilia outer (tipis dan tidak
bermielin). Refleksi terhadap organ corti dititik
mana pun disepanjang rentangannya akan
mengahasilkan  shearing force  pada sel-sel
rambut di titik yang sama. Kekuatan ini

5
menstimulasi sel-sel rambut yang akan memicu
daya aksi di akson-akson saraf auditori, yaitu
cabang saraf kranial VII (saraf auditori
vestibular). Lalu getaran cairan kokhlea akan
disebarkan oleh  round window (jendela
bundar). Prinsip utama kerja koklea adalah
frekuensi yang berbeda-beda akan
mengahasilkan stimulasi maksimal terhadap
sel-sel rambut di titik-titik yang berbeda di
sepanjang selaput basiler. Frekuensi yang
tinggi mengaktifkan jendela oval manapun
jendela bundar. Frekuensi yang rendah akan
lebih mengaktifkan ujung selaput basilar.
c. Alat yang Digunakan : Garputala, pipa karet, dan stopwatch.
d. Jalannya Percobaan : 1.1. Subjek duduk di kursi lalu asisten lab akan
mengetuk garputala ke besi bagian bawah
kursi setelah itu garputala diletakkan di
puncak kepala subjek, dan subjek diminta
memberitahu bila suara garputala sudah
tidak terdengar. Ketika sudah tidak
terdengar, asisten lab mendekatkan
garputala ke lubang telinga subjek. Kedua,
garputala diketuk kembali ke besi kursi
lalu diletakkan di tulang yang ada
dibelakang telinga, ketika sudah tidak
terdengar bunyi, asisten lab meletakkan
kembali garpu tala di depan lubang telinga
dan subjek merasakan perbedaannya.
1.2. Subjek duduk di kursi dan diminta
meletakkan ujung-ujung pipa karet
dikedua lubang telinga, lalu asisten lab
menekan pipa pada bagian kanan, kiri atau

6
tengah tanpa sepengetahuan subjek, dan
subjek harus menyebutkan dimana asisten
lab menekan pipa karet tersebut.
1.3. Subjek duduk di kursi lalu asisten lab
memencet stopwatch didepan lubang
telinga kanan, sambil perlahan dijauhkan
dan subjek harus memberitahu jika suara
stopwatch sudah tidak terdengar. Lalu
salah seorang teman subjek membantu
mengukur jarak dari lubang telinga sampai
stopwatch dihentikan. Catat hasilnya dan
asisten lab melakukan hal yang sama pada
telinga yang sebelah kiri.
1.4. Subjek harus berjalan lurus lalu ketika
sampai ujung, subjek harus memutar
badan sambil membanting kepala ke kanan
atau ke kiri secara cepat sambil tetap
berjalan.
1.5. Subjek diminta menunduk sambil
memejamkan mata lalu asisten lab
memutar badan subjek sebanyak tiga kali
ke arah kiri. Setelah itu subjek diminta
berjalan sampai ujung lalu diputar lagi
kearah berlawanan sebanyak tiga kali dan
subjek harus berjalan lagi ke tempat awal.
1.6. Subjek diminta berdiri lalu memegang
telinga kiri dengan tangan kanan dan
memegang lutut kanan dengan
menggunakan tangan kiri, lalu asisten lab
memutarkan badan subjek sebanyak tiga
kali sambil diminta memejamkan mata.

7
Setelah itu subjek diminta membuka mata
dan berdiri lalu merasakan sensasi yang
dirasakan setelah diputar.
e. Hasil Percobaan : 1.1. Garputala ketika diletakkan di puncak
kepala hanya terdengar bunyi dan sedikit
bergetar, namun ketika di letakkan di
dekat lubang telinga suaranya berdenging
lumayan panjang dan keras, begitupun
ketika garputala di letakkan ditulang
belakang telinga lalu dipindahkan di depan
lubang telinga. Suara dengingan yang
semula diletakkan di puncak kepala lebih
nyaring dan keras disbanding ketika di
letakkan di belakang telinga.
Hasil Sebenarnya :
1. Suara nada garputala yang sudah tidak
terdengar, ketika ditempatkan di puncak
kepala masih tetap terdengar ketika
garputala itu ditempatkan di depan
lubang telinga.
2. Suara nada garputala yang sudah tidak
terdengar ketika ditempatkan
dibelakang telinga masih tetap
terdengar, ketika garputala itu
ditempatkan di depan lubang telinga.
a. Semakin besar garputala → makin
berat suaranya.
b. Garputala dan telinga sejajar →
hantaran suaranya bagus.
c. Pada orang tua, elastisitas membran
thympany kurang bagus, sehingga

8
terkadang indra pendengarannya
kurang berfungsi dengan baik.
d. Membran thympany menggetarkan
maleus, incus, stapes → sehingga
terdengar suara.
1.2. 1. Suara 1 : Kanan.
2. Suara 2 : Kiri.
3. Suara 3 : Tengah.
Hasil Sebenarnya :
1. Kalau masih bisa membedakan kanan-
kiri → normal.
2. Membedakan yang bagian tengah →
cukup sulit.
1.3. 1. Telinga kanan : 63 cm.
2. Telinga kiri : 48 cm.
Hasil Sebenarnya :
1. Sangat dipengaruhi oleh kebisingan.
2. Rata-rata diatas 50 cm.
3. Biasanya telinga kanan lebih jauh
daripada telinga kiri (pengaruhnya pada
otak kanan dan otak kiri).
1.4. Subjek merasa biasa saja meski berjalan
dengan kepala dibanting ke kanan atau ke
kiri dan tetap bisa berjalan lurus.
Hasil Sebenarnya :
1. Dalam sikap tubuh biasa, praktikan
dapat berjalan lurus atau tidak
mengalami kesulitan.
2. Dalam sikap tubuh dengan muka
dibuang ke kanan atau ke kiri praktikan
tidak dapat berjalan lurus → biasanya

9
jalan ke kiri atau ke kanan
1.5. Saat diputar untuk pertama kalinya kepala
subjek terasa lebih pusing dari pada saat
putaran kedua tapi tetap bisa berjalan
lurus.
Hasil Sebenarnya :
1. Percobaan 1 → biasanya mengalami
kesulitan untuk berjalan lurus →
normal, karena cairan endolymph dan
perilymph terganggu atau bergejolak.
2. Percobaan 2 → biasanya tidak terlalu
mengalami kesulitan untuk berjalan
lurus seperti yang percobaan 1 →
karena carian endolymph dan
perilymph normal kembali.
1.6. Subjek merasa sangat pusing sekali ketika
sedang diputar dan ketika membuka mata
ruangan seperti berputar-putar.
Hasil Sebenarnya :
1. Biasanya pandangan menjadi kabur
atau berkunang-kunang.
2. Apa yang dilihat menjadi berputar-
putar.
f. Kesimpulan : Ketajaman pendengaran sangat dipengaruhi
oleh kebisingan, dan ketajaman pendengaran
seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh kerja otak kanan dan otak kiri.
Pada saluran-saluran setengah lingkaran
terdapat cairan endolymph. Jika tubuh atau
khususnya kepala berubah posisi, maka cairan
endolymph ikut bergerak. Gerakan cairan

10
endolymph tersebut menggerakan kupula
perubahan posisi kupula berupa ujung-ujung
saraf keseimbangan diterusakan ke otak. Jika
berputar-putar, maka cairan endolymph ikut
mengalir. Saat berhenti berputar endolymph
masih bergerak. Hal itu mengakibatkan ketika
selesai diputar-putar kita kehilangan
keseimbangan karna merasa masih seperti
berputar.
g. Daftar Pustaka : Aryulina D., Muslim C., Manaf S., & Winarni
E. W. (2004). Biologi SMA dan MA.
Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Kimbal, J. W. (1983). Biologi. Jakarta:
Erlangga.

Nugroho P.S. & Wiyadi H.M.S. (2009).


Anatomi dan Fisiologi Pendengaran
Perifer. Jurnal THT. Vol 2(2):76-85

Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R.


D. (2014). Psikologi Faal. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.

Sukirman, dkk. (2007). IPA 3A. Jawa Barat:


Ghalia Indonesia Printing.

Suprihatin I., Maknun J., Lesmanawati I.R.


(2013). Profil kemampuan generik siswa
melalui pembelajaran berbasis praktikum
pada subpokok bahasan sistem indera
kelas XI di MAN Karangampel. Jurnal
Scientiae Educatia. Vol. 2(2)

* Notes : 1. Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


bagian luar, bagian tengah, bagian dalam.
2. Bagian luar: daun telinga, cuping telinga,
liang telinga, membrane thympany.

11
3. Bagian tengah: M.I.S (Maleus, Incus,
Stapes) / MALAS (Martil, Landasan,
Sanggurdi).
4. Bagian dalam: rumah siput (cochlea) →
ada 2 macam cairan yaitu endolymph dan
perilymph yang membuat kita seimbang
ketika berjalan.
5. Pada bagian telinga dalam terdiri 2 ruangan
yang berhubungan satu dengan yang lain,
ruangan tersebut tidak teratur dan disebut
labyrinth.
6. Labyrinth ada 2 yaitu:
a. Labyrinthus osserus (dinding tulang)
terdiri dari serambi (vestibulum), saluran
gelung (canalis semicircularis), dan
rumah siput (cochlea).
b. Labyrinthus membranicus (membrane)
terdiri dari: sacula, otricula, 3 buah
saluran gelung, dan rumah siput yang
merupakan bagian yang berhubungan
dengan sacula donatricula.
c. Syaraf cranial → auditorius.

12

Anda mungkin juga menyukai