Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FISIOLOGI MEKANISME PENDENGARAN

DISUSUN OLEH:
RAHMAT FAUZIE ANDREAN
200100245

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2022
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal
akustik yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf
pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ
pendengaran manusia yakni telinga. Telinga terdiri atas tiga bagian dasar,
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.
Setiap bagian telinga bekerja dengan tugas khusus untuk mendeteksi dan
menginterpretasikan bunyi. Telinga bagian luar fungsi utamanya adalah
mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju meatus akustikus eksterna.
Telinga bagian tengah terdiri dari 3 buah tulang (ossicle) yang akan
mengamplifikasikan tekanan 20 kali dari gelombang suara untuk
menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pada telinga bagian dalam terdapat
koklea, membran basilaris membentuk dasar duktus koklear. Membran
basilaris ini sangat penting karena di dalamnya terdapat organ korti yang
merupakan organ perasa pendengaran. Organ corti, yang terletak di atas
membran basilaris di seluruh panjangnya, mengandung sel rambut yang
merupakan reseptor suara. Sel rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut
permukaannya mengalami perubahan bentuk secara mekanik akibat gerakan
cairan di telinga dalam. Resonansi frekuensi tinggi dari membran basilaris
terjadi dekat basis, tempat gelombang suara memasuki koklea melalui jendela
oval dan resonansi frekuensi rendah terjadi dekat apeks. Sel rambut dalam
yang mengubah gaya mekanik suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls
listrik pendengaran (potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke
korteks serebri).
1.2 Rumusan masalah
1) Memahami dan melakukan anamnesa dan pemeriksaan THT

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENDENGARAN
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang
berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor.
Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat di udara. Gelombang suara (akustik) termasuk gelombang
mekanik yang dapat merambat melalui media selain udara, misalnya air. Namun,
perambatan ini kurang efisien; diperlukan tekanan lebih besar untuk
menimbulkan pergerakan cairan dibandingkan dengan pergerakan udara karena
inersia (kelembaman, resistensi terhadap perubahan) cairan yang lebih besar.
Kecepatan suara adalah sekitar 344 m/s pada suhu 20o C dipermukaan air laut.
Semakin tinggi suara dan altitudenya, kecepatan rambat suara makin tinggi.
Seseorang menerima suara berupa getaran pada gendang telinga dalam daerah
frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah
variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke
medium sekitarnya, yang dikenal sebagai medan akustik.Telinga manusia
mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.
Namun yang paling sensitif adalah antara 1000 – 4.000 Hz. Suara pria dalam
percakapan normalnya sekitar 120 Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz.
Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik
yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan saraf pendengaran
ke otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ pendengaran manusia
yakni telinga.

2
3

2.2. MEKANISME PENDENGARAN


Mekanisme pendengaran :
1. Pengahantar udara
2. Penghantar tulang
Bunyi  daun telinga  liang telinga  Membran Timpani  tulang
pedengaran foramen ovale  organ corti (scala vestibule-scala timpani) 
membrane basilaris bergetar  N. VIII  medulla oblongata  serabut saraf
diotak  lobus tempolaris

2.3. PEMERIKSAAN PENDENGARAN


A. ALAT DAN BAHAN
1. Garpu tala 256 Hz
2. Garpu tala 512 Hz
B. CARA KERJA
1. Percobaan 1 : Tes Berbisik
 Diruangan yang tenang, jarak 6 m, pemeriksa duduk disamping
telinga pasien, telinga yang tidak diperiksa ditutup dengan jari
 Pemeriksa membisikan kata 2 kata
 Pasien harus mengulang kata pemeriksa dimulai dari 6 m makin lama
makin dekat
 Normal 5/6 atau 6/6

2. Percobaan 2 : Tes Rinne


 Batang garpu tala (256 Hz) digetarkan lalu letakkan di prosesus
mastoideus pasien tunggu sampai hantaran hilang (hantaran tulang)
 Bila sudah tidak mendengar garpu tala diangkat dan pinahkan ke
depan liang telinga (hantaran udara)
 Hasil (+) mendengar hantaran
(-) tidak mendengar hantaran
3. Percobaan 3 : Tes Weber
4

Garpu tala (256 Hz) digetarkan lalu diletakkan pada tengah-tengah dahi
pasien, lalu tanyakan telinga mana yang mendengar getaran garpu tala
lebih baik
4. Percobaan 4 : Tes Schwabah
Garpu tala (512 Hz) digetarkan lalu letakkan pada prosesus mastoideus
pasien tanyakan apakah masih merasakan hantaran, apabila tidak
pindahkan garpu tala ke depan prosesus mastoideus pemeriksa

2.4
PENDENGARAN
Percobaan 1 : Ketajaman pendengaran.

Sumbatlah sebelah telinga saudara dengan kapas dan periksalah ketajaman


pendengaran masing-masing telinganya sekarang, berdasarkan berapa jarak yang
terbesar masih dapat terdengar bunyi yang tetap umpamanya bunyi alroji tangan.
Jarak ini memberi ukuran untuk ketajaman pendengaran. Beda jarak untuk
telinga disumbat dengan telinga yang tak disumbat menjadi ukuran untuk
ketulianbuatan yang diakibatkan oleh sumbatan kapas tadi.

Percobaan 2 : Lokalisasi suara.

a. Ada dua cara untuk melakukan lokalisasi, yaitu dengan melihat perbedaan
intensitas suara yang sampai ke telinga atau dengan beda waktu dimana suara
mencapai telinga.
Seorang praktikan dengan cara mata tertutup dan seorang praktikan leinnya
membunyikan seikat anak kunci. Ini dilakukan pada semua arah sekitar kepala
praktikan tersebur dan praktikan itu diharuskan menunjukkan dari mana arah
suara itu dating. Apakah ada daerah dimana menentukan lokalisasi tidak
mungkin?

b. Kedua ujung gagang stethoscop dihubungkan dengan pipa karet yang


panjang. Tentukanlah pertengahannya. Praktikan itu mengenakan
gagang stethoscop; sedang bagian tengah pipa karet ditaruh diatas meja
dibelakangnya. Seorang praktikan lainnya mengetuk pipa karet itu
dengan pinsil pada berbagai-bagai jarak dari titik tengahnya. Praktikan
5

pertama harus menunjukkan dari mana datangnya suara tadi. Catatlah


jarak yang terpendek dari titik tengah dimana praktikan masih dapat
menentukan tempat datangnya suara yang benar. Kalau kecepatan suara
340 m/detik, hitunglah perbedaan sampainya suara pada kedua telinga
(nyatakan dalam detik).

c. Percobaan 3. Percobaan Rinne.


d. Getarkanlah garpu suara dan tekanlah tangkainya pada mastoid.
Apabila suara tidak kedengaran lagi, letakkan garpu suara itu kedekat
telinga, maka suara akan kedengaran lagi, bila pendengaran normal.
Inilah yang dikatakan tanda “Rinne positif”. Ini akan menjadi degatif
pada ketulian telinga tengah dan ketulian oleh karena sumbatan.

Percobaan. 5. Masking

Suruhlah seorang praktikan membaca buku. Setelah membaca beberapa

kalimat, adakanlah suara bising yaitu dengan mempergunakan sebuah kotak-kotak

yang berisi batu-bati kecil (seikat anak kunci) didekat telinganya. Intensitas

suaranya membaca buku tadi akan bertambah dengan adanya suara bising ini. hal

ini tidak akan terjadi pada seotang yang tuli. Percobaan ini dipakai untuk

menentukan apakah seseorang itu memang betul-betul tuli ataukah dibuat-

buat(pura-pura/bohong).

2.5

Sejumlah botol tertentu berisi bahan-bahan yang berbau. Tentukanlah


waktu berapa lama botol-botol itu harus didekatkan ke hidung supaya:

a. mencium bau
b. mengenal bau
Cobalah membagi-bagi bau kedalam beberapa golongan.
6

Bernafaslah dari botol yang berisi ammonia yang encer beberapa


menit. Perhatikan adanya kelelahan perasaan (fatique of sensation).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendengaran, penciuman, dan pengecapan merupakan sebagian dari indera yang
sering digunakan manusia sehari – hari, mendengarkan dapat dilakukan oleh
organ telinga, mencium dapat dilakukan oleh hidung, dan mengecap dapat
dilakukan oleh organ mulut.
Pemerikasaan pendengaran mencakuo ketajaman pendengaran, rinne test,
weber test, dan schawabac.Pemerikasaan pendengaran mencakup ketajaman
pendengaran, rinne test, weber test, dan schawabac
Pemeriksaan pengeca mencakup ketajaman pendengaran, rinne test, weber
test, dan schawabac.
Pemeriksaan pendengaran mencakup ketajaman pendengaran rinne test,
weber test, dan schawabac
Pemeriksaan penciuman mencakup pipet tetes. Pemeriksaan barang untuk
mencakup ketajaman penciuman
Memiliki pola hidup yang baik dapat menimbulkan penyakit – penyakit
sistemik yang dapat menyebabkan hingga terkena salah satu penyakit. Oleh
karena itu penulisan berharap agar dapat dibaca dan dipahami agar bisa
mengedukasi diri sendiri maupun orang disekitar kalian.

8
9

DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.2003
Sherwood L.bHuman Physiology: From Cells to Systems: 6thed. USA : The
Thomson Corporation.2007.

Anda mungkin juga menyukai