Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM VI

INDERA PENDENGARAN

A. TUJUAN
1. Memahami fisiologi indera pendengaran
2. Mengetahui derajat kekurangan pendengaran individu

B. DASAR TEORI
INDERA PENDENGARAN
Telinga adalah alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada
di sekitar kita. Telinga merupakan indera pendengaran yang menerima rangsang berupa
suara (fonoreseptor). Selain berfungsi sebagai indera pendengaran, telinga juga  sebagai
alat keseimbangan. Proses atau mekanisme pendengaran pada Telinga Manusia Semua
suara atau bunyi dari luar tubuh dapat didengarkan karena masuk dalam bentuk
gelombang suara yang melalui medium udara. Sebelum telinga mendengar bunyi,
terlebih dahulu daun telinga akan menangkap dan mengumpulkan gelombang suara.
Selanjutnya, gelombang suara masuk kedalam liang telinga (saluran pendengaran) dan
ditangkap gendang telinga (Idel, 2003).
Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara,
yang kecepatan dan volumenya berbeda beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga
telinga luar yang menyebabkan membran timfani bergetar. Getaran getaran tersebut
selanjutnya diteruskan menuji inkus dan stapes, melalui maleus yang terkait pada
membran itu. Karena gerakan gerakan yang timbul pada tulang ini sendiri, tulang tulang
ini memperbesar getaran yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular menuju
perilimfa. Getaran perilimfa dialihkan melalui mebran menuju endolimfa dalam saluran
koklea dan rangsangan mencapai ujung ujung akhir saraf organ corti, untuk kemudian
diantarkan melalui otak oleh nervus auditorius. (Pearce, 2016)

Pemeriksaan pendengaran bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :


1. Test bisik : test semikuantitatif, untuk menentukan derajat ketulian secara kasar
2. Test garpu tala : meruapkan test kualitatif (misal rinne, weber dan schwanbach)
3. Audiometer : alat untuk menentukan sifaat kelainan pendengaran
C. ALAT DAN BAHAN
1. Probandus
2. Penala berfekuansi 256 Hz

D. CARA KERJA
I. INDERA PENDENGARAN
Tujuan test rinne yaitu membndingkan pendengaraan melalui tulang dan melalui
udara pada probandus
Prinsip percobaan test rinne yaitu normal getaran melalui udara (AC) dapat
didengar dua kali lebih lama daripada melalui tulang (BC) atau AC > BC
1. Cara Rinne
a) Getarkan penala (frekuensi 256 Hz) dengan cara memukul salah satu
jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya dengan
benda yang keras
b) Tekanlah ujung tangkai panala pada planum mastoid tegak lurus (posisi I)
c) Bila probandus sudah tidak mendengar lagi maka garpu tala langsug
dibawa kemuka meatus acusticus externus (MAE = lubang telinga luar)
dalam posisi vertikal (posisi II)

Interpretasi :
1. Bila posisi II probandus masih mendengar maka AC> BC disebut rinne
positif artinya teling yang diperiksa normal atau tuli persepsi
2. Bila posisi II sudah tidak mendengar maka pemeriksaan diulang dengan lebih
dahulu meletakan garpu tala yang sudah digetarkan di depan MAE. Bila AC
< BC maka disebut rinne negatif rtinya telinga yang diperiksa tuli konduksi

2. Cara Shwanbach
Tujuan test ini schwanbah yitu membandingkan daya transport melalui tulang
mastoid pemeriksa normal dengan probandus
Prinsip percobaan test Schwabach yaitu suara yang didengar dapat terjadi getarn
yang datang dihantarkan melalui tulang tengkorak khususnya os temporale
a) Garpu tala digetarkan dengan keras
b) Tangkai garputala diletakan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, begitu
pemeriksa tidak mendengar bunyi getaran lagi maka segera diletakan pada
plamun mastoid probandus
c) Pemeriksaan dilakukan pada kedua telinga
Interpretasi :
1. Probandus masih dapat mendengar bunyi getaran berarti probandus lebih lama
mendengar disebut schabach memanjang artinya tuli konduksi
2. Bila probandus sudah tidak mendengar lagi maka pemeriksaan diulang tetapi
dimulai dari probandus dulu. Jika hasilnya seri = probandus dan pemeriksasama
sama sudah tidak mendengar lagi maka artinya pendngarn probandus normal
3. Bila pemeriksa masih mendengar bunyi getaran, berarti probandus mendengar
lebih pendek disebut schabach memndek artinya tuli persepsi.

3. Cara weber
Tujuan dari test weber yaitu membandingkan tulang telinga kiri dan tulang telinga
kanan
Prinsip percobaan : pada telinga normal getaran dihantarkan ke telinga kanan dan
kiri sama kerasnya
a) Garpu tala yang sudah digetarkan diletakan pada garis tengah kepala (ubun-
ubun, glabela, dagu atau pertengahan gigi seri)
b) Probandus ditanya telinga mana yang lebih keras mendengar suara getaran.
Interpretasi :
1. Bila kedua telinga mendengar sama kerasnya disebut tidak ada literasi
2. Bila telinga kanan lebih keras mendengar disebut laterasi kekanan
3. Bila telinga kiri lebih keras mendengr disebut laterasi kiri
4. Laterasi ketelinga yang sakit berarti telinga tersebut tuli konduksi
5. Letrasi ketelinga yang sehat berarti telinga yang sakit menderita tuli persepsi
Jadi test weber saja belum bisa dikeetahui diagnosa ketuliannya karena
masih ada eberapa kemungkinan. Misal terjadi laterasi kekanan maka
kemungkinannya : tuli konduksi sebelah kanan, kedua telinga tuli konduksi tetapi
sebelah kanan lebih parah, tuli persepsi telinga kiri, kedua telinga tuli persepsi
tetapi sebelah kiri lebih parah, tuli konduksi sebelah kanan dan tuli konduksi
sebelah kiri.
E. HASIL PENGAMATAN
Nama Cara Reinne Cara Webber Cara Schwabach
Probandus Positif Negatif Lateralisasi Tidak memendek memanjang normal

F. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai