Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Fisiologi

Pendengaran

Kelompok C11
Nama NIM Jabatan Paraf
Beng Wellem A. 102012087 Ketua

Mohamed Asri 102008283 Anggota

Sella Trimami 102011168 Anggota

Cristomi Thenager 102011449 Anggota

Eunike Kusuma Yanti 102012194 Anggota

Vifin Rotuahdo Saragih 102012232 Anggota

Constantia Evelin 102012284 Anggota

Helga Valentine Kapissa 102012376 Anggota

Martinus Tjandra 102012400 Anggota

Mohd Zaid Bin Ahmad 102012499 Anggota


Zalizan
Novi Anggriyani 102012514 Anggota
Hermawan

Pemeriksaan Pendengaran
Tujuan
1. untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada
telinga yang diperiksa.
2. untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
3. membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal.
Alat :

1. Penala dengan berbagai frekuensi.


2. Kapas untuk menyumbat telinga.

Cara Rinne

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara memukulkan salah
satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-sekali memukulnya pada benda
yang keras.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung
di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi tanda
bila dengungan bunyi itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosessus Mastoideus orang
percobaan dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya ke liang
telinga yang sedang diperiksa itu.
5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila orang percobaan masih mendengar dengungan hantaran
aerotimpanal.
Negatif : Bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal.

Cara Weber

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.
2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
4. Apa yang dimaksud dengan lateralisasi ?
5. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka unutk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah
pemeriksaannya.

Cara Schwabach

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.
2. Tekanlah ujung tangkai pelana pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan mengancungkan tangannya pada saat dengungan bunyi
menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan pelana dari proessus
mastoideusnya sendiri .
Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa dianggap normal,
Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih dapat
didengar lagi oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah schwabach
memendek.
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga
tidak dianggap didengar oleh si pemeriksa , maka hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Penala digetarkan,ujung tangkai penala mula-mula ditekankanlah ke processus


mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai
penala segera ditekankan ke prosessus mastoideus orang percobaan.
Bila dengungan (setalah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) maih dapat
didengar oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah schwabach
memanjang.
Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat
didengar oleh orang percobaan maka hasil pemeriksaan ialah schwabach
normal.

Teori dasar

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena
kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah
bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Sewaktu suatu gelombang suara
mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang
tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap
membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal
ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka
saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan
potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak
Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron
aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian
membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara
berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling
jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi
rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan.
Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah
neuron aferen yang melepaskan potensial aksi.

Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran


timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran
normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran
timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk
pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah
penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang
yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar
langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras.

Untuk memeriksa pendengaran :

1 Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu:


a. Tes Rinne
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus.
Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm.
Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-).
Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada
hantaran tulang.

Hasil pengamatan
Cara Rinne
Penala digetarakan di Penala digetarkan lewat
Frekuensi
procesus Mastoideus udara(didepan liang telinga)
penala
288 Hz + +
341,3 Hz + +
426,6 Hz + +
512 Hz + +

b. Tes Weber

Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah
dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga
disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar
disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada
telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila
sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit
terdapat tuli saraf.

Hasil pengamatan

Cara weber
Frekuensi Telinga tanpa Telinga kiri
penala sumbatan disumbat
288 Hz Tidak ada lateralisasi Lateralisasi kiri >
kanan
341 Hz Tidak ada bunyi Lateralisasi
Kiri >kanan
426 Hz Tidak ada bunyi Tidak ada bunyi

512 Hz Tidak ada lateralisasi Tidak ada bunyi

c. Tes Schwabach
Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus
mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih
dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih
mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama
mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.
Hasil pengamatan

Frekuensi penala Cara Schwabach

288 Hz Schwabach normal

341 Hz Schwabach normal

426 Hz Schwabach normal

512 Hz Schwabach normal

Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk
memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga
garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin
menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini
tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya
Pembahasan

Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus
mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh
orang percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus
mastoideus, suara dengungan terdengar jelas.

Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang
percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan kiri. Hal ini,
menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap dengungan yang terjadi.
Namun ketika salah satu telinga orang percobaan disumbat menggunakan kapas, maka
lateralisasi pada telinga kanan dan kiri akan berbeda. Dengungan bunyi penala akan
cenderung terdengar lebih kencang pada telinga yang disumbat. Hal tersebut adalah wajar
pada telinga yang abnormal. Lateralisasi didefinisikan sebagai perkembangan dominansi
antara bagian tubuh kanan dan kiri (mata, telinga, tangan dan tungkai) serta perkembangan
dari pusat-pusat khusus dan fungsi dari hemisfer otak kanan dan kiri.

Hasil percobaan pada OP dengan telinga tidak disumbat oleh kapas, tidak terjadi
lateralisasi. Itu menandakan bawha pendengaran OP normal. Tetapi ketika telinga kiri di
sumbat menggunakan kapas terjadi lateralisasi di telinga kiri. Ini menandakan adanya tuli
konduktif, artinya adanya hal yang mengganggu hantaran normal daripada gelombang suara
ke organ Corti. Jadi merupakan gangguan konduksi rangsangan suara melalui liang telinga,
membran timpani, ruang telinga tengah, dan tulang pendengaran

Pada percobaan schwabach, bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang


diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Saat dengungan penala suda tidak
terdengar lagi oleh orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu pula
sebaliknya. Hal ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga hasil
pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.

Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat
mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga
orang percobaan masih bekerja secara normal.

Daftar Pustaka

1. Laurelee Sherwood. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC;
1996.hal 176-89.
2. Guyton A C. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC; 1996.hal 827-38.

Anda mungkin juga menyukai