Prosedur :
Semua garpu tala (dimulai dari frekuensi terendah sampai frekuensi tertinggi ataupun
sebaliknya) dibunyikan satu persatu dengan cara memegang tangkainya kemudian kedua ujung
kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku), kemudian didengarkan
dahulu oleh si pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi terendah
bagi orang normal/ nilai ambang normal, lalu diperdengarkan kepada penderita dengan
meletakkan garpu tala di dekat Meatus Akustikus Eksternus (MAE) pada jaran 1-2 cm dalam
posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri.
Interpretasi :
B. Uji Rinne
Tujuan : tujuan pemeriksaan adalah membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran tulang
pada satu telinga penderita.
Prosedur :
Garpu tala (frekuensi 512 Hz)digetarkan, lalu diletakkan pada planum mastoid (posterior
dari MAE) penderita dengan demikian getaran melalui tulang akan sampai ke telinga
dalam. Apabila pasien sudah tidak mendengar lagi bunyi dari garpu tala yang digetarkan
tersebut, maka garpu tala dipindahkan ke depan liang telinga (MAE), kira-kira 2,5 cm
jaraknya dari liang telinga. Apabila penderita masih dapat mendengar bunyi dari garpu tala
di depan MAE, hal ini disebut Rinne Positif, dan sebaliknya bila penderita tidak
mendengar bunyi di depan MAE disebut Rinne Negatif.
Garpu tala (frekuensi 512 Hz) dibunyikan kemudian diletakkan pada planum mastoid,
kemudian segera dipindahkan ke depan MAE, penderita ditanya mana yang lebih keras.
Apabila dikatakan lebih keras di depan MAE disebut Rinne Positif, bila lebih keras
dibelakang disebut Rinne Negatif.
Interpretasi :
Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada planum mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal sehingga penderita tidak mendengar atau getaran garpu tala
terhenti/ terganggu karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.
Penderita terlambat memberikan isyarat waktu garpu tala sudah tidak didengarkan lagi,
sehingga waktu dipindahkan ke depan MAE getaran garpu tala sudah berhentii
C. Uji Weber
Tujuan : tujuan pemeriksaan ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kanan dengan
telinga kiri.
Prosedur :
Garpu tala (frekuensi 512 Hz) digetarkan kemudian diletakkan pada garis tengah seperti
di ubun-ubun, dahi (lebih sering digunakan), dagu, atau pertengahan gigi seri, dengan
kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk membandikan telinga yang
mana yang lebih keras terdengar.
Pasien dengan gangguan pendengaran akan mengatakan bahwa salah satu telinga lebih
jelas mendengar bunyi garpu tala itu. Pada orang normal akan mengatakan bahwa tidak
mendengar perbedaan bunti kiri dan kanan. Bila lebih keras ke kanan disebut lateralisasi
ke kanan dan sebaliknya.
Interpretasi :
Prosedur :
Garpu tala (frekuensi 512 Hz) digetarkan , lalu tangkainya diletakkan pada pada planum
mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar bunyi sesegera mungkin garpu
tala dipindahkan ke planum mastoid penderita yang diperiksa. Apabila penderita masih
dapat mendengar bunyi maka disebut dengan Schwabah memanjang, namun bila penderita
tidak mendengar bunyi garpu tala akan terdapat dua kemungkinan yaitu schwabach
memendek atau normal.
Untuk membedakan hal tersebut maka uji dilakukan dengan dibalik, yaitu garpu tala
diletakkan pada planum mastoid penderita dahulu baru ke pemeriksa dengan prosedur
yang sama. Apabila pemeriksa tidak dapat mendengar berarti sama-sama normal, namun
bila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi maka disebut Schwabach memendek.
Interpretasi :
Interpretasi :
Prosedur :
Menggunakan prinsip masking, contoh pada seseorang yang dengan sengaja berpura-pura
tidak mendengar pada telinga kiri. 2 (dua) garpu tala yang identik digetarkan dan masing-
masing diletakkan di depam MAE telinga kiri dan telinga kanan, denga cara yang tidak
terlihat oleh penderita. Garpu tala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga
kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar, kemudian penala kedua digetarkan lebih
keras dan diletakkan didepan telinga kiri (yang pura-pura).
Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar
bunyi, jadi telinga kanan tidak akan mendengarkan bunyi. tetapi bila telinga kiri tuli,
telinga kanan akan tetap mendengarkan bunyi.
@Belibis A-17
Sumber Bacaan : (1) Rukmini S, Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. 2012. EGC. (2) Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. ED 7. 2012. FKUI.
SHARE THIS:
Print
Facebook
Twitter
More
RELATED
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)July 30, 2010In "Kedokteran"
SOAL UJI KOMPETENSI DOKTER INDONESIA (UKDI)December 17, 2010In "Kedokteran"
Uji Kompetensi Dokter IndonesiaMay 25, 2008In "Bahan Bacaan"
LEAVE A REPLY
PILIH TOPIK
PILIH TOPIK
TRANSLATOR
Search for:
FOLLOW BLOG VIA EMAIL
Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.
Email Address:
Follow
TOP 10 POSTS
SIRKUMSISI (KHITAN)
Pemeriksaan / Uji Pendengaran dengan Garpu Tala
MENGHITUNG HEMATOKRIT
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
MALARIA
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) 58 LLANGKAH
CUPANG : SEJARAH IKAN CUPANG DI INDONESIA
Pemeriksaan None-Pandy
PERDARAHAN POSTPARTUM (Post Partum Hemorrhagic)
VASKULARISASI SISTEM KAROTIS
A-17’S FRIENDS
Yayan_Akhyar
mengisi :
LAST COMMENTS
3,175,724 Visitors
NetworkedBlogs
Blog:
Belibis A-17
Topics:
Health, Medicine, Music
Follow my blog
PENGUNJUNG :
A-17’S FOOTPRINTS
PAGES
A-17’s FRIENDS
BUKU TAMU
DAFTAR ISI
REFERENCES
DAPATKAN UPDATE LEWAT EMAIL
Email Address:
Daftar !
ARSIP BLOG
ARSIP BLOG
Search for: