Anda di halaman 1dari 8

http://darryltanod.blogspot.com/2009/09/tes-fungsi-pendengaran-hearing-function.

html

Tes Garpu Tala.

Terdapat berbagai macam uji pendengaran untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang dimulai
dari tes yang sederhana sampai tes yang menggunakan peralatan yang canggih seperti audiometer.

Tes audiometer tergolong rumit dan sulit dilakukan sebab diperlukan ruangan yang kedap suara serta
orang yang berkompetensi untuk menjalankan tes tersebut, sehingga yang banyak dilakukan untuk uji
pendengaran adalah : tes suara ( Bisik, Konversasi ) dan tes garpu tala ( Scwabach, Rinne, Weber ). 1

Tujuan dari tes pendengaran adalah :

1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.


2. Menentukan derajat kekurangan pendengaran.

3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.2


Tes Suara

Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi biasa dipakai patokan 6 meter.
Syarat melakukan tes Bisik :


Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat membaca gerakan bibir
pemeriksa.

Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga yang tidak diperiksa untuk
mencegah agar pasien tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.


Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus dimengerti oleh pasien, kata
dibagi atas : yang mengandung huruf lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf
desis ( s, c, f, j, v, z ).


Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.


Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5 kata.


Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli persepsi.


Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli konduksi1

Gambar 3 : Tes Suara Bisik

Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini menggunakan percakan biasa.

Tes Garpu Tala.


Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita
dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :


Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.

Getarkan garpu tala.


Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.


Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala diletakkan pada planum mastoid
penderita.


Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga
pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan.


Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari garpu tala, maka penderita juga
tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.


Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi
penderita masih dapat mendengarnya ( Schwabach memanjang ).


Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita
sudah tidak dapat mendengar lagi.3

Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui
udara pada penderita. Syarat melakukan tes Rinne :

 Garpu tala digetarkan.


 Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut posisi 1 ( satu ).

 Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala tegak lurus di depan meatus
akustikus eksterna, ini disebut posisi 2 (dua ).

 Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).

 Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).

 Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu – ragu4.

Gambar 4 : Tes Rinne


Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri
penderita. Syarat melakukan tes Weber :


Garpu tala digetarkan.

Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis : dahi, ubun – ubun, rahang,
kemudian suara yamg paling keras di kiri dan kanan.


Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.


Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal
atau ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama.


Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri < telinga kanan.


Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan
ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi disebelah
kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli,
kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.5

Gambar 5 : Tes Weber


Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam cara untuk mengetahui fungsi
pendengaran seseorang. Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa seseorang mengalami ketulian
diperlukan tes – tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous., 2007. The Whisper Tes t. www.privatehealth.co.uk/diseases/ear-nose-


throat/barotrauma-of-the-ear. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2007, pk 15.00.
2. Anonymous., 2007. The Ear Inspection. www.entornomedico.org
/salud/saludyenfermedades/alfa-omega/barotrauma. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2007,
pk 15.00.

3. Anonymous., 2007. The Schwabach Test. www.yahoohealth.com Diakses pada tanggal 4


Agustus 2007, pk 15.00.

4. Anonymous., 2007. The Rinne Test. www.paraqueestesbien.com/


hombre/cabeza/oidos/oidos3. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2007, pk 15.00.

5. Anonymous., 2007. The Weber Test. www.yahoohealth.com Diakses pada tanggal 4 Agustus
2007, pk 15.00.
THT TES GARPUTALA

Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakukan :


1. Tes batas atas dan batas bawah
2. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Schwabach

Tes-tes ini memiliki tujuan khusus yang berbeda dan saling melengkapi.
1. Tes Batas Atas Batas Bawah
Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di dengar penderita melewati
hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal.
Cara :
Semua garpu tala (dapat dimlai dari frekwensi terendah berurutan sampai frekwensi
tertinggi / sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya
kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung
jari/kuku, didengarkan terlebih dulu o/ pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk
mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang normal/ nilai ambang normal),
kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat
MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang
menghubungkan MAE kanan dan kiri.
Interpretasi :
* Normal : mendengar garpu tala pada semua frekwensi.
* Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah tak terdengar)
* Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwnsi tinggi tak terdengar)
Kesalahan :
Garpu tala dibunyikan terlalu keras shg tidak dapat mendeteksi pada frekwensi mana
penderita tak mendengar.

2. Tes Rinne
Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga
penderita.
Cara :
- Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak mendengar,
kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih
mendengar garpu tala di depan MAE desebut Rinne positif, bila tidak mendengar
disebut Rinne negatif.
- Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, kemudian dipancangkan pada planum
mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, penderita ditanya mana yang lebih
keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih keras di belakang
Rinne negatif.
Interpretasi :
* Normal : Rinne positif (mendengar)
* Tuli konduksi : Rinne negatif ( tidak mendengar)
* Tuli sensori neural : Rinne posotof (dengar)

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila
stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila
telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes.

Kesalahan :
- Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena rambut,
jaringan lemak tebal shg penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki
garpu tala tersentuh aurikulum.
- Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar lagi, shg
waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah berhenti.
3. Tes Weber
Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.
Cara :
- Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak
lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi
insisivus) dengan kedua kaki pada garis horizontal. Penderita diminta untuk
menunjukkan telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Bila
mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua
telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar bararti tak ada lateralisasi.
Interpretasi :
* Normal : tidak ada lateralisasi
* Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit.
* Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu.

Contoh : lateralisasi ke kanan, dapat di interpretasikan :


a. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal
b. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat.
c. Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal.
d. Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat
e. Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.

4. Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dgn pemeriksa.
Cara :
- Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak
lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya
garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka
Schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2
kemungkinan yaitu Schwabach memendek atau normal.

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada
penderita dulu baru ke pemeriksa.

Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid
penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala
dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-
sama normal, bila pemeriksa masih mendengar berarti Schwabach penderita
memendek.

Interpretasi :
* Normal : Schwabach normal
* Pada tuli konduksi : Schwabach memanjang.
* Pada tuli sensori neural : Schwabach memendek

Kesalahan Uji/ Test bisa dikarenakan :


* Garpu tala tidak tegak dengan baik, kaki garpu tala tersentuh sehingga bunyi
menghilang.
* Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberitahukan oleh pasien.

Sumber :Buku Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.


http://zona-kedokteran.blogspot.com/2010/04/tes-garputala-session-2.html

Anda mungkin juga menyukai