Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR


DI RUANGAN IRNA III.A.RUMAH SAKIT KOTA MATARAN

OLEH :
YETI ROSMIATI
017.02.0737

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS ANGKATAN XII B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)MATARAM
2017
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
DI RUANGAN IRNA III.A.RUMAH SAKIT KOTA MATARAN

Telah diperiksa dan disetujui pada:


Hari / tanggal :
Tempat :

Mahasiswa

YETI ROSMIATI
017.02.0737

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Ns.Robiatul Adawiyah,S.Kep,.M.Kep) (Ns.Ahmad Syarif,S.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Istirahat Tidur

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses

fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih

lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran

yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas.

Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah

relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat

untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203).

Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun

yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami

atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau

kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau

mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.Gangguan pola tidur

adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal.

Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur

yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang

tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami secara terus-

menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam”

yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat,

mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.


1. Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode
terjaga. Siklus tidur/terjaga umumnya mengikuti irama
circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung
dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1
hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan
tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di
tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami
penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan
ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap
melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun
psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM-
Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM.
Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses
mental dan kesehatan emosi.
1) Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur.
Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi
tidur. Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang
otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah
terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap
II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus /
detik yang disebut gelombang tidur.
c. Tahap III
Merupakan awaltahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung
15-30menit.Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus /
detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d. Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit.
Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari
pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30
%.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat
dengan frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan
serta enuresis (mengompol).
2) Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.

a. Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari
tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah
tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan
tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan
rata-rata 20 menit.
b. Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar
immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur
lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,
bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti
gaduhmaka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan
(supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta
Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
C. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati,
umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu
dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi
saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005).
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur,
dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan
Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada
tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan
untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal
insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
2. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam,
mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang,
dan bruksisme (gigi bergemeretak).
3. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
4. Narkoleps
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-
tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyatayang terjadi ketika seseorang
tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan.
Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih
pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea
sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum
adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun
sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda
dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika
otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan
mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat
sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba
untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga
sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya
berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi
kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap
sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa
menjadi masalah.
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum
tidur REM.
D. Tanda dan Gejala
1. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2. Perubahan mood
3. Agitasi
4. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama
orang tua.
5. Sering bangun saat malam hari.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian
terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau
stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan
tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
2) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi
penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
3) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau
stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi
ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
4) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si
penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
5) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran
yang menyenangkan.
6) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur,
menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan
meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka
seperti pantai dan gunung.
1. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4) Golongan obat antihistamin.
I. Pengkajian Keperawatan
A. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis,
sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar
gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang
mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan
usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi
atau penyakit keturunan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
d. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
1. Bernapas
2. Nutrisi
3. Eliminasi
4. Aktivitas
5. Istirahat tidur
6. Berpakaian
7. Pengaturan suhu tubuh
8. Personal Hygiene
9. Rasa Aman Nyaman
10. Komunikasi
11. Spiritual
12. Rekreasi

e. Data Pengkajian Fisik


1. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor
kulit, warna kulit.
2. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
3. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala,
mata, hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen,
dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik
yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
f. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk
rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia
2. Deprivasi tidur
3. Kesiapan meningkatkan tidur
4. Gangguan pola tidur
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Insomnia
Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam
diharapkan pasien tidak mengalami insomnia dengan kriteria
hasil :
1. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang
dewasa.
2. Pola, kualitas dan rutinitas tidur.
3. Perasaan segar setelah tidur.
4. Terbangun di waktu yang sesuai.
Intervensi (NIC) :
1. Peningkatan Koping : Membantu pasien untuk beradaptasi
dengan persepsi, stressor, perubahan atau ancaman yang
mengganggu pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
2. Manajemen Lingkungan Kenyamanan: Memanipulasi lingkungan
sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan yang optimal.
3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus tidur-terjaga yang
teratur.
4. Mengurangi tekanan pada diri pasien.
Diagnosa II : Deprivasi Tidur
Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam
diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi tidur dengan
kriteria hasil :
1. Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
mengalami gangguan ) :
 Perasaan segar setelah tidur
 Pola dan kualitas tidur
 Rutinitas tidur
 Jumlah waktu tidur yang terobservasi
 Terjaga pada waktu yang tepat.
Intervensi (NIC)
1. Melaporkan penurunan gejala Deprivasi tidur (misalnya,
konfusi, ansietas, mengantuk pada siang hari, gangguan
perseptual, dan kelelahan).
2. Mengidentifikasikan dan melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan tidur atau istirahat.
3. Mengidentifikasikan faktor yang dapat menimbulkan Deprivasi
tidur (misalnya, nyeri, ketidakadekuatan aktivitas pada
siang hari)
4. Manajemen Energi : Mengatur penggunaan energi untuk
mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
5. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep dan
obat bebas yang aman dan efektif.
6. Manajemen Alam Perasaan: Menciptakan keamanan , kestabilan,
pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi
alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam
perasaan.
7. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang
teratur.

Diagnose III : Kesiapan Meningkatkan Tidur


Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 24 jam
diharapkan pasien dapat meningkatkan tidur dengan kriteria
hasil Pasien akan :
1. Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan istirahat
atau tidur
2. Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis
3. Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat

Intervensi (NIC)
1. Manajemen Energi : Mengatur penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi
2. Manajemen LingkunganKenyamanan: Memanipulasi lingkungan
sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan optimal
3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang
teratur
4. Membantu pola tidur yang adekuat pada pasien.
5. Kenyamanan membuat pasien relaksasi dan membantu pasien
santai.
6. Agar pasien mampu membangun pola tidur yang sesuai

Diagnosa IV : Gangguan Pola Tidur


Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam
diharapkan px tidak terganggu saat tidur dengan kriteria hasil
:
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
2. Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
3. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat.
4. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.

Intervensi (NIC)
1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.
2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
3. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca).
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Kolaborasi pemberian obat tidur.
6. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur
pasien.
7. Instruksikan untuk memonitor tidur pasien.
8. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur.
9. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam.
D. Implementasi
Disesuaikan dengan perencanaan
E. Evaluasi
Hasil yang didapatkan dari implementasi.
DAFRTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan


Edisi 13. Jakarta : EGC

Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MediAction

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan,


Edisi 7 Buku 3. Jakarta : Salemba Medika

Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,


Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Anda mungkin juga menyukai