Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal
yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral
yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen.
Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang
peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa
kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang
terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam peritoneum
banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum
mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan
lambung. Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan
minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk
mesenterium usus halus. Fungsi peritoneum :
1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
2. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam
rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap
dinding posterior abdomen
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu
melindungi terhadap infeksi.
Sebagai calon perawat sangatlah penting mengetahui fungsi dari
peritoneum dan mengetahui kelainan atau penyakit yang bisa
terjadi pada peritoneum, penyebab dan proses terjadinya gangguan
peritoneum sehingga nantinya dalam praktik keperawatan dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan peritonitis?
- Bagaimana tanda dan gejala dari peritonitis?
- Apa yang menyebabkan dan bagaimana proses terjadinya
peritonitis?
- Bagaimana asuhan keperawatan peritonitis?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum

1
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah
mendukung kegiatan pembelajaran keparawatan, khususnya mata
kuliah pencernaan serta melatih mahasiswa untuk berpikir
kritis.

b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui dan memahami tentang peritonitis baik
pengertian, penyebab, tanda dan gejalalanya
- Untuk mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya
peritonitis
- Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan peritonitis

D. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan tentang pencernaan khususnya tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis sehingga
nantinya dapat mengembangkan pengetahuan tersebut dalam praktik
keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau
peritoneum. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan
membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan
penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala
akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan
sistemik dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas
penyebab perimer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan
dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab
tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang
adekuat). Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi
pertitonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi
peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari
penyakit yang mendasarinya.
1. Peritonitis primer/ spontan : spontaneous bacterial
peritonitis (SBP)
- Biasa terjadi pada masa anak – anak dengan sindrom nefrotik
atau sirosis hati
- Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
- Lebih banyak diderita perempuan daripada laki – laki
- Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
- Rasa sakit dan lemas
- Dehidrasi dan nyeri tekan
- Otot abdomen tegang
- Kembung
- Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan

3
2. Peritonitis sekunder
- Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
- Kuman campuran aerob dan aerob
- Adanya sumber infeksi intraperitoneal, apendiksitis,
salpingitis, kolesistitis, pancreatitis, perforasi
apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum,
perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker,
dan strangulasi kolon asendens, dsg.
- Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau
perporasi setelah endoskopi, biopsy, atau polipektomi
endoskopik
- Dapat terjadi keganasan GIT
- Tertelannya benda asing dan tajam
- Sangat nyeri
- Tidak berani bergerak saat tidur
- Napas pendek
- Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian
masuk dalam renjatan dengan nadi kecil dan lebih cepat
- Hivopolemia
- Abdomen tegang
3. Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh pemasangan alat
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna
bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kolon kadang
juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan oprasi yang
bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi
noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya
jahitan operasi seharusnya kurang dari 2%. Operasi untuk
penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, divetikulitis,
kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10%
terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko
terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan
adanya keterlibatan duodenum, pancreas perforasi kolon,

4
kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfuse yang
pasif.

B. Tanda dan Gejala


Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya
nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak
terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama
makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam
tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia,
takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen
yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu
sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk
menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena
iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat,
penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial,
ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic),
penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

C. Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous
bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP
terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya
terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga
kerongga peritoneal sehinggan menjadi translokasi bakteri munuju
dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi
penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit
hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites,
semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini

5
terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul
komponen asites pathogen. Yang paling sering menyebabkan infeksi
adalah bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae
7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan
bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis
Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain
itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan
oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ
dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna
bagian atas.
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang
setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang
adekuat, bukan berasal dari kelainan organ, pada pasien
peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan
atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB,
peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-
bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia
lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam
(Misalnya penyakit Crohn).

D. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen
ke dalam rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi,
iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi
bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat
terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi
keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris
seluler dan darah. Respons segera dari saluran usus adalah
hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi
udara dan cairan dalam usus.

6
E. PATHWAYS
Mikroorganisme, apenddiksitis, tukak peptik, Inflamasi pada
disentri, divertilikus, dan operasi yg tidak peritonium
steril

peritonitis

Depolarisasi bakteri dan Pelepasan berbagai mediator kimiawi (histamine, Perangsangan pirogen di
virus kesistem GE bradikinin, serotonin) hipotalamus

Gangguan pada lambung Menyebabkan edema pada dinding abdomen Memicu pengeluaran prostaglandin
(meningkatan HCl) Pengumpulan cairan di rongga peritoneum

Reaksi mual dan muntah Merangsang saraf Memacu kerja thermostat hipotalamus
Kehilangan sejumlah besar cairan perasa nyeri
Ketidak seimbangan nutrisi Suhu tubuh meningkat
kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi Nyeri
Hipertermi
Kekurangan volume cairan

(Padila, 2012)

7
F. Pemeriksaan Diagnositik
- Drainase panduan CT-Scan
- USG

G. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama.
Analegesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat
diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen
dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi
secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan
bentuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif
dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan
ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon
peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil
di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli
bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia
harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi
pasien tanpa-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka
tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih
dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan laparotomi
diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok,
hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli
dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase
peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan
laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-
48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar
dilakukan laparotomi.

H. Komplikasi
- Eviserasi Luka
- Pembentukan abses

8
I. Askep Teoritis
a. Pengkajian
- Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan,
suku/bangsa, jenis kelamin, alamat
- Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat,
hub. dengan pasien,
- No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam
dilakukan pengkajian, metode pengkajian
- Data Umum
 keluhan utama : keluhan yang sangat mengganggu aktivitas
klien, pasien peritonitis biasanya mengalami nyeri di
bagian abdomen
 riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit
klien
 riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang
pernah diderita klien sebelum penyakit yang diderita
saai ini.
 riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga
yang pernah mengalami penyakit atau keluhan seperti yang
dialami klien
 kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
- Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : kebersihan anak, keadaan kulit, kesadaran
 Pengukuran lain: BB sebelum dan saat pengkajian, tinggi
badan
 Vital Sign: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
 Keadaan Fisik:
 Kepala : bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi
 Mata : warna, penglihatan
 Mulut : perhatikan mukosa bibir, kelembaban,
perdarahan, kebersihan, jumlah gigi
 Hidung : perhatikan ada tidaknya epistaksis, nyeri
tekan, pernafasan cuping hidung, kebersihan

9
 Telinga : perhatikan ada tidaknya nyeri tekan,
kebersihan
 Thorax : perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara
paru dan jantung
 Abdomen : perhatiakan apakah ada nyeri tekan, asites,
peristaltic
 Ekstremitas: perhatikan apakah ada edema, cianosis,
pergerakan sendi
 Genetalia : perhatikan kebersihan, ada tidaknya
kelainan
 Anus : perhatikan kebersihan, dan ada tidaknya
perdarahan

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi peritonium
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, penurunan
penyerapan nutrient sekunder
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat mual, muntah
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang
memburuk
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
yang didapat
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
medikasi

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan asuhan
keperawatan:
1. Hipertherni teratasi dengan criteria hasil klien tidak
melapor panas, badan klien tidak panas

10
2. Nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil tidak
adanya nyeri tekan, klien tidak melaporkan adanya nyeri
3. Nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil klien menunjukkan
peningkatan nafsu makan, BB normal
4. Kebutuhan cairan terpenuhi
5. Ansietas teratasi dengan criteria hasil klien tidak tampak
gelisah
6. Pengetahuan klien meningkat dengan criteria hasil klien
dapat menjelaskan tentang penyakitnya
7. Integritas kulit baik

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.M


DENGAN PERITONITIS
DI RUANG SERUNI DI RUMAH SAKIT SEJAHTERA

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 November 2010
pada pukul 07. 30 WIB di ruang seruni Rumah Sakit Sejahtera
dengan teknik wawancara, obervasi, pemeriksaan fisik, dan
dokumentasi.
I. Identitas Pasien
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. "M"
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. “Z”
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
Hub. dengan pasien : orang tua klien
No Registrasi : 23.09.1234
Tgl. Masuk RS : tanggal 10 November 2010 pukul 07. 30
WIB melalui poli penyakit dalam

II. Data Umum

12
 Keluhan Utama
Nyeri
 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di
seluruh perutnya. Nyeri dirasakan semakin lama semakin
berat. Keluarga klien juga mengatakan klien sering mengeluh
mual, muntah , dan nafsu makan menurun. Karena klien
pingsan, keluarga klien membawanya ke rumah sakit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien mengalami ependiksitis yang diobati
sendiri dengan antibiotic dari salinan resep dokter 3 bulan
terakhir.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien belum pernah ada menderita peritonitis.

III. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual


a. Biologis
1. Bernafas
- Sebelum sakit : klien tidak pernah mengalami gangguan
pernafasan
- Saat pengkajian : klien dapat bernafas dengan baik
dengan frekuensi
16 x / menit
2. Pola nutrisi
- Sebelum sakit : pasien biasanya makan 3 kali sehari
dengan menu nasi, lauk, sayuran. Klien biasanya minum
air putih.
- Saat pengkajian : keluarga klien mengatakan nafsu
makan klien menurun, disertai mual dan muntah.
3. Pola eliminasi
- Sebelum sakit : Klien biasanya BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau feses
normal. Pasien BAK 3- 5 kali sehari dengan warna
jernih

13
- Saat pengkajian : keluarga klien mengatakan klien
sulit buang air besar. Pasien BAK sama dengan sebelum
sakit, tidak ada keluhan
4. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : Klien biasanya tidur pukul 22.00 wib
dan bangun pukul 05.00 wib
- Saat pengkajian : klien durasi tidur lebih lama 11
– 15 jam karena kondisi yang lemah
5. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien selain
rajin sekolah juga rajian dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, dan sering bepergian bersama teman –
temannya.
- Saat pengkajian : klien lebih banyak menghabiskan
waktu untuk tidur karena merasa lemas
6. Pengaturan suhu tubuh
- Sebelum sakit : klien tidak mengalami gangguan
suhu tubuh
- Saat pengkajian : klien tidak mengalami gangguan
suhu, dengan suhu tubuh 36, 70C.
7. Kebersihan diri
- Sebelum sakit : perawatan / kebersihan diri dilakukan
sendiri
- Saat pengkajian : klien hanya dilap di tempat
tidur, perawatan diri dibantu oleh keluarga
b. Psikologis
1. Rasa aman
- Sebelum sakit : klien tidak merasa takut
- Saat pengkajian : klien merasa khawatir dengan
keadaanya
2. Rasa nyaman
- Sebelum sakit : klien mengatakan pernah mengalami
nyeri karena menderita apendiksitis

14
- Saat pengkajian : klien merasa nyeri diseluruh
perutnya
c. Social
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa
dilakukan.
d. Spiritual
- Sebelum sakit : klien beragama Islam, klien
sholat 5 waktu sehari
- Saat pengkajian : klien sembahyang di tempat tidur
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
- Kebersihan klien : cukup
- Keadaan kulit : turgor elastic, cyanosis tidak
ada, lesi tidak ada
- Kesadaran : somnolen
2. Vital Sign
- Suhu : 36,70C
- Nadi :16 x / menit
- Respirasi :96 x/ menit
- Tekanan Darah :90/ 60 mmHg
3. Keadaan fisik
- Kepala : bentuk bulat, warna rambut hitam, lesi
tidak ada
- Mata : sclera putih, konjungtiva anemis, pupil
isokor
- Mulut : mukosa bibir kering, pecah – pecah,
perdarahan gusi tidak ada, caries ada 2 pada graham,
kebersihan cukup, lidah anemis di pinggir dan di tengah
putih (kotor)
- Hidung : epistaksis tidak ada, nyeri tekan tidak
ada, kebersihan cukup, nafas cuping hidung tidak ada
- Telinga : kebersihan cukup

15
- Leher : pembesaran atau bendungan vena jugularis
dan parotis tidak ada. Tidak ada nyeri saat menean
- Thorax
 Paru : tidak ada retraksi otot dada, whezzing,
ronchi
 Jantung : suara S1 S2 reguler, murmur dan gallop
tidak ada
- Abdomen : terdapat nyeri tekan saat dipalpasi,
distensi ada, lesi tidak ada, acites tidak ada, turgor
kulit elastic, benjolan tiak ada
- Ekstremitas
 Atas : terpasang infuse di tangan kanan, edema dan
cyanosis tidak
Ada
 Bawah : edema dan cyanosis tidak ada
- Genetalia : kelainan tidak ada, kebersihan cukup
- Anus : haemoroid tidak ada, kebersihan cukup

V. Analisis Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds: Faktor sekunder Nyeri
- Keluarga klien (appendicitis)
mengatakan klien
nyeri di seluruh Inflamasi/peradangan
perutnya meluas

Do: Peradangan peritoneum


- Terdapat nyeri
tekan pada inflamasi
abdomen
2 Ds: Peradangan peritoneum Perubahan
- Keluarga klien nutrisi kurang
mengatakan klien Abdomen tegang dari kebutuhan
mengeluh mual, tubuh

16
sering muntah Mual, muntah
dan nafsu makan
menurun anoreksia
Do:
- Klien tampak
lemah
3 Ds: Peradangan peritoneum Kekurangan
- Keluarga klien volume cairan
mengatakan klien Abdomen tegang
mual dan sering
muntah Mual, muntah
Do:
- Klien pingsan Kehilangan cairan

- Mukosa bibir
kering, pecah –
pecah
- TD : 90/60 mmHg
- N : 96 x / menit
4 Ds Peradangan peritoneum konstipasi
- Keluarga klien
mengatakan klien Abdomen tegang
sulit buang air
besar Kontraksi usus
Do
- Feses keras dan Feses lama diusus
berbentuk
Feses keras
5 Ds: Peradangan peritoneum intoleran
- Klien mengeluh aktivitas
lemas Abdomen tegang
Do:
- Klien tidak Mual, muntah
banyak bergerak
Kehilangan cairan,
anoreksia

17
Kelemahan

18
Diagnose Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan: nyeri berhubungan dengan inflamasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder, mual, muntah akibat peritonitis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic sekunder

B. Intervensi
No. Tujuan Intervensi Rasional
dx
1 Setelah dilakukan - Kaji tingkat, - Untuk
asuhan lokasi, frekuensi memperoleh data
keperawatan nyeri yang akurat
selama 2 x 24 jam sehingga dapat
nyeri berkurang memberikan
sampai hilang asuhan
dengan criteria keperawatan
hasil: - Bantu klien mengatur yang tepat
- Klien posisi senyaman - Posisi yang
melaporkan mungkin tepat dan
nyeri nyaman dapat
berkurang atau - Ajarkan teknik menurunkan
hilang distrakasi nyeri
- Tidak ada - Pengalihan
nyeri tekan perhatian dapt
amenurunkan
nyeri karena
klien terfokus
pada hal lain
- Ajarkan teknik nafas
- Nafas dalam
dalam
dapat
meningkatkan

19
input oksigen
sehingga otot –
- Kolaborasi dengan otot tidak
dokter dalam tegang sehingga
pemberian analgesic nyeri berkurang
- Kolaborasi dengan - Analgesic dapat
dokter untuk menurunkan
tindakan pembedahan nyeri
- Mencegah
peradangan yang
lebih luas
2 Setelah dilakukan - Berikan makan dalam - Makanan hangat
asuhan keadaan hangat dapat
keperawatan 3 x meningkatkan
24 jam nutrisi - Berikan klien makan nafsu makan
terpenuhi dengan dalam porsi kecil - Meningkatkan
criteria hasil: tapi sering intake makanan
- Klien - Berikan informasi - Pengetahuan
menunjukan yang akurat tentang yang adekuat
peningkatan pentingnya nutrisi dapat
nafsu makan meningkatkan
- Berat badan kepatuhan klien
klien normal - Motivasi klien untuk terhadap
menghabiskan intervensi
makanannya - Dukungan dari
orang lain akan
membuat klien
- Timbang berat badan merasa dihargai
setiap hari - Untuk
- Pertahankan mengetahui
kebersihan mulut perkembangan
yang baik sebelum klien
dan sesudah makan - Meningkatkan
kesejahteraan

20
- Hindarkan klien dari klien sehingga
rangsangan yang nafsu makan
membuat klien mual meningkat
dan muntah - Mencegah
- Kolaborasi dengan kekurangan
dokter untuk nutrisi lebih
pemberian parah
multivitamin - Meningkatkan
penambah nafsu makan nafsu makan
3 Setelah dilakukan - Pantau berat badan, - Mengetahui
asuhan suhu tubuh, perkembangan
keperawatan 2 x kelembaban pada kondisi klien
24 jam cairan rongga oral, volume
terpenuhi dengan dan konsentrasi - Meningkatkan
criteria hasil: urine intake cairan
- Mukosa bibir - Kaji yang disukai
lembab dan yang tidak
- Memperlihatkan disukai, berikan
- Mencegah
tidak adanya cairan yang disukai
dehidrasi
tanda dan dalam batasan diet
gejala - Pantau masukan,
dehidrasi pastikan sedikitnya
- Untuk
1500 mL cairan per
menentukan
oral setiap 24 jam
metode
- Kaji pengertian
pemenuhan
individu tentang
cairan
alasan
mempertahankan
hidrasi yang adekuat
dan metode – metode
untuk mencapai
tujuan masukan
cairan
4 Setelah dilakukan - Periksa TTV - Untuk memantau
asuhan kondisi klien

21
keperawatan 2 x 2 - Berikan bantuan - Untuk
jam pasien dapat dalam aktivitas meningkatkan
mentoleransi perawatan diri aktivitas klien
aktivitas dengan sesuai indikasi secara bertahap
criteria hasil: - Tingkatkan tirah - Menyediakan
- Pasien baring dan beri ketenangan dan
melaporkan lingkungan yang energy untuk
badannya tidak nyaman aktivitas dan
lemah lagi penyembuhan
- Makan, minum, - Untuk
ganti baju menentukan
pasien - Evaluasi peningkatan intervensi
terpenuhi toleran aktifitas selanjutnya

5 Setelah dilakukan - Anjurkan klien untuk - Dapat


asuhan diet makanan yang meningkatkan
keperawatan lembek dan berserat produksi feses
selama 2 x 24 jam - Monitor perkembangan
konstipasi frekuensi, jumlah - Data yang
teratasi dengan dan warna feses akurat dapat
criteria hasil: menentukan
- Klien BAB 1 x - Tekankan kebutuhan intervensi yang
sehari terhadap latihan tepat dan benar
Konsistensi regular - Latihan regular
lembek, warna dapat
kuning, bau meningkatkan
normal peristaltic
usus sehingga
feses yang
terbentuk tiak
keras

22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau
peritoneum. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan
membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan
penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan kepada klien
diharapkan kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya
sehingga klien dapt menjalankan aktivitasnya seperti biasa,
tanpa adanya gangguan.

B. Saran
Diharapkan sebagai calon perawat agar lebih mengetahui dan
memahami tentang penyusunan asuhan keperawatan sehingga nantinya
dapat menerapkan dan mengembangkannya dalam paktik keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pencernaan.
Salemba Medika. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta.
Santosa, Budi.2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima
Medika. Jakarta

Sumber lain:
http://penyakitperitonitis.blogspot.com/2008/05/penyakit-
peritonitis.html

24

Anda mungkin juga menyukai