Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

DI SUSUN OLEH : BAIQ AULIA RAHMADILA

021STYC21

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN

RUMAH SAKIT ISLAM MATARAM

S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan pendahuluan ini telah dikoreksi dan disahkan oleh pembimbing akademik pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Akademik Pembimbing

Indah Wasliah., Ners., M.kep., S.Kep.An Sang Ayu Kompiang Sri W., S.Kep., Ners.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Pengertian Istirahat Tidur

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan
gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas
(Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto,
2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan
istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah
suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih
segar (Tarwoto, 2006).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda
Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal.

Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan
alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang
periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012).

1. Fisiologi Tidur

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain
siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi
siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan
gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan
tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama
tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan
tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur
dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM
dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap
NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan
kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:

1) Tahap I

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung


beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan

a) Mata menjadi kabur dan rileks.


b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat.
Tahap II ini ditandai dengan :

a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.


b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:

a) Relaksasi otot menyeluruh.


b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :

a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.


b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 %
dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit 

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak
dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma,
bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

b. Lingkungan 

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.

c. Motivasi 

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk


tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan 

Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

e. Kecemasan 

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis


sehingga mengganggu tidurnya.

f. Alkohol 

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.

g. Obat-obatan 

Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan
saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi
REM).

3. Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu :
gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau
kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005).

a. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami


kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur
non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah
kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap
tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan
sulit untuk tidur kembali.

b. Parasomnia

Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

c. Hipersomnia

Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.

d. Narkolepsi

Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata
yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan
Fromberz, 2005).

e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur

Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui


hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis
tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling
umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering
terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez,
dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau
tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian
atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya
(apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih
mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika
pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan
diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur
bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa
menjadi masalah.

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

B. Tanda dan Gejala

1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau
respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
C. Pohon Masalah

Latihan
Obat & Lingkungan
Stress / kelelahan
Substansi Gaya hidup tidak nyaman
emosional

Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering

Gangguan tidur jadwal tidur terbangun


Keinginan
menanti tidur
Penyakit
infeksi
Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah & letih proses tidur

Tidak dapat tidur


Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
dalam periode
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
panjang

Kesiapan
Gangguan pola Insomnia Deprivasi
meningkatkan
tidur tidur
tidur

D. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau


tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi
merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat
(Buysse, 2005).

E. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Non Farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena  penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan
antara lain :

a. Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.

b. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar
yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-
waktu tidurnya.

d. Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri.

e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)


CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya
masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi
si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

j. Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-
tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti


ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:

a. Golongan obat hipnotik


b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

F. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien


meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan
dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya


hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian
apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah
sering mengalami gangguan pola tidur.
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit lain.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
GENOGRAM 3 Generasi

? 71 ?

?
?

4 33

3 3 ? ?
5

1 10

Ket: = Laki-laki

= Perempuan

= Klien

= Meninggal

? = Tidak diketahui

= Garis Perkawinan

= Garis Keturunan

= Garis Serumah
G1 : Kakek dan nenek klien meninggal karena faktor usia.

G2 : Ibu klien masih ada dan Ayah klien meninggal karena faktor usia.

G3: Klien anak ke-2 dari 3 bersaudara dan klien tinggal bersama suami dan 2 anaknya

Pengkajian Keperawatan

1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah
kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar
lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh dari hasil
laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh
dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau,
karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
tonus otot menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya
aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat

e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tandatanda vital
seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar, penampilan,
depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah
mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan? Apakah
keluar
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda
infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran vena
jugularis?
(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah
suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah
bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor kulit
menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di
daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah ada
kesulitan untuk berkemih?
B. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat tidur
pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan
tidur, keadaan bangun tidur.
b. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan
pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.

C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon


1. Pola Persepsi Kesehatan
Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya. Secara umum,
hipertiroid ini adalah akibat dari hiperaktifnya kelenjar tiroid dalam mamproduksi
hormone tiroid. Penyakit ini termasuk dalam autoimun yang menghasilkan antibody
yang dapat meningkatkan produksi hormone tiroid secara bebas. Kurangnya
pengetahuan klien tentang penyebab dan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertiroid.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
kurus, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
3. Pola Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna pucat dan kuning, perubahan dalam
feses ( diare ), sering buang air besar dan terkadang diare, keringat berlebihan,
berkeringat dingin.
4. Pola Aktivitas – Latihan

sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, palpitasi,


nyeri dada, Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor
halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks
tendon dalam (RTD). frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru
(pada krisis tirotoksikosis), Jari tangan gemetar (tremor), Jantung berdebar cepat,
denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit Rasa capai, Otot
lemas, terutama lengan atas dan paha, Ketidaktoleranan panas Pergerakan-pergerakan
usus besar yang meningkat Gemetaran Kegelisahan; agitasi.

5. Pola Istirahat Dan Tidur


Insomnia sehingga sulit untuk berkonsentrasi.
6. Pola Kognitif Perseptual
Ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan, penglihatan
ganda, gangguan koordinasi, Pikiran sukar berkonsentrasi.
7. Pola Persesdi Diri
Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi, mata besar (membelalak =
exophthalmus), keluhan lain pada mata (spt nyeri,peka cahaya,kelainan penglihatan
dan conjunctivitis), kelenjar gondok membesar (struma nodosa), kurus., kulit yang
seperti beludru halus, rambut halus dan tipis, Rambut rontok.
8. Pola Peran-Hubungan
Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bias menyesuaikan tidak
akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
9. Pola Seksualitas – Reproduksi
penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid menjadi tidak teratur dan
sedikit, Kehamilan sering berakhir dengan keguguran, Bola mata menonjol, dapat
disertai dengan penglihatan ganda (double vision).
10. Pola Koping – Toleransi stress
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil (euforia sedang
sampai delirium), depresi.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut oleh individu
tersebut. Nervus, tegang, gelisah, cemas,
D. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah pengukuran dari kesadaran dan respon klien
terhadap rangsangan dari lingkungan eksternal. Pengukuran tingkat kesadaran terbagi
atas 2 macam, pengukuran tingkat kesadaran kualitatif dan kuantitatif yang
menggunakan GCS.
1. Tingkat Kesadaran Kualitatif :
a. COMPOS MENTIS
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. klien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
b. APATIS
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap
lingkungannya.
c. DELIRIUM
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Klien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-
ronta.
d. SOMNOLEN (Letergia, Obtundasi, Hipersomnia)
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila
rangsang berhenti, klien akan tertidur kembali.
e. SOPOR (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, Klien masih dapat dibangunkan dengan
rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi klien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
f. SEMI-KOMA (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil)
masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
g. KOMA
itu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respons terhadap rangsang nyeri.
2. Tingkat Kesadaran Kualitatif (Glasgow Coma Scale) :
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran secara kuantitatif pada klien dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka
mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (skor).
Glasgow Coma Scale (GCS) :
Respon Membuka Mata (E) Respon Verbal (V) Respon Motorik (M)

Reaksi (-) 1 Tidak ada suara 1 Tidak ada gerakan 1


Mengerang 2 Ekstensi abnormal 2
Dengan Nyeri 2
Bicara Kacau 3 Fleksi abnormal 3

Disorientasi tempat &


Dengan Perintah 3 4 Menghindari nyeri 4
waktu

Orientasi baik Melokalisasi Nyeri 5


Spontan 4 5
dan sesuai Mengikuti perintah 6
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cedera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cedera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cedera kepala berat)

b. Tanda-tanda Vital ( TTV )

Jenis-jenis pengukuran tanda vital

1. Tekanan darah

Tekanan darah merupakan kekuatan pemompaan darah yang dilakukan oleh


jantung untuk mengalirkan darah di dalam arteri (pembuluh darah) hingga ke seluruh
tubuh. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop.

Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik merupakan bagian atas yang menunjukkan tekanan darah di dalam
arteri pada saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Sedangkan tekanan diastolik menunjukkan tekanan darah di dalam
arteri pada saat jantung beristirahat untuk mengisi darah dari seluruh bagian
tubuh.

Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.


Sementara pada bayi dan anak-anak, tekanan darah normal lebih rendah
daripada dewasa. 

Tekanan darah normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas


fisik, diet dan usia. Maka untuk dapat melakukan pengukuran tekanan darah
dengan tepat, sebaiknya beristirahatlah dengan santai terlebih dahulu selama
sekitar 15 menit sebelum pengukuran dilakukan.

Baca Selengkapnya: TTV Normal Bayi Baru Lahir, Balita, dan Anak-Anak

2. Denyut nadi

Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung pada


arteri.Pengukuran denyut nadi bermanfaat untuk menentukan irama dan
kekuatan nadi.

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menggunakan stetoskop


atau menggunakan jari yang ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik.
Pengukuran denyut nandi dapat dilakukan pada 5 jenis arteri, yaitu:

 Arteri radialis (pergelangan tangan)

 Arteri brakialis (siku)

 Arteri karotis (leher)

 Arteri poplitea (belakang lutut)

 Arteri dorsalis pedis (kaki)

Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit, dapat
disebut juga dengan detak jantung normal. Pada bayi dan anak-anak, denyut nadi
normal cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa.
Denyut nadi seseorang dapat meningkat akibat beberapa faktor, seperti
olahraga, emosi, kondisi sakit, atau mengalami cedera. Sama seperti pengukuran
tekanan darah, pengukuran denyut nadi juga sebaiknya dilakukan setelah seseorang
beristirahat terlebih dahulu.

3. Laju pernapasan

Laju pernapasan sama dengan frekuensi pernapasan. Pengukuran laju


pernapasan dilakukan dengan menghitung jumlah pengembangan dada seseorang
untuk menarik napas dalam waktu satu menit.

Pengukuran laju pernapasan umumnya dilakukan pada saat istirahat. Metode


ini bertujuan untuk menilai sulit atau tidaknya seseorang bernapas.

Respirasi normal atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-
20 kali per menit. Sementara pada bayi dan anak-anak, laju perapasan normal lebih
tinggi daripada orang dewasa.

Laju pernapasan dapat mengalami peningkatan dengan olahraga, demam atau


karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.

4. Suhu tubuh

Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan termometer, bisa
dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.

Suhu tubuh normal untuk orang dewasa adalah 36,5- 37,5 derajat Celsius.
Suhu tubuh seseorang bisa berubah-ubah, biasanya dipengaruhi oleh aktivitas,
makanan, konsumsi cairan, cuaca, dan jenis kelamin, terutama wanita pada saat
mengalami masa subur.
5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

Pada pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, dimana setiap bagian
dilakukan sebagai beriku:

 Inspeksi : Merupakan bentuk pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien


dengan cara melihat atau memperhatikan dari keseluruhan tubuh pasien dengan
sistematis.
 Palpasi : Merupakan bentuk pemeriksaan fisik yang di lakukan dengan cara
meraba pada bagian tubuh terasa sakit atau yang tidak normal
 Perkusi : Merupakan bentuk dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mengetuk daerah tertentu dari bagian badan jari dengan mendengar suara detak
jantungnya.
 Auskultasi : Merupakan bentuk pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
mendengarkan bunyi-bunyi yang terjadi sehingga dapat di proses fisiologi atau
tindakan medis menggunakan alat bantu seperti stetoskop.

G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Gangguan Pola Tidur


2. Kesiapan Peningkatan Tidur

H. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang


telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan
dimana perawat langsung dan tidak langsung terhadap pasien.IH. Evaluasi

Dengan dilakukannya asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa


Gangguan Pola Tidur maka perlu di evaluasi dan di harapkan hasilnya yakni, jumlah
jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa), pola, kualitas dan rutinitas
tidur, perasaan segar setelah tidur, terbangun diwaktu yang sesuai, perasaan segar
setelah bangun tidur, pola dan kualitas tidur baik, rutinitas tidur, jumlah waktu tidur
yang terobservasi, terjaga pada waktu yang tepat, aktivitas sehari-hari dapat dikerjakan
dengan baik, tidak kembali mengalami gangguan saat tidur.

I. Evaluasi
Dengan dilakukannya asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose.
Gangguan Pola Tidur maka perlu di evaluasi dan di harapkan hasilnya yakni, jumlah jam
tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang dewasa), pola, kualitas dan rutinitas tidur,
perasaan segar setelah tidur, terbangun diwaktu yang sesuai, perasaan segar setelah
bangun tidur, pola dan kualitas tidur baik, rutinitas tidur, jumlah waktu tidur yang
terobservasi, terjaga pada waktu yang tepat, aktivitas sehari-hari dapat dikerjakan dengan
baik, tidak kembali mengalami gangguan saat tidur.
J. Referensi

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik,


Edisi 4.Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

https://www.honestdocs.id/tanda-tanda-vital-ttv-pemeriksaan-nilai-normal

Anda mungkin juga menyukai