Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN POLA TIDUR

Disusun Oleh:
Jamiatus Sodikhoh
G1B222034

Pembimbing Akademik:
Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep
Ns. Riska Amalya Nasution, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.J

Pembimbing Lapangan:
Ns. Marini, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
A. Definisi Gangguan Tidur
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diinginkannya. Sedangkan insomia adalah gangguan pada
kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi (Herdman,2012). Pada
individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat ditunjukkan dengan
kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah,
lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, konjungtiva merah, mata perih,
konsentrasi terpecah, sakit kepala dan sering mengantuk (Hidayat, 2006).
B. Klasifikasi Ganguan Tidur
Menurut Remelda (2008) terdapat beberapa gangguan tidur antara lain:
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis,sering terbangun dari tidur,dan atau tidur pendek
atau tidur non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur,baik secara kualitas maupun kuantitas.Umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis
insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memubi
tidur,Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga,terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit
untuk tidur kembali.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur,dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia,yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini
sulit dibedakan dari kenyataan Kelumpuhan tidur,perasaan tidak mampu
bergerak,atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya.
5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.Ada
tiga jenis tidur apnea yaitu: apnea sentral,obstruktif,dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut
atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat
sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea)atau
menghentikannya (apnea) selama 30 detik.
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau,hal itu terjadi sebelum tidur REM.
C. Tahapan-Tahapan Tidur
1. Non Rapid Eye Movement(NREM) Terjadi kurang lebih 90 menit
pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
a. Tahap 1 merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan:
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG:penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga,
dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan:
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG:Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus/detik
yang disebut gelombang tidur.
c. Tahap III merupakan awal tahap tidur nyenyak.Tahap ini
berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus/detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d. Tahap IV tahap tidur nyenyak, berlangsung sekitar 15-30
menit.Tahap ini ditandai dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi
c) Tonus Otot menurun(relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30%.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol)
2. Rapid Eye Movement(REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada
orang dewasa REM terjadi 20-25%dari tidurnya. Tahapan tidur REM
ditandai dengan:
a Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b Mimpi yang berwama dan nyata muncul.
c Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang
berfluktuasi.
f Metabolisme meningkat.
g Lebih sulit dibangunkan.
h Sekresi ambung meningkat
i Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20
menit.
j Karakteristik tidur REM
a) Mata: cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot: kejang otot kecil,otot besar immobilisasi.
c) Pernapusan: tidur teratur,kadang dengan apnea.
d) Nadi: cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah: eningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster: meningkat.
g) Metabolisme: meningkat,temperatur tubuh naik
h) Gelombang otak: EEG aktif.
i) Siklus tidur: sulit dibangunkan.
D. Etiologi Gangguan Tidur
Gangguan tidur bukanlah suatu penyakit melainkan gejala yang memiliki
banyak faktor yang dapat menyebabkan atau dapat dikatakan tidak
mempunyai penyebab pasti terjadinya gangguan tidur ini. Menurut Remelda
(2008) terdapat beberapa perilaku yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami gangguan tidur ,yaitu:
1. Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka,dll)
2. Kekhawatiran tidak dapat tidur
3. Mengkonsumsi caffein secara berlebihan
4. Minum alkohol sebelum tidur
5. Merokok sebelum tidur
6. Tidur siang/sore yang berlebihan
7. Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur.
8. Faktor psikologi (stress,depresi,sakit fisik,sesak nafas)
9. Faktor lingkungan (lingkungan sekitar dan gaya hidup)
Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapar beberapa penyebab
gangguan pola tidur anataralain:
1. Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingungan, pengcahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Reinstraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
E. Tanda dan Gejala Gangguan Tidur
Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI (2016) terdapat beberapa gejala dan
tanda mayor/minor pada gangguan pola tidur anataralain:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
6. Mengeluh kemampuan beristirahat tidak cukup
F. Patofisoilogi Gangguan Tidur
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu
medulla, tepatnya di RAS (Recticular Activating System) dan BSR (Bulbar
Synchronizing Region). RAS terdiri dari neuron-neuron di medulla
oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahan status
bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan
fisiologis dalam tubuh terjadi selama proses tidur. Dua system RAS dan BSR
diperkirakan terjadinya kegiatan/pergerakan yang intermiten dan selanjutnya
menekan pusat-pusat otak secara bergantian RAS berhubungan dengan status
jaga tubuh dan menerima impuls sensori,seperti stimulus auditory,visual,nyeri
dan stimulus taktil. Stimulus sensori ini dapat mempertahankan keadaan
bangun dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikit sekali stimulus
dari korteks cerebri atau reseptor sensori perifer pada RAS. Individu bangun
dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR meningkat pada saat
tidur. Terjadinya insomnia ini dimungkinkan karena RAS dan BSR tidak
bekerja dengan semestinya di batang otak (Haswita, 2017)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidur:
1. Penyakit
Seseorang yang mnengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak
dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurmya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal,seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia),
dan Narkotika (Mensupresi REM).
G. Penatalaksanaan Gangguan Tidur
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebeum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada
pun cara yang dapat dilakukan antara lain:
a Terapi relaksasi
b Terapi tidur yang bersih
c Terapi pengaturan tidur
d Tempi psikologi/psikiatri
e CBT(Cognitive Behavioral Therapy)
f Sleep Restriction Therapy
g Stimulus Control Therapy
h Cognitive Therapy
i Imagery Training
j Mengubah gaya hidup
2. Terapi Famakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a Golongan obat hipnotik
b Golongan obat antidepresan
c Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d Golongan obat antihistamin.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita dan Reni. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa


Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media
Herdman,T.Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Hidayat,A.A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan, Jakarta. Salemba Medika
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi I. Jakarta: DPP PPNL.
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta: Elex media
komputindo

Anda mungkin juga menyukai