Anda di halaman 1dari 34

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS INSOMNIA

DOSEN PEMBIMBING :
Siti Fatonah., SKp., M.Kes

DISUSUN OLEH :
Nama : LUTHVIA HAMINDA A
NIM : 1914401055
Kelas : Tingkat 2 D3 Reguler 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN DX MEDIS INSOMNIA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Istirahat Tidur
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan
Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan
Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian
tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan
alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang
periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan dan dapat ditingkatkan (Herdman, 2012).

2. Etiologi Istirahat Tidur


Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada
lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di
tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang
biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam
proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010)

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja,
dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini
ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

Gangguan Tidur

Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur
kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini
dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau,
teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme
(gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan
mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu :
apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif
atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah.
OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi
saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga
sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika
pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-
turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai
gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

3. Patofisiologi

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tidur


a. Penyakit 
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan 
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi 
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan 
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan 
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
f. Alkohol 
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan 
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf
simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).

PATHWAYS

Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi emosional tidak nyaman
Gaya hidup

Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan Sulit tidur
bekerja tidur
rotasi
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan
Motivasi
perubahan
Sering tidur
jadwal tidur
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi

Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
Lemah & letih

Tidak dapat tidur


Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola dalam periode
banyak tidur dengan kualitas baik tidur panjang

Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
Gangguan pola
Insomnia
tidur

4. Manifestasi Klinik
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau
respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.

5. Pemeriksaan Penunjang

Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah meminta pasien
untuk membuat sleep log, yaitu catatan harian mengenai informasi pola dan kualitas
tidur yang dialami pasien secara subyektif. Selain untuk penegakan diagnosis, catatan
ini juga bermanfaat untuk monitoring respon terapi.
Polisomnografi

Instrument yang dikembangkan sebagai pemeriksaan penunjang untuk gangguan tidur


adalah polisomnografi. Polisomnografi memonitor aktivitas otak

(elektroensefalografi), gerakan bola mata (elektrookulografi), aktivitas otot


(elektromyografi), jantung (EKG), respirasi, dan saturasi oksigen.
Kebanyakan gangguan tidur dapat didiagnosis dengan anamnesis saja. Namun
polisomnografi dapat bermanfaat untuk mendiagnosis jenis gangguan tidur spesifik,
misalnya obstructive sleep apnea, mengorok, dan narkolepsi.
1) Kultur sputum: menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada stadium aktif.
2) Ziehl Neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid): positif untuk
bakteri tahan asam (BTA)
3) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch): reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan penyakit sedang aktif.
4) Foto rontgen dada (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi
awal dibagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih
berat, dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, serta
biopsi kulit): menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel – sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit: mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya infeksi,
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB
paru kronik lanjut.
8) ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa kerusakan
paru. 9) Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru karena TB.
9) Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
10) Tes fungsi paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan
saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala 27 sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.

6. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena  penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu
tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari
kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-
waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan
penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang
dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita
secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita
untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita
yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol,
mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat
terbuka seperti pantai dan gunung.

2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat
golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb
( Remelda, 2008).

B. Konsep Kebutuhan Dasar

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam buku Asmadi (2009)
lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Kebutuhan
oksigen menurut Abraham Maslow terdapat dalam kebutuhan fisiologis (Physiologic
Needs), karena oksigen sangat berperan dalam vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang
maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Kebutuhan dasar tersebut mencakup:
a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urin dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan seksual

1. Definisi Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak
cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut
menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang
secara keseluruhan. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan
mental. Pada umumnya, butuh 8 jam tidur dalam sehari untuk menjaga kondisi tubuh
tetap fit.
Terdapat dua tipe insomnia yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia
primer adalah insomnia yang tidak terkait dengan kondisi medis lain. Sedangkan
insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh gangguan kesehatan lain,
misalnya radang sendi, asma, depresi, kanker, atau refluks asam lambung (GERD).
Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan atau alkohol.

2. Sistem yang terlibat dalam proses insomnia

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan
mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.

Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan
tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah.
Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis,
metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah
dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon


Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.

 
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada
daerah radial tangan.

5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan
sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,
lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

3.  Proses Insomnia
Kerjaan menumpuk

Tidak mampu menyelesaikan tugas

Khawatir

Jantung berdebardebar

Cemas (ansietas)

Insomnia

Mimpi buruk

Hipotalamus terangsang

Terbangun

Waktu tidur terpenuhi

Pergeseran tahap tidur berkaitan penuaan

Deprivasi tidur

Merasa cepat kenyang

Nafsu makan berkurang

Asupan makan berkurang

Penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh

4. Faktor yang mempengaruhi insomnia

 Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya melakukan
aktifitas sehari-hari.

 Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.

 Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.

 Situasi dan Kebiasaan


Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda
yang berat.

 Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
 Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.

 Tingkat perkembangan tubuh


Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara
proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.

 Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

 Kelemahan neoromuskular dan skelet


Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh terhadap
pergerakan.

 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan

5. Masalah-masalah gangguan insomnia


1. Gangguan mobilitas fisik
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien dapat
bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya

2. Deficit perawatan diri


Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu bergerak banyak karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang lain untuk
melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena
intoleransi aktivitasnya.

3. Koping individu tidak efektif


Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu bergerak banyak
karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup.    pasien tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan atau perannya karena mereka merasa kurang motivasi untuk
melakukan suatu pekerjaan

4. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien
langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.

C. Proses Keperawatan

1. PENGKAJIAN
Anamnesa
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.

a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang membentuk
suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang
dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit lain. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang dialami
keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari
genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah
kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar
lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh dari hasil
laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari
keadaan fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi kardiovaskuler,
terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-tanda vital
seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar, penampilan,
depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata;
Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan? Apakah
keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda
infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran
vena jugularis?
(c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi,
adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah
bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor kulit
menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
(g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
(h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah ada
kesulitan untuk berkemih?
2. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat tidur
pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan
tidur, keadaan bangun tidur.

f) Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium


Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan
melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi
Batasan karakteristik :
- Perubahan afek
- Perubahan konsentrasi
- Perubahan mood
- Perubahan pola tidur
- Gangguan status kesehatan
- Penurunan kualitas hidup
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
- Tidur memuaskan
- Bangun terlalu dini
- Sering membolos
- Peningkatan terdjadi kecelakaan
- Kekurangan energi
- Polat tidur tidak menyehatkan
- Gangguan pola tidur yang berdampak pada keesokan hari
Faktor yang berhubungan :
- Konsumsi Alkohol,
- Ansietas,
- Rata – Rata Aktivitas Harian Kurang Dari Yang Dianjurkan Menurut Gender Dan
Usia
- Depresi
- Kendala Lingkungan
- Ketakutan Sering Mengantuk
- Berduka
- Higine Tidur Tidak Adekuat
- Ketidaknyamanan Fisik
- Stresor
Kondisi terkait :
- Perubahan hormonal
- Agens farmaseutika

2. Deprivasi tidur : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran relatif periodik
dan berlangsung alami untuk istirahat
Batasan karakteristik :

- Agitasi - Fleeting nystagmus


- Perubahan konsentrasi - Halusinasi
- Ansietas - Tremor tangan
- Apatis - Peningkatan sensitivitas
- Memberontak terhadap nyeri
- Konfusi - Iritabilitas
- Penurunan kemampuan - Lateragi
berfungsi - Malaise
- Waktu bereaksi memanjang - Gangguan persepsi
- Mengantuk keletihan - Gelisah
- Paranoia sementara
Faktor yang berhubungan
- Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
usia
- Kendala lingkungan
- Konfus sore hari
- Pola tidur tidak menyehatkan
- Stimulasi lingkungan yang terus menerus
- Ketidaknyamanan yang lama, teror tidur, tidur berjalan
Populasi Beresiko
- Paralisis tidur familial
Ditandai Dengan :
- Gangguan pergerakan ekstremitas periodik
- Demensia
- Hipersomnolen sistem syaraf pusat idiopatik
- Narkolepsi
- Mimpi buruk
- Apnea tidur
- Enuresis terkait tidur
- Ereksi nyeri terkait tidur
- Program pengobatan

3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal
Batasan karakteristik :
- Kesulitan berfungsi sehari – hari
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup istirahat
- Terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor yang berhubungan :
- Gangguan karena tidur pasangan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
Kondisi terkait :
- Imobilisasi

4. Kesiapan meningkatkan tidur : Pola berhentinya kesadaran relatif secara periodik.


Dan berlangsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan gaya hidup yang
diminati, yang dapat ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :
- Mengungkapkan minat meningkatkan tidur

3. PERENCANAAN

Tujuan Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan
(SMART) (SIKI)
1 Disorganisasi perilaku bayi Tujuan: Perawatan bayi
Setelah dilakukan intervensi Definisi :
Definisi:
keperawtan maka organisasi
Disintegrasi respon fisiologis dan perilaku bayi meingkat dengan Mengidentifikasi dan merawat kesehatan
neurobehaviour babi terhadap keriteria hasil: bayi
lingkungan 1) Gerakan pada ekstermitas Observasi
Etiologi: meningkat - Monitor tanda-tanda vital
1. Fisiologis : 2) Kemampuan jari-jari bayi(terutama suhu 36,5ᵒC- 37,5ᵒC)
a. Keterbatasan lingkungan menggenggam meningkat Terapeutik
fisik 3) Gerakan terkoodinasi - Mandikan bayi dengan suhu
b. Ketidaktepatan sensori meningkat ruangan 21-24ᵒC
c. Kelebihan stimulasi sensorik 4) Respon normal terhadap - Mandikan dalam waktu 5-10 menit
d. Imaturitas sistem sensoris stimulus sensorik dan 2 kali dalam sehari
e. Prematuritas meningkat - Rawat tali pusat secara terbuka (tali
f. Prosedur invasif 5) Menangis meningkat pusat tidak dibungkus apapun)
g. Malnutrisi 6) Mampu berespon kejut - Bersihkan pangkal tali pusat lidi
h. Gangguan motoric meningkat kapas yang telah diberi air matang
i. Kelainan kongenital 7) Irritabilitas - Kenakan popok bayi dibawah
j. Kelainan genetik 8) Refleks meningkat umbilikus jika tali pusat belum
k. Terpapar teratogenik 9) Tonus motorik meningkat terlepas
10) Saturasi meningkat - Lakukan pemijatan bayi
Gejala dan Tanda Mayor 11) Gelisah menurun - Ganti popok bbayi jika basah
Subjektif 12) Tremor menurun - Kenakan pakaian bayi dari bahan
(tidak tersedia) 13) Tersentak menurun katun
14) Aritmia menurun
Objektif 15) Bradikardi menurun Edukasi
a. Hiperekstensi ekstermitas 16) Takikardia menurun - Anjurkan ibu menyusui sesuai
b. Jari-jari meregang atau 17) Kemampuan menyusu kebutuhan bayi
tangan menggenggam membaik - Ajarkan ibu cara merawat bayi di
c. Respon abnormal terhadap 18) Warna kulit membaik rumah
stimulus sensorik - Ajarkan cara pemberian makanan
d. Gerakan tidak terkoordinasi pendamping ASI pada bayi >6
bulan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
a. Menangis
b. Tidak mampu menghambat
respon terkejut
c. Iritabilitas
d. Gangguan refleks
e. Tonus motoric berubah
f. Tangan diwajah
g. Gelisah
h. Tremor
i. Tersentak
j. Aritmia
k. Bradikardia atau tatikardia
l. Saturasi menurun
m. Tidak mau menyusu
n. Warna kulit berubah

Kondisi Klinis Terkait


a. Hospitalisasi
b. Prosedur invasif
c. Prematuritas
d. Gangguan neurologis
e. Gangguan pernafasan
f. Gangguan kardiovaskuler

2 Gangguan Mobilitas Fisik Tujuan : Dukungan Ambulasi


Definisi: Setelah dilakukan Definisi :
intervensi keperawatan Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
maka mobilitas fisik aktivitas berpindah
atau lebih ekstremitas secara mandiri meningkat dengan Observasi
keriteria hasil : - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Etiologi:
1) Pengerakan lainnya
1. Fisiologis ekstremitas meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan
a. Kerusakan integritas struktur 2) Kekuatan otot ambulasi
tulang meningkat Terapeutik
b. Perubahan metabolisme 3) Rentang gerak (ROM) - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
c. Ketidakbugaran fisik 4) Nyeri menururn bantu (mis.tongkat,kruk)
d. Penurunan kendali otot 5) Kecemasan menururn - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
6) Kaku sendi (menurun) perlu
e. Penurunan massa otot
7) Gerakan tidak - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
f. Penurunan kekuatan otot
terkoordinasi dalam meningkatkan ambulasi
g. Keterlambatan perkembangan menururn Edukasi
h. Kekakuan sendi 8) Gerakan terbatas - Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
i. Kotraktur menururn - Anjurkan melakukan ambulasi dini
j. Malnutrisi 9) Kelemahan fisik - Anjarkan melakukan ambulasi sederhana
k. Gangguan musculoskeletal menurun yang harus dilakukan (mis.berjalan dari
l. Gangguan neuromuskular tempat tidur ke kursi roda,berjalan dari
m. Indeks masa tubuh diatas tempat tidur ke kamar mandi,berjalan
persentil ke-75 sesuai usia sesuai toleransi
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan gerak Dukungan mobilisasi
p. Nyeri kurang terpapar informasi Definisi :
tentang aktivitas fisik Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan
q. Kecemasan aktivitas pergerakan fisik
r. Gangguan kognitif Observasi
s. Keengganan melakukan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
pergerakan
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
t. Gangguan sensoripersepsi
pergerakan
Gejala dan Tanda Mayor - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
Subjektif darah sebelum memulai mobilisasi
Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
Objektif bantu (mis.pagar tempat tidur)
a. Kekuatan otot menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan,jika perlu
b. Rentang gerak (ROM) menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
Gejala dan Tanda Minor
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Subjektif
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
a. Nyeri saat bergerak
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
b. Enggan melakukan penggerakan
dilakukan (mis.duduk di tempat
c. Merasa cemas saat bergerak
tidur,duduk di sisi tempat tidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Objektif
a. Sendi kaku
b. Gerakan tidak terkoordinasi
c. Gerakan terbatas
d. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
a. Strok
b. Cedera medula spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Ostemalasia
g. Keganasan
3 Ganggan pola tidur Tujuan: Dukungan tidur
Setelah dilakukan Definisi :
Definisi:
intervensi keperawatan Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu
maka pola tidur
tidur akibat faktor eksternal
membaik dengan criteria Observasi
Etiologi:
hasil : - Identifikasi pola aktivitas tidur
1. Hambatan lingkungan (mis.kelembapan
1) Keluhan sulit tidur - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
lingkungan sekitar,suhu
meningkat dan/atau psikologis)
lingkungan,pencahayaan,kebisingan,ba
2) Keluhan sering - Identifikasi makan dan minum yang
u tidak sedap,jadwal
terjaga meningkat mengganggu tidur (mis.kopi,teh,alkohol,
pemantauan/periksaan/tindakan
3) Keluhan tidak puas makan mendekati waktu tidur, minum
2. Kurang kontrol tidur
tidur meningkat banyak air sebelum tidur)
3. Kuarang privasi
4) Keluhan pola tidur - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
4. Restraint fisik
berubah meningkat Terapeutik
5. Ketiadaan teman tidur
5) Keluhan istirahat - Modifikasi lingkungan
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
tidak cukup (mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,
Gejala dan Tanda Mayor
meningkat dan tempat tidur)
Subjektif
6) Kemampuan - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
a. Mengeluh sulit tidur
beraktivitas - Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
b. Mengeluh sering terjaga
menurun tidur
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah - Tetapkan jadwal tidur rutin
e. Mengeluh istirahat tidak cukup - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.pijat,pengaturan
Objektif posisi,terapi akupresur)
(tidak tersedia) - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-
Gejala dan Tanda Minor terjaga
Subjektif Edukasi
a. Mengeluh kemampuan - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
beraktivitas menurun sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Objektif - Anjurkan menghindari makanan/minuman
(tidak tersedia) yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
Kondisi Klinis Terkait mengandung supresor terhadap tidur REM
a. Nyeri/kolik - Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
b. Hipertiroidisme terhadap gangguan pola tidur
(mis,psikologis,gaya hidup, sering berubah
c. Kecemasan shift bekerja)
d. Penyakit paru obstruktif kronis - Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
e. Kehamilan nonfarmakologi lainnya
f. Periode pasca partum
g. Kondisu pasca operasi

4 Intoleransi aktivitas Tujuan: Manajemen energi


Definisi: Setelah dilakukan Definisi :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan intervensi keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
aktivitas sehari-har maka toleransi aktivitas energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
Etiologi: meningkat dengan dan mengoptimalkan proses pemulihan
1. Ketidak seimbangan antara suplai dan criteria hasil : Observasi
kebutuhan oksigen 1) Frekuensi nadi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
2. Tirah baring meningkat mengakibatkan kelelahan
3. Kelemahan 2) Saturasi oksigen - Monitor kelelahan fisik dan emosional
4. Imobilitas meningkat - Monitor pola dan jam tidur
5. Gaya hidup monoton 3) Kemudahan dalam - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Gejala dan Tanda Mayor melakukan aktivitas selama melakukan aktivitas
Subjektif sehari-hari meningkat Terapeutik
a. Mengeluh Lelah 4) Kecepatan berjalan - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis.cahaya, suara, kunjungan)
Objektif 5) Jarak berjalan - Lakukan latihan rentang gerak pasif
a. Frekuensi jantung meningkat meningkat dan/atau aktif
>20% dari kondisi istirahat 6) Kekuatan butuh - Berikan aktivitas distraksi yang
Gejala dan Tanda Minor bagian atas meningkat menenangkan
Subjektif 7) Kekuatan tubuh - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
a. Dispnea saat/setelah aktivitas bagian bawah todak dapat berpindah atau berjalan
b. Merasa tidak nyaman setelah meningkat Edukasi
beraktivitas 8) Toleransi dalam - Anjurkan tirah baring
c. Merasa lelah menaiki tangga - Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat bertahap
Objektif 9) Keluhan lelah - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
a. Tekanan darah berubah >20% menurun dan gejala kelelahan tidak berkurang
dari kondisi istirahat 10) Dispnea saat aktivitas - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
b. Gambaran EKG menunjukkan menurun kelelahan
aritmia saat/setelah ativitas 11) Dispnea setelah Kolaborasi
c. Gambaran EKG menunjukkan aktivitas menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
iskemia 12) Perasaan lemah meningkatkan asupan makanan
d. Sianosis menurun
Kondisi Klinis Terkait 13) Aritmia saat aktivitas Terapi aktivitas
a. Anemia menurun Definisi :
b. Gagal jantung kongestif 14) Aritmia setelah Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial,
c. Penyakit jantung coroner aktivitas menurun spiritual, tertentu untuk memulihkan ketertiba,
d. Penyakit katup jantung 15) Sianosis menurun frekuensi,atau durasi aktivitas individua tau
e. Aritmia 16) Warna kulit membaik kelompok
f. Penyakit paru obstruktif kronis 17) Tekanan darah Observasi
(PPOK) membaik - Identifikasi deficit tingkat aktivitas
g. Gangguan metabolik 18) Frekuensi napas - Identifikasi kemampuan berpartisipasi
h. Gangguan muskuloskeletal membaik dalam aktivitas tertentu
19) EKG iskemia - Identifikasi sumber daya utnuk aktivitas
membaik yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan waktu luang
- Monitor respons emosional, fisik, sosial,
spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan,bukan
defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik,psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemulihan aktivitas sesuai
usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dan
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulasi,mobilisasi ,dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi,
atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
kegiatan keagamaan khusus )untuk pasien
demensia jika sesuai
- Libatkan dalam permainan kelompok yang
tidak kompetitif ,terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan ketertiban dalam aktivitas
rekreasi dalam diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. vokal grup,
bola voli ,tenis meja, jogging, berenang,
tugas sederhana ,permainan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga ,perawatan
diri, dan teka-teki ,dan kartu
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
perlu
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
- Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga
fungsi, dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika perlu
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu

5 Keletihan Tujuan: Edukasi aktivitas/ istirahat


Definisi: Setelah dilakukan Definisi:
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental intervensi keperawatan Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
yang tidak pulih dengan istirahat maka tingkat keletihan
menurun dengan criteria Observasi
Etiologi: hasil : - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Gangguan tidur 1) Verbalisasi kepulihan menerima informasi
2. Gaya hidup monoton energi meningkat Terapeutik
3. Komdisi fisiologis(mis.penyakit 2) Tenaga meningkat - Sediakan materi dan media pengaturan
kronis,penyakit 3) Kemampuan aktivitas dan istirahat
terminal,anemia,malnutrisi,kehamilan) melakukan aktivitas - Jadwalkan pemberian pendidikan
4. Program perawatan/pengobatan jangka rutin meningkat kesehatan sesuai kesepakatan
Panjang 4) Motivasi meningkat - Berikan kesempatan kepada pasien dan
5. Peristiwa hidup negative 5) Verbalisasi lelah keluarga untuk bertanya
6. Stres berlebihan menurun Edukasi
7. Depresi 6) Lesu menurun - Jelaskan pentingnya aktivitas fisik /
7) Gangguan konsentrasi olahraga secara rutin
menurun - Anjurkan terlibat dalam aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor 8) Sakit kepala menurun kelompok, aktivitas bemain atau aktivitas
Subjektif 9) Sakit tenggorokan lainnya
a. Merasa energi tidak pulih menurun - Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
walaupun telah tidur 10) Mengi menurun istirahat
b. Merasa kurang tenaga 11) Sianosis menurun - Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
c. Mengeluh lelah 12) Gelisah menurun istirahat (mis.kelelahan,sesak napas saat
13) Frekuensi napas aktivitas)
Objektif menurun - Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
a. Tidak mampu mempertahankan 14) Perasaan bersalah jenis aktivitas sesuai kemampuan
aktivitas rutin menurun
b. Tampa lesu 15) Selera makan Manajemen energi
membaik Definisi :
Gejala dan Tanda Minor 16) Pola napas membaik Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
Subjektif 17) Libido membaik energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
a. Merasa bersalah akibat tidak 18) Pola istirahat dan mengoptimalkan proses pemulihan
mampu menjalankan tanggung
jawab membaik Observasi
b. Libido menurun - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
Objektif - Monitor kelelahan fisik dan emosional
a. Kebutuhan istirahat meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kondisi Klinis Terkait selama melakukan aktivitas
a. Anemia Terapeutik
b. Kanker - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
c. Hipotiroidisme /Hipertiroidisme stimulus (mis.cahaya, suara, kunjungan)
d. AIDS - Lakukan latihan rentang gerak pasif
e. Depresi dan/atau aktif
f. Menopause - Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Keterangan - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
Diagnosis keletihan merupakan perasaan todak dapat berpindah atau berjalan
subjektif yang tidak teratasi dengan Edukasi
istirahat dan intervensi keperawatan tidak - Anjurkan tirah baring
difokuskan untuk meningkatkan daya - Anjurkan melakukan aktivitas secara
tahan beraktivitas (endurance), melainkan bertahap
untuk membantu klien beradaptasi dengan - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
kondisi yang dialaminya. Sedangkan dan gejala kelelahan tidak berkurang
Intoleransi Aktivitas difokuskan untuk - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
meningkatkan toleransi dan daya tahan
Kolaborasi
beraktivitas klien
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
6 Kesiapan peningkatan tidur Tujuan: Dukungan tidur
Definisi; Setelah dilakukan Definisi :
Pola penurunan kesadaran alamiah dan intervensi keperawatan Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
periodik yang memungkinkan istirahat maka pola tidur membaik
adekuat,mempertahankan gaya hidup yang dengan kroteria hasil : Observasi
diinginkan dan dapat ditingkatkan. 1) Keluhan sulit - Identifikasi pola aktivitas tidur
tidur meningkat - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
Gejala dan Tanda Mayor 2) Keluhan sering dan/atau psikologis)
Subjektif terjaga - Identifikasi makan dan minum yang
a. Mengekspresikan keinginan untuk meningkat mengganggu tidur (mis.kopi,teh,alkohol,
meningkat tidur 3) Keluhan tidak makan mendekati waktu tidur, minum
b. Mengekspresikan perasaan cukup puas tidur banyak air sebelum tidur)
istirahat setelah tidur meningkat - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Objektif 4) Keluhan pola Terapeutik
a. Jumlah waktu tidur sesuai dengan tidur berubah - Modifikasi lingkungan
pertumbuhan perkembangan meningkat (mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,
5) Keluhan dan tempat tidur)
Gejala dan Tanda Minor istirahat tidak - Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Subjektif cukup - Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
a. Tidak menggunakan obat meningkat tidur
tidur 6) Kemampuan - Tetapkan jadwal tidur rutin
Objektif beraktivitas - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
a. Menerapkan rutinitas tidur yang menurun kenyamanan (mis.pijat,pengaturan
meningkatkan kebiasaan tidur posisi,terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-
Kondisi Klinis Terkait terjaga
a. Pemulihan pasca operasi Edukasi
b. Nyeri kronis - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
c. Kehamilan (periode prenatal / sakit
postnatal) - Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
d. Sleep apnea - Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
(mis,psikologis,gaya hidup, sering berubah
shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Edukasi aktivitas / istirahat


Definisi:
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat

Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya aktivitas fisik /
olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bemain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis.kelelahan,sesak napas saat
aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
7 Risiko disorganisasi perilaku bayi Tujuan: Edukasi keamanan bayi
Definisi: Setelah dilakukan Definisi :
Berisiko mengalami disintegritasi respon intervensi keperawatan Menyediakan informasi dan dukungan terhadap
fisiologis dan neurobehaviour bayi maka organisasi pencegahan cedera pada bayi
terhadap lingkungan perilaku bayi Observasi
Faktor risiko: meningkat dengan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Kelebihan stimulasi sensorik criteria hasil : menerima informasi
2. Prematuritas 1) Gerakan pada Terapeutik
3. Prosedur invasif ekstermitas meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan
4. Gangguan motoric 2) Kemampuan jari- kesehatan
5. Kelainan kongenital jari menggenggam - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
6. Kelainan genetik meningkat kesepakatan
3) Gerakan terkoodinasi
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Kondisi Klinis Terkait meningkat
4) Respon normal Edukasi
a. Hopitalisasi
terhadap stimulus - Anjurkan selalu mengawasi bayi
b. Prosedur invasif
c. Prematuritas sensorik meningkat - Anjurkan tidak meninggalkan bayinya
d. Gangguan neurologis 5) Menangis meningkat sendirian
e. Gangguan pernapasan 6) Mampu berespon kejut - Anjurkan menjauhkan benda yang
f. Gangguan kardiovaskuler meningkat berisiko membahayakan bayi
7) Irritabilitas (mis.kantung
8) Refleks meningkat plastik,karet,tali,kain,benda-benda
9) Tonus motorik kecil,benda-benda tajam,pembersih
meningkat lantai)
10) Saturasi meningkat - Anjurkan memasang penghalang pada
11) Gelisah menurun sisi tempat tidur
12) Tremor menurun - Anjurkan menutup sumber listrik yang
13) Tersentak menurun terjangkau oleh bayi
14) Aritmia menurun - Anjurkan mengatur perabotan rumah
15) Bradikardi menurun tangga di rumah
16) Takikardia menurun
- Anjurkan memberikan pembatas pada
17) Kemampuan menyusu
membaik area berisiko (mis.dapur,kamar
mandi,kolam)
18) Warna kulit membaik
- Anjurkan menggunakan kursi dan sbuk
pengaman khusus bayi saat berkendara
- Anjurkan penggunaan sabuk pengaman
pada stroller (kursi dorong bayi),kursi
khusus bayi dengan aman
- Anjurkan tidak meletakkan bayi pada
tempat tidur yang tinggi

Perawatan bayi
Definisi :
Mengidentifikasi dan merawat kesehatan bayi

Observasi
- Monitor tanda-tanda vital bayi(terutama
suhu 36,5ᵒC- 37,5ᵒC)

Terapeutik
- Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21-
24ᵒC
- Mandikan dalam waktu 5-10 menit dan 2
kali dalam sehari
- Rawat tali pusat secara terbuka (tali pusat
tidak dibungkus apapun)
- Bersihkan pangkal tali pusat lidi kapas yang
telah diberi air matang
- Kenakan popok bayi dibawah umbilikus
jika tali pusat belum terlepas
- Lakukan pemijatan bayi
- Ganti popok bbayi jika basah
- Kenakan pakaian bayi dari bahan katun

Edukasi
- Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan
bayi
- Ajarkan ibu cara merawat bayi di rumah
- Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi >6 bulan

8 Risiko intoleransi aktivitas Tujuan: Manajemen energi


Definisi: Setelah dilakukan Definisi :
Berisiko mengalami ketidakcukupan intervensi keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
energi untuk melakukan aktivitas sehari- maka toleransi aktivitas energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
hari meningkat dengan dan mengoptimalkan proses pemulihan
criteria hasil : Observasi
Faktor Risiko 1) Frekuensi nadi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Gangguan sirkulasi meningkat mengakibatkan kelelahan
2) Saturasi oksigen - Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Ketidakbugaran status fisik - Monitor pola dan jam tidur
meningkat
3. Riwayat intoleransi aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
3) Kemudahan dalam selama melakukan aktivitas
sebelumnya melakukan aktivitas Terapeutik
4. Tidak berpengalaman dengan sehari-hari meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
4) Kecepatan berjalan stimulus (mis.cahaya, suara, kunjungan)
suatu aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif
meningkat
5. Gangguan pernapasan 5) Jarak berjalan dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
Kondisi Klinis Terkait meningkat
menenangkan
1. Anemia 6) Kekuatan butuh - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
2. Gagal jantung kongesif bagian atas meningkat todak dapat berpindah atau berjalan
3. Penyakit katup jantung 7) Kekuatan tubuh Edukasi
4. Aritmia bagian bawah - Anjurkan tirah baring
5. Penyakit paru obstruktif kronis meningkat - Anjurkan melakukan aktivitas secara
(PPOK) bertahap
8) Toleransi dalam
6. Gangguan metabolik - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
7. Gangguan musculoskeletal menaiki tangga dan gejala kelelahan tidak berkurang
meningkat - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
9) Keluhan lelah kelelahan
menurun Kolaborasi
10) Dispnea saat aktivitas - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
menurun meningkatkan asupan makanan
11) Dispnea setelah
aktivitas menurun
Promosi latihan fisik
12) Perasaan lemah Definisi :
menurun Memfasilitasi aktivitas fisik regular untuk
13) Aritmia saat aktivitas mempertahankan atau meningkatkan ke tingkat
menurun kebugaran dan kesehatan yang lebih tinggi
14) Aritmia setelah
aktivitas menurun Observasi
15) Sianosis menurun - Identifikasi keyakinan kesehatan tentang
16) Warna kulit membaik latihan fisik
17) Tekanan darah - Identifikasi pengalaman olahraga
sebelumnya
membaik
- Identifikasi motivasi individu untuk
18) Frekuensi napas
memulai atau melanjutkan program
membaik olahraga
19) EKG iskemia - Identifikasi hambatan untuk berolahraga
membaik - Monitor kepatuhan menjalankan
program latihan
- Monitor respons terdahap program
latihan
Terapeutik
- Motivasi mengungkapkan perasaan
tentang olahraga /kebutuhan berolahraga
- Motivasi memulai atau melanjutkan
olahraga
- Fasilitasi dalam mengidentifikasi model
peran positif untuk mempertahankan
program latihan ysng sesuai untuk
memenuhi kebutuhan
- Fasilitasi dalam mengembangkan
program latihan yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan
- Fasilitasi dalam menetapkan tujuan
jangka pendek dan panjang program
latihan
- Fasiliotasi dalam menjadwalakan
periode regular latihan rutin mingguan
- Fasilitasi dalam mempertahankan
kemajuan program latihan
- Lakukan aktivitas olahraga bersama
pasien, jika perlu
- Libatkan keluarga dalam merencanakan
dan memelihara program latihan
- Berikan umpan balik positif terhadap
setiap upaya yang dijalankan pasien
Edukasi
- Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
- Jelaskan jenis latihan yang yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
- Jelaskan frekuensi,durasi,dan intensitas
program latihan yang diinginkan
- Ajarkan latihan pernapasan dan
pendinginan yang tepat
- Ajarkan teknik mengihindari cedera saat
berolahraga
- Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan rehabilitasi medis
atau ahli fisiologi olahraga, jika perlu

REFERENSI

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill Livingstone,


USA,P;605-609.

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United
State of America: Mosby Elsevier.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates INC,


Massachusets P;588-597
Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins , Philadelphia; P 21-
58

Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions


Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby Elsevier.

Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and evaluation of obstructive sleep


apnea-hypoapnea syndrome and the upper airway resistance syndrome, in : MH
kryger, TH Roth, WC Dement (Eds.). Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th
edn. WB Saunders, Philadelphia.

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University Press,
PUSA, P;9-15

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.

Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2007,Oxford
University Press, New York P;11-25
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005, Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;61-67

Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia ) Pada
Lansia. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/
JUNI%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3 Sepertember
2018 ].

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai