LAPORAN PENDAHULUAN
DOSEN PEMBIMBING :
Siti Fatonah., SKp., M.Kes
DISUSUN OLEH :
Nama : LUTHVIA HAMINDA A
NIM : 1914401055
Kelas : Tingkat 2 D3 Reguler 2
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Istirahat Tidur
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan
Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan
Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian
tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (Herdman, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan
alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur ayam” yang
periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan dan dapat ditingkatkan (Herdman, 2012).
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa menit saja,
dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-20 menit,
semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini
ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap III ini
ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis (mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya menyebabkan
tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan
abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang
berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah, 2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur
kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur non retoratif.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan
untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini
dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur, dan
bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau,
teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme
(gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika
seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui hidung dan
mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu :
apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif
atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah.
OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi
saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005).
Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga
sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur. Ketika
pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-
turut menjadi kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai
gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
3. Patofisiologi
PATHWAYS
Latihan
Obat & Stress / Lingkungan
kelelahan
Substansi emosional tidak nyaman
Gaya hidup
Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan Sulit tidur
bekerja tidur
rotasi
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan
Motivasi
perubahan
Sering tidur
jadwal tidur
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi
Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
Lemah & letih
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
eksternal internal tidur
tidur
Gangguan pola
Insomnia
tidur
4. Manifestasi Klinik
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis, atau
respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk mengubah
peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
5. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah meminta pasien
untuk membuat sleep log, yaitu catatan harian mengenai informasi pola dan kualitas
tidur yang dialami pasien secara subyektif. Selain untuk penegakan diagnosis, catatan
ini juga bermanfaat untuk monitoring respon terapi.
Polisomnografi
6. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu
tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari
kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-
waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan
penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang
dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita
secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita
untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita
yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol,
mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat
terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat
golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb
( Remelda, 2008).
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam buku Asmadi (2009)
lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Kebutuhan
oksigen menurut Abraham Maslow terdapat dalam kebutuhan fisiologis (Physiologic
Needs), karena oksigen sangat berperan dalam vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang
maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Kebutuhan dasar tersebut mencakup:
a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urin dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan seksual
1. Definisi Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak
cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut
menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang
secara keseluruhan. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan
mental. Pada umumnya, butuh 8 jam tidur dalam sehari untuk menjaga kondisi tubuh
tetap fit.
Terdapat dua tipe insomnia yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia
primer adalah insomnia yang tidak terkait dengan kondisi medis lain. Sedangkan
insomnia sekunder adalah insomnia yang disebabkan oleh gangguan kesehatan lain,
misalnya radang sendi, asma, depresi, kanker, atau refluks asam lambung (GERD).
Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan atau alkohol.
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan
mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan
tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah.
Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis,
metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah
dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada
daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan
sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,
lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
3. Proses Insomnia
Kerjaan menumpuk
↓
Tidak mampu menyelesaikan tugas
↓
Khawatir
↓
Jantung berdebardebar
↓
Cemas (ansietas)
↓
Insomnia
↓
Mimpi buruk
↓
Hipotalamus terangsang
↓
Terbangun
↓
Waktu tidur terpenuhi
↓
Pergeseran tahap tidur berkaitan penuaan
↓
Deprivasi tidur
↓
Merasa cepat kenyang
↓
Nafsu makan berkurang
↓
Asupan makan berkurang
↓
Penurunan BB
↓
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya melakukan
aktifitas sehari-hari.
Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan
4. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien
langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.
C. Proses Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Anamnesa
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
a) Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan gangguan
tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang membentuk
suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang
dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit lain. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
a) Alergi
b) Imunisasi
c) Kebiasaan/Pola hidup
d) Obat yang pernah digunakan
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang dialami
keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari
genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
c) Genogram
d) Pengkajian Keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah
kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar
lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh dari hasil
laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari
keadaan fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau, karakter)
4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi kardiovaskuler,
terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun. Tanda : penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien.
5) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera
6) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri
7) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8) Pola peran & hubungan
9) Pola manajemen & koping stres
10) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-tanda vital
seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
(a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar, penampilan,
depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan? penampilan
berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata;
Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan? Apakah
keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda
infeksi faring, cairan eksudat?
(b) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran
vena jugularis?
(c) Thorax Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi,
adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
(d) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah
bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
(e) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
(f) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor kulit
menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut
dan kuku.
(g) Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
(h) Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah ada
kesulitan untuk berkemih?
2. Data fokus yang perlu dikaji
a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat tidur
pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi durasi, gangguan
tidur, keadaan bangun tidur.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Insomnia : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi
Batasan karakteristik :
- Perubahan afek
- Perubahan konsentrasi
- Perubahan mood
- Perubahan pola tidur
- Gangguan status kesehatan
- Penurunan kualitas hidup
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
- Tidur memuaskan
- Bangun terlalu dini
- Sering membolos
- Peningkatan terdjadi kecelakaan
- Kekurangan energi
- Polat tidur tidak menyehatkan
- Gangguan pola tidur yang berdampak pada keesokan hari
Faktor yang berhubungan :
- Konsumsi Alkohol,
- Ansietas,
- Rata – Rata Aktivitas Harian Kurang Dari Yang Dianjurkan Menurut Gender Dan
Usia
- Depresi
- Kendala Lingkungan
- Ketakutan Sering Mengantuk
- Berduka
- Higine Tidur Tidak Adekuat
- Ketidaknyamanan Fisik
- Stresor
Kondisi terkait :
- Perubahan hormonal
- Agens farmaseutika
2. Deprivasi tidur : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran relatif periodik
dan berlangsung alami untuk istirahat
Batasan karakteristik :
3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal
Batasan karakteristik :
- Kesulitan berfungsi sehari – hari
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup istirahat
- Terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor yang berhubungan :
- Gangguan karena tidur pasangan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
Kondisi terkait :
- Imobilisasi
3. PERENCANAAN
Tujuan Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan
(SMART) (SIKI)
1 Disorganisasi perilaku bayi Tujuan: Perawatan bayi
Setelah dilakukan intervensi Definisi :
Definisi:
keperawtan maka organisasi
Disintegrasi respon fisiologis dan perilaku bayi meingkat dengan Mengidentifikasi dan merawat kesehatan
neurobehaviour babi terhadap keriteria hasil: bayi
lingkungan 1) Gerakan pada ekstermitas Observasi
Etiologi: meningkat - Monitor tanda-tanda vital
1. Fisiologis : 2) Kemampuan jari-jari bayi(terutama suhu 36,5ᵒC- 37,5ᵒC)
a. Keterbatasan lingkungan menggenggam meningkat Terapeutik
fisik 3) Gerakan terkoodinasi - Mandikan bayi dengan suhu
b. Ketidaktepatan sensori meningkat ruangan 21-24ᵒC
c. Kelebihan stimulasi sensorik 4) Respon normal terhadap - Mandikan dalam waktu 5-10 menit
d. Imaturitas sistem sensoris stimulus sensorik dan 2 kali dalam sehari
e. Prematuritas meningkat - Rawat tali pusat secara terbuka (tali
f. Prosedur invasif 5) Menangis meningkat pusat tidak dibungkus apapun)
g. Malnutrisi 6) Mampu berespon kejut - Bersihkan pangkal tali pusat lidi
h. Gangguan motoric meningkat kapas yang telah diberi air matang
i. Kelainan kongenital 7) Irritabilitas - Kenakan popok bayi dibawah
j. Kelainan genetik 8) Refleks meningkat umbilikus jika tali pusat belum
k. Terpapar teratogenik 9) Tonus motorik meningkat terlepas
10) Saturasi meningkat - Lakukan pemijatan bayi
Gejala dan Tanda Mayor 11) Gelisah menurun - Ganti popok bbayi jika basah
Subjektif 12) Tremor menurun - Kenakan pakaian bayi dari bahan
(tidak tersedia) 13) Tersentak menurun katun
14) Aritmia menurun
Objektif 15) Bradikardi menurun Edukasi
a. Hiperekstensi ekstermitas 16) Takikardia menurun - Anjurkan ibu menyusui sesuai
b. Jari-jari meregang atau 17) Kemampuan menyusu kebutuhan bayi
tangan menggenggam membaik - Ajarkan ibu cara merawat bayi di
c. Respon abnormal terhadap 18) Warna kulit membaik rumah
stimulus sensorik - Ajarkan cara pemberian makanan
d. Gerakan tidak terkoordinasi pendamping ASI pada bayi >6
bulan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. Menangis
b. Tidak mampu menghambat
respon terkejut
c. Iritabilitas
d. Gangguan refleks
e. Tonus motoric berubah
f. Tangan diwajah
g. Gelisah
h. Tremor
i. Tersentak
j. Aritmia
k. Bradikardia atau tatikardia
l. Saturasi menurun
m. Tidak mau menyusu
n. Warna kulit berubah
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya aktivitas fisik /
olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bemain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis.kelelahan,sesak napas saat
aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
7 Risiko disorganisasi perilaku bayi Tujuan: Edukasi keamanan bayi
Definisi: Setelah dilakukan Definisi :
Berisiko mengalami disintegritasi respon intervensi keperawatan Menyediakan informasi dan dukungan terhadap
fisiologis dan neurobehaviour bayi maka organisasi pencegahan cedera pada bayi
terhadap lingkungan perilaku bayi Observasi
Faktor risiko: meningkat dengan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Kelebihan stimulasi sensorik criteria hasil : menerima informasi
2. Prematuritas 1) Gerakan pada Terapeutik
3. Prosedur invasif ekstermitas meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan
4. Gangguan motoric 2) Kemampuan jari- kesehatan
5. Kelainan kongenital jari menggenggam - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
6. Kelainan genetik meningkat kesepakatan
3) Gerakan terkoodinasi
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Kondisi Klinis Terkait meningkat
4) Respon normal Edukasi
a. Hopitalisasi
terhadap stimulus - Anjurkan selalu mengawasi bayi
b. Prosedur invasif
c. Prematuritas sensorik meningkat - Anjurkan tidak meninggalkan bayinya
d. Gangguan neurologis 5) Menangis meningkat sendirian
e. Gangguan pernapasan 6) Mampu berespon kejut - Anjurkan menjauhkan benda yang
f. Gangguan kardiovaskuler meningkat berisiko membahayakan bayi
7) Irritabilitas (mis.kantung
8) Refleks meningkat plastik,karet,tali,kain,benda-benda
9) Tonus motorik kecil,benda-benda tajam,pembersih
meningkat lantai)
10) Saturasi meningkat - Anjurkan memasang penghalang pada
11) Gelisah menurun sisi tempat tidur
12) Tremor menurun - Anjurkan menutup sumber listrik yang
13) Tersentak menurun terjangkau oleh bayi
14) Aritmia menurun - Anjurkan mengatur perabotan rumah
15) Bradikardi menurun tangga di rumah
16) Takikardia menurun
- Anjurkan memberikan pembatas pada
17) Kemampuan menyusu
membaik area berisiko (mis.dapur,kamar
mandi,kolam)
18) Warna kulit membaik
- Anjurkan menggunakan kursi dan sbuk
pengaman khusus bayi saat berkendara
- Anjurkan penggunaan sabuk pengaman
pada stroller (kursi dorong bayi),kursi
khusus bayi dengan aman
- Anjurkan tidak meletakkan bayi pada
tempat tidur yang tinggi
Perawatan bayi
Definisi :
Mengidentifikasi dan merawat kesehatan bayi
Observasi
- Monitor tanda-tanda vital bayi(terutama
suhu 36,5ᵒC- 37,5ᵒC)
Terapeutik
- Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21-
24ᵒC
- Mandikan dalam waktu 5-10 menit dan 2
kali dalam sehari
- Rawat tali pusat secara terbuka (tali pusat
tidak dibungkus apapun)
- Bersihkan pangkal tali pusat lidi kapas yang
telah diberi air matang
- Kenakan popok bayi dibawah umbilikus
jika tali pusat belum terlepas
- Lakukan pemijatan bayi
- Ganti popok bbayi jika basah
- Kenakan pakaian bayi dari bahan katun
Edukasi
- Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan
bayi
- Ajarkan ibu cara merawat bayi di rumah
- Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping ASI pada bayi >6 bulan
REFERENSI
Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United
State of America: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University Press,
PUSA, P;9-15
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:
Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik, Edisi
4.Jakarta: EGC.
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2007,Oxford
University Press, New York P;11-25
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005, Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;61-67
Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia ) Pada
Lansia. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/
JUNI%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf. [diakses pada tanggal 3 Sepertember
2018 ].
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo