Anda di halaman 1dari 3

komunikasi terapeutik pada pasien anak

Komunikasi yang Terapeutik untuk Menangani Pasien Anak


ditulis oleh: Denanda Agnes Safitri
Komunikasi merupakan sarana efektif yang sehari-hari kita gunakan untuk
bertukar pikiran, berpendapat, serta mempengaruhi cara pikir orang lain, tak terkecuali
dalam dunia kesehatan. Tenaga kesehatan, misalnya perawat, dokter, maupun tenaga
medis lainnya memerlukan komunikasi yang baik agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai bagi kliennya. Tenaga medis yang mempunyai waktu
berinteraksi paling lama dengan klien adalah perawat. Kehadiran perawat untuk pasien
selain untuk memberikan pelayanan kesehatan juga memberi kenyamanan bagi pasien.
Oleh karena itu, kehadiran perawat dan interaksinya bisa dikatakan menjadi sebuah
obat bagi pasien tersebut.
Komunikasi untuk menunjang peran perawat dan pasien dalam konteks kesehatan
dikenal dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
secara sadar yang dilakukan oleh perawat dan bertujuan untuk kesembuhan pasien. Pada
hakikatnya komunikasi terapeutik bertujuan mempercepat kesembuhan pasien. Perawat
harus sadar bahwa pasien butuh pertolongan untuk mengurangi bahkan menghilangkan
keluhan yang dirasakan.
Salah satu pasien yang dihadapi perawat di rumah sakit adalah anak. Anak ialah
pribadi yang unik. Untuk itu diperlukan pendekatan khusus oleh perawat pada pasien
anak untuk memberi pengertian dan mengubah perilakunya yang cenderung manja dan
rewel. Ketika dirawat di rumah sakit terkadang anak merasakan stress karena adanya
perubahan status kesehatan, prosedur perawatan yang harus dijalani, perubahan
lingkungan, serta keterbatasan mekanisme koping.
Umumnya ketika anak sedang sakit orang tua sering mengalami kepanikan. Dalam
hal ini perawat harus meyakinkan dan memberi pengarahan pada orang tua pasien anak.
Perawat mendorong orang tua pasien untuk bercerita dan membuat suasana menjadi
terasa nyaman terlebih dulu. Selanjutnya pembicaraan baru masuk pada pertanyaan inti
secara perlahan.
Hal yang biasanya terjadi pada pertemuan awal antara perawat dengan pasien
anak adalah perawat melakukan pengkajian awal. Seringkali perawat melakukan
komunikasi pada orang tua pasien anak karena anak belum bisa diajak berkomunikasi
dengan baik. Namun, ketika anak dapat diajak berkomunikasi dengan baik, perawat

dapat melakukan pengkajian dan langkah-langkah selanjutnya pada anak.


Dalam berinteraksi pada anak perawat diharapkan untuk selalu bersikap
terapeutik. Saat bertemu dengan anak maupun ketika akan melakukan intervensi
keperawatan, perawat sebaiknya menyapa pasien anak dengan nama/panggilan yang
disukainya. Perawat juga harus selalu menjelaskan hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan setelah tindakan pengobatan dengan bahasa yang dimengerti anak. Dalam
interaksinya perawat harus bisa menjadi kawan bagi anak dengan menunjukkan raut
muka bersahaja, sikap hangat, mengerti kebutuhan serta perasaan anak. Hal ini
dimaksudkan agar anak tidak cemas dan takut, sehingga cepat tercapai kesembuhan.
Komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak berbeda dengan orang dewasa. Diperlukan cara yang berbeda
dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada pasien anak. Cara-cara tersebut di
antaranya adalah:
1. Perawat berbicara dengan nada suara yang rendah dan lambat agar anak dapat
mengerti hal yang dikatakan perawat.
2. Perawat sebaiknya membuat jadwal yang tidak monoton antara terapi medis dengan
hal yang disukai anak (misal: bermain).
3. Perawat diharapkan untuk memperhatikan posisi badan ketika berinteraksi dengan
pasien anak agar anak merasa nyaman.
4. Dalam melakukan kontak mata sebaiknya perawat dapat mengaturnya. Ketika
mendapat respon kurang baik maka perawat harus mengurangi kontak mata, dan saat
anak sudah bisa mengontrol perilakunya perawat kembali melakukan kontak mata pada
anak.
5. Ketika berkomunikasi dengan anak diperlukan untuk melakukan sentuhan agar anak
merasa nyaman dan dekat dengan perawat, namun perlu diingat bahwa perawat harus
meminta izin terlebih dulu.
Saat berkomunikasi terapeutik dengan anak, secara verbal perawat dapat
menggunakan teknik bercerita dengan bahasa anak supaya ia tertarik untuk
mendengarkan dan perasaan tertekannya dapat terkurangi. Dengan teknik bercerita
perawat dapat mengetahui perasaan anak. Selain menggunakan teknik bercerita, perawat
dapat menggunakan cara bermain game tiga permintaan. Game ini sangat disukai oleh
anak, oleh karenanya dengan game tersebut perawat dapat mengarahkan anak untuk
masuk dalam percakapan.
Komunikasi terapeutik pada anak tak hanya dilakukan secara verbal, namun juga

dilakukan komunikasi terapeutik secara non verbal. Untuk berkomunikasi secara non
verbal perawat dapat menggunakan teknik menulis. Dengan cara menuis perawat bisa
melakukan pendekatan pada anak. Tak hanya itu, perawat pun bisa menggunakan teknik
menggambar. Menggambar merupakan salah satu cara yang dilakukan anak untuk
mengekspresikan perasaannya dan mengungkapkan tentang dirinya dengan bebas. Selain
itu ada teknik lain, yaitu dengan bermain. Teknik bermain saya rasa merupakan cara
terefektif bagi perawat untuk berinteraksi dengan pasien anak karena dunia anak adalah
bermain.
Perawat perlu untuk menjalin hubungan terapeutik yang baik pada anak.
Hubungan terapeutik yang baik antara perawat dan pasien anak dapat memperlancar
pemberian terapi medis. Selain itu, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan
pada anak agar ia dapat mengerti cara meningkatkan kesehatannya. Dalam komunikasi
terapeutik pada anak diperlukan cara dan teknik tertentu agar tujuan dari komunikasi itu
tercapai, yaitu kesembuhan pasien anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hannan., Susilo, Eko., dan Suwanti. 2013. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi


Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah di Ruang
Perawatan Anak RSUD Ambarawa. Dalam Jurnal Keperawatan halaman 1-10.

2. Fatriansari, Asih. 2012. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Anak dan Tingkat
Kepuasan Keluarga yang Anaknya Menjalani Hospitalisasi di RSUD Al Ihsan Provinsi
Jawa Barat. M.Sc Thesis, Universitas Indonesia.

3. Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.


4. Nasir, Abdul, et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai