Anda di halaman 1dari 8

INHOUSE TRAINING

PERSIAPAN PRA ANESTESI DAN PREMEDIKASI

RSUD CILEUNGSI

2017
PERSIAPAN PRA ANESTESI DAN PREMEDIKASI

I. Latar Belakang
Pada umumnya persiapan anestesi diawali dengan persiapan psikologis /
mental bagi pasien yang akan diberikan anestesi. Evaluasi pra anestesi adalah
langkah awal dari rangkaian tindakan anestesi yang dilakukan terhadap pasien
bertujuan untuk mengetahui status fisik (ASA) pasien pre operatif, menganalisis
jenis operasi, memilih jenis dan tindakan anestesi, dan memprediksi penyulit
yang mungkin terjadi.
Premedikasi adalah tindakan awal anesthesia dengan memberikan obat-
obatan pendahuluan yang terdiri dari obat-obat golongan antikolinergik,
transquilizer, dan analgetik. Premedikasi tidak hanya mempermudah induksi
ataupun mengurangi jumlah obat-obat yang digunakan, namun yang terpenting
adalah mengurangi morbiditas perioperatif. . Dengan premedikasi ini diharapkan
bahwa saat memasuki pra bedah pasien akan bebas dari rasa cemas, cukup
mengalami sedasi tapi mudah dibangunkan dan kooperatif.

II. Pengertian
Persiapan pra anestesi dan premedikasi adalah persiapan pasien secara
fisik maupun mental agar siap dalam menjalani pembedahan, serta pemberian
obat sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi,
pemeliharaan dan pemulihan anesthesia.

III. Tujuan
1. Pengumpulan data pasien.
2. Menentukan masalah yang ada.
3. Membuat pasien bebas dari rasa cemas
4. Menentukan status fisik pasien
5. Menentukan obat dan teknik anestesi.
6. Menentukan premedikasi.
PERSIAPAN PRA ANESTESI DAN PREMEDIKASI

1. Kunjungan Pra bedah / Pre op visite


- Operasi elektif : Umumnya 1-2 hari sebelum operasi
- Operasi Emergency : Beberapa jam sebelum operasi atau pada saat
dikonsulkan oleh ahli bedah.
a. Tujuan kunjungan pre anestesi
 Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal
 Merencanakan dan memilih tehnik serta obat-obat anestesi sesuai
keadaan fisik pasien , komplikasi minimal
 Menentukan klasifikasi / status fisik, gambaran prognosis, klasifikasi ASA
b. Kegunaan secara khusus terhadap persiapan pra anestesi
 Persiapan anestesi sangat berperan terhadap keselamatan pasien
 Sebagai support mental penderita, perasaan diperhatikan
 Upaya dokter untuk mengetahui lebih banyak penyakit terdahulu yang
tidak berhubungan secara langsung terhadap pembedahan.

2. Pengumpulan data pasien


 Anamnesis
 Nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, berat badan dll.
 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita (asma, DM,
hipertensi, dll)
 Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
 Riwayat obat yang telah atau sedang digunakan (potensiasi, sinergis,
antagonis dengan obat anestesia) misal : kortikosteroid, antibiotika
golongan aminoglikosida, MAO – inhibitor, dan lain-lain.
 Riwayat operasi dan anestesi yang pernah di alami. Apakah ada
kesulitan atau komplikasi pemberian anestesi sebelumnya.
 Kebiasaan yang mempengaruhi tindakan anestesi (perokok berat,
alkoholisme, morfinis, DLL).
 Evaluasi keadaan umum penderita
a. Keadaan fisik meliputi : status gizi (obesitas atau malnutrisi)
b. Keadaan psikis : Gelisah, takut, depresi, kesakitan
c. Tanda-tanda penyakit saluran pernafasan :, sesak nafas, batuk
berdahak, NCH, Haemothoraks, pnemothoraks, wheezing/ronchi,
sputum kental/encer, dll.
d. Tanda-tanda penyakit kardiovaskuler : hipertensi, hipotensi, clubbing
finger, ortopnea, nyeri dada, sianosis, bising jantung, takikardi,
bradikardi, dyspnea, dll.
e. Kelainan GIT : Mual, muntah, diare, hematemesis, melena, ileus.
f. Kelainan hepatobilier : Ikterus, obstruktif, hepatitis
g. Kelainan urogenital : gagal ginjal kronik
h. Kelainana neuromuscular : Hemiparese, neuropati

 Riwayat keluarga
Apakah ada penyakit tertentu dalam lingkungan keluarga seperti hipetermi
maligna atau kematian akibat penyakit jantung.

 Pemeriksaan fisik
 Breath
- Frekuensi nafas, tipe nafas, suara nafas, ada tidaknya retraksi.
- Keadaan jalan nafas, bentuk hidung, lubang hidung, bentuk pipi,
dagu, mulut dan gigi.
- Keadaan lidah dan tonsil
- Pemeriksaan radiologi (foto toraks)
 Blood/system kardiovaskuler
- Nadi (regularitas, frekuensi, isi nadi)
- Tekanan darah, Perfusi perifer, Syok, pendarahan
- Keadaan jantung penderita (murmur, BJ I-II)
- Pemeriksaan darah rutin
 Brain/susunan saraf
- Gelisah / takut
- Tingkat kesadaran (GCS)
- Kelumpuhan syaraf
- Tanda-tanda TIK
 Bladder
- Produksi urin, penyumbatan saluran kecing, ada darah/tidak
- Pemeriksaan laboratorium & fungsi ginjal
 Bowel
- Apakah ada mual, muntah, diare, kembung, nyeri tekan
- Bising usus, peristaltic usus, flatus
- Cairan bebas diperut, meraba hati, lien (ukuran, konsistensi,
permukaan)
- BNO, pemeriksaan laboratorium
 Bone
- Kaku kuduk, patah tulang, bentuk leher
- Bentuk tubuh dan kelainan tulang belakang

 Pemeriksaan laboratorium
 Darah :
- Rutin : Hb, Leukosit, Trombosit, LED, hitung jenis leukosit
- Faktor bekuan darah : CT, BT, PT, aPTT dan jumlah trombosit
- Gula darah
- Faal ginjal : ureum dan kreatinin
- Faal hati : SGOT, SGPT, bilirubin, alkali fosfatase

 Pemeriksaan penunjang lain


 Pemeriksaan EKG
- Usia ≥ 40 tahun dilakukan pemeriksaan EKG
- Usia ≤ 40 tahun bila ada indikasi
 Pemeriksaan radiologi
- Foto thoraks
- Tes fungsi paru
- USG, CT-Scan, MRI

3. Menentukan masalah yang ada


 Masalah medik : asma bronchial, gangguan faal ginjal, hepar, miokard infark,
syok, TIK meningkat, dll.
 Masalah bedah : tumor besar yang dapat menyebabkan banyak
pendarahan durante operasi
 Masalah anestesi : penyakit penyerta, kesulitan intubasi karena leher
pendek, pasien obesitas, atau gigi ompong

4. Menentukan status fisik pasien


 ASA I : Bila tidak di dapatkan kelainan organic maupun sistemik selain
yang akan dioperasi.
 ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan.
 ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga aktifitas rutin
terbatas.
 ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tidak dapat melakukan
aktifitas rutin dan penyakitnya mengancam kematian.
 ASA V : Pasien emergensi / moribund, dengan atau tanpa operasi
hidupnya tidak lebih dari 24 jam.

5. Persiapan sebelum hari operasi


 Pembersihan dan pengosongan lambung
 Gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan dilepas
 Kosmetik (cat kuku, lipstik) dll.
 Memakai pakaian khusus
 Kandung kemih harus kosong
 Surat Ijin Tindakan Anestesi dan surat ijin operasi
 Tanda pengenal / label
 Pemeriksaan fisik ulang di OK
 Premedikasi

PREMEDIKASI

 Setelah evaluasi prabedah selesai langkah berikutnya adalah menentukan


macam obat premedikasi yang akan digunakan
 Cara pemberian
 Intravena (IV): 5-10 menit sebelum anestesi / operasi
 Intramuskuler (IM) : ½ - 1jam sebelum anestesi / operasi
 Per oral : Malam sebelum operasi
 Premedikasi
 Golongan narkotik
- Pethidine : 1mg/kg BB im
- Morfin : 0,1mg/kgBB im
 Golongan sedative
- Luminal 100mg im (dewasa), anak 3-5mg/kgBB im
- Nembutal 100mg im (dewasa)
- Pentobarbital 100-200mg (dewasa), anak 2mg/kg
 Golongan transquilezer
- Diazepam : 10mg im (dewasa), anak 0,3-0,5mg/kgBB im
- Dehidrobenzperidol (DHBP) 2,5-5mg/kgBB im
 Golongan obat pengering
- Sulfas atropine : 0,05-0,01mg/kgBB im
- Skopolamin : 0,5mg im, anak 0,01mg/kgBB im
 Dalam praktek sehari-hari sering diberikan kombinasi beberapa obat untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan :
 Kombinasi : narkotik-benzodiazepin-antikolinergik
 Kombinasi : narkotik-butyropenon-antikolinergik
 Kombinasi : narkotik-antihistamin-antikolinergik
 Barbiturat (pentobarbital )
 Keuntungan : Memberikan sedasi, depresi nafas minimal, depresi sirkulasi
minimal, tidak ada efek mual-muntah
 Kerugian : tidak ada efek analgesi, disorientasi, tiak ada antagonisnya
 Pemberian : peroral (jarang)
 Narkotik (morfin, petidhine)
 Keuntungan : Memudahkan induksi, mengurangi kebutuhan obat anestesi,
menghasilkan analgesi, dapat di antagonisir dengan nalokson
 Kerugian : vasodilatasi perifer (hipotensi ortostatik), depresi nafas, mual-
muntah
 Pemberian : IV, IM
 Antikolinergik
Atropin memiliki efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari asetilkolin,
atropine dapat menembus barrier lemak : BBB, placenta barrier, GIT
 Keuntungan : Efek antisialoque, menghambat refleks bradikardia
 Kerugian : CNS toxicity (gelisah, agitasi), nadi naik, midriasis, kenaikan
suhu tubuh, mengeringkan secret jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai