Anda di halaman 1dari 6

2.

5 Pemeriksaan Fisik Sistem Penglihatan, Pendengaran, dan Pengecap


2.5.1 Sistem Penglihatan

2.5.2 Sistem Pendengaran


Tes pendengaran adalah prosedur pemeriksaan untuk mengetahui
kemampuan mendengar seseorang. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur
seberapa baik suara terhantar ke otak.
Gangguan pendengaran bisa dibagi menjadi tuli konduktif dan tuli
sensorineural. Tuli konduktif terjadi jika ada masalah pada saluran telinga
atau bagian tengah telinga, sehingga gelombang suara terhalang dan tidak
bisa masuk ke bagian dalam telinga. Tuli konduktif bisa menyebabkan
hilangnya pendengaran sementara atau permanen.
Sedangkan tuli sensorineural terjadi jika koklea (organ di bagian dalam
telinga) atau saraf pendengaran tidak berfungsi normal, sehingga suara tidak
terhantar ke otak. Tuli sensorineural umumnya permanen, serta bisa terjadi
pada salah satu atau kedua telinga.
Tuli konduktif dan sensorineural bisa terjadi secara terpisah atau
bersamaan.

Indikasi Tes Pendengaran


Dokter akan menyarankan untuk dilakukan tes pendengaran pada seseorang
yang mengalami tanda-tanda berikut:
 Merasa ada dengungan pada telinga (tinnitus).
 Bicara terlalu keras hingga membuat lawan bicara terganggu.
 Sering meminta lawan bicara mengulang ucapan
 Sulit mendengar percakapan, terutama pada suasana yang ramai.
 Menonton televisi dengan suara yang keras, hingga mengganggu orang
lain.
 Memiliki kelainan kongenital atau cacat bawaan lahir pada telinga,
seperti mikrotia.
Persiapan Tes Pendengaran
Beberapa hal yang perlu diketahui pasien sebelum menjalani tes pendengaran,
antara lain adalah :
 Beri tahu dokter jika belakangan ini Anda mendengar suara nyaring yang
membuat telinga sakit dan berdenging, atau mengalami infeksi pada
telinga.
 Beri tahu dokter jika mengalami gangguan dalam mendengar percakapan,
atau merasakan gejala hilang pendengaran.
 Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi antibiotik yang bisa merusak
fungsi organ pendengaran, seperti gentamicin.
 Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga. Jika terdapat kotoran telinga
yang mengeras, dokter akan mengeluarkannya agar tidak memengaruhi
hasil tes.
 Beberapa tes dilakukan dengan mengenakan headphone. Pasien akan
diminta melepas kacamata, anting, aksesoris pada rambut, dan alat bantu
pendengaran agar tidak mengganggu tes.
 Bagi yang akan menjalani tes BERA, pasien akan diminta keramas
sebelum tes dilakukan.

Pada telinga dapat menggunakan berbagai macam alat dan rangkaian tes.
Seperti otoskop, garpu tala, ear speculum, dan head lamp untuk membantu
pemeriksa mendapat sinar yang cukup.

1) OTOSKOP
 Untuk meluruskan kanal pada orang dewasa/anak besar tarik aurikula
ke atas dan belakang, pada bayi tarik aurikula ke belakang dan bawah
 Masukkan otoskop ke dalm telinga ± 1,-1,5 cm
 Normal: terlihat sedikit serumen, dasar berwarna pink, rambut halus
 Abnormal: merah (inflamasi), rabas, lesi, benda asing, serumen padat
 Membran timpani dapat terlihat, normalnya tembus cahaya, mengkilat,
abu-abu dan tampak seperti mutiara, utuh.

2) TES BERBISIK
 Kata-kata yg diucapkan: Satu atau dua kata untuk menghindari
menebak, dapat dikenal klien, bukansingkatan, kata benda atau kata
kerja.
 Cara :
- Pasien ditempat, pemeriksa berpindah-pindah dari jarak 1,2,3,4,5,6
meter.
- Mulai jarak 1 m pemeriksa membisikan 5/10 kata.
- Bila semua kata benar mundur 2 m, bisikan kata yang sama. Bila
jawaban benar mundur 4-5 m (Hanya dpt mendengar 80%  jarak
tajam pendengaran sesungguhnya)
- Untuk memastikan tes ulang pd jarak 3 M bila benar semua maju 2 –
1 M.
 Interfensi Secara Kuantitas ( Leucher )
- 6 meter : normal
- 4-6 meter : praktis normal/ tuli ringan
- 1-4 meter : tuli sedang
- < 1 meter : tuli berat
- Berteriak didepan telinga tidak mendengar : Tuli Total
 Interfensi secara Kualitatif
- Tidak dapat mendengar huruf lunak (frekuensi rendah)  TULI
KONDUKSI. Misal Susu : terdengar S S.
- Tidak dapat mendengar huruf desis (frekuensi tinggi)  TULI
SENSORI. Misal: Susu terdengar U U.

3) TES SUARA BISIK MODIFIKASI


Pelaksanaan :
 Dilakukan diruang kedap suara.
 Pemeriksa duduk dibelakang klien sambil melakukan masking.
 Bisikan 10 kata dengan intensitas suara yg lebih rendah.
 Untuk memperpanjang jarak jauhkan mulut pemeriksa dari klien.
 Bila mendengar 80 % pendengaran normal.

4) TES RINNE

 Membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang


 Garpu tala deng frek 128, 256, dan 512 Hz
 Tekan garpu tala di tulang mastoid smpai tdk terdengar lalu pindahkan
ke dpn telinga
 Rinne + (dpn telinga masih terdengar)
 Interpretasi :
- Normal → HU : HT = 2:1
- Masih terdengar → Rinne (+) : intensitas HU > HT → Telinga
normal atau tuli saraf
- Tidak terdengar → Rinne (-) : intensitas HU < HT → Tuli Konduktif

5) TES WEBER
 Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan
 Cara pemeriksaan: Penala digetarkan, asar penala diletakkan pada garis
tengah kepala : ubun-ubun, glabella, dagu, pertengahan gigi seri →
(paling sensitif)
 Normal mendengar bunyi sama di kedua telinga
 Jika bunyi lebih keras pada telinga yg sehat (tuli saraf)
 Jika bunyi lebih keras pada telinga yg sakit (tuli konduksi)

6) TES SCHWABACK
 Dibandingkan dengan pemeriksa, garpu tala diletakkan di depan telinga
(kond udara)
 Dibandingkan dengan pemeriksa, garpu tala diletakkan di tlg mastoid
(kond tulang)
KESIMPULAN

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Interpretasi


Positif Lateralisasi tidak ada Sama dengan pemeriksa Normal

Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli Konduktif

Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli Sensorineural

2.5.3 Sistem Pengecap


DAFTAR PUSTAKA

Kameshwary, A. (n.d.). RESUME ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA ORGAN PERSEPSI
SENSORI. 9-12.

Willy, d. T. (2018, Mei 15). alodokter. Retrieved from Tes Pendengaran, Ini yang Harus Anda
Ketahui: https://www.alodokter.com/tes-pendengaran-ini-yang-harus-anda-ketahui

Anda mungkin juga menyukai